16 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1
Pengertian loyalitas
Menurut kamus ilmiah populer loyalitas berasal dari kata loyal yang
berarti setia. Dalam hal ini loyalitas dapat diartikan sebagai kesetiaan karyawan
terhadap perusahaan. Menurut Nitisemito (2000 : 177) loyalitas merupakan
kesetiaan karyawan terhadap perusahaan yang akan dapat menimbulkan rasa
tanggung jawab.
Loyalitas timbul dari dalam diri sendiri yang berasal dari kesadaran yang
tinggi bahwa antara dirinya dengan perusahaan merupakan dua pihak yang saling
membutuhkan. Karyawan membutuhkan perusahaan sebagai sumber penghidupan
dan perusahaan juga dianggap mempunyai kepentingan pada karyawan, karena
dengan karyawan itulah perusahaan akan dapat melakukan produksi dalam rangka
pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Mudiartha (2001 : 235) loyalitas merupakan suatu sikap mental
karyawan yang ditunjukkan kepada keberadaan perusahaannya sehingga
karyawan akan tetap bertahan dalam perusahaan meskipun perusahaan tersebut
maju atau mundur. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa loyalitas
merupakan kesetiaan karyawan terhadap perusahaan yang akan menimbulkan rasa
tanggung jawab sehingga karyawan akan tetap bertahan dalam perusahaan
tersebut walaupun perusahaan dalam keadaan maju atau mundur.
16
2.1.2
Manfaat loyalitas
Menurut Mudiartha (2001:232) loyalitas karyawan terhadap perusahaan
mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut.
1)
Mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap perusahaan
Loyalitas yang tinggi dari karyawan dapat mendorong tingginya kepedulian
karyawan terhadap perusahaan. Kepedulian yang tinggi disini dimaksudkan
bahwa karyawan tersebut selalu bersikap positif terhadap kondisi yang terjadi
dalam perusahaan, termasuk kondisi yang mengarah pada kecendungan
merugikan perusahaan.
Karyawan yang mempunyai tingkat kepedulian tinggi akan terlihat pada
perilaku sebagai berikut.
a. Tidak senang melihat perbuatan yang cenderung merugikan perusahaan.
b. Bersedia turun tangan untuk mencegah hal-hal yang merugikan
perusahaan.
c. Bersediakan
mengorbankan
kepentingan
pribadi
untuk
kemajuan
perusahaan.
d. Suka bekerja keras, kreatif dan selalu ingin berbuat yang terbaik untuk
perusahaan.
e. Merasa bangga atas prestasi yang dicapai oleh perusahaan.
2)
Merasa memiliki terhadap perusahaan
Seseorang karyawan dikatakan mempunyai rasa memiliki terhadap
perusahaan jika karyawan tersebut merasakan bahwa kerugian perusahaan
merupakan kerugiannya sendiri. Jika perusahaan maju, maka hal itu
17
diyakininya akan turut memajukan kepentingan dirinya sendiri. Setidaknya
produksi yang dicapai perusahaan turun atau merosot, disadari dapat pula
menurunkan tingkat kompensasi yang diterimanya. Karyawan yang
mempunyai rasa memiliki terhadap perusahaan terlihat pada gejala-gejala
sebagai berikut.
a. Merasa sedih jika perusahaan mengalami musibah.
b. Merasa tersinggung jika ada orang yang mencoba-coba melecehkan nama
baik perusahaan.
c. Merasa bangga ketika perusahaannya mendapat kemajuan.
d. Mengikuti segala kegiatan yang diadaka oleh perusahaan.
e. Mempunyai disiplin yang tinggi dan tidak mau merugikan perusahaan.
f. Bersedia menjadi pelopor untuk kemajuan perusahaan.
3)
Tetap bertahan dalam perusahaan
Karyawan yang loyal pada perusahaan akan tetap bertahan dalam perusahaan
walaupun perusahaan tersebut maju atau mundur. Walaupun penghasilan
tidak begitu memadai karena kemampuan perusahaan terbatas, maka
karyawan tidak ingin meninggalkan perusahaan, karena karyawan merasa
terikat secara moral akan bekerja dengan sebaik-baiknya.
Sebaliknya para karyawan yang tidak loyal biasanya akan selalu gelisah,
tidak tenang dan berusaha untuk mencari lahan/perusahaan lain yang
dianggapnya dapat memberikan kompensasi yang lebih besar.
18
4)
Meningkatkan kinerja untuk kesinambungan perusahaan
Tingginya loyalitas karyawan dalam suatu perusahaan akan menahan mereka
untuk tidak meningalkan perusahaan. Loyalitas yang tinggi juga akan
memberi motivasi kerja yang tinggi kepada para karyawannya. Dengan
demikian karyawan dengan kesadaran yang tinggi akan turut meningkatkan
prestasi pada karyawan yang bersangkutan. Dan jika semua karyawan
mempunyai loyalitas tinggi, maka kesinambungan kinerja perusahaan dapat
lebih terjamin dari waktu ke waktu.
5)
Tetap motivasi kerja yang tinggi
Karyawan yang mempunyai loyalitas tinggi kepada perusahaan biasanya
akan memunyai motivasi yang juga tinggi. Dengan kesetiaan karyawan yang
besar terhadap perusahaan, karyawan juga tidak memerlukan motivasi yang
begitu besar lagi untuk melakukan pekerjaan karena loyalitas merupakan
sikap mental positif bagi perusahaan.
6)
Dapat meningkatkan profesionalisme dan produktivitas
Loyalitas yang tinggi bermanfaat untuk meningkatkan profesionalisme dan
produktivitas. Dengan terdapatnya loyalitas para karyawan dalam perusahaan
berarti bahwa seluruh karyawan sudah merasa bahwa seluruh hak dan
kebutuhannya sudah terjamin. Dalam suatu perusahaan yang segala
kebutuhannya sudah terjamin, maka para karyawan tidak akan mempunyai
pikiran ganda dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
Dalam kondisi yang seperti demikian, perusahaan akan menemukan
karyawan yang bersemangat, berdisiplin tinggi dan sekaligus mereka
19
berkesempatan untuk meningkatkan profesionalisme dan produktivitas kerja.
Suasana kerja betul-betul sudah memenuhi persyaratan untuk mendukung
peningkatan profesionalisme dan produktivitas kerja bagi setiap karyawan.
2.1.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas
Menurut Mudiartha (2001 : 233) ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi loyalitas karyawan terhadap perusahaan yaitu.
1) Keterlibatan/partisipasi karyawan
Keterlibatan/partisipasi
karyawan
dalam
setiap
pemecahan
masalah
perusahaan dapat memotivasi karyawan untuk lebih loyal/setia terhadap
perusahaannya. Diikutsertakan karyawan dalam pemecahan masalah, maka
karyawan akan merasa lebih dihargai sehingga diharapkan dapat mendorong
karyawan untuk memberikan kontribusi terhadap tujuan perusahaan.
2) Pemberian kompensasi
Pemberian kompensasi yang adil serta dapat memenuhi kebutuhan hidup
karyawan, maka secara tidak langsung akan dapat meningkatkan motivasi
karyawan untuk tetap bertahan dan setia terhadap perusahaan. Jika
kompensasi yang diberikan dirasakan kurang memuaskan karyawan, maka
karyawan tersebut akan berusaha mencari perusahaan lain yang dapat
memberikan kompensasi yang lebih tinggi.
3) Pelatihan dan pengembangan
Pengembangan karyawan yang dilakukan melalui pelatihan akan dapat
mendorong karyawan untuk tetap bertahan dalam perusahaan. Karyawan yang
mengikuti pelatihan akan mempunyai wawasan yang lebih luas, lebih terampil
20
dan akan dapat bekerja lebih efektif dan efisien, mengikuti pelatihan tersebut
karyawan akan merasa lebih diperhatikan oleh perusahaan sehingga akan
mengakibatkan karyawan tersebut lebih setia terhadap perusahaan.
4) Penegakan disiplin
Penegakan disiplin melalui pemberian sanksi yang tegas kepada karyawan
yang melanggar peraturan perusahaan merupakan salah satu cerminan
perhatian perusahaan terhadap karyawan. Penegakan disiplin juga dapat
dilakukan melalui membimbing karyawan untuk memperbaiki sifat-sifat yang
kurang baik dan membantu mereka untuk menyesuaikan diri dengan situasikondisi perusahaan, adanya perhatian tersebut diharapkan karyawan
mempunyai kesenangan dan kepuasan kerja sehingga akan dapat mendorong
karyawan tersebut untuk lebih loyal/setia terhadap perusahaan.
2.1.4
Indikasi-indikasi rendahnya loyalitas karyawan
Menurut Nitisemito (2000:178) ada beberapa indikasi-indkasi yang dapat
dilihat dari rendahnya loyalitas karyawan terhadap perusahaan adalah sebagai
berikut.
1) Tidak mempunyai disiplin kerja
Karyawan yang tidak mempunyai disiplin kerja seperti tidak tepat waktu
dalam menyelesaikan tugas, datang dan pulang kantor tidak sesuai waktu yang
telah ditetapkan mengindikasi bahwa karyawan tersebut mempunyai loyalitas
yang rendah terhadap perusahaan.
21
2) Moril dan semangat kerja rendah
Tidak mempunyai semangat kerja akan mengakibatkan karyawan tidak
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap perusahaan. Rendahnya rasa
tanggung jawab mengindikasikan bahwa karyawan tersebut tidak peduli
terhadap kondisi perusahaan.
3) Bersikap acuh tak acuh terhadap perkembangan perusahaan
Karyawan
yang
memiliki
sikap
seperti
ini
akan
menimbulkan
ketidakpeduliannya terhadap perusahaan. Karyawan tidak mau tahu tentang
apa yang sedang terjadi dalam perusahaan dan karyawan merasa bekerja
hanya untuk dirinya sendiri saja bukan untuk perusahaan.
4) Bekerja asal jadi dan tidak mementingkan mutu
Karyawan akan bekerja asal-asalan dan tidak mementingkan mutu produk
yang dihasilkan. Karyawan yang demikian juga mengindikasikan bahwa
karyawan tersebut tidak peduli terhadap perusahaan. Mereka hanya bekerja
untuk memenuhi kewajibannya tanpa memikirkan hasil dan akibatnya
terhadap perusahaan.
5) Tidak berpengaruh jika ada hal-hal yang dapat merugikan perusahaan
Karyawan tidak merasa dirugikan jika ada hal-hal yang dapat merugikan
perusahaan. Karyawan tersebut tidak terpengaruh jika ada hal yang
mengakibatkan perusahaan rugi, padahal maju mundurnya perusahaan akan
mempengaruhi kondisi kerja.
22
2.1.5 Hal-hal lain yang saling terkait yang membuat karyawan mempunyai
loyalitas tinggi terhadap perusahaan.
Sebagai pimpinan jika tidak ingin kehilangan karyawan yang potensial
maka anda perlu menerapkan beberapa taktik agar mereka loyal terhadap
perusahaan.
1) Tanamkan kepercayaan diri karyawan.
Bila karyawan gagal mengerjakan sesuatu luangkan sedikit waktu anda untuk
membahas masalah yang mereka hadapi. Beri kesempatan mereka untuk
mencoba lagi saat karyawan ketika sudah mengetahui letak kesalahannya.
2) Jika mereka berhasil mengerjakan tugas berikan pujian dengan tulus.
Kendati terkesan sepele, pujian membuat karyawan merasa dihargai dan
diakui. Hal ini dapat membangkitkan semangat mereka dalam mengerjakan
tugas sehari-hari.
3) Berikan karyawan kepercayaan dalam mengerjakan tugas.
Berikan mereka kebebasan sekaligus tanggung jawab. Berikan deadline yang
jelas kapan tugas-tugas tersebut harus selesai tanpa perlu mengetahui setiap
langkah mereka.
4) Berikan tantangan bagi karyawan.
Cara terbaik untuk mempertahankan karyawan adalah memastikan bahwa
mereka terus belajar. Hindari pekerjaan yang monoton. Berikan sedikit variasi
dalam pekerjaan mereka. Sesekali coba beri mereka tugas yang belum pernah
dikerjakan tetapi tentu saja harus sesuai kapasitas dan kapabilitas mereka.
23
5) Libatkan karyawan dalam membuat keputusan.
Dengarkan saran, pendapat dan kritik dari mereka. Dengan demikian
karyawan merasa lebih dihargai dan lebih memiliki perusahaan.
2.1.6 Pengertian kompensasi
Menurut Gorda (2004 : 179) Kompensasi adalah seluruh balas jasa baik
berupa uang, barang maupun kenikmatan yang biasa diterima oleh karyawan atas
kinerja yang disumbangkan kepada perusahaan, demikian bila ditinjau dari sisi
pegawai itu sendiri kompensasi merupakan hak yang timbul karena karyawan
telah memenuhi kewajibannya. Henry Simamora (2004 : 448) menyatakan bahwa
: “Kompensasi merupakan apa yang diterima oleh para karyawan sebagai ganti
kontribusi mereka kepada organisasi”. Menurut Hasibuan (2000 : 118)
kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, baik yang langsung
maupun tidak langsung yang diterima karyawan sebagai balas jasa berupa uang
atau bukan uang yang diberikan para karyawan kepada perusahaan atau
organisasi. Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa kompensasi
adalah penghargaan atau balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada
karyawan atas prestasi kerja mereka demi tercapainya tujuan organisasi. Tohardi
(2002 : 412)
menyatakan bahwa
Pemberian kompensasi pada dasarnya
memerlukan proses. Oleh sebab itu hal-hal yang paling sulit dilakukan adalah
bagaimana cara memberikan kompensasi yang layak dan adil kepada karyawan.
Bila kompensasi yang diberikan oleh organisasi atau perusahaan tersebut
dirasakan tidak layak dan tidak adil, maka tujuan dari kompensasi itu sendiri
kemungkinan besar tidak akan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
24
Berdasarkan keempat pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
kompensasi adalah sesuatu yang berupa uang, barang maupun kenikmatan yang
berhak diterima karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka.
2.1.7 Tujuan dan manfaat pemberian kompensasi
Menurut Handoko (2001 : 156) pemberian kompensasi bertujuan sebagai
berikut.
1.
Memperoleh personalia yang qualified
Kompensasi perlu ditetapkan cukup tinggi untuk menarik para pelamar.
Karena perusahaan-perusahaan bersaing dalam pasar tenaga kerja, tingkat
pengupahan harus sesuai dengan supply
dan permintaan tenaga kerja.
Kadang-kadang tingkat gaji yang relatif gaji diperlukan untuk menarik para
pelamar cakap yang sudah bekerja di berbagai perusahaan lain.
2.
Mempertahankan para karyawan yang ada sekarang
Bila tingkat kompensasi yang tidak kompetitif, niscaya banyak karyawan
yang baik akan keluar. Untuk mencegah perputaran karyawan, pengupahan
harus tetap di jaga agar tetap kompetitif dengan perusahaan-perusahaan lain.
3.
Menjamin keadilan
Administrasi pengupahan dan penggajian berusaha untuk memenuhi prinsip
keadilan. Keadilan atau konsistensi internal dan eksternal sangat penting
diperhatikan dalam penentuan tingkat kompensasi.
4.
Menghargai perilaku yang diinginkan
Kompensasi hendaknya mendorong perilaku-perilaku yang diinginkan.
Prestasi kerja yang baik, pengalaman, kesetiaan, tanggung jawab baru dan
25
perilaku-perilaku lain dapat dihargai melalui rencana kompensasi yang
efektif.
5.
Mengendalikan biaya-biaya
Suatu program kompensasi yang rasional membantu organisasi untuk
mendapatkan dan mempertahankan sumber daya manusia pada tingkat biaya
yang layak. Tanpa struktur pengupahan dan penggajian sistematik organisasi
dapat membayar kurang (underpay) atau lebih (overpay) kepada karyawan.
6.
Memenuhi peraturan legal
Program kompensasi yang baik memperhatikan kendala-kendala dan
memenuhi semua peraturan pemerintah yang mengatur kompensasi
karyawan.
Martoyo (2000 : 129-130) menyatakan bahwa pemberian kompensasi
dalam suatu organisasi atau perusahaan, jelas mengandung tujuan-tujuan positif,
antara lain:
1) Pemenuhan kebutuhan ekonomi
Karyawan menerima kompensasi berupa upah, gaji atau bentuk lainnya adalah
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari atau dengan kata lain
kebutuhan ekonominya.
2) Pengkaitan kompensasi dengan produktivitas kerja.
Dalam pemberian kompensasi yang makin baik akan mendorong karyawan
bekerja dengan makin produktif.
26
3) Pengkaitan kompensasi dengan sukses perusahaan.
Makin berani suatu perusahaan/organisasi memberikan kompensasi yang
tinggi, makin menunjukkan betapa makin suksesnya sesuatu perusahaan.
4) Pengkaitan antara keseimbangan keadilan pemberian kompensasi.
Ini berarti bahwa pemberian kompensasi yang tinggi harus dihubungkan atau
diperbandingkan dengan persyaratan yang harus dipenuhi oleh karyawan yang
bersangkutan pada jabatan dan kompensasi yang tinggi tersebut. Sehingga ada
keseimbangan antara input dan output.
Gorda (2004 : 180) menyatakan
bahwa : “Tujuan kebijaksanaan
kompensasi adalah menjamin tumbuhnya rasa keadilan, memperoleh sumber daya
manusia yang berkualitas, mempertahankan sumber daya manusia yang sekarang,
memenuhi peraturan perundang-undangan, dan mengendalikan biaya-biaya ke
arah efisiensi”. Simamora, (2004 : 449) menyatakan bahwa tujuan dari pemberian
kompensasi adalah:
1) Mengarahkan desain sistem gaji
Tujuan kompensasi menentukan kebijakan gaji (misalnya, gaji untuk kinerja)
dan unsur-unsur sistem gaji (yakni merik dan atau insentif).
2) Menjadi standar evaluasi keberhasilan sistem gaji.
Tujuan sistem kompensasi adalah untuk memikat dan mempertahankan
karyawan yang sangat kompeten, namun karyawan kompeten justru malahan
meninggalkan organisasi untuk menyambut gaji yang lebih tinggi di
perusahaan lain, maka sistem kompensasi barangkali berjalan tidak secara
efektif
27
2.1.8 Faktor-faktor kompensasi
Martoyo (2000 : 127-128) menyatakan bahwa faktor-faktor kompensasi
adalah sebagai berikut.
1) Kebenaran dan keadilan
Hal ini mengandung pengertian bahwa pemberian kompensasi kepada masingmasing karyawan atau kelompok karyawan harus sesuai dengan kemampuan,
kecakapan, pendidikan dan jasa yang telah ditunjukkan kepada organisasi.
2) Dana Organisasi
Kemampuan organisasi untuk dapat melaksanakan kompensasi baik berupa
finansial maupun non finansial amat tergantung kepada dana yang terhimpun
untuk keperluan tersebut.
3) Serikat Karyawan.
Serikat karyawan dapat merupakan simbol kekuatan karyawan dalam
menuntut perbaikan nasib, yang perlu mendapatkan perhatian atau perlu
diperhitungkan oleh pihak manajemen/pimpinan organisasi.
4) Produktivitas kerja
Produktivitas kerja karyawan merupakan faktor yang mempengaruhi penilaian
atas prestasi kerja karyawan. Sedangkan prestasi kerja karyawan merupakan
faktor yang diperhitungkan dalam penetapan kompensasi.
5) Biaya Hidup
Penyesuaian besarnya kompensasi, terutama yang berupa upah/gaji, dengan
biaya hidup karyawan beserta keluarganya sehari-hari, harus mendapatkan
perhatian pimpinan organisasi/perusahaan. Namun demikian cukup sulit pula
28
dalam pelaksanaannya, karena biaya hidup seseorang sehari-hari sangat relatif
sifatnya, karena tak ada ukuran yang pasti seberapa besar hidup yang layak
itu.
6) Pemerintah
Fungsi pemerintah untuk melindungi warganya dari tindak sewenang-wenang
majikan/pimpinan organisasi ataupun perusahaan, dalam pemberian balas jasa
karyawan jelas berpengaruh terhadap penetapan kompensasi. Karena itu
pemerintahlah yang ikut menentukan upah minimum ataupun jumlah jam
kerja karyawan, baik karyawan pria ataupun wanita, dewasa ataupun anakanak pada batas umur tertentu.
Tohardi (2002 : 416-417) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pemberian kompensasi, yaitu.
1) Produktivitas
Pemberian kompensasi melihat besarnya produktivitas yang disumbangkan
oleh tenaga kerja (karyawan) kepada pihak organisasi atau perusahaan. Untuk
itu semakin tinggi tingkat output, maka semakin besar pula kompensasi yang
diberikan oleh organisasi atau perusahaan kepada tenaga kerja (karyawan).
2) Kemampuan untuk membayar
Secara logis ukuran pemberian kompensasi sangat tergantung kepada
kemampuan organisasi atau perusahaan dalam membayar gaji atau upah
tenaga kerja. Karena sangat mustahil organisasi atau perusahaan membayar
kompensasi di atas kemampuan yang ada.
29
3) Kesediaan untuk membayar
Walaupun organisasi atau perusahaan mampu membayar kompensasi, maka
belum tentu organisasi atau perusahaan tersebut mau membayar konpensasi
tersebut dengan layak dan adil.
4) Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Penawaran dan permintaan tenaga kerja cukup berpengaruh terhadap
pemberian kompensasi. Jika permintaan tenaga kerja banyak oleh perusahaan,
maka kompensasi cenderung tinggi, demikian sebaliknya jika penawaran
tenaga kerja ke organisasi atau perusahaan yang banyak (over suplai) maka
pembayaran kompensasi cenderung menurun (rendah).
5) Organisasi Karyawan
Organisasi tenaga kerja (karyawan) yang ada di organisasi atau perusahaan
seperti serikat pekerja akan turut mempengaruhi kebijakan besar kecilnya
pemberian kompensasi. Sebagai contoh bila perusahaan memberikan
kompensasi yang tidak sesuai dengan UMR, maka para tenaga kerja lewat
organisasi serikat buruh yang ada akan menuntut kepada pihak perusahaan
untuk menaikkan gaji atau upah yang sesuai dengan UMR tersebut.
6) Peraturan dan Perundang-undangan
Adanya peraturan dan perundang-undangan yang ada akan mempengaruhi
kebijakan
perusahaan
dalam
pemberian
kompensasi,
diberlakukannya pemberian upah minimum regional (UMR).
30
misalnya
Gorda (2004 : 182-184) menyatakan bahwa penentuan besar-kecilnya
kompensasi yang ditetapkan oleh pimpinan perusahaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti :
1) Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Hukum permintaan dan penawaran tenaga kerja di pasar kerja berpengaruh
terhadap penentuan besar-kecilnya kompensasi yang akan diberikan kepada
karyawan.
2) Organisasi Pekerja
Organisasi pekerja merupakan wadah perjuangan para karyawan di dalam
memperjuangkan hak-haknya, rasa keadilan dalam hubungan kerja yang
keseluruhannya itu untuk meningkatkan kesejahteraan para karyawan yang
bergabung dalam organisasi pekerja tersebut.
3) Produktivitas kerja
Semakin tinggi produktivitas kerja karyawan, maka semakin tinggi pula
kompensasi yang diterima oleh karyawan yang bersangkutan dan sebaliknya.
4) Kemampuan perusahaan untuk membayar
Meningkatnya kemampuan membayar kompensasi oleh suatu perusahaan
tertentu dipengaruhi oleh tinggi-rendahnya produktivitas perusahaan tersebut.
Semakin tinggi produktivitas kerja perusahaan, maka semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan membayar kompensasi serta sebaliknya.
31
5) Kesediaan perusahaan untuk membayar
Kesediaan dan itikat baik dari pimpinan perusahaan berpengaruh terhadap
tinggi-rendahnya kompensasi yang akan diterima oleh karyawan dalam suatu
perusahaan tertentu.
6) Biaya hidup
Tinggi-rendahnya biaya hidup di suatu tempat agar diperhatikan oleh
pimpinan perusahaan di dalam merumuskan kebijaksanaan kompensasi
terhadap karyawannya. Di kota-kota besar pada umumnya biaya hidup tinggi
dan kompensasi cenderung tinggi pula. Sebaliknya di pedesaan atau kota-kota
kecil umumnya biaya hidup lebih rendah bila dibandingkan dengan di kotakota besar, maka kompensasi cenderung pula lebih rendah bila dibandingkan
dengan di kota-kota besar.
7) Peraturan perundangan-undangan
Segala peraturan dan perundangan-undangan yang dikeluarkan oleh
pemerintah yang menyangkut masalah kompensasi seperti peraturan upah
minuman, dan upah kerja lembur merupakan peraturan yang harus diikuti dan
dilaksanakan oleh pimpinan perusahaan. Peraturan tentang upah minimum
merupakan batas bawah dari tingkat kompensasi yang harus diberikan oleh
pimpinan perusahaan kepada karyawannya.
2.1.9 Jenis-jenis Kompensasi
Simamora (2004 : 445) menyatakan bahwa terminology (jenis-jenis)
dalam kompensasi adalah sebagai berikut.
32
1) Upah dan gaji
Upah (wages) biasanya berhubungan dengan tarif gaji per jam (semakin lama
jam kerjanya, semakin besar bayarannya). Gaji (salary) umumnya berlaku
untuk tarif bayaran mingguan, bulanan, atau tahunan (terlepas dari lamanya
jam kerja).
2) Insentif
Insentif adalah tambahan kompensasi di atas atau di luar gaji atau upah yang
diberikan oleh organisasi. Program insentif terdiri dari insentif individu dan
insentif kelompok.
3) Tunjangan
Contoh-contoh tunjangan adalah asuransi kesehatan dan jiwa, liburan yang
ditanggung perusahaan, program pensiun, dan tunjangan lainnya yang
berkaitan dengan hubungan kepegawaian.
4) Fasilitas
Contoh-contoh fasilitas adalah kenikmatan/fasilitas seperti mobil perusahaan,
keanggotaan klub, tempat parkir luas, atau akses ke pesawat perusahaan yang
diperoleh karyawan. Fasilitas dapat mewakili jumlah subtansial dari
kompensasi, terutama bagi eksekutif yang dibayar mahal.
Heidjrachman dan Suad Husnan (2000 : 170) menyatakan bahwa jenisjenis kompensasi yang diberikan oleh perusahaan adalah sebagai berikut.
1) Upah atau gaji
Penetapan upah atau gaji masih terdapat keberagaman seperti.
a) berdasarkan pasaran sekelilingnya.
33
b) atas dasar senioritas.
c) memenuhi standar minimum pemerintahan.
d) atas dasar skala upah yang kriterianya tidak jelas.
e) atas dasar penilaian jabatan dan skala upah yang terstruktur dengan baik.
2) Tunjangan-tunjangan, meliputi.
a. Tunjangan yang berkaitan langsung dengan jabatan atau pekerjaan, seperti.
a) tunjangan jabatan
b) tunjangan transportasi
c) tunjangan perumahan
d) tunjangan pengobatan
e) uang hadir
f) uang lembur
h) uang makan
b. Tunjangan yang berkaitan dengan bantuan sosial, ekonomi seperti.
a) tunjangan keluarga.
b) tunjangan cuti.
c) tunjangan kematian.
c. Tunjangan khusus, seperti :
a) tunjangan hari raya.
b) tunjangan dinas
Tohardi (2002 : 417) menyatakan bahwa pada dasarnya kompensasi itu
dapat dibagi menjadi dua bagian adalah sebagai berikut.
34
1) Kompensasi langsung (Direct Compensation)
Adalah upah atau gaji yang diberikan langsung berhubungan dengan prestasi
kerja atau hasil kerja karyawan yang bersangkutan.
2) Kompensasi tidak langsung (Indirect Compensation)
Pemberian upah atau gaji tidak dikaitkan dengan prestasi kerja atau hasil kerja
karyawan yang bersangkutan. Kompensasi tidak langsung juga disebut
sebagai kompensasi pelengkap
2.1.10 Pengertian disiplin kerja
Menurut Gorda (2004 : 106) disiplin kerja adalah sikap dan prilaku
seorang karyawan yang diwujudkan dalam bentuk kesediaan seorang karyawan
dengan penuh kesadaran dan ketulus-ikhlasan atau dengan paksaan untuk
mematuhi dan melaksanakan tugas dan bertanggung jawab sebagai upaya
memberi sumbangan semaksimal mungkin dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Siagian (2003 : 305) menyatakan bahwa : Disiplin merupakan tindakan
manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan
berbagai ketentuan yang harus ditaati dan standar yang harus dipenuhi kata lain,
pendisiplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan yang berusaha memperbaiki
dan membentuk pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan sehingga para
karyawan tersebut secara sukarela berusaha bekerja secara koperatif dengan para
karyawan yang lain serta meningkatkan prestasi kerjanya. Tohardi (2002 : 393)
menyatakan bahwa : “Disiplin itu adalah perilaku seseorang yang sesuai dengan
peraturan prosedur kerja yang ada”. Dari pendapat-pendapat yang dikemukakan
oleh para ahli terlihat beberapa kesamaan yang menyatakan bahwa disiplin itu
35
adalah suatu bentuk hukum atau sanksi yang dikemukakan dengan kalimat yang
berbeda namun mempunyai makna yang sama. Dari pendapat tersebut juga dapat
dikatakan bahwa kedisiplinan merupakan karyawan kepada aturan-aturan yang
sudah ada dan harus dipatuhi tanpa mengabaikan norma-norma yang ada.
2.1.11 Jenis-jenis disiplin
Siagian (2002 : 305-306), menyatakan bahwa ada 2 jenis disiplin dalam
organisasi yaitu sebagai berikut.
1) Disiplin Preventif, sesuatu tindakan yang mendorong para karyawan untuk
taat pada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah
ditetapkan.
2) Disiplin Korektif, disini dikatakan jika karyawan nyata-nyata telah melakukan
pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi
standar yang telah ditentukan kepadanya dikenakan sanksi disiplin.
2.1.12 Tindakan disiplin dan faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin
Hasibuan (2001 : 191) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi disiplin kerja yaitu sebagai berikut.
1) Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
menantang bagi kemampuan karyawan.
2) Teladan pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan,
karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.
36
3) Balas jasa
Balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan karyawan artinya
semakin besar balas jasa maka semakin baik kedisiplinan karyawan.
Karyawan sulit untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya
tidak terpenuhi dengan baik.
4) Keadilan
Apabila keadaan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas
jasa maka akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik.
5) Waskat
Waskat adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah, membetulkan
kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja dalam
mendukung terwujudnya tujuan perusahaan.
6) Sangsi hukum
Sanksi hukum hendaknya cukup wajar untuk setiap tindakan yang indisipliner
(melanggar) yang bersifat mendidik dan menjadi alat motivasi untuk
memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
7) Ketegasan
Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan yang
Indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada perusahaan
tersebut.
8) Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama karyawan ikut
menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan. Jadi kedisiplinan
37
karyawan akan tercipta, apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi
tersebut baik.
2.1.13 Pedoman dalam melaksanakan tindakan disiplin
Tindakan disiplin hendaknya bersikap fositif, bukan tindakan negatif yang
menjatuhkan karyawan yang berbuat salah karena disiplin bertujuan untuk
memperbaiki kegiatan dimasa yang akan datang bukan menghukum kegiatan
dimasa lalu. Seperti yang dikemukakan Heidjrachman dan Suad Husnan (2002 :
241) bahwa disiplin perlu dijalankan dengan memperhatikan beberapa pedoman
sebagai berikut.
1) Disiplin hendaknya dilakukan secara pribadi.
Tidak seharusnya memberikan teguran pada bawahan dihadapan orang
banyak. Hal ini akan memalukan bawahan yang ditegur (meskipun
mungkin memang bersalah), sehingga bisa menimbulkan rasa dendam.
2) Disiplin haruslah membangun
Memberi teguran hendaknya juga disertai dengan saran tentang
bagaimana harusnya berbuat untuk tidak mengulangi lagi kesalahan
yang lama.
3) Disiplin haruslah dilakukan oleh atasan langsung dengan segera.
Jangan
menunda-nunda
pemberian
disiplin
sampai
masalahnya
dilupakan. Sewaktu kesalahan masih segar teguran akan lebih efektif
daripada diberikan selang beberapa waktu.
38
4) Keadilan dalam disiplin sangat diperlukan.
Kesalahan yang sama hendaknya diberikan hukuman yang sama pula
dan jangan melakukan tindakan disiplin dengan pilih kasih.
5) Pimpinan tidak seharusnya memberikan tindakan disiplin pada
bawahan sedang absen.
6) Setelah tindakan disiplin sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali.
Tidak
dibenarkan
apabila
setelah
melakukan
tindakan
disiplin
pimpinan tetap bersikap memberi bawahan yang telah melakukan
kesalahan.
2.1.14 Tahap-tahap dalam melakukan tindakan disiplin
Agar tujuan disiplin dalam perusahaan dapat tercapai. Dharma (2001 :
187) menyatakan bahwa langkah-langkah disiplin yang akan diambil perusahaan
adalah sebagai berikut.
1) Pembicaraan informal
2) Peringatan lisan
3) Peringatan tertulis
4) Penguramahan sementara
5) Demosi (penurunan pangkat)
6) Pemecatan
Kedisiplinan merupakan kebiasaan, maka ancaman yang diberikan bukan
merupakan ancaman atau suatu hukuman tetapi lebih ditekankan agar mereka
melaksanakan kegiatan yang bersifat positif oleh karena itu ancaman yang
39
diberikan sebelum dijatuhkan perlu adanya peringatan secara bertahap dari
peringatan yang paling ringan sampai yang paling berat atau pemberhentian.
2.1.15 Pengertian partisipasi
Menurut Nitisemito (2000 : 260) partisipasi merupakan salah satu cara
untuk memotivasi yang mempunyai ciri khas yang lain daripada yang lain. Hal ini
disebabkan partisipasi lebih ditekankan pada segi psikologis daripada segi materi.
Artinya dengan jalan melibatkan seseorang didalamnya, maka orang tersebut akan
ikut bertanggung jawab. Seseorang yang berpartisipasi akan mengalami
keterlibatan dirinya/egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam
pekerjaan atau tugas saja, keterlibatan dirinya juga berarti keterlibatan pikiran dan
perasaannya.
2.1.16 Cara meningkatkan partisipasi
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk dapat meningkatkan partisipasi
karyawan adalah dengan cara mengikutsertakan karyawan, terutama dalam hal
pembuatan keputusan ataupun dalam hal pembuatan perencanaan. Walaupun
demikian sebenarnya masih banyak cara-cara lain yang dapat dilakukan, yang
penting bagaimana karyawan merasa ikut memiliki perusahaan.
Menurut Nitisemito (2000 : 262) cara-cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan partisipasi karyawan adalah sebagai berikut.
1) Mengikutsertakan karyawan secara langsung dalam proses pengambilan
keputusan dan perencanaan
Dalam proses pengambilan keputusan dan pembuatan perencanaan, maka
sebaiknya
pimpinan
mengikutsertakan
40
secara
langsung
karyawan-
karyawannya yang mempunyai tugas untuk melaksanakan keputusan dan
perencanaan yang bersangkutan, mengikutsertakan karyawan secara langsung
maka keputusan dan perencanaan yang dibuat oleh perusahaan akan menjadi
lebih baik, sebab perusahaan akan mendapatkan bahan-bahan dari karyawan
yang berguna. Selain itu karena karyawan diikutsertakan secara langsung,
maka karyawan akan merasa lebih bertanggung jawab sehingga dapat
meningkatkan loyalitas/kesetiaannya kepada perusahaan.
2) Menjelaskan tentang maksud tujuan keputusan dan perencanaan yang
dikehendaki
Dalam praktek sangat sulit untuk mengikutsertakan semua pihak secara
langsung, baik dalam pengambilan keputusan atau dalam pembuatan
perencanaan. Untuk itu maka harus dicari cara-cara lain agar karyawan yang
tidak dapat ikut terlibat dapat ikut berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan atau pembuatan perencanaan. Perusahaan/pimpinan menjelaskan
kepada karyawan tersebut tentang maksud dan tujuan dari pengambilan
keputusan dan perencanaan yang dibuat, demikian karyawan tersebut akan
merasa
diikutsertakan,
sehingga
dengan
demikian
partisipasi
dapat
ditimbulkan, partisipasi dapat ditimbulkan, kemungkinan kesalahan dalam
menafsirkan keputusan dan perencanaan dapat diminimalkan.
3) Meminta tanggapan dan saran tentang keputusan dan perencanaan yang
dikehendaki
Banyak karyawan yang juga kurang setuju atas penjelasan maksud dan tujuan
tersebut, sehingga bagi mereka partisipasi belum dapat ditimbulkan. Untuk
41
mengatasi hal tersebut, maka karyawan yang kurang puas dengan penjelasan
maksud dan tujuan tersebut dapat dimintai tanggapan dan sarannya tentang
keputusan dan perencanaan yang dimaksud, meminta tanggapan dan saran
selain partisipasi dapat ditingkatkan kemungkinan tanggapan dan saran
tersebut cukup berharga sehingga keputusan dan perencanaan dapat lebih
disempurnakan.
4) Meminta informasi tentang segala sesuatu dari karyawan dalam usaha
mengambil keputusan dan membuat keputusan
Menjelaskan maksud dan tujuan keputusan perencanaan yang dibuatnya,
mungkin kurang dapat menimbulkan kepuasan bagi karyawan, sedangkan
meminta tanggapan dan saran ruang lingkupnya jauh lebih sempit, sebab tidak
semua pihak mampu kalau dimintai tanggapan dan saran. Untuk itu
perusahaan/pimpinan harus mampu mencari cara lain agar karyawannya dapat
ikut berpartisipasi. Cara tersebut adalah dengan meminta informasi kepada
karyawan tentang segala sesuatu dalam rangka pengambilan keputusan dan
pembuatan perencanaan, cara ini selain partisipasi dapat ditingkatkan lebih
baik perusahaan/pimpinan akan mendapatkan informasi yang sangat berharga.
5) Meningkatkan pendelegasian wewenang
Tujuan utama pendelegasian adalah agar perusahaan/pimpinan dapat
mengkonsentrasikan diri pada tugas-tugas yang penting dengan jalan
menyerahkan tugas-tugas yang kurang begitu penting kepada karyawan. Ini
42
berarti bahwa karyawan akan merasa lebih dipercaya karena mereka merasa
diikutsertakan, sehingga dengan demikian partisipasi dapat ditingkatkan.
2.1.17 Ukuran keberhasilan partisipasi
Menurut Nitisemito (2000 : 268) suatu partisipasi dikatakan berhasil
apabila tugas-tugas karyawan dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggung
jawab serta karyawan melaksanakan tugas tersebut lebih pada kesadaran dan
tanggung jawab daripada ketakutan akan adanya sanksi.
Karyawan melaksanakan tugas-tugasnya karena merasa dihargai, merasa
diikutsertakan serta merasa ikut memiliki, hal tersebut akan diharapkan membuat
karyawan bekerja dengan penuh semangat meskipun pada saat itu tidak ada atasan
langsung. Rasa tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaan sudah membuktikan
bahwa karyawan yang bersangkutan mempunyai tingkat loyalitas yang tinggi
terhadap perusahaan.
2.1.18 Manfaat partisipasi
Meningkatkan partisipasi maka perusahaan/pimpinan akan mendapatkan
manfaatnya. Menurut Nitisemito (2000 : 270) manfaat yang diperoleh dari
partisipasi adalah sebagai berikut.
1) Informasi-informasi berharga mempunyai kemungkinan untuk dapat diperoleh
sebagai bahan dalam penyelesaian tugas-tugas perusahaan.
2) Tanggapan dan saran-saran berharga mempunyai kemungkinan untuk
menyempurnakan tugas-tugas yang dilakukan.
3) Kesalahpahaman dalam menafsirkan tugas kemungkinan akan semakin kecil
karena mereka tidak merasa takut untuk berkonsultasi dengan atasan.
43
4) Ide-ide berharga akan dapat diperoleh sebagai landasan untuk mendapatkan
konsep baru.
5) Adanya partisipasi maka akan dapat meningkatkan loyalitas karyawan
terhadap perusahaan. Karyawan akan lebih setia terhadap perusahaan dan
akan lebih bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang nantinya akan
dapat menguntungkan perusahaan.
2.1.19 Efek samping dari partisipasi
Partisipasi yang berhasil akan dapat menguntungkan perusahaan, namun
menurut Nitisemito (2000 : 271) akan ada beberapa efek samping dari adanya
partisipasi ini sebagai berikut.
1) Mungkin ada beberapa pihak merasa bahwa dengan partisipasi akan
menambah beban tugasnya, sehingga partisipasi tersebut dianggap merugikan
dirinya.
2) Ada beberapa karyawan yang merasa bahwa dengan berpartisipasi berarti
mereka berhak untuk menuntut kenaikan gaji. Mereka merasa dengan
partisipasi maka akan menambah beban tugas dan tanggung jawabnya.
3) Kemungkinan ada beberapa karyawan yang menyesal bila saran-saran dan
tanggapannya tidak dapat diterima, dan menganggap bahwa partisipasi dibuat
hanya sekedar saja.
Untuk mengatasi atau memperkecil efek-efek sampingan yang sangat
merugikan, maka perusahaan dalam melaksanakan partisipasi harus bersungguhsungguh. Peningkatan partisipasi hendaknya dapat meningkatkan rasa harga diri
karyawan bukan untuk menambah beban tugas yang harus dilakukan.
44
2.1.20 Pengaruh kompensasi dan disiplin kerja serta partisipasi terhadap
loyalitas karyawan
Layaknya kompensasi yang diberikan dan disiplin kerja yang tinggi serta
partisipasi yang aktif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya loyalitas karyawan terhadap perusahaan, menyadari betapa pentingnya
loyalitas karyawan yang akan memberikan dampak positif terhadap kelangsungan
hidup perusahaan, maka pihak manajemen selayaknya memahami hal-hal yang
mempengaruhi loyalitas karyawan .
Gorda (2004 : 179) menyatakan bahwa Kompensasi adalah seluruh balas
jasa baik berupa uang, barang maupun kenikmatan yang biasa diterima oleh
karyawan atas kinerja yang disumbangkan kepada perusahaan. Siagian (2003 :
305) menyatakan bahwa Disiplin merupakan tindakan manajemen untuk
mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan yang
harus ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Menurut Nitisemito (2000 : 260)
Partisipasi merupakan salah satu cara untuk memotivasi yang mempunyai ciri
khas yang lain daripada yang lain. Hal ini disebabkan partisipasi lebih ditekankan
pada segi psikologis daripada segi materi.
Dari uraian yang telah disampaikan maka dapat diketahui bahwa
kompensasi dan disiplin kerja serta partisipasi mempengaruhi loyalitas karyawan.
Semakin layak kompensasi yang diberikan, semakin tingginya disiplin kerja
karyawan dan partisipasi yang aktif dari karyawan semakin tinggi pula loyalitas
karyawan terhadap perusahaan, demikian dapat dikatakan bahwa kompensasi dan
45
disiplin kerja serta partisipasi merupakan faktor yang dapat meningkatkan
loyalitas karyawan
2.2
Pembahasan hasil penelitian sebelumnya
Sebagai acuan dalam penelitian ini adalah ;
1) Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Ketut Bambang Ayu Widyani (2007)
dalam skripsinya yang berjudul pengaruh “pemberian kompensasi dan partisipasi
terhadap loyalitas karyawan pada UD Palawa Sari Denpasar”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hasil pemberian kompensasi dan partisipasi yang
terdapat pada UD Palawa Sari Denpasar. Teknik analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis linear berganda, F-test dan t-test. Berdasarkan
penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa variabel kompensasi, partisipasi
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas karyawan pada UD
Palawa Sari Denpasar.
Dan variabel kompensasi, partisipasi secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas karyawan pada UD Palawa Sari
Denpasar. Dari hasil analisis variabel kompensasi merupakan variabel yang lebih
besar berpengaruh terhadap loyalitas karyawan.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat diuraikan persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan pada penelitian yang
sekarang yaitu sama-sama menggunakan variabel loyalitas sebagai obyek
penelitian, sedangkan perbedaannya terletak pada tempat, waktu dan teknik
analisis yang digunakan.
2) Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ni Kadek Sri Ratnawati (2005) yang
meneliti tentang “pengaruh kompensasi dan pelatihan terhadap loyalitas karyawan
46
pada perusahaan kerajinan Emas dan Perak Sri Sunari di Celuk Gianyar”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil pengaruh kompensasi dan
pelatihan yang terdapat pada perusahaan kerajinan Emas dan Perak Sri Sunari di
Celuk Gianyar”. Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis linear berganda, F-test dan t-test. Berdasarkan penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa variabel kompensasi, pelatihan secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas karyawan pada perusahaan kerajinan
Emas dan Perak Sri Sunari di Celuk Gianyar”. Dan variabel kompensasi, pelatihan
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap loyalitas karyawan pada
perusahaan kerajinan Emas dan Perak Sri Sunari di Celuk Gianyar”.. Dari hasil
analisis variabel kompensasi merupakan variabel yang lebih dominan berpengaruh
terhadap loyalitas karyawan.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat diuraikan persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan pada penelitian yang
sekarang yaitu sama-sama menggunakan variabel loyalitas sebagai obyek
penelitian, sedangkan perbedaannya terletak pada tempat, waktu dan teknik
analisis yang digunakan.
3) Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ida Bagus Darmayasa (2004) yang
meneliti tentang “Analisis Finansial Terhadap Loyalitas Karyawan pada CV
Kecak Denpasar”teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah
analisis korelasi, analisis determinasi dan t-test. Berdasarkan penelitian tersebut
diperoleh kesimpulan bahwa finansial insentif mempunyai hubungan yang cukup
47
positif terhadap loyalitas karyawan dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Dari
t-test diketahui adanya hubungan yang signifikan terhadap loyalitas.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka dapat diuraikan persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Persamaan pada penelitian yang
sekarang yaitu sama-sama menggunakan variabel loyalitas sebagai obyek
penelitian, sedangkan perbedaannya terletak pada tempat, waktu dan teknik
analisis yang digunakan
2.3 Hipotesis
Berdasarkan uraian kajian pustaka dan penelitian sebelumnya yang telah
dikemukakan, maka jawaban sementara atau hipotesis atas permasalahan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Ada pengaruh dan signifikan variabel kompensasi, disiplin kerja, dan
partisipasi secara simultan terhadap loyalitas karyawan pada CV. Wiracana.
2) Ada pengaruh positif dan signifikan variabel kompensasi, disiplin kerja dan
partisipasi secara parsial terhadap loyalitas karyawan pada CV. Wiracana.
3) Variabel kompensasi mempunyai pengaruh dominan terhadap loyalitas
karyawan pada CV. Wiraca
48
Download