asuhan kebidanan pada ibu hamil ny.p 25 tahun g2p1a0 dengan

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY.P 25 TAHUN
G2P1A0 DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
DI RUANG VK RSUD KABUPATEN CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai
Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh :
AJENG
NIM. 13DB277004
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY.P 25 TAHUN G2P1A0
DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI RUANG VK
RSUD KABUPATEN CIAMIS1
Ajeng2 Lusi Lestari3 Dedi Supriadi4
INTISARI
Kehamilan ektopik menjadi penyebab tersering mortalitas ibu pada
trimester pertama. Akan tetapi, angka kefatalan kasus menurun secara
bermakna. Penurunan drastis kematian akibat kehamilan ektopik ini mungkin
disebabkan oleh membaiknya diagnosis dan penatalaksanaan. Di RSUD
Kabupaten Ciamis pada bulan April 2016, jumlah ibu hamil penderita KET di
tahun 2014 berjumlah 11 kasus. Pada tahun 2015 berjumlah 10 kasus, dan pada
bulan Januari - April 2016 tercatat ada 2 kasus.
Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini agar dapat melaksanakan
asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny.P 25 tahun G2P1A0 dengan kehamilan
ektopik terganggu diruang VK RSUD Kabupaten Ciamis dengan pendekatan
manajemen asuhan kebidanan 7 langkah Varney dengan pendokumentasian
SOAP.
Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran
dan pengalaman nyata dalam membuat asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan kehamilan ektopik terganggu. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu hamil Ny.P 25 tahun G2P1A0 dengan kehamilan ektopik
terganggu diruang VK RSUD Kabupaten Ciamis dilakukan dengan baik.
Kata kunci
: Kehamilan Ektopik Terganggu
Kepustakaan : 18 buku (2006-2014)
Halaman
: i-xi, 48 halaman, 9 lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis 4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama
kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan,
akibat semua sebab terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera.
Menurut laporan WHO yang telah dipublikasikan pada tahun 2014 Angka
Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai angka 289.000 jiwa. Dimana
terbagi atas beberapa Negara, antara lain Amerika Serikat
mencapai
9300 jiwa, Afrika utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.
Untuk AKI di Asia Tenggara diantaranya Indonesia mencapai 214 per
100.000 kelahiran hidup.Memang jika dilihat dari nilai rata-rata AKI di
Indonesia masih jauh lebih tinggi daripada negara di Asia Tenggara
lainnya. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu sigifikan. Target
global MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 adalah menurunkan
angka kematian ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada
tahun 2015 (WHO, 2014).
Berdasarkan laporan rutin program kesehatan ibu yang diterima
dari Dinas Kesehatan Provinsi, tercatat Jawa Barat menduduki peringkat
tertinggi dalam jumlah AKI. Dalam laporan tersebut, jumlah kematian ibu
di Jawa Barat pada 2010 sebanyak 804 kasus, pada 2011 sebanyak 850
kasus, pada 2012 sebanyak 804 kasus, pada 2013 sebanyak 781 kasus
dan pada 2014 sebanyak 748 kasus. Sedangkan berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, angka kematian ibu (AKI) pada
tahun 2013 sebanyak 17 kasus, pada 2014 sebanyak 21 kasus, pada
tahun 2015 sebanyak 15 kasus. Kematian tersebut disebabkan oleh
perdarahan, partus lama, infeksi, eklampsi dan lain-lain.
Sebagian besar penyebab kematian ibu selama tahun 2010-1013
masih tetap sama yaitu perdarahan, sedangkan partus lama merupakan
penyumbang kematian ibu terendah. Sementara itu penyebab lain-lain
juga berperan cukup besar dalam menyebabkan kematian ibu. Yang
1
dimaksud penyebab lain-lain adalah penyebab kematian ibu secara tidak
langsung, seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberkulosis
atau penyakit lain yang diderita ibu (Direktorat kesehatan ibu 2010-2013).
Salah satu penyebab terjadinya perdarahan yaitu kehamilan ektopik
terganggu, karena terjadinya ruptur di lokasi implantasi kehamilan.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan hasil konsepsi berinplantasi
diluar endometrium rahim.Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di
berbagai segmen tuba falopii, dengan 5% sisanya terdapat di ovarium,
rongga peritoneum atau di dalam serviks (Pranoto, Ibnu, dkk, 2013).
Sedangkan definisi kehamilan adalah suatu proses merantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
Sebagaimana yang tercatat dalam Al- Qur’an surat Al-Mu’minun ayat 1214 tentang proses kehamilan yaitu :
‫ين‬
َ ‫َولَ َق ْد َخلَ ْق َنا اإل ْن َس‬
ٍ ِ‫ان ِمنْ سُاللَ ٍة ِمنْ ط‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah.”(Q.S Al-Mu’minun : 12).
‫ِين‬
ٍ ‫ار َمك‬
ٍ ‫ُث َّم َج َع ْل َناهُ ُن ْط َف ًة فِي َق َر‬
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).” (Q.S Al-Mu’minun :13).
‫ُث َّم َخلَ ْق َنا ال ُّن ْط َف َة َعلَ َق ًة َف َخلَ ْق َنا ْال َعلَ َق َة مُضْ َغ ًة َف َخلَ ْق َنا ْالمُضْ َغ َة عِ َظامًا‬
َّ ‫ك‬
َ ‫َف َك َس ْو َنا ْالع‬
َ ‫ِظا َم لَحْ مًا ُث َّم أَ ْن َشأْ َناهُ َخ ْل ًقا‬
ُ‫َّللاُ أَحْ َسن‬
َ ‫ار‬
َ ‫آخ َر َف َت َب‬
‫ِين‬
َ ‫ْال َخالِق‬
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah Pencipta Yang Paling Baik” (Q.S Al-mu’minun).
1
Lebih dari 90% kehamilan ektopik terjadi di tuba. Kejadian
kehamilan tuba ialah 1 diantara 150 persalinan. Angka kejadian
kehamilan ektopik cenderung meningkat. Kejadian tersebut dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor antara lain, meningkatnya prevalensi
penyakit tuba karena Penyakit Menular Seksual (PMS) sehingga terjadi
oklusi parsial tuba, adhesi peritubal yang terjadi setelah infeksi seperti
apendisitis atau endometritis, pernah menderita kehamilan ektopik
sebelumnya, meningkatkan penggunaan kontrasepsi untuk mencegah
kehamilan, abortus provokatus, tumor yang mengubah bentuk tuba dan
fertilitas yang terjadi oleh obat-obatan pemacu ovulasi (Saifuddin, 2006).
Kehamilan ektopik menjadi penyebab tersering mortalitas ibu pada
trimester pertama. Akan tetapi, angka kefatalan kasus menurun secara
bermakna antara tahun 1970 dan 1989. Penurunan drastis kematian
akibat kehamilan ektopik ini mungkin disebabkan oleh membaiknya
diagnosis dan penatalaksanaan (Leveno et. Al, 2009).
Bagi setiap wanita hamil yang diduga bidan mengalami kehamilan
ektopik atau ketika tidak dapat dipastikan apakah kehamilan berlangsung
di dalam rahim dan wanita tersebut menunjukan tanda dan gejala
kehamilan ektopik, maka penatalaksanaan medis lebih lanjut diperlukan.
Bidan dapat melakukan pemeriksaan fisik dan pengkajian riwayat
kehamilan
serta
ultrasonografi.
Jika
evaluasi
laboratorium,
kemungkinan
termasuk
kehamilan
ektopik
pemeriksaan
tidak
dapat
disingkirkan, maka bidan harus berkonsultasi dengan dokter (Varney, dkk,
2006).
Untuk menurunkan AKI khususnya pada ibu hamil dengan
kehamilan ektopik dapat dilakukan secara dini yaitu dengan melakukan
pemeriksaan secara teratur ke tenaga kesehatan, yaitu ANC secara
teratur ke bidan, puskesmas,polindes, atau dokter obgyn agar diketahui
sejak dini jika ada gangguan kesehatan pada ibu atau janinnya. Minimal
pemeriksaan yang harus dilakukan ibu hamil 1 kali pada trimester 1, 1 kali
pada terimester 2, dan 2 kali pada trimester 3 (saeffudin, 2006).
1
Sebagaimana sabda Rasululloh SAW dari Ibnu Mas’ud :
‫ َعلِ َم ُه َمنْ َعلِ َم ُه َو َج ِهلَ ُه َمنْ َج ِهلَ ُه‬،ً‫إِنَّ َّللاَ لَ ْم َي ْن ِز ْل دَ ا ًء إِالَّ أَ ْن َز َل لَ ُه شِ َفاء‬
“Sesungguhnya Allah I tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan
menurunkan pula obatnya.Obat itu diketahui oleh orang yang bisa
mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa
mengetahuinya.”(HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau
menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri
menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas
Zadul Ma’ad, 4/12-13)
Maka dari itu untuk memperbaiki keadaan pasien perlu adanya
asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan penatalaksanaan yang tepat,
sebagai
wujud
ikhtiar
dalam
mengobati
penyakit
yang
dialami.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan penulis di RSUD
Kabupaten Ciamis pada bulan April 2016, jumlah ibu hamil penderita KET
di tahun 2014 berjumlah 11 kasus. Pada tahun 2015 berjumlah 10 kasus,
dan pada bulan Januari - April 2016 tercatat ada 2 kasus.
Dari hasil pengkajian yang penulis dapatkan pada kasus KET di
ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis terdapat gejala amenore, nyeri pada
perut bagian bawah, perdarahan pervaginam dan pada pemeriksaan
dalam terdapat nyeri goyang portio dan hasil USG menyatakan kehamilan
ektopik pada tuba kanan dan harus dilakukan laparotomi. Oleh karena itu,
penulis mengambil judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY. P
25 TAHUN G2P1A0DENGAN KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU DI
RUANG VK RSUD KABUPATEN CIAMIS”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil
rumusan masalah yaitu “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
Ny.P 25 Tahun G2P1A0 dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang
VK RSUD Kabupaten Ciamis ?”
1
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hami lNy.P 25 Tahun
G2P1A0 dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang VK RSUD
Kabupaten
Ciamis
dengan
pendekatan
manajemen
asuhan
kebidanan 7 langkah Varney dengan pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian secara lengkap yang berkaitan dengan
ibu hamil Ny.P 25 tahun G2P1A0 dengan kehamilan ektopik
terganggudi ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis .
b. Menginterpretasikan data pada ibu hamil Ny. P 25 tahun G2P1A0
dengan kehamilan ektopik terganggu di ruang VK RSUD
Kabupaten Ciamis .
c. Mengidentifikasi diagnosa potensial atau masalah ibu hamil Ny. P
25 tahun G2P1A0 dengan kehamilan ektopik terganggu di ruang VK
RSUD Kabupaten Ciamis.
d. Mengidentifikasi
perlunya
penanganan
segera,
konsultasi,
kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain pada ibu hamilNy. P 25
tahun G2P1A0 dengan kehamilan ektopik terganggudi ruang VK
RSUD Kabupaten Ciamis .
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan secara komprehensif pada
ibu hamilNy. P 25 tahun G2P1A0 dengan kehamilan ektopik
terganggudi ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis .
f.
Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada ibu
hamil Ny. P 25 tahun G2P1A0 dengan kehamilan ektopik terganggu
di ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis.
g. Mengevaluasi pada penatalaksanaan asuhan kebidanan padaibu
hamil Ny. P 25 tahun G2P1A0 dengan kehamilan ektopik terganggu
di ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis.
D. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan,
khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan kehamilan ektopik
terganggu.
1
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lahan Praktek (RSUD Kabupaten Ciamis)
Sebagai bahan eveluasi agar dapat mempertahankan semua
pelayanan yang sudah maksimal dan dapat meningkatkan
pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif, sehingga
klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah
diberikan.
b. Bagi Institusi Pendidikan (Prodi D III Kebidanan STIKes
Muhammadiyah Ciamis)
Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan menghasilkan
lulusan bidan yang profesional dan mandiri, juga sebagai
penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding
bagi studi kasus
selanjutnya
mengenai pendokumentasian
kehamilan.
c. Bagi Pasien
Dapat terdeteksinya tanda dan gejala kehamilan ektopik sedini
mungkin.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari
haid pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester. Trimester
pertama dimulai dari hasil konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua
dimulai dari bulan keempat sampai 6 bulan, trimester ketiga dari bulan
ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2008).
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional dalam buku Ilmu
Kebidanan (2009;213), kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau
penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13
hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke40).
Al-Qur’an juga menjelaskan tentang kehamilan dalam surat AlMu’minun ayat 12-13
‫ين‬
َ ‫َولَ َق ْد َخلَ ْق َنا اإل ْن َس‬
ٍ ِ‫ان ِمنْ سُاللَ ٍة ِمنْ ط‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah.”(Q.S Al-Mu’minun : 12).
‫ِين‬
ٍ ‫ار َمك‬
ٍ ‫ُث َّم َج َع ْل َناهُ ُن ْط َف ًة فِي َق َر‬
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).” (Q.S Al-Mu’minun :13).
‫ُث َّم َخلَ ْق َنا ال ُّن ْط َف َة َعلَ َق ًة َف َخلَ ْق َنا ْال َعلَ َق َة مُضْ َغ ًة َف َخلَ ْق َنا ْالمُضْ َغ َة عِ َظامًا‬
َّ ‫ك‬
َ ‫َف َك َس ْو َنا ْالع‬
َ ‫ِظا َم لَحْ مًا ُث َّم أَ ْن َشأْ َناهُ َخ ْل ًقا‬
ُ‫َّللاُ أَحْ َسن‬
َ ‫ار‬
َ ‫آخ َر َف َت َب‬
‫ِين‬
َ ‫ْال َخا ِلق‬
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah Pencipta Yang Paling Baik” (Q.S Al-mu’minun).
Kandungan Q.S Al- Mu’minun ayat 12-14
a.
Alloh SWT. Menciptakan manusia dari saripati tanah, artinya Alloh
SWT menciptakan manusia berasal dari seorang laki-laki dan
perempuan, keduanya mengkonsumsi makanan yang berasal dari
tumbuhan dan hewan yang juga memperoleh makanan dari tanah.
Sari pati makanan yang dimakan oleh kedua orang tua kita menjadi
sperma dan sel telur.
b.
Hasil pembuahan menjadi segumpal darah dan selanjutnya menjadi
segumpal daging. Setelah itu, Alloh menciptakan anggota-anggota
badan dan menyusun menjadi makhluk yang berbentuk seorang bayi
manusia.
c.
Air mani yang berasal dari tanah, juga mengandung makna bahwa
manusia pada akhirnya akan kembali pada tempatnya semula, yaitu
tanah. Tanah yang dimaksud adalah liang lahat. Artinya manusia
berasa; dari tanah, dan akan kembali tinggal menyatu dengan tanah..
Rasululloh SAW lebih memperjelas lagi dengan sabdanya :
ّ
‫ َوه َُو‬.‫صلم‬. ‫ّللا‬
ِ ّ ُ ‫س ْول‬
ُ ‫;حدَّ َثنا َ َر‬
َ َ ‫ّللاُ َع ْن ُه قاَل‬
ً ‫أَ َحدَ ُك ْم لَ ُي ْج َم ُع َخ ْلقُ ُه ف ِْي َب ْط ِن أ ُ ِّمه أَ ْر َب ِع ْينَ َي ْوما‬
‫َع ِن ا ْب ِن َم ْس ُع ْو ٍد َرضِ َي‬
ُ ‫الصاد‬
َّ‫صد ُْو ُق ; إِن‬
ْ ‫ِق ا ْل َم‬
َّ
‫ ُث َّم‬، ‫ض َغ ًة ِم ْثل َ ذاَلِ َك‬
ْ ‫ ُث َّم َي ُك ْونُ ُم‬، ‫ ُث َّم َي ُك ْونُ َعلَ َق ًة ِم ْثل َ ذاَلِ َك‬، ‫ُن ْط َف ًة‬
، ‫ت ; ِر ْزقِه‬
ٍ َ ‫ َو ُي ْؤ َم ُر ِبأ َ ْر َب ِع َكلِما‬، ‫الر ْو َح‬
ُّ ‫سل ُ إِلَ ْي ِه ا ْل َملَ ُك َف َي ْنفُ ُخ فِ ْي ِه‬
َ ‫ُي ْر‬
َ ‫ َو َهلْ ه َُو‬، ‫ َو َع َملِه‬، ‫َوأَ َجلِه‬
-‫ الحديث رواه أحمد‬- ‫س ِع ْيد‬
َ ‫شق ٌِّي أَ ْو‬
“ Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Telah bersabda kepada kami
Rasulullah SAW – Beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya;
“Sesungguhnya seorang diantara kamu (setiap kamu) benar-benar
diproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud air
mani; kemudian berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal darah;
lantas berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal daging; kemudian
malaikat dikirim kepadanya untuk meniupkan roh kedalamnya; lantas
(sang janin) itu ditetapkan dalam 4 ketentuan : 1. Ditentukan (kadar)
rizkinya, 2. Ditentukan batas umurnya, 3. Ditentukan amal perbuatannya,
4. Ditentukan apakah ia tergolomg orang celaka ataukah orang yang
beruntung“ (HR Ahmad).
Penjelasan Hadis :
Hadis tersebut Dimuka menjelaskan proses kejadian manusia
dalam rahim ibunya, yaitu 40 hari pertama berwujud “ Nutfah “ (air mani
laki-laki bersenyawa dengan sel telur perempuan), 40 hari kedua
berproses menjadi “ Alaqah “ (segumpal darah), 40 hari ketiga berproses
menjadi “ Mudlghoh “ (segumpal daging).
Hadis tersebut di muka lebih lanjut menjelaskan bahwa saat
berwujud
mudlghah
itulah
Allah
SWT
mengirim
malaikat
untuk
memasangkan roh kepadanya bersamaan dengan ditetapkannya 4
ketentuan.
2. Tanda – tanda kehamilan
Untuk dapat menegakan kehamilan ditetapkan dengan melakukan
penilaian terhadap beberapa tanda dan gekala kehamilan (Marjati,2011).
a. Tanda dugaan hamil
1) Amenore (amenorrhea), berhentinya menstruasi.
Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel
de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya
amenore dapat di informasikan dengan memastikan hari pertama
haid terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan usia
kehamilan dan tafsiran persalinan. Tetapi amenore juga dapat
disebabkan oleh penyakit kronik tertentu seperti, tumor, perubahan
dan
faktor
lingkungan,
malnutrisi,
dan
emosional seperti kelakuan akan kehamilan.
biasanya
gangguan
2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)
Pengaruh estrogen dan progesteron yaitu terjadi pengeluaran
asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual dan muntah
yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sicknes.
Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau
sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut
hiperemesis gravidarum.
3) Ngidam (menginginkan makanan tertentu)
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan
yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulanbulan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya
kehamilan.
4) Syncope (pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral)
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada
pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.
5) Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan
kecepatan basal metabilosme (basal metabolisme rate-BMR) pada
kehamilan
yang
akan
meningkat
seiring
pertambahan
usia
kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.
6) Payudara Tegang
Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada
payudara, sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan
sistem alveolar payudara. Bersama somatomamotropin, hormonhormon ini menimbulkan pembesaran payudara, perasaan tegang
dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting
susu, serta pengeluaran kolostrum.
7) Sering miksi (sering kencing)
Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat
terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering terjadi
pada trimester pertama akibat desakan uterus ke kandung kemih .
Pada trimester kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena
uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir
trimester, gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga
panggul dan menekan kembali kandung kemih.
8) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus
(tonus otot menurun) sehingga kesulitan BAB.
9) Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu.
Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta
yang
merangsang melanofor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini :
a. Sekitar pipi : cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah
dahi, hidung, pipi dann leher)
b. Sekitar leher tampak lebih hitam.
c. Dinding perut : striae livide/gravidarum (terdapat pada seorang
primigravida, warnanya membiru), striae nigra, linea alba menjadi
lebih hitam (linea grisae/nigra).
d. Sekitar payudara hiperpigmentasi areola mamae sehingga
terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada
tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih, coklat
tua pada wanita kulit coklat, hitam pada wanita kulit hitam. Selain
itu, kelenjar montgomeri menonjol dan pembuluh darah menifes
sekitar payudara.
e. Sekitar pantat dan paha atas terdapat striae akibat pembesaran
bagian tersebut.
10) Epulis
Hipertropi papila ginggivae/gusi,sering terjadi pada trimester
pertama.
11) Varises
Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran
pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat.
Varises dapat terjadi disekitar genitalia eksterna, kaki, betis, serta
payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah
persalinan.
b. Tanda Kemungkinan (Probability sign)
Tanda kemungkinan adalah perubahan-perubahan fisiologis yang
dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik
kepada wanita hamil.
Tanda kemungkinan ini terjadi atas hal-hal berikut ini :
1)
Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan
keempat kehamilan.
2)
Tenda hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus
uteri.
3)
Tanda goodel
Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks
seperti ujung hidung, sedangkang pada wanita hamil melunak
seperti bibir.
4)
Tanda chadwick
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa
vagina termasuk juga porsio dan serviks.
5)
Tanda piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena
ovum berimplantasi pada daerah tersebut berkembang lebih dulu.
6)
Kontraksi braxton hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya
actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak bermitrik,
sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan
minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal
pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan terus meningkat
frekuensinya, lamanya dan kekuatannya sampai mendekati
persalinan.
7)
Teraba ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin
bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan
pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena
perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena
dapat saja berupa myoma uteri.
8)
Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif
Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human
chorionic
gonadrotropin
(hCG)
yang
diproduksi
oleh
syncytiotropoblast sel selama kehamilan. Hormon ini dapat mulai
di deteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan
cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia
gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130.
c. Tanda Pasti (Positive sign)
Tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung keberadaan
janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa.
Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini :
1) Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa.
Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20
minggu.
2) Denyut jantung janin
Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan menggunakan alat
fetal
electrocardiograf
misalnya
dopler.
Sedangkan
dengan
menggunakan stethoscope laenec, DJJ baru dapat terdengar pada
usia kehamilan 18-20 minggu.
3) Bagian – bagian janin
Bagian – bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong)
serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas
pada usia kehamilan lebih tua (trimester tiga). Bagian janin ini dapat
dilihat lebih sempurna lagi menggunaka USG.
4) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG
(Marjati, 2011).
3. Perubahan – perubahan pada ibu hamil
a. Trimester pertama
Segera
setelah
terjadi
peningkatan
hormon
estrogen
dan
progesteron dalam tubuh, maka akan muncul berbagai macam
ketidaknyamanan secara fisiologis pada ibu, misalnya mual, muntah,
keletihan, dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu
perubahan psikologi seperti berikut ini :
1)
Untuk ibu yang membenci kehamilan, merasakan kekecewaan,
penolakan, kecemasan, dan kesedihan.
2)
Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil
dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali
memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya
3)
Hasrat melakukan seks berbeda-beda pada setiap wanita.
4)
Sedangkan
kebanggaan,
bagi suami sebagai calon
tetapi
bercampur
dengan
ayah
akan
keprihatinan
timbul
akan
kesiapan untuk mencari nafkah bagi keluarga.
b. Trimester kedua
Trimester kedua biasanya ibu merasa sehat dan sudah terbiasa
dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat
kehamilan sudah mulai berkurang. Perut ibu pun belum terlalu besar
sehingga belum dirasakan ibu sebagai beban. Ibu sudah mulai
menerimakan kehamilannya dan dapat dimulai menggunakan energi
dan pikirannya secara lebih konstruktif.
Pada trimester ini pula ibu dapat merasakan gerakan janinnya dan
ibu mulai merasakan kehadiran bayinya sebagai seseorang diluar
dirinya sendiri. Banyak ibu yang merasakan terlepas dari rasa
kecemasan dan ketidaknyamanan seperti yang dirasakannya pada
trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido (Marjati, 2011).
c. Trimester ketiga
1)
Sakit punggung disebabkan karena meningkatnya beban berat
yang anda bawa yaitu bayi dalam kandungan.
2) Pernapasan, pada kehamilan 33-36 minggu banyak ibu hamil yang
susah bernafas, ini karena tekanan bayi yang berada dibawah
diafragma menekan paru ibu, tapi setelah kepala bayi sudah turun
ke rongga panggul ini biasanya pada 2-3 minggu sebelum
persalinan maka akan merasa lega dan bernafas lebih mudah.
3) Sering buang air kecil, pembesaran rahim dan penurunan bayi ke
PAP membuat tekanan pada kandung kemih ibu.
4) Kontraksi perut, brackton hicks kontraksi palsu berupa rasa sakit
yang ringan, tidak teratur dan kadang hilang bila duduk atau
istirahat.
5) Cairan vagina, peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah
normal. Cairan jernih pada awal kehamilan biasanya agak kental
dari pada persalinan lebih cair (Manuaba, 2010).
4. Tanda – tanda bahaya pada ibu hamil
Menurut Saryono (2010), ada 7 tanda bahaya kehamilan yaitu :
1. Perdarahan pervaginam.
2. Sakit kepala hebat.
3. Penglihatan kabur.
4. Bengkak di wajah dan ekstremitas atas.
5. Keluar cairan pervaginam.
6. Gerakan janin tidak terasa.
7. Nyeri abdomen yang hebat.
B. Kehamilan Ektopik Terganggu
1. Definisi
Kehamilan
ektopik
adalah
kehamilan
dengan
hasil konsepsi
berinplantasi diluar endometrium rahim.Hampir 95% kehamilan ektopik
terjadi di berbagai segmen tuba falopii, dengan 5% sisanya terdapat di
ovarium, rongga peritoneum atau di dalam serviks. Apabila terjadi ruptur
di lokasi implantasi kehamilan, maka akan terjadi keadaan perdarahan
masif dan nyeri abdomen akut yang disebut kehamilan ektopik terganggu
(Pranoto, Ibnu, dkk, 2013).
2. Lokasi Kehamilan Ektopik
Kebanyakan kehamilan ekstrauterin terjadi pada tuba fallopi (gestasi
ektopik), tetapi jarang ovum yang fertil berimplantasi pada permukaan
ovarium atau serviks uterin.
Sangat
jarang
ovum
yang
fertil
berimplantasi
pada
omentum/kehamilan abnormal (Manuaba, dkk, 2008).
Fungsi normal tuba adalah :
a. Transportasi ovum.
b. Spermatozoa dan zigot.
c. Tempat terjadinya konsepsi.
d. Tumbuh kembang zigot menjadi blastokis untuk siap melakukan nidasi
pada endometrium.
e. Menjadi tempat transportasi hasil konsepsi menuju uterus untuk nidasi
(Manuaba, dkk, 2008).
Menurut tinus, klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya
kehamilan adalah sebagai berikut :
1) Kehamilan tuba, dibagi atas :
a. Interstisial (2%).
b. Istmus (25%).
c. Ampulla (55%).
d. Fimbriae (17%).
2) Kehamilan ovarial (0,5%).
3) Kehamilan abdominal (0,1%) dibagi atas :
a. Primer.
b. Sekunder.
4) Kehamilan tubo-ovarial.
5) Kehamilan intraligamenter.
6) Kehamilan servikal.
7) Kehamilan kornu rudimenter(Pranoto, Ibnu, dkk, 2013).
3. Etiologi
Terdapat sejumlah faktor predisposisi yang dapat menyebabkan
kerusakan tuba dan disfungsi tuba, diantaranya :
1)
Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya.
2)
Riwayat operasi di daerah tuba atau tubektomi.
3)
Riwayat penggunaan AKDR.
4)
Infertilitas.
5)
Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif
(assisted reproductive technology/ART).
6)
Riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory disease/ PID.
7)
Merokok.
8)
Riwayat abortus sebelumnya.
9)
Riwayat promiskuitas.
10) Riwayat seksio sesarea sebelumnya..
11) Riwayat
salpingitis
merupakan
risiko
yang
umum
ditemukan(Prawirohardjo, Sarwono, 2011).
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula yang
tidak, atau belum diketahui. Ada beberapa faktor penyebab kehamilan
ektopik.
1)
Faktor uterus
Berdasarkan etiologinya, diketahui bahwa faktor uterus dapat
menyebabkan kehamilan ektopik. Faktor uterus penyebab kehamilan
ektopik adalah :
a. Tumor yang menekan tuba.
b. Hipoplassitis(Pranoto, Ibnu, dkk, 2013).
2)
Faktor tuba
Beberapa penyebab kehamilan ektopik, disebabkan oleh faktor tuba
sebagai berikut :
a. Penyempitan lumen tuba karena infeksi endosalping.
b. Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk.
c. Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba.
d. Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna.
e. Endometriosis tuba.
f. Stiktur tuba.
g. Divertikel tuba dan kelainan congenital lainnya.
h. Perlekatan peritubal dan lekukan tuba.
i. Tumor lain menekan tuba.
j. Lumen kembar dan sempit(Pranoto, Ibnu, dkk, 2013).
3)
Faktor ovum
Faktor ovum yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik adalah :
a. Migrasi eksternal dari ovum.
b. Perlekatan membrane granulosa.
c. Rapid cell devision.
d. Migrasi internal ovum(Pranoto, Ibnu, dkk, 2013).
4. Patofisiologi
Tempat tempat implantasi kehamilan ektopik antara lain ampulla tuba
(lokasi tersering), isthmus, fimbriae, pars interstitialis, kornu uteri,
ovarium, rongga abdomen, serviks dan ligamentum kardinal. Zigot dapat
berimplantasi
tepat
pada
sel
kolumnar
tuba
maupun
secara
interkolumnar. Pada keadaan yang pertama, zigot melekat pada ujung
atau sisi jonjot endosalping yang relatif sedikit mendapat suplai darah,
sehingga zigot mati dan kemudian diresorbsi.
Pada implantasi interkolumnar, zigot menempel di antara dua jonjot.
Zigot yang telah bernidasi kemudian tertutup oleh jaringan endosalping
yang menyerupai desidua, yang disebut pseudokapsul.
Villi korialis dengan mudah menembus endosalping dan mencapai
lapisan miosalping dengan merusak intgritas pembuluh darah di tempat
tersebut.
Selanjutnya hasil konsepsi berkembang dan perkembangannya
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tempat implantasi,
ketebalan tempat implantasi, dan banyaknya perdarakan akibat invasi
trofoblas.
Seperti kehamilan normal, uterus pada kehamilan ektopik pun
mengalami hipertrofi akibat pengaruh hormon estrogen dan progesteron,
sehingga tanda-tanda kehamilan seperti tanda Hegar dan Chadwick pun
ditemukan.
Endometrium pun berubah menjadi desidua, meskipun tanpa
trofoblas. Sel-sel epitel endometrium menjadi hipertrofik, hiperkromatik,
intinya menjadi lobular dan sitoplasmanya bervakuol.
Perubahan selular demikian disebut sebagai reaksi Arias-Stella,
karena tempat berimplantasi npada kehamilan ektopik tidak ideal untuk
berlangsungnya kehamilan, suatu saat kehamilan ektopik tersebut akan
terkompromi. Kemungkinan-kemungkinan
yang
dapat terjadi pada
kehamilan ektopik adalah :
a. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi.
b. Abortus ke dalam lumen.
c. Ruptur dinding tuba.
Abortus ke dalam lumen tuba lebih ssering terjadi pada kehamilan
pars ampullaris, sedangkan ruptur lebih sering terjadi pada kehamilan
pars isthmica. Pada abortus tuba, bila pelepasan hasil konsepsi tidak
sempurna atau tuntas, maka perdarahan akan terus berlangsung. Bila
perdarahan terjadi sedikit demi sedikit, terbentuklah mola kruenta. Tuba
akan membesar dan kebiruan (hematosalping), da darah akan mengalir
melalui istium tuba ke dalam rongga abdomen hingga berkumpul di
kavum Douglas dan membentuk hematokel retrouterina.
Pada kehamilan di pars isthmica, umumnya ruptur tuba terjadi lebih
awal, karena pars isthmica adalah bagian tuba yang paling sempit. Pada
kehamilan di pars interstitialis ruptur terjadi lebih lambat (8-16 minggu)
karena lokasi tersebut berada di dalam kavum uteri yang lebih
akomodatif, sehingga sering kali kehamilan pars interstitialis disangka
sebagai kehamilan intrauterin biasa.
Perdarahan yang terjadi pada kehamilan pars interstitialis cepat
berakibat fatal karena suplai darah berasal dari arteri uterina dan ovarika.
Oleh sebab itu kehamilan pars interstitialis adalah kehamilan ektopik
dengan angka mortalitas tertinggi. Kerusakan yang melibatkan kavum
uteri cukup besar sehingga histerektomi pun diindikasikan. Ruptur, baik
pada kehamilan fimbriae, ampulla, isthmus maupun pars interstitialis,
dapat terjadi secara spontan maupun akibat trauma ringan, seperti koitus
dan pemeriksaan vaginal. Bila setelah ruptur janin terekspulsi ke luar
lumen tuba, masih terbungkus selaput amnion dan dengan plasenta yang
masih utuh, maka kehamilan dapat berlanjut di rongga abdomen. Untuk
memenuhi kebutuhan janun, plasenta dari tuba akan meluaskan
implantasinya ke jaringan sekitarnya seperti uterus, usus, dan ligamen
(Wibowo.B, 2007).
5. Tanda dan Gejala
Bentuk kehamilan apabila masih utuh akan ada rasa sakit atau tidak
nyaman.
Namun
bila
sudah
pecah
menimbulkan
perdarahan
intraabdominal. Gejala klinisnya meliputi :
1)
Terjadi amenore, yaitu haid terlambat mulai beberapa hari bahkan
bulan haid tidak teratur.
2)
Nyeri abdomen dan sakit tiba-tiba seperti diiris disertai muntah.
3)
Keluar darah pervaginam.
4)
Defance muscular perut rasa mengeras.
5)
Muntah, gelisah, pucat.
6)
Nadi kecil dan halus serta cepat.
7)
Pada pemeriksaan dalam, jika digerakan nyeri pada serviks dan
portio.
8)
Douglas crise adalah rasa nyeri hebat pada kavum douglas.
9)
Kavum douglas teraba menonjol karena adanya kumpulan darah.
10) Adanya pelepasan desidua post cost.
11) Pada perkusi abdomen :
Shifting dullness adalah adanya perdarahan intra abdominal.
12) Penegakan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG.
(Pranoto, Ibnu, dkk, 2013)
Kesukaran dalam membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan
ektopik
demikian
besarnya,
sehingga
sebagian
besar
penderita
mengalami abortus tuba atau ruptur tuba sebelum keadaan menjadi jelas.
Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, penderita
segera di rawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostik yang dapat
digunakan adalah ultrasonografi, laparoskopi, kuldoskopi. Diagnosis KET
pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaaran. Tetapi pada
jenis menahun bisa sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis, maka
setiap perempuan dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri perut
bagian bawah atau gangguan haid, kemungkinan ektopik harus
dipikirkan. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu, nyeri perut
bagian bawah, nyeri bahu, tenemus, dapat dinyatakan. Perdarahan
pervaginam
dapat
terjadi
setelah
nyeri
perut
bagian
bawah
(Prawirohardjo, sarwono, 2008).
 Pemeriksaan penunjang
1)
Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-Hcg (+). Hemoglobin
menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
2)
USG : tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri, adanya
kantung kehamilan di luar kavum uteri, adanya massa komplek di
rongga panggul.
3)
Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah
kavum Douglas ada darah.
4)
Diagnosis pasti hanya ditegakan dengan laparotomi.
5)
Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong
gestasi di luar uterus.
6)
Laparoskopi digunakan sebagai alat bantu diagnostik terakhir
untuk kehamilan ektopik terganggu. Pada pemeriksaan ini dapat
dilihat denan mata sendiri perubahan-perubahan pada tuba dan
darah yang terkumpul dalam rongga perut terutama pada
kehamilan
ektopik
yang
sudah
terjadi
ruptur
pada
tuba(Pantikawati, ika & saryono, 2010).
6. Penanganan
Penanganan ektopik terganggu pada umumnya adalah laparotomi.
Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan
menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan.
Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut
sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian beberapa hal
yang harus dipertimbangkan yaitu kondisi penderita pada saat itu,
keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik.
Hasil ini menentukan apakah perlu dilakikan salpingektomi (pemotongan
bagian
tuba
yang
terganggu)
pada
kehamilan
tuba.
Dilakukan
pemantauan kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang
berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang
belum terangkat. Penanganan pada kehamilan ektopik terganggu dapat
pula dengan tranfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi
diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan
dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan
harus dirawat inap di rumah sakit.
Seorang pasien yang terdiagnosis dengan kehamilan tuba dan masih
dalam kondisi baik dan tenang, memiliki 2 pilihan, yaitu penatalaksanaan
medis dan penataksanaan bedah.
a.
Penatalaksanaan Medis
Pada penatalaksanaan medis digunakan zat-zat yang dapat
merusak integritas jaringan dan sel hasil konsepsi. Tindakan
konservativ medik dilakukan dengan pemberian methotrexate.
Methotrexate adalah obat sitotoksik yang sering digunakan untuk
terapi keganasan, termasuk penyakit trofoblas ganas. Pada penyakit
trofoblastik, methotrexate akan merusak sel-sel trofoblas, dan bila
diberikan pada pasien dengan kehamilan ektopik, methotrexate
diharapkan dapat merusak sel-sel trofoblas sehingga menyebabkan
terminasi kehamilan tersebut.
Methotrexate dapat diberikan dalam disos tunggal maupun dosis
multipel.
Dosis
tunggal
yang
diberikan
adalah
50mg/m2
(intramuskular), sedangkan dosis multipel yang diberikan adalah
sebesar 1mg/kg (intramuskular) pada hari pertama, ke 3, 5, dan hari
ke-7. Pada terapi dengan dosis multipel leukovorin ditambahkan ke
dalam regimen pengobatan dengan dosis 0,1 mg/kg (intramuskular),
dan diberikan pada hari ke-2, 4, 6 dan 8. Terapi methotrexate dosis
multipel tampaknya memberikan efek negatif pada patensi tuba
dibandingkan
dengan
terapi
methotrexate
dosis
tunggal
9.
Methotrexate dapat pula diberikan melalui injeksi per laparaskopi
tepat ke dalam
masa hasil konsepsi. Terapi metrhotrexate dosis
tunggal adalah modalitas terapeutik paling ekonomis untuk kehamilan
ektopik yang belum terganggu.
Kandidat-kandidat penerima tatalaksana medis harus memiliki syaratsyarat berikut ini :
1) Keadaan hemodinamik yang stabil dan tidak ada tanda robekan
dari tuba.
2) Tidak ada aktivitas jantung janin.
3) Diagnosis ditegakan tanpa memerlukan laparaskopi.
4) Diameter massa ektopik < 3,5 cm.
5) Kadar tertinggi b-Hcg<15.000Miu/ml.
6) Harus ada informed consent dan mampu mengikuti follow up.
7) Tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemberian methotrexate.
b.
Penatalaksanaan Bedah
Penatalaksanaan bedah dapat dikerjakan pada pasien-pasien
dengan kehamilan tuba yang belum terganggu maupun yang sudah
terganggu.
Tentu
saja
pada
kehamilan
ektopik
terganggu,
pembedahan harus dilakukan secepat mungkin.Ada beberapa
macam teknik dalam pembadahan yaitu :
1. Salpingostomi
Salpingostomi adalah suatu prosedur untuk mengangkat hasil
konsepsi berdiameter kurang dari 2cm dan berlokasi di sepertiga
distal tuba fallopii. Pada prosedur ini dibuat insisi linear sepanjang
15mm pada tuba tepat di atas hasil konsepsi, di perbatasan
antimesenterik. Setelah insisi hasil konsepsi segera terekpos dan
kemudian dikeluarkana dengan hati-hati. Perdarahan yang terjadi
umumnya sedikit dan dapat dikendalikan dengan elektrokauter.
Insisi kemudian dibiarkan terbuka (tidak dijahit kembali) untuk
sembuh per sekundam. Prosedur ini dapat dilakukan dengan
laparotomi maupun laparoskopi. Metode per laparoskopi saat ini
menjadi gold standar untuk kehamilan tuba yang belum terganggu.
2. Salpingotomi
Pada
dasarnya
prosedur
salpingotomi
sama
dengan
salpingostomi, kecuali bahwa pada salpingotomi insisi dijahit
kembali. Beberapa literatur menyebutkan bahwa tidak ada
perbedaan bermakna dalam hal prognosis, patensi dan perlekatan
tuba pascaoperatif antara salpingostomi dan salpingotomi
3. Salpingektomi
Salpingektomi diindikasikan pada keadaan-keadaan berikut ini :
a.
Kehamilan ektopik mengalami ruptur (terganggu).
b.
Pasien tidak menginginkan fertilitas pasca operatif.
c.
Terjadi kegagalan sterilisasi.
d.
Telah
dilakukan
rekonstruksi
atau
manipulasi
tuba
sebelumnya.
e.
Pasien meminta dilakukan sterilisasi.
f.
Perdarahan berlanjut pasca salpingotomi.
g.
Kehamilan tuba berulang.
h.
Kehamilan heterotropik
i.
Masa gestasi berdiameter lebih dari 5cm.
Reseksi masa konsepsi dan anastomosis tuba kadang-
kadang
dilakukan pada kehamilan pars ismika yang belum
terganggu. Metode ini lebih dipilih daripada salpingostomi,sebab
salpingostomi
dapat
menyebabkan
jaringan
parut
dan
penyempitan lumen pars ismika yang sebenarnya sudah sempit.
Pada kehamilan pars interstitialis, sering kali dilakukan pula
histerektomi untuk menghentikan perdarahan masif yang terjadi.
Pada salpingektomi, bagian tuba antara uterus dan massa
konsepsi di klem, di gunting, dan kemudian sisanya (stump) diikat
dengan jahitan ligasi. Arteri tuboovarika diligasi, sedangkan arteri
uteroovarika dipertahankan. Tuba yang direseksi dipisahkan dari
mesosalping.
4. Evakuasi fimbrae dan fimbraektomi
Bila terjadi kehamilan di fimbrae, massa hasil konsepsi dapat
dievakuasi dari fimbrae tanpa melakukan fimbraektomi. Dengan
menyemburkan cairan di bawah tekanan alat aquadisektor atau
spuit,
massa
hasil
konsepsi
terdorong
dan
lepas
dari
implantasinya. Fimbreaktomi dikerjakan apabila masa hasil
konsepsi berdiameter cukup besar sehingga tidak dapat diekspulsi
dengan cairan bertekanan (Chalik, 2006).
7. Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita
yang merokok memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami
kehamilan
ektopik.
Berhubungan
seksual
secara
aman
seperti
menggunaka kondom akan melindungi seseorang dari penyakit radang
panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut
pada saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan
ektopik.
Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun
kita dapat mengurangi komplikasi yang mengancam nyawa dengan
deteksi dini dan tatalaksana secepat mungkin.
Jika kita memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka
kerjasama antara dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan untuk mencegah
komplikasi kehamilan ektopik (Wibowo.B, 2007).
8. Prognosis
Bagi kehamilan berikutnya
Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba
atau pasca penyakit radang panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah
pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu sisi, kemungkinan
pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang lain.
Bagi ibu
Bila diagnosis cepat ditegakkan umumnya prognosis baik, terutama
bila cukup penyediaan darah dan fasilitas operasi serta narkose (Pranoto,
Ibnu, dkk, 2013).
C. Teori Managemen Kebidanan
1. Pengertian Managemen Kebidanan
Dalam pelayanan kebidanan managemen adalah proses pemberian
pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada klien
dengan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan ibu dan anak, kepuasan
pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider. Aktivitas managemen
dalam
pelayanan
melaksanakan
perencanaan,
pengorganisasian,
pengarahan dan koordinasi dan pengawasan (sipervisi dan evaluasi).
Managemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk ,mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilandalam rangkaian
tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
Proses managemen kebidanan menurut Helen Varney ada tujuh
langkah yang berurutan, yang setiap langkahnya disempurnakan secara
periodik. Tujuh langkah Varney yaitu :
a. Langkah I (Pengumpulan data dasar)
Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap.
1) Riwayat kesehatan.
2) Pemeriksaan fisik yang sesuai dengan kebutuhannya.
3) Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
4) Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
studi.
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua data yang akurat
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Langkah II (Interpretasi data dasar)
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi
yang benar atas dasar data-data yang dikumpulkan.
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemui masalah atau diagnosa yang spesifik. Kata masalah dan
diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan
seperti
diagnosa,
tetapi
sungguh
membutuhkan
penanganan yang dituangkan kedalam sebuah rencana asuhan
kepada klien. Masalah yang sering berkaitan dengan wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan masalh ini sering menyertai
diagnosa.
c. Langkah III (Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)
Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah atau diagnosa yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien,
bidan diharapkan dapat bersiap diri bila diagnosa/masalah potensial
ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan kebidanan yang aman.
d.
Langkah IV (Identifikasi perlunya penanganan segera)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggotan tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses
management kebidanan. Jadi management bukan hanya selama
asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada
waktu wanita tersebut dalam masa persalinan.
e.
Langkah V (Perencanaan asuhan komprehensif)
Pada langkah ini dilakukan asuahn yang menyeluruh yang
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan management terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi atau data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari
kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari
kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa
yang diperkirakan terjadi berikutnya.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah
mencakup hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap
rencana asuhan disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan
dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena
itu pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan asuhan yang
sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien, kemudian
membuat keputusan bersama sebelum melaksanakannya.
f.
Langkah VI (Pelaksanaan perencanaan)
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau anggota tim kesehatan lain.
Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul
tanggungjawab untuk tetap mengarahkan pelaksanaannya (misalnya
memastikan agar langkah-langkah tersebut terlaksana). Dalam
situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien yang mengalami komplikasi.
Keterlibatan bidan dalam management asuhan bagi klien adalah
bertanggung jawab
terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Management yang efisien dapat
menyingkat waktu dan menghemat biaya serta meningkatkan mutu
asuhan klien.
g.
Langkah VII (Evaluasi)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah
diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang
telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa.
(Julianan Erna, 2008)
2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP)
Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien
meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan
oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan
pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu :
a. Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
dan keluarga melalui anamnesis sebagai langkah I Varney.
b. Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data
fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c. Assesment atau analisa data
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi : diagnosa
masalah, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter, konsultan/ kolaborasi dan atau rujukan
sebagai langkah 2.3 dan 4 Varney.
d. Planninng atau penatalaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan
implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai
langkah 5,6,7 Varney (Salmah, 2006).
Tabel 2.1
Hubungan manajemen kebidanan dan metode
pendokumentasian dengan SOAP dapat dilihat sebagai berikut :
Langkah Manajemen Kebidanan
Menurut Varney
Langkah Dalam Metode
Pendokumentasian Dengan
SOAP
Langkah I
Pengumpulan data subjektif (S)
Pengumpulan data objektif (O)
Langkah II
Perumusan assesment (A) atau
Langkah III
analisa data subjektif dan
Langkah IV
objektif
Langkah V
Pembuatan planning (P)
Langkah VI
Yang merupakan perencanaan
Langkah VII
Implementasi dan evaluasi
Sumber : Jannah, 2011
D. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kehamian Ektopik Terganggu
Menurut Saifuddin (2008)
Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan, bidan menyusun rencana
kegiatannya mencakup tujuan dan langkah yang akan dilakukan dalam
melakukan interpretasi dan pemecahan masalah.
Langkah penyusun rencana kegiatan dalam asuhan kehamilan ektopik
terganggu adalah :
a)
Menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan.
b)
Menentukan langkah-langkah tindakan segera secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan
c)
Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan tindakan interpretasi ;
1)
Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2)
Jelaskan kondisi ibu saat ini
3)
Buat tanda persetujuan tertulis untuk perawatan dari tindakan
klien dirumah sakit/ rumah bidan dan jelaskan tentang peraturan
kamar bersalin.
4)
Menganjurkan ibu untuk istirahat.
5)
Anjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan gizi.
6)
Kolaborasi dengan tim medis untuk melakukan tindakan medis
selanjutnya
7)
Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk
tindakan operatif gawat darurat.
8)
Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk
melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus
segera dihentikan.
9)
Upaya stabilisasi dilakukan dengan segera merestorasi cairan
tubuh dengan larutan kristaloid NS atau RL ( 500 ml dalam 15
menit pertama ) atau 2 L dalam 2 jam pertama (termasuk dalam
tindakan berlangsung).
10) Tindakan pada tuba berupa :
a. Parsial salpingektomi.
b. Salpingostomi
11) Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi
transportasi tuba yang disebabkab oleh proses infeksi, maka
sebaiknya pasien diberi antibiotika kombinasi atau tunggal
dengan spectrum yang luas.
12) Untuk kendali nyeri pasca tindakan dapat diberikan :
a.
Ketopropen 100 mg suppositoria.
b.
Tramadol 200 mg IV.
c.
Pethidin 50 mg IV.
13) Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
14) Konseling pasca tindakan :
E.
a.
Kelanjutan fungsi reproduksi.
b.
Resiko hamil ektopik ulang.
c.
Kontrasepsi yang sesuai.
d.
Asuhan mandiri selama dirumah.
e.
Jadwal kunjungan ulang.
Kewenangan Bidan
Pengelolaan oleh bidan sesuai kompetensi bidan di Indonesia, dalam
kasus ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu, bidan memiliki
kemandirian untuk melakukan asuhannya dalam peraturan
Kesehatan
Nomor
1464/Menkes/X/2010
tentang
Menteri
izin
dan
penyelenggaraan praktik bidan yang mengatur kewenangan bidan
sebagai berikut :
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi : pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan
anak dan pelayanan kesehatan reproduksi.Pelayanan kesehatan ibu,
diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.Pelayanan kesehatan
ibu sebagaimana dimaksud diatas meliputi :
a.
Pelayanan konseling pada masa pra hamil, pelayanan antenatal pada
kehamilan normal, pelayanan persalinan normal. Pelayanan ibu nifas
normal, pelayanan ibu menyusui daan pelayanan konseling pada
masa antara dua kehamilan.
b.
Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
sebagaimana
dimaksud
berwenang untuk melakukan episiotomi, penjahitan luka jalan lahir
tingkat I dan II, penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan
perujukan, pemberian tablet fe pada ibu hamil, pemberian vitamin A
dosis tinggi pada ibu nifas, bimbingan inisiasi menyusui dini dan
promosi ASI ekslusif, pemberian uterotonika pada manajemen aktif
kala tiga dan postpartum, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada
kelompok ibu hamil, pemberian surat keterangan kematian, dan
pemberian surat keterangan cuti bersalin.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qur’an
Saifuddin.2010.Acuan
Nasional
Pelayanan
Kesehatan
Maternal
dan
Neonatal.Jakarta:JPNKKR.
Varney.2007.Asuhan Kebidanan.Edisi 4: Jakarta : EGC.
Jannah, N.2011.Konsep Dokumentasi Kebidanan.Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Marjati.2011.Konsep Kebidanan.Jakarta: Trans info Media.
Manuaba.2010.Konsep Kebidanan. Jakarta:Trans info Media.
Pranoto, Ibnu, dkk.2013. Patologi Kebidanan.Yogyakarta:Fitramaya.
Cuningham, F.Garry.2006.Obstetri William.Edisi 21.Jakarta:EGC.
Saifuddin, Abdul Bari.2008.Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo.
Mansjoer, Arif.2009.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi III.Jakarta:Media
Aesculapius.
Mochtar, Rustam.1998.Sunopsis Obstetri.Jakarta:EGC.
Prawirohardjo,
Sarwono.2011.
Ilmu
Kebidanan.Jakarta:PT.
Bina
Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Chalik,TMA. 2004. Kehamilan Ektopik. Dalam: Ilmu Kedokteran Fetomaternal.
Edisi 1. Surabaya
: Himpunan Kedokteran Fetomaternal
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.
Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, 2016. Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi di Kabupaten Ciamis. Dinas Kesehatan Ciamis.
Permenkes RI No. 1464/Menkes/SK/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktek
Kebidanan,
Kewenangan
bidan
dalam
Praktek
Kebidanan.
Wibowo, B. 2007. Kehamilan Ektopik: Dalam: Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Hadist tentang kehamilan. https://shirotholmustaqim.wordpress.com. (Diakses 04
Mei 2016, pukul 11.00 WIB).
Dinkes Jabar. 2014. Angka Kematian Ibu dan Bayi di Jawa Barat.
https://www.depkesjabar.go.id dalam Kompas. 2015. (Diakses 02
Mei 2016, pukul 09.00 WIB).
Download