Short List – 9. Pengembangan Kegiatan Ekonomi 9.1.(1) Pemanfaatan Sampah Organik dengan Pendekatan Vermikasi Bandung • Tipe kegiatan: Pengembangan kegiatan ekonomi • Inisiatip dalam manajemen perkotaan: Pelibatan masyarakat luas sebagai mitra dalam suatu kegiatan ekonomi • Tempat dan skala kegiatan: Kegiatan berpusat di Jl. Babakan Jeruk Kotamadya Bandung, dengan skala kegiatan yang terus diperluas • Pelaku utama: Swasta, masyarakat Deskripsi kegiatan Sebagai inisiator kegiatan ini adalah Bapak Budi Listyawan, dengan mulai merintisnya pada tahun 1990. Sebagai orang yang lama berkecimpung dalam dunia persampahan, dia banyak mempunyai gagasan, terutama mengenai bagaimana memanfaatkan sampah tersebut menjadi sesuatu yang berguna. Salah satu yang terpikirkan adalah pengolahan sampah dengan menggunakan cacing, dimana untuk mendalaminya bahkan dengan mengadakan studi banding ke luar negeri (India). Berbagai riset kemudian dilakukan, termasuk dengan bantuan dana maupun teknis dari beberapa pihak. Sehingga pada tahun 1996 diperoleh hak paten atas ditemukannya teknologi VAP-BL (Vermi Alam Prismalestari-Budi Listyawan). Teknologi ini merupakan suatu proses penguraian sampah organik dengan menggunakan cacing tanah dan menghasilkan vermiks, yaitu biofertilizer (pupuk hayati) berbentuk padat dan cair dengan kandungan makro nutrien yang tinggi, mikro nutrien lengkap dan zat pengatur tumbuh alamiah. Teknologi VAP-BL ini oleh Pak Budi Listyawan sebagai penemunya diharapkan dapat : • Berpotensi mengolah sampah organik perkotaan yang selama ini dibuang percuma menjadi suatu olahan yang sangat berguna. Dari pengembangan skala kegiatan, bahkan untuk satu unit kegiatan, dapat menyerap sebanyak 15 m3/hari, dimana merupakan suatu potensi pengurangan sampah yang cukup besar • Dapat dikembangkan menjadi usaha ekonomi yang memberikan lapangan kerja baru dan menjadi suatu industri rakyat Untuk dapat memenuhi harapannya tersebut, Pak Budi Listyawan membentuk suatu yayasan atau perusahaan (PT) untuk dapat mengembangkan dan menyebarluaskan teknologi VAP-BL, melalui pelatihan-pelatihan yang diperuntukkan baik bagi individu maupun kelompok dengan latar belakang bervariasi tanpa kualifikasi tertentu, sesuai dengan tujuannya yaitu menjangkau masyarakat seluas mungkin. Setelah mengikuti pelatihan tersebut, mereka mendapatkan sertifikat, yang berarti mempunyai hak untuk membeli bibit dan memproduksi vermiks. Pelatihan diadakan atas dasar permintaan serta hampir tanpa publikasi, kecuali dari mulut ke mulut. Bermula dari keinginan memanfaatkan sampah dengan penggunaan teknologi tertentu, pelaksanaan gagasan ini kemudian menjadi suatu kegiatan ekonomi yang oleh Pak 111 Short List – 9. Pengembangan Kegiatan Ekonomi Budi Listyawan ingin dikembangkan menjadi usaha yang melibatkan institusinya dan pihak-pihak lain secara luas. Dalam perkiraannya, kegiatan ini berpotensi untuk menghasilkan keuntungan yang besar, jika dilakukan dalam skala besar. Oleh sebab itu untuk menghindari masuknya pemodal besar, maka usaha ini dikembangkan menjadi kegiatan ekonomi rakyat. Pelaksanaan kegiatan Penemuan teknologi VAP-BL merupakan tahapan penting dalam upaya pemanfaatan sampah organik. Dengan teknologi tersebut, kegiatan ini secara teknis dan ekonomis berpotensi untuk dikembangkan secara luas. Pemilihan teknologi dilakukan melalui proses penelitian selama 6 tahun (1990 – 1996). Meskipun penjelasan rinci mengenai teknologi ini tidak dapat dipublikasikan, namun secara umum pengolahan sampah yang dilakukan dapat digambarkan sebagai berikut : Pemilahan sampah : non organik Pencacahan sampah Proses VAP-BL Keterangan Dengan memasukkan bibit cacing maka dimulailah proses pengolahan dengan teknologi VAP-BL Pemanenan Keterangan • Diperoleh cacing tanah untuk : biomasa cacing, tepung cacing, bahan obat alternatif • Pupuk organik bermutu tinggi Penggunaan teknologi VAP-BL, sampai saat ini dapat menghasilkan berbagai produk yang bermanfaat, yaitu : 1. Hasil olahan sampah, berupa pupuk organik 2. Pengembangbiakan cacing, yang jika diolah lebih lanjut akan dihasilkan : • biomasa cacing sebagai makanan tambahan untuk perikanan dan peternakan • tepung cacing sebagai pengganti tepung ikan • pemanfaatan cacing sebagai bahan obat-obatan alternatif untuk berbagai penyakit infeksi Dengan melihat hasil dari proses penggunaan teknologi tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan ini mempunyai potensi untuk memperoleh keuntungan yang cukup besar. Sebagai gambaran adanya cost recovery dapat digunakan hasil perhitungan oleh pihak Pak Budi Listyawan yang menunjukkan bahwa pada skala kegiatan terbesar (skala kawasan) keuntungan bersih per tahun yang dapat diperoleh adalah Rp 93 juta, dengan waktu pengembalian modal (BEP) 5 tahun. Konsep yang ingin diterapkan oleh Pak Budi Listyawan dan perusahaannya adalah pengembangan kegiatan ini adalah dengan menerapkan pola inti-plasma, dengan masyarakat sebagai plasmanya. Pihak Pak Budi tidak melihat hubungan antara inti dan plasma sebagai pola patron-client, melainkan lebih berupa hubungan mitra kerja. Para plasma tidak terikat apapun dengan inti, karena setelah mengikuti pelatihan, peserta (sebagai plasma) memperoleh hak untuk mengembangkan kegiatan ini, sehingga bila 112 Short List – 9. Pengembangan Kegiatan Ekonomi kemudian dibina hubungan antara plasma dan inti hal tersebut merupakan bungan kerja antara dua mitra. Pengembangan kegiatan ini membutuhkan proses sosialisasi kepada masyarakat sekitarnya. Sosialisasi relatif berhasil karena (1) masyarakat melihat sendiri kemungkinankemungkinan keuntungan yang akan diperoleh; (2) adanya pelatihan bagi masyarakat luas tanpa syarat-syarat yang terlalu rumit; dan (3) yang terpenting adalah perusahaan juga menyediakan dirinya sebagai pasar bagi produk cacing yang nanti akan dihasilkan. Proses pembentukan plasma pada dasarnya melalui pelatihan tersebut, dimana kemudian peminatnya terus berkembang melalui informasi dari mulut ke mulut. Saat ini di Kotamadya Bandung saja sudah terdapat 100 plasma, dengan satu plasma terdiri dari 10 sampai 30 orang. Sistem inti-plasma oleh Pak Budi dianggap sebagai pola terbaik dalam mengembangkan kegiatan ini, karena mampu memperluas skala usaha tetapi dengan tetap melibatkan masyarakat luas. Antara inti dan plasma inilah kemitraan yang sesungguhnya terjadi dalam kegiatan ini. Kemitraan dengan pihak lainnya relatif tidak dilakukan karena terdapat kemungkinan perbedaan visi dan kepentingan, serta adanya keinginan untuk tidak mempunyai ketergantungan tertentu terhadap pihak lain. Manfaat dan keuntungan kegiatan serta faktor-faktor pelaksanaannya Secara keseluruhan kegiatan ini merupakan salah satu alternatif kegiatan ekonomi masyarakat yang dapat dikembangkan, terutama dalam kaitannya dengan situasi ekonomi saat ini. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kegiatan ini mampu memberikan keuntungan yang cukup besar. Manfaat tersebut dimungkinkan karena terdapat satu figur dan lembaga yang dengan sadar mengembangkan konsep ekonomi yang melibatkan masyarakat luas tanpa menggantungkan diri pada pihak tertentu. Lembaga tersebut telah mempersiapkan mekanisme proses pengolahan maupun pemasaran sehingga masyarakat tertarik dan bersemangat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Disamping manfaat ekonomi, manfaat lain adalah potensi penggunaan teknologi ini untuk mereduksi sampah. Sayangnya terhadap kegiatan ini, pemerintah daerah sampai saat ini tidak memberikan respon yang positif, karena sebenarnya jika pemerintah memberikan dukungannya maka ada beberapa kelebihan yang dapat diperoleh, misalnya : • Pemerintah dapat mem-fasilitasi perluasan maupun percepatan pengembangan kegiatan ini, misalnya dengan memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada untuk kepentingan publikasi, penyediaan lahan, fasilitas pelatihan, dukungan legalitas, dll. Dalam hal ini kelebihan jangkauan jaringan yang dimiliki oleh pemerintah dapat sangat membantu penyebarluasan kegiatan • Kerjasama dengan pemerintah dalam hal pengelolaan sampah dapat dilakukan, mengingat penggunaan sampah organik sebagai bahan baku bagi kegiatan ini. Beban dinas kebersihan setidak-tidaknya terkurangi Hal-hal yang dapat dipelajari Enterpreunership perlu dikembangkan di dalam masyarakat kota, karena ternyata.dapat mempunyai fungsi sosial sangat besar, dimana suatu kegiatan ekonomi yang diinisiasi dan dipelopori oleh satu pihak (swasta) dapat melibatkan masyarakat luas. Kegiatan ekonomi kerakyatan sangat perlu untuk didorong karena saat ini para pengusaha besar ataupun pemerintah tidak lagi terlalu diharapkan dapat menyediakan lapangan kerja. Sementara itu dari pemerintah daerah diharapkan dua hal berikut ini : 113 Short List – 9. Pengembangan Kegiatan Ekonomi • Pemda mengadopsi dan mengambil alih kepeloporan dan inisiatif tersebut di atas, sehingga akan menjamin keberhasilan perekonomian rakyat. Fungsi-fungsi sosial sebenarnya lebih menjadi tugas pemerintah, namun dalam kasus ini inisiatif dilakukan oleh swasta, sehingga tidak ada salahnya jika pemerintah dapat mengambil pelajaran darinya. Hal ini sekaligus akan memberikan proses pembelajaran pembentukan jiwa enterpreunership di dalam diri pemerintah • Pemerintah perlu mendukung dan mem-fasilitasi para enterpreuner di suatu kota tanpa harus membentuk suatu ketergantungan terhadap pemerintah. Sehingga akan terbentuk suatu sistem ekonomi kota yang tidak mempunyai ketergantungan pada pihak-pihak tertentu (pemerintah maupun pemodal besar). Dukungan pemerintah diperkirakan akan banyak memberikan tambahan kemungkinan keberhasilan maupun sustainability dari satu pengembangan kegiatan ekonomi kota • Mengingat kegiatan ini dapat dikembangkan ke skala besar dengan jumlah sampah yang direduksi cukup siginifikan (15 m3/hari/unit), maka pengintegrasian kegiatan ke dalam sistem pengelolaan sampah kota berpotensi untuk memecahkan masalah sampah Kemungkinan-kemungkinan Replikasi Replikasi kegiatan ini secara khusus tentunya tidak dapat dilepaskan dari Pak Budi Listyawan, karena dalam teknologi prosesnya dilindungi oleh hak paten, dimana setiap orang tidak dapat dengan begitu saja mempelajari dan mencontohnya. Namun demikian untuk menerapkan kegiatan ini di tempat lain tetap dapat dilakukan, yaitu dengan membeli hak paten atau dengan mendirikan perwakilan. Dengan menggunakan konsep inti-plasma yang selama ini digunakan, kegiatan vermikasi tersebut telah berkembang luas sehingga mempunyai plasma dan atau di 15 kota di luar Bandung. Nara sumber: Bapak Budi Listyawan Yayasan Waskita Dian Persada / PT Vermi Alam Prismalestari Jl. Babakan Jeruk II No. 11 Bandung 40163 Telp/Faks 022-213146 (hunting) Referensi lainnya : 114