disini - Library Binus

advertisement
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran berbasis pendekatan saintifik sesuai dengan konteks
kurikulum 2013, terutama pada mata pelajaran IPA. Menurut Daryanto (2014),
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip
melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan
masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan
dan mengomunikasikan konsep.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa
dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi dapat berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada
informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan
tercipta dan diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai
sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu (Wijayanti, 2014).
Adapun tujuan pembelajaran pendekatan saintifik adalah (Daryanto, 2014) :
1.
Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa.
2.
Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah
secara sistematik.
3.
Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4.
Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5.
Untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya dalam
penulisan artikel ilmiah.
6.
Untuk membangun karakter siswa.
2.1.1
Proses Pembelajaran Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik diimplementasikan dalam pembelajaran bertujuan
untuk melatih siswa berpikir tingkat tinggi (high order thinking). Pendekatan
8
saintifik dilakukan melalui proses kegiatan mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/eksperimen, mengasosiasi/mengolah informasi, dan
mengkomunikasikan (Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, 2013).
1.
Mengamati
Dalam kegiatan mengamati, guru memberi kesempatan seluasluasnya pada siswa untuk membaca, mendengar, menyimak, melihat
merasa, meraba, dan membaui (tanpa alat atau dengan alat).
2.
Menanya
Dalam kegiatan menanya, guru mendorong siswa untuk bertanya
mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca. Bagi siswa yang
belum mampu mengajukan pertanyaan, guru membimbing agar
siswa mampu melakukannya secara mandiri. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut bisa bersifat faktual, hipotetik yang terkait dengan hasil
pengamatan terhadap objek konkrit sampai abstrak yang berkenaan
dengan fakta, konsep, prosedur, dan generalisasi. Kegiatan
mengajukan pertanyaan perlu dilakukan terus-menerus agar siswa
terlatih dalam mengajukan pertanyaan sehingga rasa ingin tahu
berkembang. Melalui kegiatan mengajukan pertanyaan, siswa dapat
memperoleh informasi lebih lanjut dari beragam sumber baik dari
guru maupun sumber lainnya.
3.
Mengumpulkan Informasi/Eksperimen
Setelah melakukan kegiatan menanya, siswa menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber belajar, misalnya
dengan membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena
atau objek yang lebih teliti atau bahkan melakukan eksperimen untuk
dijadikan sebagai bahan berpikir kritis dalam menggali berbagai
sumber belajar.
4.
Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Berdasarkan berbagai informasi yang diperoleh, siswa dapat
menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi, dan mengambil
berbagai kesimpulan.
9
5.
Mengkomunikasikan
Kegiatan berikutnya adalah menuliskan, menceritakan atau
mempresentasikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan oleh
siswa. Hasil tersebut disampaikan di depan kelas dan dinilai oleh
guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.
2.1.2
Karakteristik Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik harus dipandu dengan
kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Adapun karakteristik
pendekatan saintifik adalah sebagai berikut (Kemdikbud, 2013) :
1.
Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran
tertentu bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
2.
Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru dan siswa
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3.
Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analisis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
substansi atau materi pembelajaran.
5.
Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6.
Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7.
Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
10
2.1.3 Keunggulan dan Kelemahan Pendekatan Saintifik
2.1.3.1 Keunggulan Pendekatan Saintifik
Keunggulan dari pendekatan saintifik antara lain (Kemdikbud, 2013) :
1.
Siswa harus aktif dan kreatif.
2.
Dapat mengembangkan karakter siswa.
3.
Penilaian di dapat dari semua aspek.
2.1.3.2 Kelemahan Pendekatan Saintifik
Kelemahan dari pendekatan saintifik yaitu :
1.
2.
Guru jarang menjelaskan.
Apabila guru tidak kreatif, maka pembelajaran tidak dapat
dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2.2
Metode Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang paling sering kita jumpai di sekolah-
sekolah. Pada metode ini guru memberikan penjelasan secara lisan kepada muridnya.
Murid mendengarkan apa yang dijelaskan oleh gurunya, membuat catatan, dan murid
bersifat pasif, yaitu hanya menerima semua yang dijelaskan oleh guru. Ceramah adalah
penuturan atau penerangan secara lisan oleh guru terhadap kelas (Hamdayama, 2014).
Menurut Henson (dalam Santrock, 2009), ada beberapa tujuan yang dapat
dicapai dalam sebuah ceramah :
1. Menyampaikan informasi dan memotivasi minat para siswa dalam satu mata
pelajaran.
2. Memperkenalkan topik sebelum siswa membacanya sendiri atau
memberikan instruksi tentang cara mengerjakan sebuah tugas.
3. Meringkas atau mensintesis informasi setelah sebuah diskusi atau
penyelidikan.
4. Memberikan sudut pandang alternatif atau mengklarifikasi isu-isu dalam
persiapan untuk diskusi.
5. Menjelaskan materi yang sulit dipelajari sendiri oleh siswa.
Metode ceramah merupakan bagian dari pendekatan pengajaran secara langsung
(direct instruction). Fokus dari pengajaran secara langsung adalah aktivitas akademis,
aktivitas nonakademis (seperti permainan dan teka-teki) hampir tidak digunakan dalam
proses pembelajaran. Menurut Stevenson (dalam Santrock, 2009), satu tujuan dalam
11
pendekatan secara langsung adalah memaksimalkan waktu belajar siswa. Pembelajaran
membutuhkan waktu, semakin lama waktu belajar akademis yang di alami siswa,
semakin besar kemungkinan mereka untuk mempelajari materi dan mencapai standar
yang tinggi. Guru menentukan standar yang tinggi untuk prestasi dan mengharapkan
siswa-siswa untuk mencapai tingkat keunggulan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah adalah cara guru
dalam menyampaikan informasi ataupun bahan pelajaran dengan menggunakan lisan
kepada sejumlah siswa. Guru memegang kendali dalam proses pembelajaran dan
memberikan arahan dalam memberikan tugas-tugas kepada siswa.
2.2.1
Strategi Metode Ceramah
Berikut adalah beberapa strategi yang baik digunakan ketika memberikan
ceramah (Santrock, 2009) :
1.
Bersiaplah. Jangan hanya memberikan ceramah tanpa ada persiapan.
Habiskanlah waktu untuk mempersiapkan dan mengatur apa yang
akan disampaikan.
2.
Buatlah ceramah itu singkat serta berikan selingan untuk pertanyaan
dan aktivitas. Sebagai contoh, menyampaikan ceramah selama 10
atau 15 menit untuk memberikan latar belakang informasi dan
kerangka satu topik, kemudian menempatkan siswa dalam diskusi
kelompok kecil.
3.
Buatlah ceramah menarik dan mengasyikkan. Pikirkanlah apa yang
dapat dikatakan untuk memotivasi minat siswa dalam sebuah topik.
Berikan selingan pada ceramah dengan video klip yang berkaitan,
demontrasi, selebaran, dan/atau aktivitas untuk siswa.
4.
Ikutilah rangkaian yang telah dibuat dan masukkanlah komponenkomponen utama tertentu.
a. Mulailah dengan advance organizer atau peninjauan topik.
b. Menyoroti konsep penting atau ide baru apa pun secara verbal
dan visual (seperti istilah penting yang dicetak tebal dalam buku
ini). Gunakanlah papan tulis, OHP, atau peralatan dengan
tampilan yang besar lainnya.
12
c. Menyampaikan informasi baru sehubungan dengan apa yang
telah diketahui siswa-siswa tentang topik tersebut.
d. Secara periodik, mendapatkan respon siswa guna memastikan
bahwa mereka memahami informasi tersebut sampai pada titik
itu dan guna mendorong pembelajaran yang aktif.
e. Pada akhir ceramah, berikanlah ringkasan atau peninjauan luas
tentang ide-ide utama.
f. Buatlah hubungan dengan ceramah atau aktivitas masa depan.
2.2.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah
2.2.2.1 Keunggulan Metode Ceramah
Keunggulan dari metode ceramah antara lain (Hamdayana, 2014) :
1.
Guru mudah menguasai kelas karena guru menyampaikan informasi
dan materi secara langsung dengan tatap muka secara langsung
dengan siswa.
2.
Metode yang dianggap paling ekonomis waktu dan biaya karena
waktu dan materi dapat diatur oleh guru secara langsung, materi dan
waktu pelajaran sangat ditentukan oleh sistem nilai yang dimiliki
guru yang bersangkutan.
3.
Mudah dilaksanakan.
4.
Dapat diikuti siswa dalam jumlah besar, bisa juga dengan
menggunakan media sound system sehingga suara guru yang sedang
menerangkan bisa terdengar lebih keras dengan jangkauan suara
lebih jauh.
5.
Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar.
2.2.2.2 Kelemahan Metode Ceramah
Kelemahan dari metode ceramah, antara lain :
1.
Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
2.
Siswa yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan
siswa yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
3.
Bila terlalu lama membosankan.
4.
Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar siswa.
5.
Menyebabkan siswa menjadi pasif.
13
2.3
Hasil Belajar
Hasil belajar sangat dipengaruhi oleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006), bahwa hasil belajar adalah
perilaku dan kemampuan internal akibat belajar. Jadi, perubahan yang dimaksud adalah
perubahan dalam tingkah laku dan kemampuan mental siswa yang diakibatkan dari
pemberian pengalaman pada saat proses belajar.
Menurut Gagne (dalam Sutikno, 2007), menyebutkan ada lima macam hasil
belajar yaitu:
1.
Keterampilan intelektual atau keterampilan prosedural yang mencakup
belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang
semuanya diperoleh melalui materi yang disajikan oleh guru di sekolah;
2.
Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah
baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing siswa dalam
memperhatikan, belajar, mengingat, dan berpikir;
3.
Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan
kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan;
4.
Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot; dan
5.
Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang berdasarkan emosi, kepercayaan-kepercayaan, serta faktor
intelektual.
Menurut Sabri (2010), pengertian hasil menunjukkan pada suatu aktivitas yang
mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar merupakan
proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan
perubahan yang menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah suatu perubahan
pengetahuan dan tingkah laku yang diperoleh melalui kegiatan belajar. Menurut
Angkowo & Kosasih (2007), untuk melihat hasil belajar siswa dalam proses
pembelajaran, tipe hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa penting untuk
diketahui guru, agar pada tahap selanjutnya guru dapat mendesain pembelajaran secara
tepat dan penuh makna.
Menurut Purwanto (2009), tes hasil belajar juga merupakan tes penguasaan,
karena tes ini berfungsi mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan
14
oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah
materi sebelumnya dan pengujian dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa atas
materi tersebut. Evaluasi tes hasil belajar tersebut akan mengukur nilai dan efektifitas
dari bagian tertentu dalam pendidikan. Tes hasil belajar dilakukan untuk mengukur
sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami materi-materi pembelajaran. Tes hasil
belajar juga dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi guru maupun pihak sekolah. Tes
formatif digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran.
2.4
Pengertian IPA
Ilmu pengetahuan adalah mengidentifikasi sejumlah tantangan dan strategi yang
berhubungan dengan cara mengajarkan anak-anak berpikir ilmiah (Santrock, 2009).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran yang menuntut siswa
untuk terlibat aktif dalam membangun kebermaknaan antar objek, fenomena,
pengalaman, dan lingkungan. IPA merupakan ilmu yang berperan penting dalam
memajukan daya pikir siswa dalam memecahkan masalah kehidupan, karena pada
dasarnya IPA adalah ilmu yang mempelajari cara mencari tahu tentang alam semesta
dan segala isinya secara sistematis. IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa
pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang
ditempuh melalui pengalaman, serta serangkaian proses ilmiah antara lain dengan
melakukan penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan (Depdiknas, 2006).
Trianto (2007) mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran IPA mencakup
pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban,
memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan
“bagaimana” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara
sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Pembelajaran IPA di
SD menekankan pada pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar
siswa mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat. Hal ini
akan membantu siswa mampu memahami alam sekitar dan membantu siswa
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
2.4.1 Tujuan Pembelajaran IPA
Untuk mewujudkan itu semua, kurikulum di Indonesia, yang dikenal
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merumuskan beberapa
15
tujuan penting yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPA SD (Depdiknas,
2009) :
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaanNya.
2.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan keselarasan
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4.
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5.
Meningkatkan kesadaran untuk berperasaan dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7.
Memperoleh bekal pengetahuan konsep dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan tujuan tersebut orientasi dan arah pembelajaran IPA adalah
mengarahkan siswa untuk mampu mengembangkan segala pengetahuan yang
dimiliki untuk memelihara dirinya sendiri, lingkungan, serta jagad raya ini.
Untuk menilai ketercapaian semua tujuan di atas, dibutuhkan suatu bukti yang
menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep IPA yang telah
diajarkan, yang meliputi pengembangan keterampilan proses untuk menyelidiki
alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta meningkatkan
kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu
ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Bukti tersebut dapat ditunjukkan dengan
pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa setelah melewati serangkaian
kegiatan belajar.
2.4.2 Strategi Mengajar Ilmu Pengetahuan
Strategi yang penting untuk digunakan ketika mengajar ilmu
pengetahuan (Santrock, 2009) :
16
1.
Membantu siswa belajar bagaimana berpikir seperti ilmuan.
Ciptakanlah situasi yang mengharuskan siswa-siswa membuat
pengamatan yang teliti, bekerja secara efektif dengan data, dan
memecahkan masalah ilmiah.
2.
Memonitor kesalahan konsepsi siswa mengenai ilmu pengetahuan
dan bekerja dengan mereka untuk mengembangkan konsepsi yang
lebih akurat.
3.
Membimbing siswa dalam mengembangkan keterampilan
penyelidikan. Ketika mengajarkan keterampilan penyelidikan jangan
membiarkan siswa sepenuhnya dengan usaha mereka sendiri;
gunakanlah penyelidikan bimbingan.
4.
Mengajarkan materi ilmu pengetahuan. Siswa tidak hanya perlu
mengembangkan keterampilan penyelidikan, mereka juga perlu
mempelajari materi ilmu pengetahuan.
5.
Membuat ilmu pengetahuan menarik dengan memberi kesempatan
kepada siswa untuk menyelidiki masalah ilmu pengetahuan seharihari.
2.4.3 Proses Pembelajaran IPA
Menurut Surya (2005), proses pembelajaran IPA pada hakikatnya harus
mencakup beberapa aspek yaitu:
1.
Pengembangan keterampilan proses. Pengembangan keterampilan
proses IPA berorientasi untuk membiasakan siswa bekerja melalui
langkah-langkah, seperti mengamati, menggolongkan alat,
mengukur, menafsirkan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan
hasil secara lisan maupun tulisan.
2.
Penanaman nilai/sikap ilmiah. Penanaman sikap ilmiah seperti
menyadari kebesaran Tuhan, rasa ingin tahu yang besar, mau bekerja
sama, dan menghargai pendapat serta karya orang lain.
Dengan aspek tersebut proses pemberian pengalaman pembelajaran
dengan melibatkan siswa aktif dalam melakukan kegiatan pengamatan/
observasi, percobaan atau demonstrasi, maka proses pembelajaran akan
bermakna bagi siswa SD.
17
2.5
Perkembangan Siswa SD
Usia siswa kelas V berkisar pada umur 10-11 tahun , anak pada periode ini
masuk pada periode masa kanak-kanak tengah dan akhir (middle and late childhood)
yaitu antara usia 6-11 tahun. Anak pada periode ini sudah menguasai keterampilan dasar
diantaranya membaca, menulis, dan aritmatika. Perkembangan kognitif pada siswa SD
melibatkan perubahan dalam pemikiran, kecerdasan anak, dan kemampuan anak
berbahasa. Menurut Piaget (dalam Santrock, 2007) perkembangan kognitif siswa SD
ada pada tahap operasional konkret yang berlangsung kira-kira pada usia 7-11 tahun.
Pada tahapan ini pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif asalkan pemikiran
dapat diaplikasikan menjadi contoh-contoh yang konkret atau spesifik. Pada tahap ini
anak mulai mampu berpikir logis mengenai kejadian-kejadian konkret, memahami
konsep percakapan, berfikir logis, mengklasifikasikan benda, dan menempatkan objekobjek dalam urutan.
Proses perkembangan psikososial siswa juga berkaitan dengan proses belajar.
Menurut Erik Erickson (dalam Santrock, 2007) tahap perkembangan psikososial siswa
SD tergolong pada tekun dan rendah diri (industry versus inferiority). Pada tahap ini
anak-anak mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
intelektual. Yang berbahaya pada tahap ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak
produktif. Dorongan untuk mengetahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat
besar, tapi dipihak lain karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan dan
pengetahuannya kadang-kadang anak menghadapi kesukaran, hambatan bahkan
kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat menyebabkan anak merasa rendah diri
(inferiority).
18
2.6
Kerangka Berfikir
IPA :
Sulit, Banyak Hapalan, & Kurang
Diminati Siswa
Pendekatan Saintifik
Metode Ceramah
Evaluasi Pembelajaran IPA
Strategi Pembelajaran IPA
yang tepat
Menurut guru wali kelas V di SDSN Bendungan Hilir 09 Pagi, IPA adalah mata
pelajaran yang dianggap sulit dan kurang diminati oleh siswa. Dari beberapa mata
pelajaran seperti Matematika, IPS, PPKn, Bahasa Indonesia, PJOK, SBdP, Agama dan
Bahasa Inggris, pelajaran IPA termasuk pelajaran yang materi dan hapalannya banyak.
Nilai ujian akhir sekolah mata pelajaran IPA tahun ajaran 2013/2014 rata-rata 7,00.
Sedangkan rata-rata yang sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 7,5. Nilai
siswa kebanyakan masih di bawah KKM. Guru menjelaskan materi pelajaran dengan
menggunakan metode ceramah dan masih kurang melakukan percobaan.
Dalam pemilihan strategi pembelajaran, proses pembelajaran IPA yang
mempelajari fenomena alam akan selalu dihadapkan pada pengalaman dan fenomena
yang sering dijumpai siswa dalam kehidupannya sehari-hari. Pembelajaran IPA dengan
model pembelajaran menggunakan metode ceramah sering menimbulkan kebosanan
bagi siswa, karena siswa hanya duduk mendengarkan, menulis dan menyelesaikan tugas
yang diberikan oleh guru. Namun, bukan berarti metode ceramah adalah strategi
pembelajaran yang kurang baik semuanya tergantung dari bagaimana cara guru
menjelaskan dan kemampuan siswa dalam menyerap materi. Berdasarkan penjelasan
19
diatas, maka peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan hasil belajar IPA dengan
menggunakan pendekatan saintifik dan metode ceramah pada siswa kelas V di SDSN
Bendungan Hilir 09 Pagi.
20
Download