Untitled - STIKes Muhammadiyah Ciamis

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU DI RUANG POLI KEBIDANAN
RSUD KABUPATEN CIAMIS1
Rini Priani2 Ayu Endang Purwati3 Sandriani4
INTISARI
Kehamilan Ektopik Terganggu hampir 95% berada disaluran tuba fallopi,
patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering karena sel telur yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju endometrium tersendat sehingga embrio
sudah berkembang sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh
di luar rongga rahim. Deteksi dini kehamilan ektopik terganggu dengan
pemeriksaan ultrasonoggrafi. Menurut data di RSUD Kabupaten Ciamis
kejadian KET pada tahun 2015 sebanyak 10 orang dan pada tahun 2016 bulan
januari – februari 2016 sebanyak 2 orang.
Tujuan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini agar dapat melaksanakan
manajemen asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Kehamilan Ektopik
Terganggu Di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis dengan
menggunakan 7 langkah varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran
dan pengalaman dalam membuat asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
kehamilan ektopik terganggu. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan dari asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan kehamilan ektopik terganggu di ruang poli
kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis dilakukan dengan baik.
Kata Kunci
: Kehamilan Ektopik Terganggu
Kepustakaan : 11 Buku ( 2008 – 2014 )
Halaman
: i – xi, 42 halaman, 10 lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah 2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis 4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang terjadi saat hamil,
bersalin, atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang
berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap persalinan. Organisasi
kesehatan tingkat dunia, World Health Organization (WHO) memperkirakan
800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan
proses kelahiran. Angka Kematian Ibu (AKI) menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2014 di dunia yaitu 289.000 jiwa. (WHO, 2014).
Penyebab kematian ibu terjadi karena perdarahan, Menurut WHO
kejadian perdarahan sekitar (35%), Preeklampsia dan Eklampsia (18%),
Karakteristik Ibu dan Perilaku Kesehatan Ibu Hamil (11%), Aborsi dan
Keguguran (9%), Keracunan Darah atau Sebsis (8%), dan Emboli (1%).
(WHO, 2013).
Penyebab kematian ibu bisa terjadi karena perdarahan, perdarahan
dapat terjadi pada kehamilan muda, diantaranya disebabkan oleh Abortus,
Kehamilan
Ektopik
Terganggu,
dan
Kehamilan
Mola
Hidatidosa.
(Sulistyawati, 2012).
Kehamilan Ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim
(uterus). Hampir 95% kehamilan ektopik terjadi di berbagai segmen tuba
Falopii, dengan 5% sisanya terdapat di ovarium, rongga peritoneum atau di
dalam serviks. Apabila terjadi ruptur di lokasi implantasi kehamilan, maka
akan terjadi keadaan perdarahan dan nyeri abdomen akut yang disebut
kehamilan ektopik terganggu. (Edukia, 2013).
Beberapa
penyebab
kehamilan
ektopik
diantaranya
: Riwayat
kehamilan ektopik sebelumnya, Riwayat operasi di daerah tuba dan
tubektomi, Riwayat penggunaan AKDR, Infertilitas, Riwayat inseminasi
buatan
atau
teknologi
bantuan
reproduktif
(assisted
reproductive
technology/ART), Riwayat infeksi saluran kemih, Merokok, Riwayat abortus
sebelumnya, Riwayat seksio sesarea sebelumnya. (Edukia, 2013).
Kehamilan Ektopik menjadi komplikasi yang serius dari kehamilan,
terhitung sebesar 11% kematian maternal terjadi di Amerika Serikat. Dari
1
2
data ibu hamil yang mengalami perdarahan hamil muda diketahui Jumlah ibu
hamil yang mengalami kehamilan ektopik yaitu 24 orang (12,5%).
(Kesehatan, 2012).
Berdasarkan Di Indonesia, berdasarkan laporan dari Biro Pusat
Statistik Kesehatan diketahui bahwa pada tahun 2010 terdapat 25 kasus dari
setiap 1.000 kehamilan menderita kehamilan ektopik. (BPS Kesehatan,
2010).
Menurut data dari Rumah Sakit Umum Kabupaten Ciamis kejadian
KET pada tahun 2015 sebanyak 10 orang dan pada bulan Januari – Februari
2016 sebanyak 2 orang. (RSUD kabupaten Ciamis Tahun 2015-2016).
Menurut Pricilia S.Lomboan dan Linda Mamengko 2013 di RSUP
PROF. DR. R. D. Kandou Manado, dapat disimpulkan bahwa 49 kasus KET
pasien terbanyak berumur 21-35 tahun. Lokasi pada tuba sebanyak
(97,95%), usia kehamilan <8 minggu (55,10%). (Pricilia S.Lomboan dan
Linda Mamengko, 2013).
Dari penelitian yang dilakukan RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
oleh Sri Cynthia D. Logor dan Freddy W. Wagey 2011, disimpulkan bahwa
ditemukan kasus kehamilan ektopik sebanyak 41 kasus. Dengan kelompok
riwayat
tanpa
menggunakan
kontrasepsi
paling
banyak
ditemukan.
Mengingat kehamilan ektopik merupakan kasus darurat dan dapat
mengancam nyawa, maka pada wanita hamil usia rentan kehamilan ektopik
disarankan untuk melakukan deteksi dini. Memberikan penjelasan pada
setiap ibu hamil tentang gejala-gejala yang timbul akibat kehamilan tidak
normal. Pelayanan yang lebih menyeluruh untuk menurunkan angka
kejadian
kehamilan
ektopik.
Perlu
adanya
sentralisasi
data,
agar
pengambilan data dapat terfokus, sehingga proses pengambilan data lebih
akurat. (Sri Cynthia D. Logor dan Freddy W. Wagey, 2011).
Salah satu upaya mencegah kehamilan ektopik yaitu dengan menjaga
kehamilan dengan melakukan hal-hal yang terbaik, karena mencegah
kehamilan ektopik sangatlah diperlukan terutama wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik sebelumnya. Riwayat memiliki kehamilan
ektopik bisa membuat wanita mengalami kehamilan ektopik pada kehamilan
berikutnya. Hal itu dikarenakan jika penyebab kehamilan ektopik tidak
diketahui dan belum diatasi wanita tersebut bisa mengalami kehamilan
3
ektopik kembali. Misalnya saja wanita pernah mengalami kehamilan ektopik
dikarenakan PMS atau penyakit menular seksual, wanita tidak mengetahui
jika ada PMS di dalam tubuhnya. Akibatnya adalah ketika dirinya hamil
kembali dia akan mengalami kehamilan ektopik. (Kesehatan, 2016).
Berikut ini berbagai macam cara yang bisa digunakan untuk mencegah
kehamilan ektopik : Berhenti merokok, Jangan ganti-ganti pasangan, Apabila
yang suka ganti-ganti pasangan harus menggunakan alat pengaman, Harus
menjaga Kebersihan Organ Intim, Hindari Pembedahan, Bagi yang memiliki
riwayat kehamilan ektopik bisa menggunakan obat-obatan untuk mencegah
embrio berkembangdan tumbuh di jaringan rahim yang bukan semestinya.
(Kesehatan, 2016).
Kehamilan Ektopik Terganggu mengalami pembuahan namun berbeda
dengan kehamilan yang normal. Dalam kehamilan yang normal diawali dari
konsepsi atau pertemuan antara ovum dengan sperma sehat dan dilanjutkan
dengan fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Lama kehamilan normal yaitu 9
bulan. (Sulistyawati, 2012).
Maka dari itu setelah terjadi pembuahan yang ditakdirkan oleh Alloh
Azza wa Jalla hingga berproses menjadi seorang anak, mulailah sang ibu
mengalami perubahan di rahimnya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dalam satu hadits shahih bersabda :
ُ‫ ُث َّم َي ُك ْون‬،‫إنَّ أَ َحدَ ُكم يُجْ َمعُ خلقُ ُه ِفيْ َب ْط ِن أُ ِّم ِه أَرْ َب ِعي َْن َي ْومًا ُن ْط َف ًة‬
‫ك‬
ُ َ‫ ُث َّم يُرْ َس ُل إِلَ ْي ِه ْال َمل‬،‫ك‬
َ ِ‫ ُث َّم َي ُك ْونُ مُضْ َغ ًة مِث َل َذل‬،‫َعلَ َق ًة م ِْث َل َذل َِك‬
،ِ‫ َوأَ َج ِله‬،ِ‫ب ِر ْز ِقه‬
ِ ‫ ِب َك ْت‬:ٍ‫ َوي ُْؤ َمرُ ِبأَرْ َب ِع َك ِل َمات‬،‫ف َي ْنفُ ُخ ِف ْي ِه الرُّ ْو َح‬
(‫اريُّ َومُسْ لِم‬
َ ‫ َو َشقِيٌّ أَ ْو َس ِعيْد‬،ِ‫َو َع َملِه‬
ِ ‫)ر َواهُ ْالب َُخ‬،
Artinya : Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan
bentuk ciptaannya dalam perut ibunya selama empat puluh hari (dalam
bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah selama itu pula (selama 40 hari),
lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus
malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya
empat hal: rizkinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan
4
kebahagiaannya."
(Bukhari
dan
Muslim
dari
Abdullah
bin
Mas'ud
Radhiyallahu 'anhu).
Penjelasan dari Hadist diatas bahwa apa yang disampaikan Rasulullah
Shallallahu „alaihi wa sallam dalam hadits tersebut memang benar adanya.
Manusia baru membuktikannya pada abad ini. Padahal kebenaran ayat-ayat
Allah Azza wa Jalla sudah disampaikan puluhan abad lalu; sebagai bukti,
bahwa Allah Azza wa Jalla telah menciptakan manusia dari segumpal darah
(alaqah) 40 hari, setelah terbentuknya air mani. Hal ini bisa diketahui oleh
ahli medis, bahwa kurang lebih umur 56-70 hari pembuluh darah janin mulai
terbentuk. Kemudian ada gerakan-gerakan. Gerakan inilah yang mungkin
terdeteksi oleh alat-alat kedokteran modern sebagai denyut jantung janin.
Namun berdasarkan dhohir hadits, bahwa ruh ditiupkan pada saat janin
berumur lebih dari 120 hari.
Al-Qur‟an juga menjelaskan tentang kehamilan dalam surat AlMu‟minun Ayat 12-13 :
Artinya : "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah."(Q.S. Al- mu'minun : 12).
Artinya : "Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan)
dalam tempat yang kokoh (rahim)."(Q.S. Al- mu'minun : 13).
Penjelasan dari Ayat Al-Qur‟an bahwa Asal-muasal manusia adalah
tanah. Karena kakek moyang pertama kali diciptakan dari tanah. Dari sudut
pandang ilmu kimia, kita dapat membandingkan unsur-unsur kimia yang ada
dalam tanah yang relatif sama dengan unsur kimia manusia. Dan tak bisa
dipungkiri lagi, bahwa manusia berasal dari tanah dan kembali ke tanah. Dan
proses kehamilan berlangsung selama 40 minggu dihitung dari hari pertama
mens berakhir.
5
Maka dari uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan
asuhan kebidanan pada ibu hamil pada Ny.R Umur 21 Tahun G1P0A0 Hamil
8 Minggu dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan
RSUD Kabupaten Ciamis.
B. Rumusan
Berdasarkan latar belakang tersebut perumusan masalah pada studi
kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten
Ciamis?”
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD
Kabupaten Ciamis ini menggunakan 7 langkah Varney dengan metode
pendokumentasian SOAP.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mampu mengumpulkan data dasar pada Ibu Hamil dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD
Kabupaten.Ciamis.
b.
Mampu menginterpretasi data dasar pada Ibu Hamil dengan
Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli Kebidanan RSUD
Kabupaten Ciamis.
c.
Mampu mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial
pada Ibu
Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli
Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis.
d.
Mampu menetapkan perlunya konsultasi dan kolaborasi dengan
Dr.Obgyn pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di
Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis.
e.
Mampu menyusun rencana Asuhan secara menyeluruh pada Ibu
Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli
Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis.
6
f.
Mampu melaksanakan Perencanaan Asuhan secara menyeluruh
pada Ibu Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli
Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis.
g.
Mampu mengevaluasi dari Asuhan yang sudah diberikan pada Ibu
Hamil dengan Kehamilan Ektopik Terganggu di Ruang Poli
Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis.
D. Manfaat
1.
Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus dapat digunakan sebagai salah satu bahan
informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Lahan Praktik RSUD Kabupaten Ciamis
Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan pada asuhan yang
sudah diberikan.
b.
Bagi Prodi DIII Kebidanan
Sebagai Bahan Pustaka dan dapat digunakan sebagai bahan
referensi guna mengembangkan penelitian dengan variable yang
lebih luas.
c.
Bagi Ibu
Dengan melakukan asuhan kebidanan pada Ibu Hamil ibu
dapat mengantisipasi kehamilan yang komplikasi dan ibu bisa lebih
kooperatif dengan tenaga kesehatan.
d.
Bagi Pengkaji
Bermanfaat untuk menerapkan antara ilmu teori dan ilmu
praktik dilapangan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1.
Kehamilan
a.
Pengertian
Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan
yang terdiri dari Ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan Ovum
(sel telur) dan spermatozoa (Sperma) terjadilah pembuahan dan
pertumbuhan. Zigot kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus
dan pembentukan plasenta dan tahap akhir adalah tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm. (Manuaba dkk, 2012).
Dalam Al-Qur‟an telah dimuat bagaimana Allah Subhanahu
wa Ta‟ala menjelaskan tentang proses penciptaan manusia dengan
begitu jelas, sejak dari bentuk nuthfah sampai menjadi manusia
sempurna. Demikian agung dan besar kekuasaan Allah, dan ilmu
pengetahuan modern telah membuktikan kebenaran Al-Quran yang
diturunkan 15 abad yang lalu tersebut.
ٌ‫ان مِنٌْ ُن ْط َفةٌ َفإِ َذا ه ٌَُو َخصِ يمٌ م ُِبين‬
ٌَ ‫س‬
ٌَ ‫ق اإل ْن‬
ٌَ َ‫َخل‬
Artinya : “Dia telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba
ia menjadi pembantah yang nyata.” (Q.S An- Nahl : 3).
Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia
dari nuthfah yang terkenal dalam dunia kedokteran dengan istilah
spermatozoon yang terdapat pada dirinya dan ovum yang terdapat
pada wanita.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam satu hadits
shahih bersabda :
ُ ‫إنَّ ٌأَ َحدَ ُكمٌيُجْ َمعُ ٌخلقُ ُه ٌ ِفيْ ٌ َب ْط ِن ٌأُ ِّم ِه ٌأَرْ َب ِعي َْن ٌ َي ْومًاٌ ُن ْط َف ًة‬
ٌ ُ‫ٌث َّم ٌ َي ُك ْون‬،
ُ ‫ك‬
ُ ‫ٌذل َِك‬
ْ ‫ٌث َّمٌيُرْ َسلٌُإِلَ ْيه‬،
َ ‫ٌث َّمٌ َي ُك ْونُ ٌمُضْ َغ ًةٌمِث َل‬،
َ ‫َعلٌََق ًةٌم ِْث َل‬
ٌُ‫ٌِال َملَك‬
َ ِ‫ٌذل‬
ٌٌ،ِ‫ٌوأَ َجلِه‬،ِ
َ ‫ٌِر ْز ِقه‬
َ ‫ف َي ْنفُ ُخٌ ِف ْيهٌِالرُّ ْو َح‬
ِ ‫رٌُبأَرْ َب ِعٌ َكلِ َمات‬
ِ ‫ٌوي ُْؤ َم‬،
ِ ‫ٌب َك ْتب‬:
ْ ‫) َر َواه‬،‫ٌس ِعيْد‬
(ٌ‫ٌُالب َُخ ِاريُّ ٌَومُسْ لِم‬
َ ‫ٌو َشقِيٌّ ٌأَ ْو‬،ِ
َ ‫ٌو َع َم ِله‬
َ
7
8
Artinya : Sesungguhnya salah seorang diantara kalian
dipadukan bentuk ciptaannya dalam perut ibunya selama empat
puluh hari (dalam bentuk mani) lalu menjadi segumpal darah
selama itu pula (selama 40 hari), lalu menjadi segumpal daging
selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk
meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkan baginya empat
hal: rizkinya, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraannya dan
kebahagiaannya." (Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud
Radhiyallahu 'anhu).
Penjelasan dari Hadist diatas bahwa apa yang disampaikan
Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam dalam hadits tersebut
memang benar adanya. Manusia baru membuktikannya pada abad
ini. Padahal kebenaran ayat-ayat Allah Azza wa Jalla sudah
disampaikan puluhan abad lalu; sebagai bukti, bahwa Allah Azza
wa Jalla telah menciptakan manusia dari segumpal darah (alaqah)
40 hari, setelah terbentuknya air mani. Hal ini bisa diketahui oleh
ahli medis, bahwa kurang lebih umur 56-70 hari pembuluh darah
janin mulai terbentuk. Kemudian ada gerakan-gerakan. Gerakan
inilah yang mungkin terdeteksi oleh alat-alat kedokteran modern
sebagai denyut jantung janin. Namun berdasarkan dhohir hadits,
bahwa ruh ditiupkan pada saat janin berumur lebih dari 120 hari.
b.
Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan (Ai Yeyeh, 2009).
1) Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30
gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga
menjadi seberat 1.000 gram saat akhir kehamilan, otot rahim
mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak
dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan
janin.
Pertumbuhan uterus pada trimester pertama terjadi
sebagai respon terhadap rangsangan hormon yaitu hormon
estrogen
dan
progesterone.
Pembesaran
uterus
terjadi
disebabkan karena :
a)
Meningkatnya dilatasi pembuluh darah dan vaskularisasi
9
b)
Hiperplasia serabut-serabut otot dan jaringan fibroelastik
c)
Perkembangan
dari
deciduas
Setelah
bulan
ketiga
pembesaran uterus karena pertumbuhan fetus.
Untuk menentukan tuanya kehamilan berdasarkan TFU,
maka di pakai patokan sebagai beikut :
a) Umur kehamilan 12 minggu
: TFU 3 jari atas simfisis.
b) Umur kehamilan 16 minggu
: TFU pertengahan simfisis-
pusat.
c) Umur kehamilan 20 minggu
: TFU 3 jari bawah pusat.
d) Umur kehamilan 24 minggu
: TFU setinggi pusat.
e) Umur kehamilan 28 minggu
: TFU 3 jari atas pusat.
f)
Umur kehamilan 32 minggu :TFU pertengahan pusat –
prosesus sifoideus.
g) Umur kehamilan 36 minggu
: TFU 3 jari bawah prosesus
sifoideus.
h) Umur kehamilan 40 minggu : TFU pertengahan pusat –
prasesus sifoideus.
Perubahan bentuk uterus pada trimester I seperti buah pir
terbalik, semester II berubah seperti bola, dan trimester III
berbentuk oval dan naik dari rongga pelvis ke rongga abdomen.
2) Vagina dan Vulva
Vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hormone
estrogen. Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan
vulva tampak lebih merah, agak kebiru-biruan (livide). Tanda ini
disebut tanda Chadwick.
3) Ovarium
Sejak kehamilan 16 minggu fungsi ovarium diambil alih
oleh placenta, terutama fungsi memproduksi progesterone dan
estrogen. Selama kehamilan ovarium tenang/ beristirahat. Tidak
terjadi pembentukan dan pematangan folikel baru, tidak terjadi
ovulasi, tidak terjadi siklus menstruasi.
4) Servik
Akibat peningkatan vaskular serta perubahan pada
jaringan
ikat
dibawah
pengaruh
estrogen, servik
dalam
10
kehamilan menjadi lunak. Terjadi sekresi kelenjar dan lendir
servik menjadi kental sehingga dapat berperan sebagai
pelindung yang meyumbat ostium uteri.
5) Payudara
Payudara akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomammotropin, estrogen dan progesterone, akan tetapi
belum mengeluarkan air susu. Papilla mamma akan membesar,
lebih tegak dan tampak lebih hitam, seperti seluruh areola
mamma karena hiperpigmentasi. Pada kehamilan 12 minggu ke
atas keluar cairan berwarna putih agak jernih disebut colustrum.
Namun proses laktasi dihambat sampai kelahiran karena
adanya hormon estrogen dan progesterone selama hamil yang
cukup tinggi karena diproduksi oleh plasenta. Perubahan
payudara pada ibu hamil, yaitu:
a) Payudara menjadi lebih besar.
b) Areola payudara makin hiperpigmentasi.
c) Glandula Montgomery makin tampak.
d) Puting susu makin menonjol.
e) Pengeluaran ASI belum berlangsung karena prolaktin belum
berfungsi.
f)
Setelah persalinan, prolaktin tidak ada sehingga produksi
ASI dapat berlangsung.
c.
Pengkajian pada Ibu hamil (Ari, 2013)
a. Anamnesis
Yaitu didapat dari pasien sebagai data subjektif. (Menanyakan
keluhan pasien, HPHT, Kehamilan keberapa, Riwayat Penyakit
Berat, Riwayat Kehamilan Sebelumnya).
b. Pemeriksaan Fisik
Yaitu dari hasil pemeriksaan oleh bidan dengan melakukan
pemeriksaan umum seperti pengukuran BB, Tekanan Darah,
Periksa konjungtiva, Palpasi Abdomen. Dan melakukan periksa
dalam.
d.
Tanda – tanda Bahaya pada Ibu Hamil (Sarwono, 2010).
1) Mual muntah berlebih
11
Kebanyakan
ibu hamil dengan umur kehamilan 1-3
bulan sering merasa mual dan kadang-kadang muntah.Keadaan
ini normal dan akan hilang dengan sendirinya pada kehamilan
lebih dari 3 bulan.
Tetapi, bila ibu tetap tidak mau makan, muntah terusmenerus sampai ibu lemah dan tak dapat bangun, keadaan ini
berbahaya bagi keadaan jani dan kesehatan ibu.
2) Penglihatan Kabur
Penglihatan
menjadi
kabur
atau
berbayang
dapat
disebabkan oleh sakit kepala yang hebat, sehingga terjadi
oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang
mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan
kelainan serebral (nyeri kepala, kejang), dan gangguan
penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan kabur,
dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang
mengidentifikasikan keadaan yang mengancam jiwa adalah
perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur
atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.
Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia
merupakan
tanda-tanda
yang
menujukkan
adanya
pre-
eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini
disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat
penglihatan di korteks cerebri atau didalam retina (oedema
retina dan spasme pembuluh darah).
3) Gerak Janin Berkurang atau Tidak Ada
Ibu mulai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-5
atau ke-6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih
awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus
bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi
akan lebih mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika
ibu makan dan minum dengan baik.
Apabila ibu tidak merasakan gerakan bayi seperti biasa,
hal ini merupakan suatu risiko tanda bahaya. Bayi kurang
bergerak seperti biasa dapat dikarenakan oleh aktivitas ibu yang
12
terlalu berlebihan, keadaan psikologis ibu maupun kecelakaan
sehingga aktivitas bayi di dalam rahim tidak seperti biasanya.
4) Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri
abdomen
yang
tidak
berhubungan
dengan
persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen yang
mungkin menunjukkan masalah yang mengancam keselamatan
jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah
beristirahat.
Hal ini bisa berarti apendisitis, kehamilan ektopik, aborsi,
penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit
kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, infeksi saluran
kemih atau infeksi lain.
5) Sakit Kepala yang Hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan seringkali
merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan.
Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius
adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang
dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang
hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya
men jadi kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam
kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia.
6) Perdarahan Pervaginam
Perdarahan pervaginam dalam kehamilan adalah cukup
normal. Pada masa awal kehamilan, ibu akan mengalami
perdarahan yang sedikit (spotting) di sekitar waktu terlambat
haidnya. Perdarahan ini adalah perdarahan implantasi dan
normal, perdarahan kecil dalam kehamilan adalah pertanda dari
“Friabel cervik”.
Perdarahan semacam ini mungkin normal atau mungkin
suatu tanda adanya infeksi. Jika terjadi perdarahan yang lebih
(tidak normal) yang menimbulkan rasa sakit pada ibu.
Perdarahan ini bisa berarti aborsi, kehamilan molar atau
kehamilan ektopik. Pada akhir kehamilan, perdarahan yang
13
tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tetapi
tidak selalu disertai dengan rasa nyeri.
e.
2.
Deteksi Dini Kehamilan Ektopik (Sarwono, 2010).
1)
Perdarahan
2)
Nyeri pada abdomen
Kehamilan Ektopik Terganggu
a.
Definisi
Kehamilan ektopik ialah suatu kehamilan yang pertumbuhan
sel telur telah dibuahi tidak menempel pada dinding endometrium
kavum uteri. Lebih dari 95% kehamilan ektopik berada di saluran
telur (tuba Fallopii). Kejadian kehamilan ektopik tidak sama diantara
senter pelayanan kesehatan. Hal ini bergantung pada kejadian
salpingitis seseorang. Di Indonesia kejadian sekitar 5-6 per seribu
kehamilan. Patofisiologi terjadinya kehamilan ektopik tersering
karena sel telur yang telah dibuahi dalam perjalanannya menuju
endometrium
tersendat sehingga embrio sudah berkembang
sebelum mencapai kavum uteri dan akibatnya akan tumbuh di luar
rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut tidak dapat
menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi
rupture dan menjadi kehamilan ektopik terganggu. (Hadijanto,
2008).
b.
Penyebab Kehamilan Ektopik
Menurut Sujiyatini (2009) kehamilan ektopik terjadi karena
hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke
rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor risiko yang diperkirakan
sebagai penyebabnya adalah :
1) Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan gangguan
pada motilitas saluran telur.
2) Riwayat operasi tuba.
3) Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
4) Kehamilan ektopik sebelumya.
5) Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
6) Kelainan zigot yaitu kelainan kromosom.
14
7) Bekas radang pada tuba menyebabkan perubahan-perubahan
pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi,
gerakan ovum ke uterus terlambat.
8) Opersai plastik pada tuba.
9) Abortus buatan.
c.
Gambaran Klinik
Menurut Sarwono (2010) Kehamilan ektopik mengalami
penyulit atau terjadi rupture pada tuba tempat lokasi nidasi
kehamilan ini akan memberikan gejala dan tanda yang khas yaitu
timbulnya sakit perut mendadak. Walau demikian gejala dan tanda
kehamilan tuba terganggu sangat berbeda-beda, dan perdarahan
yang tiba-tiba dalam rongga perut. Nyeri merupakan keluhan utama
pada kehamilan ektopik terganggu. Pada rupture tuba nyeri perut
bagian bawah terjadi secara tiba-tiba intensitasnya disertai dengan
perdarahan. Gambaran klinik kehamilan ektopik terganggu sebagai
berikut :
1) Nyeri pada abdomen
Rasa nyeri mula-mula terdapat pada satu sisi, tetapi
setelah darah masuk ke dalam rongga perut, rasa nyeri menjalar
ke bagian tengah atau ke seluruh perut bawah.
2) Amenore
Amenore juga tanda pada kehamilan ektopik terganggu,
karena gejala dan tanda kehamilan ektopik terganggu bisa
langsung terjadi beberapa saat setelah terjadinya nidasi pada
saluran tuba yang kemudian disusul dengan rupture tuba karena
tidak bisa menampung pertumbuhan mudigah selanjutnya.
3) Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang berasal dari uterus biasanya tidak banyak
dan berwarna cokelat tua.
d.
Diagnosis
Menurut Sarwono (2010) Beberapa cara dapat ditegakkan, antara
lain dengan melihat :
1) Anamnesis dan gejala klinis
15
Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda,
dapat atau tidak ada perdarahan pervaginam, ada nyeri perut
kanan/kiri bawah. Berat atau ringannya nyeri tergantung pada
banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum.
2) Pemeriksaan fisik
a) Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di
daerah adneksa.
b) Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat
dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut
yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas
dinding abdomen.
c) Pemeriksaan ginekologis
d) Pemeriksaan dalam: serviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri
pada uterus kanan dan kiri.
3) Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (Sujiyatini dkk, 2009) :
a)
Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik
terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi
perdarahan ulang, ini merupakan indikasi operasi.
b)
Infeksi
c)
Sterilitas
d)
Pecahnya tuba fallopi
e)
Komplikasi
juga
tergantung
dari
lokasi
tumbuh
berkembangnya embrio.
e.
Pemeriksaan penunjang (Sujiyatini dkk, 2009).
1) Pemeriksaan laboratorium: kadar hemoglobin, leukosit, tes
kehamilan bila baru terganggu.
2) Dilatasi kuretase
3) Kuldosintesis yaitu suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui
apakah di dalam cavum douglasi terdapat darah. Teknik
kuldosintesis :
a) Baringkan pasien pada posisi litotomi
b) Bersihkan vulva dan vagina dengan antiseptic
16
c) Pasang speculum dan jepit bibir belakang porsio dengan
cunam serviks. Lakukan traksi ke depan sehingga forniks
posterior tampak.
d) Suntikan jarum spinal no.18 ke cavum douglasi dan lakukan
pengisapan dengan semprit 10 ml.
e) Bila pada penghisapan keluar darah, perhatikan apakah
darahnya
berwarna
coklat
sampai hitam
yang
tidak
membeku atau berupa bekuan kecil yang merupakan tanda
hematokel retrouterina.
f) Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan
kantong gestasi di luar uterus, dan lakukan kolaborasi.
g) Laparoskopi atau lakukan salpingektomi sebagai tindakan
operasi atau pembedahan.
f.
Penatalakasanaan
Penanganan KET pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi
perdarahan
selekas
mungkin
dihentikan
dengan
menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber pardarahan.
Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan dalam rongga perut
sebanyak
mungkin
dikeluarkan.
Dalam
tindakan
demikian,
beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu kondisi penderita,
keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan
ektopik. Hasil ini menetukan apakah perlu dilakukan salpingektomi
(pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba.
Setelah melaksanakan salpingektomi, lakukan observasi pasca
operasi.
Dilakukan pemantauan terhadap kadar hCG (kuantitatif).
Peningkatan
kadar
hCG
yang
berlangsung
terus
menerus
menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi,
infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga
antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan
dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat
harus dirawat inap di rumah sakit (Sujiyatini dkk, 2009).
17
B. Manajemen Kebidanan
1.
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak
secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien atau pemberi asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien. (Soepardan, 2008).
2.
Proses Manajemen Kebidanan (Soepardan, 2008).
a.
Langkah I : Mengumpulkan data dasar
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui
proses pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan
terbaru
atau
catatan
sebelumnya,
dan
laboratorium
dan
membandingkannya dengan hasil studi, semua data dikumpulkan.
b.
Langkah II : Menginterpretasi data
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara
benar terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah
atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan
interpretasi yang benar terhadap data dasar. Selain itu sudah
terfikirkan perencanaan yang dibutuhkan.
c.
Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis masalah
Langkah ini mengidentifikasikan masalah atau diagnosis
masalah yang lain berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis
yang teridentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi yang
cukup dan apabila memungkinkan dilakukan proses pencegahan
atau dalam kondisi tertentu pasien membutuhkan tindakan segera.
d.
Langkah IV : Mengidentifikasi dan penetapan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi
dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan
18
masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah
konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan.
e.
Langkah V : Merencanakan asuhan secara menyeluruh
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan
perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis
yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh
juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar
pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.
f.
Langkah VI : Implementasi
Tahap ini merupakan tahap pelaksana dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan. Pelaksana ini dapat dilakukan oleh bidan secara
mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
g.
Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan yakni
dengan
melakukan
evaluasi
dan
perencanaan
mapupun
pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari
proses
yang
dilakukan
terus
menerus
untuk meningkatkan
pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan
kondisinatau kebutuhan klien. ( Soepardan, 2008)
3.
Pendokumentasian Manajemen Kebidanan Dengan Metode SOAP
Menurut Soepardan (2008) Pendokumentasian SOAP merupakan
kepanjangan dari Subjektif, Objektif, Assesment, Planning. SOAP
merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat.
Prinsip metode ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan
manajemen kebidanan. Format SOAP umumnya digunakan untuk
pengkajian awal pasien.
a. S : Subjektif
Data subjektif di ambil berdasarkan anamnesa tentang
kehamilan ektopik terganggu. Menyatakan bahwa data subjektif ini
berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien, ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai
kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
19
dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan
diagnosis yang akan disusun.
b. O : Objektif
Data Objektif diambil berdasarkan :
1) Fisik Umum
2) Pemeriksaan Khusus melalui Vagina
Data
objektif
merupakan
pendokumentasian
manajemen
kebidanan menurut Halen Varney pertama adalah pengkajian data,
terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari
pemeriksaan
fisik
pasien,
pemeriksaan
laboratorium
atau
pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medik dan informasi dari
keluaraga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini.
Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosis.
c. A : Analisa
Analisa atau assessment merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif
dalam pendokumentasian manajemen kebidanan. Analisis yang
tepat dan akurat akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada
pasien, sehingga dapat diambil keputusan atau tindakan yang tepat.
Masalah
atau
diagnosa
yang
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. KET
harus dipikirkan kenapa bisa seorang pasien dalam usia reproduktif
mengeluh nyeri perut bagian bawah secara tiba-tiba, dan keluar flekflek dari vagina . Adanya tanda gejala seperti itu dan tanda
pemeriksaan penunjang untuk menguatkan diagnosa KET. Kadar
HCG membantu penegakkan diagnosa, diagnosa secara bedah juga
dapat dilakukan dengan salpingektomi. Walau pada umumnya
dilakukan bedah dengan laparoskopi dan laparotomi. Bedah
salpingektpomi yaitu memotong saluran tuba yang terganggu.
d. P : Penatalaksanaan
Planning atau perencanaan adalah membuat rencana asuhan
saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun
berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini
20
bertujuan
untuk
mengusahakan
seoptimal
mungkin
dan
tercapainya
mempertahankan
kondisi
pasien
kesejahteraannya.
Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin
dicapai
dalam
batas
waktu
tertentu.
Tindakan
yang
akan
dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan
dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain,
antara lain dokter. Dalam planning ini juga harus mencantumkan
evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk
menilai efektifitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi
berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus
ketepatan nilai tindakan atau asuhan. (Walyani dan Purwoastuti,
2015).
4. Keterkaitan
antara
Manajemen
Kebidanan
dan
Sistem
Pendokumentasian SOAP
Gambar 2.1 Bagan Skema Langkah – Langkah Proses Manajemen
Sumber : Estiwidani., dkk(2008).
Alur pikir bidan
Pencatatan dari Asuhan
Kebidanan
Dokumentasi Kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
7 Langkah Varney
5 langkah
kompetensi bidan
Pengumpulan data dasar
Data
Interprestasi data dasar
SOAP NOTES
Mengidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial
Mengidentifikasi dan
menetapkan kebutuhan
yang memerlukan
penanganan segera
Merencanakan asuhan
yang komprehensif atau
menyeluruh
Melaksanakan
perencanaan dan
pelaksanaan
Evaluasi
Subjektif Objektif
Assessment atau
diagnosis
Analisa Data
Penatalaksanan:
Konsul
Tes diagnostic / Lab
Perencanaan
Rujukan
Pelaksanaan
Evaluasi
21
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Ektopik Terganggu
1. Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan
tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien
yang
memiliki
kebutuhan
atau
masalah
kebidanan
(kehamilan,
persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan
reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat). (Konsep
Kebidanan, 2008). Asuhan tersebut di dokumentasikan dalam bentuk
SOAP.
S : Subjektif
Data subjektif di ambil berdasarkan anamnesa tentang kehamilan
ektopik terganggu. Hasil anamnesa yaitu Terdapat rasa nyeri pada perut
bagian bawah, dan keluar flek-flek dari jalan lahir.
O : Objektif
Data Objektif diambil berdasarkan :
1. Fisik Umum
2. Pemeriksaan Khusus melalui Vagina
Hasil Pemeriksaan :
Pemeriksaan Fisik Secara Umum : Penderita tampak sakit,
kesadaran baik, pemeriksaan abdomen nyeri tekan.
Pemeriksaan
Khusus melalui Vagina
: Nyeri goyang
pada
pemeriksaan serviks.
A : Analisa
Analisa atau assessment merupakan pendokumentasian hasil
analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif
dalam
pendokumentasian
manajemen
kebidanan.
Masalah
atau
diagnosa yang ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang. Analisanya yaitu KET. KET harus
dipikirkan kenapa bisa seorang pasien dalam usia reproduktif mengeluh
nyeri perut bagian bawah secara tiba-tiba, dan keluar flek-flek dari
vagina .
Adanya tanda gejala seperti itu dan tanda pemeriksaan penunjang
untuk menguatkan diagnosa KET. Kadar HCG membantu penegakkan
diagnosa, diagnosa secara bedah juga dapat dilakukan dengan
22
salpingektomi.
Walau
pada
umumnya
dilakukan
bedah
dengan
laparoskopi dan laparotomi. Bedah salpingektpomi yaitu memotong
saluran tuba yang terganggu.
P : Penatalaksanaan
Pada Kasus KET ini dilakukan Salpingektomi Dextra yaitu
pemotongan tuba sebelah kanan, karena terjadi Rupture pada Tuba
sebelah kanan.
2. Kewenangan Bidan (Novi, dkk.2014).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik
Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :
a. Kewenangan normal:
1) Pelayanan kesehatan ibu.
2) Pelayanan kesehatan anak.
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
b. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
1) Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang
tidak memiliki dokter.
2) Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh
seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi:
a) Pelayanan kesehatan ibu
Ruang lingkup :
(1)
Pelayanan konseling pada masa pra hamil
(2)
Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
(3)
Pelayanan persalinan normal
(4)
Pelayanan ibu nifas normal
(5)
Pelayanan ibu menyusui
(6)
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
Kewenangan:
(1)
Episiotomi
(2)
Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
(3)
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
23
(4)
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
(5)
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
(6)
Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan
promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
(7)
Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga
dan post partum
(8)
Penyuluhan dan konseling
(9)
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
(10) Pemberian surat keterangan kematian
(11) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
b) Pelayanan kesehatan anak
Ruang lingkup :
(1)
Pelayanan bayi baru lahir
(2)
Pelayanan bayi
(3)
Pelayanan anak balita
(4)
Pelayanan anak pra sekolah
Kewenangan :
(1)
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini
(IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir
pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali
pusat.
(2)
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
(3)
Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
(4)
Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
(5)
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan
anak pra sekolah
(6)
Pemberian konseling dan penyuluhan
(7)
Pemberian surat keterangan kelahiran
(8)
Pemberian surat keterangan kematian
c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana, dengan kewenangan:
24
1. Memberikan
penyuluhan
dan
konseling
kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di
atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program
Pemerintah
mendapat
kewenangan
tambahan
untuk
melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi:
(1) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi
dalam
rahim,
dan
memberikan
pelayanan
alat
kontrasepsi bawah kulit.
(2) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus
penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi
dokter)
(3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman
yang ditetapkan
(4) Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di
bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan
remaja, dan penyehatan lingkungan
(5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak
pra sekolah dan anak sekolah
(6) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas
(7) Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)
termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya
(8) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan
edukasi
(9) Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program
Pemerintah
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah
kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi
dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini,
merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi
Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta
25
pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan
oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk
pelayanan tersebut.
Selain
itu,
khusus
di
kelurahan/desa) yang belum
diberikan
kewenangan
daerah
(kecamatan
atau
ada dokter, bidan juga
sementara
untuk
memberikan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan
syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut
berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah
terdapat tenaga dokter.
d) Kewenangan Asuhan Kebidanan Pada Kasus Kehamilan
Ektopik Terganggu
Bidan berwenang dalam pemeriksaan TTV, Palpasi
Abdomen, Melakukan pemeriksaan melalui vagina dan
Melakukan Kolaborasi dengan dr.obgyn untuk melakukan
USG dan menegakkan diagnose oleh dr.obgyn.
e) Peran bidan Menurut Soepardan (2008) yang diberikan
dengan bersifat promotif, preventif yaitu diantaranya :
1. Promotif
Menurut WHO, promosi kesehatan adalah suatu proses
membuat orang mampu meningkatkan kontrol terhadap,
dan memperbaiki kesehatan, baik dilakukan secara
individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
Upaya
promotif
dilakukan
antara
lain
dengan
memberikan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi,
pemeliharaan
kesehatan
perorangan, pemeliharaan
kesehatan lingkungan, pemberian makanan tambahan,
rekreasi, dan pendidikan seks.
2.
Preventif
Ruang lingkup preventif ditujukan untuk mencegah
terjadinya penyakit dan gangguan-gangguan kesehatan
26
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Upaya
preventif dapat dilakukan di antara dengan melakukan
imunisasi pada bayi, balita, dan ibu hamil. Pemeriksaan
kesehatan
berkala
melalui
posyandu,
puskesmas,
maupun kunjungan rumah pada ibu nifas dan neonatus.
Pemberian tablet vitamin A dan garam beryodium ibu
nifas dan balita. Pemberian tablet tambah darah dan
senam ibu hamil.
26
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-mu’minun : 12 – 13, Q.S An-Nahl : 3.
BPS Kesehatan. (2010). Jumlah Kehamilan Ektopik Terganggu. Jakarta : TIM.
Cynthia, Sri. & Freddy W. Wagey. (2011). JKM. Tinjauan Kasus Kehamilan
Ektopik Terganggu di RSUP Prof.DR.R.D.Kandou Manado. Vol.1. No.1.
2013.
Edukia. (2013). Kehamilan Ektopik Terganggu dan Penyebabnya. Jakarta : TIM
Tersedia dalamhttp//www.edukia.org/web/kbibu/6-4-4-kehamilan-ektopikterganggu/.
Di akses tanggal 17 Maret 2016.
Estiwidani, dkk. (2008). Bagan Skema Langkah – Langkah Proses Manajemen.
Jakarta : TIM.
Evania. (2013). Metode Pengkajian. Jakarta : TIM.
Hadijanto. (2008). Asuhan Kebidanan Patologi 4. Jakarta : TIM.
Hadist Bukhori Muslim dari Abdulah Bin Mas’ud radiallahuanhu.
Kesehatan. (2012) (2016). Jumlah Kehamilan Ektopik Terganggu. Jakarta : TIM
dan
Pencegahan
KET.
Jakarta
:
TIM.
Di
akses
dalam
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171.
Di akses tanggal 20 Maret 2016.
Lomboan, S. Pricilia & Linda mamengko. (2013). Gambaran Kehamilan Ektopik
Terganggu di RSUP Prof.DR.R.Kandou Manado. Vol.3. No.2. 2015.
Manuaba, dkk. (2012). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Novi, dkk. (2014). Etikolegal dalam Praktik Kebidanan. Jakarta : In Media.
Patton. (2015). Metode Pengkajian. Jakarta : TIM.
Prawihardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.
Rianto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Muha Medika.
RSUD Kabupaten Ciamis. (2015). (2016). Jumlah Data KET. Ciamis
Soepardan, Suryani. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC.
Sujiyatini. (2009). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : TIM.
41
42
Sulistyawati. (2012). (2016). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta :
Salemba Medika.
Suryana. (2010). Jenis Data yang Digunakan. Jakarta : TIM.
Walyani, S,E., purwoastuti,E. (2015). Konsep dan Asuhan Kebidanan Maternal
dan Neonatal. Yogyakarta : PT Pustaka Baru.
World Health Organization (WHO) (2013). (2014). Penyebab Kematian Ibu Tahun
2013.Jakarta:TIM.Tersedia.dalam
http://wartakesehatan.com/48612/angka-kematian-ibu-masih-tinggi-citacita-ra-kartini-belum-tercapai.
Di akses tanggal 17 Maret 2016.
Yeyeh, Ai, dkk. (2009). Askeb 1 Kehamilan. Jakarta : TIM.
Download