Aplikasi Teknologi tepat Guna dalam Pembenihan

advertisement
APLIKASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PEMBENIHAN
PERIKANAN AIR TAWAR
Oleh: Dian Bhagawati
Fakultas Biologi UNSOED
Kampus UNSOED Kamngwangkal Purwokerto
E- ma i I : b hagawatlunsoe d@ya ho o.c o m
A.
Pendahuluan
Potensi lahan perikanan budidaya di lndonesia cukup besar dan didukung oleh
kondisi alam yang mempunyai kefagaman fisiografis yang menguntungl€n untuk
akuakultur. Suhu air wilayah tropis yang relatif tinggi dan stabil sepanjang tahun
memungkinkan kegiatan budidaya berlangsung sepanjang tahun. Tipologi bentang lahan
dan pesisir yang beragam memberi peluang untuk pengembangan komoditas budidaya
yang beragam pula (Nurdjanah dan Rakhmawati, 2006). Selain
itu, budidaya
lkan
di
bidang perikanan memiliki potensi strategis dalam
mendukung salah satu tujuan pembangunan kelautan dan perikanan, yaitu
sebagai salah satu usaha
meningkatkan produksi dan produktivitas usaha kelautan dan perikanan. Pencapaian
tujuan tersebut ditandai dengan meningkatnya : a) peran sektor kelautan dan perikanan
terhadap pertumbUhan €kOhdmi nasional; b) kapaSitaS sentra-sehtra produksi kelaUtah
dan perikanan yang memiliki komoditas unggulan; dan c) pendapatan masyarakat di
sektor kelautan dan perikanan (KKP, 2012).
Akan tetapi potensi geografis yang telah dimiliki tidak akan bermanfaat secara
oplimal bila tidak didukung dqngan penguasaan keterampilan yang memadai dari pelaku
budidaya ikan. Oleh karena itu, pelaku budidaya perlu terus dibekali dengan berbagai
keterampilan yang mendukung usahanya agar tujuan pengembangan sistem
pembudidayaan dapattercapai. MenurutSukadi (2002), tujuan pengembangan sistem
pembudidayaan
ikan adalah: {a) meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan
masyarakat pembudidaya ikan; (b) meningkatkan mutu produksi dan produktifitas
usaha perikanan budi-daya untuk penyediaan bahan baku industri perikanan dalam
ekspor hasil perikanan budidaya dan memenuhi kebutuhan
konsumsi ikan masyarakat; serta (c) meningkatkan upaya perlindungan dan
nege6i, meningkatkan
rehablfitasi sumberdaya perikanan budidaya,
B. Teknologi Tepat Guna Untuk Pembenihan lkan Air Tawar
Upaya pengembangan
sistem pembudidayaan dapat dilakukan
bio.unsoed.ac.id
dengan
memperhatikan potensi sumberdaya lahan, pemahaman terhadap faktor kelayakan
budidaya, tingkatan teknologi budidaya dan pemanfaatan plasma
nutfah
ikan
budidaya (Sukadi, 20OZ). Beberapa teknologi tepat guna bidang perikanan telah
dihasilkan oleh berbagai pihak, yang tujuannya antara lain untuk memudahkan
penanganan dan pengelolaan serta meningkatkan produksi, sehingga pelaku budidaya
tinggal memilih yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Apabila disesuaikan dengan tahapan kegiatannya, maka aplikasi teknologi tepat
guna dapal diterapkan mulaidari pengefqlaan induk, telur, larva maupun benih,
1.
Pengelolaan lnduk
Tahapan awal dalam kegiatan pembenihan ikan adalah melakukan seleksi calon
induk yang akan dipijahkan. Menurut Gustiano et. al. (2008), kegiatan pemuliaan yang
saat ini sedang berkembang pesat di lndonesia adalah kegiatan seleksi individu dan
seleksi famili, yang bertujuan untuk memperbaiki sifat fenotip individu. Perbaikan
sifat ini mengarah pada perbaikan pertumbuhan. Tave (1995), menyatakan bahwa
kegiatan pembiakan selektif diantaranya seleksi individu dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas fenotip. Kualitas fenotip yang ingin ditingkatkan meliputi
pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, dan rasio konversipakan.
Tujuan utama dari kegiatan seleksi adalah untuk menghasilkan induk yang
memiliki pertumbuhan yang baik sehingga sifat unggul tersebut akan diturunkan ke
anakan yang dihasilkan. Pertumbuhan yang baik lebih ditekankan pada peningkatan
bobot. Tolok ukur utama keberhasilan kegiatan pemuliaan adalah peningkatan bobot
ikan yang nyata. Peningkatan bobot ini dapat dilihat dari nilai genetic gain yang
didapat (Apriliza, 2012).
Seleksi induk ikan secara sederhana dapat dilakukan berdasarkan sejarah asulusulnya dan tampilan tubuhnya (pertormans). Penelusuran sejarah asal-usul induk ikan
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya silang dalam (inbreeding), karena pemijahan
yang dilakukan dengan menggunakan induk yang berkerabat dekat akan menghasilkan
keturunaR dengan keragaman genetik yang rendah. Cara seleksi induk yang mudah
dilakukan oleh pelaku budidaya ikan, antara lain adalah dengan mengamati adanya
abnqrmalitas dan asimetri pada tubuh calon induk. Menurut Wilkins ef a/ (1995),
keadaan tersebut dapat diketahui dengan adanya perbedaan bentuk, ukuran, jumlah
dan ciri-cirimorfologiyang lain pada organ tubuh berpasangan, antara organ bagian kiri
dan bagian kanan. Cara tersebut juga telah diadosi oleh Nurhidayat (2000) untuk
menyeleksi induk ikan lele serta oleh Bhagawati dan Abulias QAAT), untulr menyeleksi
induk ikan gurami.
bio.unsoed.ac.id
Apabila induk telah lolos seleksi secara morfologi, maka langkah selanajutnya
adalah melakukan Seleksi terhadap tingkat kematangan gonadnya. lndUk yang dipilih
hendaknya sudah siap memijah, yang dapat diketahui dengan cara melakukan
pengurutan terhadap bagian perut secara perlahan ke arah lubang pengeluaran
telur/sperma. lnduk betina yang telah siap memijah akan mengeluarkan telur yang telah
matang, yang antara lain dirikan dengan keadaan butiran telur yang telah terpisah (tidak
menggumpal), sedangkan pada induk jantan akan mengeluarkan sperma berwarna
putih susu. Akan tetapi, apabila kematangan gonad induk belum optimal, maka dapat
dilakukan induksi pematangan ganad dengan eara menyuntikkan hqn'!'!on, baik yqng
alamimaupun sintetis.
Selama proses pematangan gonad, induk dipelihara secara terpisah antara jantan
dan betina, untuk menghindari terjadinya pijah liar. Selain itu, selama pemeliharaan
perlu diberi pakan berprotein tinggi dan rendah lemak. Media pemeliharaannya juga
harus selalu diperhatikan, terutama kebutuhan oksigennya, yang dapat dilakukan
dengan pemberian aerasi.
Sarana pemijahan perlu dipersiapkan, terutama untuk jenis-jenis ikan yang
memerlukan suatu media untuk meletakkan telurnya. Misalnya perlu disediakan
kakaban untuk BemUahan ikan le!e, tempat dan bahan carang untuk ikan gurami, certa
sarana lainnya uantuk ikan jenis lain.
2.
Pengelolaan lnkubasidan Penetasan Telur
Telur ikan memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda-beda
tergantung
jenis ikannya. Sifat dan karakteristik telur ikan bermacam-macam, antara lain menempel
pada substrat, tenggelam, melayang, maupun terapung dalam di perairan. sebagai
contoh: ikan mas, lele, dan ikan patin memiliki sifat telur menempel pada substrat,
sedangkan ikan gurame terapung di permukaan air. Selain itu beberapa telur ikan
memiliki perekat sepertitelur ikan mas, lele, patin koi, keki dan sebagainya, $edangkan
telur ikan bawal, grasscarp, nila, gurame, tawes tidak memiliki perekat. Selain itu,
proses penetasan telur juga bermacam-macam. Di alam, penetasan telur ikan nila
dierami dalam mulut induk ikan betina, sedangkan telur ikan arwana dierami oleh
induk ikan jantan. Sedangkan telur ikan gurame menetas didalam sarang tetapi dijaga
dan dirawat
ohh induknya. Teluf Udang dierami pada bagiah
perUt.
Keberhasilan penetasan telur dipengaruhi oleh faktor dalam dan
luar.
Faktor
dari dalam diantaranya adalah kerja mekanik dari aktivitas larva sendiri maupun dari
keria enzimatis yang dihasilkan oleh telur. Sedangkan faktor luar atau lingkungan yang
mempengaruhi penetasan telur antara
lain suhu, kelarutan
oksigen, intensitas
cahaya, pH dan salinitas.
bio.unsoed.ac.id
Proses penetasan umumnya berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih
tinggi karena pada suhu yang tinggi proses metabolisme berjalan lebih cepat sehingga
perkembangan embrio juga akan lebih cepat yang berakibat lanjut pada pergerakan
embrio dalam cangkang yang lebih intensif. Namun suhu yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dapat menghambat proses penetasan, bahkan suhu yang terlalu
ekstrim atau berubah secara mendadak dapat menyebabkan kematian embrio dan
kegagalan penetasan.
Berdasarkan karakteristik serta sifat telur yang beragam, maka teknologi tepat
guna yang diterapkan untuk mendukung F)reses inkubasi dan penetacan harus
disesuaikan dengan jenis ikannya. Salah satu kunci keberhasilan proses penetasan
ikan adalah menjaga agar suhu media inkubasi berada pada kondisioptimal dan untuk
masing-masing jenis ikan nilai optimalnya berlainan.
Aplikasi corong
inkubasi
serbaguna telah dilakukan oleh Bhagawati et al (2010) untuk optimasi penetasan ikan
nilem, sedangkan pada tahun 2014 untuk optimasi penetasan telur ikan gurami. Alat
sederhana tersebut sangat membantu dalam memproduksi benih pada saat musim
dingin.
3.
Pengelolaan Larva
Larva (berasal dari bahasa Latin: laruae) adalah bentuk muda (juvenite) pada
hewan yang perkembangannya melaluimetamorfosis. Sebagian besar perkembangan
morfologi larva ikan yang baru menetas adalah mulut belum terbuka, cadangan
kuning telur dan butiran minyak masih sempurna dan larva yang baru menetas
bersifat pasif, Hari ke dua mulut mufai terbuke dan mufai berusaha, memacuki hari ke
tiga, larva ikan mulai mencari makan, pada saat tersebut cadangan kuning
telurnya telah menipis, yaitu tinggal 2*3oo/o dari volume awal. Selama cadangan
makanan bawaan lahir masih ada, maka larva tidak perlu mendapatkan pakan
tambahan. Namun apabila cadangan makanannya mulai menipis maka larva harus
dilatih untuk mendapatkan pakan tambahan.
Pakan tambahan yang pertama untuk larva hendaknya disesuaikan dengan
kondisinya yang masih sangat lemah. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan
ukuran bukaan mulut larva serta kemampuannya dalam memanfaatkan pakan. Larva
mem,erlukan banyak energi dalam u$ahanya men€an makan pertamanya, karena
{
kemampuan berenangnya yang masih terbatas, sehingga sebaiknya pemberian
pakan pertama untuk larva yang dibudidayakan mengandung energi yang cukup guna
memenuhi kebutuhan perkembangannya.
Jenis pakan tambahan yang diberikan untuk larva sebaiknya adatah pakan alami.
Mengihgat pakan alami memitiki k-hduhgan proteih yang tinggi dan bngkap.
Persyaratan pakan yang diberikan pada larva ikan adalah memiliki kandungan protein
yang tinggi, ukuran lebih kecil dari bukaan mutut larva, mudah dicerna, gerakan
bio.unsoed.ac.id
lambat dan mudah diperoleh. Ukuran bukaan mulut pada larva ikan tidak sama,
tergantung jenisnya, selain itu umur atau saat pertama membutuhkan pakan tambahan
juga berbeda-beda, sehingga jenis pakan yang diberikan juga berbeda.
Fase larva pada ikan merupakan tahapan yang paling kritis, terutama sangat
rentan terhadap serangan penyakit dan perubahan lingkungan. Upaya yang dapat
ditempuh untuk menghindari terjangkitnya penyakit, maka wadah pemeliharaan larva
harus dibersihkan dan disanitasi terlebrh dahulu, Mengingat Wadah pemeliharaan
merupakan sarana utama masuknya penyakit dan dengan sanitasimaka hama serta
penyakit yang menempel
pada permukaan dinding bak akan mati,
sehingga
kemungkinan terjangkitnya penyakit akan lebih kecil.
Proses sanitasi wadah yang umum dilakukan adalah dengan menyikat
seluruh permukaan dan dinding wadah menggunakan deterjen atau bahan lain
sampai kotoran yang menempel bersih, kemudian dibilas menggunakan air tawar
hingga bersih. Proses sanitasi ini dilanjutkan dengan pengeringan wadah selama
2-3 hari. Pengeringan atau penjernuran dilakukan untuk menguapkan air sisa
pembilasan, sehingga w.adah benar-benar kering dan tidak berbau bahan sanitasi,
serta mematikan organisme penyebab penyakit yang masih menempelatau tersisa.
Selain pemberian pakan pertama dan mengelola media pemeliharaan, teknologi
tepat guna yang dapat diaplikasikan pada larva adalah dengan melakukan alih kelamin
(sex reversal) atau pengarahan kelamin dengan pemberian hormon pada pakan atau
dengan cara perendaman. Menurut Hunter dan Donaldson (1983) pemberian hormon
sangat bergantung pada interval waktu perkembangan gonad, yaitu pada saat gonad
berada dalam keadaan labil untuk dipengaruhi hormon. Hal ini berhubungan dengan
fungsi hormon steroid yang bekerja sebagai perangsang defferensiasi, sehingga
pemberian hormon harus dilakukan bersamaan dengan waktu defferensiasi,
Sedangkan Carman dan Alimuddin, (1998) berpendapat bahwa teknik sex reversa/yang
dipilih hendaknya disesuaikan dengan fase terjadinya defferensiasi kelamin. Apabila
defferensiasi kelaminterjadisebelum ikan mampu memanfaatkan pakan dari luar, maka
dilakukan dengan cara perendaman.
4.
a.
{
Pengelolaan Benih
Cara Tradisional
Pemeliharaan benih atau pendederan ikan merupakan kelanjutan kegiatan
pemeliharaan larva. Pemeliharaan benih dapat dilakukan secara secara tradisional,
semi intensif dan intensif. Pemeliharaan secara tradisional merupakan cara yang
dilakukan secara turun temurun dan biasanya lebih banyak tergantung alam. Persiapan
bio.unsoed.ac.id
kolam hanya dilakukan dengan membersihkan kolam dari rumput dan kotoran lainnya
tanpa pemupukan dan pengapuran. Kolam yang telah selesaidibersihkan langsung diisi
air. Konstruksi kolam tradisional terbuat dari tanah , pematang merupakan tumpukan
tanah, belum memperhitungkan tinggi serta lebar dasar pematang, dan pipa pemasukan
serta pengeluanan terbuat dari bambu. Penebaran benih dilakukan seadanya tanpa
memperhitungkan luas kolam, daya dukung kolam, ukuran benih ikan, debit air dan
sebagainya. Pemberian pakan benih ikan secara tradisional hanya mengharapkan
pakan alamiyang tersedia di kqlam, Pembenan pakan tambahan biacanya berupacisa
dapur yang berupa sayuran, sisa nasi dan sebagainya. Pendederan benih ikan secara
tradisional tidak melakukan penjarangan atau sortir ukuran benih ikan. Benih ikan
yang telah dipelihara dibiarkan sampai besar. Dengan demikian mortalitas
akan lebih tinggi, selain itu ukuran ikan juga akan sangat bervariasi.
b.
ikan
Cara Semi-intensif
Pemeliharaan benih ikan (pendederan) secara semi intensif merupakan perbaikan
pembenihan ikan secara tradisional. Pada prinsipnya, pemeliharaan benih ikan
$ecara semi intensif telah berorientasi mendapatkan keuntungan bahkan cudah
cenderung sebagai profesi. Pada pemeliharaan benih ikan secara semi intensif,
mulai dari persiapan wadah sampai pemanenan sudah lebih baik dibandingkan
pemeliharaan secara tradisional.
Persiapan wadah meliputi pengeringan kolam, pengolahan dasar kolam,
pemupukan dan pengapuran, dan pengisian air kolam. Pengeringan dasar kolam
pendederan bertujuan untuk membasmihama dan penyakit dan mengoksidasi gas
beracun yang terdapat di dasar kolam. Gas beracun yang terdapat di dasar
kolam berasal dari hasil penguraian bahan organik seperti kotoran ikan, sisa
pakan, lumpur/kotoran yang terbawa
air masuk dan mengendap di
dasar kslam
dan sebagainya.
Pada pemeliharaan ikan secara semi intensif, dilakukan pengolahan dan
pemupukan dasar kolam, tujuan pengolahan untuk menggemburkan dasar kolam dan
meningkatkan kesuburan kolam. Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kesuburan
kolam sehihgga tersedia pakah alami bagi benih
{
ikah.
PupUk yan$ dit€baf di
kolam pendederan berupa pupuk kandang maupun pupuk kimia. Pupuk kandang dapat
berasal dari pupuk kandang ayam, domba atau sapi. Dosis pupuk kandang yang
ditebar sebanyak 0,2-0,3 kg/m2. Pemupukan dapat dilakukan dua cara yaitu ditebar
merata di dasar kolam dan ditumpuUdigundukkan pada salah satu bagian dasar
kolam.
Pemeliharaan benih ikan secara semi intensif, diawali dengan penebaran
di
bio.unsoed.ac.id
kolam, yang tingkat k€padatannya telah ditetapkan S€b€lumnya.
Penentuan padat tebar, diawali dengan memperhitungkan daya dukung kolam.
b€nih ikan
ikan secara intensif, penebaran benih ikan dilakukan apabila
warna air kolam pemeliharaan sudah mengalami perubahan dari bening menjadi
hijau kecoklatan. Wama air hijau kecoklatan tersebut pertanda bahwa pakan alami
sudah tumbuh dan benih sudah siap ditebar. Didalam proses penebaran benih
tersebut perlu ditentukan waKu penebaran, padat penebaran, keseragaman
Pada pemeliharaan
ukuran benih dan teknik penebaran, Trdak semua kelam memiliki daya dukung
yang sama, sehingga padat tebar kolam juga berbeda-beda. Untuk mengetahui daya
dukung kolam, perlu menghitung jumlah planton baik fitoplanton maupun
zooplanton dalam kolam dengan mengambil sampel air kolam. Selain itu parameter
daya dukung lainnya adalah kualitas
air khususnya
oksigen terlarut, pH
,
suhu,
kecerahan, amonium dan sebagainya.
Penebaran benih ke dalam kolam diawali dengan aklimatisasi, yang bertujuan
untuk menyesuaikan benih
ikan pada lingkungan baru.
Pada pembenihan ikan
secara semi intensif, pemberian pakan benih di kolam bertujuan untuk meningkatkan
survival ratp, Pertumbuhan dan menjaga kualitas benih, Qara Femberian F?ken
benih ikan di kolam dilakukan dengan menebar ke seluruh kolam. Pakan yang
diberikan berbentuk tepung dengan kadar protein 2V 40 %. Pemberian pakan dengan
cara menebar ke seluruh kolam tersebut dilakukan selama
bentuk pakan benih ikan dapat
di
2
minggu, selanjutnya
tingkatkan menjadi remah atau crumble. Hal ini
karena ukuran benih ikan sudah lebih besar sehingga bukaan mulutnya sudah lebih
besar. Frekuensi pemberian pakan dapat dilakukan sebanyak 3 kali sehari yaitu pagi,
siang dan sore hari. Jumlah pakan yang diberikan secukupnya. Jika benih ikan
telah kenyang, pakan benih ikan di hentikan. Benih ikan yang telah kenyang di tandai
dengan agresifitas benih terhadap Bakan berkurang dan sebanyak
benih ikan telah meninggalkan lokasi pemberian pakan.
75 oh total
Salah satu yang membedakan pemeliharaan benih ikan secara tradisional
dan semi intensif adalah tahapan pendederan. Pada pemeliharaan ikan secara
semi intensif terdapat tahapan pendederan yaitu pendederan 1, Z, 3 dan
scFrusnya. Pada tahapan pehdederen tersebut dilakukah juga penyortiran (graddinE)
berdasarkan ukuran benih ikan. Benih ikan
yang memiliki ukuran yang
sama
dipelihara pada kolam yang sama. Selain itu pendederan benih ikan dilakukan
dengan menjarangkan pada penebaran benih ikan. Penjarangan tersebut karena
ukuran ikan lebih besar dan membutuhkan lingkungan baik kualitas air dan pakan
lebih yang baik.
bio.unsoed.ac.id
c. Cara lntensif
Pemeliharaan benih ikan secara intensif dapat dilakukan di kolam atau di bak.
Apabila pemeliharaan dilakukan
di kolam faktor lingkungan,
sulit dikontrol, tetapi bila pemeliharaan
di
khususnya kualitas air
bak, faktor lingkungan dapat
dikontrol
dengan baik.
Prinsip Bendederan benih ikan adalah upaya membuat benih ikan hidup nyaman
sehingga memiliki pertumbuhan lebih optimal. Agar benih ikan hidup nyaman, maka
lingkungan kolam harus dibuat sesuai dengan kebutuhan benih
ikan.
Lingkungan
benih ikan terdiri dari kualitas air yang baik, pakan benih, bebas dari hama
penyakit. Kualitas air yang baik untuk benih ikan adalah suhu 27-30oC, pH 7, amoniak
< O,O1 ppm. Pakan benih yang baik adalah memiliki ukuran lebih kecil dari bukaan
mulut benih ikan seperticacing sutra, daphnia, moina infusiria dan sebagainya.
Benih ditebar pada pagi atau sore hari saat suasana teduh untuk
menghindari fluktuasi suhu yang panas, sehingga benih yang ditebarkan tidak
mengalamistress. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses penebaran
adalah aklimatisasi suhu yang merupakan proses adaptasi benih tefiadap lingkungan
yang baru. Apabila benih didatangkan dari lokasi yang cukup jauh dan dikemas
dengan menggunakan kantong plastik, maka proses aklimatisasidilakukan dengan cara
memasukkan kantong pengangkutan benih tersebut ke dalam kolam, diamkan selama
5-10 menit, kemudian kedalam kantong ditambakan air yang diambil dari
kolam
di
dalam
pemeliharaan benih yang baru sedikit demi sedikit, hingga kondisi suhu air
kantong plastik same dcngan suhu air yang ada di dalam kolam.
Pakan merupakan faktor yang menentukan dalam pemeliharaan benih ikan.
Mengingat fungsi organ pencemaannya masih dalam tahap perkembangan, ukuran
bukaan mulutnya yang kecil, gerakan tubuh/berenang yang masih sangat terbatas,
dan dengan kondisi saluran pencernaan yang sangat sederhana, benih dipaksa
untuk memburu, memangsa dan mencerna makanannya.
Pakan yang diberikan kepada benih ikan hendaknya memiliki kandungan protein
tinggi, ukuran lebih kecil dari bukaan mulut, gerakan lambat dan mudah dicerna.
Kriteria pakan tersebut harus memenuhi persyaratan:
1)
ukurahhya kecil, lebih kecil dari bukaah mulut larva
2',
pakan tersebut adalah pakan hidup yang bergerak untuk memudahkan larva/benih
dalam mendeteksi dan memangsa pakan
3)
mudah dicerna dan mengandung nutrisiyang tinggi
Frekuensi pemberian pakan adalah berapq kali pakan ygng dibgrikan pada benih
bio.unsoed.ac.id
ikan dalam sehari. Frekuensi ini terkait dengan waktu pemberian pakan.
Umumnya semakin besar ukuran ikan maka frekuensi pemberian pakannya
semakin jarang atau kurang. lkan kecil sebaliknya diberi pakan lebih sering
dibandingkan ikan besar. Frekuensi pemberian pakan benih ikan berkaitan dengan
laju evakuasi pakan di dalam lambung dan ini tergantung pada ukuran dan jenis
ikan yang dibudidayakan, serta suhu air.
Cara pemberian pakan untuk benih ikan yang masih kecil, dengan
menyebarkannya $eeara merata 4i sgluruh pen'lukaan air, Pakan dalam bentuk
tepung dan remah dapat diberikan dengan cara ditabukan menggunakan tangan.
Penaburan pakan dengan tangan harus memperhatikan arah angin. Pelet untuk
ikan-ikan besar diberikan dengan keadaan yang tetap, baik tempat maupun
waktunya. Dengan waktu dan tempat yang tetap itu maka benih ikan akan terbiasa
untuk menunggu pakan di tempat tersebut pada waktu-waktu tertentu.
Pakan diberikan secara sedikit demi sedikit sesuai dengan kebiasaan ikan dalam
memakan pakan yang disediakan. Apabila kira.kira 30% dari jumlah ikan yang ada
sudah tidak mau lagi menyambar pakan yang dilemparkan maka pemberiannya
segera dihentikan, Didalam budidaya ikan intensif, pemberian pak€n harus tepa-t
jumlahnya, pemberian pakan yang berlebihan dapat mengakibatkan air media
tercemar, dasar kolam cepat kotor, serta pemborosan. Sebaliknya, jika pemberian
pakannya kurang dapat mengakibatkan pertumbuhan ikan bervariasi, pertumbuhan
terhambat, daya tahan tubuh menurun, serta terjadi kanibalisme.
Didalam budidaya intensif, pemeliharaan benih dapat dilakukan dengan
mengaplikasikan teknik bioflok. Menurut Avnimelech (2007); de Schryver &
Verstraete (2009), teknologi bioflok merupakan salah satu alternatif baru dalam
mengatasi masalah kualitas air dalam akuakultur, yang diadaptasi dari teknik
pengolahan limbah domestik $eeara konvensional, Prinsip utama yang diteraBkan
dalam teknologi ini adalah manajemen kualitas air yang didasarkan pada kemampuan
bakteri heterotrof untuk memanfaatkan N organik dan anorganik yang terdapat di
dalam air.
G. Penutup
{
Produksi benih ikan berperan dalam keberhasilan kegiatan pembesaran ikan.
Kualitas benih ikan berpengaruh terhadap perkembangan ikan pada saat pembesaran
ikan. Selain itu, kegiatan pembehihah ikah akan befp€rah teihadap iekayasa gehetik ikan
sehingga dapat menghasilkan strain ikan yang baru. Siklus produksi benih ikan dalam
suatu periode usaha pembenihan ikan membutuhkan pengetahuan dan keterampilan
pada setiap sub kompetensi pembenihan ikan. Sementara itu, setiap jenis ikan memiliki
sifat dan kebiasaan berbeda, baik dalam pemijahan, pakan dan habitat, oleh karena itu
bio.unsoed.ac.id
agar penerapan teknobgi tepat
s€is€rlzm rnaka pembudidaya
ikan hendaknya memiliki
pemahaman terhadap perilaku setiap ienis ikan yang dikelolanya.
DAFTAR PUSTAKA
Apriliza, K.2012. Analisa Genetic Gain Anakan lkan Nila Kunti F5 Hasil Pembesaran I (D90150). Journal Of Aquacufture Management and Technology. 1(1):132-146.
Avnimcleeh,Y.,2007, Feeding with microbial flocs by tilapia in minimal discharge bio-flocs
technology ponds. Aquacufture 2&,1 4O-1 47 Bhagawati, D dan M.N. Abulias. 2007. Karakter Meristik Bilateral dan Polimorfisme lsozim
Sebagai Dasar Seleksi untuk Memproduksi Benih Gurami Unggul, Laporan Penelitian
Fundamental. Fakultas Biologi UNSOED. Purwokefro
Bhagawati, D.,M.N. Abulias., A. Nuryanto dan G.E. Wijayanti. 2010. lpteks Bagi Masyarakat
untuk Perbaikan Teknologi Produksi Benih lkan Nilem dengan Corong lnkubasi
Serbaguna. Laporan Program lpteks Bagi Masyarakat (lbM). Fakultas Biologi
UNSOED. Purwokierto
Bhagawati, D., dan F.N. Rachmawati.2014.|bM Pembudidaya lkan Gurami Desa Kertayasa
Banjarnegara. Laporan Program lpteks Bagi Masyarakat (lbM). Fakultas Biologi
UNSOED. Purwokerto
Carman,O dan M. Alimuddin. 1998. Produksi lkan Cupang Jantan Saja. Publikasi pada
Pelatihan Pembinaan Petani lkan Cupang dari Lima Wilayah DKI Jakarta di BBI
Ciganjur. Bogor.
de Schryver, P. and Verstraete, W. 2009. Nitrogen removalfrom aquaculture pond water
by heterotrophic nitrogen assimilation in lab-scale sequencin
Hunter, G.A. and E.M. Donaldson. 1983. Hormonal Sex Control and lts Applications to Fish
Culture.p:223-293 in W.S. Hoar, DJ. Randal and E.M. Donaldson, Eds. Fish
Physiology. Vol.lXB. Academic Press. New York.
Gustiano, R., Otong Taenal, A., E. Nugroho. 2008. Perbaikan Pertumbuhan lkan Nila
(Oreochromis niloticus) dengan Seleksi Famili. Media Akuakultur,3(2):98-106.
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Visi, misi, Grand Strategy dan Sasaran
Strategis KKP. Pusdatin. KKP. Jakarta.
Nurhidayat, M. A., 2000. Fluktuasi asimetridan abnormalitas pada ikan lele dumbo
(Clanas sp) yang berasaldan tiga daerah sentra pengembangan di Pulau Jawa.
Thesis. Program Pascasarjana. lnstitut Pertanian Bogor.
Parangin Angin, K. 2013. Teknik Pembenihan lkan. Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan Nasional. Jakarta
Sukadi, F.2002. Peningkatan Teknologi Budidaya Perikanan. Jurnal lktiologi lndonesia Vol
2 (21:61-66.
Wikins, N.P., E. Gosling, A. Curatolo, A. Linnane, C. Jordan and H.p. Courney. 19gS.
Fluctuating asymmetry in Atlantic Salmon, European Trout and their hybrids, including
triploids. Aquaculture . 1 37 :77 -85.
bio.unsoed.ac.id
10
Download