NASKAH PUBLIKASI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA BIJI PINANG (Areca catechu Lin.) TERHADAP Streptococcus mutans DEY SHIE NIM I11108083 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014 LEMBAR PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA BIJI PINANG (Areca catechu Lin.) TERHADAP Streprococcus mutans Tanggung Jawab Yuridis Material Pada DEY SHIE I11108083 Disetujui Oleh Pembimbing Utama Pembimbing Kedua Hj. Sri Wahdaningsih, MSc, Apt NIP. 19811101 200801 2 001 dr. Didiek Pangestu Hadi NIP. 19821224 200912 1 003 Penguji Pertama Penguji Kedua dr. Ita Armyanti NIP. 19811004 200801 2 011 dr. Mitra Handini, M. Biomed NIP. 19850908 200912 2 005 Mengetahui, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura dr. Bambang Sri Nugroho, Sp. PD NIP. 19511218 197811 1 001 UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI INFUSA BIJI PINANG (Areca catechu Lin.) TERHADAP Streptococcus mutans Dey Shie1; Sri Wahdaningsih2; Didiek Pangestu Hadi3 Intisari Latar Belakang: Karies gigi adalah penyakit yang menyerang dan merusak email gigi. Streptococcus mutans merupakan bakteri patogen pada mulut yang merupakan agen peyebab utama karies gigi. Data empiris menunjukkan bahwa air rebusan biji pinang sering digunakan dalam pengobatan tradisional. Air rebusannya digunakan sebagai obat kumur yang diyakini berkhasiat untuk menguatkan gigi. Penelitian sebelumnya menunjukkan ekstrak etanol biji pinang memiliki sifat antibakteri. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri infusa biji pinang terhadap Streptococcus mutans dengan menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM). Metodologi: Skrining fitokimia infusa biji pinang dilakukan dengan uji tabung. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode dilusi agar terhadap Streptococcus mutans untuk mendapatkan KHM. Data yang didapatkan kemudian dianalisa menggunakan uji One Way Anova yang dilanjutkan dengan uji Post-Hoc LSD, dan uji korelasi Pearson. Hasil: Berdasarkan skrining fitokimia infusa biji pinang mengandung flavonoid, tanin, dan saponin. Analisa statistik menunjukkan konsentrasi infusa biji pinang yang menurunkan jumlah koloni secara bermakna adalah konsentrasi 30%. Uji korelasi menunjukkan variabel pertumbuhan koloni bakteri memiliki korelasi berlawanan arah yang sangat kuat (r= -0,976) dengan konsentrasi infusa. Kesimpulan: Infusa biji buah pinang memiliki aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Kata Kunci: Antibakteri, Infusa, Biji Pinang, Streptococcus mutans 1) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat 2) Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat 3) Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat ANTIBACTERIAL EFECT OF ARECA SEED (Areca catechu Lin.) LEAVE INFUSION ON Streptococcus mutans Dey Shie1; Sri Wahdaningsih2; Didiek Pangestu Hadi3 Abstract Background: Dental caries is a disease that attacks and damage tooth enamel. Streptococcus mutans is a pathogenic bacteria in the mouth which is primary causative agent of dental caries. The empirical data shows that boiled water of areca seed leaves is used by local people as herbal medicine. Previous research shows of ethanol extract from areca seed has antibacterial property. Objective: The objective of this research was to know antibacterial property of areca seed leaves infusion againts Streptococcus mutans by determining minimum inhibitory concentration (MIC). Methods: Phytochemical screening of areca seed leaves infusion was performed by test tube method. Test of antibacterial activity was done by using dilution method againts Streptococcus mutans. Data was analized with One Way Anova Test, then continued with Post-Hoc LSD Test and Pearson Correlation Test. Result: Secondary metabolite contents of kesum leaves infusion are flavonoid, tannin, and saponin. Statistical analysis show that areca seed leaves infusion concentrations that can reduce colony count with a significant number are 30% infusion concentration. Spearman correlation test show that bacterial colony growth variabel has a very strong inverse correlation (r= -0,976) with infusion concentration. Conclusion: Areca seed leaves infusion has antibacterial activity againts Streptococcus mutans. Keyword: Antibacterial, Infusion, Areca seed, Streptococcus mutans 1) Medical School, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West Kalimantan 2) Pharmacy School, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West Kalimantan 3) Medical School, Faculty of Medicine, University of Tanjungpura Pontianak, West Kalimantan LATAR BELAKANG Karies gigi adalah penyakit yang menyerang dan merusak jaringan keras gigi yaitu pada email gigi, disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat memfermentasikan karbohidrat. Proses karies diawali dengan demineralisasi lapisan email. Sehingga email gigi menjadi keropos dan berakhir dengan berlubang.1 International Dental Journal menyatakan bahwa banyak negara mengalami penyakit gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut yang sering dihadapi adalah karies. Karies gigi termasuk dalam 10 besar penyakit yang diderita oleh masyarakat Indonesia dan merupakan penyakit ke-4 yang paling mahal biaya penyembuhannya.2 Menurut data dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004, karies gigi merupakan masalah dalam kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dengan prevalensi 90,05%.3,5 Proses karies gigi terjadi diawali dengan demineralisasi pada email. Email adalah bagian terkeras gigi. Sisa makanan yang mengandung glukosa dan sukrosa termasuk karbohidrat atau susu menempel pada permukaan email gigi, bertumpuk menjadi plak. Plak terdiri atas bakteri bercampur musin, sisa-sisa makanan dan bahan-bahan lain yang melekat erat di permukaan gigi. Bakteri yang menempel pada permukaan gigi menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi demineralisasi, yang menyebabkan pengeroposan gigi atau disebut karies gigi. Karies gigi di sebabkan oleh bakteri Streptococcus mutans. Bakteri ini merupakan patogen pada mulut yang merupakan agen penyebab utama karies.6 Ada banyak cara untuk mencegah terjadinya karies gigi, salah satunya dengan berkumur memakai obat kumur.7 Penggunaan obat kumur yang tersedia di pasaran saat ini memiliki keunggulan dan kekurangan, misalnya memberikan dampak negatif yaitu, diskolorasi gigi dan lidah, gangguan pengecapan setiap kali setelah kumur, harga yang relatif mahal dan keterbatasan akses untuk mendapatkan obat kumur tersebut terutama bagi masyarakat di daerah terpencil. Oleh karena itu bahan tradisional yang murah, mudah didapat dan lebih minim efek sampingnya merupakan salah satu pilihan yang menarik untuk dijadikan alternatif.7,8 Indonesia adalah negara yang sangat potensial untuk mengembangkan tanaman obat.8 Biji buah pinang merupakan salah satu tanaman obat yang berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Data empiris menunjukan pinang telah banyak di manfaatkan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu, khususnya buah digunakan untuk campuran makan sirih, air rebusannya juga digunakan sebagai obat kumur yang diyakini berkhasiat untuk menguatkan gigi. Namun belum banyak diteliti sifat antibakterinya terhadap bakteri Streptococcus mutans.9 Hasil skrining fitokimia menunjukkan biji buah pinang (Areca catechu Lin.) mengandung senyawa golongan alkaloid seperti arecoline, arecolidine, arecaine, guvacoline, guvacine, homoarecoline dan isoguvacine serta golongan tanin yaitu proantosianidin. Kandungan aktif tanin tidak hanya berefek untuk pengelat tapi juga digunakan untuk perlindungan karena mempunyai daya antiseptik dan aktivitas antibakteri yang dapat menguatkan gigi.10 Hasil penelitian oleh Santoso (2013) dalam bentuk ekstrak etanol biji pinang secara dilusi tabung memiliki efektivitas sebagai antibakteri terhadap Streptococcus mutans, hasil uji didapatkan kadar hambat minimum (KHM) pada bakteri sebesar 1,5%. Pada penelitian oleh Yulineri et al., (2005) Selenium dari ekstrak biji dan akar pinang yang difermenasikan dengan konsorium Acetobacter Saccharomyces terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans didapatkan diameter zona hambat pada ekstrak biji sebesar 0,18 cm dan ekstrak akar sebesar 0,36 cm. Dari kedua jenis ekstrak ini berpotensi sebagai antiseptik obat kumur. Sedangkan aktivitas antibakteri biji buah pinang dalam bentuk sediaan infusa belum pernah diteliti sebelumnya. Penelitian ini bermaksud menguji aktivitas antibakteri infusa biji buah pinang, yang secara empirik digunakan masyarakat sebagai obat kumur, terhadap bakteri penyebab karies gigi yaitu Streptoccocus mutans. ALAT DAN BAHAN Bahan Bahan yang digunakan adalah biji buah pinang, aquadest steril, Mueller Hinton Agar cair, kasein, starch, NaCl 0,9%, alcohol 96%, FeCl 3 5%, CH3COOH glasial, serbuk magnesium, HCl pekat, H 2SO4 pekat, FeCl3 1%, pereaksi Mayer, Dragendroff, kloroform, agar nutrisi, biakan murni Streptococcus mutans dan larutan standar (Mc. Farland 0,5). Alat Instrumen yang digunakan adalah pisau, blender, wadah, kain flannel, kasa, timbangan analitik digital, rak tabung, ose, penjepit, sarung tangan, masker, oven listrik, autoklaf, laminary airflow cabinet, sentrifuge, water bath, aluminium foil, kertas label dan karet gelang, thermometer, busen, colony counter. Bakteri Uji Bakteri yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta yang diuji lagi dengan pewarnaan gram. METODE Bagian tanaman yang diperlukan untuk kepentingan determinasi tanaman yaitu buah, bunga, dan anakan tanaman pinang. Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNTAN Pontianak. Buah yang diambil adalah buah yang sehat dari pohon yang berusia sekitar 6-8 bulan dan buah yang diambil berwarna kuning orange. Setelah dipanen, dilakukan sorotasi basah terhadap kotoran, sampah, daun-daun dan kotoran yang masih menempel pada buah. Kemudian dicuci dengan air, kemudian dikupas untuk memisahkan bagian kulit dengan bijinya. Kemudian biji buah pinang diiris tipis lalu dilanjutkan dengan pengeringan dengan menggunakan oven dengan suhu 60 oC selama 2-3 hari. Tahap selanjutnya adalah pengecilan ukuran simplisia. Pengecilan ukuran dilakukan dengan menggunakan blender. Kemudian diayak dengan saringan berukuran 60 mesh. Dalam penelitian ini penegeringan dalam oven untuk mencapai kadar air simplisia < 10 % agar memenuhi kriteria simplisia yang baik.4 Simplisia kemudiaan disimpan dalam wadah yang bersih dan tertutup. Pembuatan Infusa Infusa dibuat dengan cara mencampurkan 10 g simplisia ditambahkan 100 ml aquadest. Campuran ini dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang berada di atas penangas air untuk dipanaskan selama 15 menit terhitung sejak suhunya telah mencapai suhu 90 oC. Hasil infusa kemudian disaring menggunakan kain flannel steril. Skrining Fitokimia Pemeriksaan fitokimia dilakukan terhadap golongan alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin dengan menggunakan uji tabung. Setiap uji dilakukan triplo. Penyiapan Bakteri Uji Dalam pembuatan suspensi koloni bakteri Streptococcus mutans dibuat dengan memasukkan koloni bakteri menggunakan ose kedalam 5 mL NaCl steril 0,9% kemudian disetarakan dengan standar Mc. Farland 0,5 sehingga diperoleh konsentrasi suspensi 1-5x108 CFU/mL. suspensi kemudian dibiarkan selama 15 menit.11 Setelah itu dilakukan pengenceran dengan mengambil suspensi bakteri dengan pipet tetes sebanyak 0,1 ml dan dimasukkan dalam tabung steril. Kemudian ditambahkan dengan Mueller-Hinton cair sebanyak 14,9 ml dan dikocok homogen sehingga diperoleh suspensi bakteri dengan konsentrasi 1x106 CFU/ml. Suspensi ini dibiarkan selama 15 menit lagi sebelum diujikan pada senyawa antibakteri.11,12 Uji Aktivitas Antibakteri Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode dilusi. Untuk pengujian KHM disiapkan 20 tabung yang akan digunakan untuk 4 seri replikasi percobaan (masing-masing 5 tabung). Konsentrasi infusa biji pinang yang dibuat pada masing-masing tabung adalah 10%, 20% dan 30%, serta kontrol yang dibuat adalah kontrol positif dan negatif. Pengenceran infusa menggunakan pelarut aquadest. Semua tabung uji yang diberi infusa tersebut diberikan lauratan dengan suspensi bakteri 106 CFU/mL. Kontrol positif berisis media dan suspensi bakteri 106 CFU/mL Kontrol negatif berisi media Mueller-Hinton cair steril dan infusa. Setiap tabung disenfugasikan lalu dituang pada plate lalu diinkubasi selama 24-48 jam pada suhu 37oC untuk kemudian dilihat dan dihitung jumlah koloni yang tumbuh pada media agar tersebut. Analisis Hasil Analisis yang digunakan adalah uji statistik one way Anova. Uji one way Anova digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian berbagai konsentrasi infusa biji pinang terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Kemudian dianalisis lanjut dengan Post Hoc yaitu uji LSD. Selain itu dilakukan uji korelasi Pearson untuk mengetahui hubungan antara peningkatan konsentrasi infusa biji pinang dengan jumlah koloni bakteri Streptococcus mutan. HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Fitokimia Golongan metabolit sekunder yang terdapat didalam infusa biji pinang (Areca catechu Lin.) antara lain flavonoid, tanin dan saponin. Hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia Pemeriksaan Pereaksi Perubahan Hasil Positif Hasil Skrining Alkaloid Flavonoid Kloroform, Endapan putih Endapan puti, Negatif (-) Mayer, (-),Jingga Endapan Dergendroff kemerahan (-) jingga-merah Serbuk Mg, Warna kuning Warna kuning Positif (+) HCl pekat Saponin Akuades, HCl Adanya busa Tanin FeCl3 5% Warna Adanya busa hijau Warna kehitaman Positif (+) hijau Positif (+) kehitaman ( Sumber: Data primer, 2013 ) Sifat kelarutan yang cenderung nonpolar, sukar larut dalam air dapat menjadi alasan mengapa golongan alkaloid tidak terdeteksi pada sediaan infusa yang bersifat polar. Flavonoid merupakan senyawa yang larut dalam air.13 Adanya gula yang terikat pada flavonoid menyebabkan senyawa ini mudah larut dalam air sehingga dapat tersari dengan metode penyarian infusa.14 Buih yang ditimbulkan pada reaksi saponin dan air disebabkan saponin mengandung senyawa yang sebagian larut dalam air dan senyawa yang larut dalam pelarut nonpolar sebagai surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Sedangkan tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki banyak gugus hidroksil (OH) sehingga tanin bersifat polar. Sifat tanin yang polar menyebabkan senyawa ini dapat tersari. Uji Aktivitas Antibakteri Pengujian antibakteri yang digunakan adalah metode dilusi agar. Metode ini digunakan untuk mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) yang tidak dapat menggunakan metode dilusi tabung. Hal ini disebabkan infusa biji pinang berwarna keruh sehingga mengganggu visualisasi untuk menentukan KHM. Prosedur untuk mengetahui sensitivitas dengan metode dilusi agar yaitu dengan menyiapkan media biakan yang telah dicampur dengan infusa biji pinang dengan berbagai konsentrasi. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan infusa biji pinang juga memiliki efek dalam menghambat bakteri Streptococcus mutans. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%, 20% dan 30%. Yang dinilai adalah jumlah pertumbuhan koloni bakteri pada medium agar yang telah dicampurkan bakteri Streptococcus mutans, disentrifus lalu diinkubasi pada temperature 37 oC selama 18-24 jam. Koloni yang tumbuh berupa spot atau titik tetesan kecil. Gambar 4.5 Pertumbuhan bakteri di plate agar pada konsentrasi 10% (Data primer,2014) Keterangan Panah Hitam( ): menunjukkan bakteri Gambar 4.6 Pertumbuhan bakteri di plate agar pada konsentrasi 20% (Data primer,2014) Keterangan Panah Hitam( ): menunjukkan bakteri Gambar 4.7 Subkultur bakteri di plate agar pada konsentrasi 30% (Data primer,2014) Keterangan Panah Hitam( ): menunjukkan bakteri Nilai KHM dari infusa biji pinang pada penelitian ini didefenisikan sebagai konsentrasi terendah dimana jumlah bakteri Streptococcus mutans berkurang dari 10. Perhitungan dilakukan dengan bantuan colony counter untuk mendapatkan angka pertumbuhan bakteri yang kemudian dapat diolah dan dianalisa. Adapun hasil perhitungan dari koloni bakteri yang telah di subkultur dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Koloni (Data Primer, 2014). Pengulangan Ke Konsentrasi Infusa Biji Pinang I II III IV 10 % 271 268 269 267 20 % 87 86 89 85 30 % 5 6 7 6 Kontrol (+) 368 367 360 365 Kontrol (-) 0 0 0 0 Kontrol sterilitas terbukti dapat terjaga dengan baik. Hal ini terlihat dari hasil yang terlihat pada kontrol negatif pada media cair Mueller-Hinton yang terlihat jernih. Hasil ini artinya tidak terdapat bakteri yang tumbuh pada kontrol sterilitas akibat kontaminasi mikroorganisme selama pengerjaan. Dari tabel terlihat bahwa semakin besar konsentrasi infusa biji pinang maka jumlah bakteri yang tumbuh semakin sedikit. 1200 Jumlah Koloni 1000 800 600 400 200 0 K. Positif 10% 20% 30% K. Negatif Perlakuan / Konsentrasi Infusa Gambar 4.5 Diagram Rerata Jumlah Koloni pada Berbagai Konsentrasi Infusa Biji Pinang (Data primer, 2014) Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian secara kualitatif terhadap pertumbuhan koloni bakteri Streptococcus mutans pada agar plate dalam beberapa konsentrasi infusa biji pinang dan dibandingkan kelompok kontrol positif pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.8 menunjukkan hasil yang bervariasi. Adanya pengaruh pemberian infusa biji pinang terhadap pertumbuhan bakteri tampak bahwa semakin besar konsentrasi infusa terlihat semakin sedikit pertumbuhan bakterinya. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin menurun jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Dari hasil pengamatan didapatkan jumlah bakteri terlihat pengurangan secara signifikan pada konsentrasi kelompok perlakuan. Hasil ini diperkuat dan didukung dengan uji statistik Anova. Dan didapatkan hasil didapatkan hasil p= 0,00 (Lampiran 12.) Hasil analisis Post-Hoc LSD didapatkan hasil (p<0,005). Menurut Sabri dan Hastono (2008) nilai p≤ 0,05 artinya terdapat perbedaan rerata yang bermakna dari jumlah koloni antar kelompok konsentrasi (Lampiran 13.). Pernyataan ini diperkuat dengan adanya hasil uji kolerasi Pearson yang bernilai negatif r= -0,976 (Lampiran 13.). Menurut Santoso (2012) kekuatan korelasi lebih dari 0,7 hingga 1 memiliki interpretasi bahwa hubungan antara variabel sangat kuat. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya hubungan negatif antar konsentrasi infusa biji pinang dengan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Hubungan negatif ini artinya, jika semakin tinggi konsentrasi infusa biji pinang, maka pertumbuhan koloni bakteri Streptococcus mutans akan semakin rendah. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa infusa biji pinang memiliki kemampuan sebagai antibakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Sifat antibakteri yang dimiliki infusa biji pinang dapat disebabkan oleh karena senyawa yang dikandungnya. Hasil pengujian skrining fitokimia yang dilakukan infusa biji pinang mengandung senyawa metabolit sekunder berupa tanin yang bekerja dengan merusak komponen membran sel, dinding sel, enzim, materi genetik, flavonoid menganggu integritas permeabilitas membran sel, menghambat sintesis asam nukleat, dan menghambat enzim metabolik bakteri dan saponin yang bersifat hidrofilik dan lipofilik mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis. Hasil penelitian ini. konsentrasi infusa 30% adalah konsentrasi yang menurunkan jumlah koloni secara bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin menurun jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Dan diperkuat dengan hasil analisis statistik non parametrik yang mempunyai nilai kemaknaan yang tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa infusa biji pinang terbukti mempunyai daya antibakteri dan hipotesis yang telah disusun sebelumnya dapat diterima dan sejalan dengan hasil penelitian yang pernah ada. Pada penelitian oleh Santoso (2012) menunjukkan adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol biji pinang terhadap Streptococcus mutans. Penelitian Yulineri et al. (2006) pada uji selenium dari ekstrak biji dan akar pinang yang difermentasikan dengan kosorsium Acetobacter-Saccharomyces memenunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans. Penelitian lanjutan untuk menggali potensi yang dimiliki tanaman pinang sebagai antibakteri perlu dilakukan, misalnya dengan menguji efek toksisitas dan farmakologis tanaman biji pinang. Serta pengujian menggunakan bagian daun, batang dan akar dari tanaman pinang. Penelitian lanjutan untuk membuktikan data empiris biji pinang dengan mengolahnya menjadikan larutan obat kumur dan diuji secara langsung pada masyarakat dalam pengembangan obat kumur herbal yang terstandar dan agar tanaman ini kemudian dapat dikembangkan menjadi obat herbal terstandar. KESIMPULAN Golongan metabolit sekunder yang terdapat di dalam infusa biji pinang (Areca catechu Lin.) antara lain flavonoid, tannin dan saponin. Infusa biji buah pinang (Areca catechu Lin.) memiliki aktivitas bakteriostatik terhadap Streptococcus mutans dengan konsentrasi hambat minimal sebesar 30%. Analisis statistik menunjukkan konsentrasi infusa biji pinang yang menurunkan jumlah koloni secara bermakna adalah konstrasi 30%. Semakin meningkatnya onsentrasi infusa biji pinang akan menurunkan jumlah koloni Streptococcus mutans yang tumbuh. DAFTAR PUSTAKA 1. Kidd EAM, Joyston S. Pencegaha Karies dengan Pengendalian Plak. Dalam: Naslam Sumavinata, Safrida Frank. Dasar-Dasar Karies dan Penanggulannya. Jakarta: EGC; 2000. 2. Downer MC, Drugan CS, Blinkhom AS. Salaried Service In The Delivery Of Dental Care in Western Industrialised Countries. Implications For The National Health Service in Englan. Int Dent J: 2006; page7-16. 3. Sugito SF. Peranan The dalam Mencegah terjadinya Karies Gigi. Dalam Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Vol. 7. Edisi Khusus. Jakarta: FKG Universitas Indonesia; 2000. 4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Sediaan Galenika. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1999 5. Zatnika I. 2010, 89% Anak Derita penyakit Gigi dan Mulut, Available from: http://www.pdgi-online.com [Senin,tgl2o-July-2013] 6. Samaranayake LP. Essential Microbiology for Dentistry. 2th edition. London: Churcill Livingstone. 2002; 218-20. 7. Ford TRP. Restorasi Gigi (The Restioration of Teeth). Penerjemah: Sumawinata. Edisi Ke-2. Jakarta: EGC; 199. 8. Korompis GEC, Vennita RD, Oksfriani JS. Uji Invitro Aktivitas Antibakteri dari Lansium domesticum Correa (Langsat). Universitas Sam Ratulangi. Fakultas Kedokteran. Manado. (Skripsi); 2010. 9. Yulineri T, Ernawati K, Novik N. Pemanfaatan Se dari ektrak biji dan akar pinang (Areca catechu Lin.) yang difermentasi dengan Konsorium Acetobacter-Saccharomyces sebagai Antiseptik Obat Kumur. Bogor: LIP. Bidang Mikrobiologi. (Skripsi); 2005. 10. Meiyanto E, Ratna ASA, Firi R. Ekstrak Etanolik Biji Buah Pinang (Areca catechu L.) Mampu Menghambat Proliferasi dan Memacu Apoptosis Sel MCF-7. Majalah Farmasi Indonesia. 2008; 19(1)12-19. 11. CLSI. Methods for Dilussion Antimicrobial Susceptibility Test For Bacteria That Grow Aerobically; Approved Standads-Document M07A9. 9th Ed Wayne: Clinical and Laboratory Standards Institute; 2012 12. Cavalieri SJ, Haberck RJ, McCarter YS, Ortez JH, Rankin ID, Sautter RL, et al. Manual of Antimicrobial Suspectibility Testing, Washington: American Society for Microbiology; 2005. 13. Harborne JB. Metode Fitokimia. Bandung: Penerbit ITB; 1987. 14. Markham KR. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB; 1988. 15. Dahlan M, Sopiyudin. Statistik Kedokteran dan Kesehatan. Edisi ke-5. Jakarta: Salemba Medika; 2011. 16. Santoso S. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo; 2012. 17. Cushnie TPT, Andrew JL. Antimicrobial Activity of Flavonoids, International Journal of Antimicrobial Agents. 2005; 26: 343-356. 18. Rachmawaty FJ, Citra DA,Nirwani B, Nurmasitoh T, Wibowo ET., Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) sebagai Agen Anti Bakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. JKKI. 2009. 19. Sabir A. Aktivitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona sp terhadap Bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Majalah Kedokteran Gigi. 2005; 38(3);135-41. 20. Cowan MM. Plant Products as Antimicrobial Agent. Clinical Microbiology Review. 1999; 12(4): 564-582. 21. Lalitha MK. Manual on Antimicrobial Suspetibility Testing. Tamil Nadu: Indian Association of Medical Microbiologists; 2004. 22. Fitrial Y, Astawan M, Soekarto SS, Wiryawan KG, Wresdiyati T, Khairina R. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Biji Teratai (Nymphaea pubescens Willd) Terhadap Bakteri Patogen Penyebab Diare. J.Teknol Industri Pangan. 2008; 29(2);158-64. 23. Juliantina F, Citra DW, Nirwan B, Nurmasitoh T, Bowo ET. Manfaat Sirih Merah (piper crocatum) Sebagai Agen Anti Bakterial terhadap Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif. JKKI. 2009;1-10. 24. Santoso KRA, Hirzi A., Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Pinang (Areca catechu Lin.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus mutans Secara In Vitro. Universitas Brawijaya. Program Studi Pendidikan Dokter Gigi. Fakultas Kedokteran. Malang. (Skripsi); 2013. 25. Sabir A. Aktivitas Antibakteri Flavonoid Propolis Trigona sp terhadap Bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Majalah Kedokteran Gigi. 2005; 38(3);135-41. Lampiran Surat Kaji Etik Penelitian