(Yoh. 3 : 30) EDISI Maret 2015 Saudara saudari

advertisement
“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30)
EDISI Maret 2015
Saudara saudari dalam Kristus,
Tidak terasa kita telah memasuki masa Pra-Paskah 2015. Seperti kita ketahui,
Paskah adalah even yang paling penting dalam kalender gereja. Jadi tidak heran
persiapannyapun merupakan suatu persiapan yang tidak asal-asalan.
MISA KKI
Minggu, 5 April 2015
St Martin de Porres
25 Bellin Street
Laverton VIC
Pesta Paskah adalah sebuah pesta kemenangan dan menunjukan komitmen atau janji
Tuhan untuk selalu menyertai perjalanan hidup manusia sampai akhir jaman. Pesta
kemenangan dimana Tuhan menunjukan kemenangan atas kematian, sesuatu yang
sangat ditakutkan oleh manusia. Kebangkitan merupakan suatu bukti dimana Tuhan
telah membebaskan manusia dari belenggu ketakutan. Kehidupan yang berikutnya,
telah dibuktikan dan ditunjkan Jesus, memberikan sebuah harapan, tidak kosong belaka.
Untuk menyambut berita suka-cita kemenangan ini, gereja mengajak kita semua untuk
mempersiapkan diri masing-masing, mendekatkan kita kepada Tuhan.
Pada dasarnya, kita diingatkan untuk kembali kepada tradisi Katolik kita yang klasik
dengan, berdoa, berpuasa dan pantang, dan karya kasih sosial. Doa sebagai sumber
kehidupan dari relasi kita dengan Tuhan merupakan komponen yang sangat penting.
Dengan puasa dan pantang, kita mendekatkan dan meningkatkan diri kita kepada Tuhan
dan juga melatih ketahanan spiritual masing-masing. Karya sosial sering disebut sebagai
ciri khusus gereja Katolik. Gereja meminta umat untuk tidak melupakan orang-orang
yang membutuhkan pertolongan, kelompok yang ter-marjinal. Secara nyata dan
rinci, gereja melancarkan dan mengedarkan ‘compasion box’ kepada umat di paroki
masing-masing. Seharusnya kita merasa bangga bahwa gereja Katolik menjadikan karya
kasih sosial ini sebuah aktivitas yang formal, karena memang seharusnya begitulah
gereja pengikut Kristus, penuh kepedulian dan inklusif.
Pukul: 11.30
Minggu, 12 April 2015
St. Joseph Church
95 Stokes Street
Port Melbourne VIC
Pukul: 11.00
Minggu, 19 April 2015
St Francis’ Church
326 Lonsdale St
Melbourne VIC
Pukul: 14:30
Minggu, 26 April 2015
St. Paschal
98-100 Albion Rd
Box Hill VIC
Pukul: 11.00
MISA MUDIKA
Sabtu pertama
Monastry Hall
Keseimbangan yang proporsional antara doa dan karya sosial perlu dipikirkan dan
dilaksanakan dengan ideal. Rasanya kalau hanya berdoa saja, sifat inklusif gereja
akan tidak ‘klop’ karena hanya akan menjadikan gereja sebuah gereja aku, aku, aku
aku .... saja. Seperti pada tahun-tahun yang lalu, gereja di Australia mengajak umat
untuk mempersiapkan diri kita dengan melakukan refleksi. Salah satunya, gereja
mengkampanyekan Lenten program sebagai bahan refleksi. Tahun ini, refleksinya
mem-fokuskan kepada sikap Tuhan penuh dengan kasih (Rich in mercy). Kita diajak
untuk menghayati himbauan sikap berbelas kasih ini dan tentu saja diikuti dengan
perbuatan yang nyata.
St. Francis Church
326 Lonsdale Street
Melbourne VIC
Pukul: 12.00
PDKKI
Setiap Sabtu
St. Augustine’s City Church
631 Bourke Street
Melbourne VIC
Pukul: 18.00
Seperti biasanya, redaksi mengutip kembali artikel dari Romo Waris sebagai siraman
rohani. Sebagai mantan chaplain dari KKI, tulisan beliau sangat indah dan mungkin
saja dapat dikenang sebagai pelepas rindu. Tulisannya kali ini, mencoba menguak misteri kehidupan menyinggung
penderitaan, bencana di dalam hidup yang nyata. Tentu saja jawabannya sangat sulit, tetapi romo Waris mengusulkan
kita jangan sibuk bertanya terus, tetapi perbaikilah relasi dengan Tuhan kita. Artikel ini memang dituliskan untuk
menyambut awal tahun 2015, tetapi relevansinya masih tetap valid.
1
Artikel berikutnya adalah sumbangan dari Frans Suryana tentang harapan. Paskah tanpa harapan tidak ada artinya. Ben
Sugija pun tidak ketinggalan untuk membuat artikel singkat. Dia mengenang teman kuliahnya di FTUI, Jakarta, yang telah
meninggal karena sakit.
Selamat membaca dan salam damai.
Mengapa percaya?
Oleh : Romo Waris O Carm
Tahun 2015 belum genap 30 hari, tetapi sudah ada begitu banyak pengalaman pahit yang harus dikecap oleh banyak
pihak. Ada kekerasan karena sentimen agama, ada pembunuhan juga karena sentimen agama, ada kecelakaan, ada
bencana, ada drama politik. Singkatnya, ada begitu banyak hal yang tidak menyenangkan yang harus dialami. Padahal
tahun yang baru, baru saja bergulir.
Rentetan peristiwa-peristiwa buruk ini membuat sebagian orang bertanya, masihkan kita percaya kepada Tuhan yang
akan membuat segalanya baik? Masihkah kita percaya akan adanya Tuhan yang membuat segalanya indah? Bahkan
berbagai macam kekerasan bahkan pembunuhan atas dasar sentimen agama telah membuat para pembenci Tuhan
bersorak riang.
‘Lihatlah mereka yang setiap hari bersujud syukur kepada Tuhan, kini mereka saling bunuh! Tuhan macam apakah yang
mereka abdi? Tuhan macam apakah yang mereka sembah setiap hari?” Demikianlah para pembenci Tuhan bersorak.
Dari penjuru yang lain datang sebuah paparan keluhan. Sebuah daftar rasa kecewa dan frustasi atas sikap orang-orang
yang dianggap mewakili keberadaan Tuhan. Paparannya kurang lebih begini: Lihatkan saudara kami ini. Dia baik, sopan, rajin berdoa, rajin membaca Kitab Suci. Tetapi hidupnya selalu dirundung malang. Dari muda hingga kini seakan
berkawan karib dengan nestapa dan derita. Ada saja hal-hal buruk yang selalu menimpa. Padahal dia sangat berbakti
kepada Tuhan. Mengapa Tuhan tidak meluputkan dia dari segala malapetaka? Dimanakah Tuhan kini berada?
Rentetan peristiwa tadi semakin meneguhkan orang-orang untuk bertanya masihkah kita memercayai Tuhan? Masihkah
kita letakkan segala kepercayaan kita kepada-Nya? Nyatanya Dia tidak berbuat apa-apa.
Ketika pertanyaan ini diajukan kepada saya, sayapun tidak bisa menjawabnya. Kepercayaan adalah persoalan pribadi.
Bahkan dalam kelompokpun, kepercayaan adalah urusan pribadi. Mengapa saya tetap memercayai Tuhan? Itu adalah
urusan pribadi saya. Terkadang saya mengerti mengapa saya tetap memercayai, tetapi kerap kali teramat susah untuk
mengungkapkannya.
Kemudian saya hanya melihat contoh. Ada empat pemuda. Mereka adalah Petrus dan saudaranya Andreas. Lalu ada
Yohanes dan Yakobus. Keempat pemuda ini sehari-hari bekerja sebagai nalayan. Petrus dan Andreas mugkin sebagai
nelayan lepas. Sedangkan Yohanes dan Yakobus bekerja di perusahaan ayahnya. Perusahaan yang bergerak di bidang
penangkapan, pengolahan dan pendistribusian hasil laut.
Suatu hari, lewatlah pemuda lain, yang pernah mereka kenal. Namanya Yesus. Pemuda ini mengajak mereka untuk meninggalkan pekerjaan mereka sebagai penangkap ikan. Bahkan pemuda ini mengajak mereka meninggalkan keluarganya
dan seluruh bisnis yang telah mereka geluti. Anehnya, pemuda-pemuda itu menurut dengan ajakan Yesus.
Saya bertanya-tanya, mengapa mereka begitu mudah menaruh kepercayaan kepada pemuda Yesus itu? Rupanya ada
beberapa alasan.
Pertama, perjumpaan ini rupanya bukanlah yang pertama kali. Sebelumnya mereka telah berjumpa dengan Yesus. Andreas misalnya telah berkunjung ke tempat kediaman Yesus. Kemudian dia memberitahu saudaranya, Petrus.
2
Mungkin juga Yohanes dan Yakobus juga sama, mereka telah berjumpa dengan Yesus sebelumnya. Misalnya dalam
acara pernikahan yang di Kana, yang sempat kekurangan anggur. Mungkin peristiwa itu telah membuat Yesus berkenalan dengan banyak pemuda. Perjumpaan itu rupanya meninggalkan jejak kesan yang mendalam. Sehingga ketika Yesus
memanggil mereka untuk mennggalkan seluruh aktivitas lama mereka, mereka seketika itu juga berdiri dan mengikuti
Yesus.
Kedua, kepercayaan yang tertanam itu bukan muncul begitu saja. Kepercayaan itu buah dari proses pengenalan dan
kemauan untuk menjalin relasi secara pribadi yang mendalam. Mereka menaruh kepercayaan kepada Yesus bersamaan
dengan kehendak untuk menjalin hubungan secara pribadi dengan Yesus. Semakin dalam mereka menjalin relasi dengan Yesus, semakin dalam pula mereka menumpukan keparcayaan itu kepada Yesus.
Ketiga, mereka tidak mempersoalkan mengapa mereka begitu memercayai, karena mereka sibuk untuk terus menjalin
relasi. Seperti yangs aya katakan, semakin dalam mereka menjalin relasi, semakin dalam pula kepercayaan mereka
tertancap.
Pelajaran yang bisa saya dapatkan adalah:
Ada begitu banyak misteri kehidupan yang pasti tidak akan mampu saya pecahkan. Bahkan ketika ada yang datang dan
bertanya, “mengapa ada orang baik yang menderita?” Misteri-misteri kehidupan ini hanya akan bisa dipahami dengan
menjalaninya dari hari ke hari. Tentu seraya membuka hati akan kehendak Sang Pencipta. Siapa tahu akan diberi karunia untuk bisa mencerna, meski hanya secerca.
Berikutnya, dari pada sibuk bertanya lebih baik sibuk menjalin relasi yang mesra. Cara-cara yang biasa dipakai untuk
menjalin relasi dengan sesama, bisa juga digunakan untuk menjalin kemesraan dengan Sang Pencipta. Menjalin dan
menjaga komunikasi. Melakukan apa yang Dia sukai dan tidak melakukan apa yang Dia tidak kehendaki.
Konkretnya, misalnya : tiap pagi dibuka dengan doa ucapan syukur dan ditutup dengan refleksi singkat atas perjalanan
sepanjang hari. Berusaha untuk bisa menjalankan apa yang sungguh-sungguh dia senangi. Maka “mantra” singkat, “TUHAN, AJARI AKU BERJALAN DI JALANMU” bisa diulang-ulang setiap hari. Niscaya, lambat laun kepercayaan itu akan
tertancap dalam, seirama dengan relasi yang kian mesra.
Salam.
Harapan
Oleh : Fransicus Suryana
Di halaman rumah saya terdapat bunga lili yang selalu menampakkan bunganya yang indah. Bunga ini adalah salah
satu favorit saya. Di tengah-tengah musim panas saya mendapati bahwa bunga lili itu nampak layu kekeringan. Saya
merasa sedih melihatnya karena saya pikir bunga itu sudah mati. Tapi satu bulan setelah musim panas berakhir saya
mendapati bahwa bunga lili tersebut kembali bertumbuh bahkan muncul tunas-tunasnya yang baru. Saya sedikit terkejut
tapi merasa gembira. Harapan muncul dalam diri saya bahwa bunga lili itu akan kembali berbunga lagi.
Melihat Yesus wafat di kayu salib, murid-muridNya merasa sedih karena guru idola mereka, guru yang mereka cintai,
guru dengan ajaran yang sungguh indah dan bermakna telah meninggalkan mereka. Namun setelah melihat bahwa Yesus sudah bangkit, muncullah harapan besar di dalam hati para murid untuk masa depan yang penuh suka cita. Tidaklah
mengherankan kalau salah satu bait di lagu Paska berbunyi “Paska yang jadi harapan wartakan dengan lantang”. Wajarlah kalau pengharapan menjadi salah satu ajaran utama Gereja Katolik. Semoga Paska juga membangkitkan harapan
dalam hidup kita akan masa depan yang penuh suka cita. Harapan untuk keluarga yang lebih dipenuhi cinta kasih dan
saling menghormati. Harapan untuk anak-anak supaya berkembang menjadi insan yang beriman dan berbudi. Harapan
akan KKI untuk terus mengembangkan sayapnya. Harapan akan Gereja Katolik untuk terus bertumbuh.
Selamat hari raya Paska.
Salam.
3
Kenangan singkat seorang kawan almarhum
Oleh : Ben Sugija
Saya mempunyai seorang teman yang telah meninggal di Jakarta beberapa tahun lalu. Waktu almarhum masih dirumah
sakit, saya mengirimkan SMS kepadanya, memberikan semangat untuk melawan penyakit yang di-deritai, kangker paruparu.
Tidak lama di rumah sakit, dia meninggal. Sebelumnya dia sempat membalas SMS saya dalam bentuk sajak yang indah
bagi saya. Sajaknya menyinggung Paskah, dan saya ingin sharing dengan teman-teman yang lain. Sajaknya antara lain
sebagai berikut, matahari bertanya kepada Tuhan, “Untuk siapa aku bersinar Tuhan?”. Sang bulan-pun bertanya, “Untuk
siapa aku bercahaya?” Sang pelangi juga ikut bertanya, “Tuhan, untuk siapa keindahan-ku ini?”. Sampai-sampai sang
angin latah juga bertanya, “Untuk siapa aku berhembus?”
Jesuspun bertanya kepada Bapa, “ bapa, untuk siapa aku sampai disalibkan?”
Sang Bapapun menjawab, “ semuanya ini, adalah untuk semua anak-anak ku yang sangat aku kasihi ”
SELAMAT MENYONGSONG PASKAH.
Warta KKI diterbitkan oleh pengurus Keluarga Katolik Indonesia setiap akhir bulan.
Sumbangan tulisan, naskah, dan berita seputar kegiatan KKI anda, bisa di kirim lewat email ke Bpk Rufin
Kedang di [email protected]
Deadline penerimaan tulisan/naskah tanggal 15 setiap bulannya.
4
Download