9 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori
1. Pengetahuan (knowledge)
a. Definisi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di
perolehmealui mata dan telinga(Notoatmodjo, 2007,p.143)
b. Proses adopsi
Penelitian Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003)
dalam buku (A.Wawan,2010,p.15),perilaku adalah semua kegiatan atau
aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung atau tidak. Sedangkan
sebelum mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)perilaku
9
10
2) Inerest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
3) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
4) Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
yang dikehendaki oleh stimulus
5) Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Adapun penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran, sikap yang
positif. Dan perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting),
sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan kesadaran
maka tidak akan berlangsung lama.
c. Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkat (Notoadmodjo,2007,p.144), yakni:
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
11
itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain: menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek
atau
materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkan
contoh,
menyimpulan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsi, dan konteks atau situasi yang lain.
Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitunganperhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan
masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
12
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5)
Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi-formulasi yang ada.
6)
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan mengenai kesehatan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang
telah dilakukan diantaranya oleh yustina (2004) dalam angka kematian
13
tertinggi ibu di Asia Tenggara secara garis besar factor-faktor tersebut
adalah:
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam member
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan akan berfikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.
2. Paparan media masa (akses informasi)
Melalui berbagai media cetak maupun elektronik berbagai
informasi dapat diterima oleh masyarakat,sehingga seseorang yang
lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamphlet, dan
lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan
dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media.
3. Ekonomi (pendapatan)
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan
sekunder keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah
tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal
ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder.
14
4. Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana di dalam kehidupan
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat
berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi.
5. Pengalaman
Pengalaman individu berbagai hal bisa diperoleh dari tingkat
kehidupan dalam proses perkembangannya, missal sering mengikuti
kegiatan-kegiatan yang mendidik misalnya seminar.
6. Akses layanan Kesehatan
Mudah atau sulit dalam mengakses layanan kesehatan tentunya
akan berpengaruh terhadap pengetahuan dalam hal kesehatan
Pendidikan.
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi
respon terhadap sesuatu yang dating dari luar. Orang yang berpendidikan
tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang
datang dan akan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan
mereka peroleh dari gagasan tersebut.
e. Sumber mencari pengetahuan
Menurut Yustina (2004) dalam Angka Kematian Ibu tertinggi di
Asia Tenggara , sumber mencari pengetahuan bisa diperoleh melalui:
1) Buku
2) Jurnal
15
3) Internet
4) Paper
5) Seminar
6) Koran
7) Majalah
8) Iklan
9) Manusia
f. Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni
dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran dapat
dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden.
2. Remaja
a. Konsep Remaja
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa. Bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik.
Bahkan prubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan
gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan
psikologis muncul sebagai akibat dari perubahan. Diantara perubahanperuabahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa
remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi makin panjang dan
16
tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai denagn haid pada
wanita dan mimpi basah pada laki-laki) (Sarlito,2011,p.62).
b. Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap
perkembangan remaja (Sarlito,2011.p.30):
1) Remaja Awal (early adolescence) 10-13 tahun
Seorang remaja dalam tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis,
dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihlebihanan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”
menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan di mengerti
orang dewasa.
2) Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia
senangkalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan
“narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai temanteman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia
berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih
yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis
atau pesimistis, idealis atau materialis, dan sebagainya.
17
3) Remaja akhir (late adolescence) 17-19 tahun
Remaja ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
diganti dengan keseimbangan antara
kepentingan diri sendiri
dengan orang lain.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self)
dan masyarakat umum (the public).
3. Seksual dan Seksualitas
a. Definisi Seksual
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan
dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara
hubungan intim antara laki-laki dan perempuan(Ns.Tarwoto,2010,p.86).
Sedangkan seksualitas (boyke,2010,p.43) diartikan sebagai:
1) Bagaimana laki-laki dan perempuan berbeda (dan mirip) satu sama
lain, secara fisik, psikologis, dan dalam istilah-istilah perilaku;
2) Aktivitas, perasaan,dan sikap yang dihubungkan dengan reproduksi;
18
3) Bagaimana laki-laki dan perempuan berinteraksi dalam berpasangan
dan di dalam kelompok.
Jadi
seksualitas
adalah
bagaimana
orang
merasakan
dan
mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri seksualnya yang khusus.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan seksual remaja
Menurut
Sarlito
W.
Sarwono
(1994)
dalam
buku
(Ns.Tarwoto,2010,p.86), faktor-faktor yang berperan dalam munculnya
permasalahan seksual pada remaja yaitu:
1) Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja membutuhkan
penyaluran dalam bentuk perilaku tertentu.
2) Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya
penundaan
usia
perkawian,
adanya
undang-undang
tentang
perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin
menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan
(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).
3) Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang
melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Remaja yang tidak
dapat menahan diri memiliki kecenderungan melakukan hal tersebut.
4) Kecenderungn
pelanggaran
makin
meningkat
karena
adanya
penyebaran informasi dan rangsangan melalui media massa yang
19
dengan teknologi yang canggih (contoh: VCD, buku porno,foto,
majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja
yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan
meniru apa yang dilihat dan didengar dari media massa, karena pada
umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara
lengkap dari orang tuanya.
5) Orang tua, baik karena ketidaktahuan maupun karena sikapnya yang
masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak,
menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung
membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
6) Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita
dalam masyarakat, sebagai akibat dari perkembangannya peran dan
pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar
dengan pria.
c. Resiko hubungan seks bebas
Kematangan organ seks dapat berpengaruh buruk bila remaja tidak
mampu mengendalikan rangsangan seksualnya, sehingga tergoda untuk
melakukan hubungan seks pranikah (Depkes RI, 2010). Hal ini akan
menimbulkan akibat yang buruk, yaitu:
1) Bagi remaja
a) Remaja pria menjadi tidak perjaka, dan remaja wanita tidak
perawan
20
b) Menambah risiko tertular penyakit menular seksual (PMS), seperti:
gonore (GO), sifilis, herpes simpleks (genitalis), HIV/AIDS.
c) Remaja
putri
terancam
kehamilan
yang
tidak
diinginkan,
pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ-organ
reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan
atau keracunan kehamilan.
d) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan
masa depan)
e) Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan
dan kesempatan bekerja.
f) Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat
2) Bagi Keluarga
a) Menimbulkan aib keluarga.
b) Menambah beban ekonomi keluarga.
c) Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan
masyarakat di lingkungannya (ejekan)
3) Bagi masyarakat
a) Meningkatkan remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat
menurun.
b) Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi
c) Menambah
beban
ekonomi
masyarakat,
kesejahteraan masyarakat menurun.
sehingga
derajat
21
d. Upaya pencegahan pada remaja agar tidak melakukan hubungan seks
bebas yaitu(Ns.Tarwoto,2010,p.59)
1) Mengurangi besarnya dorongan biologis
a) Menghindari membaca buku atau melihat film/majalah yang
menampilkan gambar yang merangsang nafsu birahi.
b) Membiasakan mengenakan pakaian
yang sopan dan tidak
merangsang.
c) Membuat
kelompok-kelompok
kegiatan
yang
positif
dan
bermanfaat untuk mengembangkan diri, misalnya: teater, musik,
olahraga, bahasa, pramuka, menjahit dan memasak.
2) Meningkatkan kemampuan dorongan biologis dengan cara:
a) Pendidikan agama dan budi pekerti
b) Penerapan hukum-hukum agama dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya sholat dan berpuasa, mengikuti kebaktian di gereja, dan
lain-lain.
c) Menghindari penggunaan narkoba, karena akan menghancurkan
kemampuan remaja dalam mengendalikan diri.
d) Orang tua dan guru menjadi model dalam kehidupan sehari-hari,
artinya orang tua tidak melakukan hubungan seksual di luar
pernikahan, selalu setia pada pasangan, dan tidak melakukan
perselingkuhan.
22
3) Membuka informasi kesehatan reproduksi remaja
Pendidikan kesehatan reproduksi jangan dilihat secara sempit
sebagai sekedar hubungan seksual saja. Ini perlu dilaksanakan pada
remaja, bahkan bisa dilakukan lebih dini. Penyampaian materi
pendidikan seks di rumah sebaiknya dilakukan oleh orang tua.
Sementara itu, di sekolah juga harus dibuka informasi kesehatan
reproduksi, melalui penyuluhan secara klasikal atau individual oleh
guru atau konseling (BK) sewaktu-waktu remaja membutuhkan.
4) Menghilangkan kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah
a) Orang tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak
mengekang remaja, namun memberikan kebebasan yang terkendali.
Misalnya, bila remaja mengadakan pesta, maka orang tua turut
menghadiri pesta tersebut.
b) Orang tua tidak memberikan fasilitas (termasuk uang saku) yang
berlebihan.
c) Dukungan dari pemerintah, misalnya pengawasan pasangan remaja
di tempat wisata, persyaratan menunjukan surat nikah bagi
pasangan yang menginap di hotel/motel, penegakkan hukum dalam
pemberantasan narkoba.
23
4. Kesehatan Reproduksi
a.
Definisi kesehatan reproduksi
Definisi kesehatan reproduksi yang ditetapkan dalam Konferensi
Internasional
Kependudukan
dan
Pembangunan
(International
Conference on Population and Development/ ICPD) adalah kesejahteraan
fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit
atau kelemahan, tetapi dalam segala hal yang berhubungan dengan
system
reproduksi
dan
fungsi
serta
proses-prosesnya
(Ns.Tarwoto,2010,p.48)
b. Perubahan Fisik yang mulai menandai kematangan reproduksi
Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk
pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai
kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi.
Perubahan ini ditandai dengan munculnya tanda-tanda sebagai berikut.
1) Perubahan Seks Primer
Perubahan seks primer ditandai dengan mulai berfungsinya alatalat reproduksi yaitu ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi
basah pada laki-laki (Sarlito,2011,p.62).
2) Perubahan Seks Sekunder
Pada remaja putri yaitu pinggul melebar, pertumbuhan rahim
dan vagina, payudara membesar, tumbuh rambut di ketiak dan sekitar
kemaluan atau pubis. Pada remaja laki-laki yaitu terjadi perubahan
24
suara, tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah besar,
terjadinya ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, badan berotot,
tumbuhnya kumis, cabang dan rambut disekitar kemaluan dan ketiak.
(Depkes RI,2001)
c.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor
yang
dapat
berdampak
buruk
bagi
kesehatan
reproduksi
(dr.
Taufan,2010,p.12) yaitu:
1) Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang perkembangan
seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang
terpencil).
2) Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak
anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang
membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan satu
dengan yang lain,dsb).
3) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja,
depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga
wanita terhadap pria yang memberi kebebasan secara materi).
4) Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca
penyakit menular seksual).
25
d. Alat Reproduksi
1) Alat Reproduksi Wanita
a) Ovarium
Setiap wanita memiliki sepasang ovarium, yang setiap
bulan secara bergantian mengeluarkan satu sel telur (ovum) yang
matang. Ovarium juga menghasilkan hormon estrogen dan
progesteron.
b) Tuba faloppi
Sepasang tuba faloppi menghubungkan ovarium dengan
ovarium pada sisi kiri dan kanan.
c) Uterus
Uterus (rahim) adalah tempat tertanamnya ovum yang telah
dibuahi, yang selanjutnya akan tumbuh dan berkembang menjadi
janin. Bila tidak terjadi pembuahan, maka ada lapisan dinding
uterus yang terkelupas dan terjadi perdarahan yang disebut
menstruasi. Bagian akhir dari uterus yang berhubungan dengan
vagina disebut serviks.
d) Vagina
Vagina adalah saluran yang menghubungkan uterus dengan
alat reproduksi bagian luar. Vagina merupakan tempat masuknya
penis saat melakukan hubungan seksual.
26
2)
Alat Reproduksi Pria
a)
Testis
Pria memiliki dua buah testis untuk memproduksi sperma
yang dibungkus oleh lipatan kulit kantung yang disebut skrotum.
Dimulai sejak masa puber, sepanjang masa hidupnya pria akan
memproduksi sperma. Selain itu, testis juga menghasilkan
hormon testosteron. Di sisi belakang masing-masing testis
terdapat epididimis, yaitu tempat sperma mengalami kematangan.
Saluran selanjutnya adalah vas deferens, saluran ini dan masuk ke
vesika seminalis sebagai tempat penampungan sperma.
b)
Penis
Penis adalah alat reproduksi yang membawa cairan mani ke
dalam vagina. Jika ada rangsangan seksual, maka darah di dalam
penis ada saluran uretra. Jika ada rangsangan seksual, maka
darah di dalam penis akan terpompa. Akibatnya, penis menjadi
tegang dan mengeras, lalu cairan semen yang mengandung
sperma keluar dari vesika seminalis dan melalui uretra terpancar
keluar. Proses tersebut dikenal dengan istilah ejakulasi.
e.
Tujuan Kesehatan reproduksi
1) Tujuan Utama (dr. Taufan,2010,p.12) yaitu:
27
Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi
harus didahului oleh hubungan seksual, maka tujuan utama program
kesehatan reproduksi adalah meningkatkan kesadaran kemandirian
wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya, termasuk
kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat
terpenuhi yang pada akhirnya menuju peningkatan kualitas hidup.
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan
fungsi reproduksinya.
b) Meningkatnya hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
c) Meningktnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap akibat
dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan
kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.
d) Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan
yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan
informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk
mencapai kesehatan reproduksi secara optimal.
28
B. Kerangka Teori
Domain kognitif:
- Tahu
- Memahami
- Aplikasi
- Analisis
- Sintesis
- evaluasi
Pengetahuan
Pengaruh:
- Pendidikan
- Paparan
media
massa
- Ekonomi
- Hubungan
social
- Pengalaman
- Akses
layanan
kesehatan
Seks Bebas
dan
Kesehatan Reproduksi
Sumber
: Mahfoedz, I, dkk (2005)
Gambar 2.1
: Kerangka Teori Gambaran Tingkat pengetahuan Remaja Putri
tentang Seks Bebas terhadap Kesehatan Reproduksi Remaja
Download