BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Perlindungan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Perlindungan Hukum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Perlindungan berasal dari kata
lindung yang memiliki arti mengayomi, mencegah, mempertahankan, dan
membentengi. Sedangkan perlindungan berarti konservasi, pemeliharaan,
penjagaan, asilun, dan bunker.
Beberapa unsur kata perlindungan:
1. Melindungi:
menutupi
supaya
tidak
terlihat/
tampak,
menjaga,
memelihara, merawat, menyelamatkan;
2. Perlindungan: proses, cara, perbuatan tempat berlindung, hal (perbuatan)
memperlindungi (menjadikan atau menyebabkan berlindung);
3. Pelindung: orang yang melindungi, alat untuk melindungi;
4. Terlindung: tertutup oleh sesuatu hingga tidak kelihatan;
5. Lindungan: yang dilindungi, cak tempat berlindung, cak perbuatan;
6. Memperlindungi: menjadikan atau menyebabkan berlindung;
7. Melindungkan: membuat diri terlindungi.
Pengertian perlindungan dalam ilmu hukum adalah suatu bentuk pelayanan
yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat keamanan
untuk memberikan rasa aman, baik fisik maupun mental, kepada korban dan
sanksi dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak manapun yang
diberikan pada tahap penyelidikan, penuntutan, dan atas pemeriksaan di
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
sidang pengadilan. Aturan hukum tidak hanya untuk kepentingan jangka
pendek saja,akan tetapi harus berdasarkan kepentingan jangka panjang.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang
merangkum nilai-nilai sosial
(http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/01/seputar-pengertian
perlindungan-hukum.html).
Menurut Sumodiningrat (1996), bahwa pemberdayaan masyarakat
merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki. Adapun pemberdayaan masyarakat
senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling terkait, yaitu masyarakat
sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang menaruh kepedulian sebagai
pihak yang memberdayakan. Perlindungan yang tertuang dalam Peraturan
Pemerintah No.2 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Perlindungan Korban dan
Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat adalah suatu bentuk
pelayanan yang wajib dilaksanakan oleh aparat penegak hukum atau aparat
keamanan untuk memberikan rasa aman baik fisik maupun mental, kepada
korban dan saksi, dari ancaman, gangguan, teror, dan kekerasan dari pihak
manapun, yang diberikan pada tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
dan atau pemeriksaan di sidang pengadilan.
Hukum menurut J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto adalah
Peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku
manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi
yang berwajib. Menurut R. Soeroso, hukum adalah himpunan peraturan yang
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan
bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta
mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang
melanggarnya. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, pengertian hukum yang
memadai harus tidak hanya memandang hukum itu sebagai suatu perangkat
kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat,
tapi harus pula mencakup lembaga (institusi) dan proses yang diperlukan
untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan
(http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2014/01/seputar-pengertian
perlindungan-hukum.html).
Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) diartikan sebagai hubungan
antara dua atau lebih subyek hukum, hubungan mana terdiri atas ikatan antara
individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat atau antara
masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Dalam hubungan hukum
ini hak dan kewajiban pihak yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban
pihak yang lain (Uti Ilmu Royen, 2009: 52).
Tiap hubungan hukum tentu menimbulkan hak dan kewajiban, selain itu
masing-masing anggota masyarakat tentu mempunyai hubungan kepentingan
yang berbeda-beda dan saling berhadapan atau berlawanan, untuk mengurangi
ketegangan dan konflik maka hukum yang mengatur dan melindungi
kepentingan tersebut yang dinamakan perlindungan hukum (Uti Ilmu Royen,
2009: 53).
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan terhadap
subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat preventif
maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Dengan
kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum yaitu
konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian,
kemanfaatan dan kedamaian
(http // www.artikata.com/ artiperlindunganhukum.html ).
Perlindungan hukum selalu dikaitkan dengan konsep rechtstaat atau
konsep Rule of Law karena lahirnya konsep-konsep tersebut tidak lepas dari
keinginan memberikan pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi
manusia, konsep Rechtstaat muncul di abad ke-19 yang pertama kali
dicetuskan oleh Julius Stahl.Pada saatnya hampir bersamaan muncul pula
konsep negara hukum (rule of Law ) yang dipelopori oleh A.V.Dicey.
Konsep rechtstaat menurut Julius Stahl secara sederhana dimaksudkan
dengan negara hukum adalah negara yang menyelenggarakan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan pada hukum. Konsep Negara hukum atau
Rechtstaat menurut Julius Stahl mencakup 4 elemen, yaitu :
1. Perlindungan hak asasi manusia;
2. Pembagian kekuasaan;
3. Pemerintahan berdasarkan Undang-undang;
4. Peradilan tata usaha Negara (Philips M. Hadjon 1987: 2).
Sedangkan menurut A.V.Dicey menguraikan adanya 3 (tiga) ciri penting
negara hukum yang disebut dengan Rule of Law , yaitu :
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
1. Supermasi hukum, artinya tidak boleh ada kesewenang-wenangan,
sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum;
2. Kedudukan yang sama didepan hukum, baik bagi rakyat biasa atau pejabat
pemerintah;
3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam Undang-undang atau keputusan
pengadilan.
Keberadaan hukum dalam masyarakat sangatlah penting, dalam
kehidupan
dimana
hukum
dibangun
dengan
dijiwai
oleh
moral
konstitusionalisme, yaitu menjamin kebebasan dan hak warga, maka mentaati
hukum dan konstitusi pada hakekatnya mentaati imperatif yang terkandung
sebagai subtansi maknawi didalamnya imperatif. Hak-hak asasi warga harus
dihormati dan ditegakkan oleh pengembang kekuasaan negara dimanapun dan
kapanpun, ataupun juga ketika warga menggunakan kebebasannya untuk ikut
serta atau untuk mengetahui jalannya proses pembuatan kebijakan publik
(Sudikno Mertokusumo, 2003: 22).
Negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk memberikan perlindungan
hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah dilandasi dua prinsip negara
hukum, yaitu :
1. Perlindungan hukum yang preventif, perlindungan hukum kepada rakyat
yang diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya
sebelum suatu keputusan Pemerintah menjadi bentuk yang menjadi
definitife;
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
2. Perlindungan hukum yang represif Perlindungan hukum yang represif
bertujuan untuk menyelesaikan sengketa.
Kedua bentuk perlindungan hukum diatas bertumpu dan bersumber pada
pengakuan dan perlindungan hak asasi manusia serta berlandaskan pada prinsip
Negara hukum (Zahirin Harahap, 2001: 2).
B. Tinjauan Umum Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
1. Sejarah Perundang-undangan HAKI di Indonesia
a. Perundang-undangan HAKI Masa Penjajahan Belanda
Hak Kekayaan Intelektual bukanlah suatu hal yang baru di
Indonesia. Sejak zaman Pemerintahan Hindia Belanda, Indonesia telah
memiliki Undang-undang tentang HAKI yang merupakan Peraturan
Perundang-undangan yang diberlakukan di Belanda, diberlakukan di
Indonesia sebagai negara jajahan Belanda dengan prinsip konkordansi
(Adrian Sutedi, 2009: 1).
Permasalahn perlindungan HAKI tidak lagi menjadi urusan satu
negara saja, tetapi sudah menjadi urusan masyarakat Internasional.
Terlebih sejak ditandatanganinya Agreement Establishing the World
Trade Organization (WTO). Untuk mewujudkan perlindungan HAKI
yang efisien, efektif dan menguntungkan semua anggota WTO,
diperlukan adanya kerja sama antara anggota WTO baik yang bersifat
regional maupun Internasional (Tim Lindsey, 2011: 23).
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Pada masa itu, bidang HAKI mendapat pengakuan baru 3 (tiga)
bidang HAKI, yaitu bidang hak cipta, merek dagang dan industri, serta
paten.
Adapun Peraturan Perundang-undangan Belanda bidang HAKI adalah
sebagai berikut.
a. Auterswet 1912 (UU Hak Pengarang 1912, UU Hak Cipta;S. 1912600);
b. Reglement Industriele Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak
Milik Industrial Kolonial 1912;S. 1912-545 jo. S. 1913-214);
c. Octooiwet 1910 (UU Paten 1910; S. 1910-33, yis S. 1911-33, S.
1922-54.
UU Hak Cipta pertama di Belanda diundangkan pada tahun 1803,
yang kemudian diperbarui dengan UU Hak Cipta tahun 1817 dan
diperbarui lagi sesuai dengan konvensi Bern 1886 menjadi Auterurswet
1912, Indonesia (Hindia Belanda saat itu) sebagai negara jajahan
Belanda,
terikat
dalam
konvensi
Bern
tersebut,
sebagaimana
diumumkan dalam S. 1914-797. Peraturan Hak Milik Industrial
Kolonial 1912 merupakan UU Merek tertua di Indonesia, yang
ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda berlaku sejak tanggal 1
Maret 1913 terhadap wilayah-wilayah jajahannya Indonesia, Suriname,
dan Curacao. UU Paten 1910 tersebut mulai berlaku sejak tanggal 1 Juli
1912 (Adrian Sutedi, 2009: 2).
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Lingkup
berlakunya
Perundang-undangan
hak
kekayaan
intelektual pada zaman Belanda terdapat dalam Indische Staatsregeling
Pasal 131, pada pokoknya mengatur sebagai berikut:
a. Hukum perdata dan hukum dagang (termasuk hukum pidana
maupun hukum acara perdata dan pidana) harus diletakkan dalam
kitab-kitab undang-undang, yaitu dikodifikasi;
b. Untuk golongan bangsa Eropa, dianut (dicontoh) Perundangundangan yang berlaku di negeri Belanda (asas konkordansi);
c. Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan Timur Asing (Tionghoa,
Arab, dan sebagainya), jika ternyata “kebutuhan kemasyarakatan”
mereka menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk
bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka, baik seutuhnya
maupun dengan perubahan-perubahan. Dan juga diperbolehkan
membuat suatu peraturan baru bersama, untuk selainnya harus
diindahkan aturan-aturan yang berlaku di kalangan mereka, dan
boleh diadakan penyimpangan jika diminta oleh kepentingan umum
atau kebutuhan kemasyarakatan mereka (ayat 2);
d. Orang Indonesia asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka
belum ditundukan di bawah suatu peraturan bersama dengan bangsa
Eropa, diperbolehkan menundukan diri (onderwerpen) pada hukum
yang berlaku untuk bangsa Eropa. Penundukan ini boleh dilakukan
baik secara umum maupun secara mengenai suatu perbuatan
tertentu saja (ayat 4);
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
e. Sebelum hukum untuk bangsa Indonesia ditulis dalam Undangundang, bagi mereka itu akan tetap berlaku hukum yang sekarang
berlaku bagi mereka, yaitu “hukum adat” (ayat 6).
Dengan demikian, Peraturan Perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia saat itu bersifat pluralistis sesuai dengan golongan
penduduknya, sehingga ada Peraturan Perundang-undangan Eropa yang
dinyatakan berlaku bagi orang-orang Bumiputra (Indonesia), ada pula
Peraturan Perundang-undangan yang dinyatakan secara khusus dibuat
untuk orang-orang Indonesia Asli (Bumiputra). Peraturan perundangundangan Eropa di bidang HAKI yang diatur dalam Reglement
Industriele Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak Milik Industrial
Kolonial 1912;S.1912-545 jo. S.1913-214), Auterswet 1912 (UU Hak
Pengarang 1912, UU Hak Cipta, S. 1912-600) dan Octrooiwet 1910
(UU Paten 1910; S. 1910-33, yis S. 1911-33, S. 1922-54), merupakan
Peraturan Perundang-undangan yang dinyatakan berlaku tidak hanya
untuk golongan Eropa, melainkan juga berlaku untuk golongan bukan
Eropa.
Dengan
demikian,
dapat
dinyatakan
bahwa
Peraturan
Perundang-undangan Eropa di bidang HAKI merupakan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku bagi semua golongan penduduk
Indonesia (Adrian Sutedi, 2009: 3).
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
b. Perundang-undangan HAKI Pasca Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia
HAKI merupakan suatu hal yang baru dalam sistem hukum di
Indonesia. Dalam kehidupan masyarakat, pengakuan terhadap karya
intelektual sudah ada, tetapi hanya berupa pengakuan secara moral dan
etika. Masyarakat Indonesia pada dasarnya merupakan suatu komunitas
yang komunal dengan tingkat kebersamaan yang tinggi, sehingga hakhak individu meskipun ada masih kalah oleh kepentingan bersama.
Hak-hak individu tetap dihormati, tetapi pengaturannya sebatas pada
aturan dan norma yang tidak tertulis (Much. Nurachmad, 2012: 17).
Setelah kemerdekaan, Pemerintah Indonesia memperlihatkan
keengganan untuk menerapkan UU Hak Cipta warisan Pemerintah
Kolonial. Indonesia menarik diri dari keikut-sertaannya di Konvensi
Bern pada tahun 1958, dengan alasan Indonesia masih perlu
memperbanyak
karya-karya
asing
demi
peningkatan
standar
pendidikan, serta bahwa Indonesia tidak layak menjadi anggota
konvensi karena hukum HAKI yang berlaku masih berupa warisan
Belanda. Pemerintah Indonesia saat itu juga tampaknya tidak begitu
tertarik untuk memberlakukan UU Hak Ciptanya sendiri. Banyak
rancangan UU Hak Cipta yang diajukan oleh instansi-instansi
Pemerintah pada tahun 1958, 1968 dan 1972, tetapi tidak ada yang
disetujui dan diterapkan. Barulah pada tahun 1982 Indonesia memiliki
UU Hak Ciptanya sendiri (Simon Butt, 2011: 66).
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
UU merek pertama Indonesia lahir pada tahun 1961 dengan
diundangkannya UU Merek Dagang dan Merek Perniagaan, pada
tanggal 11 Oktober 1961 dan mulai berlaku tanggal 11 November 1961,
yang dikenal juga dengan nomenklatur UU No. 21 Tahun 1961. Dengan
diberlakukannya Undang-undang tersebut, maka Reglement Industriele
Eigendom Kolonien 1912 (Peraturan Hak Milik Industrial Kolonial
1912; S. 1912-545 jo. S. 1913-214) tersebut dinyatakan dicabut dan
tidak berlaku lagi. Pada tahun 1992 terjadi pembaruan hukum merek di
Indonesia, dengan diundangkan dan diberlakukannya UU No. 19 Tahun
1992 yang mencabut dan menggantikan UU No. 21 Tahun 1961.
Selanjutnya pada tahun 1997, terjadi lagi penyempurnaan terhadap UU
No. 19 Tahun 1992, dengan diundangkan dan diberlakukannya UU No.
14 Tahun 1997. Pada Tahun 2001, UU No. 19 Tahun 1992 jo. UU No.
14 Tahun 1997 tersebut diubah dan disempurnakan serta diganti dengan
lahirnya UU No. 15 Tahun 2001 (Adrian Sutedi, 2009: 4).
UU Hak Cipta pertama Indonesia pasca kemerdekaan baru ada
pada tahun 1982, dengan diundangkan dan diberlakukannya UU No. 6
Tahun 1982. Kemudian pada tahun 1987, UU No. 6 Tahun 1982
tersebut
diubah dan disempurnakan dengan diundangkan dan
diberlakukannya UU No. 7 Tahun 1987. Selanjutnya pada tahun 1997,
UU No. 12 Tahun 1997 jo. UU No. 7 Tahun 1987 tersebut. Dan terakhir
pada tahun 2001, UU No. 12 Tahun 1997 jis. UU No. 7 Tahun 1987,
UU No. 6 Tahun 1982 tersebut diubah dan disempurnakan serta diganti
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
dengan UU No. 19 Tahun 2002 serta yang terbaru UU No. 28 Tahun
2014. UU paten Indonesia pertama baru ada pada tahun 1989 dengan
diundangkan dan diberlakukannya UU No. 6 Tahun 1989. Kemudian
pada tahun 1997, UU No. 6 Tahun 1989 tersebut diperbarui dengan UU
No. 13 Tahun 1997 jo. UU No. 6 Tahun 1989 tersebut, diubah dan
disempurnakan serta diganti dengan UU No. 14 Tahun 2001 (Adrian
Sutedi, 2009: 5).
Dengan demikian, sejak tahun 1961 s.d. tahun 1999, yang berarti
selama 54 tahun sejak Indonesia merdeka, bidang HAKI yang telah
mendapat perlindungan dan pengaturan dalam tata hukum Indonesia
baru 3 (tiga) bidang, yaitu merek, hak cipta, dan paten. Adapun 4
(empat) bidang HAKI lainnya varietas tanaman, rahasia dagang, desain
industri, serta desain tata sirkuit terpadu, baru mendapat pengaturan
dalam
hukum
positif
Indonesia
pada
tahun
2000,
dengan
diundangkannya UU No. 29 Tahun 2000 tentang Varietas Tanaman,
UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 Tahun
2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu, dan UU No. 32 Tahun
2000 tentang Desain Industri (Adrian Sutedi, 2009: 5).
2. Hukum HAKI di Indonesia
Pada dasarnya tidak ada satu pun definisi tentang HAKI atau
Intellectual Property Rights yang diterima secara umum/universal. Namun
untuk
dipakai
sebagai
pedoman
dalam
melakukan
pembahasan
selanjutnya, berikut ini beberapa definisi mengenai HAKI sebagai berikut.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
a. Menurut W.R. Cornish: Traditionally “the term “intellectual
property” was used to refer to the rights conferred by the grant of
a copying in literary, artistic, and musical works. In more recent
times, however, it has been used to refer to a wide range of
disparate rights, including a number of more often known as
“industrial property”, such as patent and trademarks;
b. Menurut David Brainbridge: Intellectual property law is that area
of law which concern legal rights assorted with creative effort or
commercial reputation and goodwill. Adapun HAKI sebenarnya
bukanlah suatu hal yang baru di Indonesia. Sejak zaman
Pemerintah Hindia Belanda, Indonesia telah mempunyai Undangundang tentang HAKI yaitu Octrooiwet (UU Paten) Stb. No. 33 jjs
S 11-33, S 22-54, Auterswet (UU Hak Pengarang) Stb. 1912 No.
600 serta Reglement Industriele Eigendom (Reglemen Milik
Perindustrian) yang dimuat dalam S. 1912 No. 545 jo. S. 1913 No.
214, yang mulai berlaku sejak tahun 1913.
Sama halnya dengan Undang-undang tentang merek maupun
paten, Undang-undang tentang hak cipta juga telah beberapa kali
mengalami perubahan, yaitu UU No. 6 Tahun 1982 yang telah diubah
pada tahun 1987 (UU No. 7 Tahun 1987), tahun 1997 (UU No. 12
Tahun 1997), dan UU No.19 Tahun 2002 serta yang terbaru adalah UU
No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (Adrian Sutedi, 2013: 26-27).
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Hukum kekayaan intelektual bersifat asing bagi kepercayaan
yang mendasari hukum adat, sehingga kemungkinan besar tidak akan
berpengaruh atau kalaupun ada pengaruhnya kecil di kebanyakan
wilayah Indonesia. Banyak konstruksi abstrak yang umum di sistem
hukum barat tidak diakui oleh kebanyakan hukum adat. Salah satu
diantaranya adalah perbedaan antara harta yang berwujud dan tidak
berwujud. Hukum adat berdasar pada konstruksi keadilan yang
konkret, nyata dan dapat dilihat, sehingga tidak mengakui penjualan
barang yang tidak berwujud. Dengan demikian, hukum adat sama
sekali tidak dapat mengakui keberadaan hukum hak kekayaan
intelektual. Sangat mungkin bahwa HAKI yang individualistis akan
disalahtafsirkan atau diabaikan karena tidak dianggap relevan (Tomi
Suryo Utomo, 2011: 71).
C. Tinjauan Umum Hak Cipta
1. Peraturan yang berlaku tentang Hak Cipta
Pertama kali peraturan hak cipta yang berlaku ketika Indonesia
merdeka adalah Auteurswet 1912 Staatsblad No. 600 Tahun 1912.
Peraturan tersebut merupakan peraturan peninggalan zaman penjajahan
Belanda dan diberlakukan sesuai dengan ketentuan Pasal II Aturan
Peralihan Undang Undang Dasar 1945, bahwa sebelum dibentuknya
peraturan baru maka peraturan yang lama masih tetap diberlakukan.
Auteurswet 1912 pada pokoknya mengatur perlindungan hak cipta
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
terhadap ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra (Gatot
Supramono, 2009: 5).
Dalam waktu lima tahun sejak pengundangannya, UU No. 6 Tahun
1982 tentang Hak Cipta telah mengalami perubahan pada tahun 1987,
yang menjadi latar belakang perubahan tersebut karena meluasnya
pelanggaran hak cipta, dengan pengamatan terhadap keadaan yang
mendorong pelanggaran secara lebih besar untuk memperoleh keuntungan
ekonomi yang besar secara cepat dengan mengabaikan kepentingan para
pemilik atau pemegang hak cipta (Suyud Margono, 2010: 58).
Salah satu kelemahan dari UU No. 6 Tahun 1982 dalam
menanggulangi pelanggaran hak cipta karena peraturan pidananya sebagai
delik aduan. Penyidik baru dapat melakukan penangkapan terhadap
pelakunya setelah adanya pengaduan dari pihak korban. Oleh karena itu,
dalam UU No. 7 Tahun 1987 peraturan pidananya diubah menjadi delik
biasa. Warga masyarakat dapat melaporkan adanya peristiwa pelanggaran
hak cipta. Tanpa perlu ada pengaduan dari korban, penyidik dapat
melakukan penangkapan terhadap pelakunya (Gatot Supramono, 2010: 56).
Perubahan kedua terhadap pengaturan hak cipta di Indonesia terjadi
pada tahun 1997, yaitu UU No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan Atas
UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta, sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 7 Tahun 1987. Disamping itu, pada tahun 1997 juga
dengan Keppres No. 18 Tahun 1997, Indonesia mengesahkan Konvensi
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Bern tentang Perlindungan Karya Kesusasteraan dan Artistik. UU Hak
Cipta Tahun 1997 adalah Undang-undang hak cipta pertama setelah
penandatanganan TRIPs Agreement dengan beberapa perubahan dengan
penyesuaian minimum standar pengaturan dapat terlihat dalam dasar
menimbang (konsiderans) (Suyud Margono, 2010: 66).
Meskipun UU Hak Cipta sudah diubah dengan mengikuti ketentuan
TRIPs, namun lima tahun kemudian Undang-undang tersebut diganti
dengan yang baru yaitu UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
Kemudian mengalami Perubahan lagi dengan dikeluarkannya UU No. 28
Tahun 2014, UU baru ini memiliki 126 pasal.
2. Pengertian Ciptaan, Pencipta, Hak Cipta, dan Pemegang Hak Cipta
Dalam membahas hukum hak cipta tidak cukup hanya memberi
pengertian tentang hak cipta saja akan tetapi perlu juga memberi
pengertian tentang ciptaan, pencipta dan pemegang hak cipta karena
masing-masing berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya.
Pengertian tentang ciptaan, pencipta, hak cipta dan pemegang hak cipta
masing-masing telah dirumuskan dalam UU No. 28 Tahun 2014.
a. Ciptaan
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU Hak Cipta 2014, Ciptaan adalah
setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra
yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,
kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam
bentuk nyata.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
b. Pencipta
Berdasarkan Pasal 1 angka 2 UU Hak Cipta 2014, Pencipta adalah
seorang atau beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersamasama menghasilkan suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Dari
hal diatas, diketahui bahwa siapa saja ataupun beberapa orang atau
kelompok yang dapat menghasilkan karya baik dalam bentuk seni atau
pun yang lain disebut sebagai Pencipta.
c. Hak Cipta
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UU Hak Cipta 2014, Hak cipta adalah
hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa
mengurangi
pembatasan
Perundang-undangan.
Hak
sesuai
dengan
eksklusif
ketentuan
adalah
hak
Peraturan
yang
hanya
diperuntukan bagi pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat
memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta. Pemegang hak cipta
yang bukan pencipta hanya memiliki sebagian dari hak eksklusif
berupa hak ekonomi.
d. Pemegang Hak Cipta
Berdasarkan Pasal 1 angka 4 UU Hak Cipta 2014, Pemegang hak cipta
adalah Pencipta sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak
tersebut secara sah dari Pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih
lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut secara sah.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
3. Ciptaan yang Dilindungi
a. Ruang lingkup perlindungannya
Sejalan dengan pengertian ciptaan di atas bahwa ruang lingkup
ciptaan berada dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra, maka
sejalan dengan itu Pasal 40 Ayat (1) UU Hak Cipta 2014 mengatur
ciptaan yang dilindungi hanyalah ketiga bidang tersebut yang
mencakup ciptaan-ciptaan yang berupa sebagai berikut:
a. Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua
hasil karya tulis lainnya;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan;
d. Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;
e. Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim;
f. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar,
ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;
g. Karya seni terapan;
h. Karya arsitektur;
i. Peta;
j. Karya seni batik atau seni motif lain;
k. Karya fotografi;
l. Potret;
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
m. Karya sinematografi;
n. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,
aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;
o. Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi
ekspresi budaya tradisional;
p. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca
dengan Program Komputer maupun media lainnya;
q. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut
merupakan karya yang asli;
r. Permainan video;
s. Program komputer.
Terhadap semua bentuk ciptaan di atas perlindungannya
termasuk juga semua ciptaan yang tidak atau belum diumumkan, tetapi
sudah merupakan bentuk kesatuan yang nyata, yang memungkinkan
perbanyakan hasil karya tersebut.
b. Ciptaan yang tidak diketahui penciptanya
Suatu ciptaan yang tidak diketahui siapa penciptanya pada
prinsipnya negara sebagai pemegang hak cipta, hal ini dimaksudkan
untuk melindungi karya cipta tersebut dengan tujuan agar pihak lain
tidak meniru atau menggandakan seenaknya dan menjual kepada
umum untuk meraih keuntungan pribadi (Gatot Supramono, 2010: 11).
Berdasarkan Pasal 38 Ayat (1) UU Hak Cipta 2014 mengenai ciptaan
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
yang dimaksud seperti Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional
dipegang oleh Negara.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menegaskan status hak cipta
dalam hal suatu karya yang penciptanya tidak diketahui dan belum
diterbitkan misalnya, dalam hal karya tulis yang belum diterbitkan
dalam bentuk buku atau karya musik yang belum direkam (Penjelasan
Pasal 39 UU No. 28 Tahun 2014). Negara di sini dalam kedudukannya
sebagai pemegang hak cipta karena undang-undang, tujuannya untuk
kepentingan melindungi kepentingan umum dan pencipta yang tidak
diketahui siapa orangnya (Gatot Supramono, 2010: 12).
c. Pembatasan hak cipta
Pembatasan hak cipta pada dasarnya bahwa orang dapat
mengumumkan atau memperbanyak ciptaan dengan syarat harus
menyebutkan atau mencantumkan dengan jelas sumbernya, sehingga
perbuatan tersebut tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.
Perbuatan tersebut diatur pada Pasal 43 UU Hak Cipta 2014, yaitu
meliputi:
a. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau Penggandaan
lambang negara dan lagu kebangsaan menurut sifatnya yang asli;
b. Pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau penggandaan
segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas nama Pemerintah,
kecuali
dinyatakan
dilindungi
oleh
Peraturan
Perundang-
undangan, pernyataan pada ciptaan tersebut, atau ketika terhadap
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
ciptaan
tersebut
dilakukan
pengumuman,
pendistribusian,
komunikasi, dan/atau penggandaan;
c. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun sebagian dari
kantor berita, Lembaga Penyiaran, dan surat kabar atau sumber
sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan
secara lengkap; atau
d. Pembuatan dan penyebarluasan konten hak cipta melalui media
teknologi informasi dan komunikasi yang bersifat tidak komersial
dan/atau menguntungkan pencipta atau pihak terkait, atau pencipta
tersebut menyatakan tidak keberatan atas pembuatan dan
penyebarluasan tersebut;
e. Penggandaan, pengumuman, dan/atau pendistribusian potret
Presiden, Wakil Presiden, mantan Presiden, mantan Wakil
Presiden, Pahlawan Nasional, Pimpinan Lembaga Negara,
Pimpinan Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian,
dan/atau Kepala Daerah dengan memperhatikan martabat dan
kewajaran sesuai
dengan
ketentuan Peraturan
Perundang-
undangan.
Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan
kritik atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan
yang wajar dari pencipta (Much. Nurachmad, 2012: 27). Untuk
kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan, serta kegiatan penelitian
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
dan pengembangan, terhadap ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan
dan
sastra,
Menteri
Hukum
dan
HAM
setelah
mendengar
pertimbangan Dewan Hak Cipta dapat:
1. Mewajibkan pemegang hak cipta untuk melaksanakan sendiri
penerjemahan dan/atau perbanyakan ciptaan tersebut di wilayah
Negara Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan;
2. Mewajibkan pemegang hak cipta yang bersangkutan untuk
memberikan izin kepada pihak lain untuk menerjemahkan
dan/atau memperbanyak ciptaan tersebut di wilayah Negara
Republik Indonesia dalam waktu yang ditentukan;
3. Menunjukan pihak lain untuk melakukan penerjemahan dan/atau
perbanyakan ciptaan tersebut;
4. Kewajiban untuk menerjemahkan dilaksanakan setelah lewat
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya ciptaan di bidang
ilmu pengetahuan dan sastra selama karya tersebut belum pernah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia;
5. Kewajiban untuk memperbanyak dilaksanakan setelah lewat
jangka waktu:
a. 3 (tiga) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang matematika
dan ilmu pengetahuan alam dan buku itu belum pernah
diperbanyak di wilayah Negara Republik Indonesia;
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
b. 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya buku di bidang ilmu sosial
dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah Negara
Republik Indonesia;
c. 7 (tujuh) tahun sejak diumumkannya buku di bidang seni dan
sastra dan buku itu belum pernah diperbanyak di wilayah
Negara Republik Indonesia.
6. Penerjemahan atau perbanyakan hanya dapat digunakan untuk
pemakaian di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan tidak
untuk diekspor ke wilayah negara lain.
Pemerintah berhak untuk melarang pengumuman setiap ciptaan
yang bertentangan dengan kebijaksanaan Pemerintah di bidang agama,
pertahanan dan keamanan negara, kesusilaan, serta ketertiban umum
setelah mendengar pertimbangan Dewan Hak Cipta.
4. Hak Cipta Atas Seni Batik Tradisional
Berkembangnya perdagangan internasional dan adanya gerakan
perdagangan bebas mengakibatkan makin terasa kebutuhan terhadap
HAKI yang sifatnya tidak lagi timbal balik, tetapi sudah bersifat
antarnegara secara global. Pada akhir abad ke-19, perkembangan
pengaturan HAKI mulai melewati batas-batas negara. Tonggak sejarahnya
diawali dengan dibentuknya Paris Convention for The Protection of
Industrial Property (disingkat Paris Convention) atau Konvensi Paris
yang merupakan suatu Perjanjian Internasional mengenai perlindungan
terhadap hak kekayaan perindustrian yang diadakan pada tanggal 20 Maret
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
1883 di Paris. Tidak lama kemudian pada tahun 1886, dibentuk pula
sebuah konvensi untuk perlindungan di bidang hak cipta yang dikenal
dengan International Convention for the Protection of Literary and
Artistic Works (disingkat Bern Convention) yang ditandatangani di Bern
(Afrillyanna Purba, 2009: 32).
Atas desakan Amerika Serikat dan beberapa negara berkembang,
topik perlindungan HAKI di negara-negara berkembang muncul sebagai
suatu isu baru dalam sistem perdagangan Internasional (Robert M.
Sherwood, 1994: 3). HAKI sebagai isu baru muncul di bawah topik
Agreement on Trade Related Aspects of Intellectual Property Right
(TRIPs) atau Aspek Perdagangan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
Perjanjian tersebut merupakan sesuatu yang kompleks, komprehensif, dan
ekstensif (H.S. Kartadjoemena: 253).
TRIPs bertujuan untuk melindungi dan menegakkan hukum HAKI
guna mendorong timbulnya inovasi, pengalihan serta penyebaran
teknologi, diperolehnya manfaat bersama membuat dan pemakaian
pengetahuan teknologi, dengan cara menciptakan kesejahteraan sosial
ekonomi serta keseimbangan antara hak dan kewajiban. Untuk itu, perlu
dikurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan Internasional
dengan mengingat kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan yang
efektif dan memadai terhadap HKI, serta untuk menjamin agar tindakan
dan prosedur untuk menegakkan HKI tidak kemudian menjadi penghalang
bagi perdagangan yang sah (Rooseno Harjowidigdo, 1994: 37).
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Upaya
Indonesia
untuk
menyesuaikan
Perundang-undangan
nasional di bidang HAKI adalah dengan meratifikasi Perjanjian TRIPs
melalui UU Nomor 7 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Agreement
Establishing The World Trade Organization (WTO).Khusus bagi karya
seni batik, baik di dalam Konvensi Bern maupun TRIPs tidak
menyebutkan tidak menyebutkan secara eksplisit. Namun, apabila
memperhatikan lebih lanjut ketentuan Pasal 1 ayat (1) Konvensi Bern
yang mengatur mengenai lingkup “karya-karya cipta seni dan sastra”,
yang termasuk dalam karya-karya cipta yang dilindungi antara lain
meliputi karya-karya cipta gambar sehingga dapat dikemukakan bahwa
karya seni batik pun sebenarnya mendapat perlindungan melalui Hak
Cipta secara Internasional. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa pada
karya seni batik terkandung nilai seni berupa ciptaan gambar atau motif
dan komposisi warna yang digunakan.
Sekalipun Konvensi Bern dan TRIPs tidak menyebutkan secara
eksplisit perlindungan terhadap karya seni batik, tidak berarti bahwa
negara
anggota
konvensi
tidak
memiliki
kewenangan
untuk
mengakomodasi seni batik sebagai suatu karya yang layak diberikan
perlindungan melalui hak cipta. Hal ini disebabkan setiap negara mengatur
jenis-jenis ciptaan yang dilindungi selain harus berdasarkan kesesuaian
dengan ketentuan-ketentuan Internasional yang berlaku (Konvensi Bern)
juga diberikan kebebasan menentukan ciptaan-ciptaan tertentu yang lain
untuk diberikan perlindungan (Eddy Damian, 2002: 101).
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Di dalam praktik, banyak karya seni batik yang tidak diketahui
penciptanya. Hal seperti ini tidak diatur dalam TRIPs. Namun Konvensi
Bern Pasal 7 ayat (3) sebagai acuan TRIPs justru mengaturnya. Jangka
waktu perlindungan yang diberikan bagi karya cipta tanpa nama oleh
Konvensi Bern adalah berakhir selama 50 tahun setelah karya cipta
tersebut secara hukum telah tersedia untuk umum. Namun demikian
jangka waktu perlindungan terhadap karya cipta tersebut memiliki
pengecualian dan pembatasan terhadap hak eksklusif yang diberikan
sepanjang tidak bertentangan dengan pemanfaatan secara wajar atas karya
yang bersangkutan dan tidak mengurangi secara tidak wajar kepentingan
sah dari pemegang hak, tercantum pada Pasal 13 TRIPs (Afrillyanna
Purba, 2009: 37).
Seni Batik di Indonesia mulai mendapat perlindungan hak cipta
sejak UUHak Cipta 1987 hingga UUHak Cipta 2014, di dalam masingmasing Undang-undang tersebut seni batik terus mengalami perubahan
pengertian. Adapun perkembangan pengaturan seni batik di Indonesia
adalah sebagai berikut:
a. Pasal 11 ayat (1) huruf f UUHak Cipta 1987
Di dalam penjelasan pasal tersebut, yang dimaksud dengan seni
batik adalah seni batik yang bukan tradisional. Sebab, seni batik yang
tradisional seperti misalnya: parang rusak, sidomukti, truntum dan
lain-lain, pada dasarnya telah merupakan hasil kebudayaan rakyat yang
menjadi milik bersama yang dipelihara dan dilindungi oleh negara.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
b. Pasal 11 ayat (1) huruf k UUHak Cipta 1997
Di dalam penjelasan pasal tersebut, yang dimaksud dengan
“batik” adalah ciptaan baru atau yang bukan tradisional atau
kontemporer. Karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena
mempunyai nilai seni, baik pada ciptaan motif atau gambar maupun
komposisi warnanya. Sedangkan untuk batik tradisional seperti parang
rusak, sidomukti, truntum dan lain-lain menurut perhitungan jangka
waktu perlindungan hak ciptanya memang telah berakhir dan menjadi
public domein. Karena itu, bagi orang Indonesia sendiri, pada dasarnya
bebas untuk menggunakannya.
c. Pasal 12 ayat (1) huruf i UUHak Cipta 2002
Di dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa batik yang
dibuat secara konvensional dilindungi sebagai bentuk ciptaan
tersendiri. Karya-karya seperti itu memperoleh perlindungan karena
mempunyai nilai seni, baik pada ciptaan motif atau gambar maupun
komposisi warnanya. Disamakan dengan pengertian seni batik adalah
karya tradisional lainnya yang merupakan kekayaan bangsa Indonesia
yang terdapat di berbagai daerah, seperti seni songket, ikat, dan lainlain yang dewasa ini terus dikembangkan.
d. Pasal 40 ayat (1) huruf j UUHak Cipta 2014
Di dalam penjelasan pasal tersebut dinyatakan bahwa “karya seni
batik” adalah motif batik kontemporer yang bersifat inovatif, masa
kini, dan bukan tradisional. Karya tersebut dilindungi karena
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
mempunyai nilai seni, baik dalam kaitannya dengan gambar, corak,
maupun komposisi warna.
Maksud dari “karya seni motif lain” adalah motif yang
merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang terdapat di berbagai
daerah, seperti seni songket, motif tenun ikat, motif tapis, motif ulos,
dan seni motif lain yang bersifat kontemporer, inovatif, dan terus
dikembangkan.
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat diketahui bahwa pada UU Hak
Cipta 1987 dan 1997, seni batik yang mendapat perlindungan hak cipta
adalah seni batik yang bukan tradisional dengan pertimbangan bahwa seni
batik yang tradisional telah menjadi milik bersama (public domein).
Konsekuensinya bagi orang Indonesia mempunyai kebebasan untuk
menggunakannya tanpa dianggap sebagai suatu pelanggaran. Pada UU
Hak Cipta 2002 dan 2014, unsur yang ditekankan adalah pada pembuatan
batik secara konvensional. Adapun batik yang dianggap paling baik dan
paling tradisional/konvensional adalah batik tulis (Afrillyanna Purba,
2009: 38-39).
Sebagai ciptaan yang dilindungi, pemegang hak cipta seni batik
memperoleh perlindungan selama hidupnya dan terus berlangsung hingga
70 (lima puluh) tahun setelah meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1
Januari tahun berikutnya. Selama jangka waktu perlindungan tersebut,
pemegang hak cipta seni batik memiliki hak eksklusif untuk melarang
pihak lain mengumumkan dan memperbanyak ciptaanya, atau memberi
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
izin kepada orang lain untuk melakukan pengumuman dan perbanyakan
ciptaan yang dipunyai tanpa mengurangi pembatasan-pembatasan menurut
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku (Afrillyanna Purba, 2009:
39).
Jangka waktu perlindungan tersebut diberikan bagi seni batik yang
bukan tradisional, sedangkan bagi seni batik tradisional, misalnya parang
rusak, tidak memiliki jangka waktu perlindungan. Hal ini didasarkan
pertimbangan bahwa batik-batik tradisional seperti itu diciptakan dan
dihasilkan secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia sehingga
diperkirakan perhitungan jangka waktu perlindungan hak ciptanya telah
melewati jangka waktu perlindungan yang ditetapkan dalam Undangundang (telah berakhir). Selain itu, hak cipta batik tradisional yang ada
dipegang oleh negara. Hal ini berarti bahwa negara menjadi wakil bagi
seluruh masyarakat Indonesia dalam menguasai kekayaan tradisional yang
ada. Perwakilan oleh negara dimaksudkan untuk menghindari sengketa
penguasaan atau pemilikan yang mungkin timbul di antara individu atau
kelompok masyarakat tertentu. Selain itu, penguasaan oleh negara menjadi
penting khususnya apabila terjadi pelanggaran hak cipta atas batik
tradisional Indonesia yang dilakukan oleh warga negara asing dari negara
lain
karena
akan
menyangkut
sistem
penyelesaian
sengketanya
(Afrillyanna Purba, 2009: 39-40).
Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa pemberian
perlindungan terhadap seni batik dalam hukum hak cipta Indonesia bukan
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
merupakan suatu pelanggaran terhadap ketentuan Internasional yang ada
baik Konvensi Bern maupun TRIPs.
D. Tinjauan Umum Batik
1. Batik Sebagai Warisan Budaya
Kata batik berasal dari bahasa Jawa “amba” yang mempunyai arti
menulis dan “titik” yang berarti titik. Kata batik merujuk pada kain dengan
corak atau gambar yang dihasilkan oleh bahan malam, yang digunakan
untuk menahan masuknya bahan pewarna. Batik adalah kerajinan yang
memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia
sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan
keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga
di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan
sampai ditemukannya batik cap yang memungkinkan masuknya laki-laki
kedalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu
batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada
corak ”Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan
membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.
Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal, pertama adalah teknik
pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan
sebagian dari kain, dalam literatur Internasional, teknik ini dikenal sebagai
wax-resist dyeing. Pengertiaan kedua adalah kain atau busana yang dibuat
dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang
memiliki kekhasan. Batik Indonesia sebagai keseluruhan teknik teknologi
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
serta pengembangan motif dan yang terkait, oleh UNESCO telah
ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan
Nonbetawi (Masterpieces of the Oral and Intangible of Humanity) sejak 2
Oktober 2009. Menurut asal pembuatannya batik Jawa adalah sebuah
warisan keseniaan budaya orang Indonesia, khususnya daerah Jawa yang
dikuasai orang Jawa dari turun-temurun. Batik Jawa mempunyai motif
yang berbeda-beda. Perbedaan motif ini biasa terjadi dikarenakan motifmotif itu mempunyai makna, maksudnya bukan hanya sebuah gambar
akan tetapi mengandung makna yang mereka dapat dari leluhur mereka.
Batik Jawa banyak berkembang di Solo atau biasa disebut dengan batik
Solo.
Kita perlu memperkenalkan batik pada generasi penerus bangsa, agar
para penerus bangsa juga sadar bahwa mereka juga mempunyai kewajiban
menjaga dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Batik sebagai warisan budaya sangat perlu sekali untuk dilestarikan, salah
satunya dengan upaya ditemurunkan pada generasi penerus bangsa
Indonesia. Hal ini harus dilakukan agar kebudayaan seni batik tidak punah
dari bangsa Indonesia meskipun adanya perubahan zaman yang lebih
modern, karena batik merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki
oleh bangsa Indonesia. Selain itu batik sangat perlu dilestarikan agar tidak
bisa diklaim oleh negara lain.
Pemerintah
Departemen
Kebudayaan
berusaha
keras
untuk
mengembangkan kesenian batik, salah satu upayanya yaitu dengan
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
memperbanyak produksi batik agar banyak konsumen yang menggunakan
batik. Hal ini dilakukan agar mendapatkan pengakuan dari dunia bahwa
batik merupakan kesenian atau kerajinan asli Indonesia serta agar
mendapatkan piagam yang menyatakan batik itu milik Indonesia
sepenuhnya. Karena akhir-akhir ini ada negara yang mengakui bahwa
batik merupakan hasil dari kebudayaannya namun hal ini disangkal oleh
Indonesia
dan
tidak
didiamkan
oleh
bangsa
Indonesia
untuk
melepaskannya begitu saja.
Batik merupakan salah satu kesenian budaya yang bernilai tinggi
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, jadi dengan cara apa pun semua
generasi bangsa Indonesia wajib menjaga dan melestarikannya agar batik
tidak diklaim oleh negara lain dan juga tidak akan pernah punah meskipun
dihadang ganasnya era globalisasi seperti sekarang ini. Kenyataan saat ini
hasil kerajinan batik banyak sekali peminatnya, tidak hanya dari orang
Indonesia saja melainkan banyak orang luar negeri atau wisatawan asing
yang kagum dan suka memakai batik. Bila diamati pasti masa dahulu
hampir semua orang Indonesia merasa tidak bangga dengan batik malah
seakan-akan lupa bahwa mereka mempunyai suatu kerajinan budaya batik
yang begitu istimewa yang perlu untuk dijaga. Selain itu para generasi
bangsa pun juga seperti itu, mereka malu bila menggunakan pakaian yang
bercorak batik tapi semua itu kini telah berbalik setelah ada negara lain
yang mengklaim batik atau mengakuinya bahwa batik merupakan
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
budayanya. Kini antusias mereka untuk menjaga dan melestarikan batik
sangat tinggi.
Upaya dan perlunya melestarikan batik seolah-olah terbangun dari
tidur panjang, Pemerintah baru mulai giat mempromosikan salah satu
kerajinan milik bangsa Indonesia, yaitu batik. Kesadaran akan batik
sebagai suatu produk kerajinan bangsa yang kaya akan nilai seni budaya
ini, memang datangnya agak telat. Setidaknya setelah kebakaran jenggot
gara-gara kerajinan ini sempat diklaim oleh salah satu negara tetangga
terdekat sebagai miliknya. Patut disyukuri peristiwa itu menjadi tamparan
keras buat kita untuk lebih menyadari keberadaan kekayaan budaya yang
dimiliki. Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai upaya dalam
melestarikan batik, salah satu terobosan yang dilakukan adalah menggelar
kegiatan pameran guna menghilangkan kesan dan anggapan batik hanya
cocok dikonsumsi oleh kelompok tua dan hanya digunakan untuk
kegiatan formal.
Melibatkan generasi muda dalam proses produksi hingga menjadi
produk akhir berupa kain batik. Aktivitas tersebut tentunya sangat
membekas mendalam untuk mereka karena mereka menjalani proses
antara teori dan praktek yang berjalan bersamaan. Selain itu, Pemerintah
juga mulai berupaya mendorong pelaku bisnis yang bergerak di industri
kerajinan batik untuk memanfaatkan momentum kebangkitan batik di
tanah air saat ini, kemudian mulai memasarkan produk batik hingga ke
mancanegara untuk mecapai sasaran konsumen yang lebih luas.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Upaya Pemerintah tersebut tak jauh dari bagian untuk lebih
memperkenalkan produk asli Indonesia ini ke dunia Internasional,
mempertegas bahwa batik sebenarnya adalah milik bangsa Indonesia,
sekaligus menjadi alat yang bisa digunakan sebagai sarana promosi
industri pariwisata nasional (http://mudaindonesia.com/pelestarian-batiksebagai-warisan-budaya-nasional-2/).
2. Sejarah Batik Purbalingga
Kabupaten Purbalingga termasuk wilayah Provinsi Jawa Tengah
bagian barat daya, tepatnya ada posisi: 101011’ – 109035’ Bujur timur, dan
7010’ – 7029’ Lintang Selatan dengan luas wilayah Kabupaten Purbalingga
77.764,122 ha atau sekitar 2,39 % dari luas wilayah Provinsi Jawa Tengah
(3.254 ribu ha). Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pemalang di
utara, Kabupaten Banjarnegara di timur dan selatan, serta Kabupaten
Banyumas di barat dan selatan
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purbalingga).
Selama ini Purbalingga lebih dikenal sebagai produsen knalpot dan
rambut palsu sebagai tiang penyangga perekonomian masyarakat,
sementara itu, industri kerajinan batik tulis yang merupakan salah satu
intangible
heritage
cultur
(warisan
budaya
bukan
benda)
dari
leluhur.Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan ketrampilan
mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan (Laporan
Akhir Profil UKM Kabupaten Purbalingga,2010: III-1).
Dalam keseharian di masyarakat Jawa kata “mbathik” atau “nyerat”
yaitu menuliskan malam menggunakan canthing dan membuat motif pada
kain mori yang akhirnya menjadi kain dengan ragam hias tertentu, melalui
proses penciptaan yang dapat menerangkan dan menjelaskan apa sebab
sampai ragam hias itu dibuat. Pada akhirnya, ada maksud tertentu di balik
sebuah kain batik, terdapat nilai-nilai luhur yang dikandungnya. Nilai-nilai
yang melekat ketika sebuah kain batik diciptakan dan nilai-nilai spiritual
budaya yang mnyertai pembuatannya, mengajak/menasehati keturunannya
melalui sebuah Suluk Prawan mBatik Tumeka Mbabar yang tercantum
dalam serat Suluk Pangolahing Sandhang (Sekar Jagad, 2015: 6).
Jaman Majapahit Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan
Majapahit, ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Setelah
majapahit pecah dan penduduknya banyak yang berpencar, persebaran
penduduk tersebut mulai dari Pekalongan, Jogjakarta, Solo, Banyumas
bahkan ke luar Pulau Jawa. Kebiasaan membatik ini sudah melekat kepada
ibu-ibu pada umumnya, sehingga disaat waktu senggang mereka masih
melakukan tradisi membatik (Laporan Akhir Profil UKM Kabupaten
Purbalingga, 2010: III-4).
Bermula dari Yogyakarta, batik juga berkembang di Jawa Tengan
bagian barat, seperti Banyumas, Kebumen, Pekalongan dan Tegal. Begitu
juga batik yang berkembang di Kabupaten Purbalingga tidak terlepas dari
batik Banyumasan, batik Banyumasan sendiri berpusat di daerah Sokaraja
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
di bawa oleh pengikut Pangeran Diponegoro setelah selesainya
peperangan di tahun 1830. Kebanyakan dari mereka menetap di wilayah
karesidenan Banyumas, termasuk Purbalingga.
Salah satu pengikut Pangeran Diponegoro yang menjadi pengusaha
batik banyumasan yang terkenal pada masa itu adalah “Najendra”. Ia yang
mengembangkan batik dan pewarnaannya di Sokaraja. Bahkan mori yang
dipakai hasil tenunan sendiri, dan obat pewarna yang digunakan adalah
daun nila atau tom (Indigoferatinctoria), dan pohon mengkudu / pace,
sedang tenaga pembatiknya kebanyakan dari wilayah Kabupaten
Purbalingga seperti Kecamatan Bobotsari, Kalikajar kulon, Galuh, dan
sebagainya hingga akhir abad XIX (Laporan Akhir Profil UKM
Kabupaten Purbalingga, 2010: III-4 – III-5).
3. Motif Batik dan Filosofi
a. Motif Lumbon
Motif lumbon adalah daun lumbu yang merupakan bahan dasar
makanan khas buntil, makanan ikan gurame di kolam.
Gambar. 1
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
b. Motif Ayam Puger
Motif ini mempunyai simbol kondisi sosial di Banyumas, ayam jago,
bangunan tikelan, garis menggambarkan bangunan tradisional.
Gambar. 2
c. Motif Mega Mendung
Pada bentuk mega mendung bisa kita lihat garis lengkung dari
bentuk garis lengkung yang paling dalam (mengecil) kemudian
melebar keluar (membesar) yang menunjukkan gerak yang teratur
harmonis. Bisa dikatakan bahwa garis lengkung yang beraturan ini
membawa pesan moral dalam kehidupan manusia yang selalu berubah
(naik dan turun).
Hal itu kemudian berkembang keluar untuk mencari jati diri
(belajar atau menjalani kehidupan sosial agama). Pada akhirnya,
membawa dirinya memasuki dunia baru menuju ke dalam penyatuan
diri setelah melalui pasang surut (naik dan turun) dan pada akhirnya
kembali ke asalnya (sunnatullah). Demikian, kita bisa lihat bentuk
mega mendung selalu terbentuk dari lengkungan kecil yang bergerak
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
membesar keluar dan pada akhirnya harus kembali lagi menjadi
putaran kecil, tetapi tidak boleh terputus.
Terlepas
dari
makna
filosofis
bahwa
mega
mendung
melambangkan kehidupan manusia secara utuh sehingga bentuknya
harus menyatu, sisi produksi memang mengharuskan bentuk garis
lengkung mega mendung bertemu pada satu titik lengkung berikutnya
agar pewarnaan bisa lebih mudah.
Gambar. 3
d. Motif Kawung
Motif kawung bermakna keinginan dan usaha yang keras akan
selalu membuahkan hasil, seperti rejekinya berlipat ganda. Orang yang
bekerja keras pasti akan menuai hasil walaupun kadang harus
memakan waktu yang lama. Contohnya, seorang petani yang bekerja
giat di sawah, jika tidak ada hama yang mengganggu tentu dia akan
memanen hasil padi yang berlipat di kemudian hari.
Kerja keras untuk menghasilkan rejeki berlipat akan lebih
bermakna jika dibarengi dengan sikap hemat, teliti, cermat, dan tidak
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
boros. Namun budaya kerja keras untuk menuai hasil maksimal tidak
dilakukan oleh semua orang, zaman sekarang di mana banyak orang
ingin serba instan, orang ingin cepat kaya tanpa harus bekerja keras.
Oleh karena itu, ada saja mereka yang melakukan hal-hal tercela untuk
mendapatkan keinginannya.
Gambar. 4
e. Motif Parang atau Lereng
Batik parang atau lereng menurut pakemnya hanya boleh
digunakan oleh sentono dalem (anak dari ratu). Lereng berasal dari
kata mereng (lereng bukit). Sejarah motif ini diawali dari pelarian
keluarga kerajaan dari Keraton Kartasura. Para keluarga raja terpaksa
bersembunyi di daerah pegunungan agar terhindar dari bahaya. Mereka
berada di daerah-daerah yang sulit dijangkau musuh. Motif ini berarti
juga topo broto para raja yang dilakukan di lereng-lereng pegunungan
untuk mendapatkan wahyu atau wangsit.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Dalam tapa brata itulah mereka dapat melihat pemandangan
gunung dan pegunungan yang berderet-deret sehingga menyerupai
pereng atau lereng.
Gambar. 5
f. Motif Parang Rusak Barong
Motif batik parang rusak barong ini berasal dari kata batu karang
dan barong (singa). Parang barong merupakan parang yang paling
besar dan agung, karena kesakralan filosofinya motif inihanya boleh
digunakan untuk raja terutama dikenakan pada saat ritual keagamaan
dan meditasi, motif ini diciptakan Sultan Agung.
Hanya krakusuma yang ingin mengekspresikan pengalaman
jiwanya sebagai raja dengan segala tugas kewajibannya dan kesadaran
sebagai seorang manusia yang kecil di hadapan Sang Maha Pencipta.
Barong berarti sesuatu yang besar dan ini tercermin pada besarnya
ukuran motif tersebut pada kain. Motif parang rusak barong ini
merupakan induk dari semua motifparang. Motif ini mempunyai
makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat mengendalikan diri.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Gambar. 6
g. Motif Batik Parang Kusuma
Motif Batik Parang Kusuma bermakna hidup harus dilandasi
dengan perjuangan untuk mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat
keharuman bunga (kusuma). Bagi orang Jawa yang paling utama dari
hidup di masyarakat adalah keharuman (kebaikan) pribadinya tanpa
meninggalkan norma-norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat
terhindar dari bencana lahir dan batin.
Mereka harus mematuhi aturan hidup bermasyarakat dan taat
kepada perintah Tuhan. Kondisi ini memang tidak mudah untuk
direalisasikan, tetapi umumnya orang Jawa berharap bisa menemukan
hidup yang sempurna lahir batin. Mereka akan rnengusahakan banyak
hal untuk mencapai kehidupan bahagia lahir dan batin. Zaman yang
serba terbuka sekarang ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat
hidup seperti yang diharapkan karena banyak godaan. Orang pun lebih
cenderung mencari nama harum dengan cara membeli dengan uang
yang dimiliki, bukan dari tingkah laku dan pribadi yang baik.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Gambar. 7
h. Motif Ceplok
Bentuk pola ceplok sangat kuno adalah pola kawung. Pola
dengan motif-motif ceplok ini terinspirasi oleh bentuk buah kawung
(buah atap atau buah aren) yang dibelah empat. Keempat bagian buah
bersama intinya itu melambangkan empat arah (penjuru) utama dalam
agama Budha. Pada dasarnya ceplok merupakan kategori ragam hias
berdasarkan pengulangan bentuk geometri, seperti segi empat, empat
persegi panjang, bulat telur, atau pun bintang. Ada banyakvarian lain
dari motif ceplok, misalnya ceplok sriwedari dan ceplok kecil. Batik
truntum juga masuk kategori motif ceplok. Selain itu, motif ceplok
juga sering dipadupadankan dengan berbagai bentuk motif lainnya
untuk mendapat corak dan motif batik yang lebih indah.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Gambar. 8
i. Motif Parikesit
Motif ini mengandung makna bahwa untuk mencari keutamaan,
harus dilandasi dengan usaha keras dan kegesitan. Tentu usaha keras
dan kegesitan itu tidak boleh meninggalkan norma-norma yang berlaku
di masyarakat. Usaha keras dan kegesitan dengan cara kotor harus
dihindari karena bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri.
Gambar. 9
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
j. Motif Garuda (Gurda)
Gurda berasal dari kata garuda seperti diketahui, garuda
merupakan burung besar dalam pandangan masyarakat Jawa, burung
garuda mempunyai kedudukan yang sangat penting. Bentuk motif
gurda ini terdiri dari dua buah sayap (lar) dan di tengahnya terdapat
badan dan ekor. Motif batik gurda ini juga tidak lepas dari kepercayaan
masa lalu. Garuda merupakan tunggangan Batara Wisnu yang dikenal
sebagai Dewa Matahari. Garuda menjadi tunggangan Batara Wisnu
dan dijadikan sebagai lambang matahari. Oleh masyarakat Jawa,
garuda selain sebagai simbol kehidupan juga sebagai simbol
kejantanan.
Gambar. 10
k. Motif Merak
Bentuk dasar ragam hias motif burung merak atau huk adalah
seekor anak burung yang baru menetas, menggeleparkan kedua
sayapnya yang masih lemah, berusaha lepas dari cangkang telurnya,
serta separuh badan dan kedua kakinya masih berada di dalam
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
cangkang. Motif burung huk juga sering disebut dengan motif burung
merak. Ide dasarnya adalah pandangan hidup tentang kemana jiwa
manusia sesudah mati dan gambaran tersebut disimpulkan bahwa
kematian hanyalah kerusakan raga, sedangkan jiwanya tetap hidup
menemui Sang Pencipta. Keunikan motif ini adalah ia selalu hadir
bersama dengan motif lainnya, misalnya ceplokan sebagai selingan
motif parang, dalam bentuk yang berbaur dengan motif lainnya.
Gambar. 11
l. Motif Semen Rama
Semenberasal dari kata semi, yaitu tumbuhnya bagian tanaman.
Pada umumnya ornamen pokok pada pola batik motif semen adalah
ornamen yang berhubungan dengan daratan yang digambarkan dengan
tumbuh-tumbuhan dan binatang berkaki empat, udara digambarkan
dengan awan (mega) dan binatang terbang, serta air atau laut
digambarkan dengan binatang air. Sedangkan rama yang merupakan
nama motifsemen berasal dari nama Ramawijaya, dalam motif semen
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
rama terdapat pesan atau nasihat Ramawijaya saat penobatan Wibisana
sebagai Raja Alengka dalam cerita pewayangan.
Nasihat tersebut termaktub di dalam asta brata (delapan
keutamaan bagi seorang pemimpin), yaitu:
1. Endabrata, yaitu pemberi kemakmuran dan pelindung dunia.
Dilambangkan dengan pohon hayat;
2. Yamabrata, yaitu menghukum
yang bersalah secara adil.
Dilambangkan dengan awan atau meru (gunung);
3. Suryabrata,
yaitu
watak
matahari
yang
bersifat
tabah.
Dilambangkan dengan garuda;
4. Sasibrata, yaitu watak rembulan yang bersifat menggembirakan
dan memberi hadiah kepada yang berjasa. Dilambangkan dengan
ornamen binatang;
5. Bayubrata, yaitu watak luhur. Dilambangkan dengan ornamen
burung;
6. Dhanababrata atau kuwerabrata, yaitu watak sentosa dan memberi
kesejahteraan pada bawahan. Dilambangkan dengan ornamen
bintang;
7. Pasabrata, yaitu berhati lapang tetapi berbahaya bagi yang
mengabaikan. Dilambangkan dengan kapal air;
8. Agnibrata,
yaitu
kesaktian
untuk
memberantas
musuh.
Dilambangkan dengan ornamen lidah api.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Gambar. 12
m. Motif Tambal
Ada kepercayaan bahwa bila orang sakit menggunakan kain ini
sebagai selimut, maka ia akan cepat sembuh. Tambal artinya
menambah semangat hari dengan semangat baru itu diharapkan
harapan baru akan muncul sehingga kesembuhan mudah didapat.
Selain itu, dengan kehadiran para penjenguk diharapkan si sakit tidak
merasa ditinggalkan dan memiliki banyak saudara sehingga keinginan
untuk sembuh semakin besar.
Gambar. 13
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
n. Motif Truntum
Motif batik truntum diciptakan oleh Kanjeng Ratu Kencana
(Permaisuri Sunan Paku Buwana III) bermakna cinta yang tumbuh
kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus
tanpa syarat, abadi, dan semakin lama
terasa semakin subur
berkembang (tumaruntum). Kain motif truntum biasanya dipakai oleh
orang tua pengantin pada haripernikahan. Harapannya adalah agar
cinta kasih yang tumoruntum ini akan menghinggapi kedua mempelai.
Kadang dimaknai pula bahwa orang tua berkewajiban untuk
“menuntun” kedua mempelai untuk memasuki kehidupan baru.
Gambar. 14
o. Motif Sekar Jagad
Makna dari motif batik ini adalah hatinya gembira semarak.
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Gambar. 15
p. Motif Sido Mulyo
Makna motif batik ini adalah bahagia, rejeki melimpah.
Gambar. 16
(http://senirupaterapanbatikindonesia.blogspot.co.id/2013/12/maknadan-filosofi-motif-batik-liris.html).
Perlindungan Hukum Atas…, Laeli Tri Rahmawati, Fakultas Hukum UMP, 2016
Download