1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam beberapa dekade, terutama 10 tahun terakhir, prevalensi obesitas
terus meningkat di seluruh dunia yang menjadikan obesitas sebagai suatu
epidemi global. Obesitas memiliki dampak pada gangguan metabolik seperti
peningkatan tekanan darah, kolesterol, trigliserida, dan resistensi insulin yang
berkaitan dengan beberapa jenis penyakit degeneratif seperti diabetes dan
penyakit kardiovaskular (Pusparini, 2007). Sehingga ditemukan pula bahwa
terdapat peningkatan angka morbiditas akan penyakit degeneratif tersebut.
Obesitas akan sulit teratasi terlebih bila sudah terjadi sejak masa-masa kritis
kehidupan yaitu salah satunya pada usia remaja. Peningkatan berat badan pada
masa ini akan menyebabkan peningkatan jumlah sel lemak. Sekali sel lemak ini
terbentuk, maka akan sulit untuk membuangnya sehingga remaja yang
mengalami obesitas akan berisiko untuk menjadi overweight/obesitas yang
menetap hingga dewasa (In-Iw & Biro, 2011). Menurut Riskesdas di Indonesia
prevalensi gizi lebih tahun 2007 pada anak usia sekolah (6-14 tahun) sebesar
9,5% pada laki-laki dan 6,4%, pada perempuan, kemudian tahun 2010 gizi lebih
usia 6-12 tahun sebesar 9,2% dan usia 13-15 tahun sebesar 2,6%. Apabila tidak
tertangani dengan baik, obesitas pada usia muda mampu menjadi beban baru
bagi masyarakat seperti meningkatknya masalah kesehatan, menurunnya
kualitas hidup dan produktivitas kerja.
Obesitas dipengaruhi oleh kombinasi antara faktor genetik dan lingkungan.
Faktor lingkungan seperti asupan makan yang berlebih dan aktivitas fisik yang
rendah merupakan faktor penentu utama obesitas (Roemling & Qaim, 2012).
2
Namun beberapa penelitian menemukan bahwa pola tidur juga memiliki
kontribusi pada meningkatnya prevalensi obesitas terutama tidur yang kurang.
Hal ini didasarkan pada temuan Gradisar et al. (2011) bahwa selain terdapat
peningkatan prevalensi obesitas di seluruh dunia, ditemukan pula laporanlaporan tentang terjadinya penurunan jumlah waktu tidur yang signifikan dari
tahun ke tahun.
Berbagai jenis studi telah menghubungkan antara tidur dengan obesitas di
berbagai jenis populasi tak terkecuali pada remaja. Beberapa penelitian
crossectional (Eisenmann et al., 2006; Lytle et al., 2011; Lowry et al., 2012) dan
longitudinal (Seegers et al., 2010) menunjukkan adanya hubungan yang
signifikan antara tidur yang kurang dengan obesitas pada remaja. Tidur yang
kurang disduga akan menyebabkan gangguan regulasi hormonal terutama
pengeluran hormon leptin dan ghrelin yang berdampak pada pengaturan nafsu
makan dan jumlah asupan makan. Westerlund et al. (2009) dan Bel et al. (2013)
menemukan bahwa kekurangan tidur berkaitan dengan peningkatan asupan
energi karena lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi kandungan energi.
Kemudian Weiss et al. (2010) menemukan remaja yang kurang tidur memiliki
asupan lemak dan karbohidrat yang tinggi terutama dari asupan snack. Meskipun
studi pada subjek remaja masih terbatas, studi pada dengan subjek dewasa
menemukan
hasil
yang konsisten bahwa
intervensi
pengurangan
tidur
mengakibatkan peningkatan asupan energi hingga lebih dari 250 kkal per hari
(Morselli et al., 2012). Hal ini lah yang memperkuat alasan bahwa tidur yang
kurang terutama dalam jangka waktu yang lama mampu memberikan dampak
akan timbulnya obesitas.
3
Kekurangan tidur sebelumnya telah disebut memiliki hubungan dengan
peningkatan asupan energi berlebih sehingga menyebabkan obesitas. Remaja
merupakan populasi yang memiliki risiko untuk mengalami kekurangan tidur
karena adanya peningkatkan paparan teknologi terutama televisi dan komputer
yang menimbulkan penundaan waktu tidur dan gangguan tidur (Li et al., 2005;
Schochat et al., 2010). Padahal saat remaja merupakan masa terjadinya tumbuh
kembang dimana terjadi banyak perubahan terutama secara fisik yang perlu
didukung dengan
status gizi yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara pola tidur terhadap asupan energi terutama pada
populasi remaja SMP sehingga nantinya pengaturan tidur menjadi sebagai salah
satu hal yang dipertimbangkan dalam upaya pencegahan obesitas sejak dini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah
penelitian yaitu apakah ada hubungan antara pola tidur terhadap asupan
energi dan obesitas pada remaja.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Mengetahui hubungan pola tidur terhadap asupan energi dan obesitas.
2. Tujuan Khusus :
a. Mengetahui hubungan antara durasi tidur dan asupan energi pada
remaja.
b. Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dan asupan energi pada
remaja.
4
c. Mengetahui hubungan antara asupan energi dan obesitas pada
remaja.
d. Mengetahui hubungan antara durasi tidur dan obesitas pada remaja.
e. Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dan obesitas pada remaja.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman mengenai penelitian dan dapat
menerapkan ilmu yang dimiliki selama menjalani pendidikan di S1 Gizi
Kesehatan UGM.
2. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi bahwa tidur yang buruk sebagai salah satu
faktor penyebab obesitas karena mengakibatkan asupan energi yang
berlebih sehingga masyarakat menyadari pentingnya tidur yang baik dan
cukup.
3. Bagi Pemerintah
Dapat menjadi salah satu referensi dalam mengambil kebijakan dalam
upaya menciptakan status gizi yang optimal melalui pola tidur yang baik
4. Bagi Peneliti Lain
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk dilakukan penelitian lanjutan.
E. Keaslian Penelitian
1. The
Association
of
Sleep
Duration
with
Adolescents’
Fat
and
Carbohydrate Consumption (Weiss et al., 2010). Penelitian ini bertujuan
untuk mencari hubungan antara lama tidur dan konsumsi energi pada
5
remaja (usia 16-19 tahun). Metode penelitian yang digunakan adalah
cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang
memiliki waktu tidur < 8 jam memiliki konsumsi lemak yang lebih tinggi
dan konsumsi karbohidrat lebih rendah dibandingkan dengan remaja
yang tidur ≥ 8 jam terutama pada konsumsi snack. Persamaan dengan
penelitian ini adalah variabel asupan energi dan variabel durasi tidur.
Perbedaan penelitian ini adalah metode penelitian, sampel penelitian, dan
variabel kualitas tidur.
2. Association of Sleep Duration with Obesity among US High School
Students (Lowry et al., 2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara kebiasaan lama tidur dan obesitas pada siswa SMA.
Hasil penelitian ini adalah pada siswa perempuan ditemukan hubungan
yang bermakna antara waktu tidur yang pendek ( ≤ 4 jam, OR = 1,5) dan
tidur yang lebih panjang (≥ 9 jam, OR = 1,54) dengan obesitas.
Persamaan pada penelitian ini adalah variabel pola tidur dan obesitas.
Perbedaan dari penelitian ini adalah metode penelitian, sampel penelitian,
dan variabel kualitas tidur.
3. Associations between sleeping habits and food consumption patterns
among 10–11-year-old children in Finland (Westerlund et al., 2009).
Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara kecukupan tidur
(durasi dan kualitas tidur) dengan pola konsumsi pada anak usia 10-11
tahun di Finlandia. Jenis penelitian cross sectional pada 1265 anak-anak
dari 31 sekolah. Hasil penelitian adalah anak dengan waktu tidur yang
lebih pendek mengkonsumsi makanan yang kaya energi lebih tinggi pada
laki-laki dan perempuan serta konsumsi makanan kaya nutrisi lebih
6
rendah pada perempuan. Persamaan dengan penelitian ini adalah
variabel durasi dan kualitas tidur, serta menganalisa confounding berupa
screen time dan aktivitas fisik. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
variabel obesitas dan variabel asupan energi menjadi variabel antara.
4. Hubungan Antara Pola Tidur Siang dan Lama Tidur Malam Dengan
Perubahan Indeks Massa Badan pada Remaja SMA Negeri 1 Sleman
(Fintaru, 2009). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
pola tidur siang dan lama tidur malam terhadap perubahan IMT. Hasil
penelitian ini adalah ada hubungan antara pola tidur siang dengan IMT,
namun
tidak ada hubungan antara jam tidur malam dengan IMT.
Persamaan pada penelitian ini adalah variabel lama tidur. Perbedaan
penelitian ini adalah metode, sampel penelitian, dan variabel asupan
energi.
5. Hubungan Jumlah Jam Tidur dengan Indeks Massa Tubuh pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (Manik,
2011). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan jumlah
jam tidur dengan IMT pada mahasiswa FK USU. Metode penelitian cross
sectional pada 96 mahasiswa FK USU berusia 17 – 23 tahun, 47 orang
laki-laki dan 49 orang perempuan. Terdapat korelasi yang sangat lemah
dan tidak bermakna pada penurunan jumlah jam tidur dengan
peningkatan IMT. Persamaan penelitian ini adalah variabel jumlah jam
tidur dan variabel status gizi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah
metode penelitian, sampel, variabel asupan energi, dan variabel kualitas
tidur.
Download