analisis kualitas pelayanan - MMT – ITS

advertisement
D-15-1
PEMBUATAN PURWARUPA
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BERBASIS GIS DALAM
PENENTUAN LOKASI PENGEBORAN SUMUR
STUDI KASUS : LAPANGAN MINYAK ABC PT.CPI
Mursyid Nento dan Rully Soelaiman
Magister Manajemen Teknologi Informasi - Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus MMTI-ITS, Jl. Raya ITS, Sukolilo, Surabaya 60111
E-mail [email protected]
ABSTRAK
Pemilihan dan perencanaan lokasi pengeboran sumur minyak melibatkan
pertimbangan dari berbagai aspek. Dua aspek yang sering mengemuka adalah aspek
lingkungan hidup dan aspek biaya. Parameter yang mempengaruhi kedua aspek di atas
meliputi kondisi permukaan, bentuk topografi permukaan, kepemilikan lahan, dan
keberadaan fasilitas pendukung seperti jaringan jalan, jaringan pipa, dan jaringan listrik.
PT. CPI yang telah beroperasi selama puluhan tahun di daratan Riau selama ini masih
menggunakan cara-cara yang semi-manual dalam melakukan proses pemilihan dan
penyiapan lokasi pengeboran sumur minyak. Cara yang konvensional seperti ini
disamping memakan waktu yang cukup lama - bervariasi antara 7 hari hingga 30 hari juga rawan terhadap kebocoran data-data rahasia yang menyangkut rencana
pembebasan lahan. Penggunaan teknologi informasi seperti Geographical Information
System (GIS) dan pemanfaatan data-data yang sudah dimiliki diharapkan dapat
memperbaiki proses yang ada, mengurangi resiko kebocoran informasi, serta
mengurangi siklus waktu penyiapan dan perencanaan lokasi pengeboran.
Penelitian ini ditujukan untuk merancang dan mengimplementasikan suatu
purwarupa sistem pendukung keputusan berbasis GIS dalam perencanaan suatu lokasi
pengeboran sumur minyak. Metoda yang digunakan adalah mendayagunakan data-data
spasial yang ada untuk melakukan analisa spasial dengan menggunakan fitur-fitur yang
terdapat pada perangkat lunak ArcMap dan ArcIMS. Analisa spasial yang dilakukan
terutama adalah analisa proximity dengan cara melakukan buffering terhadap titik
koordinat usulan lokasi pengeboran.
Studi kasus dilakukan pada lapangan minyak ABC – lapangan minyak terbesar dan
tertua yang dioperasikan PT.CPI. Pemilihan lapangan minyak ABC didasari oleh
pertimbangan bentuk topografinya yang berbukit-bukit yang tergolong paling kompleks
dibanding lapangan minyak-lapangan minyak PT.CPI lainnya. Selain itu ketersediaan
data cukup mendukung untuk terlaksananya obyektif dari penelitian ini.
Uji coba dilakukan dengan menggunakan data-data spasial yang sudah ada pada
basis data spasial PT.CPI. Data-data pendukung lainnya diperoleh melalui proses
konversi dari data-data CAD yang telah ada ke format GIS yang kemudian di-load ke
basis data spasial. Perancangan tampilan peta dilakukan dengan menggunakan tool
ArcMap. Setelah rancangan tampilan final diperoleh, maka berdasarkan rancangan
tersebut, dibangun tampilan dalam bentuk web dengan menggunakan tool ArcIMS.
Dengan demikian para pengguna dapat melakukan analisis secara interaktif melalui
web.
Kata kunci: Perencanaan lokasi, Analisa spasial, Geographical Information System,
ArcMap, ArcIMS, Analisa Proximity, Buffering.
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-2
Pendahuluan
Dua aspek yang sering mengemuka dalam proses pemilihan dan perencanaan
lokasi pengeboran sumur minyak adalah aspek lingkungan hidup dan aspek biaya.
Parameter yang mempengaruhi kedua aspek di atas mencakup kondisi permukaan,
bentuk topografi permukaan, kepemilikan lahan, dan keberadaan fasilitas pendukung
seperti jaringan jalan, jaringan pipa, dan jaringan listrik. Tantangan yang dihadapi
adalah bagaimana menentukan titik lokasi pengeboran dipermukaan berdasarkan acuan
target bawah tanah yang telah ditetapkan oleh ahli geologi yang memungkinkan
pengeboran dan pembangunan fasilitas pendukung dapat dilakukan dengan biaya yang
seefisien mungkin tanpa mencemari lingkungan sekitar.
PT. CPI yang telah beroperasi selama puluhan tahun di daratan Riau selama ini
masih menggunakan cara-cara yang semi-manual dalam melakukan proses pemilihan
dan penyiapan lokasi pengeboran sumur minyak. Analisa dan penentuan lokasi sumur
baru banyak mengandalkan pada penggunaan gambar atau peta drafting dalam format
Computer Aided Design (CAD). Gambaran lokasi di permukaan diperoleh setelah titik
koordinat lokasi kandidat sumur di-plot ke dalam gambar atau peta drafting tersebut.
Cara yang konvensional seperti ini disamping memakan waktu yang cukup lama juga
rawan terhadap kebocoran data-data rahasia yang menyangkut rencana pembebasan
lahan.
Dalam makalah ini akan dibahas pembuatan purwarupa alat bantu untuk
menentukan titik lokasi pengeboran dan perencanaan fasilitas sumur baru pada lapangan
minyak ABC, salah satu lapangan minyak yang dioperasikan oleh PT.CPI. Purwarupa
ini diharapkan dapat disempurnakan sehingga dapat digunakan sebagai alat resmi untuk
mendukung proses penyiapan lokasi pengeboran sumur di perusahaan.
Teknologi atau metoda yang digunakan adalah metoda Geographical Information
System (GIS). Pemilihan metoda ini didasarkan pada kemampuan
GIS
mengombinasikan berbagai macam data untuk memodelkan keadaan di lapangan dan
melakukan analisa spasial. Uji coba dilakukan dengan menggunakan data spasial yang
terdapat pada aplikasi-aplikasi GIS yang sudah ada dan dikombinasikan dengan datadata gambar as-built yang diperoleh dari grup Drafting perusahaan. Data-data gambar
dalam format CAD ini dikonversi ke dalam format GIS yang kemudian di-load ke
dalam basis data spasial. Perancangan tampilan peta dilakukan dengan menggunakan
tool ArcMap. Setelah rancangan tampilan final diperoleh, maka berdasarkan rancangan
tersebut, dibangun tampilan dalam bentuk web dengan menggunakan tool ArcIMS.
Dengan demikian para pengguna dapat berinteraksi dengan peta melalui web.
Pemilihan lapangan minyak ABC sebagai obyek studi kasus dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Lapangan minyak ini adalah lapangan minyak yang terbesar yang dioperasikan
oleh PT. CPI saat ini.
2. Topografi lapangan minyak yang cukup kompleks (berbukit-bukit) menyajikan
tantangan tersediri dalam pekerjaan perencanaan lokasi pengeboran.
3. Ketersediaan data spasial yang relatif lebih lengkap dibanding lapangan minyak
PT.CPI lainnya.
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-3
Pengembangan Lapangan Minyak
Penemuan cadangan minyak bumi pada suatu area tidak serta merta diikuti oleh
kegiatan pengembangan area tersebut menjadi lapangan minyak. Keputusan untuk
menindaklanjuti suatu temuan bergantung pada perhitungan layak atau tidaknya
cadangan tersebut di produksi secara ekonomis. Kalkulasi ekonomis melibatkan
penghitungan estimasi jumlah cadangan minyak yang ada, prediksi harga minyak serta
besar investasi yang harus ditanamkan untuk memproduksi minyak tersebut. Kegiatan
produksi meliputi pekerjaan mengangkat minyak mentah dari bawah tanah hingga ke
permukaan, mengalirkannya ke stasiun pengumpul untuk dibersihkan, dan
mengangkutnya ke pelabuhan atau pengilangan minyak terdekat.
Jika jumlah cadangan minyak di suatu area dinyatakan ekonomis, maka area
tersebut dinyatakan sebagai lapangan minyak baru. Tahapan pengembangan selanjutnya
dilakukan dengan melakukan pengeboran step-out dengan tujuan untuk mengetahui
batas lapangan minyak. Setelah batas lapangan minyak diketahui, maka untuk
seterusnya dilakukan pengeboran infill yaitu pengeboran pada daerah-daerah yang
diketahui produktif [3]. Tahapan-tahapan pengembangan lapangan minyak di atas tentu
saja dibarengi dengan pembangunan infrastruktur pendukung seperti pembangunan
stasiun pengumpul, pembangunan jaringan jalan, pembangunan jaringan pipa,
pembangunan jaringan listrik, dan sebagainya.
Pemilihan Lokasi Pengeboran Sumur
Penentuan titik koordinat dari formasi bawah tanah yang menjadi sasaran
pengeboran dilakukan oleh ahli geologi berdasarkan hasil analisa dan interpretasi datadata geologi yang telah dikumpulkan. Titik koordinat yang dipilih tentu saja telah
dipertimbangkan akan memberikan hasil produksi yang maksimal. Sebagai ilustrasi,
gambar 1 memperlihatkan penampang dari suatu formasi jebakan hidrokarbon.
Gambar 1. Penampang Jebakan Hidrokarbon
Karena berat jenisnya yang lebih ringan, minyak atau gas selalu berada di atas air.
Jika minyak bumi atau gas yang menempati jebakan tersebut di ambil (diproduksi),
maka posisi air akan naik menggantikan posisi minyak atau gas yang telah diangkat ke
permukaan. Dengan demikian, untuk menghasilkan produksi yang maksimal maka titik
sasaran pengeboran yang ideal adalah titik a (ditengah atau dipuncak dari formasi).
Pemilihan koordinat ini tentu saja tidak mempertimbangkan kondisi dari permukaan.
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-4
Idealnya, titik pengeboran di permukaan bumi adalah titik a’ yang tegak lurus
terhadap sasaran pengeboran, sehingga yang dihasilkan adalah sumur vertikal seperti
yang terlihat pada gambar 2 di bawah.
Gambar 2. Sumur Vertikal
Pengeboran secara vertikal secara operasional lebih sederhana dan umumnya
biayanya lebih murah daripada pengeboran menyamping. Akan tetapi terkadang kondisi
di permukaan tidak memungkinkan untuk melakukan pengeboran secara vertikal.
Kondisi ini antara lain jika formasi atau sasaran pengeobran yang dituju terletak
dibawah :
 sungai atau rawa,
 bangunan-bangunan atau perkotaaan,
 lahan yang kritis.
Selain daripada dua hal di atas, faktor lain seperti kondisi topografi permukaan, dan
rumitnya masalah pembebasan lahan juga sering menjadi faktor yang dipertimbangkan
dalam memilih cara pengeboran yang akan dilakukan.
Perencanaan Fasilitas Pendukung
Untuk beroperasinya suatu sumur diperlukan sarana-sarana pendukung. Saranasarana tersebut adalah antara lain sarana jalan ke lokasi sumur, pipa salur, dan listrik.
Untuk pembuatan sumur baru, perlu dibangun akses jalan ke lokasi pengeboran yang
akan dilalui oleh kendaraan-kendaraan berat yang mengangkut menara pengeboran, dan
material-material lainnya. Pipa salur berfungsi menyalurkan fluida dari permukaan
sumur sampai ke stasiun pengumpul. Pipa salur ini direntangkan di permukaan
mengikuti permukaan tanah yang dilalui. Pipa salur selalu dipasang dipinggir jalan yang
dibangun untuk tujuan memudahkan perawatan pipa salur. Jalur listrik baru diperlukan
untuk men-suplai listrik ke pompa yang terpasang di sumur. Energi listrik ini
dibutuhkan untuk menggerakkan pompa yang mengangkat fluida ke permukaan dan
menyalurkannya ke pipa salur.
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-5
Metoda GIS
O’Brien mengkategorikan GIS sebagai suatu sistem pendukung keputusan yang
menggunakan basis data geografis untuk menyusun dan menampilkan peta dan tampilan
grafis lainya yang mendukung keputusan-keputusan yang berkaitan dengan sebaran
geografis manusia dan sumber daya-sumber daya lainnya [2]. Karakter GIS yang paling
unik adalah bahwa setiap rekord atau obyek dijital memiliki identifikasi lokasi
geografis. Integrasi antara peta digital dengan basis data yang berorientasi spasial dan
dengan basis data lainnya menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk perencanaan,
pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan sehingga meningkatkan produktifitas
dan kualitas dari keputusan-keputusan yang akan diambil [4].
Dalam industri perminyakan, sangat banyak keputusan-keputusan dan operasioperasi yang didukung oleh analisa secara geografis. Salah satu diantaranya adalah
pemilihan lokasi sumur minyak. Pemilihan lokasi sumur merupakan problema rutin
yang dihadapi oleh personel bagian eksplorasi dan pengembangan. Jenis pekerjaan ini
melibatkan isu-isu yang berkaitan dengan regulasi, ekologi, geologi, engineering, dan
teknis yang secara tradisional dipecahkan dengan cara menumpukkan (overlay) petapeta secara terurut pada meja bercahaya [1].
Dengan perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini yang antara lain
dengan munculnya teknologi GIS, maka tentu cara tradisional yang disebutkan di atas
sudah mulai ditinggalkan. Teknologi GIS saat ini telah memungkinkan pengguna
dengan mudah berinteraksi dengan peta dan melakukan analisa spasial sederhana
melalui web. Sejumlah fitur umum GIS yang digunakan dalam penelitian ini dibahas
secara singkat pada sub-bab berikut ini.
Analisa Overlay
Analisa overlay memanipulasi spasial data yang diorganisasikan dalam dua atau
lebih layer yang berbeda untuk menghasilkan kombinasi obyek spasial (layer baru)
sesuai dengan kondisi logikal yang dispesifikasikan. Bentuk analisa overlay yang paling
sederhana dan tidak melibatkan pembentukan layer baru secara fisik adalah analisa
secara visual. Pada penelitian ini, overlay dilakukan dengan tujuan untuk menemukan
secara visual dua atau lebih data spasial (layer) yang beririsan. Karena hanya dilakukan
secara visual, maka pemunculan layer-layer yang di overlay harus dapat dirubah secara
dinamis sesuai dengan kebutuhan analisa.
Analisa Proximity
Analisa proximity dilakukan untuk mengidentifikasi obyek-obyek yang berada
dalam rentang jarak yang dispesifikasikan dari suatu obyek. Analisa ini dilakukan
misalnya untuk menjawab pertanyaan : persil tanah mana sajakah yang berada dalam
radius 100 meter dari sumur A, atau sumur-sumur mana saja yang berada dalam jarak
200 meter dari tepi sungai. Teknik yang umum dan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik buffering. Buffer adalah suatu poligon yang diciptakan melalui
reklasifikasi pada suatu jarak tertentu dari suatu entitas yang berupa titik, garis, atau
area.
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-6
Menjawab Pertanyaan-Pertanyaan Analitikal
Operasi-operasi lain yang sangat umum adalah menjawab pertanyaan-pertanyaan
analitikal seperti untuk mengetahui lokasi, jarak, informasi dari suatu obyek, dan lainlain. Sebagai contoh misalnya mencari lokasi sumur yang diusulkan, mengukur jarak
lokasi sumur tersebut dari pipa yang terdekat, dan mengetahui informasi dari persil yang
akan dibebaskan. Kecuraman dari suatu topografi permukaan dapat diperkirakan dengan
menghitung selisih elevasi dari dua titik yang diamati dan mengukur jarak antara kedua
titik tersebut.
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-7
Implementasi Purwarupa
Purwarupa sistem ini dibangun dengan mendayagunakan infrastruktur teknologi
informasi yang dimiliki oleh perusahaan. Perangkat lunak GIS yang digunakan adalah
produk dari ESRI yang terdiri seperangkat tool yaitu ArcSDE, ArcMap, ArcCatalog dan
ArcIMS. Konfigurasi perangkat lunak GIS yang dimiliki PT.CPI dapat dilihat pada
gambar 3. ArcSDE adalah spatial data engine yang merupakan middleware yang
menghubungkan antara clients dengan DBMS (Oracle) yang menyimpan data-data
spasial. ArcMap dan ArcCatalog merupakan GIS desktop yang masing-masing
digunakan untuk pembangunan data spasial dan membuat rancangan tampilan peta serta
melakukan fungsi-fungsi manajemen data. Sedangkan ArcIMS adalah tool untuk
mempublikasikan peta melalui web yang juga merupakan antarmuka antara pemakai
dengan sistem ini.
ArcMap
ArcIMS
GIS Web Server
ArcCatalog
GIS Desktop
ArcSDE
ORACLE
DBMS
GIS Desktop
Spatial DB Server
ServerPerangkat Lunak GIS PT.CPI
Gambar 3. Konfigurasi
Sumber Data
Sumber data yang digunakan berasal dari berbagai basis data. Data-data tersebut adalah
sebagai berikut :
 Lokasi sumur – lokasi dari sumur-sumur yang telah ada di ekstraksi dari basis data
Earth Science dan di-load ke basis data GIS. Kedua basis data ini disinkronisasikan
setiap malam. Lokasi sumur terdiri dari dua titik koordinat, yaitu koordinat dasar
sumur dan koordinat sumur dipermukaan.
 Persil tanah – Sistem ini membaca langsung data-data persil tanah dari basis data
persil tanah milik perusahaan. Data persil tanah terdiri dari persil tanah milik
perusahaan serta persil tanah yang berbatasan dengannya.
 Jaringan Listrik – Sistem ini membaca langsung data atau peta jaringan listrik dari
basis data Kelistrikan milik perusahaan. Data ini terdiri dari titik koordinat lokasi
tiang listrik serta jaringan kabel yang menghubungkannya.
 Jaringan Jalan – data jaringan jalan merupakan hasil dikonversi dari gambar teknik
dalam format CAD yang kemudian di-load ke basis data spasial.
 Jaringan Pipa Salur - data jaringan pipa salur merupakan hasil edit dari gambar
teknik as-built dalam format CAD yang kemudian dikonversi dan di-load ke basis
data spasial.
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-8




Topografi/Peta Rupa Bumi - data ini merupakan hasil edit dari peta topografi dari
hasil digitasi peta Bakosurtanal dalam format CAD yang kemudian dikonversi dan
di-load ke basis data spasial.
Badan air – peta sungai/danau diperoleh dari grup Drafting dalam format CAD yang
kemudian dikonversi dan di-load ke basis data spasial.
Area Reklamasi - Sistem ini membaca langsung data ini dari basis data Reklamasi
Tanah milik perusahaan.
Lokasi bawah Tanah Kandidat Sumur – data ini diperoleh langsung dari ahli geologi
yang kemudian di-load ke dalam basis data spasial.
Pembuatan Map Service
Map service adalah layanan berupa kumpulan layer geografis (peta) yang dapat
dipanggil oleh klien ArcIMS. Klien ini dapat berupa aplikasi biasa ataupun tool GIS
seperti ArcCatalog dan ArcMap. Aliran proses pembuatan Map Services ini
diperlihatkan pada gambar 4. Melalui ArcIMS Author, peta yang akan dibuat
didefinisikan. Pendefinisian ini mencakup penentuan layer-layer dari data sumber yang
akan ditampilkan, termasuk simbologi dan warnanya. Keluaran dari ArcIMS Author
adalah definisi tampilan dalam format ArcXML -XML yang dispesikasikan untuk
ArcIMS- yang disebut Map Configuration File. Map Configuration File adalah source
code yang akan di proses oleh ArcIMS menjadi Map service.
Gambar 4. Proses Pembuatan Map Service
Pembuatan Situs Web
Pembuatan sistus web dilakukan dengan menggunakan ArcIMS Designer. ArcIMS
Designer memberikan panduan dalam merancang situs web melalui serangkaian panelpanel untuk memilih Map Service mana yang akan ditampilkan, bentuk halaman yang
yang dipilih, dan operasi-operasi serta fungsi-fungsi mana saja yang akan tersedia dalam
web browser klien. Keluaran dari ArcIMS Designer adalah sekumpulan halaman
HTML. Purwarupa ini menggunakan halaman Web yang dihasilkan ArcIMS Designer
apa adanya tanpa ada perubahan.
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-9
Uji Coba dan Evaluasi
Pada bagian ini diperlihatkan uji coba dari prototipe serta evaluasinya. Kendati
cukup banyak variasi skenario yang dapat diberikan, pada makalah ini penulis
membatasi hanya pada 3 (tiga) skenario simulasi berbeda.
Skenario Simulasi
Diasumsikan bahwa untuk setiap skenario, sumur yang diusulkan adalah sumur
vertikal. Dengan asumsi seperti ini, maka alternatif pertama lokasi pengeboran adalah
titik di permukaan tanah yang tegak lurus dengan target sasaran yang akan di bor di
bawah tanah.
Skenario 1.
Lokasi target pengeboran terlihat seperti pada gambar 5. Peta topografi
menunjukkan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang cukup datar yang
ditunjukkan oleh garis kontur yang tidak rapat. Dari hasil overlay dengan data rencana
reklamasi, terlihat bahwa lokasinya tepat berada di atas area rencana reklamasi,
sehingga tidak memungkinkan untuk membangun sumur di area tersebut. Pengeboran
miring harus dilakukan dan diusahakan lokasi sumur berada dalam kompleks sumur
terdekat yang masih memungkinkan dilakukannya penambahan sumur. Dengan
melakukan analisa proximity dengan teknik buffering, maka diperoleh kompleks sumur
terdekat.
Area Rencana
Reklamasi
pengeboran
Buffer 250 meter
dari target
pengeboran
Daftar Sumur
dalam cakupan
buffer
Target
pengeboran
Gambar 5. Skenario 1
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-10
Skenario 2.
Lokasi target pengeboran terlihat seperti pada gambar 6. Peta topografi
menunjukkan bahwa daerah sekitar merupakan daerah berbukit yang ditunjukkan oleh
garis kontur yang cukup rapat. Target pengeboran vertikal tepat berada dilereng bukit.
Lokasi ini kurang ideal untuk dijadikan sebagai lokasi sumur baru, karena akan
membutuhkan waktu dan biaya yang besar untuk meratakan permukaan tanah untuk
daerah seluas 100 meter persegi. Alternatif lainnya adalah bergabung sumur-sumur
yang terdekat. Dengan melakukan analisa proximity dengan teknik buffering, maka
diperoleh kompleks sumur terdekat.
Buffer 300 meter
dari target
pengeboran
Kontur yang
rapat
Reklamasi
pengeboran
Target
pengeboran
Daftar Sumur
dalam cakupan
buffer
Gambar 6. Skenario 2
Skenario 3.
Lokasi target pengeboran terlihat seperti pada gambar 7. Peta topografi menunjukkan
bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang cukup datar yang ditunjukkan oleh garis
kontur yang tidak rapat. Lokasi ini cukup ideal untuk dijadikan sebagai lokasi sumur
baru, akan tetapi lokasinya berada di lahan bukan milik perusahaan. Pembebasan tanah
diperlukan untuk pembangunan kompleks sumur dan jalan akses. Selain pembebasan
lahan, pembangunan pipa salur dan jalur listrik juga dibutuhkan untuk menghubungkan
calon sumur baru dengan jaringan pipa salur dan jaringan listrik terdekat yang
memungkinkan. Alternatif lainnya adalah lokasinya dipindahkan pada kompleks sumur
terdekat dengan resiko harus melakukan pengeboran miring yang membutuhkan biaya
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-11
yang lebih besar, tetapi dilain pihak dapat menghindari adanya biaya pembebasan lahan
dan pembangunan fasilitas tambahan. Kedua alternatif ini dibandingkan untuk dipilih
yang terbaik. Pada gambar di bawah terlihat bahwa disebelah selatan target terdapat
sumur dengan pengeboran miring. Perlu didiskusikan dengan ahli Geologi kemungkinan
dilakukan pengeboran pada kompleks yang sama.
Batas Persil
Milik CPI
(warna hijau)
Sumur Dengan
Pengeboran
Miring
Daftar Persil
Non-CPI dalam
cakupan buffer
Target
pengeboran
Gambar 7. Skenario 3
Evaluasi
Dari hasil uji coba dengan pengguna, diperoleh fakta adanya data-data yang tidak
mutakhir atau tidak sinkron. Misalnya ditemukan adanya kompleks sumur yang berada
diluar persil tanah CPI. Hal ini menunjukkan bahwa periodisasi peremajaan antara data
sumur dengan data persil tanah tidak sinkron.
Purwarupa ini tidak menyediakan fasilitas yang memungkinkan pengguna
memasukkan data koordinat secara interaktif. Pada uji coba yang telah dilakukan, data
koordinat usulan lokasi target pengeboran telah di-load sebelumnya secara offline
kedalam basis data spasial.
Purwarupa ini belum menyajikan peta geologi yang lengkap. Adanya peta geologi
yang lengkap memungkinkan terjadinya diskusi secara kolaboratif antara ahli geologi
dengan para insinyur koleganya dalam menetapkan alternatif lokasi pengeboran, jika
pengeboran tidak dapat dilakukan secara vertikal.
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
D-15-12
Kesimpulan
Dari hasil uji coba yang telah dilakukan bersama dengan pengguna dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :


Sistem yang dibuat ini dapat membantu para pembuat keputusan dalam menetapkan
dan merencanakan lokasi pengeboran sumur baru, terutama dalam mempersingkat
siklus proses. Untuk keeffektifan penggunaannya, prasayarat utama yang harus
dipenuhi adalah kelengkapan data serta peremajaan data yang kontinyu sehingga
data atau peta yang disajikan selalu mutakhir.
Adanya sistem ini tidak berarti kunjungan fisik kelapangan tidak lagi diperlukan.
Keterbatasan teknologi yang digunakan serta terutama keterbatasan detil data
mengharuskan tetap diadakannya kunjungan fisik untuk mendapatkan detail
informasi yang tidak diperoleh dari sistem ini.
Referensi
[1] Gaddy, E. Dean, Introduction to GIS for The Petroleum Industry, PennWell, 2003
[2] O’Brien, A. James, Management Information System – Managing Information
Technology in the Business Enterprise, 6th Edition, Mc Graw Hill, 2004
[3] Pramono, Heru dan Asep Kurnia Permadi, “Petroleum Engineering for Non
Petroleum Engineer”, Hand out of Petroleum Engineering for Non Petroleum
Engineer course, Bandung, October 2001
[4] Turban, Efraim, Jay E.Aronson, and Ting Peng Liang, Decision Support System
And
Intelligent System, Pearson Prentice Hall, 2001
____________________________________________________________________________
ISBN : 979-99302-0-0
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi I
25-26 Pebruari 2005
Program Studi Magister Manajemen Teknologi
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Download