16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Umum Tentang Pasar Modal
2.1.1
Pengertian Pasar Modal
Secara umum pengertian pasar modal adalah tempat dipertemukannya
aktivitas permintaan terhadap modal yang datang dari pihak debitur (peminjam)
dan aktivitas penawaran modal yang datang dari pihak kreditur (yang
meminjamkan) dalam hal transaksi kredit yang dilakukan oleh kedua belah pihak
tersebut umumnya berjangka panjang.
Menurut Sunariyah (2004:4), definisi atau pengertian pasar modal secara
umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya
adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara dibidang keuangan,
serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar
modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna
memperdagangkan
saham-saham, obligasi-obligasi,
dan
jenis
surat
berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal, “Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
16
17
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek”.
2.1.2 Instrumen Pasar Modal
Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat-surat berharga
(efek) yang umum diperjualbelikan melalui pasar modal. Efek adalah setiap surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit,
tanda bukti utang, rights, warrants, opsi atau setiap derivatif dari efek atau setiap
instrumen yang ditetapkan oleh Bapepam sebagai efek. Sifat efek yang
diperdagangkan di pasar modal (Bursa Efek) biasanya berjangka waktu panjang.
(Siamat, 2005:507).
1.
Saham
Saham atau stocks adalah surat bukti atau tanda kepemilikan bagian modal
pada suatu perseroan terbatas. Dalam transaksi jaul beli di Bursa Efek, saham
sering pula disebut shares merupakan instrumen yang paling dominan
diperdagangkan. Saham tersebut dapat diterbitkan dengan cara atas nama atau
atas unjuk. Selanjutnya dapat dibedakan antara saham biasa (common stocks)
dan saham preferen (preferred stocks) (Siamat, 2005:507).
2.
Obligasi
Obligasi atau bonds adalah bukti utang dari emiten yang dijamin oleh
penanggung yang mengandung janji pembayaran bunga atau janji lainnya
serta pelunasan pokok pinjaman dilakukan pada tanggal jatuh tempo. (Siamat,
2005:510).
18
Reksa Dana
3.
Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal,
Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek
oleh manajer investasi. Dari definisi tersebut, terdapat tiga unsur penting
dalam reksa dana, yaitu: adanya kumpulan dana masyarakat atau pool of
funds, investasi dalam bentuk portofolio efek, dan manajer investasi sebagai
pengelola dana (Siamat, 2005:492).
4.
Penawaran Terbatas
Penawaran terbatas atau Right issue adalah kegiatan penawaran umum
terbatas kepada pemegang saham lama dalam rangka penerbitan hak
memesan efek terlebih dahulu. Penawaran umum berarti memberikan tawaran
kepada publik untuk membeli saham, sedangkan makna terbatas adalah
bahwa penawaran umum ditujukan kepada pemegang saham lama. Jadi,
kegiatan yang dilakukan perusahaan adalah penerbitan hak memegang saham
terlebih dahulu (Sunariyah, 2004:150).
5.
Waran
Waran atau warrant menurut Undang-undang adalah efek yang diterbitkan
oleh suatu perusahaan, yang memberikan hak kepada pedagang efek untuk
memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu, dengan jangka
waktu enam bulan atau lebih. (Sunariyah, 2004:272).
19
2.1.3 Manfaat Pasar Modal
Manfaat pasar modal bisa dirasakan baik oleh investor, perusahaan
(emiten),
lembaga penunjang, maupun pemerintah. (PAU-UGM, 1990).
Manfaat pasar modal bagi emiten yaitu :
1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.
2. Modal yang diperoleh saat pasar perdana dapat diterima sekaligus.
3. Tidak ada beban financial yang tetap.
4. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
5. Profesionalisme manajemen perusahaan meningkat.
Manfaat pasar modal bagi investor adalah sebagai berikut:
1. Nilai
investasi
berkembang
mengikuti
pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan ini tercermin pada meningkatnya harga saham.
2. Memperoleh dividen bagi yang memegang saham dan bunga tetap/
mengambang bagi pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, dan
mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang obligasi.
4. Dapat mudah mengganti instrumen investasi, misal dari saham A ke
saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan atau mengurangi
risiko.
5. Dapat
sekaligus
melakukan investasi dalam
(portofolio) untuk mengurangi risiko.
beberapa instrumen
20
Manfaat pasar modal bagi lembaga penunjang yaitu:
1. Menuju ke arah profesionalisme di dalam memberikan pelayanannya
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
2. Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang.
3. Likuiditas efek semakin tinggi.
Manfaat
pasar modal bagi pemerintah yaitu :
1. Mendorong laju pembangunan.
2. Mendorong investasi.
3. Penciptaan lapangan kerja.
4. Mengurangi beban anggaran bagian BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
2.1.4
Fungsi Pasar Modal
Fungsi pasar modal dalam suatu perekonomian suatu negara adalah
sebagai berikut (Sunariyah, 2006:9):
1.
Fungsi Tabungan (Savings Function)
Bagi investor yang memiliki kelebihan dana, pasar modal dapat dijadikan
alternatif untuk penanaman modalnya selain dari tabungan. Dengan menanamkan
dananya di pasar modal maka investor akan menerima return yang lebih tinggi
dibanding dengan tabungan tidak lepas dari kecenderungan turunnya nilai uang
dari tahun ke tahun yang tidak didukung dengan peningkatan tingkat suku bunga
tabungan di bank.
21
Fungsi Kekayaan (Wealth Function)
2.
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka
panjang
dan jangka pendek sampai dengan kekayaan tersebut dapat dipergunakan
kembali. Dengan menyimpan kekayaan dalam bentuk surat berharga maka
kekayaan investor tidak akan mengalami penyusutan seperti aktiva lain contohnya
mobil,
motor, kapal, dan aktiva lainnya sebaliknya surat berharga memiliki
kekuatan
beli (purchasing power) pada masa yang akan datang.
3.
Fungsi Likuidasi (Liquidity Function)
Kekayaan yang disimpan dalam surat-surat berharga, bisa dilikuidasi melalui
pasar modal dengan risiko yang sangat minimal dibandingkan dengan aktiva lain.
Proses likuidasi surat berharga sangat cepat dan dengan biaya yang murah karena
tersedia pasar modal sebagai ready market untuk melayani pemenuhan likuiditas
para pemegang surat berharga.
4.
Fungsi Pinjaman (Credit Function)
Pasar modal bagi suatu perekonomian negara merupakan sumber pembiayaan
pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat. Dikarenakan
pinjaman dari bank dunia memiliki rate yang lebih tinggi, maka pemerintah lebih
memilih pasar modal untuk sumber pinjamannya. Salah satu contohnya dengan
mengeluarkan Obligasi Ritel Indonesia.
22
2.2
Tinjauan Umum Tentang Saham
2.2.1
Pengertian Saham
Saham merupakan surat berharga sebagai tanda bukti kepemilikan suatu
perusahaan. Menurut Siamat (2004:268), “Saham adalah surat bukti atau tanda
kepemilikan bagian modal pada suatu perseroan terbatas”. Jadi jelas bahwa saham
merupakan suatu tanda bukti bahwa seseirang menanamkan dananya dalam
perusahaan tersebut, dimana perusahaan tersebut berbentuk perseroan terbatas.
2.2.2
Jenis-jenis Saham
Dalam transaksi jual beli di bursa efek, saham merupakan instrumen yang
paling banyak diperdagangkan. Saham terdiri dari beberapa jenis, menurut Siamat
(2004:268) saham dapat dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut :
1.
Saham Biasa (common stock)
Saham merupakan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Saham biasa tidak
memiliki jaminan hasil karena dividen yang diberikan perusahaan nilainya tidak
tetap sesuai dengan laba yang diperoleh perusahaan. Bila manajemen perusahaan
tidak dijalankan dengan baik sehingga harga saham melemah maka kemungkinan
terburuk bagi para investor adalah kehilangan investasinya (tidak mendapat
pembagian dividen). Akan tetapi bila perusahaan memperoleh penaikan laba,
terdapat kemungkinan adanya peningkatan dividen yang diterima oleh investor.
Menurut Dahlan Siamat (2005: 508) saham biasa dapat dibedakan dalam berbagai
jenis antara lain:
23
a.
Saham unggul (blue chips), yaitu saham yang diterbitkan oleh perusahaan
besar dan terkenal yang lebih lama memperlihatkan kemampuannya
memperoleh keuntungan dan pembayaran dividen.
b.
Growth stocks, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang baik
penjualannya,
perolehan
labanya,
dan
pangsa
pasarnya
mengalami
perkembangan yang lebih cepat dari rata-rata industri.
c. Emerging growth stocks, yaitu saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang
relatif lebih kecil dan memiliki daya tahan yang kuat meskipun dalam
kondisi ekonomi yang kurang mendukung.
d.
Income stocks, yaitu saham yang membayar dividen lebih dari jumlah ratarata pendapatan.
e.
Cyclical stocks, yaitu saham perusahaan yang keuntungannya sangat
berfluktuasi.
f.
Defensive stocks, yaitu saham yang perusahaannya dapat bertahan dan tetap
stabil dari suatu perioda atau kondisi yang tidak menentu dan resesi.
2.
Saham Istimewa(Preferred Stock)
Saham istimewa merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara
obligasi dan saham biasa. Seperti pada obligasi, pemegang saham preferen juga
memberikan hasil (dividen) yang tetap dan jumlahnya tidak akan bertambah
walaupun perusahaan mengalami keuntungan. Seperti saham biasa, apabila
perusahaan terlikuidasi klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang
obligasi. Saham preferen dapat dibedakan menjadi tiga macam:
24
a.
Convertible Preferred Stock, yaitu jenis saham preferen yang memungkinkan
bagi pemegangnya untuk menukar menjadi saham biasa dengan rasio
penukaran yang sudah ditentukan.
b.
Callable Preferred Stock, yaitu bentuk saham perferen yang memberikan hak
kepada perusahaan yang mengeluarkan untuk membeli saham ini dari
pemegang saham pada tanggal tertentu di masa mendatang dengan nilai
tertentu.
c.
Floating atau Adjustable-rate Preferred Stock, yaitu saham yang tidak
membayar dividen secara tetap, tetapi tingkat dividen yang dibayar
tergantung dari tingkat return dari sekuritas Treasury bills. Saham ini
merupakan saham inovasi baru di Amerika Serikat yang baru dikenalkan pada
tahun 1982.
2.3
2.3.1
Tinjauan Umum Indeks Harga Saham
Pengertian Indeks Harga Saham
Bentuk informasi yang dipandang tepat untuk menggambarkan pergerakan
harga saham dimasa lalu adalah indeks harga saham yang memberikan deskripsi
harga-harga saham pada suatu saat tertentu maupun periode tertentu pula.
Menurut Sunariyah (2003:122) “Indeks harga saham adalah catatan terhadap
perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali
beredar sampai pada suatu saat tertentu”. Sedangkan menurut E.A. Koetin
(1994:51) “Indeks harga saham adalah suatu angka yang secara sederhana
25
menggambarkan rata-rata turun atau naiknya harga pasar saham pada suatu saat
tertentu”. Jadi dapat dijelaskan bahwa Indeks Harga Saham adalah suatu angka
yang
secara sederhana menggambarkan rata-rata atau naiknya harga pasar saham
pada suatu saat tertentu.
Menurut Sunariyah (2006:142) “Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu
rangkaian informasi historis mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh
saham, sampai pada tanggal tertentu”. Maksud gabungan dari seluruh saham ini
adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh saham yang
tercatat di Bursa Efek Indonesia. Indeks Harga Saham Gabungan (Composite
stock Price Index) pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai
indikator pergerakan harga saham yang tercatat di bursa, baik saham biasa
maupun saham preferen.
2.3.2 Jenis-jenis Indeks Harga Saham
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks. Saat ini beberapa emiten
tidak dimasukkan dalam perhitungan IHSG, misalnya emiten-emiten eks
Bursa Efek Surabaya karena alasan tidak (atau belum ada) aktivitas
transaksi sehingga belum tercipta harga di pasar.
2. Indeks Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada masingmasing sektor.
26
3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan
pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria
yang telah ditentukan.
4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakan 30 emiten yang masuk dalam
kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbikan oleh Bapepam-LK)
dan termasuk saham yang memiliki kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi.
5. Indeks Kompas100, menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan
pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria
yang telah ditentukan.
6. Indeks BISNIS-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan
kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek
Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia
7. Indeks PEFINDO25, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan
kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek
Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO
8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan
kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT Bursa Efek
Indonesia dengan Yayasan KEHATI.
9. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria
papan utama.
10. Indeks Papan Pengembangan, menggunakan emiten yang masuk dalam
criteria papan pengembangan.
27
11. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten.
(Sumber : http://teorionline.wordpress.com)
2.3.3
Indeks Harga Saham Gabungan
IHSG pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983. IHSG
merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham”
(Darmadji,2001:95). IHSG menunjukkan pergerakkan harga saham secara umum
yang tercatat dibursa efek. Indeks ini merupakan gabungan dari sejumlah sektor
yaitu pertanian, pertambangan, industri kimia dasar, aneka industri, industri
barang konsumsi, properti dan real estate, transportasi dan infrastruktur,
keuangan, dan perdagangan, jasa dan investasi. Indeks ini mencakup seluruh
pergerakan harga saham biasa maupun preferen yang tercatat dalam Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Perhitungan IHSG didasarkan pada jumlah nilai pasar dari total saham yang
tercatat dibursa. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat
(kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan
harga di BEI pada hari tersebut.
Perhitungannya sebagai berikut :
IHSG= Nilai Pasar / Nilai Dasar x 100
Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari ini
atau disebut sebagai kapitalisasi pasar. Nilai dasar adalah nilai yang dihitung
berdasarkan harga perdana dari masing-masing saham atau berdasarkan harga
28
yang telah dikoreksi jika perusahaan telah melakukan kegiatan yang menyebabkan
jumlah saham yang tercatat dibursa berubah. Penyesuaian dilakukan agar indeks
akan benar-benar mencerminkan harga saham.
2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan
1. Tingkat Inflasi
Inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya profitabilitas suatu
perusahaan, sehingga akan menurunkan pembagian dividen dan daya beli
masyarakat juga menurun. Sehingga inflasi yang tinggi, mempunyai
hubungan negatif dengan pasar ekuitas.
2. Tingkat Suku Bunga
Tingkat suku bunga yang tinggi akan menyebabkan investor menarik
investasi sahamnya dan memindahkannya ke tingkat pengembalian lebih
baik
dan
aman,
seperti
deposito.
Turunnya
permintaan
saham
mengakibatkan terjadinya kelebihan penawaran saham, sehingga hargaharga saham turun dan IHSG juga turun.
3. Nilai Tukar (Kurs)
Kurs adalah harga suatu mata uang yang diekspresikan terhadap mata uang
yang
diekspresikan
terhadap
mata
uang
lainnya.
Kurs
dapat
dipresentasikan sebagai sejumlah mata uang lokal yang dibutuhkan untuk
membeli satu unit mata uang asing. Risiko nilai kurs merupakan risiko
yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik
dengan mata uang negara lain (asing). Perusahaan yang menggunakan
29
mata uang asing dalam menjalankan aktivitas operasional dan investasi
4. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh pada nilai perusahaan
tersebut.
akan menghadapi resiko nilai tukar (kurs). Perubahan nilai tukar yang
Pertumbuhan ekonomi suatu negara menunjukkan kondisi perekonomian
suatu negara
yang bersangkutan. Suatu perekonomian dikatakan
mengalami pertumbuhan apabila aktivitas ekonomi sekarang lebih tinggi
dibanding
tahun
sebelumnya.
Pertumbuhan
ini
ditandai
dengan
meningkatnya jumlah fisik barang dan jasa yang dihasilkan yang
mengakibatkan kenaikan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi
dapat dilihat dari produk domestik bruto (PDB) yaitu nilai semua barang
dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. Dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat, maka meningkat juga kemampuan
masyarakat untuk berinvestasi di pasar saham maupun pasar uang. Dengan
makin banyaknya masyarakat yang berinvestasi akan menaikkan hargaharga saham dan IHSG juga ikut naik.
30
2.4
Tinjauan Umum Inflasi
Pengertian Inflasi
2.4.1
Menurut Boediono yang dikutip kembali oleh Heryani (2009:41) dinyatakan:
“Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik
secara umum dan terus-menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak
disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan
kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.”
Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat herga barangbarang secara umum. Atau dapat dikatakan inflasi adalah suatu proses
menurunnya nilai uang secara kontinu.Inflasi dikatakan sebagai proses kenaikan
harga apabila ada kecenderungan harga meningkat terus menerus atau tidak
bersifat musiman.
2.4.2
Teori-Teori Tentang Penyebab Inflasi
Menurut Boediono (2001 : 161-169), terdapat tiga teori yang menjelaskan
tentang penyebab terjadinya inflasi, yaitu:
1.
Teori Kuantitas
Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi. Teori ini
menyoroti peranan dalam proses inflasi yaitu: jumlah uang yang beredar dan
psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations).
Inti dari teori ini adalah sebagai berikut:
a.
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar
(uang kartal atau uang giral). Penambahan jumlah uang ibarat “bahan bakar”
31
bagi api inflasi. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti
dengan sendirinya, apapun sebab musabab awal terjadinya inflasi.
b. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang yang beredar dan
oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa
mendatang. Dalam hal ini ada tiga kemungkinan keadaan, yaitu:
1. Keadaan pertama adalah bila masyarakat tidak atau belum mengharapkan
harga-harga untuk naik pada bulan-bulan mendatang. Dalam keadaan ini,
sebagian besar dari penambahan jumlah uang yang beredar akan diterima
oleh masyarakat untuk menambah likuiditasnya (memperbesar pos kas
neraca anggota masyarakat). Ini berarti, sebagian besar dari penambahan
jumlah uang tidak dibelanjakan untuk pembelian barang. Berarti, tidak
akan ada kenaikan permintaan barang, yang berarti pula tidak akan ada
kenaikan harga barang. Jika ada kenaikan harga, hanya relatif kecil.
Misalnya, penambahan jumlah uang yang beredar sebesar 10%, hanya
akan diikuti oleh kenaikan harga-harga sebesar 1%. Keadaan ini biasanya
dijumpai pada waktu inflasi masih baru mulai dan masyarakat masih
belum sadar bahwa inflasi sedang berlangsung.
2. Keadaan kedua adalah keadaan di mana masyarakat mulai sadar adanya
inflasi. Masyarakat mulai mengharapkan adanya kenaikan harga.
Penambahan jumlah uang yang beredar, tidak lagi untuk menambah pos
kas-nya, tetapi untuk membeli barang (memperbesar pos aktiva barangbarang di dalam neraca). Hal ini akan menyebabkan meningkatnya
permintaan barang. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga barang.
32
Dalam hal ini, penambahan jumlah uang yang beredar 10%, akan diikuti
kenaikan harga-harga sebesar 10% pula. Keadaan ini biasanya dijumpai
pada waktu inflasi sudah berjalan cukup lama, dan masyarakat cukup
waktu untuk menyesuaikan sikapnya terhadap situasi yang baru.
3. Keadaan ketiga adalah keadaan di mana inflasi telah terjadi lebih parah
(hiperinflasi).
Dalam
keadaan
ini
masyarakat
telah
kehilangan
kepercayaannya terhadap nilai mata uang. Masyarakat cenderung enggan
memegang uang kas. Begitu menerima uang kas, masyarakat cenderung
langsung membelanjakannya. Masyarakat memiliki harapan bahwa laju
inflasi di bulan-bulan mendatang lebih besar dari laju bulan-bulan
sebelumnya. Keadaan ini ditandai dengan makin cepatnya peredaran uang.
Dalam keadaan ini penambahan jumlah uang sebesar 10% misalnya, akan
menyebabkan kenaikan harga-harga lebih besar dari 10%.
2.
Teori Keynes.
Teori ini menyatakan, bahwa inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin
hidup di luar batas kemampuan perekonomiannya. Proses inflasi menurut
pandangan ini, tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara
kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada
yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya
diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barangbarang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia sehingga timbul apa
yang disebut dengan inflationary gap (celah inflasi).
33
Inflationary gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut
berhasil menerjemahkan keinginan mereka menjadi permintaan efektif akan
barang-barang.
Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh dana untuk
mengubah keinginannya menjadi rencana pembelian barang-barang yang
didukung dengan dana. Golongan masyarakat ini, mungkin adalah pemerintah
sendiri
yang menginginkan bagian yang lebih besar dari output masyarakat
dengan
jalan melakukan defisit anggaran belanja yang ditutup dengan mencetak
uang baru. Golongan ini mungkin juga pihak swasta yang ingin melakukan
investasi baru dan memperoleh dana pembiayaannya dari kredit bank. Golongan
ini bisa juga dari serikat buruh yang berusaha memperoleh kenaikan gaji para
anggotanya melebihi kenaikan produktivitas kerja buruh. Apabila permintaan
efektif dari golongan-golongan masyarakat tersebut, pada harga-harga yang
berlaku, melebihi jumlah maksimum barang-barang yang bisa dihasilkan oleh
masyarakat, maka inflationary gap akan timbul. Akibatnya, akan terjadi kenaikan
harga-harga barang. Dengan adanya kenaikan harga, sebagian dari rencana
pembelian barang dari golongan-golongan tadi tentu tidak bisa terpenuhi. Pada
periode berikutnya, golongan-golongan yang tidak bisa memenuhi rencana
pembelian barang tadi, akan berusaha memperoleh dana lagi (baik dari pencetakan
uang baru, kredit bank, atau kenaikan gaji). Tentunya tidak semua golongan
tersebut berhasil memperoleh tambahan dana yang diinginkan. Golongan yang
berhasil memperoleh tambahan dana lebih besar bisa memperoleh bagian dari
output yang lebih banyak. Mereka yang tidak bisa memperoleh tambahan dana
akan memperoleh bagian output yang lebih sedikit. Golongan yang kalah dalam
34
perebutan
ini
adalah
golongan
yang
berpenghasilan
tetap
atau
yang
penghasilannya tidak naik secepat kenaikan laju inflasi (pensiunan, PNS, petani,
karyawan
perusahaan yang tidak mempunyai serikat buruh).
Inflasi akan terus berlangsung selama jumlah permintaan efektif masyarakat
melebihi jumlah output yang bisa dihasilkan masyarakat. Inflasi akan berhenti jika
permintaan
efektif total tidak melebihi jumlah output yang tersedia.
3.
Teori Strukturalis.
Teori strukturalis adalah teori inflasi yang didasarkan atas pengalaman di
negara-negara
Amerika
Latin.
Teori
ini
menekankan
pada
ketegaran
(infleksibilitas) dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang.
Karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor struktural dari perekonomian (yang
menurut definisi faktor-faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam
jangka panjang) , maka teori ini bisa disebut teori inflasi “ jangka panjang”.
Menurut teori ini ada dua ketegaran dalam perekonomian negara-negara
sedang berkembang yang bisa menimbulkan inflasi, yaitu :
1.
Ketidakelastisan dari penerimaan ekspor, yaitu nilai ekspor yang tumbuh
secara
lamban
dibanding
dengan
pertumbuhan
sektor-sektor
lain.
Kelambanan ini disebabkan oleh :
a. Harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin
tidak menguntungkan (dibanding dengan harga-harga barang impor yang
harus dibayar), atau sering disebut dengan istilah dasar penukaran (term of
trade) semakin memburuk. Dalam hal ini sering dianggap bahwa harga
35
barang-barang hasil alam, yang merupakan barang-barang ekspor dari
negara-negara sedang berkembang, dalam jangka panjang naik lebih
lambat dari pada harga barang-barang industri, yang merupakan barangbarang impor negara-negara sedang berkembang,
b. Suplai atau produksi barang-barang ekspor tidak responsif terhadap
kenaikan harga (tidak elastis). Kelambanan pertumbuhan ekspor berarti
pula kelambanan kemampuan untuk impor barang-barang yang dibutuhkan
(baik barang konsumsi maupun investasi). Akibatnya negara yang
bersangkutan mengambil kebijakan pembangunan yang menekankan pada
pengembangan produksi dalam negeri untuk barang-barang yang
sebelumnya diimpor (import-substitution strategy) walaupun harus sering
dengan biaya produksi yang lebih tinggi dan kualitas yang lebih rendah.
Biaya yang lebih tinggi menyebabkan harga produk menjadi lebih tinggi.
Dengan demikian inflasi akan terjadi.
2.
Ketidakelastisan dari suplai atau produksi bahan makanan. Pertumbuhan
bahan makanan tidak secepat pertumbuhan penduduk dan penghasilan per
kapita, sehingga harga bahan makanan di dalam negeri cenderung naik
melebihi kenaikan harga barang-barang lain. Akibat selanjutnya adalah
timbulnya tuntutan dari para karyawan di sektor industri untuk memperoleh
kenaikan gaji/upah. Kenaikan upah berarti kenaikan biaya produksi, yang
berarti kenaikan harga barang-barang produksi. Kenaikan barang-barang,
mengakibatkan tuntutan kenaikan upah lagi. Kenaikan upah akan diikuti oleh
36
kenaikan harga produk. Dan seterusnya. Proses ini akan berhenti dengan
sendirinya apabila harga bahan makanan tidak terus naik. Dalam praktek,
proses inflasi yang timbul karena dua ketegaran tersebut tidak berdiri sendiri sendiri. Kedua proses tersebut saling berkaitan dan bahkan saling
memperkuat satu sama lain.
2.4.3
Jenis-Jenis Inflasi
a. Berdasarkan laju inflasi
-
Inflasi ringan, dibawah 10% setahun
-
Inflasi sedang, antara 10%-30% setahun
-
Inflasi berat, 30%-100% setahun
-
Hiperinflasi di atas 100% setahun
b. Berdasarkan sumber inflasi
1.
Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), inflasi ini
timbul karena defisit anggaran belanja negara dan gagalnya pasar
yang berkibat harga kebutuhan pokok menjadi mahal.
2.
Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflaton), terjadi karena
kenaikan harga barang di negara lain, biaya produksi barang luar
negeri tinggi, karena impor tarif barang.
c. Berdasarkan sebab timbulnya inflasi
1.
Tarikan permintaan (demand pull inflation), inflasi ini timbul karena
permintaan agregat masyarakat akan berbagai macam barang terus
meningkat, misalnya:
37
a.
Bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan
pencetakan uang baru.
b.
Bertambahnya pengeluaran investasi swasta karena kemudahan
kredit bank.
2.
Desakan biaya (cost push inflation), inflasi ini diakibatkan oleh
kenaikan ongkos produksi, biasanya diawali dengan:
a.
Kenaikan biaya produksi, seperti kenaikan upah, dan kenaikan
harga bahan baku.
b.
Berkurangnya jumlah penawaran.
c.
Naiknya harga barang yang dibarengi dengan turunnya jumlah
produksi dan kualitas barang.
d. Berdasarkan asal usul terjadinya
1.
Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal atau bersumber dari
dalam negeri. Misalnya pemerintah mengalami defisit anggaran
belanja kemudian pemerintah mencetak uang baru, sehingga
jumlah uang beredar bertambah. Keadaan ini akan mendorong
tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang tetap, maka
hal ini akan mendorong kenaikan harga barang-barang.
2. Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri.
Sebagai contoh adalah negara kita, dimana negara kita masih
banyak mengimpor bahan baku dan barang modal lainnya.
Apabila harga barang-barang yang diimpor itu naik, maka biaya
38
produksi juga meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga
jual barang dan jasa.
(sumber: http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adbi4331/modul_4.htm).
2.4.4
Ciri-Ciri Terjadi Inflasi
Kondisi suatu Negara yang sedang mengalami inflasi, dapat dilihat dari:
1.
Harga barang pada umumnya akan naik terus-menerus.
2.
Jumlah uang yang beredar melebihi kebutuhan.
3.
Nilai uang (daya beli uang) mengalami penurunan.
(sumber: http://www.scribd.com/doc/54995347/INFLASI).
2.4.5
Dampak Inflasi
Dampak inflasi terhadap pasar saham akan menyebabkan menurunnya
profitabilitas suatu perusahaan, sehingga akan menurunkan pembagian dividen
dan daya beli masyarakat juga menurun. Sehingga inflasi yang tinggi mempunyai
hubungan negatif dengan pasar ekuitas (Sunariyah: 2004). Dari pernyataan
tersebut Penulis berpendapat bahwa tingginya harga barang dan jasa akan
berpengaruh negatif pada permintaan barang dan jasa karena daya beli masyarakat
yang menurun, sehingga permintaan akan turun. Permintaan yang turun akan
mengakibatkan pendapatan perusahaan berkurang dan laba yang didapat
perusaahaan akan turun, sehingga profitabilitas suatu perusahaan turun.
Penurunan
profitabilitas
pada
perusahaan-perusahaan
go
public
akan
mengakibatkan pembayaran dividen kepada pemegang saham ikut berkurang.
39
Tujuan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan dividen yang
tinggi dan laba per saham (capital gain) yang tinggi, maka profitabilitas suatu
perusahaan
di Bursa Efek Indonesia dianggap tidak menguntungkan lagi, maka
investor tidak mau membeli saham perusahaan tersebut. Kurangnya investor akan
membuat perusahaan memutuskan untuk melakukan penurunan harga saham per
lembarnya
agar menarik investor. Turunnya harga saham per lembar akan
mengakibatkan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun, karena Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan gambaran pergerakan harga saham
gabungan.
2.5
Penelitian Terdahulu
Kajian yang berhubungan dengan Indeks Harga Saham sudah banyak
diteliti oleh peneliti-peneliti terdahulu. Pratikno (2009) telah membuat suatu
analisis yaitu tentang pengaruh nilai tukar rupiah, inflasi, SBI dan indeks Dow
Jones terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Hasilnya adalaha bahwa secara serempak variabel-variabel
eksplanatori yang digunakan sangat signifikan pada α=5 persen terhadap IHSG.
Komariyah (2010) pun telah melakukan suatu analisis mengenai pengaruh
suku bunga SBI, nilai kurs dollar dan tingkat inflasi terhadap IHSG. Hasil
analisisnya adalah bahwa secara keseluruhan tingkat inflasi, suku bunga SBI, dan
kurs dollar AS berpengaruh terhadap IHSG.
Setiawan, (2011). Pengaruh Inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai tukar
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
40
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, tingkat suku
bunga dan nilai tukar terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Hasil penelitian
ini membuktikan bahwa secara simultan ada pengaruh yang signifikan antara
variabel independen tersebut terhadap variabel dependen yaitu IHSG.
Secara lebih jelas penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas dapat
pada tabel penelitian berikut ini:
dilihat
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No.
Peneliti
Judul
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Hasil/Temuan
1
Dedy
Pratikno
(2009)
IHSG
Nilai
Tukar
Rupiah, Inflasi,
SBI,
Indeks
Dow Jones
Secara
serempak
variabel-variabel
eksplanatori
yang
digunakan
sangat
signifikan pada α=5
persen terhadap IHSG
2
Nurul
Komariyah
(2009)
IHSG
Suku
Bunga
SBI, Nilai Kurs
Dollar
AS,
Tingkat Inflasi
3
Aditya
Setiawan
(2011)
IHSG
Inflasi, Tingkat
Suku
Bunga,
Nilai Tukar
4
Deddy
Azhar
Mauliano
(2010)
Analisis Pengaruh Nilai
Tukar Rupiah, Inflasi,
SBI, dan Indeks Dow
Jones
Terhadap
Pergerakan Indeks Harga
Saham
Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek
Indonesia (BEI)
Analisis Pengaruh Suku
Bunga SBI, Nilai Kurs
Dollar AS, dan Tingkat
Inflasi Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan
Pengaruh Inflasi, Tingkat
Suku Bunga, dan Nilai
Tukar Terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan
(IHSG) di BEI
Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi
Pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan
(IHSG) di Bursa Efek
Indonesia
IHSG
Dow Jones,
NYSE,FTSE,
STI, Nikkei,
Hang Seng,
KOSPI,LSE,
Harga Minyak
Dunia, Nilai
Tukar Rupiah,
Tingkat Suku
Bunga, Inflasi
Secara
keseluruhan
tingkat inflasi, suku
bunga SBI, dan kurs
dollar AS berpengaruh
terhadap IHSG
Secara simultan ada
pengaruh yang signifikan
antara
variabel
independen
terhadap
variabel dependen
Secara keseluruhan
faktor eksternal yang
diwakili oleh indeks Dow
Jones, KOSPI, Hang
Seng, KLSE dan Harga
Minyak maupun faktor
internal yang diwakili
oleh nilai tukar Rupiah
tingkat suku bunga dan
inflasi berpengaruh
terhadap pergerakan
IHSG
Sumber: Data diolah
Download