IV. METODA FENELITIAN 4.1. Tcknologi

advertisement
IV. METODA FENELITIAN
4.1. Tcknologi pcmataagan induk ikan pantau jantan dan betina
Teknologi pematangan induk ikan pantau sebagai ikan uji dalam penelitian
dilajcukan dalam keramba yang telah disiapkan di Desa Ranah, Kecamatan Kampar
Kabupaten Kampar dan dalam bak fiber di Laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau (Lampiran 1). Induk ikan diperoleh
dari hasil tangkapan yang biasa dilakukan oleh para nelayan di perairan Sungai
Kampar, Riau.
Induk ikan yang akan dimatangkan
diseleksi dengan karetaria
memiliki tingkat kematangan gonad II dan dari spesies Rasbora lateristriata Blkr
sesuai dengan rencana penelitian. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan Tubex sp
dan pellet dengan kandungan protein 32 % dengan tujuan agar ikan dapat matang
gonad secara homogen dan dalam waktu yang singkat, sesuai dengan perlakuan
yang telah dicobakan pada ikan kapiek (Puntim schwanefeldi Blkr) yang berasal dari
perairan Sungai Kampar pada tingkat kematangan gonad II diberi pakan pellet +
vitamin E 10 %/IOO g diet dapat mencapai tingkat kematangan gonad IV dalam
waktu 2,5 bulan (Sukendi, Putra dan Yurisman, 2006).
Induk ikan pantau yang telah mencapai tingkat kematangan gonad IV dari
\
hasil pematangan
(Lampiran 2) maka selanjutnya dilakukan
gonadosomatik Indeks (GSI) dengan menggunakan formula
pengukuran
yang dikemukakan
Effendie(I992)yaitu:
Bobot gonad (g)
= ------------------- x 100%
Bobot tubuh (g)
i
Untuk menduga jumlah telur yang dihasilkan maka dilakukan pula
perhitungan nilai fekunditas berdasarkan metoda sub contoh dengan gravimetrik
(Nikolsky, 1963) yaitu : F : t = B : b
dimana :
F = fekunditas (butir),
t = jumlah telur dari contoh gonad (butir),
B = bobot gonad seluruhnya (g) dan
b = bobot contoh gonad (g).
Untuk seleksi pematangan gonad induk ikan pantau jantan dilakukan
pengukuran volume semen
yang dihasilkan
dengan cara menampung semen
13
menggunakan spuit tanpa jarum, hal ini karena keberhasilan pembenihan bukan saja
tergantung pada kualitas telur, tetapi juga sangat ditentukan dengan kualitas
spermatozoa dari induk ikan jantan. Dari hasil pengukuran parameter tersebut diatas
akan diperoleh teknologi pematangan gonad induk ikan pantau jantan dan betina
yang tepat siap dipijahkan dengan pemberian pakan tersebut di atas.
4.2. Pemijahan buatan ikan pantau
4.2.1. Teknologi penggunaan dosis kombinasi hCG dan ekstrak kelenjar
hipofisa ikan mas untuk meningkatkan daya rangsang ovulasi dan
kualitas telur induk ikan pantau betina
Periakuan dan Rancangan
Perlakuan penyuntikan kombinasi hCG dengan ekstrak kelenjar hipofisa ikan
mas terhadap induk ikan pantau betina
dilakukan berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya terhadap induk ikan kapiek (Puntius sckwcmefeldi Blkr) (Putra dan
Sukendi, 2005), dimana perlakuan yang terbaik adalah kombinasi 800 IU hCG/kg
bobot tubuh + 2 dosis. Maka untuk induk ikan pantau betina yang akan diteliti ini
dicoba untuk menaikkan dan menurunkan dosis pada induk ikan kapiek yang
diperoleh sebelumnya, yaitu dengan perlakuan :
P. A
P. B
P. C
P. D
P. E
P. F
=
=
=
=
=
=
Kontrol (1 ml larutan Na Cl fisiologis 0,65 %/kg bobot tubuh)
hCG 400 lU/kg bobot tubuh + CPE 2 dosis
hCG 600 lU/kg bobot tubuh + CPE 2 dosis '
hCG 800 lU/kg bobot tubuh + CPE 2 dosis
hCG 1000 lU/kg bobot tubuh + CPE 2 dosis
hCG 1200 lU/kg bobot tubuh + CPE 2 dosis
Ulangan dari masing-masing perlakuan dilakukan tiga kali sehingga jumlah
keseluruhan induk ikan pantau betina yang diperlakukan ada sebanyak 18 ekor.
Sedangkan wadah tempat induk ikan diperlakukan terdiri dari akuarium ukuran 60 x
60 x 40 cm yang telah dilengkapi dengan aerasi. Penyuntikan dilakukan dua kali
dimana penyuntikan pertama menggunakan hCG sedangkan penyuntikan kedua
menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa ikan mas sesuai dengan peran kedua hormon
tersebut dalam proses reproduksi ikan (Gambar 2 sebelumnya).
1
14
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
model rancangan sebagai berikut:
Yij
i
=
u, + T i + Z ij
dimana:
Y ij
=
jj.
Ti
£ ij
=
=
=
Hasil pengamatan individu yang mendapat perlakuan ke - i
dan ulanganke-j
Rata-rata umum
Pengaruh perlakuan ke-i
Pengaruh galat perlakuan ke - i ulangan ke - j
Peubah yang diukur untuk mewakili respons daya rangsang ovuiasi dan
kualitas telur induk ikan pantau betina terdiri atas :
1.
Waktu laten
Waktu laten ditentukan
dengan cara
menghitung selisih antara
waktu
penyun-tikan terakhir dengan saat terjadi ovuiasi yang dinyatakan dengan
satuan jam.
2.
Jumlah telur yang diovulasikan
Perhitungan
jumlah
telur
yang
diovulasikan
dilakukan
dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
x n
dimana : A
a
b
n
3.
=
=
=
=
Jumlah telur (butir) yang berhasil diovulasikan
Berat (gram) semua telur yang diovulasikan
Berat (gram) sub sampel telur
Jumlah rata-rata (butir) sub sampel telur
Diameter telur
Diameter telur ditentukan dengan cara mengambil sampel
pengurutan ikan yang telah diberi perlakuan,
telur dari hasil
kemudian dari telur yang
diperoleh diambil sebanyak 50 butir untuk diukur diameternya di bawah
mikroskop yang telah dilengkapi dengan mikrometer okuler.
4.
Kematangan telur
Kematangan telur ditentukan
dengan cara mengambil 50 butir telur hasil
pengurutan, kemudian ditetesi
larutan transparan yang terdiri atas larutan
alkohol 95 % sebanyak 85 cc, formaldehida 40 % sebanyak 10 cc dan asam
15
asetat 100 % sebanyak 5 cc (Woynarovich dan Horvath, 1980). Setelah 5 - 1 0
menit diamati
di bawah mikroskop telur yang intinya telah berpindah ke
pinggir. Persentase kematangan telur ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
T
K
x 100%
M
dimana:
K
T
M
= Prosentase kematangan telur
= Jumlah telur yang intinya telah menepi
= Jumlah keseluruhan telur contoh yang diamati
Selain pengukuran parameter tersebut diatas
dilakukan pula pengamatan
preparat histologi ovarium ikan uji dari masing-masing perlakuan. Pengamatan
preparat histologi ini bertujuan untuk melihat perkembangan yang terjadi
pada
ovarium ikan uji akibat perlakuan yang diberikan, terutama perkembangan oosit di
dalam
ovarium. Waktu pembuatan preparat histologi ovarium setelah perlakuan
dibuat berdasarkan
waktu laten yang terkecil (terbaik) pada waktu pengamatan
pengaruh perlakuan terhadap daya rangsang ovulasi dan kualitas telur sebelumnya.
Pembuatan preparat histologi berdasarkan metoda mikroteknik Gunarso (1989). Dari
hasil pengukuran parameter dan pengamatan preparat histologi ini akan ditemukan
teknologi penggunaan dosis kombinasi hCG dan ekstrak kelenjar hipofisa ikan mas
untuk meningkatkan daya rangsang ovulasi dan kualitas telur induk ikan pantau
betina
4.2.2. Teknologi penggunaan dosis kombinasi hCG dan ekstrak hipofisa ikan
mas untuk meningkatkan volume semen dan kualitas spermatozoa
induk ikan pantau jantan
Perlakuan dan Rancangan
Perlakuan penyuntikan kombinasi hCG dengan ekstrak kelenjar hipofisa ikan
mas terhadap induk ikan pantau jantan dilakukan berdasarkan hasil penelitian
sebelumnya terhadap induk ikan betutu (Oxyeleotris marmorata Blkr) (Nuraini dan
Sukendi, 2005), dimana perlakuan yang terbaik adalah kombinasi 800 IU hCG/kg
bobot tubuh + 2 dosis. Maka untuk induk ikan pantau jantan yang akan diteliti ini
16
sama seperti induk ikan betina sebelumnya dicoba untuk menaikkan dan menurunkan
dosis pada induk ikan betutu yang diperoleh sebelumnya, yaitu dengan perlakuan :
P. A
P. B
P. C
P. D
P. E
P. F
=
=
=
=
=
=
Kontrol (1 ml larutan Na Cl fisiologis 0,65 %/kg bobot tubuh)
hCG 400 lU/kg bobot tubuh + CPE 2 dosis
hCG 600 lU/kg bobot tubuh + CPE 2 dosis
hCG 800 lU/kg bobot tubuh + CPE 2 dosis
hCG 1000 Ill/kg bobot tubuh + CPE 2 dosis
hCG 1200 lU/kg bobot tubuh + CPE 2 dosis i
Sama dengan perlakuan pada induk ikan pantau betina sebelumnya, maka
setiap perlakuan dilakukan tiga kali ulangan sehingga jumlah keseluruhan induk ikan
pantau jantan yang diperlakukan ada sebanyak 18 ekor. Wadah tempat induk ikan
jantan diperlakukan juga terdiri dari akuarium ukuran 60 x 60 x 40 cm yang telah
dilengkapi dengan aerasi. Mctoda pcnyimtikan dilakukan sama dengan induk ikan
pantau betina, yaitu dua kali
dimana penyuntikan pertama menggunakan hCG
sedangkan penyuntikan kedua menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa ikan mas.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model
rancangan sebagai berikut:
dipiana :
Y ij =
u.
=
Ti =
£ ij =
Yij
=
ii + T i + Z ij
Hasil pcngamatan individti yang mcndapat pcrlakuan ke - i
dan ulangan ke-j
Rata-rata umum
Pengaruh perlakuan ke-i
Pengaruh galat perlakuan ke - i ulangan ke - j
Peubah yang diukur untuk
mewakili
respons volume semen
kualitas
spermatozoa induk ikan pantau jantan terdiri atas :
1.
Volume semen (ml)
Volume semen
diukur
dengan cara
menyedot semen
yang berhasil
distripping dari induk ikan pantau jantan dengan memakai sptiit tanpa jarum
1,0 dan 2,0 ml kemudian ditentukan volumenya.
2.
Konsentrasi Spermatozoa
Konsentrasi spermatozoa ditentukan dengan menggunakan metoda petunjuk
Toelihere (1985) dengan alat hemositometer, yaitu dengan cara : semen dihisap
17
dengan pipet merah sampai tanda 0,5. Kemudian pipet diangkat dari cairan
semen, dan dihisap sedikit udara ke dalam pipet serta ujung
pipet yang
tersentuh semen dibersihkan dengan tissue. Selanjutnya dihisap larutan NaCl 3
% yang mengandung eosin (50 ml akuades + 2 ml eosin 2 % + 1,5 gram NaCl),
sampai angka 101 dan kemudian dikocok dengan hati-hail Beberapa tetes
diambil (± 5 tetes) dan dibuang dari pipet tersebut, lalu ujung pipet dibersihkan
lag! dengan tissue. Larutan semen dari pipet tersebut diteteskan tepat di pinggir
gelas penutup yang menutup gelas obyek Neubauer. Spermatozoa yang terdapat
dalam lima kamar dihitung menurut arah diagonal, yaitu di sudut empat kamar
dan satu kamar di tengah. Karena setiap kamar mempunyai 16 ruangan kecil,
maka di dalam lima kamar terdapat 1 6 x 5 =80 ruangan kecil. Seluruh gelas
hcmosilomctcr memiliki 400 ruangan kecil dengan volume 0,1 mm 3 dan
pengenceran 200 kali. Jika jumlah spermatozoa di dalam lima kamar adalah X,
maka konsentrasi spermatozoa yang didapat adalah X x 400/80 x 10 x 200 = X
x 0,01 juta sperma/mm3 atau X x 10 7 sel/ml.
Motilitas spermatozoa
Pengukuran spermatozoa
diukur bersamaan dengan penentuan konsentrasi
spermatozoa. Setelah diketahui jumlah total spermatozoa dalam lima kamar (80
ruangan kecil) pada gelas obyek Neubauer, kemudian dihitung jumlah
spermatozoa yang imotil (pergerakan
tidak progresif seperti melingkar,
mundur atau diam), sehingga didapatkan
jumlah spermatozoa yang motil
(pergerakan progresif atau gerakan aktif maju ke depan). Nilai motilitas
spermatozoa dapat ditentukan dengan menggunakan rumus :
Jumlah spermatozoa motil
Motilitas spermatozoa =
x 100 %
Jumlah total spermatozoa
Viabilitas spermatozoa
Penentuan nilai viabilitas spermatozoa
spermatozoa
dengan eosin
dilakukan berdasarkan
pewarnaan
2 %. Pengamatan dilakukan dengan cara
menghitung perbandingan spermatozoa yang hidup (tidak terwarnai) dengan
yang mati (terwarnai) oleh eosin dan dinyatakan dalam persen. Nilai viabilitas
spermatozoa ditentukan dengan menggunakan rumus :
Jumlah spermatozoa hidup
Viabilitas spermatozoa =
x 100%
Jumlah total spermatozoa
4.3. Teknologi fertilitas dan penetasan telur dalam pembenihan ikan pantau
Teknologi yang dilakukan dalam fertilisasi dan penetasan telur adalah dengan
mencampur telur dari induk ikan pantau betina hasil kombinasi penyuntikan hCG
dan ekstrak kelenjar hipofisa ikan mas yang terbaik dengan semen dari induk ikan
pantau jantan hasil kombinasi penyuntikan hCG dan ekstrak kelenjar hipofisa ikan
mas yang terbaik. Teknologi ini
diambil scbanyak
dilakukan dengan cara sebagai berikut : Telur
150 butir dengan mengggnakan sendok kecil dari induk ikan
betina dicampur dengan semen sebanyak 0,5 ml dari induk ikan jantan. Sebelum
pembuahan, semen diencerkan sebanyak 100 kali (0,5 ml semen + 49,5 ml larutan
NaCl fisiologis 0,65 %), dengan tujuan untuk memperbanyak volume semen
sehingga motilitas dan viabilitas meningkat. Untuk meningkatkan nilai pembuahan,
ke dalam telur yang telah dicampur dengan semen ditambahkan 1 ml larutan
pembuahan (4 gram NaCI + 3 gram urea/liter akuabides). Untuk inkubasi telur
ditebarkan ke dalam wadah (akuarium) sebanyak 12 buah yang dianggap sebagai
ulangan (Lampiran 3).
Peubah yang diukur untuk mewakili respons fertilitas dan penetasan telur
terdiri atas:
1.
Fertilitas
Nilai fertilitas telur ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan
oleh Suseno dan Cholik (1982) yaitu :
Jumlah telur yang dibuahi
Fertilitas =
Jumlah telur sampel
2.
Daya tetas
(
x 100%
Daya tetas telur ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan
oleh Suseno dan Cholik (1982) yaitu :
19
Jumlah telur yang menetas
Dayatetas
=
x 100%
Jumlah telur dibuahi
Selama inkubasi dalam proses fertilisasi dan penetasan telur dilakukan pula
pengamatan terhadap proses perkembangan embrio, sehingga diketahui gambaran
perkembangan embrio (embriogenesis) hasil fertilisasi telur dan semen yang
diperoleh dari kombinasi penyuntikan hCG dan ekstrak Kelenjar hipofisa ikan mas
terbaik terhadap induk ikan pantau jantan dan betina.
Download