YANG MEMPEROLEH EKSTRAK DAUN SIRIH

advertisement
1
PROFIL ANTIBAKTERIAL SERUM AYAM BROILER (Gallus domesticus)
YANG MEMPEROLEH EKSTRAK DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP
Escherichia coli
Mora Ramadhan Harahap1, Min Rahminiwati2, Oom Komala3
1
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan Alam,
Universitas Pakuan.
2 Laboratorium Toksikologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian
Bogor.
3 Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Pakuan.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan waktu yang efektif setelah
pemberian ekstrak daun sirih sebagai antibakteri terhadap Escherichia coli. Daun
sirih yang diperoleh sebanyak 3 kg diekstraksi dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 60 %. Sampel utama yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu serum ayam broiler yang telah terpisah dari sel darah merah.
Pengujian dilakukan terhadap 6 ekor ayam, 3 ayam diberikan ekstrak daun sirih
secara oral dengan dosis 0,1 g/800 g BB dan 3 ayam diberikan enrofloxacin
sebagai kontrol positif (+) dengan dosis 0,1 g/800 g BB. Darah ayam diambil pada
jam ke 0 sebagai kontrol negatif (-) sebelum ayam diberikan ekstrak sirih ataupun
enrofloxacin, kemudian diambil lagi darahnya setiap 1, 2, 5 dan 8 jam setelah
pemberian ekstrak daun sirih dan kontrol positif (enrofloxacin). Pengujian
antibakteri dilakukan menggunakan metode difusi kertas cakram (berisi serum
ayam) dengan mengukur Lebar Daerah Hambat (LDH) terhadap pertumbuhan
bakteri pada waktu 0, 1, 2, 5 dan 8 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
waktu yang paling efektif setelah pemberian ekstrak daun sirih dalam
menghambat aktivitas bakteri Escherichia coli yaitu pada jam ke 8 dengan nilai
Lebar Daerah Hambat (LDH) sebesar 2,5 mm.
Kata Kunci : Daun sirih, Antibakteri, Serum, Kolibasilosis, Escherichia coli,
Enrofloxacin
ABSTRACT
The research is to determine the effective time of giving the betel leaf extract as
antibacterial to fight against Eschericha coli. 3 kg betel leaves are extracted using
maceration method which use 60 % ethanol solvent. The main sample used in this
research is broiler chicken serum that has been separated from the red blood cells.
The test in conducted with 6 chickens, 3 chickens are given betel leaf extract
orally, and the dosage is 0,1 g/800 g BW. Another 3 chickens are given
enrofloxacin as a positive control (+), and the dosage is also 0,1 g/800 g BW. A
2
zero time chicken blood sample is drawn as a negative control (-) before the
chicken is given betel leaf extract or enrofloxacin. And then, the chicken blood is
drawn after 1, 2, 5 and 8 hours after given the betel leaf extract and enrofloxacin
as the positive control.
The antibacterial test is done using agar diffusion method (containing
chicken serum) to determine the growth inhibition area toward the bacterial
growth in a zero time, after 1, 2, 5 and 8 hours. The result of the research shows
that the most effective time after giving the betel leaf extract to prevent the
activities of Escherichia coli is 8 hours after the treatment, and the growth
inhibition area is 2,5 mm.
Keywords : Betel leaf, Antibacterial, Serum, Colibasilosis, Escherichia coli,
Enrofloxacin.
Dewasa
ini
peternakan
peternakan unggas, khususnya ayam
unggas khususnya peternakan ayam
broiler. Agen penyebab munculnya
pedaging (Broiler) merupakan salah
penyakit
ini
adalah
bakteri
satu sektor yang mempunyai peranan
Escherihia coli strain patogen baik
sangat penting dalam perekonomian
secara primer maupun sekunder.
nasional, terkait dengan pemenuhan
Secara umum Escherichia
coli
kebutuhan masyarakat akan protein
merupakan mikroflora normal pada
hewani. Hal
ini
dikarenakan
usus manusia dan hewan, tetapi
permintaan terhadap daging ayam
beberapa galur bersifat patogenik
terus meningkat seiring dengan
(Gyles, 1983). Terkait dengan
meningkatnya
penghasilan
dan
dampaknya
pada
industri
kesadaran penduduk akan pentingnya
perunggasan, infeksi Escherichia
protein
hewani
(Ahmad
dan
coli menyebabkan kematian embrio
Elfawati, 2008).
pada telur tetas, infeksi kuning telur,
Dalam mengelola peternakan
koliseptisemia, peradangan kantung
broiler,
para
peternak
harus
udara, radang usus, infeksi saluran
menghadapi
berbagai
macam
reproduksi, radang persendian dan
kendala yang sangat merugikan,
bahkan menyebabkan kematian.
mulai dari masalah manajemen
Penularan
kolibasilosis
kandang sampai masalah penyakit.
biasanya
terjadi
secara
oral
melalui
Ada
banyak
penyakit
yang
pakan, air minum atau debu yang
menyerang ayam pedaging seperti
tercemar oleh Escherichia coli.
penyakit yang disebabkan oleh virus,
Bakteri Echerichia coli juga mampu
jamur, parasit dan bakteri. Salah satu
menyebar melalui peredaran darah,
penyakit yang disebabkan oleh
sehingga
dapat
menyebabkan
bakteri adalah infeksi bakteri
kerusakan
pada
berbagai
organ yang
Eschericia coli (E.coli) yang
akhirnya mengganggu pertumbuhan
merupakan infeksi bakteri paling
dari ayam tersebut (Tabbu, 2000).
umum dijumpai pada peternakan
Salah
satu
usaha
untuk
broiler yaitu penyakit Kolibasilosis
menanggulangi
infeksi
penyakit
yang
(Bisping dan Amtsberg, 1988).
ditimbulkan
oleh
bakteri
Escherichia
Kolibasilosis
merupakan
coli adalah dengan pemberian
penyakit yang sering dibahas dalam
3
antibiotik, namun seiring dengan
munculnya kasus resistensi yang
cukup
tinggi
mendorong
dilakukannya berbagai upaya untuk
mencari
obat
alternatif.
Hermawan (2007), meneliti
potensi ekstrak daun sirih sebagai
antibakteri terhadap Escherichia coli.
Berdasarkan laporan hasil penelitian
tersebut diketahui ekstrak daun sirih
bersifat
bakterisidal
terhadap
Escherichia coli secara in vitro,
namun efeknya secara in vivo belum
diketahui.
Serum sebagai bagian dari
unsur darah yang mengandung
protein berperan penting dalam
proses eliminasi agen penyakit,
karena selain terkait respon imunitas
serum juga bisa bersifat sebagai
salah satu tempat deposit obat.
Hanya obat yang bebas tidak terikat
protein serum atau darah yang akan
bekerja pada sasarannya. Sirih
mengandung senyawa kimia kavikol
dan betlephenol yang terkandung
dalam minyak atsiri. Kedua zat
tersebut
merupakan
kandungan
terbesar minyak atsiri yang ada
didalam daun sirih. Kavikol inilah
yang memberikan bau khas daun
sirih dan memilki daya pembunuh
bakteri lima kali lipat dari phenol
biasa (Moeljanto dan Mulyono,
2003).
Aktivitas antibakteri dari
ekstrak daun sirih yang dilakukan
secara in vivo akan dikaji melalui
aktivitas antibakterial serum hewan
percobaan, dalam hal ini ayam
broiler yang memperoleh ekstrak
daun sirih secara oral.
METODOLOGI
Uji
fitokimia
dilakukan
secara kualitatif terhadap ekstrak
daun sirih meliputi uji kandungan
senyawa flavonoid, alkaloid, saponin
dan tanin.
Pengujian dilakukan
terhadap 6 ekor ayam, 3 ayam
diberikan ekstrak daun sirih secara
peroral dengan dosis 0,1 g/800 g BB
dan 3 ayam diberikan enrofloxacin
sebagai kontrol positif (+) dengan
dosis 0,1 g/800 g BB. Darah ayam
diambil pada jam ke 0 sebagai
kontrol negative (-) sebelum ayam
diberikan ekstrak sirih ataupun
enrofloxacin, kemudian diambil lagi
darahnya setiap 1,2,5, dan 8 jam
setelah pemberian ekstrak daun sirih
dan kontrol positif (enrofloxacin).
Pengujian antibakteri dilakukan
menggunakan metode difusi kertas
cakram (berisi serum ayam) dengan
mengukur Lebar Daerah Hambat
(LDH) terhadap pertumbuhan bakteri
pada waktu 0,1,2,5 dan 8 jam.
Pembuatan Ekstrak Daun Sirih
Daun sirih segar yang sudah
terkumpul sebanyak 3 kg dicuci
dengan aquadest, kemudian dirajang
menggunakan
pisau
menjadi
potongan daun yang kecil berukuran
2x3 cm. Rajangan daun sirih
sebanyak 200 g dimasukkan ke
dalam 15 botol coklat yang telah
berisi etanol 60 % sebanyak 1 L per
botol. Maserasi dilakukan selama 3
hari, sambil dikocok sesekali.
Pergantian pelarut dilakukan setiap
hari, filtrat yang diperoleh dari setiap
penyaringan
sirih
diambil
menggunakan penyaring yang dialasi
kain batis dan dimasukkan ke dalam
jerigen. Filtrat yang diperoleh dari
proses maserasi selama tiga hari
diuapkan
menggunakan
Rotary
Vacum
Evaporator
untuk
mendapatkan ekstrak kering. Proses
Rotary Vacum Evaporator dilakukan
4
di PAU SEAFAST Institut Pertanian
Bogor (IPB).
serum di oven dengan suhu ± 37o C
sampai kering.
Pemisahan Serum Dari Darah
Untuk mendapatkan serum
darah, harus dilakukan pemisahan
agar serum dan butir darah serta
fibrinogen menjadi terpisah. Darah
diambil menggunakan spuit steril 1
cc, dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugasi, kemudian dilakukan
pemisahan serum dengan cara
sentrifugasi pada kecepatan 5000 –
10.000 rpm selama 5 menit. Hasil
sentrifugasi yaitu lapisan yang
berada di bagian atas tabung berupa
serum yang memiliki bobot jenis
lebih
rendah
dan
warnanya
kuningjernih, sedangkan pada bagian
bawah tabung berupa sel darah
merah dan fibrinogen yang memiliki
bobot jenis lebih besar. Serum yang
dihasilkan kemudian diambil dengan
cara dipipet dan ditampung dalam
tabung penampung, setelah itu
tabung yang berisi serum disimpan
dalam refrigerator dengan suhu – 4o
C.
Selanjutnya
serum
siap
digunakan.
Prosedur Penentuan Kemampuan
Lebar Daerah Hambat (LDH)
Pada
Pertumbuhan
Bakteri
Escherchia coli
Cara Mengisi Kertas Cakram
Kertas cakram disterilkan
dalam autoclave pada suhu 121o C
selama 5 menit. Kemudian kertas
cakram dimasukkan ke dalam oven
dengan suhu 50o C sampai keadaan
kertas cakram kering. Kertas cakram
diletakkan di atas cawan petri yang
sudah steril dan ditetesi serum
sebanyak 3 tetes menggunakan spuit
steril. Setelah itu didiamkan selama 1
jam agar serum terserap sempurna ke
dalam kertas cakram. Selanjutnya
cawan petri yang sudah berisi kertas
cakram yang di dalamnya terdapat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstrak kering yang didapatkan
berwarna hitam pekat dengan berat
87,24 g. Hasil rendemen ekstrak
adalah
2,908
%.
Penentuan
rendemen
berfungsi
untuk
mengetahui berapa besar kadar
senyawa yang terbawa oleh pelarut
yang digunakan.
Bakteri sebanyak 0,2 mL dengan
konsentrasi 10-1 hasil pengenceran
dituangkan pada cawan petri yang
berisi Nutrient Agar suhu 40 o C,
kemudian digerakkan melingkar
untuk menyebarkan bakteri secara
merata. Setelah agar memadat di
atasnya diletakkan kertas cakram
yang mengandung serum ekstrak
daun sirih. Cawan petri tersebut
diinkubasi dengan suhu 37o C selama
1 x 24 jam. Untuk mengetahui
aktivitas antibakteri dapat dilihat
dengan timbulnya zona hambat yaitu
daerah bening/terang disekitar kertas
cakram
yang
menunjukkan
pertumbuhan bakteri dihambat oleh
serum. Selanjutnya diamati dan
diukur lebar daerah hambat yang
terbentuk di sekeliling kertas cakram
dengan menggunakan penggaris.
Hasil Penetapan Kadar Air dan
Kadar Abu
Penetapan kadar air adalah
pengukuran kandungan air yang
berada
didalam
bahan
yang
dilakukan dengan cara yang tepat.
5
Penetapan kadar air dilakukan untuk
memberikan batasan minimal atau
rentang besarnya kandungan air
dalam suatu bahan dikarenakan air
merupakan media pertumbuhan yang
baik bagi bakteri dan jamur.
Penetapan kadar air dilakukan duplo,
hasil rata – rata penetapan kadar air
ekstrak kering daun sirih yaitu 5,18
%. Hasil tersebut memenuhi syarat,
karena syarat kadar air ekstrak daun
sirih yakni tidak lebih dari 10 %
(DepKes RI, 1980).
Prinsip penetapan kadar abu
yaitu bahan dipanaskan pada
temperatur dimana senyawa organik
dan
turunannya
terdekstruksi
kemudian menguap, sehingga tinggal
unsur mineral dan anorganik.
Senyawa anorganik adalah unsur
mineral yang merupakan komposisi
tanaman obat serta bahan pangan
selain air dan bahan organik.
Penetapan kadar abu dilakukan
triplo, hasil rata-rata
penetapan
kadar abu ekstrak kering daun sirih
yaitu 8,41 %, hasil tersebut
memenuhi syarat karena syarat kadar
abu ekstrak daun sirih yaitu tidak
lebih dari 14 % (DepKes RI, 1980).
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia
No
Identifikasi
Senyawa
Paramater
Hasil
Pengamatan
1
Flavonoid
Warna
jingga
(+)
Larutan
berwarna
jingga
2
Alkaloid
Pereaksi
Dragen
dorff
Endapan
merah
(+)
Terbentuk
endapan
merah
Pereaksi
Wagner
Endapan
coklat
(+)
Terbentuk
endapan
coklat
Pereaksi
Mayer
Endapan
putih
(+)
Terbentuk
endapan
putih
3
Saponin
Terbentuk
emulsi
(+)
Terbentuk
emulsi
4
Tanin
Endapan
putih
(+)
Terbentuk
endapan
putih
Uji
fitokimia
dilakukan
karena merupakan salah satu metode
untuk
mengetahui
kandungan
senyawa metabolit sekunder yang
terdapat pada suatu tanaman. Hasil
uji fitokimia pada Tabel 3
menunjukkan bahwa ekstrak kering
daun sirih mengandung senyawa
flavonoid, alkaloid, saponin, dan
tannin.
Pengujian Aktivitas Antibakteri
Serum darah ayam yang
diberi ekstrak sirih secara peroral
dengan dosis 0,1 g/800 g bobot ayam
dan kontrol positif (enrofloxacin)
dosis 0,1 g/800 g bobot ayam,
setelah diuji aktivitas antibakteri
terhadap
Escherichia
coli
menunjukkan hasil yang positif.
Hasil ini ditunjukkan dengan adanya
zona bening di sekitar kertas cakram.
Lebar Daerah Hambat (LDH) zona
bening serum yang memperoleh
ekstrak dapat dilihat pada Gambar 6.
Dengan betambahnya waktu setiap
pengambilan darah pada ayam
ekstrak sirih maka semakin besar
lebar daerah hambat yang terlihat.
Puncaknya lebar daerah hambat
maksimal terlihat pada jam ke 8.
Sementara lebar daerah hambat yang
paling kecil yaitu pada jam ke 1.
6
Pengujian Aktivitas Antibakteri
Serum darah ayam yang
diberi ekstrak sirih secara peroral
dengan dosis 0,1 g/800 g bobot ayam
dan kontrol positif (enrofloxacin)
dosis 0,1 g/800 g bobot ayam,
setelah diuji aktivitas antibakteri
terhadap
Escherichia
coli
menunjukkan hasil yang positif.
Hasil ini ditunjukkan dengan adanya
zona bening di sekitar kertas cakram.
Lebar Daerah Hambat (LDH) zona
bening serum yang memperoleh
ekstrak dapat dilihat pada Gambar 1.
Dengan betambahnya waktu setiap
pengambilan darah pada ayam
ekstrak sirih maka semakin besar
lebar daerah hambat yang terlihat.
Puncaknya lebar daerah hambat
maksimal terlihat pada jam ke 8.
Sementara lebar daerah hambat yang
paling kecil yaitu pada jam ke 1.


5 = Pada jam ke
yang dihasilkan
1,5 mm
8 = Pada jam ke
yang dihasilkan
2,5 mm
5 LDH
sebesar
8 LDH
sebesar
Selanjutnya pada Gambar 8
terlihat bahwa kontrol positif
(enrofloxacin) memberikan lebar
daerah hambat yang puncaknya
paling besar pada jam ke 1.
Sementara lebar daerah hambat
paling kecil dihasilkan pada jam ke
8.
AYAM 2
0
1
5
2
8
AYAM 1
0
1
5
2
8
Gambar 2. Zona hambat yang
dihasilkan oleh kontrol positif
(enrofloxacin).
Keterangan :
Gambar 1. Zona hambat yang
dihasilkan oleh ekstrak sirih.
Keterangan :
 0 (kontrol negatif) =
Pada jam ke 0 ≠ zona
hambat
 1 = Pada jam ke 1 LDH
yang dihasilkan sebesar
0,5 mm
 2 = Pada jam ke 2 LDH
yang dihasilkan sebesar
0,5 mm





0 (kontrol negatif) = Pada
jam ke 0 LDH yang
dihasilkan sebesar 0,5 mm
1 = Pada jam ke 1 LDH yang
dihasilkan sebesar 2,25 mm
2 = Pada jam ke 2 LDH yang
dihasilkan sebesar 2 mm
5 = Pada jam ke 5 LDH yang
dihasilkan sebesar 1,5 mm
8 = Pada jam ke 8 LDH yang
dihasilkan sebesar 1,25 mm
Terbentuknya zona hambat di
sekitar kertas cakram karena ekstrak
7
daun sirih mengandung senyawa
flavonoid, tanin, saponin, dan
alkaloid.
Flavonoid
merupakan
senyawa polifenol yang bersifat
polar dan umumnya terdapat dalam
bentuk bentuk campuran sebagai
glikosida pada jaringan tumbuhan.
Senyawa ini dapat bekerja sebagai
antibakteri
karena
dapat
mendenaturasi dan mengkoagulasi
protein sel bakteri sehingga sel
bakteri mati (Siswandono dan
Soekardjo, 1995).
Selain flavonoid, senyawa
yang berkhasiat sebagai antibakteri
yang dikandung dalam ekstrak daun
sirih adalah tanin. Tanin merupakan
salah satu antimikroba yang berasal
dari tumbuhan dan bekerja dengan
cara membentuk ikatan yang stabil
dengan protein sehingga terjadi
koagulasi
protoplasma
bakteri
(Robinson, 1991). Turunan fenol
berinteraksi dengan sel bakteri
melalui proses adsorpsi yang
melibatkan ikatan hidrogen. Pada
konsentrasi
rendah
terbentuk
komplek protein-fenol dengan ikatan
lemah dan segera mengalami
peruraian, diikuti penetrasi fenol ke
dalam sel
dan menyebabkan
koagulasi
dan
sel
membran
mengalami lisis. Selain itu turunan
fenol
juga
dapat
merubah
permeabilitas membran sel, sehingga
dapat
menimbulkan
kebocoran
konstituen sel yang esensial,
sehingga sel bakteri mengalami
kematian (Siswanodo dan Soekardjo,
1995).
Saponin
dapat
berperan
sebagai antibakteri, mekanisme kerja
saponin sebagai antibakteri yaitu
dapat
menyebabkan
kebocoran
potein dan enzim dari dalam sel
(Madduluri et al., 2013). Saponin
berdifusi melalui membran luar dan
dinding sel yang rentan kemudian
mengikat
membran
sitoplasma
sehingga
menggangu
dan
mengurangi kestabilan membran sel.
Hal ini menyebakan sitoplasma
bocor keluar dari sel yang
mengakibatkan kematian sel. Agen
antimikroba
yang
mengganggu
membran
sitoplasma
bersifat
bakterisidal (Cavaleiri et al., 2005).
Selain senyawa flavonoid,
tanin, dan saponin, alkaloid juga
dapat
menghambat
aktivitas
antibakteri,
mekanisme
kerja
alkaloid sebagai antibakteri yaitu
dengan cara menggangu komponen
penyusun peptidoglikan pada sel
bakteri, sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut
(Darsana et al., 2012).

Hasil Nilai AUC
Under Curve)
(Area
Selanjutnya dilihat nilai AUC
(Area Under Curve) atau area di
bawah kurva yang dihasilkan oleh
kontrol negatif (pada waktu 0 jam),
dan ayam yang diberikan ekstrak
sirih serta ayam yang diberikan
enrofloxacin (kontrol positif). AUC
(Area
Under
Curve)
adalah
permukaan di bawah kurva (grafik)
yang menggambarkan naik turunnya
kurva obat sebagai fungsi dari waktu.
AUC
dapat
dihitung
secara
matematis AUC dapat digunakan
untuk
membandingkan
kadar
masing-masing
obat
secara
keseluruhan. Nilai AUC yang
dihasilkan dapat dilihat pada Gambar
3.
8
Nilai Rata-Rata AUC
Nilai AUC (Area Under Curve)
Ekstrak Sirih dan Kontrol
14
Positif (Enrofloxacin)
13
*
12
11
12,562
5
11,75
10
ekstrak sirih
kontrol positif
Perlakuan
Gambar 3. Nilai AUC (Area Under
Curve) Ekstrak Sirih
dan Kontrol Positif
(Enrofloxacin).
Berdasarkan dari hasil rata-rata nilai
AUC yang diperoleh antara ekstrak
sirih
dengan
kontrol
positif
(enrofloxacin) nilai AUC dari
kontrol positif yaitu sebesar 12,5625
dan nilai AUC dari ekstrak sirih
yaitu sebesar 11,75. Hasil ini
menunjukkan bahwa kontrol positif
memberikan nilai AUC lebih besar
dibandingkan dengan ekstrak sirih.
Artinya antibiotik enrofloxacin lebih
cepat terserap oleh tubuh ayam
dibandingkan dengan ekstrak sirih.
Hasil Rata=Rata Lebar
Daerah Hambat (mm)
3
2,5
2.16
2,5
2
1,5
1
0,5
0
1.83
1,75
1,5
1.41
0.83 0.83
0,5
0
y = 0,6x - 0,6
R² = 0,9474
0
1
2
5
8
jam jam jam jam jam
Perlakuan (Jam)
Gambar 4. Grafik Rata-Rata
Lebar Daerah Hambat (mm)
ES
K+
Dari hasil grafik rata-rata
pada setiap perlakuan (0 jam (kontrol
negatif), 1, 2, 5, dan 8 jam) terhadap
ekstrak sirih ataupun kontrol positif
(enrofloxacin) memperlihatkan ada
perbedaan pada setiap perlakuannya.
Proses absorpsi obat merupakan hal
yang penting dalam memberikan
reaksi daerah hambat. Absorpsi obat
adalah perpindahan obat dari tempat
pemberian menuju ke darah dan
target aksinya. Untuk melintasi aliran
sitemik (darah), obat harus dapat
melintasi membran (barrier) yang
merupakan faktor terpenting bagi
obat untuk mencapai tempat aksinya
(missal otak, jantung, dan anggota
badan yang lain).
Pengambilan serum dari
darah ayam karena serum merupakan
tempat terdepositnya suatu obat.
Pada ekstrak sirih dari waktu 1, 2, 5,
dan 8 jam lebar daerah hambat yang
ditimbulkan meningkat dari setiap
waktunya pasca pemberian ekstrak
sirih secara peroral. Hal ini dapat
terlihat setelah ditarik garis lurus
linear menghasilkan nilai y= 0,6x-0,6
dengan nilai regresi R2 = 0,947. Dari
hasil tersebut menunjukkan proses
absorpsi ekstrak semakin lama
ekstrak ada di dalam tubuh ayam
(waktu) maka semakin besar lebar
daerah hambat yang dihasilkan oleh
serum ekstrak sirih. Nilai rata-rata
lebar
daerah
hambat
yang
ditimbulkan oleh ekstrak sirih paling
besar yaitu pada jam ke 8 sebesar 2,5
mm.
Pada
kontrol
positif
(enrofloxacin) proses absorpsi obat
antibakteri enrofloxacin berjalan
cepat, sehingga tidak memerlukan
waktu yang lama sampai obat di
dalam serum memberikan lebar
daerah hambat yang dihasilkan besar.
9
Lebar
daerah
hambat
yang
ditimbulkan cepat yaitu pada jam ke
1 pasca pemberian enrofloxacin,
rata-rata lebar daerah hambat yang
dihasilkan sebesar 2,16 mm.
Semakin lama waktu pengambilan
darah pada kontrol positif lebar
daerah hambat menurun, meskipun
menurun tetapi lebar daerah hambat
yang dihasilkan tetap besar. Dari
hasil ini memperlihatkan bahwa
proses absorpsi ekstrak sirih di dalam
tubuh ayam berjalan lambat,
memerlukan waktu sampai jam ke 8
hingga lebar daerah hambat terhadap
bakteri yang dihasilkan besar.
Sementara berbeda dengan hasil
kontrol
positif
yang
cepat
menimbulkan lebar daerah hambat
pada jam ke 1. Hal ini membuktikan
baik ekstrak sirih ataupun kontrol
positif
(enrofloxacin)
dapat
menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa :



Ekstrak daun sirih dalam
serum ayam mempunyai
aktivitas sebagai antibakteri
terhadap Escherichia coli
dengan membentuk zona
hambat yang semakin besar
sesuai lamanya ekstrak dalam
serum.
Semakin
lama
waktu
pengambilan serum darah
ayam ekstrak sirih semakin
besar pula zona hambat yang
dihasilkan.
Waktu yang paling efektif
pasca pemberian ekstrak daun
sirih dalam menghambat


pertumbuhan
bakteri
Escherichia coli yaitu pada
jam ke 8.
Nilai AUC ekstrak sirih
sebesar 11,75 dan nilai AUC
kontrol
positif
sebesar
12,5625.
Dari hasil uji fitokimia
ekstrak
daun
sirih
mengandung
senyawa
flavonoid, alkaloid, saponin,
dan tanin.
Saran

Perlu dilakukan uji aktivitas
zona hambat lebih lanjut
dengan memberikan waktu
pengamatan yang lebih lama
untuk mengetahui sampai
berapa lama khasiat ekstrak
daun sirih berada dalam
tubuh ayam.
Perlu dilakukan uji aktivitas
antibakteri Escherichia coli terhadap
serum
ayam
broiler
dengan
menggunakan jenis daun sirih yang
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
dan Elfawati. 2008.
Performans Ayam Broiler yang
Diberi Sari Buah Mengkudu
(Morind Citrifolia). Jurnal
Peternakan Vol 5 No.1. Jakarta.
Halaman 10 – 13.
Bisping, W. and Amtsberg G.A.
1988. Color Atlas for The
Diagnosis
of
Nacterial
Pathogen in Animals. Berlin.
Paul Parey Scientific Publisher.
Germany.
Cavaleiri, S.J., Rankin,
I.D.,
Harbeck, R.J., Sautter, R.S., Mc
10
Carter, Y.S., S.E. Sharp, S.E.,
Ortez, J.H., and Spiegel, C.A.
2005. Manual Of Antimicrobial
Susceptibility Testing. American
Society For Microbiology, USA.
DepKes RI. 1980. Materia Medika
Indonesia Jilid IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta.
Darsana, I., Besung, I., and Mahatmi,
H.
2012.
Potensi
Daun
Binahong (Anredera Cordifolia
(Tenore)
Steenis)
Dalam
Menghambat
Pertumbuhan
Bakteri Escherichia coli Secara
In Vitro. Indonesia Medicus
Veterinus.
Gyles, C.L. 1983. Escherichia coli.
Dalam
Pathogenesis
of
Bacterial Infection in Animal.
Gyles, C.L.and. Thoen, C. O
(eda). Second Edition. Ames ;
Iowa State University Press.
Halaman 164-187.
Hermawan, A. 2007. Pengaruh
Ekstrak Daun Sirih (Piper betle
L.) Terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan
Escherichia
coli
Dengan
Metode Difusi Disk. Universitas
Airlangga, Surabaya.
Madduluri., Suresh., Rao, K., Babu.,
and Sitaram, B. 2013. In Vitro
Evalution
Of Antibacterial
Activity Of Five Indigenous
Plants Extract Against Five
Bacterial Pathogens Of Human.
International
Journal
Of
Pharmacy And Pharmaceutical
Sciences. 5 (4) : Halaman 679684
Moeljanto, R.D. dan Mulyono. 2003.
Khasiat dan Manfaat Daun
Sirih, Obat Mujarab dari Masa
Ke Masa. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Robinson, T. 1991. Kandungan
Organik Tumbuhan Tinggi.
Terjemahan Padmawinata, K.
Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Siswandono, dan Soekardjo, B.
1995.
Kimia
Medisinal.
Airlangga Press, Surabaya,
halam 257-259.
Tabbu, C.R. 2000. Penyakit Ayam
dan
Penanggulangannya.
Kanisius, Yogyakarta.
Download