PENDEKATAN MONETER TERHADAP TINGKAT KURS

advertisement
PENDEKATAN MONETER TERHADAP
TINGKAT KURS INODNESIA
Irvan Rinaldi, Alvis Rozani1, Kasman Karimi1
Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Bung Hatta
Email :[email protected], [email protected], [email protected]
Abstract
This research is motivated by the fluctuation of exchange rate developments Indonesia
every year. The purpose of this research is for analyzing the effect of inflation, the deposit
interest rate, money supply and economic crisis in 1998 against exchange rate Indonesia. The
research using dummy variables, namely the economic crisis in 1998. The data used in this
research is obtained through library research are sourced from some of the literature,
journals, and books relating to this research, well as obtained through field research sourced
from some institutions that provide the data for this research such as BPS and BI. This study
uses multiple linear regression analysis. The results of simultaneous test (F test), indicating
inflation, the deposit interest rate, money supply, and the 1998 economic crisis affects
simultaneously against Indonesian exchange rate. While the results of the partial test (t-test)
indicates that inflation, money supply, and the economic crisis significantly influence the
exchange rate of Indonesia, while the deposit rate is partially not significant effect on the rate
of exchange Indonesia.
Keywords : Exchange Rate, Inflation, Interest Rate, Money Supply, and Economi Crisis.
PENDAHULUAN
Pada tahun 1997/1998 merupakan
penarikan simpanan Rupiah secara besar-
tahun terberat pelaksanaan pembangunan
besaran dari bank-bank di Indonesia untuk
perekonomian Indonesia. Diawali dengan
membeli Dollar AS. Selain itu adanya
krisis nilai tukar Rupiah yang terjadi
ketidakpercayaan
semenjak
menyimpan
semester
II
tahun
1997,
masyarakat
uangnya
di
untuk
Bank
yang
perekonomian Indonesia menurun drastis
disebabkan situasi politik yang belum
dan
yang
aman dan kasus likuidasi bank yang belum
sektor,
terjamin. Sehingga masyarakat enggan
perekonomian
menyimpan uang mereka di Bank dan
berubah
berkepanjangan
mengingat
menjadi
krisis
diberbagai
keterbukaan
Indonesia dan ketergantungan pada sektor
lebih
luar Negeri yang sangat besar. Pengetatan
sendiri-sendiri.
Dengan
moneter oleh BI karna adanya krisis
jumlah
beredar
moneter ini ternyata mempunyai dampak
meningkat (Rimsky K Judisseno, 2002).
samping yang serius terhadap perbankan
memilih
uang
Dengan
dan krisis utang swasta. Dimana terjadinya
uang
1
beredar
menyimpan
uangnya
begitu,
di
masyarakat
meningkatnya
di
maka
masyarakat,
jumlah
akan
memperparah inflasi. Sebab masyarakat
2. Bagaimana
pengaruh tingkat
suku
dana yang banyak sedangkan barang/jasa
bunga deposito terhadap tingkat kurs
terbatas
Indonesia ?
sehingga
akan
menyebabkan
inflasi tarikan permintaan (Demand Pull
3. Bagaimana pengaruh jumlah uang
Inflation). Tingkat inflasi yang tinggi akan
beredar terhadap tingkat kurs Indonesia
menyebabkan
?
kenaikan
biaya
hidup
masyarakat yang disebabkan oleh harga-
4. Bagaimana pengaruh krisis ekonomi
harga meningkat, artinya inflasi yang
tahun 1998 terhadap tingkat kurs
tinggi
Indonesia ?
tersebut
telah
menurunkan
pendapatan riel masyarakat.
Untuk
semakin
mengatasi
dalam,
krisis
pemeintah
yang
Sebagai hipotesis yang diambil
telah
untuk perumusan masalah di atas adalah :
menempuh berbagai upaya. Salah satu
1. Diduga adanya hubungan positif dan
langkah awal pemerintah dalam mengatasi
berpengaruh signifikan antara inflasi
krisis
terhadap tingkat kurs Indonesia.
ekonomi,
laju
inflasi,
dan
meningkatkan nilai tukar Rupiah, yaitu BI
sebagai
Bank
Sentral
2. Diduga adanya hubungan negatif dan
Indonesia
berpengaruh signifikan antara tingkat
memperlebar rentang intervensi BI dari 8%
suku bunga deposito terhadap tingkat
menjadi
12%.
Selanjutnya
kurs Indonesia.
Agustus
1997
pemerintah
pada
14
mengambil
3. Diduga adanya hubungan positif dan
kebijakan merubah sistem kurs Indonesia
berpengaruh signifikan antara jumlah
menjadi sistem kurs mengambang penuh
uang beredar terhadap tingkat kurs
(Floating). Dan langkah pemerintah/BI
Indonesia.
selanjutnya menghadapi gejolak kurs bulan
4. Diduga adanya hubungan positif dan
Agustus dan September 1997 adalah
berpengaruh signifikan krisis ekonomi
menaikkan suku bunga SBI dari 11,625%
tahun 1998 terhadap tingkat Kurs
menjadi 30% (Boediono, 2009).
Indonesia.
Berdasarkan latar belakang dan
fenomena yang terjadi tentang tingkat kurs
LANDASAN TEORI
Indonesia, maka didapatkan perumusan
Kurs
masalah dalam penelitian ini sebagai
Kurs merupakan salah satu harga
berikut :
yang lebih penting dalam perekonomian
1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap
terbuka, karena ditentukan oleh adanya
tingkat kurs Indonesia ?
keseimbangan
2
antara
permintaan
dan
penawaran
yang
terjadi
di
pasar,
Tingkat Suku Bunga
mengingat pengaruhnya yang besar bagi
Suku bunga adalah biaya yang
neraca transaksi berjalan maupun bagi
harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman
variabel-variabel makro ekonomi lainnya.
yang diterima dan merupakan imbalan bagi
Kurs dapat dijadikan alat untuk mengukur
pemberi pinjaman atas investasinya. Suku
kondisi
Negara.
bunga mempengaruhi keputusan individu
Pertumbuhan nilai mata uang yang stabil
terhadap pilihan membelanjakan uang
menunjukkan
tersebut
lebih banyak atau menyimpan uangnya
memiliki kondisi ekonomi yang relatif baik
dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga
atau stabil. Kurs adalah jumlah atau harga
merupakan
mata uang domestik dari mata uang luar
menghubungkan masa kini dengan masa
Negeri/asing (Salvator, 1997).
depan, sebagaimana harga lainnya maka
perekonomian
bahwa
suatu
Negara
sebuah
bunga
yang
Inflasi
tingkat
Nopirin P.hd (1985) mengungkap
interaksi antara permintaan dan penawaran
bahwa inflasi ialah proses kenaikan harga-
suku
harga
ditentukan
oleh
(Suhaedi, 2000).
harga umum barang secara terus menerus.
Teori Keynesian menyatakan jika
Hubungan antara inflasi dan tingkat kurs
tingkat suku bunga suatu Negara lebih
dapat dijelaskan melalui teori paritas daya
tinggi dari pada tingkat suku bunga
beli (purchasing power parity-PPP). Teori
Negara
suku
bunga
paritas daya beli yang diungkapkan oleh
internasional), maka mata uang
Negara
Madura
bahwa
tersebut akan mengalami apresiasi, dan
keseimbangan kurs akan menyesuaikan
sebaliknya, apabila tingkat suku bunga
dengan besaran perbedaan tingkat inflasi di
suatu Negara lebih rendah dari pada
antara dua Negara. Hal ini akan berakibat
tingkat suku bunga Negara lain maka mata
daya
uang Negara tersebut akan mengalami
beli
(2006)
menyatakan
konsumen
produk-produk
untuk
domestik
membeli
akan
sama
lain
(tingkat
depresiasi (Yuliyanti, 2014).
dengan daya beli mereka untuk membeli
Jumlah Uang Beredar
produk-produk luar Negeri. Teori paritas
Sadono
Sukirno
(1994)
daya beli nilai tukar berpendapat bahwa
menyatakan pengertian uang beredar dapat
pergerakan nilai tukar terutama disebabkan
dibedakan atas dua pengertian, yaitu
oleh perbedaan tingkat inflasi antar Negara
pengertian
(Dornbusch, 2004).
pengertian dalam arti luas. Uang beredar
dalam
arti
sempit
dan
dalam arti sempiit adalah uang kartal (uang
kertas dan uang logam) ditambah uang
3
giral
yang
perseroan-
ditambah PHK, padahal harga dari banyak
perseroan, perusahaan dan badan-badan
barang naik cukup tinggi, kecuali sebagian
pemerintahan (M1). Dalam arti luas uang
sektor pertanian dan ekspor. Imbas dari
beredar meliputi uang kartal, uang giral
kemerosotan nilai tukar rupiah yang tajam
dan
berjangka
secara umum sudah kita ketahui: kesulitan
tabungan dan rekening tabungan) valuta
menutup APBN, harga telur/ayam naik,
asing milik swasta domestik yang disebut
utang luar negeri dalam rupiah melonjak,
juga likuiditas perkeonomian (M2).
harga BBM/tarif listrik naik, tarif angkutan
uang
dimiliki
kuasi
oleh
(deposito
Jika pemerintah menambah uang
naik, perusahaan tutup atau mengurangi
beredar akan menurunkan tingkat bunga
produksinya karena tidak bisa menjual
dan merangsang investasi keluar negeri
barangnya dan beban utang yang tinggi,
sehingga terjadi aliran modal keluar pada
toko sepi, PHK di mana-mana, investasi
giliran kurs valuta asing naik (apresiasi).
menurun karena impor barang modal
Dengan menaiknya penawaran uang atau
menjadi mahal, biaya sekolah di luar
atau jumlah uang beredar akan menaikkan
negeri melonjak. Dampak lain adalah laju
harga barang yang diukur dengan (term of
inflasi yang tinggi yang bukan disebabkan
money) sekaligus akan menaikkan harga
karena imported inflation, tetapi lebih tepat
valuta asingyang diukur dengan mata uang
jika dikatakan foreign exchange induced
domestik (Herlambang, 2001).
inflation.
Krisis Ekonomi
Krisis ekonomi dapat diartikan
METODE PENELITIAN
penyimpangan kegiatan ekonomi yang
Jenis dan Desain Penelitian
menyolok dan merupakan titik awal gerak
Adapun data yang digunakan
kegiatan ekonomi yang menurun down-
dalam
turn atau upper turning point (Harberler
kuantitatif, dan kualitatif. Jenis data dalam
didalam Sihono, 2009).
penelitian ini adalah data sekunder yang
Tarmidi
(1999)
penelitian
ini
adalah
data
menjelaskan
diperoleh dari BI dan BPS Indonesia. Data
dampak krisis ekonomi pada tahun 1998
sekunder yang digunakan adalah data time
yaitu semua permasalahan dalam krisis
series dari tahun 1990 sampai 2013.
ekonomi berputar-putar sekitar kurs nilai
Variabel yang digunakan dalam penelitian
tukar valas, khususnya dollar AS, yang
ini adalah :
melambung tinggi jika dihadapkan dengan
a. Tingkat kurs Indonesia (Y).
pendapatan masyarakat dalam rupiah yang
b. Inflasi (X1).
tetap, bahkan dalam beberapa hal turun
4
c. Tingkat Suku Bunga Deposito (X2). Di
dalam
penelitian
ini,
OLS adalah bersifat Best Linier Unbiased
peneliti
Estimator (BLUE). Dalam praktiknya
bunga
sangat mungkin sekali satu atau lebih
deposito tertimbang pada Bank-bank
asumsi tersebut tidak dapat dipenuhi.
umum di Indonesia berjangka 1 bulan.
Dengan
menggunakan tingkat
suku
d. Jumlah uang beredar (X3). Di dalam
demikian
estimator
dan/atau
pengujian hipotesis bahkan tidak dapat
penelitian ini, peneliti menggunakan
dilakukan (Ariefianto, 2012).
jumlah uang beredar dalam arti luas
Pengujian asumsi klasik terdiri
(M2), yaitu uang kartal + uang kuasi.
dari uji normalitas, uji heteroskedastisitas,
e. Krisis Ekonomi 1998 (X4).
uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
Metode Analisa Data
3. Pengujian Statistik
Metode analisa dalam penelitian
a. Uji Koefisien Determinasi (Uji 𝑅2 )
ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
Uji koefisien determinasi (R2)
1. Analisis Regresi Linier Berganda
bertujuan untuk melihat seberapa besar
Analisis regresi linear berganda
proporsi variasi dari variabel independen
digunakan untuk model regresi dengan
secara
lebih dari satu variabel penjelas. Dimana
variabel dependen (Ghozali, 2011).
variabel terikatnya (Y) dijelaskan lebih
b. Uji Signifikasi Parameter Individual
dari satu variabel, mungkin dua, tiga dan
bersama-sama
mempengaruhi
(Uji Statistik t)
(𝑋1 , 𝑋2 ,
Dalam penelitian ini digunakan
𝑋3 , . . . . .. 𝑋𝑛 ), (Iqbal Hasan, 2002). Untuk
uji t-statistik yaitu untuk melihat atau
mengukur
membuktikan
seterusnya
variabel
elastisitas
bebas
variabel
bebas
pengaruh
variabel
yaitu untuk
independen terhadap variabel dependen
menunjukkan persentase perubahan pada
dalam persamaan regresi linear berganda
variabel bebas maka dibentuk logaritma,
(Ghozali, 2011).
jadi model regresi dalam penelitian ini
c.
terhadap variabel terikat
Uji F adalah bagian uji statistik
adalah sebagai berikut :
Log Y = α + b1LogX1 + b2LogX2
yang digunakan untuk menguji suatu
kelayakan model regresi dimana variabel
+ b3LogX3 + B4X4 + µ
independen
2. Pengujian Asumsi Klasik
Penggunaan
Uji Signifikasi Simultan (Uji F)
OLS
berpengaruh
dependent (Ghozali, 2011).
(Ordinary
Least Square) mensyaratkan pemenuhan
beberapa asumsi. Jika asumsi ini dipenuhi,
maka parameter yang diperoleh dengan
5
terhadap
(X4) terhadap variabel terikat yaitu tingkat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Digunakannya model regresi linier
berganda
untuk
menghitung
kurs Indonesia (Y). Berikutnya dilakukan
besarnya
analisis berdasarkan hasil yang didapatkan
pengaruh variabel bebas, yaitu inflasi (X1),
melalui persamaan linier berganda dengan
tingkat suku bunga deposito (X2), jumlah
menggunakan program Eviews 7 dan
uang beredar (X3) dan krisis ekonomi 1998
model regresi sebagai berikut :
Variabel
Constanta
Loginf
Logdep
Logjub
Krisis
F-Prob
Adj R-Square
Tabel 1.
Estimasi Persamaan Regresi
Koefisien Probability Alpha
Regresi
-1,680
0,0026
0,05
0,064
0,0215
0,05
0,077
0,0951
0,05
0,175
0,0001
0,05
1,123
0,0000
0,05
0.000
0,05
0.991
Kesimpulan
Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Signifikan
Sumber : Data Diolah
Dari hasil regresi linier berganda
0,077. Dari hasil tersebut didapatkan
di atas menghasilkan nilai konstanta
tingkat suku bunga deposito berpengaruh
sebesar -1,680. Yang artinya apabila tidak
positif terhadap tingkat kurs Indonesia,
terdapat perubahan variabel inflasi (X1),
yang artinya setiap peningkatan tingkat
tingkat bunga deposito (X2), jumlah uang
suku bunga deposito 10%, maka tingkat
beredar (X3) dan krisis ekonomi (X4),
kurs
maka tingkat kurs Indonesia terapresiasi
0,77%.
sebesar 1,68%.
Indonesia
terdepresiasi
sebesar
Dari hasil regresi linier berganda
Dari hasil regresi linier berganda
di atas menghasilkan nilai koefisien dari
di atas menghasilkan nilai koefisien dari
jumlah uang beredar (X3) sebesar 0,175.
inflasi (X1) sebesar 0,064. Dari hasil
Dari hasil tersebut didapatkan tingkat
tersebut didapatkan inflasi berpengaruh
jumlah uang beredar berpengaruh positif
positif terhadap tingkat kurs Indonesia
terhadap tingkat kurs Indonesia, yang
yang artinya setiap peningkatan inflasi
artinya setiap peningkatan jumlah uang
10%,
beredar 10%, maka tingkat kurs Indonesia
maka
tingkat
kurs
Indonesia
terdepresiasi sebesar 0,64%.
terdepresiasi sebesar 1,75%.
Dari hasil regresi linier berganda
Dari hasil regresi linier berganda
di atas menghasilkan nilai koefisien dari
di atas didapatkan krisis ekonomi 1998
tingkat suku bunga deposito (X2) sebesar
6
mempunyai
hubungan
yang
positif
besar dari 0,05, dan dapat disimpulkan
terhadap tingkat kurs Indonesia.
Pengujian
pengujian
bahwa data dalam model penelitian ini
normalitas
yang
sebagai
dilakukan
berdistribusi normal.
untuk
Uji
heteroskedastisitas
adalah
mengetahui pola keragaman varians yang
untuk menguji apakah dalam model regresi
mendukung
terdapat ketidaksamaan varian dari residual
penelitian
masing-masing
(Nachrowi,
variabel
2010).
Jika
satu pengamatan ke pengamatan yang lain
probability lebih dari atau sama dengan
(Shochrol, 2011). Jika nilai P value chi-
0,05 maka H0 diterima, yang artinya model
square lebih besar atau sama dengan 0,05
regresi di dalam penelitian berdistribusi
maka H0 diterima, artinya varian dari satu
normal, dan pengujian statistik lebih lanjut
pengamatan ke pengamatan lain tetap, dan
dapat dilaksanakan.
model
penelitian
terbebas
dari
heteroskedastisitas.
Tabel 2.
Hasil Uji Normalitas
Jurge Bera Test
Jarque-Bera
1,060348
Probability
0,588502
Pada tabel 3 diketahui nilai p
value chi-square adalah 0,1502. Dimana
nilai tersebut lebih besar dari 0,05. Maka
Sumber : Data Diolah
H0 diterima, yang artinya model di dalam
Berdasarkan tabel 2 di atas,
penelitian
diketahui bahwa nilai probability yaitu
ini
terbebas
dari
heteroskedastisitas.
0,588502. Maka nilai probability lebih
Tabel 3.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisity Test : White
Obs*R-squared
20,88305
Prob. Chi-Square (9)
Scaled explained SS 4,592665
Prob. Chi-Square (9)
0,1502
0,8683
Sumber : Data Diolah
Uji Multikolinearitas bertujuan
Tabel 4.
Hasil Uji Multikolinearitas
untuk menguji apakah ditemukan adanya
Loginf
Logdep
Logjub
korelasi antar variabel independen pada
Loginf
1
0.508510
model regresi. Uji ini diukur dengan
Logdep
0.508510
1
Logjub
-0.219235
-0.682878
0.2192
35
0.6828
78
1
masing-masing variabel independen dari
nilai R, jika R < 0,80 maka H0 diterima,
yang
artinya
tidak
terdapat
Sumber : Data Diolah
gejala
multikolinearitas (Ghozali, 2011).
Terlihat pada tabel 4 di atas,
bahwa masing-masing variabel independen
7
memiliki nilai R < 0,80. Yang artinya
model
penelitian
ini
terbebas
Tabel 6.
Hasil Estimasi Nilai Residual
Cochrane-Orcutt
DRES2
0,348937
Probability
0,1168
dari
multikolinearitas.
Gujarati
(2004)
menerangkan
Sumber : Data Diolah
bahwa uji autokorelasi merupakan uji yang
melihat korelasi antar anggota serangkaian
observasi
Setelah
yang diurutkan berdasarkan
tersebut,
waktu. Jika nilai probability chi-square
mendapatkan
maka
dilakukan
estimasi
pengujian
kembali dengan menggunakan Breusch-
lebih besar dari alpha (0,05), maka H0
Godfrey Serial Correlation LM Test
diterima,
dengan hasil sebagai berikut :
yang
penelitian
artinya
tersebut
data
terbebas
dalam
dari
Tabel 7.
Hasil Pengujian Autokorelasi Setelah
Diatasi
Prob-Chi
0,7837
Square(2)
Durbin Watson
0,7454
(DW)
autokorelasi.
Tabel 5.
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM
Test
Prob. Chi0,0001
Square(2)
Durbin Watson
2,295939
(DW)
Sumber : Data Diolah
Berdasarkan tabel 7 di atas, dapat
dilihat hasil Probability Chi-Square yang
Sumber : Data Diolah
diperoleh sebesar
tersebut
Pada tabel 5.5 di atas, diketahui
0,7837.
menunjukkan
Dari hasil
bahwa
nilai
nilai P chi square adalah 0,0001. Yang
Probability Chi-Square lebih besar dari
berarti nilai tersebut lebih kecil dari 0,05
0,05. Maka H0 diterima, yang artinya dapat
maka H0 ditolak yang artinya terdapat
disimpulkan autokorelasi telah teratasi.
autokorelasi pada model penelitian ini.
Didapatkan koefisien determinasi
Sehingga perlu pengkoreksian kembali
(R2) adalah 0,991. Yang berarti 99,1%
dengan menggunakan metode cochrane-
variasi
orcutt.
Indonesia (Y) ditentukan oleh Inflasi (X1),
Dengan
melakukan
estimasi
naik
turunnya
tingkat
Suku Bunga Deposito
kurs
terhadap nilai residualnya RES C RES(-1)
Tingkat
(X2),
agar variabel-variabel dalam penelitian ini
Jumlah Uang Beredar (X3), dan Krisis
terbebas dari autokorelasi.
Ekonomi (X4), sedangkan sisanya 0,9%
ditentukan oleh variabel lain di luar model
penelitian.
Berdasarkan hasil regresi di atas
diperoleh nilai probability dari variabel
8
inflasi yaitu 0,0215. Berdasarkan hasil
artinya setiap perubahan tingkat suku
tersebut terlihat nilai probability dari
bunga
variabel inflasi lebih kecil dari alpha
berpengaruh
(0,05), maka H0 ditolak yang artinya setiap
turunnya tingkat kurs Indonesia.
perubahan
inflasi
tiap
berpengaruh
signifikan
deposito
tahunnya
terhadap
tiap
tahunnya
tidak
terhadap
naik
signifikan
Dari hasil tersebut didapatkan
naik
hubungan variabel tingkat suku bunga
turunnya tingkat kurs Indonesia.
deposito dengan tingkat kurs Indonesia
Dari hasil tersebut didapatkan
bertolak belakang dengan teori yang ada,
hubungan variabel inflasi dengan tingkat
berpengaruh positif dan tidak signifikan.
Kurs Indonesia sejalan dengan teori yang
Hal ini dapat dijleaskan melalui Teori
ada,
Dampak
berpengaruh
berhubungan
signifikan
positif.
Hal
ini
dan
dapat
Fisher
(international
Internasional
Fisher
effect-IFE).
diakibatkan jika inflasi tinggi dari pada
Berlianta (2005) mengemukakan bahwa
luar Negeri, maka harga barang dalam
teori
Negeri akan tinggi dan mengakibatkan
menunjukkan pergerakan nilai mata uang
harga produk ekspor Indonesia tinggi dari
satu
pada produk luar Negeri. Hal ini didukung
disebabkan oleh perbedaan suku bunga
oleh teori Purchasing Power Parity (PPP)
nominal yang ada di kedua negara
yang menyatakan bahwa perubahan nliai
tersebut. Implikasi International Fisher
tukar akan menyesuaikan dengan besaran
Effect adalah orang tidak bisa menikmati
perbedaan tingkat inflasi di antara dua
keuntungan yang lebih tinggi hanya
Negara
perdagangan
dengan menanamkan dana ke negara yang
Internasional dan nilai tukar akan berubah
mempunyai suku bunga nominal tinggi
sesuai dengan inflasi pada Negara tersebut.
karena nilai mata uang negara yang suku
Laju inflasi domestik yang lebih besar
bunganya tinggi akan terdepresiasi sebesar
dibandingkan laju inflasi luar Negeri dapat
selisih bunga nominal dengan negara yang
mengakibatkan
memiliki suku bunga
karena
pola
nilai
tukar
domestik
terdepresiasi.
International
negara
Fisher
dibanding
Effect
negara
lain
nominal lebih
rendah.
Berdasarkan hasil regresi di atas
Berdasarkan hasil regresi di atas
diperoleh nilai probability dari variabel
diperoleh nilai probability dari variabel
tingkat suku bunga deposito yaitu 0,0951.
jumlah
Berdasarkan hasil tersebut terlihat nilai
Berdasarkan hasil tersebut terlihat nilai
variabel tingkat suku bunga deposito kecil
variabel jumlah uang beredar kecil dari
dari alpha (0,05), maka H0 diterima yang
alpha (0,05).Maka H0 ditolak yang artinya
9
uang
beredar
yaitu
0,0001.
setiap perubahan jumlah uang beredar tiap
probability F-statistik lebih kecil dari alpha
tahunnya berpengaruh signifikan terhadap
(0,05), maka H0 ditolak, yang artinya
naik turunnya tingkat kurs Indonesia.
variabel inflasi (X1), tingkat suku bunga
Dari hasil tersebut didapatkan
deposito (X2), jumlah uang beredar (X3),
hubungan antara jumlah uang beredar dan
dan krisis ekonomi (X4) secara bersama-
tingkat kurs Indonesia sejalan dengan teori
sama mempengaruhi variabel tingkat kurs
yang
Indonesia (Y) didalam model regresi ini
ada,
berpengaruh
positif
dan
signifikan. Hal ini diakibatkan setiap
sudah tepat.
peningkatan jumlah uang beredar berarti
meningkatnya
kebutuhan
masyarakat
KESIMPULAN
untuk bertransaksi, dan masyarakat akan
Berdasarkan
hasil
penelitian
lebih cenderung menukarkan uangnya
mengenai pengaruh pendekatan moneter
dengan mata uang luar Negeri. Hal ini
terhadap tingkat kurs Indonesia dengan
didukung penelitian yang dilakukan oleh
menggunakan teknik analisis regresi linier
Agustin
menyatakan
berganda, dapat diketahui bahwa Inflasi
pertumbuhan uang beredar selama masa
(X1), Tingkat Suku Bunga Deposito (X2),
krisis banyak dipengaruhi oleh faktor
Jumlah Uang Beredar (X3), dan Krisis
psikologis
krisis
Ekonomi (X4) memiliki pengaruh 99,1%
kepercayaan kepada perbankan nasional
terhadap variasi naik turunnya tingkat kurs
yang dipengaruhi oleh ketidakstabilan
Indonesia (Y) yang terlihat pada hasil
sosial politik telah mendorong peningkatan
pengujian
insiden-insiden penarikan dana secara
Sedangkan sisanya 0,9% ditentukan oleh
masal (bank run). Masyarakat melakukan
variabel lain di luar model penelitian ini.
(2009)
yang
masyarakat,
dimana
koefisien
determinasi
(R2).
pemindahan dananya kepada bank yang
Variabel Inflasi (X1), Tingkat
dinilai lebih sehat maupun untuk membeli
Suku Bunga Deposito (X2), Jumlah Uang
valuta
Beredar (X3), dan Krisis Ekonomi (X4)
asing.
Maka
hal
ini
akan
mengakibatkan tingkat kurs Indonesia
memiliki
mengalami depresiasi.
perkembangan tingkat kurs Indonesia (Y)
Berdasarkan hasil regresi di atas
pengaruh
positif
terhadap
yang terlihat pada hasil uji koefisien
diperoleh variabel krisis ekonomi 1998
regresi linier berganda.
berpengaruh signifikan terhadap tingkat
Melalui
kurs Indonesia.
uji
signifikasi,
dapat
diketahui bahwa Inflasi (X1), Jumlah Uang
Nilai probability F-statistik adalah
Beredar (X3), dan Krisis Ekonomi (X4)
0,000. Berdasarkan hasil tersebut nilai
secara individu berpengaruh signifikan
10
terhadap tingkat
kurs Indonesia (Y),
Bank-bank umum di Indonesia dengan
sedangkan Tingkat Suku Bunga Deposito
pihak luar Negeri, terutama hutang
(X2) secara individu tidak berpengaruh
dalam jangka pendek. Agar tidak
signifikan terhadap tingkat kurs Indonesia
terulangnya krisis ekonomi yang sangat
(Y). Dan melalui Uji F menunjukkan
berdampak
bahwa Inflasi (X1), Tingkat Suku Bunga
Indonesia.
Deposito (X2), Jumlah Uang Beredar (X3),
5. Bagi
terhadap
peneliti
tingkat
selanjutnya,
kurs
hasil
dan Krisis Ekonomi (X4) berpengaruh
penelitian ini diharapkan dapat menjadi
secara bersama-sama terhadap tingkat kurs
acuan jika ingin meneliti subjek yang
Indonesia.
sama
tetapi
dapat
memasukkan
variabel lain seperti tingkat inflasi dan
SARAN
tingkat suku bunga deposito luar
1. Bank Indonesia sebagai Bank Sental
Negeri dengan membandingkan tingkat
Indonesia hendaknya dapat menjaga
inflasi dan tingkat suku bunga deposito
kestabilan laju inflasi Indonesia ,
di dalam Negeri agar dapat mengetahui
karena
apakah
laju
inflasi
tidak
hanya
merugikan kegiatan ekonomi di dalam
faktor
luar
Negeri
dapat
mempengaruhi tingkat Kurs Indonesia.
Negeri, tetapi juga akan mempengaruhi
kegiatan ekonomi dengan Negara-
DAFTAR PUSTAKA
Negara mitra perdagangan.
Agustin, Grisvia., 2009, Analisis Paritas
Daya Beli Pada Kurs Rupiah
Terhadap Dollar Amerika Serikat
Periode September 1997 –
Desember
2007
dengan
menggunakan
Metode
Erros
Correction Model, JESP Vol. 1,
No. 1, Malang.
Anonymous., SEKI 2014, Bank Indonesia,
Padang.
Anonymous., Statistik Indonesia 2014,
Badan Pusat Statistik, Padang.
Ariefianto,
Moch.
Doddy.,
2012,
Ekonometrika : Esensi dan
Aplikasi dengan menggunakan
Eviews, Erlangga, Jakarta.
Berlianta, Heli Chrisma., 2005, Mengenal
Valuta Asing, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
2. Bank Indonesia hendaknya agar dapat
lebih
intensif
keputusan
dalam
mengambil
meningkatkan
ataupun
menurunkan tingkat suku bunga agar
tercapainya kestabilan tingkat kurs
Indonesia.
3. Melakukan pengawasan yang intensif
dan
mengambil
kebijakan
dalam
pengendalian jumlah uang beredar agar
tercapainya kestabilan tingkat kurs
Indonesia.
4. Baik
Bank
pemerintah
Indonesia
maupun
hendaknya
selalu
mengawasi hutang-hutang swasta dan
11
Boediono., 2009, Ekonomi Indonesia,
Mau Kemana ?, Kepustakaan
populer Gramedia dan Freedom
institute, Jakarta.
Dornbusch, Rudige., Stanley, Fischer, and
Richard, Startz., 2004, Makro
ekonomi, PT Media Global
Edukasi, Jakarta.
Ghozali, Imam., 2011, Dasar-dasar
Statistik Dalam Aplikasi SPSS 19.0.
Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Gujarati, Damodar N., 2004, Basic of
Econometrica. Seven Editions.
Pearson.
Hasan M, Iqbal., 2002, Pokok-pokok
materi statistik 2, PT. Bumi
Aksara, Jakarta.
Herlambang, Sugiarto., Baskara, dan Said
Kelana., 2001, Ekonomi Makro:
Teori Analisis dan Kebijakan,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Judisseno, Rimsky K., 2002, Sistem
Moneter dan Perbankan di
Indonesia, PT Gramedia pustaka
utama, Jakarta.
Madura, Jeff., 2006, International
Corporate Finance, Keuangan
Perusahaan Internasional, Edisi 8,
Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.
Nachrowi, Bi Nachrowi., 2010. Dasardasar Econometrica. Penerbit
BPFE : Yogyakarta.
Nopirin, Ph.D., 1985, Ekonomi Moneter
II, BPFE, Yogyakarta.
Salvatore, Dominick., 1997, Ekonomi
Internasional,
Edisi
ketiga,
Erlangga, Jakarta.
Shochrul, R. Ajija dkk., 2011. Cara
Cerdas
Menguasai
Eviews.
Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Sihono, Teguh., 2009, Dampak Krisis
Finansial
Amerika
Serikat
Terhadap Perekonomian ASIA,
Jurnal Ekonomi dan Pendidikan,
Volume 6 No. 1, April.
Suhaedi., 2000, Suku Bunga Sebagai
Salah Satu Indikator Ekspektasi
Inflasi, Buletin Ekonomi Moneter
dan Perbankan, 2 (4), Bank
Indonesia, Jakarta.
Sukirno, Sadono., 1994,
Pengantar
Ekonomi Makro, Erlangga, Jakarta.
Tarmidi, Lepi. T., 1999, Krisis Moneter
Indonesia : Sebab, Dampak, Peran
IMF, dan Saran, Buletin Ekonomi
Moneter dan Perbankan, Maret,
Jakarta.
Yuliyanti, Iin Nurul., 2014, Pengaruh
Jumlah Uang Beredar (M2),
Tingkat Suku Bunga SBI, Impor,
Dan Cadangan Devisa Terhadap
Nilai
Tukar
Rupiah/Dollar
Amerika
Tahun
2001-20013,
Economic Development Analysis
Journal, Semarang.
12
Download