pengaruh intrusi air laut terhadap akuifer pantai pada kawasan

advertisement
Keairan
PENGARUH INTRUSI AIR LAUT TERHADAP AKUIFER PANTAI PADA KAWASAN
WISATA PANTAI IBOIH SABANG
(187A)
Mellisa Saila1 , Muhajjir1, dan Azmeri2
1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Email: [email protected], [email protected]
2
Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, FT Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh
Email: [email protected].
ABSTRAK
Kawasan Pantai Iboih merupakan tempat wisata yang tak pernah sepi pengunjung lokal maupun
mancanegara. Kawasan wisata ini mempunyai potensi pariwisata untuk dapat dikembangkan lebih
jauh. Sejalan dengan pembenahan dan pengembangan kawasan wisata tersebut, kendala yang
dihadapi salah satunya adalah kebutuhan prasarana air bersih. Selain itu, lokasi air tanah yang terlalu
dekat dengan pesisir pantai dikhawatirkan terjadinya intrusi air laut. Secara kuantitas air tanah yang
ada tidak dapat mencukupi semua kebutuhan tersebut apalagi ditinjau dari kualitas air yang payau
tidak layak untuk dikonsumsi. Pada penelitian ini ingin diketahui sejauh mana dampak intrusi air
laut terhadap air tanah yang terjadi di Kawasan Wisata Pantai Iboih. Metode penentuan sampel
sumur menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Penelitian ini dilakukan dengan
mengelompokkan sumur test per jarak 3 m dari garis pantai. Dari jarak tersebut dilakukan pemilihan
2 sumur test sebagai sampel dengan cara random. Indikasi terjadinya intrusi air laut terhadap air
tanah dapat ditentukan dengan mengecek nilai conductivity dari sumur test. Conductivity adalah
daya hantar listrik yang menunjukkan banyaknya zat padat yang terlarut dalam bentuk ion-ion.
Pengukuran conductivity air sumur dilakukan dengan menggunakan alat Quality Water Checker.
Pengukuran dilakukan selama tujuh hari dengan periode waktu 13 jam yang dilakukan mulai pukul
06.00-19.00 WIB setiap dua jam. Data yang diperoleh kemudian diolah dalam bentuk grafik untuk
mengetahui hubungan antara conductivity terhadap jarak. Indikasi intrusi air laut di kawasan ini
berjarak kurang dari 5 meter dari garis pantai. Hasil menunjukkan bahwa untuk jarak tersebut
ditemukan 2 sumur yang terintrusi dengan nilai conductivity lebih besar dari 1 S/m.
Kata kunci : air tanah, conductivity, intrusi, Pantai Iboih, wisata
1. PENDAHULUAN
Pariwisata merupakan bisnis yang terus berkembang dan memiliki masa depan yang baik di Indonesia. Sebagai
negara bahari, wisata laut Indonesia merupakan jenis wisata yang paling diminati turis baik lokal maupun
mancanegara. Salah satu kawasan wisata Indonesia yang menjadi andalan para turis berada di ujung Pulau Sumatra
yaitu Kota Sabang di Pulau Weh. Pada penelitian ini dikhususkan untuk kawasan Iboih yang merupakan tempat
wisata yang selalu ramai pengunjung baik lokal maupun mancanegara. Kawasan wisata ini mempunyai potensi
pariwisata untuk dapat dikembangkan lebih jauh, karena kondisi pantainya yang sangat menarik dan indah serta
taman bawah lautnya sebagai objek untuk penyelaman. Sejalan dengan pembenahan dan pengembangan kawasan
wisata tersebut maka kebutuhan air bersih akan terus meningkat. Kondisi pada saat ini, untuk pemenuhan kebutuhan
air bersih lokasi wisata tersebut masih memanfaatkan sumber air yang berasal dari sumur gali dengan
kapasitas/debit yang sangat terbatas.
Peningkatan kebutuhan air bersih sebanding dengan berkembangnya suatu daerah. Semakin meningkatnya
kebutuhan air bersih, maka eksploitasi air tanah akan semakin besar. Hal ini mengakibatkan persediaan air tanah
semakin berkurang. Berkurangnya kandungan air tanah pada lapisan akuifer dapat mengakibatkan masuknya air laut
(yang massanya lebih berat) ke dalam akuifer. Pengurangan potensi air tanah jika terjadi pada akuifer daerah pantai
dapat menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan hidrostatis air tawar dan air asin. Bila tekanan hidrostatis air
tawar berkurang maka terjadi intrusi air asin yang meningkatkan kadar garam pada akuifer (Sosrodarsono, 2003).
Intrusi air laut adalah masuk atau menyusupnya air laut kedalam pori-pori batuan dan mencemari air tanah yang
terkandung didalamnya sehingga menyebabkan air tanah berubah menjadi air payau atau bahkan air asin (Putranto
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
A - 137
Keairan
dan Kusuma, 2009). Dalam keadaan alami air tanah tawar mengalir ke lautan lewat akuifer-akuifer di daerah pantai
yang berhubungan dengan lautan pada pantai yang menjorok ke laut. Tetapi karena meningkatnya kebutuhan akan
air tawar, maka airan air tanah tawar ke arah laut telah menurun, atau bahkan sebaliknya, air laut akan mengalir
masuk ke dalam sumur-sumur di daratan, maka penyediaan air tawar menjadi tidak berguna, karena akuifer telah
tercemar oleh air asin. Untuk membersihkan kembali memerlukan waktu bertahun-tahun. Usaha untuk
memindahkan air asin tersebut dari akuifer daratan adalah dengan menggunakan air tanah tawar yang tersedia guna
membilas air asin tersebut. Pentingnya melindungi akuifer pantai dari ancaman seperti itu, memerlukan investigasi
yang menekankan cara-cara untuk mencegah atau mengendalikan intrusi air laut (Soemarto, 1999).
Eksploitasi air tanah secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya intrusi air laut pada daerah tersebut. Jika hal
ini terjadi, maka kondisi air pada daerah tersebut tidak layak untuk dikonsumsi, karena adanya rasa asin atau payau.
Untuk mengetahui hal tersebut, maka dilakukan suatu penelitian mengenai kualitas air tanah terutama tingkat
keasinan air tanahnya. Sejauh ini belum pernah dilakukan suatu penelitian mengenai penyebaran intrusi air laut pada
daerah tersebut, sehingga penelitian ini sangat penting untuk segera dilakukan. Hal ini mengingat belum adanya data
tentang kasus intrusi pada daerah tersebut. Data hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
melihat penyebaran atau peningkatan intrusi air laut pada saat sekarang.
2. METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kawasan Wisata Pantai Iboih, Kecamatan Sukakarya, Sabang. Objek penelitian
dikhususkan pada sumur-sumur dangkal yang berada di kawasan Wisata tersebut. Dipilihnya lokasi tersebut
dikarenakan kemungkinan telah terjadinya intrusi air laut pada sumur dangkal.
Sumber data
Untuk memperoleh data yang lengkap untuk kegiatan analisis dan pengolahan data, peneliti menggunakan data
primer dan data sekunder
1. Data sekunder : data curah hujan (BMKG Sabang Februari-Maret 2013), data geolistrik (BWS Sumatera-I
2010), dan peta topografi (Bakorsurtanal 1986); dan
2. Data primer
: data koordinat sumur, data elevasi sumur, data conductivity air sumur, data fluktuasi muka air
tanah, dan data kedalaman sumur.
Alat dan media yang digunakan
1. GPS (Global Positioning System) digunakan untuk mengidentifikasi lokasi setiap sumur sehingga diperoleh
koordinat geografis dari masing-masing sumur;
2. Waterpass digunakan untuk mengetahui elevasi air tanah terhadap tinggi muka air laut rata-rata atau Mean Sea
Level (MSL); dan
3. Quality Water Checker digunakan untuk mengecek nilai conductivity air tanah. Pada penelitian ini Quality
Water Checker yang digunakan adalah tipe WQC-20A.
Kegiatan Penelitian
Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan survei pendahuluan dalam upaya pendataan sumur pada lokasi penelitian yang menyangkut
kepemilikan, kegunaaan sumur serta ijin untuk melakukan pengambilan data;
2. Koordinat geografis dari masing-masing sumur dan tracking garis pantai yang diperoleh dari alat GPS (Global
Positioning System) diolah dengan menggunakan software Map Source. Dengan software ini dapat dihitung
jarak setiap sumur terhadap garis pantai;
3. Metode penentuan sampel sumur menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Penelitian ini dilakukan
dengan mengelompokkan sumur tes dengan jarak 3 m- 30 m dari garis pantai. Dari jarak tersebut dilakukan
pemilihan 2 sumur tes sebagai sampel dengan cara random (acak) sehingga terpilihlah 9 sumur sebagai sampel
yang akan diukur;
4. Parameter intrusi air laut dapat diketahui dengan pengukuran conductivity (daya hantar listrik yang
menunjukkan banyaknya zat padat yang terlarut dalam bentuk ion-ion). Klasifikasi penggolongan nilai
conductivity sehingga dikategorikan sebagai air tawar atau air laut dapat dilihat pada skema di bawah ini:
Gambar 1. Klasifikasi nilai conductivity dalam S/m
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
A - 138
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Keairan
5.
Checker. Pengukuran
Pengukuran conductivity air sumur dilakukan dengan menggunakan alat Quality Water Checker
06.00-19.00 WIB setiap
dilakukan selama tujuh hari dengan periode waktu 13 jam yang dilakukan mulai pukul 06.00
lebih dalam sekali
dua jam, hal ini dikarenakan jarak antar lokasi sumur yang menghabiskan waktu satu jam lebi
pengukuran; dan
6.
Indikasi terjadinya intrusi air laut terhadap air tanah dapat ditentukan dengan mengecek nilai conductivity dari
setiap sumur. Data yang diperoleh kemudian diolah menggunakan grafik untuk mengetahui hubungan antara
conductivity terhadap jarak. Untuk mendapatkan persamaan matematik yang menggambarkan hubungan antara
endapatkan hubungan yang akurat.
keduanya, maka dilakukan analisis regresi agar m
mendapatkan
3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran lokasi penelitian
Iboih merupakan daerah tujuan wisat
wisataa bahari yang menyajikan pemandangan alam bawah laut yang sangat indah.
Pemandangan ini dapat dinikmati dengan menyelam ataupun dengan menaiki perahu dengan dasar kaca yang telah
kan hingga ke Pulau Rubiah. Selain
tersedia disana. Eksplorasi keindahan alam bawah laut di Iboi
Iboih dapat dilanjutkan
pemandangan alam bawah laut, potensi wisata yang dapat dikelola dari Iboih adalah wisata memancing ((game
fishing).
). Potensi pariwisata ini merupakan peluang untuk menarik kunjungan wisatawan dunia dengan semua
fasilitas berskala internasional. Secara geografis Iboih terletak pada 05o53’00” LU - 05o50’00” LU dan 95o17’00”
laut.
BT - 95o14’00” BT. Kelurahan Iboih memiliki luas 15 Km2, dengan tinggi rata-rata + 28 m di atas permukaan laut
Ditinjau dari kondisi topografis wilayah, terdiri dari + 3% daratan rendah, + 10% daratan bergelombang, + 35%
bebukit dan + 52% bebukit sampai bergunung. Penelitian ini dilakukan di desa Teupin Layeu dengan luas area 8 ha.
Peta lokasi penelitian dapat dilihat
lihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta lokasi penelitian
Kondisi sumur tes
a. Sumur 1
Sumur ini merupakan sumur pertama dari objek penelitian yang terletak ddalam
alam pekarangan makam Aulia di D
Desa
Iboih.
Koordinat sumur
: 50 52’ 18.4” LU dan 950 15’ 33.0” BT
Jarak dari garis pantai
: 3,4864 m
Kedalaman
: 4,7 m
Gambar 3. Sumur 1
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24
24-26 Oktober 2013
A - 139
Keairan
b. Sumur 2
Sumur
umur ini merupakan salah satu sumur yang banyak digunakan oleh masyarakat, baik ooleh
leh wisatawan lokal maupun
mancanegara. Sumur ini digunakan sebagai sumber air bebe
beberapa
rapa kamar pemandian bagi wisatawan
wisatawan-wisatawan yang
berkunjung.
Koordinat sumur
: 50 52’ 24.9” LU dan 950 15’ 22.4” BT
Jarak dari garis pantai
: 4.572 m
Kedalaman
: 2,7 m
Gambar 4. Sumur 2
c. Sumur 3
Sumur ini merupakan sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bagi wisatawan yang menetap di
cottage pada lokasi tersebut.
Koordinat sumur
: 50 52’ 18.9” LU dan 950 15’ 27.7” BT
Jarak dari garis pantai
: 12,192m
Kedalaman
: 4,7 m
Gambar 5. Sumur 3
d. Sumur 4
Sumur ini merupakan sumur yang hanya digunakan untuk pemandian para wisatawan. Sumur ini memiliki kualitas
yang kurang baik untuk digunakan sehari
sehari-hari.
Koordinat sumur
: 50 52’ 18.9” LU dan 950 15’ 27.7” BT
Jarak dari garis pantai
: 16.154 m
Kedalaman
: 4,7 m
Gambar 6. Sumur 4
Konferensi
erensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
A - 140
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta
Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Keairan
e. Sumur 5
Sumur ini merupakan sumberr air yang memiliki kualitas ai
air yang baik, akan tetapi masyarakat cenderung tidak
menggunakan sumber ini dikarenakan lokasi sumur yang cukup tinggi dan kuantitasnya
titasnya yang minim.
Koordnat sumur
: 50 52’ 25.4” LU dan 950 15’ 21.8” BT
Jarak dari garis pantai
: 17,374 m
Kedalaman
: 5,1 m
Gambar 7. Sumur 5
f. Sumur 6
Sumur ini banyak digunakan oleh masyarakat sekitar. Sumur ini memiliki kualitas dan kuantitas air yang baik.
Sumber air ini sering dijadikan sebagai tempat penyucian para ibu
ibu-ibu
bu rumah tangga di sekitar pesisir pantai.
Koodinat sumur
: 50 52’ 21.1” LU dan 950 15’ 24.2” BT
Jarak dari garis pantai
: 17.983 m
Kedalaman
: 3,56 m
Gambar 8. Sumur 6
g. Sumur 7
Sumur ini merupakan sumur yang digunakan untuk kebutuhan domestik rumah tangga. Sumber utama air sumur ini
merupakan air yang dibeli dari sumur tampungan yang terletak tidak jauh dari lokasi pantai.
Koordinat sumur
: 50 52’ 24.1” LU dan 950 15’ 22.2” BT
Jarak dari garis pantai
: 27.432 m
Kedalaman
: 5,08 m
Gambar 9. Sumur 7
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24
24-26 Oktober 2013
A - 141
Keairan
h. Sumur 8
Sumur ini terletak di menasah desa Iboih, sumur ini memiliki kualitas dan kuantitas yang cukup baik untuk terus
digunakan. Sumur ini digunakan untuk kebutuhan peribadatan masyarakat sekitar. Selain itu tidak jarang juga sumur
ini juga digunakan oleh wisatawan untuk pemandian.
Koordinat sumur
: 50 52’ 24.9” LU dan 950 15’ 22.4” BT
Jarak sumur dari garis pantai
: 28,042 m
Kedalaman
: 3,56 m
Gambar 10. Sumur 8
i. Sumur 9
Sumur ini merupakan sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat dengan cara membeli. Sumur ini memiliki
kuantitas yang cukup banyak, secara kualitas sumur ini tidak memenuhi standar air bersih dikarenakan memiliki
kadar kekeruhan yang tinggi, namun hal ini tidak menyurutkan perilaku masyarakat untuk tetap menggunakan
sumber ini dikarenakan minimnya sumber air di kawasan tersebut.
Koordinat sumur
: 50 52’ 33.2” LU dan 950 14’ 51.4” BT
Jarak sumur dari garis pantai
: 34,138 m
Kedalaman
: 2,34
Gambar 11. Sumur 9
Analisa intrusi air laut
Tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan airtanah dapat diketahui ddengan
engan analisis kualitasnya berdasarkan
parameter conductivity (gambaran
gambaran numerik dari kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik
listrik). Nilainya
tergantung pada kandungan garam-garam
garam terlarut yang dapat terionisasi dalam air pada temperatur saat pengukuran
dilakukan. Secara teoritis
itis air laut memiliki nilai conductivity yang tinggi karena mengandung banyak senyawa kimia
yang mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik. Oleh karena itu, untuk memprediksi suatu
daerah terintrusi air laut dapat dilihat dari pola penyebaran hubungan nilai conductivity terhadap jarak dari garis
pantai. Semakin jauh dari garis pantai secara teoritis nilai conductivity semakin kecil. Pengukuran conductivity air
tanah dilakukan selama 7 hari dengan periode waktu 2 jam. Data conductivity sumur selama tujuh hari dapa
dapat dilihat
pada tabel 1. Dari data conductivity yang telah diukur dapat diketahui pola penyebaran conductivity terhadap jarak
disajikan pada Gambar 12.. Kurva pola penyebaran conductivity yang
dari garis pantai yang secara jelas dan lengkap disajika
gresi power karena metode regresi tersebut mempunyai nilai koefis
disajikan menggunakan metode regresi
koefisien determinan
yang mendekati nilai 1 dibandingkann dengan metode regresi yang lain.
Konferensi
erensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
A - 142
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta
Surakarta, 24-26 Oktober 2013
Keairan
Tabel 1. Data conductivity sumur test.
sumur
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Jarak dari
garis pantai
(m)
3.4864
4.572
12.192
16.154
17.374
17.983
27.432
28.042
34.138
Nilai conductivity (S/m)
Hari 1
1.016
1.017
0.014
0.045
0.042
0.016
0.016
0.025
0.010
Hari 2
1.018
1.019
0.019
0.047
0.046
0.022
0.018
0.024
0.009
Hari 3
1.020
1.020
0.013
0.051
0.053
0.019
0.018
0.025
0.010
Hari 4
1.023
1.024
0.015
0.056
0.063
0.025
0.020
0.026
0.011
Hari 5
1.036
1.028
0.037
0.086
0.087
0.056
0.030
0.051
0.021
Hari 6
1.034
1.026
0.037
0.086
0.082
0.058
0.030
0.052
0.024
Hari 7
1.033
1.023
0.041
0.086
0.092
0.058
0.028
0.055
0.021
ratarata
1.026
1.022
0.025
0.065
0.067
0.036
0.023
0.037
0.015
947,4.:9/?.>4@4>C=8
?-?92,9 5,<,6/,9.:9/?.>4@4>C
H
G
+J
5,<,68
Grafik 12. Hubungan jarak dan conductivity
Suatu daerah terintrusi air laut dapat diprediksi dengan menghubungkan nilai conductivity terhadap jarak dari garis
pantai. Jika diamati dari kurva diatas, maka nilai conductivity menurun seiring dengan semakin jauh daerahnya dari
tepi pantai. Dari kurva diatas dapat diprediksi sebaran nilai conductivity dengan suatu persamaan regresi power. Pola
penyebaran nilai conductivity sumur dangkal berdasarkan jarak dari garis pantai diperoleh persamaan regresinya
yaitu y = 9,9174x-1,849 dengan R² = 0,8681. Dari hasil pengukuran dan analisa data yang dilakukan, ditemukan 2 dari
sembilan sumur warga di sekitar pesisir pantai telah terintrusi. Kedua sumur yang terintrusi tersebut memiliki jarak
<5 m dari garis pantai dengan nilai conductivity lebih besar dari 1 S/m. Disarankan kepada masyarakat untuk
memperoleh air tanah dengan kualitas yang lebih baik pada jarak >5 m dari garis pantai.
4.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Nilai conductivity pada sumur-sumur yang menjadi objek penelitian berada pada rentang nilai 0,015-1,026 S/m.
2. Conductivity air tanah sumur pada daerah penelitian lebih tinggi di daerah dekat dengan garis pantai dan
menurun bila terletak jauh dari garis pantai.
3. Indikasi intrusi air laut di kawasan ini berjarak kurang dari 5 meter dari garis pantai. Hasil menunjukkan bahwa
untuk jarak tersebut ditemukan 2 sumur yang terintrusi dengan nilai conductivity lebih besar dari 1 S/m.
DAFTAR PUSTAKA
Putranto,TT. dan Kusuma, KI. (2009). “Permasalahan Air tanah Pada Daerah Urban”. Jurnal Teknik, Vol. 30 No. 1.
Soemarto, CD. (1999). Hidrologi Teknik Edisi Ke-2. Penerbit Erlangga, Jakarta
Sosrodarsono, S. dan Takeda, S. (2003). Hidrologi untuk Perairan. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
Husni, A. dan Santoso, R. (2012). “Sebaran TDS, DHL, Penurunan Muka Air Tanah dan Prediksi Intrusi Air Laut di
Kota Tangerang Selatan”. Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 7 (KoNTekS 7)
Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013
A - 143
Download