(Grand Theory) Teori kegunaan keputusan

advertisement
 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Teori Kegunaan Keputusan (Grand Theory)
Teori
kegunaan
keputusan
(decision-usefulness
theory)
informasi
akuntansi menjadi referensi dari penyusunan kerangka konseptual Financial
Accounting Standard Boards (FASB), yaitu Statement of Financial Accounting
Concepts (SFAC) yang berlaku di Amerika Serikat. SFAC No. 8 merupakan salah
satu dari serangkaian publikasi di FASB untuk akuntansi dan pelaporan keuangan
yang mencakup dua bab kerangka konseptual baru yang menggantikan SFAC
No.1, tujuan pelaporan keuangan oleh perusahaan bisnis, dan SFAC No.2,
karakteristik kualitatif informasi akuntansi. SFAC No.8 dimaksudkan untuk
menetapkan tujuan-tujuan dan konsep-konsep fundamental yang akan menjadi
dasar untuk pengembangan akuntansi keuangan dan pedoman pelaporan agar
cakupan yang ada dapat memenuhi kebutuhan para pengambil keputusan yang
akan menggunakannya.
Statement of Financial Accounting Concepts No. 8 tentang Conceptual
Frameworks for Financial Reporting menyatakan bahwa informasi keuangan
harus memiliki karakteristik kualitatif yang fundamental untuk menjadi berguna.
Teori kegunaan keputusan informasi sangat relevan, karena Standar Akuntansi
Pemerintah di Indonesia mengadopsi karakteristik kualitatif dari SFAC No. 8,
hanya saja Standar Akuntansi Pemerintahab (SAP) menekankan pada empat
prasyarat normatif yakni; relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.
12
2.2
13
Teori Kontijensi (Supporting Theory)
Pendekatan teori kontijensi mengidentifikasi bentuk-bentuk optimal
pengendalian organisasi di bawah kondisi operasi yang berbeda dan mencoba
untuk menjelaskan bagaimana prosedur operasi pengendalian organisasi tersebut.
Pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen didasarkan pada premis bahwa
tidak ada sistem pengendalian secara universal selalu tepat untuk dapat diterapkan
pada setiap organisasi, tetapi hal ini tergantung pada faktor kondisi atau situasi
yang ada dalam organisasi. Dilandasi dari penelitian Riyanto (2003) yang
mengatakan perlunya penelitian mengenai pendekatan kontijensi dalam menguji
faktor kontekstual yang mempengaruhi hubungan antara sistem pengendalian
dengan kinerja, pada penelitian ini yang akan diuji adalah mengenai hubungan
antara sistem pengendalian intern dan kualitas laporan keuangan. Hasil penelitianpenelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten antara satu
peneliti dengan peneliti yang lainnya. Sehingga diperlukan upaya untuk
merekonsiliasi ketidakkonsistenan dengan cara mengidentifikasikan faktor-faktor
kondisional antara kedua variabel tersebut dengan pendekatan kontijensi.
Penggunaan pendekatan kontijensi tersebut memungkinkan adanya variabelvariabel lain yang bertindak sebagai moderating variable atau intervening
variable yang mempengaruhi hubungan antara sistem pengendalian intern dan
kualitas laporan keuangan.
Riyanto (2003) berpendapat tentang perlunya penelitian mengenai
pendekatan kontijensi. Penelitian tersebut untuk menguji faktor kontekstual yang
mempengaruhi hubungan antara sistem pengendalian dengan kinerja. Faktor
14
kontekstual yang mempengaruhi keefektifan sistem pengendalian, pada umumnya
di luar domain akuntansi sehingga menyangkut multi disiplin. Contoh faktor
kontekstual
tersebut
adalah
motivasi,
komitmen,
struktur
organisasi,
ketidakpastian lingkungan dan strategi. Wicaksono (2013) menyatakan bahwa
faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas sistem pengendalian intern adalah
kualitas audit, lingkup audit dan gaya kepemimpinan.
2.3
Pelaporan Keuangan Pemerintah
Pelaporan keuangan meliputi segala aspek yang berkaitan dengan
penyediaan dan penyampaian informasi keuangan. Aspek-aspek tersebut antara
lain lembaga yang terlibat (misalnya penyusunan standar, badan pengawas dari
pemerintah atau pasar modal, organisasi profesi, dan entitas pelapor), peraturan
yang berlaku termasuk Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Laporan
keuangan hanyalah salah satu medium dalam penyampaian informasi. Laporan
keuangan pada dasarnya adalah asersi dari pihak manajemen pemerintah yang
menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk
menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan
kepadanya. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang
telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi
suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap
peraturan perundang-undangan.
15
Tujuan pelaporan keuangan pemerintah menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 71 Tahun 2010, pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk
melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode
pelaporan
untuk
kepentingan:
akuntabilitas,
manajemen,
transparansi,
keseimbangan antar generasi. Evaluasi kinerja pelaporan keuangan pemerintah
seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam
menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik dengan:
1)
Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode
berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.
2)
Menyediakan informasi mengenai kesesuaian cara memperoleh
sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang
ditetapkan dan peraturan perundang-undangan.
3)
Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi
yang digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil
yang telah dicapai.
4)
Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan
mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5)
Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi
entitas pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal
dari pungutan pajak dan pinjaman.
16
6)
Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan
entitas pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan,
sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan
informasi mengenai pendapatan, belanja, transfer, dana cadangan, pembiayaan,
aset, kewajiban, ekuitas dana, dan arus kas suatu entitas pelaporan. Adapun
laporan keuangan pokok yang harus disusun oleh pemerintah sebagaimana
tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan meliputi:
1)
Laporan Realisasi Anggaran
Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan pemakian sumber daya
ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan
perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan. Pelaporan mencerminkan kegiatan keuangan pemerintah daerah
yang menunjukkan ketaatan terhadap pelaksanaan APBD. Dengan
demikian, laporan realisasi anggaran menyajikan pendapatan pemerintah
daerah dalam satu periode, belanja, surplus atau defisit, pembiayaan dan
sisa lebih atau kurang pembiayaan.
2)
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan perubahan saldo anggaran lebih menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan saldo anggaran lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
17
3)
Neraca
Neraca adalah keuangan yang menyajikan posisi keuangan entitas
ekonomi pada suatu saat (tanggal) tertentu. Laporan ini dibuat untuk
menyajikan informasi kuangan yang dapat dipercaya mengenai aset,
kewajiban dan ekuitas dana.
4)
Laporan Operasional
Laporan operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam
laporan operasional terdiri dari pendapatan, beban, transfer, dan pos-pos
luar biasa.
5)
Laporan Arus Kas
Menyajikan informasi tentang sumber, penggunaan, perubahan kas
dan setara kas, selama satu periode akuntansi dan saldo kas dan setara kas
pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi dan non-anggaran.
6)
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan
ekuitas
tahun
pelaporan
dibandingkan
dengan
tahun
sebelumnya.
7)
Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan disajikan secara sistematis sesuai
18
Standar Akuntansi Pemerintahan, dimana setiap pos dalam laporan
realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas, harus mempunyai
referensi silang dengan informasi terkait dalam catatan atas laporan
keuangan. Disamping itu, juga mencakup informasi tentang kebijakan
akuntansi yang digunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam standar akuntasi
pemerintahan
serta
ungkapan-ungkapan
yang
diperlukan
untuk
menghasilkan penyajian laporan keuagan secara wajar.
2.4
Kualitas Laporan Keuangan
2.4.1
Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 8
Statement of Financial Accounting Concepts No. 8 tentang Conceptual
Frameworks for Financial Reporting menyatakan bahwa informasi keuangan
harus memiliki karakteristik kualitatif yang fundamental untuk menjadi berguna
dalam pengambilan keputusan. Para pembuat keputusan membutuhkan informasi
untuk digunakan dalam keputusan investasi, kredit, dan keputusan yang serupa
lainnya. SFAC ini diterbitkan oleh FASB pada tahun 2010. Karakteristik yang
fundamental yaitu relevan (relevance) dan penggambaran yang senyatanya
(faithful representation). Kegunaan dari informasi keuangan dalam laporan
keuangan dapat ditingkatkan informasi tersebut mengandung nilai komparatif
(comparability), dapat diverifikasi (verifiability), tepat waktu (timeliness), dan
dapat dimengerti (understandability).
2.4.2
19
Standar Akuntansi Keuangan
Karakteristik kualitatif (kualitas) merupakan suatu ciri khas yang membuat
informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakainya. Berikut adalah
karakteristik laporan keuangan sesuai dengan kerangka dasar penyusunan
penyajian laporan keuangan.
1)
Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk dipahami oleh pemakainya.
Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang
aktifitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari
informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi
kompleks yang seharusnya dimasukkan di dalam laporan keuangan tidak
dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut
terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2)
Relevan
Agar laporan keuangan bermanfaat, informasi di dalamnya harus
relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan
keputusan. Informasi di dalam laporan keuangan memilki kualitas relavan
jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, dan
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
Informasi posisi keuangan dan kinerja dimasa lalu sering kali
digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja
20
masa depan dan hal-hal lain yang langsug menarik perhatian pemakai,
seperti: pembayaran deviden dan upah, pergerakan harga sekuritas, dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh
tempo.
Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam
bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan keuangan
untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan memberikan informasi
tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.
3)
Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitas
laporan keuangan. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar
laporan keungan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau
kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam
mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstament).
Oleh karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atas
titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus
dimiliki agar informasi dipandang berguna.
4)
Keandalan
Informasi dalam laporan keuangan harus andal (reliable) agar
dapat bermanfaat. Informasi memilki kualitas yang andal jika bebas dari
pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
21
pemakainya
sebagai
penggambaran
yang
senyatanya
(faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan secara wajar.
5)
Penyajian Jujur
Informasi laporan keuangan pada umumnya tidak luput dari resiko
penyajian yang dianggap kurang jujur dari seharusnya digambarkan. Hal
tersebut bukan disebabkan karena kesenjangan untuk menyesatkan, tetapi
lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan
transaksi serta pristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun
atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna
transaksi dan peristiwa tersebut.
6)
Substansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, peristiwa tersebut
perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan subtansi dan realitas ekonomi
dan bukan hanya bentuk hukum. Substansi transaksi atau peristiwa lain
tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.
7)
Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada
usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak,
sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai
kepentingan yang berlawanan.
22
8)
Pertimbangan Sehat
Penyusunan
laporan
keuangan
mungkin
menghadapi
ketidakpastian suatu peristiwa dan keadaan tertentu, seperti ketertagihan
piutang yang diragukan, dan perkiraan masa manfaat pabrik serta
peralatan. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak
memperkenankan, misalnya: pembentukan cadangan tersembunyi atau
penyisihan, berlebihan, dan sengaja menetapkan aktiva atau penghasilan
yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi
sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu tidak
memilki kualitas yang andal.
9)
Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus
lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.
2.4.3
Standar Akuntansi Pemerintahan
Pengertian karakterisik kualitatif laporan keuangan pada Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) berbeda dengan Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP). Pada SAK karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat
informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Sementara pada SAP
karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Dalam SAK, karakteristik kualitatif didefinisikan secara tegas sebagai “ciri khas”,
sementara dalam SAP dinyatakan sebagai “ukuran yang perlu diwujudkan”.
Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan menjelaskan karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah
23
ukuran-ukuran normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi
sehingga dapat memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan
prasyarat normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat
memenuhi kualitas yang dikehendaki:
1)
Relevan
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang
termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan
membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini dan
memprediksi masa depan serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi
mereka di masa lalu. Dengan demikian informasi laporan keuangan yang
relevan dapat dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Informasi
yang relevan adalah:
a.
Memiliki manfaat umpan balik (feedback value), informasi
memungkinkan pengguna untuk menegaskan alat mengoreksi
ekspektasi mereka di masa lalu.
b.
Memiliki manfaat prediktif (predictive value), informasi
dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa
kini.
c.
Tepat waktu, informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
d.
Lengkap, informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan
selengkap mungkin yaitu mencakup semua informasi
24
akuntansi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.
Informasi yang melatarbelakangi setiap butir informasi utama
yang termuat dalam laporan keuangan diungkapkan dengan
jelas agar kekeliruan dalam penggunaan informasi tersebut
dapat dicegah.
2)
Andal
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut
secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang andal memenuhi
karakteristik:
a.
Penyajian Jujur, informasi menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan
atau yang secara wajar diharapkan untuk disajikan.
b.
Dapat Diverifikasi (verifiability), informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian
dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya
tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
c.
Netralitas, informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan
tidak berpihak pada kebutuhan pihak tertentu.
3)
Dapat dibandingkan
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih
25
berguna jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan eksternal. Perbandingan
secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama dari tahun ke tahun. Perbandingan secara eksternal
dapat dilakukan bila entitas yang diperbandingkan menerapkan kebijakan
akuntansi yang sama. Apabila entitas pemerintah akan menerapkan
kebijakan akuntansi yang lebih baik daripada kebijakan akuntansi yang
sekarang diterapkan, perubahan tersebut diungkapkan pada periode
terjadinya perubahan.
4)
Dapat dipahami
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
Teori kegunaan keputusan informasi akuntansi tercermin dalam bentuk
kaidah-kaidah yang harus dipenuhi oleh komponen-komponen pelaporan
keuangan agar dapat bermanfaat dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.
SFAC No. 8, SAK, dan SAP mengungkapkan karakteristik kualitatif informasi
akuntansi untuk membantu pengguna informasi dalam pegambilan keputusan
ekonomi. Walaupun sebenarnya karakteristik kualitatif informasi akuntansi yang
26
dikeluarkan dalam statement tersebut berbeda-beda satu sama lain, namun
kesemuanya adalah bertujuan untuk bagaimana bisa membantu dalam
pengambilan keputusan yang bermanfaat oleh pengguna.
2.5
Sistem Pengendalian Intern
2.5.1 Pengertian Pengendalian Intern
Pengendalian intern merupakan bagian dari manajemen risiko yang harus
dilaksanakan oleh setiap lembaga untuk mencapai tujuan lembaga. Demikian
perlunya pengendalian intern dalam sebuah lembaga sehingga hal ini harus
dilaksanakan secara konsisten untuk menjamin kesinambungan dan kepercayaan
masyarakat. Pengendalian intern harus dilaksanakan seefektif mungkin dalam
suatu perusahaan untuk mencegah dan menghindari terjadinya kesalahan,
kecurangan, dan penyelewengan. Di organisasi kecil, pengendalian masih dapat
dilakukan oleh pemimpin organisasi. Namun semakin besar organisasi, dimana
ruang gerak dan tugas-tugas yang harus dilakukan semakin kompleks,
menyebabkan pimpinan perusahaan tidak mungkin lagi melakukan pengendalian
secara langsung, maka dibutuhkan suatu pengendalian intern yang dapat
memberikan keyakinan kepada pimpinan bahwa tujuan perusahaan telah tercapai.
Sebuah
organisasi
nirlaba
independen
yang
mempunyai
tujuan
untuk
meningkatkan kualitas pelaporan keuangan melalui etika dan pengendalian intern
yang efektif yang disebut dengan Committee Of Sponsoring Organization of The
Treadway Commission (COSO), dibentuk pada tahun 1985.
27
Menurut Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway
Commission (COSO) (2013) pengertian pengendalian intern adalah sebagai
berikut:
Internal control is a process, effected by an entity’s board of
directors, management and other personnel, designed to provide
reasonable assurance regarding the achievement of objectives
relating to operations, reporting and compliance.
Sedangkan pengertian pengendalian intern menurut Elder, et al. (2011)
adalah proses yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai
pencapaian tujuan manajemen tentang reliabilitas pelaporan keuangan, efektivitas
dan efisiensi operasi, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Hal serupa juga disampaikan Jusuf (2014) yang menyatakan bahwa sistem
pengendalian intern terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang
manajemen dengan keyakinan yang memadai agar entitas mencapai tujuan dan
sasarannya yang berkaitan dengan keandalan pelaporan keuangan, efisiensi dan
efektivitas operasi, dan kepatuhan terhadap perundang-undangan.
Dari pengertian pengendalian intern tersebut terdapat beberapa konsep
dasar sebagai berikut:
1)
Pengendalian intern merupakan suatu proses pengendalian untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Pengendalian intern itu sendiri
bukan merupakan suatu tujuan.
2)
Pengendalian intern dijalankan oleh orang. Pengendalian intern
bukan hanya terdiri dari pedoman kebijakan dari formulir, namun
dijalankan oleh orang dari setiap pemegang organisasi yang
mencakup dewan komisaris, manajemen dan personel lainnya.
28
3)
Pengendalian intern dapat diharapkan mampu memberikan
keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak, bagi manajemen
dan dewan komisaris entitas keterbatasan yang melekat dalam
semua sistem pengendalian intern dan pertimbangan manfaat dan
pengorbanan
dalam
pencapaian
tujuan
pengendalian
yang
menyebabkan pengendalian intern tidak dapat memberikan
keyakinan mutlak.
4)
Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling
berkaitan diantaranya pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
2.5.2 Tujuan Pengendalian Intern
Seperti telah disebutkan di atas, bahwa tujuan pengendalian intern menurut
Jusuf (2014) adalah:
Tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan
memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan: (1) Keandalan
informasi, (2) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
berlaku, (3) Efektivitas dan efisiensi operasi.
Tujuan dari pengendalian intern akan terlaksana dengan baik bila
pengendalian intern dijalankan dengan baik pula dan sesuai dengan prosedur yang
ada. Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari
pengendalian intern ini adalah keandalan informasi keuangan, dimana
pengendalian intern ditujukan untuk memberikan keyakinan memadai bahwa
laporan keuangan harus disajikan secara wajar yang sesuai dengan prinsip
akuntansi di Indonesia. Kepatuhan pemeriksaan intern terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku dan juga peningkatan kegiatan operasi pemeriksaan intern
secara efektif dan efisien.
29
2.5.3 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Pengendalian
intern
merupakan
suatu
cara
untuk
mengarahkan,
mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi, serta berperan penting
dalam pencegahan dan pendeteksian penggelapan. Pengendalian intern terdiri atas
kebijakan dan prosedur yang digunakan dalam mencapai sasaran dan menjamin
atau menyediakan informasi keuangan yang andal, serta menjamin ditaatinya
hukum dan peraturan yang berlaku. Pada tingkatan organisasi, tujuan
pengendalian intern berkaitan dengan keandalan laporan keuangan, umpan balik
yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuan-tujuan operasional dan strategis,
serta kepatuhan pada hukum dan regulasi. Aparat pengawasan intern pemerintah
adalah Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, yang selanjutnya
disingkat BPKP bertanggungjawab langsung kepada Presiden sedangkan
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan
intern
adalah
aparat
pengawasan
intern
pemerintah
yang
bertanggungjawab langsung kepada menteri atau pimpinan lembaga. Inspektorat
Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggungjawab
langsung kepada gubernur dan Inspektorat Kabupaten atau Kota adalah aparat
pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada bupati
atau walikota.
Peraturan
Pemerintah
60
tahun
2008
menyatakan
bahwa
sistem
pengendalian intern pemerintah adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
30
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan
aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang dimaksudkan dalam peraturan ini
meliputi pemerintah daerah kabupaten atau kota dan pemerintah provinsi
Sistem pengendalian intern bertujuan untuk memberikan keyakinan yang
memadai
bagi
penyelenggaraan
tercapainya
efektivitas
pemerintahan
negara,
dan
efisiensi
keandalan
pencapaian
pelaporan
tujuan
keuangan,
pengamanan asset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Unsur-unsur pembentuk SPIP (Sistem Pengendalian Intern Pemerintah) antara
lain:
1)
Lingkungan Pengendalian
Indikator lingkungan pengendalian ini memiliki makna bahwa
pimpinan dan staf instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif
untuk penerapan sistem pengendalian intern dalam lingkungan kerjanya,
melalui; penegakan integritas dan nilai etika, komitmen terhadap
kompetensi, dan kepemimpinan yang kondusif.
2)
Penilaian Risiko
Indikator penilaian risiko ini memiliki makna bahwa pimpinan
instansi pemerintah wajib melakukan penilaian risiko, melalui identifikasi
risiko dan analisis risiko. Penilaian risiko oleh pimpinan instansi
pemerintah dengan cara menetapkan tujuan Instansi dan tujuan pada
31
tingkatan kegiatan.
3)
Kegiatan Pengendalian
Indikator kegiatan pengendalian ini memiliki makna bahwa
pimpinan beserta staf instansi pemerintah wajib menyelenggarakan
kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari
tugas dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan. Kegiatan
pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan
tersebut masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan.
4)
Informasi dan Komunikasi
Indikator informasi dan komunikasi ini memiliki makna bahwa
pimpinan dan staf dalam instansi pemerintah wajib mengidentifikasi,
mencatat, dan mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu
yang tepat. Pimpinan dan staf instansi pemerintah wajib menyediakan dan
memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi.
5)
Pemantauan Pengendalian Intern
Indikator pemantauan pengendalian intern ini memiliki makna
bahwa sistem pengendalian intern dilaksanakan melalui pemantauan
berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit
dan review lainnya.
fo
r
m
as
i d
an
K
o
m
un
ik
as
i 32
Pemantauan Kegiatan Pengendalian In
Penilaian Risiko Lingkungan Pengendalian Gambar 2.1.
Struktur Sistem Pengendalian Intern
Sumber: Jusuf, 2014
2.6
Gaya Kepemimpinan Transformasional
Penelitian Burns (1978) dianggap mampu memberikan gambaran adanya
dikotomi
dalam
kepemimpinan
yaitu
kepemimpinan
transaksional
dan
kepemimpinan transformasional. Meskipun Burns melihat kedua hal tersebut
sebagai gaya kepemimpinan yang berbeda, namun Bass (1985) menyatakan
bahwa hubungan kedua gaya atau pendekatan tersebut lebih kompleks dan
sekaligus mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional dan transaksional
sesungguhnya tetap diperlukan. Model Bass mengilhami peneliti dengan teori
yang dapat diuji secara empiris dan memberikan gambaran adanya dua bentuk
kepemimpinan yang ditemui pemimpin dalam organisasi.
Teori
model
kepemimpinan
menggunakan pendekatan
“Full
Range”
Bass
(1985)
yang
kepemimpinan transformasional dan transaksional
tersebut merupakan sebuah model kumulatif (suatu hirarki hubungan) yang cara
kerjanya hampir sama dengan teori motivasi Maslow (1954). Secara ideal
dan teori, faktor yang tingkatannya lebih rendah disebut laissez faire dan
kepemimpinan transaksional menunjukkan dasar dari fungsi kepemimpinan,
sedangkan faktor yang lebih tinggi yaitu kepemimpinan transformasional,
33
menunjukkan kepemimpinan yang maju atau high performing leadership.
Laissez Faire Leadership memiliki satu karakteristik yaitu pemimpin
menghindari intervensi atau menerima tanggung jawab dari tindakan pengikut.
Pemimpin membiarkan bawahannya melakukan tugas pekerjaannya tanpa ada
pengawasan dari dirinya. Mutu dan hasil pekerjaan seluruhnya merupakan
tanggung jawab bawahannya.
Kepemimpinan transaksional menekankan pada transaksi atau pertukaran
yang terjadi antar pemimpin, rekan kerja dan bawahannya. Pertukaran ini
didasarkan pada diskusi pemimpin dengan pihak-pihak terkait untuk menentukan
apa yang dibutuhkan dan bagaimana spesifikasi kondisi dan upah atau hadiah jika
bawahan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan. Adapun tiga Indikatornya
adalah (1) Contingent reward yaitu jika bawahan melakukan pekerjaan untuk
kepentingan yang menguntungkan organisasi, maka kepada mereka dijanjikan
imbalan yang setimpal. (2) Management by exception, passive yaitu pemimpin
melakukan intervensi jika standar tidak tercapai. (3) Management by exception,
active yaitu Pemimpin secara aktif dan ketat memantau pelaksanaan tugas
pekerjaan bawahannya agar tidak membuat kesalahan, atau kegagalan. Atau agar
kesalahan dan kegagalan tersebut dapat secepatnya diketahui untuk diperbaiki.
Kepemimpinan transformasional, yaitu interaksi antara pemimpin dan
anggota ditandai oleh pengaruh pemimpin untuk mengubah perilaku anggota
menjadi sesorang yang merasa mampu dan bermotivasi tinggi dan berupaya
mencapai prestasi kerja yang tinggi dan bermutu. Pemimpin mengubah anggota,
sehingga tujuan organisasi dapat dicapai bersama. Indikator aspek kepemimpinan
34
transformasional adalah (1) Idealized influence yaitu pemimpin mendahulukan
kepentingan organisasi dan kepentingan orang lain dari kepentingan diri sendiri.
Pemimpin menimbulkan kesan pada anggota bahwa pemimpin memiliki keahlian
untuk melakukan tugas pekerjaan, sehingga patut dihargai. (2) Inspirational
motivation yaitu pemimpin mampu menimbulkan inspirasi pada anggota, antara
lain dengan menentukan standar-standar tinggi, memberikan keyakinan bahwa
tujuan dapat dicapai. (3) Intelectual stimulation yaitu pemimpin mendorong
intelegensia dan rasionalitas anggota serta berhati-hati dalam menyelesaikan
masalah, dan (4) Individualized consideration yaitu pemimpin memperlakukan
setiap anggota sebagai seorang pribadi dengan kecakapan, kebutuhan, dan
keinginan masing-masing. Pemimpin memberikan nasihat yang bermakna,
memberi pelatihan yang diperlukan dan bersedia mendengarkan pandangan dan
keluhan anggota.
2.7
Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya
Mahaputra dan Putra (2014) melakukan penelitian di SKPD Kabupaten
Gianyar dengan responden pegawai SKPD, dan menggunakan variabel dependen
kualitas informasi laporan keuangan dan variabel independen kapasitas sumber
daya manusia, pemanfaatan SIKD, sistem pengendalian intern, dan implementasi
SAP. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah secara parsial dan simultan seluruh
variabel bebas berpengaruh positif terhadap kualitas Informasi laporan keuangan.
35
Desmiyawati (2014) melakukan penelitian di SKPD Provinsi Riau dengan
responden pegawai SKPD, dengan menggunakan variabel dependen keandalan
dan ketepatwaktuan laporan keuangan dan variabel independen sumber daya
manusia, pengendalian intern, pengawasan keuangan, dan teknologi informasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil
penelitian adalah sumber daya manusia, pengendalian intern, pengawasan
keuangan berpengaruh signifikan terhadap keandalan laporan keuangan
sedangkan teknologi informasi tidak berpengaruh. Sedangkan sumber daya
manusia
dan
teknologi
informasi
berpengaruh
signifikan
terhadap
ketepatwaktuan.
Nurrilah dan Muid (2014) melakukan penelitian di SKPD Kota Depok
dengan responden pegawai SKPD, dan menggunakan variabel dependen kualitas
laporan keuangan dan variabel independen kompetensi SDM, penerapan SAKD,
pemanfaatan TI dan sistem pengendalian intern. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh
adalah secara parsial dan simultan seluruh variabel bebas berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuangan.
Udiyanti dkk. (2014) melakukan penelitian di SKPD Kabupaten Buleleng
dengan responden pegawai SKPD, dan menggunakan variabel dependen kualitas
laporan keuangan dan variabel independen penerapan SAP, sistem pengendalian
intern, kompetensi staf akuntansi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh adalah secara
parsial dan simultan seluruh variabel bebas berpengaruh positif terhadap kualitas
36
laporan keuangan.
Indriasih (2014) melakukan penelitian di SKPD Kota Tegal dengan
responden pegawai SKPD, dan menggunakan variabel dependen quality of
financial reporting dan variabel independen apparatus competence dan
effectiveness of government internal control. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian yang diperoleh adalah secara
parsial dan simultan seluruh variabel bebas berpengaruh positif terhadap quality of
financial reporting.
Nuryanto dan Afiah (2013) melakukan penelitian di SKPD DKI Jakarta
dengan responden pegawai SKPD, dan menggunakan variabel dependen quality of
financial
statements
dan
variabel
independen
apparatus
competencies,
information technology utilization, dan internal control. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian yang diperoleh
adalah secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh positif terhadap quality
of financial statements. Secara parsial apparatus competencies dan information
technology utilization berpengaruh positif dan signifikan terhadap quality of
financial statements dan secara parsial internal control berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap quality of financial statements.
Munteh (2013) melakukan penelitian di SKPD Kabupaten Labuhanbatu
dengan responden pegawai SKPD, dan menggunakan variabel dependen kualitas
laporan keuangan serta variabel independen kompetensi SDM, sistem
pengendalian intern dan faktor eksternal. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh adalah
37
secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh postif terhadap kualitas
laporan keuangan. Secara parsial sistem pengendalian intern tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap kualitas laporan keuangan dan secara parsial SDM dan
faktor eksternal bengaruh signifikan terhadap kualitas laporan keuangan
pemerintah.
Yensi (2014) melakukan penelitian di SKPD Kabupaten Kuantan Singingi
dengan responden pegawai SKPD, dan menggunakan variabel dependen kualitas
informasi laporan keuangan serta variabel independen kompetensi SDM,
penerapan SAKD dan sistem pengendalian intern. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh
adalah secara simultan seluruh variabel bebas berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan, secara parsial SDM dan penerapan SAKD bengaruh
signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah dan secara parsial
sistem pengendalian intern tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas
laporan keuangan.
Suwanda (2015) melakukan penelitian di Badan Koordinasi Pemerintahan
dan Pembangunan Wilayah IV Provinsi Jawa Barat dengan responden pegawai,
dan menggunakan variabel dependen quality of local government financial
reports. Serta variabel independen adalah application of SAP, HR quality,
implementation of internal control systems organizational commitment dan
utilization of information technology. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis jalur (Path Analysis). Hasil penelitian yang diperoleh adalah secara
simultan seluruh variabel bebas berpengaruh positif terhadap quality of local
38
government financial reports secara parsial application of SAP dan organizational
commitment berpengaruh positif dan signifikan terhadap quality of financial
reporting. Quality of human resources, internal control system implementation
and utilization of information technology berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap quality of financial reporting.
Trottier, et al. (2008) melakukan penelitian di U.S. Office of Personel
Management (OPM) dengan responden pegawai federal, dan menggunakan
variabel dependen perceived leadership effectiveness dan follower satisfaction
serta variabel independen transformational leadership dan transactional
leadership. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis jalur (Path
Analysis). Hasil penelitian yang diperoleh adalah secara simultan dan parsial
kedua gaya kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perceived
leadership
effectiveness
maupun
follower
satisfaction.
Transformational
leadership memiliki pengaruh yaang lebih besar dibandingkan transactional
leadership.
Wicaksono (2013) melakukan penelitian di Kota Semarang dengan
responden pegawai pemerintahan, dan menggunakan variabel dependen
efektivitas pengendalian intern serta variabel independen kualitas audit, lingkup
audit, gaya kepemimpinan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian yang diperoleh adalah secara simultan
seluruh variabel bebas berpengaruh terhadap efektivitas pengendalian intern.
Secara parsial kualitas audit dan lingkup audit tidak berpengaruh terhadap
efektivitas pengendalian intern serta gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap
39
efektivitas pengendalian intern.
Asmoko dan Lasahido (2013) melakukan penelitian di DJP di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta, Provinsi Jawa Tengah, dan Provinsi Jawa Timur
dengan responden pegawai DJP, dengan menggunakan variabel dependen kinerja
pegawai dan variabel independen gaya kepemimpinan tansformasional dan gaya
kepemimpinan transaksional. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis
korelasi bivariat. Hasil penelitian yang di peroleh adalah secara simultan dan
parsial seluruh variabel bebas berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai dan
gaya kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh yang lebih besar
dibandingkan gaya kepemimpinan transaksional.
Akbar (2015) melakukan penelitian di Bank Jatim Cabang Malang dengan
responden karyawan bank, dengan menggunakan variabel dependen kinerja
karyawan serta variabel independen gaya kepemimpinan transformasional
komunikasi organisasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linier berganda. Hasil penelitian yang di peroleh adalah secara simultan
seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.
Gaya kepemimpinan transformasional memiliki pengaruh dominan terhadap
kinerja karyawan dibandingkan komunikasi organisasi.
Terdapat tiga belas hasil penelitian sebelumnya yang digunakan sebagai
rujukan dalam penelitian ini, dan untuk ringkasan penelitian terdahulu dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Download