BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku M em beli Aksesoris yang

advertisement
!
"
!
!
'
)
+&
)
,---. '
'
+/
0
&
,---. $
+1234.
'
)
)
)
)
'
+&
12256173.
8
'
)
)
)
+/
'
17
1221.
&
&
#
+
/
1221.
)
(
)
)
)
)
)
'
+&
9 $
1232614 1:.
+,--:6,.
$
;
+1222.
6
)
6
'
6
)
)
18
'
'
12216<- +
=( > 1 ?
#
,--764.
#
)
)
)
)
'
!
&
@
'
+1225.
+1225.
)
19
&
0
+1225.
)
)
)
+
,--7. &
)
)
0
&
+1222.
'
+,--5.6
A
+,--7.
'
20
"
'
)
)
)
#
$
!
"
$
!
+122:.
6
$
%
*
"
)
6
1
#
#
&
)
,
&
#
&
&
5
21
7
&
)
;
$
*
)
6
1
(
'
)
)
,
6
)
7
'
&
'
)
&
22
!
;
&
$
"
*
1
)
)
6
B
!
(
,
)
'
'
&
7
&
5
'
%
%
!
<
23
)
$
+
C
,--7.
)
;
"
$
'
!
*
1
,
6
$
)
$
)
'
'
&
7
#
'
)
5
24
&
&
;
$
' "
*
)
6
1
,
7
;
$
@
+1225.
6
25
$
!
*
)
!
6
1
,
)
!
7
'
'
)
"
+@
1225.
26
5
)
<
&
&
&
&
$
$
"
*
1
" ("
)
)
6
&
7
+
,
.
$
)
$
)
+
7
$
)
$
)
.
+
.
6
)
)
27
$
)
)
)
#
)
7
'
'
5
(
&
&
)
$
<
)
%
28
%
& $
!
*
1
)
6
#
#
'
,
'
'
<
'
6
'
'
'
'
"
29
" $
*
"
)
6
1
#
,
7
&
30
)
* '+ * '
$
@
+1227.
6
'
'
'
'
+
)
.
+
. ?
@)
@)
+
.
@)
'
)
&
31
)
$
$
6
@)
@)
)
@)
@)
#
6
)
)
)
'
?
)
32
,
'
+
'
$
+123:.
6
&
$
'
'
(
&
&
0
9 #
+
'
&
,--5.
6
+
(
.
+
.
+
;
.
)
+
+
.
.
33
#
+123:.
-
!
/
+123<.
$
+122:.
#
+
6
D
,--: 1- -<
1.
#
+
/
123<.
.
!
!
"
!
$
+
,--,.
@
)
34
! "
$
+,---.
+
.
)
+
.
&
#
@
+
,--,.
/
!
0
!
"
!
'
@
+1225.
35
'
@
+
,---.
?
% ' &
"
1
*
a. Pengertian Percaya Diri
Menurut Angelis (1997) kepercayaan diri adalah suatu keyakinan dalam
hati bahwa segala tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat
sesuatu. Pendapat tersebut didukung oleh Hambly (1987) yang mengatakan
bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan diri yang dimiliki individu dalam
menangani segala situasi.
Ada ungkapan bahwa kepecayaan diri adalah keyakinan seseorang
tentang adanya kemampuan dalam diri mereka. Kurangnya keyakinan diri dapat
timbul dari ketakutan untuk mencoba. Kekurangan akan terlihat dari wajah pada
suatu peristiwa dan juga kurang mengenal diri sendiri. Pendapat ini disampaikan
oleh Rubin 1989:14 (dalam Walgito,2003 hal 23-24).
“Self confidence is somebody beleve of exiting ability in them self. Lack
of self believe can arising from haunted to feel incapable of trying, lack of
streght bounce in face of an event and also recognition less at ownself”
Sementara itu Walgito, (1991) mengatakan bahwa kepercayaan diri
adalah kepercayaan seseorang pada kemampuan yang ada dalam dirinya.
36
Kurangnya kepercayaan diri dapat timbul karena dihantui rasa tidak mampu
untuk mencoba, kurangnya kekuatan mental dalam menghadapi suatu peristiwa
serta kurang pengenalan pada diri sendiri (Rubin, 1989). Hal yang sama
dikemukakan oleh Darajat, (1990) yang menyatakan bahwa seseorang yang
kurang percaya diri akan cenderung pesimis dalam menghadapi kesukaran,
karena setiap kali ada kesukaran atau persoalan yang harus dihadapi sudah
terbayang kegagalan sebelum mencoba untuk menghadapi. Kepercayaan diri
dapat timbul bila setiap rintangan atau halangan dapat dihadapi dengan sukses.
Selanjutnya Loekmono, (1983) mengatakan bahwa percaya diri merupakan milik
pribadi yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan individu yang
ikut menentukan kebahagiaan dan kesehatan individu tersebut. Kepercayaan diri
akan menyingkirkan semua kesukaran, masalah dan hambatan dalam kehidupan
sehari-hari Bremen, (dalam Kustiawan, 2003).
Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang inidividu yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri
sendiri maupun terhadap lingkungan / situasi yang dihadapinya (Rini, 2002).
Menurut Bandura, (1997), kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang
dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan
untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sementara itu Lauster, (1987) mengatakan bahwa kepercayaan adalah
keyakinan akan kempuan diri sendiri sehingga tidak mudah terpengaruh orang
lain (dalam Kristiani, 2004). Sebaliknya Hakim, (2002) memberi pengertian
37
secara sederhana kepercayaan diri yaitu suatu keyakinan seseorang terhadap
segala aspek kelebihan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya
merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya.
Ada sebuah pendapat bahwa jika di dalam hidupnya, seseorang
mampu untuk menghargai dirinya sendiri maka orang lain akan menghargainya.
Hal ini sangat penting untuk menghasilkan rasa percaya diri. Orang lain juga
mengklaim untuk menerima keadaan sebagai manusia yang mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Hal ini dikemukakan oleh Rubin (1989), (dalam
Arumingtyas 2007).
“If in their life, somebody can respect their around environtment and
with them self, so other people will respecting. This is very important to make
someone feel convidence. Others somebody also claimed to accept circumtance
as humanbeng owning excess and insuffiency”
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang akan kemampuan yang ada dalam
dirinya untuk mengatasi segala persoalan hidup (Walgito, 1991). Serta keyakinan
yang dimiliki individu bahwa dirinya mampu mengembangkan penilaian positif
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya
(Rini, 2002) sehingga individu menjadi merasa mampu untuk dapat mencapai
berbagai tujuan di dalam hidupnya serta tidak mudah terpengaruh orang lain
Lauster (dalam Kristiani, 2004)
38
2. Karakteristik atau Ciri-Ciri Kepercayaan Diri
Menurut Rini (2002), karakteristik individu yang memiliki kepercayaan
diri adalah sebagai berikut:
'
"
#
'
+
$
.
+
.
$
$
Selanjutnya menurut Hakim (2002), memaparkan ciri-ciri orang yang percaya
diri dalam 12 hal, tetapi ciri-ciri yang dikemukakan tersebut tidak dibedakan antara
faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang dapat mempunyai kepercayaan diri
dengan ciri-ciri orang yang percaya diri. Ciri-ciri orang yang percaya diri adalah
sebagai berikut:
39
a.
Selalu bersikap tenang didalam mengerjakan segala sesuatu.
b.
Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai
c.
Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul didalam berbagi situasi
d.
Mampu menyesuaikan dan berkomunikasi di berbagai situasi.
e.
Memiliki
kondisi
mental
dan
fisik
yang
cukup
menunjang
penampilannya.
f.
Memiliki kecerdasan yang cukup.
g.
Memiliki tingkat formal yang cukup.
h.
Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang hidupnya.
i.
Memiliki kemampuan bersosialisasi.
j.
Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.
k.
Memiliki pengalaman hidup yang mampu menempa mentalnya
menjadi kuat dan tahan di dalam menghadapi berbagai coban hidup.
Dari kajian tersebut nampak bahwa ciri-ciri orang yang punya
kepercayan diri yang dikemukakan oleh Rini, (2002), adalah juga masuk
dalam ciri-ciri orang yang percaya diri yang dikemukakan oleh Lavator,
(2002).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri
Banyak hal yang mempengaruhi rasa percaya diri yang dimiliki oleh
individu. Dapat dikatakan rasa percaya diri tidak terbentuk dengan sendirinya
melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang secara keseluruhan.
Kepercayaan diri juga membutuhkan hubungan dengan orang lain
40
disekitar lingkungannya dan semua itu mempengaruhi pertumbuhan rasa
percaya diri (Darajat, 1990). Ada banyak faktor yang membentuk atau
menghambat rasa percaya diri seseorang, seperti pengalaman, lingkungan,
tradisi, kebiasaan dan tempat dimana individu tinggal (Loekmono, 1983).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri adalah
sebagai berikut:
a.
Konsep Diri
Konsep diri sangat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Konsep
diri yang positif akan membantu individu untuk menghadapi
permasalahan yang dihadapi tanpa merasa takut untuk mengalami
kegagalan. Bisa menerima tanpa merusak kepercayaan diri yang
dimiliki, Allport (dalam Sarwono, 1988).
b.
Kondisi Fisik
Keadaan fisik inividu mempengaruhi kepercayaan diri individu.
Individu yang memiliki keadaan fisik yang berbeda dengan orang lain,
akan merasa tidak enak karena ada yang berbeda pada dirinya dengan
orang lain. Keadaan ini akan membuat individu menjadi tidak percaya
diri (Surwabrata, 1984).
c.
Pengalaman
Kepercayaan
diri
terbentuk
dan
berkembang sejalan
dengan
berjalannya waktu. Pada waktu masih muda, percaya diri seseorang
bergitu rapuh, karena pada waktu muda suatu penolakan atau
41
kegagalsn akan dirasakan sebagai sesuatu yang sangat menyakitksn.
Namun semakin dewasa orang akan terbiasa dengan penolakan dan
kegagalan dan kemudian belajar menerima kegagalan sebagai suatu
resiko dari sebuah usaha (Hambly, 1987).
d.
Jenis Kelamin
Myers (dalam Sudardjo dan Purnamaningsih, 2003) mengatakan jenis
kelamin mempengaruhi rasa kepercayaan diri individu. Perempuan
akan merasa lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan
laki-laki. Laki-laki lebih eksploratif, lebih agresif, sangat bebas, sangat
dominan, sering menggunakan logika dan sangatr percaya diri,
sedangkan perempan lebih sensitif, cenderung pasif, tidak terus terang,
tidak percaya diri dan cenderung lemah lembut.
e.
Dukungan Sosial
Menurut Loekmono (1983), bahwa rasa percaya diri pada individu
dipengaruhi dalamnya hubungannya dengan orang-orang yang
dianggap penting dalam lingkungan dan kehidupan sehari-hari.
Pendapat ini didukung Nata Widjaya, (dikutip Afiatin dan Martiniah,
1998) untuk meningkatkan rasa perrcaya diri seorang remaja
membutuhkan pihak lain ang dipercayainya untuk mendorong
keberaniannya dalam mengambil keputusan.
f.
Pendidikan
Monks (dikutip Muljiati, 2002) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
42
mempunyai pengaruh dalam menentukan kepercayaan diri. Semakin
tinggi pendidikan, semakin banyak yang telah dipelajari dan ini berarti
semakin individu mengenal diri baik kelebihan dan kekurangan,
semakin individu dapat menentukan standart sendiri keberhasilannya.
Individu yang demikian ini mempunyai kepercayaan dalam menangani
segala sesuatu tanpa rasa takut dan khawatir mengalami kegagalan,
semakin
tinggi
tingkat
pendidikannya
semakin
tinggi
pula
kepercayaan dirinya.
Jadi dapat dimpulkan bahwa faktor-faktor yang memperngaruhi
kepercayaan diri adalah keadaan konsep diri, keadaan diri, pengalaman, jenis
kelamin, dukungan sosial dan pendidikan.
4. Aspek-Aspek Kepercayaan diri
Rasa kurang percaya diri dapat terjadi karena dihantui rasa tidak
mampu sebelum mencoba serta kurangnya kekuatan mental dalam
menghadapi suatu peristiwa (Rubin, 1989). Menurut Angelis, (1997)
seseorang yang memiliki percaya diri tidak takut akan kegagalan. Kegagalan
baginya bukan merupakan hal-hal yang sangat memalukan, sebaliknya
kegagalan dapat merupakan bukti bahwa individu telah berbuat sesuatu,
karena itu yang penting adalah usaha sebaik-baiknya.
Sementara itu Loekmono (1983) menyatakan bahwa seseorang yang
percaya diri memiliki sifat sportif, artinya sanggup menerima kenyataan
bahwa semua orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Seseorang memiliki
43
rasa percaya diri biasanya optimis dalam menjalani hidup, memiliki
keyakinan akan berhasil, selain itu setiap persoalan akan dihadapi dengan
tenang (Darajat, 1990). Gie (dalam Jatmiko, 2002) mengatakan bahwa
seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang rendah biasanya adalah orang
yang selalu diliputi keraguan mengenai kemampuannya sendiri sehingga
dalam dirinya selalu diliputi rasa takut.
Menutut Vallet (dalam Jatmiko, 2002) kepercayaan diri dihasilkan oleh
suatu keyakinan untuk menentukan hidupnya sendiri. Kenyataan itu dapat
menjadikan pendorong untuk dapat lebih bertanggung jawab. Seseorang yang
memiliki rasa percaya diri mempunyai sikap mandiri atau tidak terpengaruh
orang lain (Langter dalam Kustiawan, 2003).
Selanjutnya menurut Lauster, seseorang yang memiliki rasa percaya
diri (dikutip dalam Kristiani, 2004) dapat dilihat dari 4 aspek yaitu:
a. Cinta Diri
Orang yang percaya diri, mencintai diri sendiri dan cinta diri ini
bukanlah sesuatu yang dirahasiakan bagi orang lain. Cinta diri sendiri
merupakan perilaku seseorang untuk memelihara diri.
b. Menghargai Diri
Orang yang percaya diri tidak hanya merenungi, memikirkan perasaan
dan perilaku sendiri. orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu
bagaimana pendapat orang lain tentang dirinya.
c. Tujuan Hidup Yang Jelas
44
Orang yang percaya diri selalu tahu tujuan hidupnya, disebabkan punya
pikiran yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil
apa yang bisa diharapkan.
d.
Berfikir Positif
Orang yang perrcaya diri biasanya menyenangkan karena bisa melihat
kehidupan dari sisi yang cerah serta mencari pengalaman dan hasil yang
bagus.
Tidak jauh beda dengan aspek yang dikemukakan oleh Lauster (dikutip
dalam Kristiani, 2004), Rini, (2002) juga mengungkapkan bahwa ada
beberapa aspek pembentuk kepercayaan diri yaitu :
a. Cinta diri
Cinta diri merupakan perilaku seseorang untuk memelihara diri.
b. Pemahaman diri
Orang yang percaya diri selalu berusaha ingin tahu bagaimana pendapat
orang lain tentang dirinya sendiri, percaya akan kompetensi atau
kemampuan diri sehingga tidak membutuhkan pujian, pengakuan,
penerimaan, ataupun rasa hormat orang lain, berani menerima dan
menghadapi penolakan orang lain.
c. Tujuan hidup yang jelas
Orang yang mengetahui tujuan hidupnya karena mempunyai pikiran
yang jelas mengapa melakukan tindakan tertentu dan tahu hasil apa yang
45
bisa diharapkannya. Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap
konformis, demi diterima oleh orang lain atau kelompok, memiliki
harapan yang realistik terhadap diri sendiri, sehingga ketika harapan itu
tidak terwujud, ia tetap mampu melihat sisi positif dari diriya dan situasi
yang terjadi.
d. Selalu berfikir optimis
Orang yang dapat melihat kehidupan dari sisi cerah serta mencari
pengalaman dari hasil yang baik (tidak moodi dan emosinya stabil),
memiliki internal locus os central (Memenadang keberhasilan atau
kegagalan, tergantung dari usahsa sendiri dan tidak mudah menyerah
pada nasib atau keadaan, serta tidak tergantung atau mengharapkan
bantuan orang lain), mempunyai cara pandang positif terhadap diri
sendiri, orang lain dan situasi diluar dirinya.
Berdasarkan aspek-aspek pembentuk kepercayaan diri, maka penulis
menggunakan aspek-aspek kepercayaan diri menurut Rini, (2002) yang
menyebutkan beberapa aspek yaitu cinta diri, pemahaman diri, tujuan hidup
yang jelas dan selalu berpikir optimis.
5. Pengertian Remaja
Masa remaja adalah masa yang berlangsung dari saat individu menjadi
matang secara seksual sampai usia 18 tahun.yaitu usia kematangan yang
resmi. Ini merupakan masa yang penting dalam rentang kehidupan, suatu
periode peralihan, suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat di mana
46
individu mencari identitas, usia yang menakutkan, masa tidak realistik dan
ambang dewasa Hurlock, (1980).
Menurut Hurlock (1980) juga menyatakan bahwa pada masa remaja
perubahan sosial yang penting pada masa remaja meliputi meningkatnya
pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang,
pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan
pemimpin, dan dalam dukungan sosial
Selanjutnya Piaget (dalam Hurlock, 1993) mengatakan bahwa secara
psikologis masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan
masyarakat dewasa. Usia pada saat anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua melainkan berada pada tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat (dewasa)
mempunyai banyak aspek afektif termasuk juga dalam perubahan intelektual
yang mencolok.
Definisi remaja menurut WHO, adalah suatu masa seorang individu
berkembang dan saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual, mengalami
perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa. Kepada keadaan yang relatif adolesence berasal dari kata Latin
“adolescere” yang berarti remaja, yang mengandung arti “tumbuh” memiliki
arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik
(Hurlock, 1998).
47
Sedangkan Kartono (2002) dalam kamus psikologi, adolescece
merupakan periode antara pubertas dan kedewasaan. Usia yang diperkirakan
12 – 21 tahun untuk anak gadis, yang lebih matang daripada anak laki-laki
antara 13 hingga 22 tahun bagi anak laki-laki. Sementara itu Gunarsa (1988)
mengartikan adolesensia merupakan lebih mandiri.
Berdasarkan definisi di atas dapat diambil kesimpulan remaja adalah
masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa dan mengalami perubahan
emosional, sosial dan fisik pada saat usia remaja berkisar antara usia 12 tahun
sampai dengan 22 tahun.
6. Pengertian Remaja Akhir
Batasan usia remaja menurut Mappiare (1982) yaitu usia 12 – 21 tahun
bagi wanita dan 13 – 22 tahun bagi pria. Jika dibagi atas remaja awal dan
remaja akhir, maka remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun – 17/18 tahun
dan remaja akhir dalam rentang usia 17/18 tahun – 21/22 tahun.
Sementara itu, Monks (1998) mengatakan bahwa masa remaja secara
global berlangsung antara umur 12 – 21 tahun dengan pembagian 12 – 15
tahun sebagai masa remaja awal 15 – 18 tahun sebagaimasa remaja tengah
dan 18 – 21 tahun sebagai masa remaja akhir. Periode remaja akhir umumnya
dialami oleh orang muda yang berada pada tingkat akhir SMU dan mahasiswa
perguruan tinggi tingkat awal.
7. Pengertian Kepercayaan Diri pada Remaja Akhir
Kepercayaan diri pada masa remaja akhir adalah keyakinan seseorang
48
khususnya pada orang muda (dalam kasus ini, khususnya seseorang yang
berada ditingkat SMU dan mahasiswa perguruan tinggi tingkat awal) akan
kemampuan yang ada dalam dirinya untuk mengatasi segala persoalan hidup
(Walgito, 1991). Serta keyakinan yang dimiliki individu bahwa dirinya
mampu mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri maupun
terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya (Rini, 2002) sehingga
individu menjadi merasa mampu untuk dapat mencapai berbagai tujuan di
dalam hidupnya serta tidak mudah terpengaruh orang lain (Lauster dalam
Kristiani, 2004).
D. Hasil Penelitian yang Mendukung
Wuri Suhasti dan Qodirotun Ni’mah dalam hasil penelitiannya menyatakan
bahwa kecenderungan membeli produk, biasanya berorientasi pada tujuan. Dalam
mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, biasanya berorientasi pada
tujuan. Dalam pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk, seseorang
cenderung mempertimbangkan terlebih dahulu faktor –faktor yang ada pada dirinya
serta menimbang keuntungan yang didapat setelah membeli dan kemudian
mengkonsumsi produk yang sudah dibelinya. Dalam studi kasus yang dilaksanakan
oleh Wuri Suhasti dan Qodirotun Ni’mah ini menyebutkan bahwa kepercayaan diri
menjadi salah satu keuntungan yang didapatkan setelah konsumen membeli dan
mengkonsumsi produk ponds. (dirangkum dalam jurnal ekonomi, 2003) “FaktorFaktor yang Memepengaruhi Perilaku Membeli Produk Kosmetik Ponds”.
49
E. Hipotesis
6
Ada hubungan antara faktor yang mendorong perilaku membeli aksesoris
yang sedang menjadi trend dengan kepercayaan diri pada Siswi Kelas XI Jurusan
Sekertaris, SMK Kristen 1 Salatiga.
50
Download