it}gi}ibangan karakter dan budaya baca dalam upaya mewujudkan

advertisement
Prosiding Seminar lnternasional
Pendidikan Bahasa lndonesia Pascasarjana 2013
IT}GI}IBANGAN KARAKTER DAN BUDAYA BACA
DALAM UPAYA MEWUJUDKAN
BANGSA YANG UNGGUL
Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd.
(PPs Universitas Sebelas Maret)
(rstleEe)
an
:
3ns kita implementasikan harus mampu menyiapkan anak didik kita menjadi manusra
:t::iaku dan nilai yang berlaku serla mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan
-
:r'*:ah-ubah. Proses pendidikan harus mampu memfasilitasi peserta didik untuk
$s;ffi :engetahuan dan keterampilan serta terbentuknya sikap positif. Proses pendidikan harus
r-rLru&--: rang besar bagi peserta didik untuk mengembangkan kepercayaan diri dan
r-r-: kemampuan dirinya (Samiji Suwandi, 2012: l).
.i --:-q
nr,i:
u
i
,jiri dan kemampuan peserta didik tersebut berkaitan erat pengetahuan dan wawasan
\\'arvasan pada umumnya ditentukan oleh aktivitas membaca. Berkenaan dengan itu,
-mangku kepentingan pendidikan untuk mengembangkan karakter serta minat
ln:<-l didik merupakan suatu keniscayaan.
dan
-. rtas secara normatif
sudah terluang dalam berbagai regulasi bidang pendidikan.
rnirri:i Ferffr€ndiknas No. 23 Th. 2006 bahwa Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan
:e:dasarkan tujuan setiap satuan pendidikan. Pendidikan Dasar bertujuan meletakkan
p*engetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
umr::ikan lebih lanjut. Pendidikan Menengah bertujuan meningkatkan
kecerdasan,
urnbadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
ullrr.lr -,Lillut
:*-'rtrn pendidikan tersebut sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
i::didikan Nasional. Dalam Pasal 3 secara tegas dinyatakan bahwa "Pendidikan nasional
:bangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
'rc:r;erdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
mru:_-iia 1'ang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat.
r:atif.
mandiri, dan menjadi warga negata yang demokratis serta bertanggung jawab."
*lfl;-r bahwa secara konsep pendidikan kita bukan hanya menekankan pada aspek
:mn iuga keterampilan dan sikap. Pendidikan kita juga memberi perhatian yang besar pac:
r::al'ter. Ironisnya praktik pendidikan di sekolah-sekolah lebih banyak menekankan E r-:
,netelektual dan penumpukan pengetahuan. Pembentukan dan pengembangan k::...;.-:
ftsi:ia didik kurang mendapat porsi yang memadai. Pendidikan budi pekeni C: .-",. .-
i:
: - r:r.::.:iJaaspekpengetahuanuntukmemahaminotmaataunilai-nilai,danbelumpac:
-,.
: r , ::-: :::. Jln ilndakan atau perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari.
- ' '.:- -^-:l,lupan keseharian, banyak kita saksikan fenomena yang jauh dari etika. Barangkali tic.,
:- :, :*r,: bagr kita menemukan perilaku tidak jujur di sekolah atau kampus, sepefii siswa nyon.:
::::r
.
nengerlakan tes atau ujian (bahkan sungguh merupakan paradoks dengan pendidikan kejuju:.irarus ditanamkan, ada guru atau sekolah yang membantu perilaku siswa yang tidak jujur terseb,.
":-:
guru atau dosen melakukan plagiasi dalam penyusunan karya ilmiah untuk kenaikan pangkat c.'
"da
.labatan tnereka, dan ada pula pendidik melakukan rekayasa data untuk keperluan serlifikasi pendidik. ,
sekolah dan di jalan sering kita saksikan aksi tawuran antarpelajar atau antarmahasiswa. Kurangn!? sir,,ii
tenggang rasa dan saling hormat sering memicu munculnya
berujung pada tindak kekerasan.
konflik. Perselisihan pendapat ser
ilt
r.
,ll
r
l
-
l
Wajar saja kalau ada komentar yang menyatakan bahwa pendidikan kita "gagal" dalam menyer,moral dan karakter siswa. Kegagalan itu akan berimplikasi pada gagalnya pembangunan karakter ua:.,
negara dan bangsa. Jika demikian kondisinya, ikhtiar untuk mewujudkan bangsa yang unggul sdiwujudkan.
tl
,i
rl
Oleh karena itu, upaya mengefektifkan pengembangan karakter (budi pekerli) mendesak dilakul.."
Hal ini merupakan salah satu rasional dieksplisitkannya pendidikan budi pekerti dalam rancar:i"
Kurikulum 2013, yakni melalui mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Tetapi, up,
mengefektifkan pendidikan budi pekerti melalui pendidikan forrnal saja tentu belumlah cukup. Up. .
sinergis dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan perlu dilakukan. Pendidikan di lingkur=-rkeluarga, sekolah, dan masyarakat harus berjalan seiring dan sejalan.
l:il
"
I
,lr
Pendidikan karakter tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun .' =.
berkepribadian atau berkarakter sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkeinb,-dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama (Suyanto, 2010: l). Pendid., -Lkarakter dan budal'a baca memiliki peran penting bagi upaya mewujudkan sumber daya manusia r--*
unggul. Terciptan,va dan tersedianya manusia unggul menjadi variabel determinan bagi terwujui :
,
rl
ll
iliL
.r,ilii
-i.irl
'irir
bangsa r ang unggul.
litlrL,.,,
Berkenaan dengan topik ini, uraian berikut akan menjelaskan konsep karakter dan pendidr, -r
karakter; karakter bangsa yang unggul; pengembangan pendidikan karakter; dan pengembangan buc.
r,
il,, illt
baca.
1
lIL
B. Karakter dan Pendidikan Karakter
i
t:ilii
Karakter adalah cara berpikir dan betperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup * ,
bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga. masyarakat, bangsa dan negara. lndividu yang berkara!.r
baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempeftanggungjawabkan tiap akibat r:keputusan yang ia buat (Suyanto,20l0: 1). Sementara itu. menurut Akhmad Sudrajat (2010: 21. karai.'r$
,
merupakan nilai-nilai perilaku manusia 1'ang berhubur-lsan dengan Tuhan Yang Maha Esa. diri r.n. $
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan \ang teru'ujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkar..-.f;
dan perbuatan berdasarkan norma-norma a-qama. hukum. tata klama, budaya, dan adat istiadat.
il
f
Sejalan dengan itu, Akhmad Sudrajat (2010: 2) lebih lanjut menjelaskan bahwa pendidikan karal. y$
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi kompor:u I
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tu::r
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia in.,l
kamil.
l0
lli;,,11
.,
Il
llit',r
lil
)
i1.,
L,'ll,L
llrirltLt
,1t,.i
,1
rl,
t
i
I
Se- -,a- --ne*i;sjrrrr&
in:c^=:= =as==a-,ra _.. "
Prosic,-,_:
Pendidikan Bahasa
rbelum
fliwilrir- :r=:-al dari nilai' Suatu nilai yang diwujudkan
dalam bentuk perilaku itulah yang disebur
Islam,
nilai
yang
sangat
terkenal dan melekat yang mencerminkan
==rensi
I !iri\ adalah (l) sidik, (2) amanah, (3) fatonah, dan (a) tablig. Sidik akhlak \abi
berarti benar.
il i:Je kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan berjuang menegakkan
kebenaran"
I ]:rff- -:ujur atau terpercaya (baik oleh kaum muslim maupun nonmuslim).
Fatonah berarti
berwawasan luas, terampil, dan profesional. Tablig
berarti komunikatif (orang lain
5:,-Itt
t'rs::-ir:-ani i ang dibicarakan atau dimaksudkan
Rasulullah). Menurut Kesuma dkk (20;;;; ;;,.
rilii[: :::-'ebut merupakan esensi, bukan
seluruhnya. Nabi Muhammad juga terkenal dengan
karakter
,. ketangguuhannya, dan berbagai karakter luhur lainnya.
Mffir
tnekaii
a n\
m kejur:
!\\
Ur ter,ceSr
Dangkar
)endidilngn)'a
s
lm'Lu'r:-:
lapat ser:
I menve
akter rr
Lnrgul
s
-ff:
dilak
rancang
apl.
upel
:up. Upal
.*1,.
Ll"
Iin-sk-un
lanjut Balitbang Kemendiknas (2010) mengidentifikasi
berbagai karakter yang perlu dimiliki
cinta damai, peduti sosial, ranggung jawab, jujur,
toleransi, disiprin, kerja keras,
]M: :i-'andiri, demokrasi, rasa ingin tahu, dan r"*gui kebangsaan. ciri-ciri ini mengindikasikan
ffimfrr**e :€fenamya pendidikan
tidaklanya menjadikan peserta didik cerdas, tetapi juga
memiliki budi
lM i:n sopan santun sehingga keberadaannya s"bugui anggota masyarakat
menjadi bermakna, baik
l@ r-*,:1a
5T::,tjtorIlYt
ataupun bagi masyarakat pada umumnya.
r*--:*i dasar
mun Ju!
:rke
)endidi
rusia r
atr3rd"-,
endidi
m budarr
itu, pendidikan karakter bukan sekadar mengajarkan
mana yang benar dan mana yang
dari
itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan
-'-bih
(habination) tentang har mana yang
lflmmnu
"eiingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah,
mampu
ilfimm'fi4':-;in (afektifl nilai yang
baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan
kata
lain, pendidikan
fltrournn:-= l ang baik harus
melibatkan bukan saja aspek p"ng"tuhoun yang
baik,
(moral
lcnowing), akan
:''tr'nr'r "'iga merasakan
dengan baik atau loving good (morol
dun
p"rilaku
feeling),
yang baik (moral
karakter menekankan pada habit atau kebiasaan
yang terus-menerus dipraktikkan dan
ffiH:"'idikan
mnnm'
l'r-juan akhir dari pelaksanaan pendidikan
karakter sebagaimana disampaikan Battistich
(2011:3)
diri peserta didik, yakni menjadi anak muda yang
cerdas,
m'r-'. dan mengutamakan nilai-nilai kebajikan dalam
setiap perbu atannya.
rr@emi::i'a adalah meningkatkan
kebaikan dalam
Daiam konteks pendidikan
ridup dan
:rkarakte
ribat dan
karakter
i
sendiri
erkataan-
karaktel
rmponef,
p Tuhar
;ia insar
di Indonesia, pendidikan karakter bahkan dielaborasi
dalam pendidikan
in'ul:" a dan karakter bangsa'
Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa
(Balitbang Kemendiknas,
"r '; 7) adalah (l) pengembangan,
yaitu pengembangan potensi pesefia didik
untuk menjadi pribadi
m-'rcrilaku baik; (2) perbaikan, yaitu
memperkuat kiprah pendidikan nasional
untuk
bertanggung jawab
edir;n pengembangan potensi pesefta
didik yang rebih tennarrabat: dan (3) penl.aring,
yaitu untuk
:umraring budaya bangsa sendiri dan
budaya bangsa lain y'an-e tidak sesuai d"ngun
nilai-nilai budaya dan
u,mkter bangsa yang bermartabat.
Sejalan dengan fungsi tersebut, tujuan pendidikan
budaya dan karakter bangsa (menurut
Balitbang
{enendiknas, 2010: 7) meliputi (l) mengembangkan
potensi kalbuinurani/afektif pesefta
didik sebagai
tur:rusia dan warganegara yang
memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
(2)
mengembangkan
{i'el;asaan dan perilaku peserta
didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nllai
,niu"rrul dan tradisi
lrirJ3\ a bangsa yang religius; (3)
menanamkan jiwa kepemimpinan dan
tanggung jawab peserta didik
*:egai generasi penerus bangsa; (4) mengembangkan
kemampran peserta didik menjadi manusia
yang
l1
:{.Tsmn; };t"'rr1a- *-sl]'-l$ r:' 3
:sqnmrra- :an;g; .ll,l'-€€ € :ascasarjana
Tlglrr-:..
*al:-
201 3
.1;r*a*asan
sekola:
kebangsaan; dan (5) mengembangkan lingkungan kehidupan
dan persahabatan' serta dengan ralx
-::;-.";:lran belajar )ang aman, jujur, penuh kreativitas
ljrj:.:.
r--ii: J-i-:
(dignity)'
] 3ng tinggi dan penuh kekuatan
:llll
lfllillllilliLl" "JliT"
C. Karakter Bangsa Yang Unggul
meliputi t '
karakter yang perlu ditanamkan, menurut Indonesia Heritage Foundation
jawab' (3) kejujuran' bijaksanl
cinta Tuhan dengan segenap ciptaannya, (2) kemandirian dan tanggung
dan gotong royong' (6) percaya di:
amanah, (4) hormat dan santun, (5) dermawan, suka menolong,
rendah hati' dan (9) tolerans
kreatif, dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan
karakter bangsa yang perlu dibenr
kedamaian, dan kesatuan (Kesuma dkk., 2011: 14). Sementara itu,
(2) kejujuran' (3) kepemimpinr
dan secara terus-menerus dibangun hemat saya meliputi (1) ketuhanan,
(8) kesantunan, (9) tanggung jarv:
(4) kedisiplinan, (5) etos kerja, (6) kepercayaan diri, (7) kemandirian,
dan (10) toleransi.
lain berpenciri (1) memil-ufu
Karakter bangsa yang unggul, menurut Quraish Shihab (2011), antara
(3) mau bekerja keras, disiplin 'r ont
persatuan yang mantap, (2) memiliki nilai-nilai luhur yang disepakati,
dan keterbukaan' dan (6) ketega:
menghargai waktu, (4) memiliki kepedulian yang tinggi, (5) moderasi
ringkas ketujuh pandan5
serta keteguhan menghadapi aneka tantangan. Berikut diuraikan secara
\ilai-nilai
tt
il1ilxtilriltil
llll{lllilrrli'flm'u
'illfrfflflif:it :
rlllllllltrlllfrl,''
r
Perintah Al-Qur'an kepada umat manusia agar beramal shaleh serta pujian terhadap mereka
aktif melakukannya demikian juga penghargaan kepada waktu bukanlah satu hal yang perlu dibuktikar
t2
i
I
lurrll}i,
,ii[tillllllfililLllr
l;J
lilllllllliltNillilrnillr!
ii
rl|lllllllilruilliliLi lill;lir
i
,ufitrlilil1llulilill[X],;;
ItlfliilH
il0
rtr;,
ltffiililU
ftthillth
nilai-nilai
Guna memantapkan bahkan mewujudkan persatuan dan kesatuan itu, diperlukan
Al-Qr
menjadi pandangan hidup bangsa dan menjadi pegangan bersama. Dalam konteks ini
yang un
karakter bangsa. Ditegaskan oleh euraish Shihab (201 1: 4) bahwa salah satu karakter bangsa
yang
langgeng.
adalah bangsa yang memiliki pandangan hidup berdasar nilai-nilai luhur
u
'illlllutillililiitiilifi:,"J,
orang Yahudi agama mereka dan bagi orang-orang muslim agama mereka 0uga)."
Dari ayat di atas terlihat bahwa setiap umat mempunyai nilai-nilai yang mereka anggap indah
dan atas dasar
baik. Atas dasar nilai-nilai itulah mereka bersatu, mengarah dan melakukan aktivitas
Dengan
pula mereka menilai pandangan pihak lain, apakah dapat mereka terima atau mereka tolak.
lain, nilai-nilai itu merupakan filter bagi apapun yang datang dari luar komunitas mereka. P
Semakin
digarisbawahi bahwa apapun nilai 1.ang mereka anut, nilai-nilai itu harus mereka sepakati.
unggu-:
kesepakatan, semakin mantap dan kuat pula persatuan dan semakin besar peluang bagi
l
llldlllililtlilil]]uld!:,',lr
persatuan dan kesatuan merupakan kebutuhan mendasar bagi sebuah bangsa. Satu bangsa 1'
utama untuk keunggulan s:
terpecah belah tidaklah dapat tegar dan sebaliknya syarat pertama dan
disadari bahwa persatuan :
bangsa adalah kemantapan persatuannya. Namun demikian, hendaknya
di tengah satu bangsa rkesatun tersebut tidak harus melebur perbedaan agama atau suku yang hidup
Yah--r
ini dapat terlihat antaralain dalam naskah Perjanjian Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang
sesungguh:'
"Dan
ketika beliau baru saja tiba di kota Madinah. Salah satu butir perjanjian itu berbunyi
Bagi or::g
mukmin'
orang-orang
orang-orang Yahudi dari Bany 'Auf merupakan satu umat bersama
Allah, karena mereka
Dan janganlah kamu memaki sembahctn-,sembahan yang mereka sembah selain
setiap
akan memaki Attah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami iadikan
mereka' lalu
menganggap baik pekeriaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali
(Q'S. A1 An' am [6]: 1 08)
memberitakan kepada mereka apa yang clahulu. mereka kerj akan.
u
-ii;
rrrlffiilffntlilil-.
tersebut.
menegaskan bahwa
,...*i"r
,il1{llililiir,ri ..,
lllli
il,rfl
'lnuurniu,r,
,tfrLrUfl1
'ilruililrll1ilililrit]luul
r
fi nlmilfi ill||llllNrfdil]il[
il]lmlruilu
,mruulr
Prosid ing Senrira' -::.-,:€,.i:o-ia
Pendidikan Bahasa lndonesia pascasa-:-: i _ " :
tidupan se
rta dengan
Jn'm :':trrtngsiapa
yang menghendaki kehidupan akhirat clan berasaha ke arah itu dengan sr1/i-{,!:=,,;-:-,{fr
maka mereka itu adalah orang-orang yang usaha mereka clisyukuri (Q.S. \i-i-.:.
-
m,fn: ra adalah mu'min,
- l9).
-r'ei karena itu,
seseorang harus selalu
memiliki kesibukan positif. Bila telah berakhir
sua:-:
ia harus memulai lagi dengan pekerjaan yang lain, dan dengan
waktunya selalu terisi.
ion meliputi
uran, bij
6) percaya
an (9) to
t perlu di
Serkenaan dengan kepedulian, firman Allah dalam
Q.S.
Ali Imran [3]: 110 menegaskan sebaL,
''an umat Nabi Muhammad SAW, yang artinya'Kamu aclalah ttmat yang terbaik yctno
an tmhtk marursia, menyuruh kepada yang ma'ntf, clan mencegah dari yang mttnkar,
clctn
t:epada Allah. Ayat tersebut menggarisbawahi
bahwa keunggulan umat Islam disebabkan oleh
r
dril0''ian
mereka terhadap masyarakat secara umum sehingga mereka tampil
melakukan kontrol sosial,
$nqlurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran disertai keimanan kepada Allah. Kepedulian
itu
berkaitan dengan pemahaman dan penerapan serta pembelaan terhadap
kepemimpi
anggung Ja\\
iri (l)
'aja
nilai-nilai agama yang
universal yang dijelaskan oleh ayat di atas dengan kata al-khair,
tetapi nilai-nilai budaya
m'urakat yang tidak bertentangang dengan
nilai-nilai al-Khair. Kepedulian juga mencakup pemenuhan
Itrnrrirrn pokok anggota masyarakat
lemah. Kepedulian ini tidak hanya
:
me
disiplin
n (6) keteg
ras,
tetapi mencakup semua anggota masyarakat.
terbatas pada orang-orang yang
tluh
nr bangsa i
eunggulan
h!;ta gembirakanlah hamba-hamba-Ku, yang
persatuan
menclengarkan perkataan laltt mengihtti clengan
:t"zggtth-sunggtrh apa yang paling bctik di antaranya.
Mereka ittilah orang-orang yang tetah Allah
:"n:tfti dan mereka ihilah IJlu Al-Albab
rtu bangsa.
r-orang Ya
sesunggu
r
n. Bagi
t-:ng dimaksud dengan mendengar perkatan adalah segala
macam ucapan, yang baik dan yang tidak
\{ereka mendengarkan semuanya lalu memilah-milah,
dan mengambil serta mengamalkan yang
::hkan yang terbaik tanpa menghiraukan dari manapun sumbernya.
o
rilai-nilai r
ini Al-Qur
uemang penegasan tentang perlunya menepati janji merupakan
sendi utama tegaknya masyarakat
t:Ttji bagi seseorang dan suatu komunitas. Sifat dan karakter itutah yang
:*::ll:i]
f_"*:'berinteraksi anggota masyarakat.
lftara kepercayaan
Bila kepercayaan itu hilang, b"hk"r";;;;;,
*ran lahir kecurigaan yang merupakan benih kehancuran
masyarakat.
ta mereka na
an setiap
reka, lalu
gap indah
atas dasa
- Dengan
nereka.
Semakin
gi
a
unggulnl
vang un
mereka y
dibuktikan,
I
f paya Sinergis dalam pengembangan Karakter
{-paya mewujudkan pendidikan karakter perlu memperhatikan
penerapan strategi yang tepat.
gi pendidikan karakter meliputi: (l) sosialisasi,
_,_-, yakni
_'"^_
penyadaran
semua psur4rrBllu
rwuruq
pemangku Kcpgnllngan
J
kepentingan
k1ra,fe1.bans:i.!i.di: cetak dan elektronik perlu berperanserta dalam
sosialisasi); (2)
Tl^t:i:]"
rdikan,
yang meliputi pendidikan formal (sekolah), nonformal (kursus),
informal ai *,,'urr, t"-pui
t & masyarakat; (3) metoda, yang meliputi intervensi regulasi serla pelatihan
dan habituasi
fiFmSlutuun); $) pemberdayaan, yakni memberdayakan semua pemangku
kepentingan (orang tua,
m*{ah, onnas, dsb.) agar dapat berperan aktif dalam pendidikan
karakter; (5) pembudayaan, yakni
mebudayakan perilaku berbudi atau berkarakter dibina
dan dikuatkan dengan penanaman nilai-nilai
ilp-+"cupan agar menjadi budaya; dan (6)
kerjasama, yakni membangun kerjasama sinergis
,"^|j;
pmangku kepentingan.
";;";;
:*rts{:r-r;
i*r na: Te--€s€ - :
:.:rrtml*s- i-a-a"e -,:,:FeS a 3aSCaSarjana 2013
-- ::L-:i::, :,ja tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan da:
rrci,- r r-:i, ..r1..'*1ul. Ketiga jalur pendidikan tersebut mestinya bersifat lengkap-melengkapi dala:
t--::-i: ne:cidikan budi pekerti. Perlu dijalin komunikasi yang efektif dan berbagi nilai di anta--r
\
ru;
1LtrfilMilnillil[u];l
']l;1
rtt]ilmitl]tilu",,':r
Pendidikan informal-pendidikan keluarga dan lingkungan-memiliki peran yang penting dac
strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Hal tersebut terkait dengan kenyataaan bahwa pu
sis\\ a rata-rata hanya sekitar tujuh jam (kurang dari 30 Vo dari waktu yang mereka miliki per harinl.
mengrkuti pendidikan di sekolah. Selebihnya, peserta didik berada dalam keluarga dan lingkung
sekitarnya.
Ini
ll t|i,,il
- --":ia- sekolah. organi sasi keagamaan dan masyarakat.
-.r
illuuitilfi|, ,,tll:j,].il
n :.j
llllllllllllllltlti
:,t, rll
llllilllN|Tm:'
.Jtil
rllflllllllltlllltuli;lilts!,,""l,
Seiama ini, menumt Akhmad Sudrajat (2010: 3), pendidikan informal terutama dalam lingkung
keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi
pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang
.,i,l"-
.iilillllllllll
relatif tinggi, kurar:
nya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan Si
lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terh
perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengat:sr
permasalahan tersebut adalah upaya terpadu dalam pendidikan budi pekerti, yaitu memadukan
mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekol"
Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu ha;i
belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan atau pembangunan karakter peserla didik.
rlllltilfjltrilrl:
'rrrr1 r i.I
,liiltflllltrl]
'i*frlltNlluf''i:r
itlill!triillililluljr
lltrllllllltlll'tr
,
,*r
ir
I
depan.
sekolah, pendidikan karakter diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajar'
Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran pe:
dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian,
Di
belajaran nilai-nilai tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, c
pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat (Sarwiji Suwandi, 2011b).
1
rlllllllfillillrillrliliirir.
*
,
r.
,,
fllllllill]lltrNriLi
'ldllNlltltttlltrt,,i
u
tttillilltillttLtrrili:* r-t
ilfl* ri-1"1 r
f[
{ffillnil0lllilllr,;
.._rL
*r1
T
lilil|I::il m
ti
lllllllliluilfllillitll]ilIIl;l
l
llllllllill{lil|ll
LilllllllllllfllllllliulLllL
Lembaga pendidikan memiliki peranan yang sangat besar dalam pendidikan karakter. Pendidil
diyakini sebagai tempat penanaman nilai-nilai luhur kehidupan; tempat penyemaian nilai-nilai baru r a
disepakati oleh masyarakat untuk mengahadapi perubahan; dan tempat melestarikan nilai-nilai luhur
,iI
Jl
Ittitiirtirnmnrlu*r':r,
llfiilllIllltlll
Keluarga memiliki peran penting dalam pendidikan budi pekerti. Seluruh anggota keluai
hendaknya memiliki persepsi, sikap, dan pola tindak yang sama dalam pengembangan karakter. Oran-e :
perlu melakukan penegakan tata tertib dan budi pekerti dalam keluarga; penguatan perilaku berkarakl*
dan melakukan pembelajaran yang efektif kepada anak. Selain upaya di rumah, orang tua perlu menja
komunikasi yang efektif dengan guru di sekolah (Sarwiji Suwandi, 2011a).
t.J:t
*uy
r tiTl I
{lfrffilllllllilIilli,|lr.$
Llllll&lllllllulilfl-
llffiIlilil
Jl
nu!
ini, il" ljl
rrr:l-"1
*p,11q11q11111
ifllllllxllilrll|ll]lf,ll i,
;rir,
''i
;i
rffiilllilliluii
,i
,ti
p
Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu mec
yang potensial untuk pembinaan budi pekerli dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegia
Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di iuar mata pelajaran untuk membantu pengemban
peseda didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang sec
khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan
kewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat dikembangkan kemampu
dan rasa tanggungjau'ab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.
fiflfrlflq]Iltni"ii[-'
llilllJlilrulllllrliu
iiruilfliluluu:.-ri
mruuur,
t4
::lllr/,ll
il11,::rfi
ihmmurilnnl' ii$r
ulmrulllllillltil
Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekoi
Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan budi pekerli direncanakan, dilaksanakan.
dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut an
,*dlll
l]tlilrirw
rl]IlfitrilM]r
il(itll
Prosiding Semt nar i -:er-*,rr.a
Pendidikan Bahasa lndonesia pascasar-a.e 21 ,:
'rmal, dan
ngkapi
da
illai di
a
:;iai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran,
penilaian. pendi,3ik
msmardikan. dan komponen terkait lainnva.
tulnr'ui
i,:
karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan
budaya sekoiah. r aini
rnelandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian,
dan simbol-simbol yang dipraktiklian
{q''rnrN''r} a srga sekolah,
dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
merupakan ciri khas, karakter
lftmru- ran citra sekolah tersebut
di mata masyarakat luas.
T**-'"
i::g
eru;nro
t
penting
m bahwa
i
per hari
n
sc'rnr ketiga jaiur pendidikan di atas, media
massa (baik cetak maupun elektronik) dapat mengambii
I i'mmi >nategis dalam pendidikan
karakter dan budaya bangsa. Televisi (dan rumah-rumah
produksi)
t"ill'r l '-loit memiliki tanggung jawab
sosial terhadap pembangunan budi pekerli dan karakter
bangsa.
lurrim Pratomo (2003) tentang
sinetron Indonesia menyimpulkaan bahwa tema-tema yang
'i $ pada masalah perebutan harta, tahta, dan perselingkuhan. Intrik-intrik a"nju*, dimunculfitnah, dan
umuar ;nenjadi warna dominan sinetron
kita. Sinetron kita hanya menjual mimpi. Berdasarkan
;:u: terhadap adegan-adegan di 229 episode
sinetron yang ditayangkan di delapan stasiun
t9
2003 disimpulkan bahwa adegan-adegan antisosial
,Drqr (yang
:'j::"T::--"1 1',1llu indikator-inaifltSr
:"T1,: Y:-'
\J 4rr5
-""11';:::*:
slnerti, pengani avaan, kekerasan, dan ucapan
,sI
kasar)
t\4D@lrt
:"^:",* persentase tidak lebih banyak
: :5'10o/o' Sungguhpun
dibandinghkan dengan adegan-adeg#
*ri"sial dalam sinetron kita bukan sekedar ,,bumbu,, untuk menciptakan
;:a::::ii:*i:
ini menjauhkan fungsi sinetron sebagai "cermin" budi-pekerti
- --{al
luhur bangsa. Sungguhpun
:ejalui penelitian, tampkanya tayangan sinetron
di berbagai stasiun televisi masih menampakkan
lingk
m lingkun
npetensi
n,egi, ku
pergaulan
arif
rk
nadukan
al di
n mutu
rta
r;a demikian.
kelu
ie;rn
:r. Orang
:rlu menja
Pendidi
P*nbelalajaran pada dasarnya merupakan
interaksi
ai baru v
edukatif antara siswa dan guru dan sumber
nr lainnya untuk mencapi tujuan yang
telah ditetapkan. Belajar merupakan kegiatan
aktif siswa
m rnembangun makna' Untuk itu, guru
perlu memberikan dorongan kepada siswa
unfuk
ilai iuhur
ikian,
tlisasi,
2011b).
satu
(.
gemba
'ang
r dan
emamp
n
seko
rakan,
:but antan
di
atas, guru memiliki tanggung jawab yang besar
dalam mengembangkan
maupun di ruar pemberajaran. Guru harus mampu
ffS;:i:,iti'|!:,'l::1:,I:',:o:o:1ueraj11n
*ian cara berpikir positif pada disi siswa. Sebagaimana
ditegaskan oleh orick (2002: g6) bahwa
positif adalah langkah yang paling penting yang
bisa kita ambil sebagai individu dan masyarakat
:€rnpengaruhi perubahan ny ata.
berkara
a pelaja
laran pe
unsur-unsur
-"nr*rnul
ranggung jawab b"iaja, berada daram diri
siswa, tetapi
)r5wa,
lgtapl
Frtanggung jawab untuk menciptakan situasi yang
mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggun-e
ps I1 uU
r4r<1111 15
'"olljT* havat (Suwa ndi, 2007b;20r0). Ditegarkun pura daram
LL \o
-\O.
ltue li- lt)05 bahwa guru
memiliki tugas utama mendidik, mengajar. membimbin_e.
irvr.eqr
rrrwl
men_earahkan.
melatih.
,-F'm:ri. dan mengevaluasi pesefta
T'##j"t:::::Tl*:l_t?.9::,i"nva.
::::::jilo"l'j*
didik.
Sis['a akan terus belajar dan belajar secara
aktifjika kondisi pembelajaran dibuat menrensng]isn.
ro@an. dan jauh dari perilaku yang menyakitkan perasaan
sis*a. Diperlukan suasana belajar
lang
ffimtgnn'gkan karena otak tidak akan bekerja
optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan.
Untuk
itu,
'rqn€eimana ditegaskan Brown (2000: 7), guru
memiliki tugas pentine membimbin_e dan memfasilitasi
'me
dalam belajar.
Pembelajaran yang aktif, efektif, dan
menyenan-ekan menuntut peran guru sebagai
fasilitator yang
hmmt dan dinamis' Guru diharapkan dapat
menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran
atau
nur;ajemen kelas yang bervariasi, mengafur
kelas dalam suasana )'ang menyenangkan,
mengembangkan
mMeri sesuai dengan kebutuhan pembelajaran,
serta men'iapkan dan menggunukun media
pembelajaran
'1qg menarik dan menantang parlisipasi aktif sisrva dalam kegiatan berkomunikasi.
I5
>rjSE][.E :€'-.lr,g -=r*asrotral
br:r:ll.a- 3aesa '\:cr€sia Pascasaqana 2013
G-:-* p*:u m*ntrasendensikan proses pembelajaran,
,r',:
.u:r
mencoba memandangnya sebagai sesuatu )
pembelajaran itu melekat
transfer informasi atau pengetahuan. Dalam aktivitas
=kar1ar
karakter-karakter ung
empati, ketendahan hati, kreativitas, keikhlasan, dan
Jnsui-unsur ka:ih sa,vang,
ia:r.nr a. Seiain bersumblr pada nilai-n
ilai
agama, unsur-unsur tersebut dapat pula
kita temukan
da
i;an a sastra.
para pembelajar bertum
Guru hendaknya memiliki hasrat yang menggelora untuk melihal
yang mampu memberdaya dan mengaktuali
bermetamorfosis, dan menyempurna menjadi insan-insan
sungguh nilai-nilai yang akan membuat
kan dirinya. ttulah hal yang perlu dimiliki oleh para guru' Ini
menjadi a legend,yang akan dikel
bukanlahTl st orclinary teacher,melainkan a Sreat teacher, bahkan
M., 2006: 18)'
oleh banyak jiwa-jiwa pembelajar kita sepanjang masa (Dani Ronnie
E. Peningkatan Minat dan Budaya Baca
pelajar-m
Kiranya kita bisa bersetuju bahwa minat dan budaya masyarakat kita-termasuk
dan lebih berkualitas, maka harus
rendah. Menyadari permasalahan di atas, jika bangsa ini mau maju
masyarakat untuk mendongkrak minat i
upaya-upaya yang lebih konkret baik dari pemerintah maupun
pada kebiasaan dan budaya memb
Urau'u tu"u -u.yu.akat. Peningkatan minat baca harus diarahkan
(reacling society). Selanjutnya, melalui kebias
serta terwujudnya masyarakat berkebutuhan membaca
terwujudnya masyarakat bel
membaca itu akan dapat dikembangkan kegemaran menulis serta
yang cer
(learning society) dan masyarakat cerdas. Hanya dengan mempertinggi kualitas kehidupan
yang maju, mandiri, sejahtera, dan meni
tersebut, kita dapat membangun peradaban lndonesia modern
bangsa yang unggul (Sarwiji Suwandi, 2007a:3)'
semua
Masyarakat. "Sasaran dari gerakan ini adalah pengembangan dan pemberdayaan
perpu
khusus,
perpustakaan, seperti perpustakaan nasional, perpustakaan umum' perpustakaan
adalah mas
gerakan
ini
dari
p"rg,r*un tinggi, dan perpustakaan sekolah. Hasil yang diinginkan
gemar membaca, masyarakat gemar menulis, masyarakat belajar, dan masyarakat cerdas'
Upaya menumbuhkan minat dan budaya baca belum dilakukan dengan sungguh-sungg
pencanangan gerakan selama ini terkesan masih sebatas formalitas dan seremonial. Tradisi formal
dengan pencanal
seperti itu tampaknya memang sudah membudaya dalam kehidupan kita' Apakah
Sudah tentu ti
gemar membaca tersebut serta mefia minat baca siswa dan masyarakat bertumbuh?
dan berkelanj
Lebih dari sekadar gerakan, yang sangat diperlukan sebenarnya adalah upaya sistematis
yang melibatkan semua pihak (s t akeho I der s)'
(terencana,
Upaya menumbuhkembangkankan buday'a baca harus dilakukan secara sistematis
Upaya ifu
dan
efisien.
yang
efektif
menerus, dan dapat dievaluasi) dengan menggunakan metode
ditempatkan secara tidak terpisahkan dengan aktivitas berbagai sektor kehidupan masyarakat.
jawab bersama seluruh kom
karena itu, upaya menumbuhkan budaya baca merupakan tanggung
llm
rMl
ffi
Prosiding Ser -a- -:3-3: :-i
Pendidikan Bahasa lndonesia pas:asa-:-_ .l_,, :
flri-n[,:r-]] masyarakat, mulai dari instifusi
sosial paling kecil (rumah tangga) sampai ke ,:-.: :_.
, lrwJilr, pemerintah).
r:tri'r:3'-terutama orang tua-mempunyai
peran yang sangat menenfukan. Fungsi keluarga b.ui.:
us*r'ili hanya melakukan fungsi reproduksi atau
fungsi perlindungan,
juga
r'tit'*:i
a'li"u: :ungsi soasialisasi-termasuk
m:r
tetapi
bertanggung -ja* a:
di
dalamnya mendidik anak agar memiliki perilaku gemai
rLrang tua perlu mengarahkan
perhatian mereka dari televisi ke buku, dari
budaya menonton ke
tut
rnut in
U.r*'";;;*.
-n]::
tua dapat berperan ganda, yaitu sebagai fasilitator
dan motivator. Sebagai fasilitator, orang tua
'r *:':*\an
buku-buku ataubacaan serla kebutuhan yang lainnya
untuk menopang kegiatan membaca
i'i{Llkan oleh anak sehingga dapat mencapai tujuan
sebagaiman a yang dikehendakinya.
r*rftilrrnrnrLr:r:
ilililllllll
r:1
Sebagai
Ix5--' orang tua 'perlu dengan
sabar senantiasa mendorong dan membimbing
anaknya
untuk
k-* melakukan kegiatan membaca dan mencintai bacaan. Kepada
mereka perlu kita tumbuhkan
ne:nl positif
terhadap kegiatan membaca dan bacaan sejak
dini.
r-r:gkah naifnya orang
tua yang berharap anaknya rajin membaca, tetapi
mereka sendiri tidak
urr-ntuhkan jiwa anak dengan kegemaran
membaca.
Bagaimana orang
Dagarrnana
tua dapat menyuruh anak_
'rvrrrudvd.
anak':'l untuk membaca buku-buku yang baik dan sehat, jika dirinya sendiri
merasa cukup dengan
m-"a
i
suat kabar dan majalah hiburan. Ditegaskan
oleh Syafinuddin al Mandari (2004: l1g-119),
:{:ng tua yang setiap hari rajin membacaakan
menarik anak-anak mereka untuk mengikutinya.
rerwujlg-
g."r. perilaku u,,ur ;,r.u orang tunya tidak
ru4\ memper_
urvlt lP(rl ;in.l:j:j"l]::r.lt:::.:i-,aran
r"ebiasaan hidup teratur dalam rumah.
walhasil, apapun yang
iu''*u:
diharapkan menjadi sikap jiwa dan
tuanya. Anak-anak
tertanam sejak dini. Kesemuanya berpangkal
"r- kehidupan anak, hendaklah terdorong berkat contoh yung dita-pilkan orang
nHl ikapi suatu tindakan karena kebiasaan hidup yang
*rr:-ah'
dan akarnva berupa teladan orang rua.
Dengan
iJalah keteladanan.
:*kut ini dikemukakan kiat yang disebut
nr-:lhkan minat dan budaya baca anak.
d::rperkenalkan buku sejak dini
l0
demikian,;;;j;;;;;""0,0;o*
di rumah
M yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk
q'.-a perlu
memperkenalkan buku kepada anak sejak
dini, seperli kita memperkenalkan mainan.
Buku
banyak gambar wama-warni dan sedikit
tulisan menjadi pilihan pertama unfuk kegiatan
ini.
-rlnbar yang berwarna akan jauh lebih menarik daripada
gambar hitam putih. Buku cerita
-:tr'rk untuk balita adalah yang memiliki banyak
'an_q
gambar d.n-nun tulisan
1an-u sedikit. Bahkan.
'*;iatan ini perlu pula dirakukan kepada anak barita, meskipun
it::an
ra belum bisa membaca.
:rnudahkan j angkauan buku
-!:''rempatkan
,{
buku ataubacaan pada tempat yang mudah
dilihat dan dijangkau oleh anak. Buku
harus ditempatkan di tempat kusus atau
ruang belajar. Selain di ruang belajar,
buku dapat
i::mpatkan di sudut ruang tamu, ruang
keruarga, *ung tidur, mushora, atau
tempat
lain yang
::cmungkinkan anak berinteraksi dengan
buku. Kita ,."u* sengaja menggiring
dan
menumbukkan
ruta anak-anak pada buku' Dengancataitu,
anak dengan mudah akan mendapatkan
buku sewaktun':ktu diperlukan' Sudah barang pasti
kita perlu mempertimbangkan jenis bacaan
vsvqqrr 4P@
apa
)yangperlu kita
L*npatkan di tempat-tempat itu.
:'-k
,{:mbuat perpustakaan keluarga
:erbeda dengan kiat kedua, kita dapat
mengupayakan terwujudnya perpustakaan
;:rpustakaan
keluarga.
tersebut tidak harus d"ngan banyak rak
dan banyak buku. Kebe rad,aan rak
kita
:"xir:r-q iel rei- +-:eas €lal
ang{: irs- ia-esa -,-31- o-s a P ascasa rj a na 20 1 3
l
itu dapat difungsikan untuk menempatkan
les =.-r,l:r ,jengan kebutuhan. Yang penting rak
di atas meja dan keluarga d
:.e:::r* ian mudah dijangkau anak. Bukuiapat pula ditempatkan tersedia, kita perlu
,-1" meliba
'-olihq
L"r"t. Setelah perpustakaan
j
;*;r:
=luruh
;#
ffiil;;
";,
membaca'
ansgota keluarga untuk beraktivitas
-1. \{enunjukkan arti penting
(menghargai) buku
Banlak cara yans dapat dilakukan untuk menunjukkan
"ntl'1::T^1i:::iTi::l'J:1;J
buah tangan setelah bepergian' hac
dan mengoleksi buku dengan baik,
untuk membeli buku
dicapai, dan mengajari anak menabung
ulang tahun, hadiah atas prestasi yang
cerita
Mendongeng atau membacakan buku
g ataumembacakan buku cerita dapat dilakukan
;fifiu||f,atffJ.t"*"
).
Mendongen
H:T:tt"T-ti:"
o*ili
-"-;;;'
atau sedang
i;f ffi;;",*"**rnatikan
Til:Ttf:1T:lll,t""?
uerarar:"Tbi"":1:i:::::"":::t:,i"";i#l"I*n'H
dilakukan
lafal, intonasi, dan jeda vang tepat serta
dengan
penjiwaan)ugu,u,,ukdapatmerasaseolah-olahberadadidalamceritatersebut.
6.
Memberi teladan membaca
Anakpertamakalimendapatpendidikandarikeluarga.Bilaorangtua
ikut gemar
yang tinggi terhadap buku' maka anak akan
menunjukkan minat
gemar membaca
membaca. Orar:
harus menjadi teladan Yang baik'
7
.
Mengajak rekreasi edukatif
ar"*
(keluarga) dapat dilakukan dengan mengajak
Rekreasi tidak selalu di tempat wisata. Rekreasi
hl
^^;,,*1-L
membaca sejumlah
Di toko buku anak diberi kebebebasan untuk
;il ffi;;;iilrrrtuturr,.
anak
buku-buku kesukaannya' Gunakan tabungan
dan membelinya. Biarkan anak memilih
met
anak
Jika
secukupnva'
untuk membeli buku dan berilah tambahan
,
--^
;ilffi;;;J;o;;""
^--L^-+,'
-noL'
.
buku,kitapunjugamembelinya.Sementaraitu,diperpustakaan,orangfuamembantuanak
buku yang diinginkan'
menjadi anggora perpustakaan dan mencari
8.
Meminta anak bercerita dan berdialog
Br''
untuk menceritakan isi buku yang dibacanYa.
Orang tua perlu memberi kesempatan anak
mengetahui apresiasi
o"-entar atas isi buku itu. Hal ini penting untuk
ffi-#;#"i"*"
;:il,ilffi;;;;'..*"
'
1- --,^^.-^-.
^^L^^-i
pencr
sebagai
^on,4,
Kita berperan
mengembangkan keterampilan berbicara.
yang baik atas cerita yang disampaikan anak'
9.
Mengajak anak bereksPerimen
dari bahan bacaan lebih bermakna' orang tua:
Agar pengetahuan atau informasi yang diperoleh
konsep-konsep tertentu' iu:
mengajak atau membimbing anak untuk "mengeksperimenkan"
-.li^ornl+
pengetahuan dan menjadikan pengetahuan vang diperolei
.?#;;;;';;r*konstruksikan
menjadibermakna.Melaluikegiataninikemampuanpsikomotorikdanefektifsiswadapatditilg
kan.
10. Memberi kesemPatan mengarang
perlu dikembangkan melalui ak:
pengetahuan 1,ang telah diperoleh melalui kegiatan membaca
dilatih untuk berpikir secara kritis atas informasi b
menulis. Melalui kegiatan menulis siswa
gagasan dengan baik'
yang diperolehnl'a serta kemampuan menuangkan
diperlukan' Guru harus men
partisipasi aktif guru untuk meningkatkan minat baca siswa sangat
oleh S
memiliki kemampuan membaca yang baik' Ditegaskan
kan contoh gemar m"rnbu.u dan
.^on
lreterqr
Dengan ketera
oun*u guru dituntut memliki keterampilan berbahasa.
Lo-Lo i fan
para siswa' baik vang berkaitan
dapat menjadi model vang baik bagi
fi]]uii;;;;;^ ,i)
;ilffi:"til;i"';*
l8
Prcs:
-; Se- -,:- T:*asl,:rdi
::s:*:-e-; - - l
Pendidikan Bahasa lncc-es
atkan
uarga
meliba
=
:e:nahasa (yang mencakup empat aspek keterampilan berbahasa) maupun .:i.:-:
: ,-'
lniry-,1 rl';1s diharapkan dapat berperan sebagai figur yang dapat diteladani. Selain i:-. .*--nurir :;-akan bahan bacaan dan juga secara aktif meningkatkan kemampuan membaca pai-: ::-i,i,:
roru-: sebagai figur contoh, hal-hal berikut ini dapat diperlimbangkan untuk dilakukan guru
r :-e:ringkatkan budaya baca siswa.
buku. r
nder-,
uian, ha
reli buku.
a bagi
Lkan de
ngan
'mbaca
.
Orane
;:-::
ediakan pojok buku (book corner) di ruang-ruang kelas
Sall-:
-koiah-sekolah yang sebenarnya memiliki koleksi buku yang memadai atau bahkan dalam
mnn-,i banyak, tetapi tidak memiliki ruang perpustakaan (termasuk ruang baca) yang memadai.
tild"l-,:3n ini dapat dicobakan. Prinsip dasar kegiatan ini adalah mendekatkan buku pada diri sisrva.
-'.iur- nenempatkan sejumlah buku (misalnya 50 judul dan jumlahnya bisa disesuaikan) di sudut
ttr"r" kelas yang telah disediakan. Buku itu dapat ditempatkan dalam almari atau rak buku.
ene:rpatan buku di kelas didahului
dengan kegiatan pemetaan koleksi buku yang dimiliki sekolah.
-u- -:ri dimaksudkan agar guru secara berkala d'apat mengganti buku-buku itu dengan judul buku
"rng lain' Demikian pula yang dilakukan di kelas lain. Guru juga menyediakan buku pinjam.
i*::jutnya,
siswa ditugasi membaca dan membuat ringkasan atau sinopsisnya dalam buku yang telah
Untuk
melatih tanggung jawab siswa, guru meminta siswa untuk menc atatkanjudul buku
'n'r"r::iukan.
tr; dipinjam, tanggal pinjam, dan tanggal kembali pada buku pinjam yang telah disediakan. Jika
uu.-:l-iangka waktu tertentu buku-buku itu telah dibaca oleh siswa, guru menggantinya dengan
buku
iiitt-tr:\ a.
qak anak
umlah
anak r
ak memi
anak un
r
a. Bia
35las1 s1s
r penden!
1!{
:, :l,ukan kampanye membaca
-r'-:l perlu membuat program kampanye membaca dan memilih dan menentukan pemenangnya.
di pojok buku, perpustakaan sekolah, atau
m-rstakaan lainnya dan meminta mereka menyusun sinopsis (untuk buku fiksi) atau rangkuman
r'::k buku nonfiksi). Dalam setiap minggu anak dapat meminjam l-2 buku (fleksibel menurut
ni'':'r-ruhan). Setelah itu, anak-anak ditanyai tentang isi buku yang dipinjam.
Bentuknya bisa berbagai
]l|liii!'aln: anak diminta mengulang cerita yang dibaca di depan kelas atau
menjawab pertanyaan dari
g;i seputar isi buku yang dibaca. Bagi siswa yang bisa menjawab atau menceritakan dengan baik
ml' buku yang dibacanya, siswa itu bakal dapat stampel di bagian belakang buku harian anak tersebut
mir dapat juga diberi bintang (disiapkan guru). Pada akhir semester, guru akan mengumumkan
u';:a\-anak dapat meminjam buku yang
telah tersedia
3
icak pembaca buku terbanyak dan mereka akan mendapat hadiah. Program ini dapat
memicu dan
]r:E:lnacu minat baca siswa. Mereka akan berkompetisi untuk mendapatkan predikat
pembaca terbaik
lg tua
ru. Me
iperoleh
rt diting
rn".i terbanyak.
-:ruk lebih menggairahkan siswa
membaca, guru dapat memprogramkan pemberian hadiah
u:rbahan yang berupa voucher. Misalnya, kalau anak berhasil mengumpulkan 5 tanda
bintang, ia
nuran mendapatkan voucher minum (drink voucher). Itu murah
sekali, tapi yang penting bagi anakrcak adalah penghargaan terhadap usaha mereka.
\{eningkatkan kemampuan membaca siswa
ui aktivi
rasi bac
s membel
leh Sanr
:terampi
tan de
Uakin maju dan berkembangnya informasi 1'ang drkemas dalam bentuk tulisan, khususnya
yang
:€rupa buku, menjadi tantangan bagi guru. Guru dituntut memiliki keterampilan membaca
dengan
:ark. Namun demikian, karena kita tidak memiliki banl.ak wakfu, kita bukan sekadar
dituntut
kemampuan membaca, tetapi yang diperlukan adalah kemampuan membaca cepat
dan
::iktif. Berkenaan dengan pembelajaran membaca, guru perlu memahami faktor-faktor yang
:renghambat siswa dalam membaca cepat dan efektif dan harus beruoaya
secara optimal untuk
:emiliki
Senra
-e"oml"s- 3a-ese q:c"les'|e pascasarjana 20I3
;.|rlsn!rE
:1E=r'*es€nA,
::r:-:r.::l;.::l
Guru pe:u
sampai pada taraf yang efektif.
kemampuan membaca siswa hingga
:ffJ:.arnenerapkanberbagaistrategimembacaefektifdanefisien,sepertiSQ3R(Stu"vey-Qtrcstit',w
Reat].-Summarize-Test), dan sebagainya.
.?;;;-,Rc!jte -Retiev,),PQRST (Preview-Qttestion,
ketersediaan buku
dan sangat menentukan' Persoalan
Feran pemerintah jelas sangat diperlukan
istilah
campur tangan pemerintah. Meminjam
ba;ean. misalnya, penanggulangannya menuntut
*Tl':::"j::t
hanya dipikirkan dan diatasi oleh inisiatit
Rersidi. masalahnya terralu nasional untuk
te
hanya dihadapi secara 'o:'?1: Sebagaimana
perpustak'
baik
dengan usaha pengadaan perpustakaan,
dikemukakan, penyedian buku berkaitan
.-+"L memneri
perguruan tinggi. Selain itu, untuk memperi
ffn:TiltJH;'sekolah, maupun perpustakaanbaca'
Pemberd?T:1.:,T,::,t*:1",'ittl:liJ:l
jangkaun pelayanan pada masvarakat dalam hal akses
penyediaan buku-buku vang baik, berbobor
dilakukan.
segera
r;,il:?fiil;#_endesak untuk dan melengkapi perpustakaan-perpustakaan tersebut akan m
memperhatikan konteks untuk mengisi
xl;: ,H:?;:'il;;il;;;;il;-;;;;;;k
gemar membaca'
memprovokasi pelajar dan masyarakat agar
yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah
nemberdavalfl:l*1l1"1#ff:i:
upaya tain
perpustakaan.Tidaktersedianyapustakawanataupengelolapetpustakaandisekolah-atauada
koleksi buku yang dimiliki tidak
tidak memiliki kompetensi yang dituntut-menjebabkan
dimanfaatkan dengan baik oleh anak didik'
Selainmembantupemberdayaanperpustakaandenganmemberihadiahatauhibahbuku,pl
dengan menerapkan j"*n:t,1i:,y:^?]:IiiJ:t:::il:::
masyarakat dapat diwujrrOt u" antatalain
jam itu disepakati tidak menghidu;
belajar dari pukul tq.0o-zt.oO dan pada
kegr
menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
televisi. Komitmen ini diperlukan dalam upaya
ini tentu tidak akan membuahkan hasil yang optimal
belajar bagi pelajar dan mahasis*a. upaya
;il;#r"*r,i*,"
aktivitas membaca'
orang tua pada jam tersebut tidak terlibat dengan
F. PenutuP
atau cita-cita semua elemen bangsa' Ba:
Menjadi bangsa yang unggul merupakan kehendak
1.o.oLtat
-- ^^^ karakter
melalui pengembangan
ikhti;;';;offii*kan unruk mewujudkanya, yang attaralain
dapat dihasilkan peserta didik yang ce:
budaya baca. I)engan pendidikan karakter akan
mengimpler
Untukr- *^.^^:*-l-i""J*t*t"", o"**t"o mulia, sefia dalam upaya membangun karakter bangsa'
kanpendidikankarakterdenganbaikdiperlukankerjasamaSemuapihakyangterlibatdalampendio
l,h
^^*^-i-+.h
dan- pemerintah
(-iJr.t d;**?"0*rtngan pendidikan). Keluarga' guru, sekolah' masyarakat'
pendidikan karakter tidak berhenti pada s1c
perannya masing-masing secara optimal agar
memainkan
tetapi betul-betul menj adi kenyataan'
minat
juga perlu dilakukan dalam menumbuhkembangkan
Kerja sinergis antara berbagai pihak
budaya baca akan mampu mewujudkan mas)'a:
budaya baca siswa dan masyarakat. Peningkatan
yang memiliki kegemaran menulis, dan masl a:
berkebutuhan membaca (reacling sociee),masyarakat
cerdas. Dengan makin tingginya kualitas kehidupan 1
belajar (learning society), dan masyarakat
peradaban Indonesia modem yang maju, mandiri, sejahteracerdas tersebut, kita dapat membangun
menjadi bangsa yang unggul' Semoga'
Prostcrr:g Se- -,=- T.*-*.;rra
Pendidikan Bahasa lndones,a !=s-=-a-; _tl - l
t'. Guru
pe
DAFTAR PUSTAKA
n'ey-Que
tva.
iaan buku
n
d Sudrajat' 2010.
"Tentang Pendidikan Karakter" htta:;/akhi::adsridiaiat.g,orinri::
-. -.
I0I G/'ii8r2iilpeirriirlikan-i.:araktcr,di-sinprz, diunduh I3 Novembe r 2010.
ng Kemendiknas' 2010 ' Bahan Pelatihan: Pengtntan Metoclologi
Pembelajaran Berclctsctrl;ori
Btrclaya unhtk Membenhtk Daya saing clan Karakter Bangsa.
Jakarta: pusat
istilah A,
tara orang
gaimana t
perpusta
k
ljlaimilai
Kurikulum
memperl
2011' Pedoman Pelaksanaan Peneliclikan Kctrctkter. Jakafta: pusat
Kurikulum
:1i1ing
- berbobot
Perbukuan.
ut akan
ich' victor' 2010' "character Education, Prevention, . and positive youth
1.
n' H' Douglas' 2000' Principles of Langtnge Learning
ancl Teaching, Foufth Edition. Englewood
Cliffs, NJ.: Prentice Hall Regents.
tau ada.
tidak
dan
Development,,.
Diunduh pada 2September 201
atau penge
i
dan perbukuan.
d
Ronnie
M' 2006' The Power of Emotional & Aclversity
Qtrctient
for
Teachers: Menghaclirkan
Prinsip-Prinsip Kecerclasan Emosionctl clan Adversitas
clalam Kegiatan Belajar Mengajar.
Jakafta: Penerbit Hikmah (pT Mizan publika).
h buku,
'sa mas
men Agama Republik Indonesia' lgg3.
menghidu
rntuk kegi
g optimal
Al Quran clan Terjemahannya.Semarang: cv. Alwaah.;4,
rna' Dhatma dkk' 201 1' Penelidikan Kctrakter;
Kctiian Teori clan praktik cti sekolah.Bandung: pr
remaja Rosdakarya.
-r
I
mgsa. Banr
n karakter
]-ang
:ngimple
Terry' 2002' Nurturing Positive Living Skills for
children: Feeding the Heart and Soul of
Humanity . Jotrnal of Excellence . 7. g6_9g.
;:tran Menteri Pendidikan J{asional Reprrblik Indonesia
Reptbtik Inclonesia l\romor 23 Tahm 2006
tentang standar
Kompetensi Ltilusan unhrk satt.tan Penclidikan
Dasar dctn Menengah.
'' Yani' 2003' "Karakteristik Sinetron Indonesia: Suatu Analisis Isi dengan Menggunakan
Konsep
Prososial dan Antisosial,'.
rm pendidi
nerintah ha
ti pada
sl
sish Shihab, M. 20r r. " Karakter Bangsa yang
unggul Menurut Ar-eur,an,,
) nr+i
kan minat
m
masya
an masya
:hidupan
i
sejahtera,
content&vi
icle&id:8 12:kar
Suwandi' 2007a' "Meneratas Jalan Menuju Peningkatan
\'finat dan Budal,a Baca pelajar dan
Masyarakat" Makalah dipresentasikan dalam
Seminar r ang diselenggarakan antara kerja
sama
Prodi PBSI FKIP, Balai Bahasa Jateng, dan Barai pusraka.
r0 ,\{aret.
2007b' "Membangun Profesionalisme Guru dalam
N{eu uiudkan pembelajaran yang Efbktif,,,
-'
makalah dibentangkan pada Seminar Nasional
progam
UNS,
12 Maret.
1'an-e diseseienggarakan
pascasarjana
_.2010.
"Peran Guru dalam Mewujudkan peserta
Didik Berkarakter,,,Makalah dipresentasikan
dalam Seminar yang diselenggarakan Dinas Pendidikan
Kabupaten pacitan, l4 November.
21
FmffdmE Strwmr rkrrrac,gEr
S*ca krdornsia Pmcasarjana 2013
ffi
-r-r1ia "lmplementasi Pendidikan Karakter: Peran Sinergis Seluruh Pemangku
Fenriidikan untuk Mewujudkannya," Makalah dipresentasikan dalam Seminar
Karalter l ang diselenggarakan PGRI Kab. Grobogan, l7 November.
. 201lb. "Peran Sastra dalam Pendidikan Karakter bagi Peserla Didik," Makalah dipre
kan dalam Seminar Nasional Pendidikan Karakter yang diselenggarakan FKIP Unive
Sebelas Maret, 30 April.
. 2012. "Pendidikan Budi Pekerti sebagai Pilar Penting dalam Pencerdasan dan Pembang
Karakter Bangsa," Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan
Bahasa Jawa Tengah, Semarang, 24 }l4ei.
Syafinuddin al Mandari. 2004. Rumahht Sekolahktt. Jakarta: Pustaka Zahra,
Suyanto. 2010. "Urgensi Pendidikan Karakter".
urserisi- pendi d i kafi -k-arakterl, diunduh 1 3 November 20 I0.
? ft I
lt/t
I-Indang-tJndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahtm 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
t-Indang-tJndang Republik Indonesia Nomor
22
l4
Tahttn 2005 tentang Gunt dan Dosen.
Download