Makin intiM dengan MaritiM

advertisement
Edisi
59
Tahun VI
2016
www.bi.go.id
DINAMIKA
LENTERA, KARTU ’PINTAR’
UNTUK NELAYAN
Sorot
Makin Intim
dengan Maritim
Daftar Isi
03
Pedoman
04
Editorial
Penanggung Jawab:
Tirta Segara
06
Pemimpin Redaksi:
Arbonas Hutabarat
Sorot
Makin Intim dengan Maritim
Sebagai negara kepulauan, sejatinya sektor maritim
memiliki potensi besar dalam pembangunan ekonomi
Indonesia. Namun sayang, hingga saat ini eksplorasi
di sektor ini masih minim. Ke depan, diharapkan segenap
stakeholders yang terkait bisa memaksimalkan potensi
yang ada.
Redaksi Pelaksana:
Edhie Haryanto
Wahyu Indra Sukma
Ernawati Jatiningrum
Surya Nanggala
Any Ramadhaningsih
Yadi Yuhardinata
T. Rafael Lardhana
Kontributor:
Angiola Harry
Rahmat Dwi Cahyono
Yusi Rahimah
Arief Yahya
Juda Agung
Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman Republik Indonesia
Menteri Pariwisata
Republik Indonesia
Hal. 30
Hal. 20
Direktur Eksekutif Departemen
Kebijakan Ekonomi dan Moneter
Bank Indonesia
Luhut Binsar Panjaitan
22
Hal. 10
Alamat Redaksi:
Departemen Komunikasi
Bank Indonesia
Jl. M.H. Thamrin No.2
Jakarta
Telp. Contact Center
BICARA:
(021) 131
e-mail: [email protected]
website: www.bi.go.id
@bank_indonesia
INSA: Butuh Kebijakan Efisien dan Berpihak
fl ip.it/7A9uk
bankindonesia
BankIndonesiaChannel
14
16
18
20
Perspektif
Pembangunan sektor maritim yang diusung pemerintah saat ini,
menjadi harapan baru bagi para pelaku usaha di sektor ini, serta
kemajuan bangsa.
Lensa
Aktivitas
Ekspose
Perspektif
24
26
28
30
Dinamika
Infografis
Potret
Etalase
Redaksi menerima
kiriman naskah dan
mengedit naskah
sebelum dipublikasikan.
Naskah dikirim ke
[email protected]
Pedoman
Salam,
Agus D. W. Martowardojo
Gubernur Bank Indonesia
l
tahun 6
l
Edisi 59
3
Gerai Info l bank Indonesia
S
ektor maritim merupakan sektor penting bagi kemajuan ekonomi Indonesia.
Dengan berbagai keunggulan dan potensi yang dimiliki pada sektor maritim,
diharapkan ke depan Indonesia bisa menjadi poros maritim dunia.
Untuk mewujudkan hal itu, segenap pemangku kebijakan dan stakeholders
yang terkait harus meningkatkan sinergi, serta melakukan reformulasi
strategi pengembangan sektor maritim. Sinergi pembangunan infrastruktur maritim mencakup
beberapa sektor terkait seperti perkapalan, perikanan, pariwisata, pelayaran dan sumber daya
(SDM) manusia maritim-, serta kelembagaannya. Mencontoh keberhasilan negara lain,
dukungan pemerintah sangatlah penting, dan menerapkan kebijakan yang integratif. Hal ini
dilakukan agar tercipta ekosistem maritim yang kuat.
Strategi kebijakan maritim yang terintegrasi ditujukan untuk meningkatkan kinerja sektor
maritim dan pariwisata. Produk dan kegiatan ekonomi di sektor maritim saat ini belum
mencerminkan potensi yang sesungguhnya, karena sejumlah kendala, seperti lemahnya industri
galangan kapal dan komponen kapal, dominasi asing dalam jasa pelayaran, dan terbatasnya
-SDM maritim yang berkualitas. Pariwisata bahari juga masih tertinggal dari negara-negara
tetangga meskipun sesungguhnya Indonesia memiliki potensi yang jauh lebih besar. Oleh karena
itu, strategi kebijakan maritim perlu dirumuskan untuk mengatasi persoalan struktural di sektor
maritim dan pariwisata yaitu perkapalan, pelayaran, pelabuhan dan jaringan bisnis (networks).
Untuk itu, dibutuhkan inisiatif-inisiatif yang dilakukan dalam rangka mempercepat
pembangunan sektor maritim yang terintegrasi. Melalui pembangunan tersebut akan
mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki defisit transaksi berjalan yang terjadi
selama ini.
Bank Indonesia (BI), sebagai salah satu lembaga yang berupaya menjaga stabilitas
perekonomian nasional pun mengambil inisiatif untuk mendorong integrasi sektor maritim.
Salah satu upaya yang dilakukan ialah dengan menyelenggarakan Rapat Koordinasi antara
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan BI yang diselenggarakan di Batam pada 12 Agustus
2016, yang membahas sektor maritim. Rapat dihadiri oleh Gubernur dan Anggota Dewan
Gubernur Bank Indonesia, Menteri Koordinator Bidang Maritim, Menteri Pariwisata, dan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Pemerintah Daerah diwakili oleh tiga
Kepala Daerah yakni Gubernur Provinsi Sumatera Utara, Gubernur Provinsi Kepulauan Riau, dan
Wakil Gubernur Provinsi Sumatera Barat.
Melalui forum tersebut dan inisiatif-inisiatif lainnya, diharapkan kemajuan sektor maritim
bisa lebih cepat. Cita-cita menjadi poros maritim dunia pun bisa direalisasikan. Semoga, cita-cita
baik untuk kemajuan bangsa ini bisa terwujud!
2016
Butuh Kebijakan
yang Terintegrasi
Editorial
Inisiatif Mempercepat
Pembangunan Maritim
Tirta Segara
Kepala Departemen Komunikasi
Bank Indonesia
Gerai Info l bank Indonesia
4
S
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
ektor maritim memiliki peran penting terhadap
perekonomian nasional. Untuk memajukan sektor
maritim dibutuhkan inisiatif-inisiatif dalam
mempercepat pembangunan sektor maritim yang
terintegrasi. Kemajuan sektor ini akan mendorong
pertumbuhan ekonomi dan memperbaiki defisit transaksi jasa.
Ke depan, strategi perekonomian Indonesia tidak dapat terus
mengandalkan ekspor komoditas sumber daya alam. Mengingat, tren
melemahnya harga komoditas internasional.
Oleh karena itu, sektor maritim dan pariwisata perlu dikembangkan
dengan konsisten sehingga dapat menjadi mesin pertumbuhan ekonomi
baru yang berkelanjutan. Sektor pariwisata juga merupakan
penyumbang devisa dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah.
Selain itu, pengembangan jasa pelayaran akan dapat menekan defisit
neraca jasa yang selama ini banyak disebabkan oleh jasa pelayaran.
Terkait hal itu, Bank Indonesia (BI) menggelar Rapat Koordinasi
dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah yang diselenggarakan di
Batam pada 12 Agustus 2016 lalu. Dalam rapat ini dibahas mengenai
inisiatif dan kesepakatan untuk mendorong kemajuan sektor maritim.
Rapat koordinasi menghasilkan sejumlah kesepakatan penting yang
akan diwujudkan dalam bentuk kebijakan yang konsisten dan bersinergi.
Di antaranya, menerapkan kebijakan satu peta dan satu desain kapal
(one map and one ship design policy). Hal ini dilakukan untuk
mendukung perkembangan industri perkapalan sebagai backbone
industri maritim sehingga dapat memainkan perannya sebagai fondasi
pengembangan industri perikanan, industri pelayaran, dan industri
pariwisata. Selain itu, mengintegrasikan strategi pengembangan
infrastruktur logistik dengan pengembangan wilayah untuk mendukung
konektivitas antar wilayah industri, permukiman, dan simpul-simpul
transportasi perdagangan ekspor impor atau antar pulau, antara lain
yang akan dikembangkan di dalam buku putih pengembangan
kemaritiman.
Sementara itu, terkait pengembangan pariwisata, khususnya wisata
bahari, pemerintah berkomitmen akan melakukan beberapa langkah. Di
antaranya, mengintensifkan promosi pariwisata dan sosialisasi
penerbitan aturan mengenai kemudahan kunjungan yacht dan cruise,
dan mempercepat deregulasi peraturan.
Berbagai langkah dan inisiatif yang disepakati diharapkan bisa
mempercepat pembangunan sektor maritim dan pariwisata di negeri ini.
Harapannya, perekonomian nasional bisa terus tumbuh berkelanjutan. l
Q: Saya mempunyai uang Rp 1000 dan Rp 100 tahun emisi 1992,
jumlah uang daun Rp 100 sebanyak 11 lembar dan uang Rp 1000
sebanyak 1 lembar. Apakah Bank Indonesia masih melayani
penukaran uang ini? Terimakasih.
ARDI DIRNO
A: Terkait hal tersebut kami informasikan bahwa uang kertas Rp 100
[email protected]
A: Terima kasih telah mengirimkan email
kepada Bank Indonesia (BI).
Sehubungan dengan email terkait
Ketentuan Kewajiban Penggunaan
Rupiah, dapat kami sampaikan bahwa
kebijakan BI terkait transaksi di Tempat
Penimbunan Berikat (TPB) saat ini
telah disampaikan ke otoritas terkait
(Bea Cukai). Kebijakan tersebut telah
berlaku bagi pelaku usaha yang telah
berizin TPB meskipun belum
mengajukan surat permohonan
penundaan penggunaan Rupiah kepada
BI. Cakupan kriteria transaksi oleh
pihak-pihak yang dapat memperoleh
penundaan sebagaimana surat BI,
yaitu: a. Pembayaran atas transaksi
jual/beli antar pelaku usaha yang
memiliki izin TPB. b. Pembayaran oleh
pelaku usaha yang memiliki izin TPB
kepada pemasok yang merupakan
pelaku usaha non TPB. c. Pembayaran
l
tahun 6
l
oleh pelaku usaha yang memiliki izin
TPB kepada pelaku usaha non TPB atas
jasa perakitan/perbaikan produk yang
akan dikembalikan kepada pelaku usaha
yang memiliki izin TPB. d. Pembayaran
oleh pelaku usaha yang memiliki izin
TPB atas pembelian barang milik
perusahaan yang berkedudukan di
Indonesia yang disimpan di Pusat
Logistik Berikat (PLB). Selanjutnya,
transaksi sebagaimana dimaksud di
atas hanya berlaku untuk barangbarang yang digunakan sebagai bahan
baku dan/atau alat produksi seperti
mesin dan spareparts namun tidak
termasuk transaksi untuk kegiatan
pendukung seperti: a. Biaya Tenaga
Kerja Asing (TKA) kecuali TKA tersebut
ditugaskan oleh kantor induknya di luar
negeri untuk bekerja di Indonesia
sebagaimana SE BI No.17/11/DKSP
tentang Kewajiban Penggunaan Rupiah
Di Wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia; b. Biaya sewa gedung,
rumah tinggal, dan kendaraan; c. Biaya
utilities (antara lain listrik, air, dan
telekomunikasi) dan peralatan kantor;
d. Biaya katering; dan e. Biaya terkait
kegiatan operasional pendukung
lainnya.
Edisi 59
ada perusahaan menjual barang ke
perusahaan Kawasan Berikat dengan
harga menggunakan mata uang US
Dollar?
5
Gerai Info l bank Indonesia
Q: Saya mau bertanya, apakah boleh jika
2016
dan Rp 1.000 1992 tahun emisi 1992 masih dapat ditukarkan di
Kantor Perwakilan BI terdekat, maupun Kantor Pusat BI sampai
29 Nopember 2016. Selengkapnya mengenai uang yang telah
dicabut dan batas waktu penukaran dapat dilihat di website Bank
Indonesia, www.bi.go.id.
Sorot
Makin Intim
dengan Maritim
Sebagai negara kepulauan, sejatinya sektor maritim memiliki potensi besar
dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Namun sayang, hingga saat
ini eksplorasi di sektor ini masih minim. Ke depan, diharapkan segenap
stakeholders yang terkait bisa memaksimalkan potensi yang ada.
Gerai Info l bank Indonesia
6
J
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
ika merujuk sejarah, sudah
semestinya Indonesia harus
menjadi negara yang kuat
dalam sektor maritim. Hal
ini telah dibuktikan oleh
Kerajaan Sriwijaya dan
Majapahit pada zamannya.
Kedua kerajaan ini menjadi kuat dan tersohor
karena menguasai laut atau sektor maritim
dengan baik.
Selain rujukan sejarah, tentunya untuk
menjadi negara yang kuat sektor
kemaritimannya menjadi hal yang niscaya,
mengingat kondisi geografis Indonesia. Ada
konsepsi menarik dari Sejarawan ternama
Indonesia, A. B. Lapian, “Indonesia bukan pulaupulau dikelilingi laut. Tetapi, laut yang ditaburi
pulau-pulau”.
Beranjak dari hal tersebut, pemerintahan
Joko Widodo dan Jusuf Kalla mengusung sektor
maritim dalam program-program pembangunan
nasional. Guna mengejawantahkan program
tersebut, segenap stakeholders negeri ini harus
membangun sinergi agar bisa memaksimalkan
potensi yang ada.
Terkait hal tersebut, Bank Indonesia (BI)
dalam Rapat Evaluasi Ekonomi dan Keuangan
Daerah (Rekda) yang diselenggarakan pada 12
Agustus 2016 di Batam. Adapun tema yang
dipilih dari rapat evaluasi rutin tiga bulanan ini
“Mempercepat Pembangunan Infrastruktur
Maritim Untuk Mendukung Peningkatan
Kepariwisataan dan Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkelanjutan”.
Tema tersebut diambil guna membangun
sinergi dan memaksimalkan potensi sektor ma­
ritim dalam perekonomian nasional. Sinergi dari
segenap stakeholders yang terkait, baik pemerin­
tah pusat, pemerintah daerah, maupun BI.
Indonesia negara yang sebagian besar
wilayahnya terdiri dari lautan, serta memiliki
garis pantai terpanjang di dunia, memiliki potensi
yang besar sebagai poros maritim di dunia,
termasuk sektor wisata maritim. Sektor maritim
akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi
baru bagi Indonesia dalam beberapa tahun ke
depan, ketika sektor komoditas yang menjadi
andalan perekonomian nasional semakin terbatas
produksinya lantaran dampak ekonomi global.
Keinginan tersebut akan tercapai jika
pembangunan disetiap sub-sektor maritim
sejalan dengan reformasi kelembagaan dan
kualitas sumber daya manusia (SDM). Dengan
demikian, diharapkan ke depan perekonomian
Indonesia bisa terus tumbuh secara
berkelanjutan.
Namun sayang, hingga saat ini sektor
maritim hanya berkontribusi 4% terhadap
perekonomian. Penyebabnya, karena masih
lemahnya industri galangan kapal dan komponen
kapal, dominasi asing dalam jasa pelayaran, dan
terbatasnya tenaga maritim yang berkualitas.
Ada beberapa potensi sektor maritim
Indonesia yang dapat dikembangkan saat ini, di
l Terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) dan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) kelautan yang berkualitas dan meningkatnya
wawasan dan budidaya bahari, terbangunnya jaringan sarana dan
prasarana sebagai perekat semua pulau dan kepulauan Indonesia.
antaranya dalam bidang wisata maritim,
perikanan, migas/energi, serta industri
manufaktur dan galangan kapal. Kendati
demikian, masih terdapat beberapa tantangan,
termasuk infrastruktur pendukung dan SDM yang
belum memadai.
Guna mewujudkan sektor maritim menjadi
sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi
Indonesia, maka pemerintah pusat dan daerah
harus berkoordinasi dan berjalan bersama-sama.
Pemerintah perlu menerapkan kebijakan
integratif agar tercipta lingkungan hulu dan hilir
di sektor maritim yang saling mendukung. Hal
inilah yang menjadi kesepakatan dalam Rekda
yang diselenggarakan di Batam.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman,
Luhut Binsar Panjaitan yang juga hadir dalam
Rekda mengatakan, pentingnya membuat
industri maritim Indonesia kompetitif dengan
negara lain. Untuk mencapainya, masih banyak
masalah yang perlu diselesaikan, antara lain
masalah konektivitas antardaerah.
Dalam pengembangan sektor maritim, kerja
sama dan integrasi antara berbagai sektor harus
dilakukan. Masalah pada sektor-sektor
pendukung seperti perizinan, tanah, dan lain-lain
perlu ditangani secara terbuka. Hal ini dapat
dilakukan apabila masing-masing sektor
menghilangkan ego dan bekerja untuk
kepentingan negara.
Sementara itu, Menteri Pariwista Arief
Yahya, menyampaikan potensi Indonesia yang
besar di sektor pariwisata, baik dari sisi ukuran,
pertumbuhan, maupun dampaknya.
Pengembangan sektor pariwisata dapat memberi
sumbangan yang berarti pada pendapatan
domestik bruto (PDB), cadangan devisa, dan
lapangan kerja.
Selain itu, industri pariwisata pun merupakan
industri yang berkelanjutan (sustainable). Untuk
itu, perlu alokasi dana yang memadai untuk
pengembangan sektor pariwisata.l
l
tahun 6
l Terpeliharanya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber
daya hayati laut; dan
l
l Terwujudnya TOL LAUT dalam upaya meningkatkan pelayanan
angkutan laut serta meningkatkan konektivitas laut;
Edisi 59
l Termanfaatkannya sumber daya kelautan untuk pembangunan
ekonomi dan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir;
7
Gerai Info l bank Indonesia
Dalam Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN)
2015-2019, di mana
pembangunan
dilaksanakan dengan
mengedepankan peran
ekonomi kelautan dan
sinergitas
pembangunan
kelautan nasional
dengan sasaran:
2016
Sorot
Sorot
Potensi Menjadi
Poros Maritim
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Artinya,
Indonesia memiliki potensi tinggi menjadi poros maritim dunia.
Gerai Info l bank Indonesia
8
K
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
e depan, ekonomi maritim
Indonesia akan makin
strategis dan berperan sebagai
prime mover perekonomian.
Hal ini seiring dengan adanya
pergeseran pusat ekonomi
dunia, dari poros Atlantik ke Asia-Pasifik.
Melihat pergeseran yang ada, Indonesia
berpotensi tinggi untuk menjadi poros maritim
dunia. Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia, yakni ada sekitar 17.504 pulau,
dan memiliki garis pantai terpanjang kedua di
dunia, yaitu 95.181 km. Serta, 75 persen
wilayahnya, yakni sekitar 5,8 juta km2, berupa
laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
(ZEEI).
Menurut Agus D.W. Martowardojo, Gubernur
Bank Indonesia (BI), Indonesia memiliki potensi
yang besar sebagai poros maritim dunia. Hal ini
akan mendukung pertumbuhan ekonomi maritim
yg nantinya diharapkan dapat menjadi salah satu
kontributor pertumbuhan nasional.
Ke depan, Indonesia harus mampu tumbuh
kuat, seimbang, berkesinambungan, dan inklusif.
Untuk itu, reformasi perlu dilakukan di berbagai
sektor, bukan hanya fiskal namun juga moneter
dan struktural. Di bidang reformasi struktural,
penguatan sektor riil menjadi kunci. Salah
satunya adalah penguatan daya saing di bidang
kemaritiman dan pariwisata.
Sebagai informasi, saat ini lebih dari 75
persen barang dan komoditas yang
diperdagangkan di Asia Pasifik ditransportasikan
melalui laut. Dari total tersebut, 45 persennya,
atau sebesar USD 1500 triliun setiap tahun,
melalui alur laut kepulauan Indonesia.
Potensi Batam
Batam berada di Selat Malaka yang merupa­
kan jalur utama perdagangan dunia, dilewati ratarata 94000 kapal setiap tahun, dan seperempat
barang yang diangkut menggunakan kapal di
seluruh dunia akan melewati selat Malaka. Selain
itu, merupakan bagian dari kawasan Free Trade
Zone Singapore-Johor-Riau (Sijori) Growth
Triangle, yang digagas oleh Singapura pada 1987.
Upaya ini dilakukan Singapura untuk
memindahkan industrinya, karena keterbatasan
lahan dan upah buruh yg tinggi.
Namun, hingga saat ini peran di Selat Malaka
masih tergolong rendah, karena kapasitas
pelabuhan utama, seperti Batu Ampar, masih
rendah. Kapasitasnya hanya sebesar 8000-10000
TEUS pershipping, feeder vessels, dan koneksi
terbatas dengan negara-negara di kawasan Asia
Tenggara. Sementara, pelabuhan di Singapura,
Port of Singapore, kapasitasnya telah mencapai
32 juta TEUS.
Melihat kondisi yang ada saat ini, Batam
hanya menjadi penerima dan pemroses pesanan
dari Singapura, yakni sebagai tempat produksi.
Pabrik di Batam hanya bertugas menerima
pesanan, dan mengirim kembali ke pembeli.
Sementara, devisa akan dibayarkan pembeli ke
headquarter di Singapura.
Ada beberapa kendala yang dihadapi Batam.
Sorot
l
l
l
l
l
l
Edisi 59
l
tahun 6
l
l
Sumatera (SelatMalaka): Jalur Pelayaran Asia dan
Dunia.
Indonesia memiliki potensi sebagai pelabuhan
hinterland (menjadi negara asal dan tujuan ekspor).
Industri manufaktur dan galangan kapal.
Wisata maritim: 14% terumbu karang dunia, 2.500
jenis ikan dan 500 jenis karang hidup.
Perikanan: Luas lautan 6,3jt km² (77% luas
Indonesia)
Migas/Energi: Potensi sumber gas alam yg sangat
besar di dunia.
Garis pantai terpanjang di dunia.
2016
Potensi Jalur Perdagangan Internasional:
9
Gerai Info l bank Indonesia
Misalnya saja, kecilnya
economic scale Batam dan
tidak kompetitif
dibandingkan Port of
Singapore, PortKlang,
maupun Tanjung Pelepas.
Karena itu, pelabuhan
Batam tidak bisa menjadi
pelabuhan transhipment
untuk ekspor dan impor
Indonesia.
Untuk memaksimalkan
potensi yang ada, Batam
ataupun Kepulauan Riau
secara umum, perlu
dikembangkan secara
terencana dan terintegrasi.
Mengingat, pelabuhan
Batam yang masih dangkal
dan tidak dalam, maka
diperlukan memperdalamnya
hingga 12.5 meter, disertai
dengan pemenuhan kapal
besar hingga 3.000 TEUs
atau sekitar 50.000 dead
weight tonnes (DWT). Hal ini
juga akan menurunkan biaya
logistik hingga 50 persen.
Selain peningkatan skala
ekonomi, juga perlu
didukung oleh alur
konektivitas kawasan
ekonomi.
Saat ini langkah yang
telah dilakukan pemerintah
ialah dengan membentuk
Dewan Kawasan yang baru
melalui Keputusan Presiden
Nomor 8 Tahun 2016.
Adapun dewan ini diketuai
Menko Perekonomian dan
anggotanya beberapa
menteri terkait, Panglima
Angkatan Bersenjata
Republik Indonesia, Kepala
Kepolisian Republik
Indonesia, gubernur, ketua
Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Walikota
Batam. l
Fakta
Kontribusi subsektor maritim nonmigas (perikanan,
logistik, wisata, dll) terhadap GDP masih sangat kecil
hanya sekitar 4,0% VS negara kepulauan lain:
Jepang (28%) dan Filipina (21%).
l 90% Jasa Pelayaran internasional dikuasai oleh
asing.
l Industri galangan kapal bergantung pada asing
(mesin, komponen, dll).
l 87% oleh asuransi asing.
l Perikanan belum menjadi sumber mata
pencaharian: jumlah nelayan 5% dari total
tenaga kerja (5,5 jutajiwa).
Sorot
Juda Agung
Direktur Eksekutif Departemen
Kebijakan Ekonomi dan Moneter
Bank Indonesia
Gerai Info l bank Indonesia
10
Agar Maritim
Berkontribusi
Maksimal
Industri maritim semestinya bisa berkontribusi
positif bagi perekonomian Indonesia. Berbagai
upaya dan kebijakan untuk memaksimalkan sektor
ini harus bisa dilakukan.
Edisi 59
l
tahun 6
B
l
2016
ank Indonesia (BI) bersama
dengan pemerintah pusat dan
daerah terus mendorong dan
membenahi sektor martim
untuk dapat berkembang. BI
memberikan perhatian yang
besar tehadap pengembangan dan perbaikan
sektor maritim di Tanah Air. Pasalnya, beberapa
tahun terakhir sektor ini, terutama jasa
pelayaran, memberikan kontribusi yang besar
terhadap terjadinya defisit neraca jasa, yakni
mencapai 80%.
Selain itu, kontribusi industri kemaritiman
terhadap perekonomian nasional juga masih kecil,
yakni baru sebesar 4%. Ini jauh di bawah Filipina
yang sudah mencapai 20% dan Jepang yang
mencapai 20%. Padahal lautnya tidak seluas
Indonesia.
Masih minimnya kontribusi sektor maritim
terhadap perekonomian disebabkan oleh biaya
transportasi atau jasa yang lebih mahal jika
dibandingkan dengan negara lain. Ini berdampak
pada para importir luar yang lebih memilih
menggunakan transportasi atau jasa dari luar
Indonesia yang lebih murah biayanya.
Pada akhirnya, banyaknya penggunaan jasa
asing pada sektor maritim mengakibatkan dan
menjadi penyumbang terbesar terhadap defisit
neraca jasa di Indonesia. Penggunaan jasa asing,
si antaranya adalah penyewaan kapal asing,
leasing kapal asing, asuransi kapal asing, dan
sewa crain dari pihak asing. Paling besar
kontribusinya ialah untuk sewa kapal asing, yakni
mencapai sekitar 40%.
Persoalan ini menjadi agenda penting untuk
dibicarakan dan mendapatkan solusi. Setidaknya,
defisit yang ada bisa terus dikurangi, dan pada
akhirnya bisa mendapatkan surplus dari sektor
ini. Memang, defisit pada neraca jasa mengalami
penurunan pada tahun lalu. Berdasarkan data BI,
pada 2013 defisit neraca jasa mencapai US$12,1
miliar dan menurun di 2014 menjadi US$10 miliar,
lalu pada 2015 masih mengalami defisit US$8,3
miliar. Kendati demikian, nilai defisit yang ada
masih sangat besar.
Terkait sewa kapal yang masih sangat
tergantung pada asing, dikarenakan kebanyakan
eksportir Indonesia adalah penjual yang pasif.
Akibatnya, penggunaan kapal untuk
pengangkutan barang tersebut ditentukan oleh
importir dari luar. Para importir itu memilih kapal
yang harga sewanya lebih murah dan efisien.
Penggunaan kapal asing itu digunakan untuk
kegiatan ekspor dan impor sekitar 95%, dan
untuk angkutan laut dalam negeri sekitar 40%.
Mayoritas ekspor Indonesia diangkut oleh kapal
Sorot
MAYORITAS EKSPOR INDONESIA DIANGKUT
OLEH ARMADA ASING KE SINGAPURA/MALAYSIA
(LINERS DOMESTIK HANYA SEBAGAI FEEDER)
AMERIKA
UTARA
DAN
KARIBIA
NEGARA
NON ASIA
1%
12%
ASEAN 14%
Data: Rata-rata Volume dan Nilai Ekspor Tahun 2013-2015
Sumber: Neraca Pembayaran, Bank Indonesia
Edisi 59
l
AUSTRALIA
2016
1%
3%
AMERIKA
SELATAN
l
1%
4%
20%
tahun 6
AFRIKA
0%
2%
79%
47%
4%
13% EROPA
asing ke Singapura atau Malaysia, sedangkan
seluruh produk impor diangkut oleh kapal asing
melalui Singapura atau Malaysia.
Jika bisa terus diperbaiki atau dikurangi defisit
yang ada tentu akan memberikan dampak postif
pada neraca pembayaran Indonesia, khususnya
pada transaksi berjalan. Sedangkan, untuk neraca
barang kita selalu surplus. Jangan sampai, kita
yang notabene merupakan negara maritim,
justru mengalami defisit pada sektor maritim.
Untuk memperbaiki defisit neraca jasa itu,
maka ketergantungan terhadap kapal asing harus
di kurangi. Di antaranya dengan cara memper­
baiki kualitas fisik dan layanan pelabuhan, seperti
di Batam. Dengan demikian, bisa memudahkan
dan memungkinkan bongkar muat kapal.
Kecilnya skala ekonomi dan tidak
kompetitifnya pelabuhan Batam dibandingkan
Port of Singapore, Port Klang, maupun Tanjung
Pelepas, maka pelabuhan Batam tidak bisa
menjadi pelabuhan transhipment untuk ekspor
maupun impor. Sementara, karena muatan balik
yang kosong (empty backhaul problem) Indonesia
tidak memiliki shipping line domestic yang
sanggup mengirim barang ekspor.
Inisiatif-inisiatif yang dilakukan untuk
mempercepat pembangunan sektor maritim yang
terintegrasi akan mendorong pertumbuhan
ekonomi dan memperbaiki defisit transaksi jasa.
Strategi perekonomian Indonesia tidak dapat
terus mengandalkan ekspor komoditas sumber
daya alam, terutama di tengah tren melambatnya
pertumbuhan global dan melemahnya harga
komoditas internasional.
Oleh karena itu, sektor maritim dan
pariwisata perlu dikembangkan dengan konsisten
sehingga dapat menjadi mesin pertumbuhan
ekonomi baru yang berkelanjutan. Sektor
pariwisata juga merupakan penyumbang devisa
dan lapangan kerja yang paling mudah dan
murah. Selain itu, pengembangan jasa pelayaran
akan dapat menekan defisit neraca jasa yang
selama ini banyak disebabkan oleh jasa pelayaran.
Solusi-solusi seperti ini yang nanti akan kami
rekomendasikan ke pemerintah melalui forum
yang diselenggarakan BI, seperti rapat koordinasi
di Batam. Ke depan, diharapkan sektor maritim
bisa menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi
yang baru bagi Indonesia. Jalesveva Jayamahe, di
laut kita jaya! l
Gerai Info l bank Indonesia
11
Gerai Info l bank Indonesia
12
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
Gerai Info l bank Indonesia
13
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
Lensa
Gerai Info l bank Indonesia
14
Penyengat
yang Menyengat
Walau tergolong pulau kecil, Penyengat merupakan pusat sejarah
dan memiliki kedudukan penting bagi kebudayaan Melayu. Karena
itu, keberadaan dan budaya yang ada harus terus dilestarikan.
Edisi 59
K
l
tahun 6
l
2016
epulauan Riau (Kepri)
merupakan bagian dari akar
peradaban Melayu bersama
dengan daerah lainnya di
sepanjang pesisir timur
Sumatera, Malaysia, Brunei Darussalam, Philipina
Selatan, Thailand Selatan, dan Myanmar Selatan.
Kepulauan Riau pernah berjaya dengan Kerajaan
Riau-Lingga yang pusatnya berada di Pulau
Penyengat Kota Tanjung Pinang. Peninggalan budaya Melayu banyak ditemui di
Pulau Penyengat. Terlebih dengan adanya
“Gurindam 12” yang diciptakan oleh Raja Ali Haji
telah mengangkat citra daerah ini hingga dikenal
keseluruh negeri dengan julukan “Kota Gurindam
Negeri Pantun”.
Pulau Penyengat merupakan sebuah pulau
kecil yang berjarak kurang lebih 2 kilometer dari
Kota Tanjung Pinang, pusat pemerintahan
Provinsi Kepulauan Riau. Pulau ini berukuran
panjang 2.000 meter dan lebar 850 meter,
berjarak lebih kurang 35 kilometer dari Pulau
Batam. Pulau Penyengat adalah salah satu objek
wisata di Kepulauan Riau.
Di pulau ini terdapat berbagai peninggalan
bersejarah kebudayaan Melayu seperti Masjid
Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur,
makam-makam para raja, makam dari pahlawan
nasional Raja Ali Haji, kompleks Istana Kantor dan
benteng pertahanan di Bukit Kursi, membuat
Pulau Penyengat menjadi ikon Provinsi Kepulauan
Riau dan Kota Tanjung Pinang dijadikan sebagai
pusat kebudayaan Melayu.
Namun sayang, perkembangan zaman telah
mengikis seni dan budaya Melayu yang selama ini
masih dipertahankan. Beragam seni budaya
tradisional Melayu mulai ditinggalkan akibat tidak
tersedianya sarana pelestarian budaya Melayu
yang representatif, yang dapat dinikmati sebagai
objek wisata budaya, dan minimnya ruang
aktualisasi bagi pelaku seni Melayu.
Padahal, nilai estetika Melayu akan menjadi
salah satu ciri khas Indonesia menjadikan daya
tarik untuk sektor pariwisata. Bahkan,
masyarakat Indonesia sendiri masih banyak yang
belum tahu bahwa Pulau Penyengat di Kepulauan
Riau ini merupakan salah satu tempat wisata
yang menghadirkan berbagai kebudayaan Melayu
beserta gedung-gedung peninggalan sejarahnya.
Melihat hal tersebut, Bank Indonesia (BI) ikut
berpartisipasi untuk mendukung, melestarikan
dan menghidupkan kembali aktivitas seni budaya
dan tradisi Melayu di Provinsi Kepulauan Riau,
khususnya di Pulau Penyengat sebagai pusat
budaya Melayu Kepulauan Riau. Terlebih, Pulau
Penyengat ini berpo­tensi untuk menarik para
Berbagai upaya pelestarian seni dan budaya
serta meningkatkan potensi pariwisata di
Kepulauan Riau, khususnya di Pulau Penyengat,
terus dilakukan. Dalam kunjungannya ke Pulau
Penyengat, Agus D.W Martowardojo, memberikan
bantuan melalui Program Sosial Bank Indonesia
(PSBI) sebesar Rp 2 miliar kepada Balai Adat
Pulau Penyengat, di Pulau Penyengat, Kepulauan
Riau. Bantuan ini diberikan sebagai wujud
kepedulian BI untuk turut melestarikan dan
menghidupkan kembali aktivitas seni budaya dan
tradisi Melayu di Provinsi Kepulauan Riau,
khususnya di Pulau Penyengat sebagai pusat
kebudayaan Melayu Kepulauan Riau.
Bantuan yang diberikan berupa penyediaan
kelengkapan balai adat Melayu Pulau Penyengat
yang terdiri dari 4 set baju adat Melayu, 1 set alat
musik tradisional Melayu, 4 buah lemari display,
dan 1 set diorama sejarah Melayu dan display
Gurindam 12 yang diserahkan kepada Gurindam
Centre. Kemudian perbaikan sarana transportasi
wisata Pulau Penyengat, seperti 75 perahu motor
(Pompong), antara lain perbaikan atap, body
(kayu), bangku, penyediaan life jacket dan
pengecatan fisik kapal yang diserahkan kepada
Organisasi Penambang Perahu Motor Pulau
Penyengat. Lalu perbaikan 28 becak motor, dalam
Oleh:
Ernawati Jatiningrum
Departemen Komunikasi
Bank Indonesia
l
tahun 6
l
Edisi 59
Melestarikan Budaya dan
Meningkatkan Potensi Pariwisata
bentuk perbaikan mesin sepeda motor becak dan
pengecatan fisik kabin penumpang yang
diserahkan kepada Asosiasi Becak Motor Pulau
Penyengat.
Bantuan selanjutnya ialah pembuatan marka
jalan dan renovasi sarana pendukung situs
penyengat seperti penunjuk jalan dari pelabuhan
ke seluruh situs sejarah yang diserahkan kepada
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Pulau
Penyengat. Lalu, renovasi gazebo dan jembatan
situs Bukit Kursi diserahkan kepada Kelompok
Sadar Wisata Pulau Penyengat dan pemugaran
pagar balai adat melayu yang diserahkan kepada
Gurindam Centre.
Selain itu, bantuan lainnya untuk mendukung
penyelenggaraan Pentas Seni Budaya Melayu
secara berkala selama 1 tahun. Bantuan ini
direncanakan untuk mendukung pelaksanaan 15
kegiatan seni budaya Melayu yang diserahkan
kepada Sanggar Warisan, Sanggar Setaman,
Sanggar KSM2P Dan Sanggar Lembayung Dian
Fadilah.
Di luar itu, BI juga memberikan bantuan sosial
kepada Pondok Pesantren Al Kautsar dan
Kelompok Tani Maju Jaya. Serta, penyediaan
fasilitas pendukung gerai nelayan sebagai
program percontohan dalam upaya pengendalian
inflasi di Tanjung Pinang, serta memajukan
ekonomi nelayan berbasis koperasi. l
15
Gerai Info l bank Indonesia
wisatawan yang ingin mengetahui
sejarah hadirnya kebudayaan Melayu di
pulau tersebut. Sehingga diharapkan
sektor pariwisata di Kepulauan Riau
bisa berkontribusi besar terhadap
pereko­nomian nasional.
Untuk mendukung tradisi kebuda­
yaan Melayu di Pulau Penyengat,
Gubernur BI Agus DW Martowardojo
menyempatkan diri untuk mengun­jungi
pulau mungil di muara Sungai Riau ini.
Menurutnya, Pulau Penyengat memiliki
nilai sejarah tersendiri dan menjadi
lokasi penting akar peradaban kebudayaan
Melayu. Oleh sebab itu, sektor pariwisata dan
kemaritiman di pulau ini harus didorong untuk
dapat berkembang. Hal ini sejalan dengan masih
minimnya sektor kemaritiman terhadap
pertumbuhan ekonomi yakni hanya 4% terhadap
produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
2016
Lensa
Aktivitas
Gerai Info l bank Indonesia
Uang Baru,
Desain Baru
16
BI akan mengeluarkan tujuh pecahan uang Rupiah kertas dan empat
pecahan uang Rupiah logam, dengan memuat gambar dua belas pahlawan.
Hal ini sesuai dengan amanat UU Nomor 7 Tahun 2011.
Edisi 59
l
tahun 6
B
l
2016
ank Indonesia (BI) akan me­
nerbitkan uang Rupiah Negara
Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dengan desain baru
sebagai pelaksanaan amanat
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Mata Uang (UU Mata Uang). Adapun cirinya,
sebagaimana diatur dalam UU tersebut, salah
satunya, memuat gambar pahlawan nasional
yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
Direktur Departemen Komunikasi BI Arbonas
Hutabarat menjelaskan, penetapan gambar
pahlawan nasional tersebut dilakukan berdasar­
kan koordinasi BI dengan Pemerintah, yakni
Kementerian Keuangan, Kementerian Sosial,
Sekretaris Kabinet, Kementerian Hukum dan
HAM. Koordinasi ini termasuk dalam pengurusan
persetujuan penggunaan gambar pahlawan
nasional oleh ahli waris.
Menurut Arbonas, penggunaan dua belas
gambar pahlawan nasional tersebut bertujuan
untuk lebih mengenalkan pahlawan nasional
kepada masyarakat, menumbuh kembangkan
semangat kepahlawanan, kepatriotan, kejuangan,
serta sikap keteladanan bagi setiap orang dan
mendorong semangat melahirkan karya terbaik
bagi kemajuan dan kejayaan bangsa dan negara.
Dengan telah dikeluarkannya Keputusan
Presiden Nomor 31 Tahun 2016, BI akan segera
mempersiapkan penyusunan desain dan pener­
bitan yang waktu pelaksanaannya akan dilakukan
dan pada 2016. Untuk mempermudah identifikasi
ciri keaslian uang Rupiah oleh masyarakat serta
mempersulit upaya pemalsuan uang, BI akan
melakukan penguatan unsur pengaman pada
uang Rupiah yang akan diterbitkan tersebut.
Apabila uang baru tersebut telah dikeluarkan
dan diedarkan pada waktunya, uang yang masih
beredar saat ini masih tetap berlaku sebagai alat
pembayaran yang sah (legal tender) di wilayah
NKRI sepanjang belum dicabut dan ditarik dari
peredaran. Sedangkan untuk proses penukaran
uang lama dengan uang baru, Bank Sentral
memberikan waktu selama sepuluh tahun sejak
diterbitkannya uang rupiah NKRI yang baru.
Saat ini BI terus berupaya untuk melakukan
sosialisasi kepada masyarakat terkait dengan
penerbitan uang rupiah NKRI baru. Ini dilakukan
agar masyarakat dapat mengenal dan
membedakan mana uang rupiah dengan desain
lama dan mana uang rupiah NKRI dengan desain
baru. l
Aktivitas
Sesuai Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2016 tentang Penetapan Gambar Pahlawan Nasional
sebagai Gambar Utama pada Bagian Depan Rupiah Kertas dan Rupiah Logam NKRI, Bank
Sentral akan mengeluarkan tujuh pecahan uang Rupiah kertas dan empat pecahan uang Rupiah
logam dengan gambar Pahlawan, sebagai berikut:
c. Gambar Pahlawan Nasional
Dr. G.S.S.J. Ratulangi sebagai
gambar pada bagian depan
Rupiah kertas NKRI dengan
pecahan Rp20.000 (dua puluh
ribu rupiah)
l
tahun 6
l
h. Gambar Pahlawan Nasional
Mr. I Gusti Ketut Pudja
sebagai gambar pada bagian
depan Rupiah logam NKRI
dengan pecahan Rp1.000
(seribu rupiah)
i. Gambar Pahlawan
Nasional Letnan Jenderal TNI
(Purn) Tahi Bonar
Simatupang sebagai gambar
pada bagian depan Rupiah
logam NKRI dengan pecahan
Rp500 (lima ratus rupiah)
d. Gambar Pahlawan
Nasional Frans Kaisiepo
sebagai gambar pada
bagian depan Rupiah kertas
NKRI dengan pecahan
Rp10.000 (sepuluh ribu
rupiah)
j. Gambar Pahlawan Nasional
Dr. Tjiptomangunkusumo
sebagai gambar pada bagian
depan Rupiah logam NKRI
dengan pecahan Rp200 (dua
ratus rupiah)
e. Gambar Pahlawan Nasional
Dr. K.H. Idham Chalid sebagai
gambar pada bagian depan
Rupiah kertas NKRI dengan
pecahan Rp5.000 (lima ribu
rupiah)
k. Gambar Pahlawan Nasional
Prof. Dr. Ir. Herman Johanes
sebagai gambar pada bagian
depan Rupiah logam NKRI
dengan pecahan Rp100
(seratus rupiah).
Edisi 59
b. Gambar Pahlawan
Nasional Ir. H. Djuanda
Kartawidjaja sebagai
gambar pada bagian depan
Rupiah kertas NKRI
dengan pecahan Rp50.000
(lima puluh ribu rupiah)
g. Gambar Pahlawan Nasional
Tjut Meutia sebagai gambar
pada bagian depan Rupiah
kertas NKRI dengan pecahan
Rp1.000 (seribu rupiah)
17
Gerai Info l bank Indonesia
a. Gambar Pahlawan Nasional Dr. (H.C.) Ir.
Soekarno dan Dr. (H.C.) Drs. Mohammad
Hatta sebagai gambar utama pada bagian
depan Rupiah kertas NKRI dengan pecahan
Rp 100.000 (seratus ribu rupiah)
2016
f. Gambar Pahlawan Nasional
Mohammad Hoesni Thamrin
sebagai gambar pada bagian
depan Rupiah kertas NKRI
dengan pecahan Rp2.000 (dua
ribu rupiah)
Ekspose
Memaksimalkan Fungsi,
Menjadi Sumber Pendanaan
BI telah merilis aturan mengenai pasar uang. Langkah ini ditempuh
sebagai upaya membangun pasar uang dan mendorong perekonomian
nasional melalui penambahan sumber pendaaan bagi pembangunan.
Gerai Info l bank Indonesia
18
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
D
i tengah kelesuan ekonomi,
sumber pendanaan menjadi hal
yang sulit didapat. Mengingat
sumber pendanaan sangat
krusial bagi pembangunan
nasional dan mendorong pertumbuhan ekonomi,
maka segenap pemangku kebijakan berupaya
mengintegrasikan kebijakannya untuk mencapai
tujuan tersebut.
Sebelumnya, pemerintah telah melansir
kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty)—
yang salah satu tujuannya adalah mendatangkan
dana repatriasi. Kemudian dilanjutkan oleh Bank
Indonesia (BI) dengan menerbitkan Peraturan
Bank Indonesia (PBI) Nomor 18/11/PBI/2016
tentang Pasar Uang. PBI tersebut mengatur
aturan kegiatan perdagangan, serta pinjam
meminjam atau pendanaan berjangka pendek
sampai dengan satu tahun di pasar uang dalam
mata uang rupiah dan valuta asing. Dalam PBI ini
juga diatur syarat instrumen pasar uang, di
antaranya instrumen yang diterbitkan adalah
tanpa warkat (scriptless trading), dan terdapat
keterbukaan informasi mengenai peringkat
(rating) penerbit, rating instrumen atau tidak
memiliki rating penerbitan/instrumen.
Pengaturan terkait pasar uang merupakan
penjabaran lebih lanjut dari kewenangan BI,
dalam UU tentang Bank Indonesia. Yakni pasal 7
dan pasal 10 terkait upaya mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah, serta
pengendalian moneter dengan cara termasuk,
namun tidak terbatas pada OPT di pasar uang
baik rupiah maupun valas. Selain itu, juga
mengacu pada pasal 71 UU No 1 Tahun 2004
tentang perbendaharaan negara yang mengatur
penggunaan Surat Utang Negara (SUN) sebagai
instrumen moneter.
Adapun implementasi dari pasal tersebut
adalah dilakukannya transaksi operasi moneter BI
dengan underlying surat berharga negara (SBN).
Karenanya, diperlukan pengaturan dan
pengembangan pasar uang untuk mendukung
efektivitas transmisi kebijakan moneter.
Kebijakan ini dirilis sebagai upaya
meningkatkan governance dan mitigasi risiko
sistemik di pasar uang, melalui pengaturan
karakteristik instrumen pasar uang, penerapan
manajemen risiko, prinsip kehati-hatian, dan
peningkatan integritas pelaku pasar dalam
bertransaksi di pasar uang. Dengan begitu, pasar
uang bisa berfungsi dengan baik (wellfunctioning), karena memiliki peranan penting
untuk pengelolaan likuiditas bagi pelaku pasar
keuangan, mendukung efektivitas kebijakan
moneter, pencapaian stabilitas sistem keuangan,
dan kelancaran sistem pembayaran.
Ditambah lagi, aturan pasar uang diperlukan
agar instrumen pendanaan berjangka waktu
pendek sampai satu tahun dapat lebih aktif
diperdagangkan di pasar uang. Mengingat nilai
Ekspose
2016
l
tahun 6
l
ditetapkan oleh Bank Indonesia, termasuk yang
berdasarkan prinsip syariah.
Apa kriteria minimal Instrumen Pasar Uang?
Instrumen Pasar Uang wajib memenuhi per­
syaratan paling kurang: scripless (tanpa warkat)
dan terdapat keterbukaan informasi rating
dapat berupa rating penerbit, rating instrumen,
atau tidak memiliki rating penerbit/instrumen.
Rating merupakan peringkat yang dikeluarkan
oleh lembaga pemeringkat di dalam atau luar
negeri sesuai ketentuan otoritas perbankan,
atau ketentuan lain yang ditetapkan Bank
Indonesia. Persyaratan tersebut dikecualikan
untuk instrumen moneter Bank Indonesia dan
instrumen yang diatur dalam Undang-Undang.
Bagaimana dengan instrumen yang telah
terbit dan memenuhi definisi Instrumen Pasar
Uang namun belum memenuhi persyaratan
minimal sebagaimana diatur dalam PBI
tentang Pasar Uang?
Kriteria minimal Instrumen Pasar Uang
berlaku untuk instrumen pasar uang
(penerbitan baru) yang diterbitkan setelah
ketentuan ini berlaku yaitu tanggal 31 Agustus
2016. Instrumen yang telah diterbitkan sebelum
berlakunya ketentuan ini dapat diteruskan
hingga jatuh waktu.
Kegiatan dan transaksi apa saja yang menjadi
cakupan pengaturan pasar uang?
Kegiatan di Pasar Uang terdiri dari
penerbitan Instrumen Pasar Uang; dan/atau
transaksi di Pasar Uang. Jenis transaksi di Pasar
Uang terdiri atas: (1) transaksi jual-beli
Instrumen Pasar Uang dan (2) transaksi pinjammeminjam atau pendanaan selain kredit dengan
jangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun
(baik uncollateralized ataupun collateralized),
dan (3) transaksi derivatif suku bunga Rupiah
untuk semua jangka waktu. l
Edisi 59
Apa yang dimaksud dengan Pasar Uang?
Pasar Uang adalah bagian dari sistem
keuangan yang bersangkutan dengan kegiatan
perdagangan, pinjam-meminjam, atau
pendanaan berjangka pendek sampai dengan 1
(satu) tahun dalam mata uang Rupiah dan
valuta asing, yang berperan dalam transmisi
kebijakan moneter, pencapaian stabilitas sistem
keuangan, dan kelancaran sistem pembayaran.
Siapa yang menjadi Pelaku Pasar Uang?
Pelaku Pasar Uang adalah pihak yang
melakukan kegiatan penerbitan Instrumen
Pasar Uang dan/atau melakukan transaksi di
Pasar Uang. Termasuk dalam pelaku pasar uang
adalah Bank, Perusahaan Efek, dan Nasabah.
Siapa saja yang bisa bertindak sebagai
Nasabah Pasar Uang?
Bank, Perusahaan Efek, korporasi (badan
usaha selain bank dan perusahaan efek), orang
perseorangan, bukan penduduk yang
bertransaksi menggunakan jasa pihak lain atau
Lembaga Pendukung Pasar Uang.
Apa yang dimaksud dengan Lembaga
Pendukung Pasar Uang?
Lembaga Pendukung Pasar Uang adalah
pihak yang dapat memberikan jasa terkait
penerbitan Instrumen Pasar Uang, perantara
pelaksanaan transaksi, penyelesaian transaksi,
penatausahaan instrumen dan transaksi di
Pasar Uang, dan pihak lainnya yang ditetapkan
oleh Bank Indonesia. Lembaga Pendukung Pasar
Uang antara lain Bank dan Perusahaan Efek.
Apa yang dimaksud dengan Instrumen Pasar
Uang?
Instrumen Pasar Uang adalah instrumen
yang ditransaksikan di Pasar Uang, yang
meliputi instrumen yang diterbitkan dengan
jangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun,
sertifikat deposito, dan instrumen lain yang
utang jangka pendek juga harus aktif.
Dengan adanya pengaturan terkait pasar uang
ini, selain membentuk pasar uang yang baik
(efisien, likuid, dan dalam) juga bisa menjadi
landasan hukum dan pedoman (guideline) bagi
pelaku pasar. Alhasil, penerbitan instrumen dan
transaksi di pasar uang bisa menjadi salah satu
sumber pembiayaan kegiatan ekonomi. l
19
Gerai Info l bank Indonesia
penerbitan instrumen utang di pasar uang masih
sangat minim, hanya sekitar 1 persen dari produk
domestik bruto (PDB). Padahal idealnya dapat
mencapai 20 hingga 30 persen dari PDB. Untuk
memenuhi pembiayaan sesuai target
pertumbuhan ekonomi, maka pendanaan
pemerintah, bank, atau korporasi tidak hanya bisa
dari bank, namun juga obligasi. Karena itu, surat
Perspektif
makassar
Arief Yahya
Menteri Pariwisata
Republik Indonesia
Gerai Info l bank Indonesia
20
Pariwisata Menjadi
Kunci yang Mudah
Dengan kondisi alam dan budaya, Indonesia menjadi
destinasi yang menarik bagi wisatawan, baik turis
lokal maupun mancanegara. Pariwisata bisa didorong
menjadi sumber pendapatan yang besar.
Edisi 59
S
l
tahun 6
l
2016
aat ini sektor pariwisata
menjadi penyumbang
yang paling mudah dan
murah bagi pendapatan
produk domestik bruto
(PDB) Indonesia. Pada 2015, sektor ini
berkontribusi sebesar 10 persen terhadap
total PDB nasional, dan menjadi nominal
tertinggi untuk kawasan Asia Tenggara.
Saat itu, PDB pariwisata mampu tumbuh
sebesar 4,8 persen, jauh lebih tinggi
ketimbang industri agrikultural,
manufaktur otomotif, dan pertambangan.
Sementara itu, devisa pariwisata sebe­
sar US$1 juta, menghasilkan PDB sebesar
US$1,7 juta atau 170 persen. Ini tertinggi
jika dibandingkan dengan industri lainnya.
Dari sudut devisa, pariwisata juga
menjadi penyumbang terbesar keempat
bagi devisa nasional, yakni sebesar 9,3
persen. Pertumbuhan penerimaan devisa
pariwisata sepanjang 2015 menjadi yang
tertinggi, yaitu 13 persen. Dari pencapaian
tersebut, biaya atau anggaran
pemasarannya hanya diperlukan sebesar 2
persen dari devisa yang dihasilkan.
Sedangkan dari sudut lapangan
pekerjaan, pariwisata menyumbangkan 9,8
juta lapangan pekerjaan, atau sebesar 8,4
persen secara nasional, dan menempati
urutan keempat dari seluruh industri.
Pertumbuhan lapangan kerja baru pada
sektor ini sebesar 30 persen dalam lima
tahun terakhir hingga 2015. Serta, sektor
ini merupakan pencipta lapangan kerja
dengan biaya yang termurah, yakni
sebesar US$5.000 perlapangan pekerjaan.
Pada sektor lain mencapai US$100.00
perlapangan pekerjaan.
Artinya, sektor pariwisata bisa menjadi
kunci pembangunan dan meningkatkan
perekonomian Indonesia. Dan, tentunya
dengan biaya yang lebih murah ketimbang
sektor lainnya.
Saat ini, pariwisata telah mengalami
ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan,
dan menjadi salah satu sektor ekonomi
yang terbesar dan tercepat
pertumbuhannya di dunia. Meskipun krisis
global terjadi beberapa kali, jumlah
perjalanan wisatawan internasional tetap
menunjukkan pertumbuhan yang positif
dan terus meningkat. Dalam pertumbuhan
ekonomi dunia yang fluktuatif, dalam skala
global sektor Pariwisata mampu
mempertahankan pertumbuhan.
Perspektif
Jakarta
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
Bali
Gerai Info l bank Indonesia
21
Go Digital
Go Digital menjadi salah satu program
Kementerian Pariwisata yang sedang
dijalankan untuk kemajuan pariwisata
Indonesia. Program Go Digital
memfasilitasi industri pariwisata yang 90
persen masih masuk kategori Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM). Dalam
program ini Pemerintah menjadi badan
penyedia untuk memasarkan pariwisata
lewat produk yang sudah ada di pasaran.
Program ini dilakukan sebagai upaya
mengikuti perkembangan teknologi dan
tren yang ada. Serta, mengikuti standard
yang ada saat ini di pasar global. Layanan
program ini diberi nama Indonesia Travel
X-change (ITX). ITX diluncurkan di
Rakornas Kemenpar Go Digital Be The
Best pada 15-16 September 2016. Hingga
saat ini sudah ada sekitar 5 ribu industri
yang mendaftar dilayanan ini.
Kemenpar berharap ITX nantinya akan
seperti TripAdvisor, Booking.Com, CTrip,
dan online service lainnya. Sehingga
pemasaran pariwisata dalam bentuk
digital benar-benar maksimal. ITX
merupakan layanan yang mirip dengan
TXA, milik Australia. Bedanya TXA
Australia dimainkan oleh pebisnis yang
sudah besar. l
Perspektif
INSA: Butuh Kebijakan
Efisien dan Berpihak
Hamka
Ketua INSA Makassar
Gerai Info l bank Indonesia
22
Pembangunan sektor maritim yang diusung pemerintah saat
ini, menjadi harapan baru bagi para pelaku usaha di sektor ini,
serta kemajuan bangsa. Para pelaku usaha di sektor ini telah
lama menantikan sebuah pemerintahan yang mendukung dan
berpihak pada industri maritim (maritime paradigm). Pasalnya,
selama ini konsep pembangunan lebih condong ke sektor
daratan (land based).
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
alam lima tahun ke depan
diharapkan sektor maritim sudah
bisa menjadi poros bagi
perekonomian Indonesia. Namun,
kendala dan tantangan yang ada
pun tak sedikit. Butuh kerja keras dan koordinasi
yang intensif; lintas departemen maupun dengan
segenap stake holder yang ada. Tentu saja
harapan itu harus bisa diejawantah­kan dalam
bentuk langkah dan kerja konkret, termasuk
kebijakan pemerintah yang fokus pada sektor ini.
Ada beberapa indikasi kebijakan pemerintah
yang perlu diperbaiki, diantaranya segmentasi
kebijakan yang bisa dibuat holistik atau menye­
luruh manfaatnya. Ini lantaran sejauh ini kebi­
jakan ataupun langkah yang diterapkan masih
bersifat segmentatif dan sepotong-sepotong.
Sisi pelayanan pun masih bisa dioptimalkan,
agar dapat diterima masyarakat. Karena bentuk
layanan dan kebijakannya belum komprehensif,
belum kolektif, sehingga terkesan belum tampak
adanya keinginan yang kuat untuk sungguhsungguh menjadikan sektor maritim sebagai ke­
kuatan utama sumber pendapatan perekonomian
bangsa. Kesemuanya akan membawa maritim
sebagai kekuatan utama ekonomi Indonesia.
Pemerintah, melalui kerjasama antar kemen­
terian memang tengah bersinergi. Namun sinergi
yang sedang dijalani itu masih perlu kekuatan
koordinasi sehingga ke depannya akan berjalan
konsisten. Diharapkan, kebijakan yang dilahirkan
D
kelak akan visioner bagi sektor maritim sehingga
bisa menjadi tumpuan masa depan bangsa.
Karena bila sudah ada wacana ingin mengem­
bangkan sektor maritim, semua kebijakan yang
dikeluarkan harus juga bertumpu dan melihat
masa depan sektor maritim.
Normatif dan Pragmatis
Setidaknya ada dua tantangan yang mesti
segera diatasi, yakni yang bersifat normatif dan
pragmatis. Untuk yang bersifat regulatif, ada isu
dwelling time yang membuat Presiden RI Joko
Widodo menerapkan beberapa tahapan.
Tahapan dalam handling container eksport,
yakni pre-custom, custom dan post-custom harus
diurai secara cermat dan bijak. Sesungguh­nya,
tahapan pre-custom yang paling penting
dipahami secara seksama, di mana begitu
banyak regulasi yang mengharuskan tahapan ini
harus berjalan alot (by system). Tahapan itu
membutuhkan konfirmasi dari pelayaran,
kemudian clearence karantina, input dan respons
sistem dari custom dan sebagainya, yang
kesemuanya membutuhkan waktu yang tidak
singkat.
Secara umum, industri pelayaran memang
dikenal sebagai sektor yang hyper-regulated.
Untuk 1 unit kapal cargo-tanker saja, membutuh­
kan 25-30 jenis sertifikat (obligation) yang
tersebar di berbagai departemen, seperti Biro
Klasifikasi Indonesia, Perhubungan Laut,
Perspektif
Keberpihakan
Indonesia sebagai negara maritim, harus
memberi kesempatan kepada para pelaku usaha
pengakutan dan pelayaran nasional, agar bisa
mengusai seluruh pangsa pasar angkutan dalam
negeri. Jangan sampai malah didominasi oleh
kapal niaga berbendera asing dalam jasa peng­
angkutan. Karena saat ini untuk sektor angkutan
laut, Indonesia sudah kehilangan sekitar Rp500
triliun per tahun, yakni dari jasa pengangkutan
laut.
Sebagai informasi, saat ini ada 14.500 unit
kapal milik pengusaha dalam negeri, tapi hanya
sekitar setengahnya yang memiliki pangsa pasar
muatan, sisanya parkir dan menganggur. Sudah
selayaknya ini dicarikan jalan keluar agar tidak
ada stagnansi di sektor angkutan laut.
Memang pemerintah telah menerapkan azas
cabotage, yakni seluruh angkutan dalam negeri
wajib diangkut oleh kapal berbendera Indonesia.
Hal ini termaktub dalam Undang-Undang (UU)
Nomor 17 Tahun 2008 dan Instruksi Presiden
(Inpres) Nomor 5 Tahun 2005. Namun sayang,
pada pelaksanaannya kurang maksimal. Padahal
bila azas cabotage benar-benar diterapkan dan
dibuatkan road map, akan membuat kapal-kapal
dalam negeri berjaya.l
l
tahun 6
l
Edisi 59
subsidi tol laut tidak usah lagi dikelola di bawah
komando PT Pelni. Kondisi saat ini, peme­rintah
hadir dengan tol laut tapi subsidi tersebut juga
diambil dan dilakukan oleh pemerintah dalam hal
ini adalah PT Pelni.
Berdasarkan informasi yang didapat dari
berbagai sumber, subsidi tol laut mencapai Rp742
miliar. Angka tersebut setara dengan pengadaan
700 unit kapal. Sehingga Pemerintah sebaiknya
tidak perlu ikut mengambil pangsa ini. Yang
penting pemerintah bisa menjamin keamanan
dan menetapkan rute ini tidak akan diganggu ke
depannya.
2016
Diharapkan, kebijakan yang
dilahirkan kelak akan
visioner bagi sektor maritim
sehingga bisa menjadi
tumpuan masa depan bangsa.
23
Gerai Info l bank Indonesia
Kementerian Komunikasi dan Informasi,
Kemen­terian Perdagangan, Kementerian
Kesehatan dan sebagainya. Kesan yang
tercipta adalah ada beberapa sertikat
kapal yang bersifat duplikatif, karena
direstui bersamaan.
Banyaknya sertifikat yang mengiringi
peng­operasion kapal ini, tentu saja
berimplikasi terhadap kelancaran operasional,
waktu operasi, dan biaya. Sehingga sudah
saatnya sertifikasi kapal dilakukan simplikasi
tanpa menghilangkan makna dan aspek
pengawasan serta factor safety.
Masalah kedua adalah aspek pragmatis.
Pemerintah mengharapkan zero waiting time di
pelabuhan, namun yang terjadi malah sebaliknya.
Saat ini sistem inaportnet yang diaplikasikan
oleh Perhubungan Laut yang misi utamanya
adalah menciptakan transparansi dan efisensi
pelayanan, justru kontraproduktif dengan
kelancaran operasional. Ini lantaran kecanggihan
system ini tidak dibarengi dengan perangkat
sistemik dan kesiapan. Akibatnya kapal sering
delay dan mengganggu jalannya operasional.
Sebaiknya terminologi dwelling time
diterjemahkan dahulu secara komprehensif, yakni
waktu tunggu, kapal, barang dan penumpang
keluar-masuk pelabuhan. Selama ini yang dipa­
hami dwelling time hanya menyangkut masalah
barang (container) yang sekaligus terkait dengan
trader. Sementara pada sisi carrier (pelayaran)
justru tidak dipikirkan nasib dan kondisinya, yang
nilai investasi dan peran sentralnya dalam supply
chain logistic sangat strategis.
Selain itu, dalam pengelolaan sektor maritim,
pemerintah perlu melakukan pendekatan ke
sektor usaha atau swasta. Harus dibuka kesem­
patan seluas-luasnya kepada sektor swasta
untuk menjadi pemain yang kuat di industri ini.
Pemerintah, dengan kata lain, tidak boleh
menjadi pemain tunggal, apalagi menjadi regula­
tor sekaligus menjadi pelaku. Di sinilah peran
Pemerintah dioptimalkan, yakni selayaknya
menjadi inisiator, stimulator, dan fasilitator,
untuk demi hadirnya kekuatan ekonomi di sektor
maritim.
Dalam hal inisiator, Pemerintah harus turun
tangan memberi insentif, public service obligation
(PSO), dan subsidi. Sehingga dalam hal ini,
Dinamika
Gerai Info l bank Indonesia
Lantera, Kartu ‘Pintar’
untuk Nelayan
Di sela pelaksanaan Rapat Evaluasi Ekonomi dan Keuangan Daerah, BI membagikan
kartu Lantera untuk nelayan di daerah Batam. Selain mendorong transaksi non tunai,
pembagian ini juga bisa mendorong program keuangan inklusif.
24
Edisi 59
l
tahun 6
B
l
2016
ank Indonesia (BI) sudah men­
canangkan Gerakan Nasional
Non Tunai (GNNT) sejak 14
Agustus 2014. Tujuannya,
mendorong masyarakat untuk
mengurangi transaksi menggunakan uang tunai
(less cash society) dan terbiasa menggunakan
instrument non tunai antara lain uang elektronik.
Gerakan penggunaan transaksi non tunai ini
dilakukan juga untuk keamanan dan kenyamanan
masyarakat saat bertransaksi.
Selain itu, maraknya peredaran uang palsu di
Indonesia, juga menjadi alasan BI untuk gencar
menggalakkan program GNNT ini. Lewat gerakan
non tunai, diharapkan peredaran uang palsu bisa
berkurang secara signifikan. Dalam mendorong
gerakan non tunai, Bank Indonesia melakukan
kerja sama dengan perbankan nasional dan
pemerintah. Program GNNT ini ditujukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap
penggunaan instrumen non tunai, sehingga
berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas
atau masyarakat yang lebih menggunakan
instrumen non tunai dalam melakukan transaksi
atas kegiatan ekonominya.
Beberapa upaya yang dilakukan Bank Sentral
untuk memperluas dan meningkatkan
pelaksanaan program GNNT yaitu dengan
melakukan edukasi dan sosialisasi kepada
masyarakat secara luas termasuk para nelayan
yang diharapkan dapat menggunakan non tunai
dalam setiap transaksinya. Pengenalan transaksi
non tunai kepada nelayan juga diharapkan dapat
mempermudah transaksi dan membantu
pengelolaan keuangan, serta membuka akses
keuangan para nelayan yang selama ini masih
dominan menggunakan uang tunai di dalam
transaksinya.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, BI
sebagai otoritas sistem pembayaran berharap,
selain masyarakat di perkotaan, para nelayan juga
harus bisa menerapkan transaksi non tunai.
Karena itu, untuk mendorong program non tunai
tunai ini BI meluncurkan Kartu Layanan Keuangan
Terintegrasi (Lantera) khusus untuk nelayan.
Bank Indonesia memperkenalkan transaksi non
tunai kepada para nelayan dan membagikan
1.000 kartu Lantera kepada 1.000 nelayan di
Batam, Kepulauan Riau (Kepri), pada Sabtu, 13
Agustus 2016 beberapa waktu lalu.
Pecahkan Rekor MURI
Dalam peluncuran kartu Lantera ini juga
memecahkan rekor dari Museum Rekor Indonesia
(MURI) atas terbitnya 1.000 kartu Lantera yang
dibagikan kepada 1.000 nelayan. Pada kesempat­
an tersebut, pendiri MURI, Jaya Suprana meng­
apresiasi langkah BI dalam penyerahan kartu
Lantera kepada 1.000 nelayan. Dengan adanya
fasilitas ini, maka kata dia, harkat dan martabat
para nelayan akan terangkat, sehingga dalam ke
depannya nelayan akan lebih semangat dan ber­
kontribusi besar dalam sektor perikanan di Indo­
nesia dan mendorong perekonomian nasional.
“Saya terharu, karena banyak nelayan yang
belum menikmati kemerdekaan. Padahal nelayan
adalah pendukung ekonomi Indonesia. Kami se­
butkan rekor ini tidak hanya sebagai rekor Indo­
nesia tapi rekor dunia. Karena tidak ada program
yang menjunjung tinggi harkat nelayan. Dan kami
berterimakasih sebesar-besarnya kepada Bank
Indonesia yang telah berkenan menjunjung harkat
martabat kaum nelayan dengan diberikan tekno­
logi mutakhir untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka,” kata Agus. l Jaya Suprana
l
tahun 6
l
Edisi 59
bang 4% terhadap perekonomian Indonesia.
Dengan kekayaan laut yang berlimpah,
potensi pengembangan sektor maritim pun masih
sangat besar. Pengembangan tersebut hanya
dapat diwujudkan apabila diiringi penataan dan
peningkatan kualitas sektor-sektor yang bersing­
gungan dengan kemaritiman. Untuk itulah,
perhatian khusus perlu diberikan, antara lain
salah satunya pengenalan transaksi non tunai
kepada para nelayan, sehingga nelayan dalam ke
depannya dapat membuka akses dan melek
keuangan.
Ke depan, gerakan non tunai ini akan terus
dilakukan untuk memperkenalkan sekaligus
mendorong penggunaan transaksi non tunai di
Indonesia. Hingga saat ini, usaha berbagai pihak
telah memungkinkan berkembangnya transaksi
non tunai, misalnya dalam pembayaran di
berbagai transportasi umum.
“Mari kita bangkitkan industri kemaritiman,
mari kita bangkitkan nelayan Indonesia, kita
negara yang sebagian besar itu dikelilingi laut.
Semoga inisiatif-inisiatif ini bisa didukung bersa­
ma, dan dari perbankan juga mendukungnya,”
ucap Agus.
25
Gerai Info l bank Indonesia
Kartu Lantera merupakan kartu elektronik
yang dapat digunakan oleh nelayan terutama
untuk transaksi pembelian peralatan tangkap
ikan dan kebutuhan sehari-hari. Ke depan fitur
kartu Lantera akan akan dikembangkan menjadi
berbasis uang elektronik terdaftar (registered) dan
diintegrasikan dengan kartu ATM/Debet dengan
media ponsel dan kartu. Dengan adanya integrasi
ini maka Kartu Lantera juga dapat dimanfaatkan
untuk penyaluran bantuan kepada komunitas
nelayan serta disinkronisasikan dengan BPJS
Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Dalam
penerbitan kartu ini, Bank Indonesia bekerja sama
dengan lima bank penerbit kartu elektronik, yaitu
Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank
Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara
(BTN) dan Bank Central Asia (BCA).
Gubernur BI Agus D.W Martowardojo menga­
takan, pengenalan transaksi nontunai kepada
nelayan diharapkan dapat mempermudah
transaksi dan membantu pengelolaan keuangan,
serta membuka akses keuangan para nelayan.
Belum terjangkaunya akses keuangan tersebut
menimbulkan kesulitan memperoleh pembiayaan,
yang diperlukan untuk pengembangan usaha.
Penyerahan 1.000 kartu Lantera kepada 1.000
nelayan ini diharapkan dapat dilanjutkan pula
dengan pengenalan non tunai kepada nelayan di
seluruh daerah di Indonesia.
“Penghasilan nelayan yang bergantung pada
faktor cuaca membuat pengelolaan keuangan
nelayan sangat penting. Gerakan ini sudah
dicanangkan oleh BI dan perbankan sejak 2 tahun
yang lalu. Ini kita sebut gerakan non tunai. Tidak
perlu bawa uang tunai kemana-mana, cukup
bawa kartu ini yang ada nilai uangnya,” ujar Agus.
Agus menilai, pengenalan kartu Lentera kepa­
da para nelayan ini juga bertujuan untuk mendu­
kung sektor maritim yang lebih inklusif. Selain
itu, dengan adanya upaya Bank Indonesia untuk
mensejahterahkan nelayan ini, diharapkan dapat
mendukung kegiatan para nelayan dalam mencari
ikan. Mengingat, Indonesia merupakan negara
yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari
lautan, serta memiliki garis pantai terpanjang di
dunia, dianggap memiliki potensi yang besar
sebagai poros maritim di dunia. Sektor maritim
diharapkan bisa menjadi salah satu sektor yang
berperan penting dalam perekonomian nasional.
Pasalnya, saat ini sektor maritim baru menyum­
2016
Dinamika
Monetaria
Gerai Info l bank Indonesia
26
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
Gerai Info l bank Indonesia
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
Monetaria
27
Potret
Ada PeKoMEN di Kalsel
Apalah arti sebuah nama menurut sastrawan terkenal William Shakespeare.
Namun, nama yang mudah dan mengena dari sebuah program bisa menjadikan
program tersebut berjalan sukses. Hal inilah yang dilakoni KPw BI Provinsi
Kalimantan Selatan.
Gerai Info l bank Indonesia
28
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
S
etiap Kantor Perwakilan (KPw)
Bank Indonesia (BI) memiliki
fungsi dan tugas mengejawan­
tahkan kebijakan dan fungsi BI di
kantor pusat. Mulai dari
stabilitas ekonomi hingga sistem pembayaran.
Melalui KPw-KPw inilah, fungsi dan tugas BI bisa
berjalan dengan baik dan efektif.
Tugas tersebutlah yang diemban dan dijalan­
kan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Selatan
(Kalsel). Salah satunya terkait dengan sistem
pembayaran, baik tunai maupun nontunai.
Menurut Harymurthy Gunawan, Kepala KPw BI
Provinsi Kalsel, peran BI dalam sistem pemba­
yaran menjadi yang paling populer di daerah,
termasuk di Kalsel. ”Tidak heran, secara tradisi­
onal ini adalah fungsi bank sentral, mengelola
uang dan distribusi uang. Jadi, untuk ini tidak
perlu repot-repot. Memang, yang masih harus
terus disosialisasikan ialah bagaimana dengan
mengelolanya. Bagaimana mengimplementasikan
clean money policy,” terangnya.
Transaksi pembayaran dan pengelolaan uang
rupiah di Kalsel masih tergolong tradisional, yakni
dengan tunai. Karena kondisi alam yang
lembap dan basah, tingkat kelusuhan uang
di daerah ini lebih cepat ketimbang daerah
lainnya. Karena itu, KPw BI Kalsel kerap
melakukan kegiatan kas keliling untuk
penukaran uang. Program kegiatan kas
keliling telah disusun KPw BI Kalsel untuk
setahun. Salah satu lokasi yang dipilih
ialah Pasar Lokba Intan. Kas keliling di
pasar ini digelar dua kali dalam sebulan.
“Ini untuk meyakinkan bahwa uang yang
beredar di masyarakat adalah uang yang
layak edar. (Selain itu), untuk menjaga
jumlahnya sesuai dengan kebutuhan,”
jelasnya.
KPw BI Kalsel juga terus mensosialisasikan
ciri-ciri uang asli melalui kegiatan 3D (dilihat,
diterawang, dan diraba). Kegiatan ini dilakukan
bekerja sama dengan sekolah, universitas, dan
komunitas pedagang-pedagang ritel.
Selain 3D yang diprogramkan dari pusat, KPw
BI Kalsel melansir program 3D tambahan, yakni
didapat, disimpan, dan disayang. Program ini
dilansir karena masih banyaknya masyarakat
yang menyimpan uang dengan melipat-lipat tidak
beraturan hingga lecek dan rusak. Malah, ada juga
yang mencoret-coretnya dan dibuat miniatur
mainan ataupun bunga. Melalui program 3D ini,
KPw berupaya mensosialisasikan bahwa uang itu
harus disimpan dengan benar agar tidak rusak.
Masih terkait dengan fungsi dan tugas BI
dalam menjalankan sistem pembayaran, KPw BI
Kalsel juga menggelar penukaran uang koin.
Pasalnya, dari uang koin yang dikeluarkan BI yang
mencapai Rp1,2 miliar dalam setiap pencetakan,
sebagian besar tidak kembali lagi ke perbankan.
Dalam kegiatan penukaran uang koin terse­
but, KPw BI Kalsel membuat terobosan yang unik
Program Lain
l
tahun 6
29
dengan kebutuhan dan kondisi di
daerahnya.
Dalam setahun berbagai
program terkait dengan PSBI telah
digelar KPw BI Kalsel, di antaranya
BI Corner. Saat ini sudah ada dua BI
Corner. BI Corner adalah sebuah kegiatan kerja
sama dalam memberikan kesempatan kepada
masyarakat untuk mendapatkan informasi
tentang BI dan kebijakannya. Kegiatan tersebut
berbentuk perpustakaan yang dilengkapi dengan
jaringan internet dan hasil riset-riset serta bukubuku yang terkait dengan ekonomi, moneter, dan
kebijakan BI terkait lainnya.
Ada juga program pengembangan industri
kreatif setempat, seperti perajin kain sasirangan.
Untuk pengembangan industri tersebut, BI
menyediakan, memfasilitasi, dan bekerja sama
dengan pemerintah provinsi, baik untuk dana,
pelatihan, tempat, maupun promosi. l
Gerai Info l bank Indonesia
Dalam menjalankan kebi­jakan moneter, KPw
menjaga kestabilan harga dan inflasi melalui kerja
sama dengan pemerintah daerah setempat
melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID,
yang saat ini ber­jumlah 1 TPID di tingkat provinsi
dan 13 TPID di tingkat kabupaten. KPw BI Kalsel
secara proaktif menjalankan
pertemuan dan koordinasi.
“Ini sangat bermanfaat. Bagi
kami (sangat berman­faat)
menerima masukan tentang
perkembangan ekonomi di satu
daerah. (Bagi) pemerintah daerah
yang diwakili kepala dinas juga
sangat berman­faat karena mereka mendapatkan
satu analisis yang dilakukan oleh BI. Biasanya
bukan hanya analisis, melainkan untuk beberapa
isu strategis tertentu; kami memberikan
rekomendasi. Itulah salah satu fungsi utama KPw
dalam negeri, ter­masuk di Kalsel, yaitu sebagai
fungsi advisory,” terang Harymurthy.
Selanjutnya, untuk fungsi SSK, yakni dalam
konteks regional Kalsel, KPw BI Kalsel bekerja
sama dan berkoordinasi dengan lembaga
keuangan dan perbankan yang ada di daerah
tersebut. “Kami punya forum Badan Musyawarah
Perbankan Daerah (BMPD). Bahkan, BMPD yang
hanya sebagai ajang silaturahmi, kami ubah jadi
l
Edisi 59
lebih serius untuk membuat
dan kekinian. KPw BI Kalsel me­
program agar membantu
namai kegiatannya itu PeKoMEN,
perekonomian daerah. Salah satu
kependekan dari Peduli Koin
yang dilakukan BMPD Kalsel
Menunjang Ekonomi Nasional.
ialah bekerja dengan Badan
Mengapa memilih nama
Promosi Pariwisata Daerah,”
PekoMEN? Menurut Harymurthy,
jelasnya.
pihaknya memberi nama tersebut
Menurut Harymurthy, ada
kebetulan saat itu masyarakat
beberapa hal yang bisa dilakukan
tengah demam dengan game
BI secara mandiri, seperti analisis
Pokemon. Dengan memberi nama
moneter. Ada juga yang mesti
kegiatannya mirip dengan nama
berkoordinasi dan bersinergi
game itu, diharapkan masyarakat
dengan instansi lainnya. Selain
mudah mengingat dan tertarik
Harymurthy Gunawan, Kepala KPw BI
menggelar program yang
mengikuti program terse­but.
Provinsi Kalsel
berkaitan dengan tugas utama
Terbukti, kegiatan penukaran koin
BI, KPw menggelar Program
bisa berjalan dengan sukses.
Sosial BI (PSBI) di daerahnya masing-masing.
“Kami melakukan kegiatan Peduli Koin ini di luar
KPw BI Kalsel menggelar PSBI yang disesuaikan
ekspetasi. Padahal, target awal 120-125 juta, tapi
yang kami dapat 215 juta hanya dalam waktu 3-4
jam,” ungkapnya.
2016
Potret
Etalase
Meningkatkan Kapasitas
dan Konektivitas
Luhut Binsar Panjaitan
Menteri Koordinator Bidang
Kemaritiman Republik Indonesia
Gerai Info l bank Indonesia
30
H
Indonesia memiliki potensi sektor maritim yang sangat besar,
namun sampai saat ini kontribusi sektor maritim terhadap
perekonomian masih rendah. Ke depan, dengan berbagai perbaikan
dan sinergi diharapkan kontribusi sektor ini bisa terus meningkat.
Edisi 59
l
tahun 6
l
2016
ingga saat ini Kementerian Koor­
dinator Bidang Kemaritiman terus
melakukan upaya untuk mening­
katkan kontribusi sektor maritim
terhadap perekonomian nasional.
Masih minimnya kontribusi sektor ini, di antaranya
disebabkan oleh biaya transportasi atau jasa yang
lebih mahal jika dibandingkan dengan negara lain.
Pada akhirnya, para importir lebih memilih meng­
gunakan transportasi atau jasa dari luar Indonesia
yang lebih murah.
Tingginya permintaan jasa dari pengangkutan
negara asing inilah yang menyebabkan neraca jasa
Indonesia untuk jasa pengangkutan mengalami
defisit. Saat ini, sektor maritim telah menyumbang
80% atau mendominasi pada defisit neraca jasa.
Hal inilah yang tengah diperbaiki Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman.
Berbagai langkah perbaikan memang telah
dikerjakan kementerian ini. Misalnya saja, terkait
pembangunan dan pemaksimalan dry port, yakni
pelabuhan darat yang berfungsi sebagai tempat
penampungan bongkar muat, serta kapasitas
daya tampung pelabuhan.
Salah satu dry port yang terus dimaksimalkan
fungsinya ialah Cikarang Dry Port. Saat ini
Cikarang Dry Port memiliki kapasitas daya tam­
pung sebesar 60.000-70.000 TEU’s.
Sementara itu, untuk meningkatkan kapasitas
pelabuhan kini terus diupayakan Kementeriaan
Koordinator Bidang Maritim, seperti Pelabuhan
Tanjung Priok. Tanjung Priok yang saat ini memiliki
kapasitas sekitar 3 juta TEU’s, ditargetkan dapat
dinaikkan menjadi 16 juta TEU’s.
Dengan pembangunan dan peningkatan
kapasitas dry port, dan peningkatan kapasitas
pelabuhan-pelabuhan yang ada di Indonesia,
diharapkan biaya logistik dan dwelling time bisa
lebih dipangkas. Misalnya, untuk dwelling time
yang biasanya menghabiskan waktu sekitar lima
hari, diharapkan bisa dipangkas menjadi dua hari.
Dengan menurunnya biaya logistik, maka akan
meningkatkan daya saing.
Konektivitas
Kementerian Koordinator Bidang Maritim telah
mengidentifikasi beberapa masalah dalam rangka
mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim
dunia. Di antaranya, terkait konektivitas antarwilayah.
Tidak adanya konektivitas ini salah satunya
disebabkan tumpang tindihnya regulasi. Sebut
saja, mengenai pengelolaan pelabuhan. Saat ini
pengelola pelabuhan terpecah dua, yakni oleh PT
Pelindo dan Kementerian Perhubungan—yang di­
kelola oleh PT Pelindo ada 112 pelabuhan komersial
sementara yang dikelola oleh Kementerian Per­
hubungan ada sekitar 900 pelabuhan nonkomer­
sial. Pelabuhan-pelabuhan yang berbeda pengelola
tersebut tidak ada konektivitas.
Belum adanya konektivitas inilah yang menjadi
penyebabnya meningkatnya biaya yang harus
dikeluarkan. Contohnya saja, selama ini barangbarang dari Bitung yang akan diekspor ke Nagoya,
Jepang, harus diantar ke Surabaya dulu. Padahal,
jarak Bitung ke Nagoya lebih dekat dibandingkan
dengan jarak Bitung ke Surabaya. Hal ini membuat
waktu tempuh yang kapal muat menjadi 41 hari.
Selain itu, juga ada proses sertifikasi kayu dari
Papua yang harus dilakukan di Surabaya. Ini
mengakibatkan biaya yang lebih mahal.
Membangun konektivitas, dan sinergi antarpemangku kebijakan, serta reformasi birokrasi,
menjadi hal penting yang harus dilakukan dalam
rangka memajukan sektor maritim. Dengan mem­
perbaiki permasalahan atau tantangan yang ada,
tentu akan meningkatkan efisiensi dan daya saing
sektor maritim. l
@bank_indonesia
flip.it/7A9uk
bankindonesia
BankIndonesiaChannel
Visitor Center
Jl. M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat 10350
email:
twitter:
flipboard:
flickr:
youtube:
[email protected]
@bank_indonesia
flip.it/7A9uk
bankindonesia
BankIndonesiaChannel
Gerai Info Digital
Segera
Download
Aplikasinya
Gratis!
Download