iv metode penelitian

advertisement
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang
terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja (purposive sampling)
mengingat Kecamatan Ciampea merupakan salah satu kecamatan yang memiliki
populasi kambing PE yang cukup tinggi seperti yang tertera pada Lampiran 3.
Peternakan ini dipilih juga didasarkan atas pertimbangan adanya potensi untuk
pengembangan usaha karena permintaan yang ada masih belum dapat terpenuhi.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Mei 2010
dengan penelitian di lapang yang dilakukan pada bulan Maret 2010.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer yang
diperoleh meliputi :
1) Data keuangan yang mencakup penerimaan, biaya-biaya operasional, biaya
investasi yang telah dikeluarkan sampai dengan biaya investasi yang akan
digunakan untuk mengembangkan usaha.
2) Aspek-aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek
lingkungan.
Pengumpulan data ini dilakukan melalui metode wawancara langsung, dan
observasi lapang. Sumber data primer terdiri dari beberapa responden yang
relevan memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti. Responden yang
diwawancarai antara lain pemilik peternakan, karyawan peternakan (dua orang),
konsumen susu kambing Prima Fit, masyarakat sekitar peternakan seperti
sekretaris Desa Cibuntu, ketua Rukun Warga (RW) 3, ketua Rukun Tetangga (RT)
1, ketua RT 2, ketua RT 3, dan pihak terkait seperti Dinas Peternakan dan
Perikanan Kabupaten Bogor.
33
Data sekunder diperoleh melalui studi literatur, Perpustakaan Lembaga
Sumberdaya Informasi (LSI) IPB, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten
Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, Perpustakaan Departemen
Agrbisnis, dan informasi dari media internet.
4.3 Metode Penentuan Responden
Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara dengan pihak-pihak
peternakan yang terkait seperti pemilik, dan karyawan peternakan serta
masyarakat sekitar. Menurut Cooper (2006) pemilihan semacam ini disebut
sebagai metode non probablitity sampling. Metode ini terdiri atas beberapa
metode, tetapi metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling karena pemilihan sampel didasarkan atas berbagai pertimbangan seperti
pengetahuan, keahlian serta pengalaman sampel. Pertimbangan-pertimbangan
tersebut secara langsung diberikan oleh peneliti pada mereka.
4.4 Metode Pengolahan Data
Data primer yang diperoleh diolah untuk dapat diinterpretasikan sehingga
diperoleh hasil penelitian yang diinginkan. Pengolahan dan analisis data primer ini
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif pada data yang telah
diperoleh, ditujukan untuk memperoleh gambaran mengenai aspek-aspek non
finansial pada pengembangan usaha peternakan Prima Fit yang meliputi aspek
pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi dan
budaya serta aspek lingkungan. Sedangkan data kuantitatif untuk analisis aspek
finansial yang meliputi data penjualan, biaya-biaya operasional dan investasi pada
pengembangan usaha peternakan Prima Fit diolah dengan memanfaatkan program
komputer Microsoft excel 2007 dan disajikan dalam bentuk tabulasi untuk dapat
mempermudah pemahaman.
4.4.1 Aspek Non Finansial
Aspek non finansial merupakan aspek-aspek yang tidak terkait dengan
kondisi finansial pengembangan usaha ternak di peternakan Prima Fit. Aspek non
finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis aspek manajemen dan hukum,
aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan.
34
4.4.1.1 Aspek Pasar
Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan.
Pengembangan usaha ternak kambing perah di peternakan Prima Fit dikatakan
layak bila tidak terdapat masalah pemasaran yang dapat menghambat jalannya
pengembangan usaha peternakan kambing perah ini, masih terbukanya peluang
pemasaran susu kambing sehingga seluruh hasil produksi susu kambing yang
dihasilkan dapat diterima oleh pasar.
4.4.1.2 Aspek Teknis
Aspek teknis meliputi proses pembangunan bisnis secara teknis dan
pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga pada
pengembangan usaha peternakan kambing perah di peternakan Prima Fit dapat
dikatakan layak dalam aspek teknis bila lokasi peternakan mampu menunjang
pengembangan usaha tersebut, luas produksi sudah optimal, layout peternakan
sesuai sehingga mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi
sudah tepat, kondisi kandang, pemberian pakan dan air, penanganan penyakit pada
kambing perah, teknik perkawinan dan penanganan kelahiran, teknik pemerahan
serta penanganan pasca panen telah tepat sehingga tidak menghambat jalannya
pengembangan usaha.
4.4.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum
Aspek manajemen pada pengembangan usaha peternakan kambing perah
di peternakan Prima Fit dapat dikatakan layak bila manajemen sumberdaya
manusia yang terdapat pada usaha peternakan tersebut telah dikelola dengan baik,
pemberian gaji telah sesuai, memiliki laporan keuangan. Pada aspek hukum
sebuah usaha ternak layak dilaksanakan bila telah memiliki izin persetujuan
lingkungan dari pihak Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), atau pihak
Desa. Izin dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor baru diperoleh
jika populasi kambing perah telah mencapai lebih dari 300 ekor.
35
4.4.1.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Pengembangan usaha kambing perah pada peternakan Prima Fit dikatakan
layak pada aspek sosial, ekonomi, dan budaya bila mampu meningkatkan
kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, serta pendapatan asli daerah
Kabupaten Bogor. Selain itu, pengembangan usaha ternak kambing perah ini juga
diharapkan tidak bertentangan dengan budaya masyarakat.
4.4.1.5 Aspek Lingkungan
Pada aspek lingkungan, pengembangan usaha peternakan kambing perah
di peternakan Prima Fit dikatakan layak bila bisnis tidak memberikan dampak
yang merugikan misalnya dengan pengelolaan limbah peternakan yang kurang
baik sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat sekitar.
4.4.2 Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial
pengembangan usaha tersebut. Analisis pada aspek finansial dapat dilihat dari
perhitungan harga pokok produk, kriteria kelayakan investasi, analisis sensitivitas,
dan analisis switching value.
4.4.2.1 Harga Pokok Produk
Perhitungan harga pokok produksi yaitu:
Biaya Bahan Baku
xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung
xxx
Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
xxx
Biaya Overhead Tetap
xxx
Biaya Overhead Variabel
xxx +
Harga Pokok Produksi
xxx
1) Biaya bahan baku tidak digunakan dalam proses produksi susu kambing
karena tidak ada komponen bahan mentah yang menjadi bagian dari produk
akhir susu kambing. Biaya bahan baku akan dialihkan menjadi biaya sarana
produksi seperti: ampas tempe, obat-obatan, susu sapi, dan untuk anak
kambing.
36
2) Biaya tenaga kerja yang terbagi menjadi biaya tenaga kerja langsung dan
tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung termasuk ke dalam biaya
produksi sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung termasuk ke dalam
biaya non produksi.
3) Biaya overhead tetap antara lain biaya transportasi, listrik, pajak dan
komunikasi. Sedangkan contoh biaya overhead variabel antara lain biaya
kemasan produk.
Setelah dilakukan perhitungan harga pokok produksi maka dapat
dilakukan perhitungan harga pokok produk dengan menambahkan harga pokok
produksi dengan biaya non produksi seperti pemasaran, administrasi dan umum.
Dalam penelitian ini tidak menggunakan penggolongan biaya seperti di atas tetapi
digunakan penggolongan biaya seperti biaya variabel, dan biaya tetap. Biaya
bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead variabel digolongkan menjadi
biaya variabel. Biaya tenaga kerja tidak langsung, overhead tetap, biaya
pemasaran serta biaya administrasi dan umum digolongkan menjadi biaya tetap,
dimana biaya penyusutan termasuk dalam biaya overhead tetap. Dengan
demikian, HPP dapat dihitung dengan menggunakan cara:
Total Biaya Variabel
xxx
Total Biaya Tetap
xxx
Total Harga Pokok Produk
xxx
+
Untuk mengetahui harga pokok produk per unit mka total harga pokok
produk harus dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan.
4.4.2.2 Kriteria Kelayakan Investasi
Kelayakan suatu usaha dapat ditinjau dari berbagai hal, salah satunya
melalui kriteria kelayakan investasi. Namun sebelum membahas lebih lanjut, perlu
diketahui bahwa seluruh biaya dan manfaat harus dinilai-kinikan (diskonto). Hal
ini terkait dengan adanya preferensi uang terhadap waktu dimana sejumlah uang
yang ada saat ini akan lebih disukai dari pada sejumlah uang yang sama di masa
yang akan datang sehingga untuk dapat dibandingkan maka perlu mengkonversi
nilai uang dengan dengan menggunakan discount factor (DF) yang besarnya
mengikuti rumus :
37
…………………………………………………...….. (1)
DF =
Keterangan :
i : Discount rate (DR) sebesar 6,0%
t : tahun saat biaya dikeluarkan atau manfaat diperoleh
Dalam menghitung DF perlu diketahui nilai discount rate (DR). Biasanya
nilai DR ini didasarkan pada tingkat bunga deposito atau bunga pinjaman.
Penggunaan DF erat kaitannya dengan preferensi uang atas waktu, nilai uang saat
ini lebih disukai dari pada nilai uang dengan jumlah yang sama pada masa yang
akan datang sehingga agar seluruh manfaat dan biaya dapat dibandingkan maka
digunakanlah DF.
Beberapa kriteria investasi yang dapat digunakan antara lain :
1) Net Present Value (NPV)
NPV merupakan selisih antara total present value manfaat dengan
total present value biaya atau jumlah present value manfaat bersih tambahan
selama umur usaha. NPV memiliki nilai satuan mata uang (Rp) dengan
rumus:
...........……...................………………………... (2)
Keterangan :
Bt = Penerimaan pada tahun t
Ct = Biaya-biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis
i = Tingkat DR sebesar 6,0%
Kriteria kelayakan menurut NPV yakni :
NPV > 0, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit
layak untuk dijalankan.
NPV < 0, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima Fit
tidak layak untuk dijalankan.
38
2) Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C adalah rasio antara manfaat bersih yang menguntungkan
bisnis dengan manfaat bersih yang merugikan bisnis. Secara matematis, net
B/C dapat dirumuskan sebagai berikut :
n
Net B/C =
Bt  Ct
 (1  i)
t 1
n
t
Bt  Ct

t
t 1 (1  i )
(Bt - Ct) > 0
(Bt - Ct) < 0
...............………….... (3)
Keterangan :
Bt = Penerimaan pada tahun t
Ct = Biaya-biaya pada tahun t
i = Tingkat DR sebesar 6,0 %
t = Tahun
Kriteria kelayakan menurut Net B/C yakni :
Net B/C > 1, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima
Fit tidak layak untuk dijalankan.
Net B/C < 1, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima
Fit tidak layak untuk dijalankan.
3) Internal Rate of Return (IRR)
Kelayakan investasi juga dapat
dilihat
dari seberapa besar
pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. IRR menunjukan
tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan nol dengan
satuan persentase. Perhitungan tingkat IRR dapat dilakukan dengan
menggunakan metoda interpolasi di antara tingkat DR yang lebih rendah
(yang menghasilkan NPV positif) dengan tingkat DR yang lebih tinggi (yang
menghasilkan NPV negatif). Berikut rumus IRR :
………………………..……. (4)
Keterangan :
i1
= DR yang menghasilkan NPV positif
i2
= DR yang menghasilkan NPV negatif
NPV1
= NPV positif
NPV2
= NPV negatif
39
Kriteria kelayakan dilakukan dengan membandingkan nilai IRR dengan
tingkat DR yang digunakan. Tingkat DR yang digunakan dalam penelitian
sebesar 6,0% yang merupakan bunga deposito Bank Centra Asia (BCA).
Pemilihan bunga ini disebabkan oleh pemilik peternakan menggunakan dana
milik sendiri untuk mendirikan usaha dan Bank yang digunakan oleh pemilik
dalam menyimpan uang dan bertransaksi yaitu BCA. Dengan demikian
kriteria kelayakan menurut IRR yakni :
IRR > 6,0%, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima
Fit tidak layak untuk dijalankan.
IRR < 6,0%, pengembangan usaha ternak kambing perah Peternakan Prima
Fit tidak layak untuk dijalankan.
4) Payback Period
Kriteria ini mengukur seberapa cepat pengembalian investasi pada
suatu usaha. Namun terdapat kelemahan pada kriteria ini yakni diabaikannya
time value of money dan diabaikannya cashflow setelah periode payback.
Untuk mengatasi kelemahan yang pertama, maka terkadang digunakan
discounted payback period. Adapun rumus payback period adalah
……………………………………... (5)
Keterangan :
I = Besarnya investasi yang diperlukan
Ab= Manfaat bersih rata-rata per tahun yang didiskontokan selama lima
tahun.
Semakin kecil nilai payback period pada pengembangan usaha ternak
kambing perah di peternakan Prima Fit ini maka akan semakin cepat
pengembalian investasi yang telah dikeluarkan sehingga pengembangan
usaha ini akan semakin layak untuk dilaksanakan. Jika payback period lebih
cepat dibandingkan dengan umur usaha yaitu lima tahun maka pengembangan
usaha ternak ini layak untuk dilaksanakan
4.4.2.3 Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui “perubahan maximum” dari
perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga susu kambing, dan
40
penurunan produksi susu kambing) dan outflow yang dapat ditoleransi sehingga
bisnis masih tetap layak untuk dilaksanakan. Oleh karena itu, perubahan tidak
boleh melebihi nilai tersebut. Bila melebihi nilai tersebut maka pengembangan
usaha menjadi tidak layak. Analisis switching value dapat dilakukan dengan
menghitung secara coba-coba perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat
perubahan di dalam komponen inflow. Pada usaha peternakan Prima Fit, analisis
Switching Value akan dilakukan untuk mangetahui harga maksimum peningkatan
harga ampas tempe sebagai komponen biaya operasional terbesar, penurunan
harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing sebagai ouput utama
sehingga pengembangan usaha masih dapat dikatakan layak untuk dilaksanakan.
Untuk mempermudah perhitungan, maka switching value dapat dicari dengan
metode interpolasi. Adapun rumus dari metode interpolasi ini yakni :
........................................ (6)
Keterangan :
𝜟i1 = Perubahan yang menhasilkan NPV positif
𝜟i2 = Perubahan yang menhasilkan NPV negatif
NPV 1 = NPV positif
NPV 2 = NPV negatif
4.4.2.4 Analisis Sensitivitas
Analisis ini digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang
berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas
dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting. Pada
penelitian ini perubahan ditentukan berdasarkan hasil analisis switching value
dengan melakukan perubahan secara terpisah antar variabel. Kemudian dinilai
seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada
hasil kelayakan pengembangan (NPV, IRR, Net B/C, dan Payback Period).
Analisis sensitivitas yang dilakukan pada peternakan Prima Fit digunakan untuk
melihat kepekaan kelayakan pengembangan usaha ternak ini terhadap perubahan
harga susu kambing, jumlah produksi susu kambing, dan harga ampas tempe yang
dibeli.
41
4.5 Definisi Operasional
Untuk menyamakan persepsi, maka batasan istilah yang digunakan dalam
penelitian ini perlu dipaparkan secara jelas. Adapun istilah operasional yang
digunakan pada penelitian ini antara lain :
1) Usaha ternak kambing perah adalah semua kegiatan produksi usaha kambing
perah dengan tujuan utama menghasilkan susu kambing, disamping
menghasilkan anak untuk bibit/produksi daging.
2) Produksi susu adalah jumlah air susu yang dihasilkan oleh kambing-kambing
laktasi selama satu periode laktasi (liter/ekor/hari).
3) Kambing laktasi adalah kambing perah yang sedang dalam masa produksi
(menghasilkan susu untuk diperah).
4) Lama laktasi merupakan lama waktu berlangsungnya proses menghasilkan air
susu dimulai sejak kejadian melahirkan sampai memasuki masa kering.
5) Periode laktasi adalah suatu tahapan dalam laktasi setelah kambing beranak
dan menghasilkan air susu.
6) Satuan ternak (ST) adalah satuan yang digunakan untuk menentukan populasi
ternak kambing dimana satu ekor kambing dewasa = 0,14 ST, satu ekor
kambing dara = 0,07 ST, satu ekor anak kambing (umur < 0,5 tahun) = 0,035
ST (Setiadi et all. 1997).
7) Kotoran kambing perah merupakan sisa hasil metabolisme kambing perah
yang dikeluarkan dalam bentuk feses dan urin kambing perah.
4.6 Asumsi Dasar
Dalam menganalisis kelayakan pengembangan usaha ternak kambing
perah di Peternakan Prima Fit secara finansial perlu digunakan beberapa asumsi.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan antara lain:
1. Periode usaha ditetapkan selam lima tahun. Periode usaha ini ditetapkan
berdasarkan umur produktif dari kambing perah laktasi I yang merupakan
investasi terbesar dalam pengembangan usaha dan investasi yang paling
krusial atau paling dibutuhkan dalam pengembangan usaha ternak.
2. Seluruh modal yang digunakan dalam pengembangan usaha ternak kambing
perah Peternakan Prima Fit ini menggunakan modal sendiri.
42
3. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini bersumber
dari hasil wawancara dan survey lapang pada pemilik peternakan, dan
karyawan peternakan.
4. Harga seluruh input dan output yang digunakan dalam analisis ini konstan
hingga akhir umur usaha, yang berlaku pada bulan Maret 2010.
5. Dalam satu tahun diasumsikan terdiri dari 12 bulan, dan 360 hari. Sedangkan
satu bulan diasumsikan terdiri dari 30 hari.
6. Populasi kambing diasumsikan baru ada pada bulan kelima tahun pertama,
dimana kambing perah baru berproduksi setelah pembangunan kandang
selama 4 bulan.
7. Selama periode usaha diasumsikan tidak terjadi pembelian kambing dari
peternakan lain.
8. Diasumsikan seluruh kambing perah yang ada saat ini dibeli pada tahun
pertama bulan kelima.
9. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yakni :
10. Pajak pendapatan yang digunakan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 36 tahun 2008, pasal 17 ayat 2 a, yang merupakan perubahan
keempat atas undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan,
yaitu :
Pasal 17 ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap
adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen).
Pasal 17 ayat 2 a.Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b menjadi
25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak
tahun pajak 2010.
11. Tingkat diskonto yang digunakan merupakan tingkat suku bunga deposito
Bank Centra Asia (BCA) pada tanggal 5 Mei yakni sebesar 6,0 persen per
tahun. Pemilihan bunga deposito pada bank BCA karena pemilik peternakan
memiliki tabungan di bank tersebut dan rekening tersebut sering digunakan
untuk transaksi penjualan baik susu kambing, maupun produk sampingan
lainnya.
12. Pada analisis switching value, diasumsikan komponen lain tidak berubah.
43
13. Jumlah produksi susu kambing selalu tetap yakni 0,66 liter per ekor per hari.
14. Nilai sisa kambing pada akhir umur usaha dihitung sebagai kambing afkir
dengan harga Rp 17.500,00 per kg berat hidup. Rincian berat hidup kambing
sebagai berikut:
Jenis
anak
< 3 bulan
> 3 bulan
Dara
< 12 bulan
> 12 bulan
Induk
Jantan Dewasa
Berat Hidup (kg)
7
12
15
20
30
50
44
Download