bab 1 pendahuluan - STIESIA Repository

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dana Pensiun
merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan
menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun (Pasal 1 Undangundang no 11 tahun 1992). Menurut jenisnya terdapat dua macam dana pensiun
yaitu dana pensiun lembaga keuangan (DPLK) dan dana pensiun pemberi kerja
(DPPK). Dana Pensiun Lembaga Keuangan adalah dana pensiun yang dibentuk
oleh bank umum atau perusahaan asuransi jiwa untuk menyelenggarakan program
pensiun iuran pasti (PPIP) bagi perorangan, baik karyawan maupun pekerja
mandiri yang terpisah dari dana pensiun pemberi kerja bagi karyawan bank atau
perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan. Dana Pensiun Pemberi Kerja adalah
dana pensiun yang didirikan oleh orang atau badan yang mempekerjakan
karyawan untuk menyelenggarakan program pensiun bagi karyawan, Dana
pensiun pemberi kerja dapat menyelenggarakan program pensiun iuran pasti
(PPIP) atau program pensiun manfaat pasti (PPMP). Program pensiun iuran pasti
tidak menjanjikan berapa besar manfaat pensiun yang akan diterima peserta.
Sementara itu, iurannya dari semua pihak tetap. Program pensiun manfaat pasti
menjanjikan manfaat pensiun yang pasti yang besar manfaatnya dihubungkan
dengan masa kerja dan gaji, sedangkan iurannya bisa berubah-ubah tergantung
basil perhitungan aktuaris. Walaupun demikian, umumnya iuran karyawan selalu
tetap (Kadarisman dan Wahyuni, 2010: 19 ).
1
2
Menurut Wahab (2005:38), Dana Pensiun sebagai badan hukum karena
memenuhi unsur-unsur yaitu pertama adalah mempunyai kekayaan yang terpisah,
berupa kekayaan yang pertama kali disisihkan oleh pendiri untuk mendirikan dana
pensiun, serta iuran-iuran yang berasal dari pemberi kerja dan peserta. Kedua
adalah mempunyai tujuan tertentu, tercermin dalam peraturan dana pensiun yang
dapat dianggap sebagai akta pendirian sekaligus anggaran dasar dari dana pensiun.
Ketiga adalah mempunyai kepentingan sendiri, terlihat dari adanya kewenangan
pengurus dana pensiun untuk melakukan segala tindakan hukum baik di dalam
rnaupun di luar pengadilan dalarn rangka mencapai tujuan dana pensiun. Keempat
adalah rnempunyai organisasi atau alat perlengkapan badan yang teratur berupa
adanya fungsi dewan pengawas dana pensiun serta pengurus dana pensiun yang
selanjutnya diatur dalam fungsi-fungsi yang lebih rinci dalarn rangka mencapai
tujuan tertentu.
Sumber utama kekayaan DPPK yang rnenyelenggarakan program pensiun
manfaat pasti diperoleh dari pernbayaran iuran normal peserta dan pernberi kerja
Selain itu dikenal adanya iuran tarnbahan yang dilakukan oleh pemberi kerja
untuk mendanai defisit yang timbul. Hal ini biasanya terjadi pada dana pensiun
yang memiliki rasio kualitas pendanaan tingkat dua dan tiga. Kualitas pendanaan
adalah perbandingan antara kekayaan dan berbagai macarn kewajiban dana
pensiun yang dihitung oleh seorang aktuaris (Kadarisman dan Wahyuni, 2010:
90). Untuk dana pensiun yang menyelenggarakan program pensiun manfaat pasti
dikenal tiga tingkat kualitas pendanaan yaitu tingkat pertama, tingkat kedua dan
tingkat ketiga. Kualitas pendanaan tingkat pertama, yaitu apabila dana pensiUn.
3
berada dalam keadaan dana terpenuhi karena jumlah kekayaan melebihi
kewajiban aktuaria. Kualitas pendanaan tingkat kedua yaitu apabila kekayaan
kurang dari kewajiban aktuaria tetapi lebih besar atau sama dengan kewajiban
solvabilitas. Sedang kualitas pendanaan tingkat ketiga yaitu apabila kekayaan
kurang dari kewajiban solvabilitas yang berarti juga kurang dari kewajiban
aktuaria (Pasal 4 KMK No 510/KMK/06/2002). Untuk pembahasan selanjutnya
kualitas pendanaan dibedakan menjadi kualitas pendanaan yang sudah terpenuhi
(tingkat pertama) dan kualitas pendanaan yang belum terpenuhi (tingkat kedua
dan ketiga). Menurut Laporan Tahunan Biro Dana Pensiun 2010, jumlah dana
pensiun pemberi kerja dengan program manfaat pasti adalah 208 dana pensiun,
sebanyak 40% dana pensiun memiliki pendanaan tingkat pertama, 38% tingkat
kedua dan 22% tingkat ketiga. Dari data ini terlihat bahwa sebagian besar dana
pensiun pemberi kerja dengan program manfaat pasti (60% atau sebanyak 125
dana pensiun) masih berada pada kualitas pendanaan yang belum terpenuhi
dibandingkan dengan yang sudah terpenuhi yaitu sebanyak 83 dana pensiun.
Menurut Tanner (2007) dalam Seminar Kajian Peraturan Pendanaan Dana
Pensiun menyatakan bahwa aspek pendanaan merupakan salah satu asas penting
yang terkandung dalam ketentuan perundang-undangan yang berlaku di bidang
dana pensiun. Tujuan pokok dari pendanaan suatu program pensiun adalah untuk
menyediakan dana yang cukup guna memenuhi kewajiban dana pensiun kepada
peserta tepat waktu, dengan cara menghimpun secara teratur, terencana dan
sistimatis dan sebagai jaminan terpenuhinya janji pemberi kerja.
4
Akumulasi dana dari dana pensiun telah berhasil membentuk kumpulan dana
yang sangat besar. Hal ini terlihat dari Laporan Tahunan Biro Dana Pensiun 2010
yang menunjukkan jumlah kekayaan dana pensiun sebesar Rp 130,34 trilyun dari
dana pensiun yang beroperasi bedumlah 272 dana pensiun yang terdiri atas 248
dana pensiun pemberi kerja dan 24 dana pensiun lembaga keuangan.
Menurut Simanjuntak (2005) dalam Niswatin et al (2009) menyatakan bahwa
kinerja perusahaan merupakan cerminan kineda manajemen. Oleh karena itu
keberhasilan perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan manajemen dalam
mengelola sumber daya yang ada. Begitu juga pada dana pensiun sebagai badan
hukum yang mempunyai tugas untuk membayar manfaat pensiun kepada para
peserta pada waktunya dan jumlah yang tepat. Dalam konteks dana pensiun maka
yang dimaksud pihak manajemen adalah pengurus yang merupakan individu atau
sekelornpok individu yang diberikan kepercayaan oleh pendiri/pernberi kerja
untuk rnengelola dana yang diperoleh dari pernbayaran iuran baik dari peserta
maupun pemberi kerja. Untuk rnelihat apakah pengurus dana pensiun berhasil
rnengelola dana pensiun rnaka dilakukan evaluasi atau pengukuran kinerja
(prestasi) dengan rnenggunakan indikator-indikator penilaian.
Menurut Davis (1995) dalarn Barrors (2006) rnenunjukkan bahwa salah satu
isu yang paling penting berkaitan dengan kinerja dana pensiun adalah return yang
diperoleh dari aktiva. Distribusi portofolio dan proses pengelolaan dana adalah
penentu kunci dari return dana pensiun. Di sisi lain, biaya adrninistrasi dana
pensmn
yang tinggi akan mengurangi return investasi sehingga dapat
5
menurunkan manfaat pensiun dan meningkatkan biaya pemberi kerja pada DPPK
manfaat pasti.
Berkaitan dengan pengukuran kinerja dana pensmn di Indonesia maka
Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) setiap tahun mengadakan Iomba tentang
kinerja keuangan dana pensiun dan akan memberikan penghargaan bagi dana
pensiun dengan kinerja keuangan yang terbaik. Hal ini dilakukan agar pengurus
dalam mengelola dana pensiun dilakukan secara hati-hati dan bertindak secara
profesional. Adapun kinerja keuangan yang dinilai adalah Return On Investment
(ROI), efisiensi biaya operasional (EBO), efisiensi biaya investasi (EBI),
optimalisasi portofolio investasi (OPI) dan rasio kecukupan dana (RKD). Hal
inilah yang menginspirasi penulis untuk mempergunakan pengukuran kinerja ini
sebagai ukuran kinerja keuangan dalam penelitian ini. Selain itu dari data yang
terlihat pada Laporan Tahunan Dana Pensiun 2010 yang menunjukk:an kinerja
investasi berupa pencapaian Return On Investment (salah satu ukuran kinerja
keuangan dana pensiun) rata-rata untuk group I sebesar 16,07% yang merupakan
jumlah tertinggi dibandingkan group lain yaitu 15,02% untuk group II dan
11.31% untuk group III. Hanya saja kalau dilihat dari Return On Investment
maksimal yang bisa dicapai ternyata group I hanya bisa mencapai 26,74%
sedangkan group II bisa mencapai Return On Investment maksimal sebesar
34,11% dan group III bisa mencapai Return On Investment maksimal 37,05%.
Pengelompokk:an dana pensiun berdasarkan group 1m
dengan melihat
kepemilikan investasi yaitu untuk group I adalah dana pensmn dengan
kepemilikan investasi di atas Rp 1 triliun, group II adalah dana pensiun dengan
6
kepernilikan investasi antara Rp 100 rniliar - Rp 1 triliun dan group III adalah
dana pensiun dengan kepemilikan investasi di bawah Rp 100 miliar.
Penelitian-penelitian tentang kinerja keuangan dana pensiun dan ras10
kecukupan dana
sudah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu diantaranya
yang dilakukan oleh Ambachtsheer (1998) pada dana pensiun yang menunjukkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dana pensiun adalah ukuran dana
pensiun, proporsi aktiva pasif yang dike lola dan kualitas desain organisasi dana
pensiun. Seperti yang dilakukan oleh Ardianto (2004)
menunjukkan bahwa
bentuk investasi mempunyai hubungan yang signifikan terhadap rasio kecukupan
dana tetapi total investasi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
rasio kecukupan dana. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik
melakukan penelitian tentang "Analisis
Kine~ja
Keuangan dan Rasio Kecukupan
Dana pada Dana Pensiun Pemberi Kerja Manfaat Pasti di Indonesia"
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perlu dirumuskan
pertanyaan penelitian tentang Analisis Kinerja Keuangan dan Rasio Kecukupan
Dana pada Dana Pensiun Pemberi Kerja Manfaat Pasti di Indonesia adalah :
I. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada DPPK manfaat pasti
dengan kualitas pendanaan yang sudah terpenuhi dan yang belum
terpenuhi?
2. Apakah umur dana pensiun berpengaruh terhadap kualitas pendanaan yang
sudah terpenuhi ?.
7
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan Jatar belakang masalah dan pertanyaan penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
I. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan
pada DPPK manfaat pasti dengan kualitas pendanaan yang sudah
terpenuhi dan yang bel urn terpenuhi.
2. Untuk menguji secara empiris apakah umur dana pensiun berpengaruh
terhadap kualitas pendanaan yang sudah terpenuhi.
1.4.Motivasi Penelitian
Motivasi penelitian ini adalah :
1. Adanya perbedaan pencapaian ROI yang diperoleh dana pensiun pada
kelompok kepemilikan investasi.
2. Berdasarkan laporan tahunan Biro Dana Pensiun 2010 terlihat masih
banyaknya jumlah dana pensiun dengan kualitas pendanaan yang belum
terpenuhi (125 dana pensiun) dibandingkan dengan dana pensiun dengan
kualitas pendanaan yang sudah terpenuhi (83 dana pensiun).
3. Masih banyaknya dana pensiun yang didirikan sudah lama tetapi masih
memiliki kualitas pendanaan yang beragam (tingkat 1, 2 atau 3).
Dari adanya hal-hal yang disebutkan di atas sehingga memicu penulis untuk
melakukan penelitian tentang kinerja keuangan pada kelompok dana pensiun
pemberi kerja
berdasarkan rasio kecukupan dana yang dimiliki serta
8
menganalisa pengaruh umur dana pensiun terhadap kualitas pendanaan yang
sudah terpenuhi.
1.5.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi empiris, kontribusi
teoritis dan kontribusi kebijakan antara lain :
1. Kontribusi empiris.
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada penelitian
akuntansi dengan menganalisis kinerja keuangan dan kualitas pendanaan
pada Dana Pensiun Pemberi Kerja Manfaat Pasti di Indonesia.
2. Kontribusi teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam mengembangkan
pengetahuan tentang kinerja keuangan dan kualitas pendanaan pada Dana
Pensiun Pemberi Kerja Manfaat Pasti di Indonesia.
3. Kontribusi kebijakan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Biro Dana
Pensiun dalam pembuatan kebijaksanaan dan peraturan yang terkait
dengan kinerja keuangan dan kualitas pendanaan.
Download