4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja 2.1.1. Pengertian

advertisement
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
2.1.1. Pengertian Remaja
Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya tumbuh atau
tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai
arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Desminta,
2005).
Remaja merupakan transisi antara masa kanak-kanak menuju dewasa yang
mengandung perubahan besar baik secara fisik, kognitif, dan psikososial. Masa
remaja dimulai dengan pubertas, yaitu proses yang mengarah kepada kematangan
seksual atau fertilitas (kemampuan untuk bereproduksi) (Papalia, Ols, Feldman,
2008).
Masa remeja dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu remaja awal (early
adolescence) usia 10 sampai dengan 13 tahun, remaja menengah (middle
adolescence) usia 14 sampai dengan 16 tahun, remaja akhir (late adolescence) usia 17
sampai dengan 20 tahun (Behrman, Kliegman & Jenson, 2004).
Secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi
terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau
paling tidak sejajar (Hurlock, 1991).
Remaja secara psikologis adalah suatu periode antara awal pubertas dan akhir
pertumbuhan badan. Pubertas adalah fase dimana untuk pertama kali alat reproduksi
seksual individu mulai berfungsi. Wanita memasuki masa pubertas ketika mulai
menstruasi, laki-laki memasuki masa pubertas ketika mulai memproduksi sperma.
Kejadian ini muncul antara usia 11 sampai 14 tahun. Sedangkan akhir dari
pertumbuhan antara usia 16 sampai 17 tahun pada wanita dan 18 sampai 20 tahun
pada laki-laki (Pilliterri, 2003).
Universitas Sumatera Utara
5
Seorang anak ketika tumbuh dan berkembang menuju tahap remaja,
mengalami perubahan status sosial dari anak menjadi remaja. Sayang, pada saat
terjadinya proses perubahan status ini banyak remaja kurang mendapat perhatian dan
pengarahan yang baik dari orangtua remaja sehingga terombang-ambing. Patut
dipahami bahwa pada masa transisi, seorang remaja mengalami krisis identitas
sehingga mudah sekali terkena bermacam-macam isu, baik isu positif maupun isu
negatif (Surbakti, 2001).
Remaja seringkali menyatakan identitasnya dengan berbagai hal untuk
membedakannya dengan komunitas lain. Dengan demikian, remaja dapat dikenali
secara mudah dari sisi psikis, fisik, aktivitas, kapasitas, kapabilitas, gagasan, anganangan, mimpi-mimpi, potensi, energi, kekhawatiran, gairah, pergolakan, dan
kerentanan remaja. Itulah dunia remaja, dunia yang dipenuhi berbagai gejolak
harmoni dan pertentangan (Surbakti, 2001).
2.1.2. Perkembangan Remaja
Menurut Soetjiningsih (2004), tahap perkembangan remaja meliputi tiga
tahap, yaitu :
a. Masa remaja awal (10-13 tahun), merupakan tahap awal/permulaan, remaja
sudah mulai tampak perubahan fisik yaitu fisik sudah mulai matang dan
berkembang.
b. Masa remaja pertengahan (14-16 tahun), pada masa ini remaja sudah
mengalami pematangan fisik secara penuh, dan gairah seksual sudah
mencapai puncak sehingga mereka cenderung mempergunakan kesempatan
untuk melakukan sentuhan fisik.
c. Masa remaja lanjut (17-20 tahun), pada masa remaja lanjut sudah mengalami
perkembangan fisik secara penuh, sudah seperti orang dewasa. Mereka telah
mempunyai perilaku seksual yang sudah jelas dan mereka sudah mulai
mengembangkannya dalam bentuk pacaran.
Universitas Sumatera Utara
6
Masa remaja merupakan masa peralihan dan ditandai dengan berbagai
perubahan dan perkembangan dalam berbagai aspek. Adapun aspek-aspeknya
meliputi aspek fisik, emosional, psikososial, intelektualitas, moral, dan
psikoseksual.
2.1.2.1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan fisik selama masa remaja terjadi peningkatan berat badan pada
laki-laki sebesar 7-30 kg dan 7-25 kg pada wanita. Tinggi badan juga terjadi
penambahan 10-30 cm pada laki-laki dan 5-20 cm pada wanita. Pada masa pubertas
wanita lebih tinggi 3-5 cm daripada laki-laki, hal ini disebabkan karena pertumbuhan
tinggi badan wanita terjadi dua tahun lebih awal daripada laki-laki dan peningkatan
tinggi badan akan terhenti setelah 3 tahun dari haid pertama perempuan (Stanhope &
Lancster, 2000).
Masa pubertas ditandai adanya karakteristik perkembangan seks, yaitu seks
primer dan seks sekunder. Pada perkembangan seks primer organ-organ reproduksi
pada wanita dan pada laki-laki akan mengalami kematangan. Pada perkembangan
seks sekunder akan terjadi pematangan pada organ reproduksi, pematangan otot,
payudara, dan rambut pada seluruh tubuh (Kozier at al, 2004).
2.1.2.2. Perkembangan Emosional
Masa remaja selalu berhubungan dengan gejolak emosional yang belum
stabil. Ada keyakinan diri, kegelisahan, iri hati, malu, harga diri, dan emosi yang
dibawa sewaktu kanak-kanak. Emosi remaja dapat dikenali dari berkembangnya
perasaan atau emosi baru seperti cemburu, romantisme, cinta, sedih, dan perasaan
kesepiaan (Surbakti, 2001).
2.1.2.3. Perkembangan Psikososial
Pada masa remaja dorongan seksual muncul dengan kuat dan bentuk wajah
remaja mulai mengarah menuju bentuk dewasa. Perubahan fisiologis ini diikuti oleh
perubahan psikologis remaja, yaitu berkembangnya mental remaja (Surbakti, 2001).
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.2.4. Perkembangan Intelektualitas
Perkembangan intelektualitas remaja dalam berbagai bidang pemikiran dan
perasaan berjalan pesat sehingga mampu melahirkan karya-karya bermutu dalam
bidang seni,sains, dan teknologi. Menurut Jean Piaget, kelompok remaja berada pada
tahap operasional formal, dan merupakan tahap terakhir dari perkembangan kognisi.
Perkembangan yang sehat dan normal membuat remaja mampu memecahkan
masalah-masalah dengan menggunakan berbagai alernatif dan memahami berbagai
masalah yang kompleks dan rumit. Remaja berfokus dengan berpikir secara abstrak
dan berhipotesis (Surbakti, 2001).
2.1.2.5. Perkembangan Moral
Bagi remaja moralitas yang baik adalah hidup yang bermanfaat bagi orang
lain, saudara, teman, masyarakat, menaati peraturan, menjaga ketertiban umum, dan
lain sebagainya (Surbakti, 2001).
2.1.2.6. Perkembangan Psikoseksual
Menurut Freud, pada usia remaja perkembangan psikoseksual remaja berada
pada tahap genitalia. Pada tahap ini fokusnya adalah ketertarikan terhadap lawan jenis
dan energi seksual diaarahkan kepada organ genitalia. Berdasarkan psikoanalisa
Freud tahapan genital akan berlangsung mulai masa pubertas sampai meninggal
dunia. Jika fase pragenital berhasil dilewati dengan baik maka fase genital akan
dilalui dengan baik, tetapi jika fase pragenital mengalami masalah maka tahapan
genital akan sukar dilalui (Surbakti, 2001).
2.2. Seks Bebas
2.2.1. Pengertian Seks Bebas
Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan fisik anggota badan
antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang
biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri (Budi Rajab, 2007).
Universitas Sumatera Utara
8
Menurut Mutadin (2002), pengertian seksual secara umum adalah sesuatu
yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan hubungan
intim antara laki-laki dengan perempuan. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.
Bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari perasaan tertarik hingga
tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksual dapat berupa
orang, baik sejenis maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri.
Dalam hal ini tingkah laku seksual diurutkan sebagai berikut :
1. Berkencan
2. Berpegangan tangan
3. Mencium pipi
4. Berpelukan
5. Mencium bibir
6. Memegang buah dada
7. Memegang alat kelamin
8. Melakukan senggama
Perilaku seks bebas adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, “bebas”
yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah seks
bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja
adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri
yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan
teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi
muda Indonesia (Surbakti, 2001).
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan faktor-faktor yang
menimbulkan masalah seksualitas remaja menurut Sarwono (1997), yaitu :
1) Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
(libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan
penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual remaja.
Universitas Sumatera Utara
9
2) Penundaan usia perkawinan karena adanya undang-undang yang
membatasi usia perkawinan dan karena adanya norma sosial yang
semakin
menuntut
persyaratan
yang
tinggi
untuk
perkawinan
(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
3) Adanya norma-norma agama di mana seseorang dilarang untuk
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Remaja yang tidak
dapat menahan diri akan terdapat kecerendungan untuk melanggar
larangan-larangan tersebut.
4) Semakin meningkatnya pelanggaran oleh karena penyebaran informasi
dan rangsangan seksual melalui media massa dengan teknologi yang
semakin canggih.
5) Orang tua sendiri, karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan
dan ketidakterbukaan mengenai perilaku seks terhadap anak.
6) Pergaulan yang semakin bebas antara pria dan wanita akibat makin
sejajarnya kedudukan pria dan wanita.
2.2.2. Dampak Seks Bebas
Perilaku seks bebas di kalangan remaja akan menimbulkan manifestasi
pada remaja itu sendiri. Dampak merugikan yang berkaitan terhadap perilaku
seks bebas ini menurut BKKBN (2008) meliputi :
a. Masalah penyakit menular seksual
b. Kehamilan tidak diinginkan
c. Putus sekolah
A.Masalah Penyakit Menular Seksual
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui
kontak seksual. Kontak ini tidak terbatas pada hubungan vaginal tetapi juga
termasuk di dalamnya kontak oral-genital dan anal-genital. Penyakit menular
seksual merupakan masalah kesehatan yang terus meningkat (Nevid, 1995).
Universitas Sumatera Utara
10
Menurut Santrock (2003) penyakit menular seksual meliputi :
a. Gonnorhea.
Gonnorhea adalah penyakit
menular seksual yang sering disebut
dengan kencing nanah atau GO. Disebabkan oleh bakteri gonococcus,
berkembang di selaput lendir mulut, tenggorokkan, vagina, leher rahim,
saluran kencing dan sistem anal. Laki-laki memiliki kemungkinan sebesar
10% untuk terinfeksi dibandingkan perempuan memiliki kemungkinan dari
40% untuk terinfeksi setiap kali terpapar karena luasnya selaput lendir
permukaan vagina.
b. Sifilis.
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum. Bakteri dapat ditularkan melalui kontak penis-vagina,
oral-genital, atau anal. Dapat juga ditularkan oleh ibu hamil ke janin yang
dikandungnya setelah usia kandungan mencapai empat bulan. Sifilis terjadi
dalam empat tahap, meliputi tahap primer, sekunder, laten, dan tertier.
c. Chlamydia.
Chlamidya adalah penyakit menular seksual yang paling umum,
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis yang menyebar melalui kontak
seksual dan menyerang organ genitalia laki-laki dan perempuan. Penyakit ini
sangat menular dan perempuan memiliki kecerendungan 70% untuk tertular
ketika melakukan hubungan seks, laki-laki memiliki kecerendungan sekitar
25%-50%.
d. Herpes Genitalis
Herpes genitalis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan
oleh sejumlah virus yang dapat menyebabkan berbagai akibat, termasuk
penyakit menular nonseksual, seperti cacar air dan mononucleosis. Sekitar
75% individu yang berhubungan dengan pasangan yang sudah terinfeksi
akan menghidap herpes.
Universitas Sumatera Utara
11
e. AIDS
AIDS adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh suatu virus,
human immunodeficiency virus (HIV), yang menyerang sistem kekebalan
tubuh. Kemunculan AIDS terhitung tinggi terutama di antara orang-orang
latin dan Afrika-Amerika di Amerika Serikat (Mays, 1991).
Media penularan HIV dapat melalui cairan sperma, cairan vagina,dan
darah. Yang termasuk golongan beresiko tinggi untuk terinfeksi HIV adalah
orang yang menganut seks bebas (gonta-ganti pasangan), penderita yang
sering melakukan transfusi darah, bayi yang dilahirkan oleh ibu penderita
HIV+, dan pemakai jarum suntik bersama/bergantian. Cara penularan yang
paling sering adalah melalui kontak seksual (Zein, 2006).
Menurut Muma dan Borucki (1997), kegiatan atau perilaku yang
dianggap mempunyai resiko tinggi dan sering dihubungkan dengan infeksi
HIV adalah hubungan seksual melalui anal serta kegiatan seksual lain yang
berpotensi menyebabkan seseorang terinfeksi HIV. Kegiatan seksual yang
berpotensi menimbulkan terjadinya HIV antara lain :
a. Anilungus : menginduksi hubungan intim pada daerah anal dengan
menggunakan lidah.
b. Cunnilingus : menginduksi hubungan intim di daerah vagina/klitoris
dengan menggunakan lidah (resiko tinggi terutama saat menstruasi).
c. Fellatio : menginduksi hubungan intim didaerah genitalia pria
dengan menggunakan lidah dan penghisapan (resiko tinggi bila
terjadi ejakulasi di dalam mulut).
d. Fisting : memasukkan tangan, kepalan tangan, ataupun lengan bawah
kedalam rectum atau vagina.
e. Urolagnia : menginduksi hubungan intim dengan cara mengeluarkan
urin ke kulit (lebih berisiko bila terdapat luka terbuka pada kulit, oral,
vagina, dan rektum).
Universitas Sumatera Utara
12
f. Memakai benda-benda seks pada rektum dan vagina : memasukkan
sex toys pada rectum dan vagina dapat menyebabkan robekan pada
mukosa, dimana luka yang terjadi dapat menjadi jalan masuk bagi
virus.
B. Kehamilan Tidak Diinginkan
Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan kehamilan yang tidak
meinginginkan anak sama sekali atau kehamilan yang diinginkan tetapi tidak
pada saat itu/mistimed pregnancy (kehamilan terjadi lebih cepat dari yang
telah direncanakan), sedangkan kehamilan yang diinginkan adalah
kehamilan yang terjadi pada waktu yang tepat. Kehamilan yang berakhir
dengan aborsi dapat diasumsikan sebagai kehamilan yang tidak diinginkan.
Semua definisi ini menunjukkan bahwa kehamilan merupakan keputusan
yang disadari (Santelli, 2003).
Menurut BKKBN (2008), lebih dari 200 wanita mati setiap hari
disebabkan komplikasi pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman.
Meskipun dilakukan oleh tenaga ahli tindakan aborsi masih menyisahkan
dampak yang membahayakan terhadap keselamatan jiwa ibu, apalagi jika
dilakukan oleh tenaga tidak professional.
Terdapat banyak alasan bagi seorang perempuan tidak menginginkan
kehadiran seorang anak dalam hidupnya pada saat tertentu. Menurut
Mohamad (1998) ada beberapa alasan yang membuat kehamilan tidak
diinginkan, yaitu :
a. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
b. Kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan.
c. Bayi dalam kandungan ternyata menderita cacat majemuk yang berat.
d. Kehamilan yang terjadi akibat hubungan seksual diluar nikah.
Universitas Sumatera Utara
13
C. Putus Sekolah
Putus sekolah adalah seseorang yang meninggalkan sekolahnya
sebelum tamat,berhenti dari sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah (Alwi,
Hasan, 2007).
Putus sekolah merupakan masalah penting yang dihadapi dunia
pendidikan, berbagai alasan yang menyebabkan seseorang tidak dapat
melanjutkan sekolah antara lain karena biaya tidak terjangkau, lokasi sekolah
yang jauh dari tempat tinggal, atau karena tidak mampu melanjutkan sekolah
(Ali & Asrori, 2008).
2.2.3 Pendidikan Seks
2.2.3.1 Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks adalah masalah mengajarkan, memberi pengertian, dan
menjelaskan masalah-masalah yang menyangkut seks,naluri dan perkawinan kepada
anak sejak akalnya mulai tumbuh dan siap memahami masalah tersebut (Ulwan,
1992).
Pendidikan seks adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas
manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan
sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek
kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan
sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang
dilarang, apa yang diizinkan serta bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturanaturan yang berlaku di masyarakat (Sarlito, 1994).
2.2.3.2. Materi Pendidikan Seks
Menurut BKKBN (2008) materi pendidikan seks yang dibicarakan di
kalangan remaja adalah sebagai berikut:
1. Tumbuh kembang remaja
Tumbuh ialah tahap perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota
tubuh. Tumbuh kembang remaja ialah tahap perubahan fisik dan psikologi
remaja.
Universitas Sumatera Utara
14
2. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang remaja, terdiri dari:
a. Faktor bawaan, merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
seseorang, yang diturunkan dari kedua orangtuanya.
b. Faktor lingkungan, merupakan faktor yang berasal dari luar
seseorang seperti lingkungan keluarga, sosial, pendidikan,
kesehatan, dan lain-lain.
Hal-hal yang perlu diketahui remaja pada saat awal masa tumbuh
kembangnya, yaitu:
1) Seksualitas
Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut sikap dan
perilaku seksual maupun orientasi seksual.
2) Pubertas
Masa pubertas adalah masa di mana seseorang mengalami
perubahan struktur tubuh dari kanak-kanak menjadi dewasa dan
mengalami perubahan psikis.
3) Mimpi basah
Mimpi basah adalah keluarnya sperma tanpa rangsangan pada saat
sedang tidur, dan umumnya terjadi pada saat mimpi tentang seks.
4) Menstruasi
Mentruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam/endometrium
yang banyak mengandung pembuluh darah yang terjadi secara
periodik dan berkala.
5) Organ reproduksi
a. Organ reproduksi wanita meliputi : ovarium, tuba falopii,
fimbrae, uterus, cervix uteri, vagina.
b. Organ reproduksi pria meliputi : penis, glans, uretra, vas
deferens, epididimis, testis, scrotum, kelenjar prostat, vesikula
seminalis.
Universitas Sumatera Utara
15
Pada
akhirnya,
semua
cara
yang
digunakan
dalam
menyampaikan pendidikan seks tersebut bergantung pada setiap
orangtua (Dianawati, 2006).
2.2.3.3. Tujuan Pendidikan Seks
Menurut Mutadin (2002), pendidikan seksual bertujuan untuk membentuk
sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan
remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan
seksualnya. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang
menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan
anugerah Tuhan yang penting bagi kelangsungan hidup manusia. Tujuan pendidikan
seksual dengan lebih lengkap dapat dijabarkan antara lain :
a. Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental,
dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual
pada remaja.
b. Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan
penyesuaian seksual (peran, tuntutan, dan tanggung jawab).
c. Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dan semua
manifestasi yang bervariasi.
d. Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa
kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
e. Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk
memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan
dengan perilaku seksual
f. Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar
individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu
kesehatan fisik dan mental.
g. Untuk mengurangi prositusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional
dan eksplorasi seks yang berlebihan.
Universitas Sumatera Utara
16
h. Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan
aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya
sebagai istri atau suami, orangtua, anggota masyarakat.
2.3. Pengetahuan
2.3.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang diperoleh dari pengalaman sendiri
atau pengalaman orang lain. Pengetahuan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu melalui pancaindera manusia, yakni
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, Soekidjo,
2003).
2.3.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan, yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Heri
Maulana, 2009).
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima,
oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepetasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham tentang objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
17
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi dapat ditujukan sebagai
aplikasi dalam penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks
atau situasi nyata.
d. Analisis (analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat
bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagianbagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan menyusun
formulasi baru dari formulasi yang sudah ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
f. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau suatu
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.
2.3.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pengetahuan, yaitu pendidikan, pelatihan, dan pengalaman.
a. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang
Universitas Sumatera Utara
18
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Semakin tinggi
pendidikannya, seseorang akan cenderung mendapatkan banyak informasi,
baik dari orang lain maupun media massa.
b. Pelatihan
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal atau
pelatihan, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pelatihan yang diharapkan agar
seseorang dengan adanya pelatihan, dapat menjadi lebih mahir dalam
menjalankan tugasnya. Pelatihan dimaksudkan agar memori otak manusia
mengingat kembali pengetahuan yang telah diperoleh.
c. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu.
Universitas Sumatera Utara
Download