Komunikasi Massa sebagai Suatu Sistem Sosial

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Sosiologi
Komunikasi
Komunikasi Massa sebagai
Sistem Sosial
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komunikasi
Broadcasting
Tatap Muka
07
Kode MK
85005
Disusun Oleh
Feni Fasta SE., M.Si
Eka Perwitasari Fauzi, S.Sos., M.Ed
Abstract
Kompetensi
Dengan membahas komunikasi massa
Diharapkan mahasiswa akan memiliki
sebagai
kemampuan
suatu
sistem
sosial
untuk
mengerti
bahwa
memudahkan kita memahami hubungan
komunikasi massa merupakan bagian
antara isi media massa dengan selera
dari sebuah sistem sosial.
publik.
Komunikasi Massa sebagai Suatu Sistem Sosial
Dengan membahas komunikasi massa sebagai suatu sistem sosial memudahkan kita
memahami hubungan antara isi media massa dengan selera publik. Seterusnya kita lebih mengerti
tentang bagian-bagian yang membentuk beroperasi media massa dan bagaimana interaksi diantara
bagian-bagian tersebut. Dari interaksi tadi kita dapat melihat bagaimana bagian yang satu
berpengaruh kepada bagian yang lain dan bagaimana lingkungan yang ada di luar sistem itu sendiri
berpengaruh pula kepada sistem sosial yang dibicarakan. Dengan meletakkan komunikasi massa
sebagai suatu sistem sosial, sekaligus menyadarkan kita bahwa sistem itu sendiri pada hakekatnya
tidak lain suatu bagian dari sistem yang lebih luas dan lebih kompleks lagi, yaitu masyarakat atau
kehidupan ini sendiri secara keseluruhan.
Komponen-komponen yang membentuk komunikasi massa sebagai suatu sistem, dapat
diperinci sebagai berikut:
•
Sumber-sumber informasi bagi media massa,
Sumber informasi adalah sumber berita bagi media massa. Sumber berita tersebut adalah
nara sumber berupa pakar /ilmuan, tokoh masyarakat, politisi, pemerintah atau birokrat,
kalangan LSM, dan sebagainya. Sumber informasi lainnya adalah berupa peristiwa atau
kejadian yang menarik minat media massa untuk memberitakannya misalnya peresmian
mega proyek oleh presiden SBY, antrian minyak tanah, bencana alam, dan sebagainya.
•
Khalayak yang mengkonsumsi media massa.
Khalayak atau audience media massa adalah individu atau kelompok masyarakat yang
menjadi pembaca surat kabar, majalah, ataupun media cetak lainnya. Untuk media audio
(radio) adalah para pendengar radio, dan pemirsa televisi serta individu atau kelompok
masyarakat yang megakses internet.
•
Media massa sendiri sebagai suatu saluran, yang dapat diperinci lagi organisasinya,
personalianya, fasilitas produksi, distribusi, kebijakan-kebijakan yang ditempuh, cita-cita
atau ide yang diperjuangkan dan sebagainya.
•
Aturan hukum dan perundang-undangan, norma-norma dan nilai-nilai yang mengatur
operasinya.
•
Organisasi atau lembaga yang tumbuh karena adanya kegiatan komunikasi massa, seperti
percetakan, periklanan, badan sensor, dan sebagainya.
•
Pihak-pihak yang mengendalikan berlangsungnya komunikasi massa, pemodalan, penguasa,
kekuatan politik, kelompok kepentingan.
2016
2
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
•
Unsur-unsur penunjang yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan komunikasi massa.
Analisis sistem sosial berperhatian pada pola tindakan atau pattern of action dari individu atau
kelompok yang berhubungan satu sama lain dalam system dimaksud. Dalam kaitan ini, suatu sistem
sosial merupakan suatu abstraksi tetapi yang tidak terlalu jauh dari perilaku yang dapat diamati dan
secara empiris telah teruji dari orang-orang yang melakukan tindakan tersebut.
Sistem sosial merupakan suatu tindakan yang stabil, berulang-ulang dan terpola, dan
sebagian merupakan manifestasi dari budaya yang dimiliki oleh aktor dan sebagian lagi merupakan
manifestasi dari orientasi psikologis si aktor (yang pada gilirannya berkembang dari budaya itu
sendiri).
Khalayak Sebagai Komponen Dalam
Komunikasi Massa Sebagai Sistem Sosial
De Fleur mengatakan komponen penting dari sistem sosial komunikasi massa adalah
khalayak. Yang penting diperhatikan, bahwa khalayak merupakan komponen yang kompleks.
Khalayak komunikasi massa terdiri dari berbagai lapisan (stratifikasi), yang berbeda-beda
(diferensiasi), dan saling berkaitan dalam banyak hal (interrelasi). Beberapa teori telah
dikembangkan para ahli untuk menjelaskan hal ini, seperti teori perbedaan individual (individual
differences theory), teori kategori social (social categories theory) dan lain-lain yang semuanya
menunjukkan kepada mekanisme perilaku yang menentukan perhatian, penafsiran , dan respon dari
suatu khalayak kepada isi jenis tertentu dari media massa.
Tipologi isi media secara garis besar ada kaitannya dengan khalayak pembacanya. Misalnya,
media yang isinya tergolong ‘berselera rendah’, ternyata juga memiliki khalayak yang
karakteristiknya sesuai dengan isinya. Hal itu logis, karena hubungan antara media dengan
khalayaknya bersifat timbal balik, dalam arti media berusaha menyajikan sesuatu yang disukai
khalayak, sedang khalayak memilih suatu media karena media itu menyajikan sesuatu yang
disukainya.
Hubungan antara khalayak dengan distributor sepintas tampaknya bersifat searah (one way
link). Distributor menyediakan isi, tapi khalayak membalas sedikit secara langsung. Komunikator
massa mengalami kesulitan menegakkan hubungan dengan khalayaknya yang anonim dan berjarak
jauh. Namun menurut Martel dan McCall, ada pula organisasi media dan bentuk-bentuk komunikasi
massa yang tetap hidup sepanjang waktu berusaha memelihara hubungan yang dekat, antara isi
2016
3
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mereka dengan karakteristik yang menonjol (dalam arti nilai-nilai, keyakinan, posisi social) dari
kelompok khalayak utama mereka.
Komunikasi massa yang berhasil adalah yang terbuka bagi pengaruh dari khalayaknya.
Respon dan keinginan khalayak senantiasa menjadi perhatian penting si pengelola media massa
Hubungan antara komunikasi massa dengan khalayak adalah jelas suatu hubungan timbal
balik, bagaimana pun berliku-liku dan latennya sarana untuk mencapai hubungan tersebut.
SISTEM MEDIA MASSA
TEORI PERS
A. Teori Pers Otoriter(Authoritarian Theory)
Teori otoriter merupakan teori yang paling tua, sejalan dengan terbentuknya pemerintahan
negara yang bersifat otoriter pada abad 16 dan 17 di Inggris, kemudian meluas dan diterapkan ke
seluruh dunia. Pada masa ini, pemerintahan umumnya berbentuk kerajaan yang bersifat absolut,
karena falsafah yang dianutnya adalah falsafah kekuasaan mutlak dari kerajaan atau pemerintah.
Menurut teori ini, media massa mempunyai tujuan utama mendukung dan mengembangkan
kebijaksanaan pemerintah yang sedang berkuasa, dan untuk mengabdi kepada negara. Tidak semua
orang dapat menggunakan media komunikasi kecuali mereka yang mendapat izin dari kerajaan atau
pemerintah.
Dengan demikian media massa dikontrol oleh pemerintah karena hanya dapat terbit dengan
izin pemerintah, atas bimbingan dan arahan pemerintah, bahkan kadang-kadang dengan sensor
pemerintah.
Sistem media massa seperti ini karena teori otoriter berasal dari falsafah absolut yang
memiliki empat asumsi dasar yakni bahwa:
1. Manusia tidak dapat berdiri sendiri dan harus hidup dalam masyarakat. Manusia juga akan
menjadi "berarti" kalau dia hidup dalam kelompok;
2. Kelompok lebih penting dari individu. Masyarakat tercermin dalam organisasi-organisasi,
dan yang terpenting adalah negara. Negara merupakan tujuan akhir dari proses organisasi;
3. Negara adalah pusat segala kegiatan, individu tidak penting;
2016
4
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Pengetahuan dan kebenaran dicapai melalui interaksi individu.
lnteraksi itu harus terkontrol dan terarah, sehingga kepentingan akhir tidak dirugikan
(Rachmadi, pada Betty-Soemirat, dalam Karlinah, dkk. 1999). Atas dasar keempat asumsi dasar
tersebut, maka teori ini cenderung membentuk suatu sistem kontrol yang efektif dan menggunakan
media massa sebagai sarana yang efektif bagi kebijaksanaan pemerintah meskipun tidak harus
dimiliki oleh pemerintah.
B. Teori LIBERTARIAN (Libertarian Theory)
Sistem ini dipraktikkan di Inggris setelah tahun 1668, kemudian menyeberang ke Amerika
Serikat bahkan ke seluruh dunia. Teori ini muncul setelah adanya perubahan-perubahan besar dalam
pemikiran masyarakat Barat yang dikenal sebagai masa pencerahan (enlightment). Teori libertarian
merupakan kebalikan dari tear! otoriter karena berasal dari falsafah umum rasionalisme dan hak"
alam, serta karya Milton, Locke dan Mill. Asumsi dasar teori libertarian adalah bahwa manusia pada
hakikatnya dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan oleh rasio atau akalnya. Manusia
mempunyai hak secara alamiah~untuk mengejar kebenaran dan mengembangkan potensinya
apabila:,diberikan iklim kebebasan menyatakan pendapat.
Dalam hubungannya dengan kebebasan pers (media massa), teori libertarian beranggapan
bahwa pers harus mempunyai kebebasan yang seluas-Iuasnya untuk membantu manusia dalam
usahanya mencari kebenaran. Manusia memerlukan kebebasan untuk memperoleh informasi dan
pikiran-pikiran yang hanya secara efektif ketika diterima ketika itu apabila disampaikan melalui pers.
Pihak yang berhak menggunakan media massa dalam teori libertarian adalah siapapun yang
mempunyai sarana ekonomi, dan para pemilik medianya pada umumnya adalah swasta. Tujuan dan
Fungsi Media Massa menurut paham liberalism adalah memberi penerangan, menghibur, menjual,
namun yang terutama adalah menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah serta untuk
mengecek (to check) atau mengontrol pemerintah. Media dilarang menyiarkan pencemaran nama
book atau penghinaan, menampilkan pornografi, tidak sopan, dan melawan pemerintah. Bila
dilanggar, maka akan diproses melalui pengadilan.
C. Teori Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility Theory)
2016
5
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Teori tanggung jawab Sosial dikembangkan khusus di Amerika Serikat pada abad ke-.20
sebagai protes terhadap kebebasan yang mutlak dari teori libertarian yang telah menyebabkan
kemerosotan moral masyarakat. Teori ini berasal dari tulisan W.E. Hocking yang merupakan hasil
rumusan Komisi Kebebasan Pers yang diikuti oleh para praktisi jurnalistik tentang kode etik media,
yang kemudian dikenal sebagai Komisi Hutchins.
Dasar pemikiran teori ini adalah kebebasan pers disertai tanggung jawab kepada
masyarakat. Menurut para penulis padai waktu itu, kebebasan yang telah dinikmati oleh pers
Amerika Serikat hams diadakan pembatasan atas dasar moral dan etika. Media massa harus
melakukan tugasnya sesuai dengan standar hukum tertentu. Teori ini sering dianggap sebagai suatu
bentuk revisi terhadap teori-teori sebelumnya.
Dalam hubungannya dengan kebebasan pers (media massa), teori libertarian beranggapan
bahwa pers harus mempunyai kebebasan yang seluas-Iuasnya untuk membantu manusia dalam
usahanya mencari kebenaran. Manusia memerlukan kebebasan untuk memperoleh informasi dan
pikiran-pikiran yang hanya secara efektif ketika diterima ketika itu apabila disampaikan melalui pers.
Pihak yang berhak menggunakan media massa dalam teori libertarian adalah siapapun yang
mempunyai sarana ekonomi, dan para pemilik medianya pada umumnya adalah swasta. Tujuan dan
Fungsi Media Massa menurut paham liberalism adalah memberi penerangan, menghibur, menjual,
namun yang terutama adalah menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah serta untuk
mengecek (to check) atau mengontrol pemerintah.
Media dilarang menyiarkan pencemaran nama baik atau penghinaan, menampilkan
pornografi, tidak sopan, dan melawan pemerintah. Bila dilanggar, maka akan diproses melalui
pengadilan.
D. Teori Soviet Totalitarian
Sesuai dengan namanya, teori ini lahir di Uni Soviet, kemudian berkembang di negara-negara
komunis Eropa Timur. Dalam beberapa hal sama dengan yang diperbuat oleh Hitler dengan Nazi-nya
dan fasisme di Itali di bawah pimpinan Benito Mussolini. Teori Pers Soviet Komunis (Soviet
Communist). Falsafah yang mendasarinya adalah ajaran Marxisme, Leninisme, Stalinisme, dan
pembauran pikiran-pikiran Hegel dengan cara berpikir Rusia abad 19.
Tujuan utama teori ini adalah untuk membantu suksesnya dan berlangsungnya sistem
sosialisasi Soviet, khususnya kelangsungan diktator partai. Dalam hal ini, media massa merupakan
alat pemerintah atau partai dan merupakan bagian integral dari negara. Ini berarti bahwa media
2016
6
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
massaharus tunduk kepada pemerintah dan dikontrol dengan pengawasan ketat oleh pemerintah
atau partai. Media massa dilarang melakukan kritik terhadap tujuan-tujuan partai serta kebijakan
partai. Karena media massa sepenuhnya menjadi milik pemerintah, maka yang berhak
menggunakannya pun adalah para anggota partai yang setia dan ortodoks. Untuk melihat
perbandingan yang lebih jelas mengenai empat teori tersebut, selanjutnya dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:
Perbandingan Empat Teori Pers
Authoritarian
Libertarian
Social
Soviet Totalitarian
Responsibility
Berkembang
Di Inggris abad 16 &
Dipraktikan di
Dikembangkan di
Lahir di Uni Soviet,
17 diterapkan di
Inggris setelah
AS pada Abad 20
berkembang di
beberapa negara
tahun 1688,
negara-negara
juga diAS dan
komunias Eropa
berkembang ke
Timur. Dalam
seluruh dunia
beberapa hal
disuburkan oleh
Nazi Jerman dan
Fassisme Itali
Sumber (Asumsi
Dari falsafah
Dari karya-
Dari tulisan W.E.
Marxisme,
Dasar)
kekuasaan mutlak
karya Milton,
Hocking, Rumusan
Lenimisme, dan
kerajaan dan
Locke, Mill,
Komisi Kebebasa
pembauran pikiran-
pemerintah atau
falsafah umum
Pers, para praktisi
pikiran Hegel serta
keduanya
rasionalisme
jurnalistik dan kode
cara berpikir Rusia
dan hak-hak
etik media
Abad 19.
alam
Tujuan Utama
Mendukung dan
Memberi
Memberi informasi,
Membantu
mengembangkan
informasi,
menghibur,
suksesnya dan
kebijaksanaan
menghibur,
menjual tapi
berlangsungnya
pemerintah yang
menjual tapi
terutama
sistem sosialisme
sedang berkuasa dan
terutama untuk
mengangkat konflik
Soviet, khususnya
untuk mengabdi pad
menemukan
pada forum diskusi
kelangsungan
kebenaran dan
2016
7
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Negara
untuk
diktator partai
mengontrol
pemerintah
Pihak yang
Mereka yang
Siapa saja yang
Setiap orang yang
Para anggota partai
menggunakan media
mendapat izin dari
mempunyai
meras punya
yang setia dan
kerajaan atau
sarana ekonomi
sesuatu untuk
ortodoks
pemerintah
Kontrol Media
disampaikan
Media dikontrol oleh
Media dikontrol
Dikontrol dengan
Dikontrol dengan
pemerintah, terbit
melalui proses
pendapat
pengawasan ketat,
hanya atas izin
kebebasan
masyarakat
dan tindakan-
pemerintah, bahkan
berpikir untuk
(community
tindakan ekonomi
kadang-kadang
menemukan
opinion) tindakan
dan politik
dengan sensor
kebenaran, juga
konsumen
pemerintah
pemerintah
melalui proses
(consumer action)
pengadilan
etika profesi
(profesional ethics)
Yang tidak boleh
Mengkritik
Melakukan
Memuat tulisan
Mengkritik tujuan
dilakukan
mekanisme
pencemaran
yang melanggar
partai dan
pemerintah dan
nama baik,
hak-hak pribadi
kebijakannya
pejabat yang sedang
penghinaan,
yang diakui oleh
berkuasa
peornografi,
hukum, dilarang
tidak sopan,
melanggar
dan melawan
kepentingan vital
pemerintah
masyarakat.
pada waktu
perang
Kepemilikan
Swasta yang
Pada umumnya
Swasta, kecuali jika
Sepenuhnya
mendapat izin
adalah swasta
pemerintah merasa
dimiliki oleh
pemerintah atau
perlu demi
pemerintah
pemerintah
keamanan dan
demi kepentingan
umum
2016
8
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Masalah Pokok/Ciri
Media merupakan
Media
Media harus
Teori ini
Khas
sarana efektif bagi
merupakan alat
memenuhi
menonjolkan
kebijakan
mengecek
kewajiban sosial
kontrol ketat oleh
pemerintah mesti
pemerintah dan
jika ingkar maka
pemerintah dan
tidak harus dimiliki
untuk
masyarakat akan
media massa
pemerintah
memenuhi
menekan media
benar-benar
keburuhan
tersebut untuk
menjadi alat negara
utama
memenuhinya
masyarakat
MEDIA MASSA DAN SISTEM
PEMERINTAHAN
Sistem media di suatu negara berkaitan dengan sistem politik negara tersebut. Sistem politik
menentukan kepastian hubungan yang nyata antara media dan pemerintah (Dominick. 2000: 56).
Sejarah perjalanan media massa Indonesia yang memperlihat, kan adanya pasang surut peran media
massa. Pada suatu masa tertentu media massa amat bebas melaksanakan peran dan fungsinya".
Namun pada masa lainnya media massa dibatasi perannya, bahkan seolah-olah "ditentukan» oleh
penguasa. Hal ini terjadi karena media massa sebagai bagian dari subsitem komunikasi Indonesia
dalam sistem sosial (kemasyarakatan) Indonesia akan dipengaruhi oleh subsistem sosial lainnya,
termasuk subsistem ideologi, subsistem politik dan subsistem pemerintahan negara di mana media
massa tersebut berada. Dengan kata lain sistem media komunikasi dapat mencerminkan sistem
pemerintahan negara yang bersangkutan. Misalnya, di negara-negara komunis, di mana
masyarakatnya tidak mempunyai kebebasan menyatakan pendapatnya, media rnassa pun
mengalami hal serupa. Di Negara liberal, media massa memiliki tingkat kebebasan yang relatif tinggi
(Betty-Soemirat, dalam Karlinah, dkk. 1999).
Di sisi lain, media massa sebagai suatu sarana komunikasi, keberadaannya telah melahirkan
berbagai teori komunikasi massa, seperti pemanfaatan media massa oleh khalayak dan efek media
massa terhadap khalayaknya. Untuk mengetahui tentang media massa dengan segala aspeknya,
melihat hubungan antara media massa dengan sistem pemerintahan, maka kita perlu mempunyai
kesamaan pengertian rnengenai istilah sistem. Sistem adalah seperangkat atau kesatuan objek di
2016
9
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mana objek satu dengan yang lainnya saling berkaitan, bahkan saling ketergantungan (Littlejohn,
pada Betty-Soernirat, dalam Karlinah, dkk. 1999).
Kita ambil contoh sistem pencernaan makanan pada manusia yang terdiri dari mulut,
kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, hati clan pankreas, usus halus, usus besar dan anus.
Untuk kelancaran sistem pencernaan, semua organ (objek) terse but berkaitan, saling memengaruhi,
dan sudah barang tentu tidak dapat berdiri sendiri.
Karena jika salah satu organ mengalami gangguan, maka system pencernaan akan
terganggu. Sistem sosial Indonesia terdiri dari subsistern-subsistem ideologi, politik, ekonorni,
budaya, komunikasi, pertaha.-nan keamanan. Subsistem-subsitem.satu dengan yang lainnya saling
memengaruhi, namun subsistem ideologi dan politik merupakan subsistem yang paling
memengaruhi seluruh subsistem lainnya. Atau subsistem ideology clan politik pemerintahan menjadi
dasar subsistern lainnya,termasuk bagi media massa. Dengan demikian, suatu sistem media
mencerminkan falsafah dan sistem politik negara di mana ia berfungsi.
Dalam hal ini, Fred S. Siebert, Theodore Peterson dan Wilbur Schramm mengatakan: "To see
the social system in their true relationship to the press, one has to look at certain basic beliefs and
assumptions which the society and the state, the relations of the state and the nature of knowledge
and truth (Siebert, pada Betty, dalam Karlinah, dkk. 1999). '
SISTEM PERS INDONESIA
Sejarah perjalanan pers Indonesia cukup panjang, seperti yang tertuang daIam buku Sejarah
Pers Indonesia yang diterbitkan Kompas tahun 2002. Kisah pers Indonesia ini dapat dilihat dari tiga
bentuk pers di Indonesia, yaitu pers Belanda, pers Melayu-Tionghoa, pers Indonesia. Mengenai
perkembangan pers Belanda, dengan usaha pertama mendirikan percetakan dan penerbitan pers
serta perkembangannya sampai akhir Hindia Belanda. Jumlah penduduk orang Belanda sampai akhir
Htndia Belanda tidak melebihi 300.000 orang, dan pers yang dimaksudkan untuk mereka jumlah
keseluruhannya untuk tahun 1920 tidak lebih dari 60.000 tirasnya. Pada waktu itu, orang Belanda di
Indonesia berjumlah kurang lebih 170.000. Pers Belanda, penyebarannya terbatas pada kota-kota
besar. Pada awal abad ke-20, beberapa pers Belanda mewakili orientasi politik tertentu, yang walau
pun ada perbedaan, namun bercorak mempertahankan hubungan koloniaI di Indonesia.
Isi dari pers Belanda sendiri, sudah tentu berorientasi ke Eropa dan kepentingan Eropa-lah
yang dibelanya. la menutup mata terhadap keadaan masyarakat Indonesia. Mereka merasa tidak
perlu untuk mengetahui apa yang terdapat dalam pers Indonesia, kecuali Bataviaash Niewsblad dan
2016
10
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Locomotif Pad a Umumnya, corak pers mereka disebut sebagai pers kolonial. Kantor Berita Belanda
Aneta mendapat dukungan pemerintah Hindia Belanda dan memegang monopoli distribusi be rita,
bahkan sempat juga melakukan teori berita bagi surat kabar Belanda, yang tidak sesuai dengan
politik pemberitaan Aneta.
Sebaliknya, pers Melayu-Tionghoa mempunyai masalah sendiri. Pengusaha Tionghoa lebih
suka memasang iklan di surat kabar mereka sendiri. Golongan Tionghoa yang lebih makmur daripada
golongan bumiputra, dengan sendirinya merupakan pelanggan surat kabar yang mampu membayar
langganan secara teratur. Modal yang menjadi syarat usaha percetakan dan penerbitan pun mudah
didapat bagi usaha pers, baik melalui ikatan keluarga maupun dunia usaha. Itulah sebabnya
mengapa pers Melayu-Tionghoa pada umumnya lebih kuat dari pers Indonesia.
Kepercayaan diri golongan Tionghoa makin besar setelah pecahnya Revolusi Tiongkok 1911
pim pinan Dr. Sun Yat Sen, dan mulai mewarnai surat kabar itu dengan berita politik. Surat kabar
yang terbit pada waktu itu di Jawa, adalah Li Po (Sukabumi, 1901-1907), Kabar Perniagaan{J akarta,
1914-1959), Sin Tit Po (Surbaya, 1923-1942), Keng Po (Jakarta, 1914-1959). Sampai berakhirnya
Hindia Belanda di Jawa ada 43 surat kabar Melayu-Tionghoa, 9 surat kabar Sumatra, dua surat kabar
Kalimantan dan empat surat kabar Sulawesi. Delapan surat kabar Melayu-Tionghoa pada tahun 1936
bertiras 17.000 eksemplar, masing-masing an tara 1.000-4.000 eksemplar sebulan, dan lima surat
kabar berbahasa Tionghoa bertiras 7.000 eksemplar, masing-masing antara 1.000-3.000 eksemplar.
Berhubung surat kabar sebagian besar berorientasi ke Tiongkok dan sebagian keci1 ke Indonesia,
maka pada zaman Jepang semua surat kabar Melayu-Tionghoa dihapus. Setelah Republik Indonesia
lahir sebagian besar surat kabar berorientasi ke Indonesia, dan pada 27 Desember 1951 berakhirlah
sejarah pers Melayu- Tionghoa. Secara bertahap sampai zaman demokrasi terpimpin Presiden
Soekarno, 1959-1965), surat kabar itu diharuskan berganti nama: Sin Po mula-mula menjadi Pantja
Warta, kemudian Warta Bhakti, dan Keng Po menjadi Pos Indonesia.
Sejarah pers Indonesia dimulai dengan uraian ten tang pers daerah dan bahasa Melayu.
Kedua jenis surat kabar itu dalam awal perkembangannya merupakan bentuk peralihan dan menjadi
ciri kehidupan pers. di dalam masyarakat majemuk. Yang berbahasa daerah jelas lingkungan
pembacanya anggota suku bangsa yang berbahasa itu. Sementara yang berbahasa Melayu,
lingkungan pembacanya golongan peranakan Tionghoa dan penduduk Bumiputra dari berbagai suku
bangsa yang sudah pandai berbahasa Melayu.
Perkembangan pers Indonesia, sebagian dipengaruhi oleh adanya usaha percetakan dan
penerbitan Belanda dan Tionghoa, dan sebagian lagi karena munculnya elit hidonesia yang
2016
11
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
memerlukan media komunikasi. Ini merupakan tanda-tanda pertama perubahan masyarakat yang
terjadi di Indonesia, yang berkaitan dengan berkembangnya ekonomi, terutama dengan makin
banyaknya usaha perkebunan dan melua~nya perdagangan, pembauran politik, serta pendirian
sekolah-sekolah.
Di antara pers Indonesia yang terkenal pada awal perkembangannya ialah Medan Prijai
dipimpin RM Tirtohadisoerjo, wartawan Indonesia pertama, yang kemudian dikenal sebagai "Bapak
Wartawan Indonesia."
Setelah berdirinya organisasi Budi Utomo, Sarekat Islam dan lndische Party, yang masingmasing menerbitkan media persnya sendiri, hubungan perkembangan pers Indonesia, dengan
pergerakan nasional semakin nyata. Pemerintah Hindia belanda menyadari bahaya pengaruh pers
Indonesia terhadap penduduk Indonesia. Dengan teliti penasihat dan pejabat pemerintah Hindia
Belanda mengikuti perkembangan pers Indonesia. Mengenai jumlah dan tiras pers Indonesia tidak
didapatkan angka yang tepat. Dari data yang terkumpul oleh B. Schrieke, disebutkan ada 107 surat
kabar/majalah Indonesia pad a tahun 1920, dan data surat kabar Indonesia pada tahun 1940 yang
disusun oleh seorang saIjana hukum Indonesia.
Pers Indonesia sudah tentu memusatkan perhatiannya terhadap masalah-masalah yang
timbul dalam masyarakat kolonial, nadanya jelas membela kepentingan tujuan pergerakan nasional.
Pers Indonesia adalah pers nasional yang berlawanan kepentingan dengan pers kolonial atau pers
Belanda di Indonesia.
Sistem pers Indonesia tidak dapat dikategorikan kepada salah satu teori pers yang
dikemukakan Siebert dan kawan-kawannya. Meskipun mendekati teori tanggung jawab sosial, tetapi
sistem pers Indonesia tidak identik dengan teori terse but. Sistem Pers Indonesia mempunyai
kekhasan sesuai dengan ideologi dan falsafah negara Indonesia (Pancasila) dan budaya masyarakat
Indonesia yang khas pula.
Media massa Indonesia sebagai suatu sistem, terkait dengan aspek-aspek lainnya yang
tertuang dalam Keputusan Dewan Pers Nomor. 79 /XIV/1974 yang intinya mengemukakan bahwa
kebebasan pers Indonesia berlandaskan:
a. Segi Idiil: Pancasila
b. Konstitusional: Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan MPR
c. Strategis": Garis~Garis Besar Haluan Negara
2016
12
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
d. Yuridis: Undang-Undang Pokok Pers Nomor. 21 Tahun 1982 (sekarang ditambah dengan UndangUndang Penyiaran yang sedang dalam proses "penggodokan")
e. Kemasyarakatan: tata nilai so sial yang berlaku pada masyarakat Indonesia
f. Etis: norma-norma kode etik profesional.
Pers Indonesia mempunyai kewajiban:
a. Mempertahankan, membela, mendukung dan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara
mumi dan konsekuen
b. Memperjuangkan pelaksanaan Amanat Penderitaan Rakyat berlandaskan Demokrasi Pancasila
c. Memperjuangkan kebenaran dan keadilan atas dasar kebebasan pers
d. Membina persatuan dan men en tang imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme, feodalisme,
liberalisme, komunisme dan fasisme / diktator
e. Menjadi penyalur pendapat umum yang konstruktif dan progresif- revolusioner (Undang-UndangPokok Pers No. 11 Tahun1982 Pasal 2).
Kebebasan pers Indonesia dijamin oleh Pasal 28 UUD-1945 yang intinya mengemukakan
bahwa setiap warga negara Indonesia bebas mengeluarkan pendapat, baik lisan maupun tulisan.
Dengan demikian setiap warga negara mempunyai hak penerbitan pers asal sesuai dengan hakekat
demokrasi Fancasila (Undang-Undang Pokok Pers Nomor. 1 Tahun 1966, yang diperbaharui menjadi
Undangundang Pokok Pers Nomor. 21 Tahun 1982). Kebebasan pers Indonesia adalah kebebasan
yang bertanggungjawab yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Contohnya setiap pemberitaan
atau jenis pesan komunikasi lainnya tidak boleh menyinggung "SARA" (Suku, Agama, Ras dan Antar
Golongan) yang pada akhimya akan menimbulkan keresahan masyarakat dan memecah persatuan
dan kesatuan bangsa. Hal lainnya yang tidak boleh dilakukan media massa terdapat pada pasal-pasal
tertentu dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidaria (KUH Pidana), diantaranya adalah Pasal 134
KUH Pidana mengenai Penghinaan terhadap Kepala Negara yang disebarluaskan melalui media
massa, serta Pasal 154 KUH Pidana dan pasal- pasal sejenisnya yang sering disebut sebagai "Haatzai
Artikelen" (Amar, pada Betty, dalam Karlinah, dkk. 1999).
Di samping sebagai sarana untuk memberi informasi, member pendidikan dan hiburan, pers
Indonesia juga mempunyai hak kontrol, kritik dan koreksi yang bersifat korektif. dan konstruktif
(Undang-undang Pokok Pers Nomor. 11 Tahun 1966 Pasal 3).
2016
13
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Agar para insan media massa dapat melaksanakan tugasnya secara benar dan tidak
melanggar peraturan yang ada, maka suatu keharusan bagi mereka untuk memahami norma so sial
yang dianut oleh masing-masing suku di Indonesia, serta memahami segala peraturan media massa
dan peraturan lainnya yang terkait.
Pada era reformasi, setelah kejatuhan Rezim Soeharto tahun 1998, lahir produk UndangUndang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers, dimana" esensi undang-undang ini merupakan sebuah
bukti sejarah yang monumental dalam menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kebenaran,
demokratisasi dan supremasi hukum. Dalam UU Pers ini istilah kebebasan pers disepakati diganti
menjadi kemerdekaan pers, yakni salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsipprinsip demokrasi, keadilan dan supremasi hukum.
UU Pers ini pun memberikan jaminan hukum yang lebih kuat untuk kemerdekaan pers yang
saat ini sedang tumbuh di Indonesia. Kemerdekaanpers perlu diwujudkan agar pers bisa
menjalankan fungsinya secara proposional serta opitmal. UU Pers ini akan mendorong penghargaaan
hak asasi manusia (HAM). Sebab selain materi UU itu amat menghargai kemerdekaan pers, juga
memberi jaminan atas penghargaan HAM. Kemerdekaan pers memang harus sejalan dengan
penegakan HAM. Akhirnya dengan terjaminnya kemerdekaan pers akan mengerakkan kembali roda
lembaga demokrasi yang selama ini kurang berfungsi.
Gambar ini memperlihatkan hubungan antara system pemerintahan dan media massa.
2016
14
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Interaksi Sistem Komunikasi Massa dengan
Sistem Ekonomi
Tujuan suatu sistem ekonomi yang tergantung pada media sebagai sumber informasi antara
lain :
a. menanamkan nilai-nilai kebebasan berusaha (free enterprise)
b. menegakkan
dan
memelihara
pertautan
penjual
dengan
konsumer,
menginformasikan dan merangsang konsumen membeli produk tersebut
c. mengendalikan konflik internal , seperti antara manajemen dengan serikat pekerja .
Dengan demikian kelihatan bahwa media dan sistem ekonomi tergantung pada sumber
masing-masing untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi dengan sistem ekonomi, dapat timbul
pengaruh yang tak diinginkan kedua belah pihak. Kehidupan media massa sedikit banyak harus
mengikuti prinsip-prinsip bisnis. Jika sistem ekonomi terpusat pada beberapa tangan saja, maka
media akan mengalami kesulitan dalam meraih iklan, suatu sumber pemasukan yang mutlak ada
guna menjalankan media.
Di dalam sistem komunikasi sendiri, terjadi interaksi antar sistem yang ada, kalau media
massa tidak memiliki kebebasan yang diperlukan, maka akan mempengaruhi sistem komunikasi
antar pribadi.
2016
15
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi, Prenada Media, Jakarta, 2006.
Depari, Eduard & MacAndrews, Colin, Peran Komunikasi dalam Pembangunan, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 1978.
Elvinaro dan Erdinaya, Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Simbiosa Rekatama Media, Bandung,
2004.
Nasution, Zulkarimein. Komunikasi Pembangunan, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1987.
Sutaryo. Sosiologi Komunikasi-Perspektif Teoritik, Arti Bumi Intaran, Yogyakarta, 2005.
Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1990.
Severin & Tankard. Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa,
Prenada Media, Jakarta, 2005.
2016
16
Sosiologi Komunikasi
Feni Fasta SE., M. Si
Eka Perwitasari Fauzi S.Sos, M.Ed
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download