hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang

advertisement
HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PERAWAT DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT
JIWA DAERAH SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana keperawatan
Oleh :
Budi Isriyadi
NIM. ST13012
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
ii
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ni :
Nama
: Budi Isriyadi
NIM
: ST13012
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitiansaya sendiri,
tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim
Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah di tulis
atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
dicantumkan sebagai acuandalam naskah dengan disebutkan nama pengarang
dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka
sayabersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma yang
berlaku di perguruan tinggi ini.
Surakarta, Juli 2015
Yang membuat pernyataan,
Budi Isriyadi
NIM : ST13012
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum.Wr.Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur selalu kami ucapkan kepada
Tuhan Yang Maha ESA atas nikmat dan karunia-Nya yang tak henti-hentinya
dilimpahkan kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul “Hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1) Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi dukungan dalam penyusunan
skripsi ini.
2) Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi
dukungan dalam penyusunan skripsi.
3) Ibu Anita Istiningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing utama
yang telah memberi saran, arahan dan dukungan dalam menyusun skripsi.
4) Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing
pendamping yang telah memberi saran, arahan dan dukungan dalam
menyusun skripsi.
iv
5) Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan yang bermafaat dalam penyusunan
skripsi.
6) Direktur Rumah Sakir Jiwa Daerah Surakarta yang telah memberi ijin untuk
melakukan penelitian.
7) Ayah dan ibu yang selalu memberi do’a dan dukungan untuk selalu kuat
dalam menghadapi segala kesulitan.
8) Istri dan anak-anakku yang telah memberi semangat, kekuatan dan inspirasi.
9) Teman-teman seangkatan yang telah memberi masukan dan bantuan dalam
penyusunan skripsi.
10) Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, demi kesempurnaan skripsi, penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini memberi manfaat
khususnya bagi penulis, dan umumnya untuk pembaca.
Wassalamu’alakum.wr.wb.
Surakarta, Juli 2015.
Budi Isriyadi
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................
ii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................
iii
KATA PENGANTAR..........................................................................
iv
DAFTAR ISI .......................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................
ix
DAFTAR TABEL ................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................
xi
ABSTRAK ............................................................................................
xii
ABSTRACK ………………………………………………….............
xiii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................
1
1.2. Rumusan Masalah ..................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................
6
1.4. Manfaat Penelitian...................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori ........................................................
8
2.1.1. Masa Kerja ....................................................
8
2.1.2. Cemas .............................................................
10
vi
BAB III
BAB IV
2.1.3. Ruang Akut Psikiatri ......................................
21
2.2. Keaslian Penelitian ...................................................
24
2.3. Kerangka Teori .........................................................
25
2.4. Kerangka Konsep .....................................................
26
2.5. Hipotesis ...................................................................
26
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian ......................................................
27
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ................................
27
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................
28
3.4. Variabel, Definisi Operasional, Skala Pengukuran ...
29
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ............
29
3.6. Uji validitas dan Realibitas........................................
31
3.7. Cara Pengumpulan Data...........................................
32
3.8. Tehnik Pengolahan Data …………………………..
33
3.9. Analisa Data .............................................................
34
3.9. Etika Penelitian ..........................................................
36
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat ........................................................
39
4.1.1 Karakteristik berdasarkan masa kerja ................
39
4.1.2 Karakteristik berdasarkan tingkat kecemasan ...
39
4.1. Analisa Bivariat .......................................................... 40
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Masa kerja perawat ....................................................
vii
42
BAB VI
5.2 Tingkat kecemasan perawat ......................................
43
5.3 Hubungan masa kerja perawat dengan kecemasan ...
45
PENUTUP
6.1 Kesimpulan ..............................................................
47
6.2 Saran ........................................................................
47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar
Judul Gambar
Halaman
1.
Kerangka Teori
26
2.
Kerangka Konsep
27
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Judul Tabel
Halaman
1.
Keaslian Penelitian
24
2.
Variabel, definisi operasional, Skala Pengukuran
30
3.
Interval koefisien dan tingkat hubungan
36
3.
Distribusi frekwensi berdasar masa kerja
38
4.
Distribusi frekwensi berdasar tingkat
Kecemasan perawat
5.
39
Distribusi frekwensi hubungan masa kerja dengan
tingkat kecemasan perawat
x
41
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Keterangan
1
: Surat Permohonan Studi Pendahuluan
2
: Surat Balasan Studi Pendahuluan
3
: Surat Permohonan Ijin Penelitian
4
: Surat Balasan ijin Penelitian
5
: Lembar Permohonan Menjadi respnden
6
: Lembar Persetujuan Menjadi responden
7
: Lembar Kuisiooner
8
: Tabulasi Data Uji Coba Penelitian
9
: Analisa Data
10
: Lembar Konsultasi
11
: Jadwal Penelitian
xi
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
Budi Isriyadi
HUBUNGAN MASA KERJA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PERAWAT
DI RUANG AKUT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
ABSTRAK
Salah satupekerjaan yang paling dapat membuat rasa cemas adalah perawat.
Masa kerja yang lama akan membuat perawat mempunyai pengalaman kerja yang
lebih banyak sehingga sudah terbiasa dengan ancaman yang ada. Kecemasan akan
selalu terjadi pada perawat di ruang akut karena ancaman verbal abuse ataupun
kekerasan fisik. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi hubungan masa kerja
dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta.
Metode penelitian adalah kuantitatif non eksperimental dengan studi diskriptif
korelasional. Sampel penelitian sebanyak 31 responden yang di ambil secara total
sampling. Instrumen yang digunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji
koefisien kontingensi lambda. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar masa kerja
perawat adalah lama (>3 tahun) sebanyak 23 orang (74,2%), kecemasan perawat adalah
ringan sebanyak 16 orang ( 51,6%).
P value 0,035 (p < 0,05) danuji Koefisien Kontingensi Lambda sebesar 0,478.
Ada hubungan yang sedang antara masa kerja perawat dengan kecemasan di ruang
akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Untuk peneliti selanjutnya perlu mengembangkan penelitian dengan
perlakuan/eksperimen dengan relaksasi antara kelompok intervensi dengan kelompok
kontrol terhadap perawat ruang akut Rumah Sakit Jiwa untuk menggurangi
kecemasan.
Kata kunci : Masa kerja, tingkat kecemasan
Daftar pustaka : (17; 2004 - 2015)
xii
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Budi Isriyadi
CORRELATION BETWEEN NURSES’ LENGTH OF EMPLOYMENT AND
THEIR ANXIETY LEVEL AT THE ACUTE UNIT OF LOCAL
PSYCHIATRIC HOSPITAL OF SURAKARTA
ABSTRACT
One of the professions that can make an anxiety is nurse. The long
employment time can make the nurses have many employment experiences so that
they are accustomed to threats. Anxiety will always happen to the nurses employed at
the Acute Unit due to the verbal abuse or physical abuse. The objective of this
research is to investigate the correlation between the nurses’ length of employment
and their anxiety level at the Acute Unit of Local Psychiatric Hospital of Surakarta.
This research used the non-experimental descriptive correlational quantitative
method. The samples of research consisted of 31 respondents and were taken by
using the total sampling technique. The data of research were collected through
questionnaire and analyzed by using the lambda’s contingency coefficient.
The result of research shows that 74.2% (23 people) of respondents had the
length of employment more than three years. 51.6% (16 people) of the respondents
had the low anxiety level as indicated by the p-value = 0.035 which was less than
0.05, and the value of the lambda’s contingency coefficient was 0.478. Thus, there
was a correlation between the nurses’ length of employment and their anxiety level at
the Acute Unit of Local Psychiatric Hospital of Surakarta.
Therefore, the future researchers need to develop this research with relaxation
treatment to reduce anxiety level of the nurses employed at the Acute Unit of
Psychiatric Hospital by comparing its result on the experimental group and the
control group.
Keywords: Length of employment, anxiety level
References: 17 (2004 - 2015)
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap orang pasti mengalami kecemasan di sepanjang rentang
hidupnya. Kecemasan merupakan respon dari ancaman yang tidak diketahui,
samar-samar, internal, dan konfliktual. (Sadock, 2007; Stuart, 2006).
Kecemasan yang ringan dapat memberi stimulus pertumbuhan dan
perkembangan. Cemas yang berlebihan, apalagi yang sudah menjadi
gangguan berat atau panik akan menghambat fungsi seseorang dalam
kehidupannya. Pada dasarnya kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan
untuk bertahan hidup, tapi tingkat cemas atau ansietas yang berat maupun
panik tidak sejalan dengan kehidupan (Sadock, 2007; Stuart, 2006).
Kecemasan dalam kerja dapat terjadi pada bebagai macam pekerjaan,
namun ada pekerjaan yang memilik resiko kecemasan yang lebih tinggi dari
pekerjaan yang lain. Salah satu pekerjaan yang paling dapat membuat rasa
cemas adalah perawat (National safety council, 2004). Perawat yang
bertugas di ruang akut pskiatri berada dalam lingkungan yang terbatas
(small space), yang memungkinkan perawat sangat dekat dengan pasien
untuk dapat mengobservasi kondisi klien serta mengevaluasi tindakan
perawatan yang dilakukan (krikson, 2008). Beberapa studi yang meneliti
tentang kecemasan pada perawat mengidentifikasi bahwa banyak stresor
kecemasan pada perawat karena kompleksitas kerja perawat baik yang
14
1
2
berada di area perawatan umum maupun perawat kesehatan mental /
psikiatri.
Perawat psikiatri bekerja merawat pasien dengan ketidakadekuatan
mekanisme koping terhadap stres (Laraia, 2007). Pasien yang masuk ke
ruang akut biasanya berada dalam situasi krisis, demikian juga mekanisme
pertahanan diri mereka yang kurang efektif, sehingga selama periode ini
tindakan menyerang atau kekerasan mungkin terjadi. Hal ini menunjukkan
bahwa perilaku kekerasan oleh pasien merupakan salah satu sumber
kecemasan perawat yang bekerja di unit kesehatan mental/psikiatri.
Penelitian membuktikan bahwa 225 perawat yang bekerja di unit psychiatry
sebuah rumah sakit di Jepang, 61,8% perawat mengalami kekerasan fisik
maupun verbal (verbal abuse) dari pasien (Inoue, 2006). Kekerasan fisik
maupun verbal tersebut menjadi ancaman bagi perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan pada klien.
Pasien psikiatri akut dengan dramatic admission biasanya datang
dengan dibawa oleh petugas kepolisian, karena perilaku menyerang dan
mengancam orang lain. Penelitian yang dilakukan the National Alliance For
The Mentally III (NAMI), menyatakan bahwa 10,6% pasien dengan
gangguan mental serius seperti skizofrenia paranoid melukai orang lain, dan
12,2% mengancam menciderai orang lain (Morison, 2005). Pada beberapa
keadaan pasien dengan perilaku kekerasan tidak dapat diajak berkomunikasi
dengan baik, kondisi tersebut akan menimbulkan kecemasan pada perawat
di ruang akut psikiatri.
15
3
Kecemasan selain disebabkan kerena perubahan ekonomi dan
kemajuan teknologi juga dapat disebabkan oleh tiga kategori,yaitu:
penyebab organisasi, antara lain : hubungan perawat dengan perawat,
hubungan perawat dengan atasan (kepala ruang), dan hubungan perawat
dengan manajemen. Penyebab lingkungan, meliputi : lingkungan yang
kurang nyaman, diskriminatif, perlakuan tidak menyenangkan dan
pelecehan, kekerasan ditempat kerja, beban kerja yang terlalu tinggi atau
jam kerja yang terlalu padat. Adapun Penyebab individu adalahusia,
pendidikan, jenis kelamin, status perkawinan, pelatihan yang pernah diikuti,
masa kerja sebagai perawat dan masa kerja di ruang akut psikiatri. (National
safety Council, 2004).
Perawat yang bekerja dengan masa kerja yang lama lebih banyak
memiliki pengalaman dibandingkan dengan yang bekerja dengan masa kerja
belum lama. Masa kerja yang lama akan membuat perawat mempunyai
pengalaman kerja yang lebih banyak sehingga sudah terbiasa dengan
ancaman yang ada, hal tersebut dapat meringankan atau mengurangi risiko
kecemasan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan (Nursalam,
2007).
Kecemasan akan selalu terjadi pada perawat di ruang akut, baik pada
perawat yang memiliki masa kerja lama maupun baru karena ancaman
verbal abuse, kekerasan fisik dan stresor kerja lain terjadi sepanjang waktu,
16
4
bukan hanya di tahun awal bekerja maupun tahun-tahun akhir bekerja.
Verbal abuse dan violence yang dilakukan tiap pasien gangguan jiwa akan
tetap
menjadi
ancaman
bagi
perawat
sekalipun
perawat
pernah
menanganinya, sehingga tetap memberikan dampak bagi psikologis perawat
(Inoue, 2006).
Data yang diperoleh selama studi pendahuluan di Rumah Sakit Jiwa
daerah Surakarta, bahwa selama tahun 2013 ada sebanyak 2.605 kunjungan
pasien. Bulan November 2014 ada 214 kunjungan pasien, 85,6% nya rawat
inap dan sebanyak 25% pasien yang rawat inap masuk dengan perilaku
kekerasan
Studi pendahuluan melalui wawancara dengan kepala ruang akut pria
RSJD Surakarta tanggal 27 November 2014, ditemukan data bahwa perawat
yang bertugas di ruang akut memiliki masa kerja yang beragam, tapi ratarata antara satu sampai lima tahun. Hal ini kemungkinan dapat
mempengaruhi proses adaptasi perawat di ruang akut terhadap masalahmasalah yang dihadapi. Kepala ruang juga mengatakan bahwa perawat di
ruang akut sering mengalami perilaku kekerasan dari pihak pasien baik
secara fisik maupun verbal. Studi pendahuluan melalui wawancara tanggal
28 November 2014, ditemukan data enam perawat mengatakan tetap merasa
cemas karena ancaman fisik maupun verbal dari pasien yang tidak terduga
dan adanya stresor kerja yang lain seperti ketidaksiapan ditempatkan di
ruang akut karena bebankerja yang lebih dibandingkan dengan di bangsal
inap, sekalipun sudah pernah mengalaminya sejak beberapa tahun yang lalu.
17
5
Tiga perawat dengan masa kerja kurang lebih satu tahun mengatakan cemas,
tegang, takut, dan beberapa kali mengalami kesulitan tidur. Satu perawat
dengan masa kerja lima tahun mengatakan hal serupa dengan tiga perawat
yang baru bekerja selama satu tahun, namun dua perawat yang telah bekerja
lima tahun lainnya mengatakan tetap merasa takut jika ada ancaman
kekerasan dari pasien, namun tidak mempunyai gangguan tidur dan
ketegangan serta kecemasan yang berarti.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
tentang hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat di ruang
akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
1.2. Rumusan Masalah
Perawat yang bertugas di ruang akut pskiatri berada dalam
lingkungan yang terbatas (small space), yang memungkinkan perawat
sangat dekat dengan pasien untuk dapat mengobservasi kondisi klien serta
mengevaluasi tindakan perawatan yang dilakukan (krikson, 2008). Perawat
psikiatri bekerja merawat pasien dengan ketidakadekuatan mekanisme
koping (Laraia, 2007). Pasien yang masuk ke ruang akut basanya berada
dalam situasi krisis, demikian juga mekanisme pertahanan diri mereka yang
kurang efektif, sehingga selama periode ini tindakan menyerang atau
kekerasan mungkin terjadi.
18
6
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pertanyaan penelitian
adalah “adakah hubungan antara masa kerja dengan tingkat kecemasan
perawat yang bertugas di ruang akut RSJD Surakarta?”
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan masa kerja
dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Mengidentifikasi gambaran masa kerja perawat ruang akut
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
1.3.2.2. Mengidentifikasi tingkat kecemasan perawat di ruang akut
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
1.3.2.3. Mengidentifikasi hubungan masa kerja perawat dengan
kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta.
1.3. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi kepada
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tentang tingkat kecemasan
perawat yang bertugas di ruang akut, sehingga bisa dijadikan
pertimbangan untuk menentukan kebijakan rotasi penempatan
19
7
perawat dengan psiko tes khususnya di ruang akut, yang berdampak
terhadap mutu pelayanan rumah sakit.
1.4.2. Bagi perawat ruang akut
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi
tentang kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta, sehingga perawat yang bertugas di ruang akut mampu
beradaptasi dengan baik dan meningkatkan kualitas pelayanan
kepada pasien.
1.4.3. Bagi institusi pendidikan
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam
mengembangkan dan memajukan ilmu keperawatan,khususnyailmu
keperawatan jiwa.
1.4.4. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil dari peneltian ini diharapkan bisa menjadi referensi
penelitian selanjutnya khususnya tentang kecemasan pada perawat
yang bekerja di ruang akut Rumah Sakit Jiwa dan
mampu
memotivasi peneliti lain untuk meneliti lebih jauh tentang faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan perawat di ruang akut
rumah sakit jiwa.
1.4.5. Bagi peneliti
Penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga
bagi peneliti dengan segala kendala dan keterbatasan.
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan teori
2.1.1. Masa kerja
2.1.1.1. Pengertian masa kerja
Masa kerja ada karena adanya hubungan kerja, oleh
karenanya perhitungan masa kerja dihitung sejak terjadinya
hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha atau sejak
pekerja pertama kali mulai bekerja di perusahaan tertentu
dengan berdasarkan pada perjanjian kerja (psl. 50 UU
ketenagakerjaan)
Masa kerja pekerja dihitung dari tanggal masuknya
pekerja sesuai jenis status dalam perjanjian kerja. Ada 2
(dua) status pekerja yaitu PKWT (perjanjian kerja untuk
waktu tertentu) / tenaga kerja kontrak dan PKWTT
(perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu) / tenaga kerja
tetap. Pekerja dengan status PKWT maka masa kerjanya
otomatis sesuai periode waktu perjanjian yang sudah di
tandatangani dan disepakati antara perusahaan dan pekerja,
tidak berlaku lagi tanggal masuk dari pekerja tersebut sesuai
surat kontrak sebelumnya. Kemudian berlaku masa kerja
yang baru dengan surat kontrak yang baru.
8
21
9
Status PKWTT ada yang namanya probation
(percobaan 3 atau 6 bulan) dengan status surat perjanjianya
adalah kontrak sampai 3 bulan, kemudian perusahaan akan
mengangkat pekerja tersebut sebagai pekerja tetap apabila
lulus evaluasi kinerja selama probation 3 bulan yang sudah
dijalani dan diangkat menjadi pekerja tetap. Status pkwtt ini
masa kerja dari pekerja dihitung dari sejak probation 3
bulan sampai diangkat menjadi tetap. (UU RI tentang
tenaga kerja no 13 tahun 2003)
Masa kerja atau lama kerja adalah waktu untuk
melakukan suatu kegiatan atau lama waktu seseorang sudah
bekerja (Tim penyusun KBBI, 2010). Masa kerja adalah
suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja di
suatu tempat (Handoko, 2010). Masa kerja adalah rentang
waktu yang telah ditempuh oleh seseorang perawat dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Masa kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui
seseorang sejak menekuni pekerjaan. Masa kerja dapat
menggambarkan pengalamannya dalam menguasai bidang
tugasnya. Pada umumnya, pertugas dengan pengalaman
kerja
yang
banyak
tidak
memerlukan
dibangdingkan dengan petugas
bimbingan
yang pengalamannya
sedikit. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu
22
10
organisasi maka akan semakin berpengalaman orang
tersebut sehingga kecakapan kerjanya semakin baik.
(Ranupendoyo dan Saud, 2005)
2.1.1.2. Klasifikasi
Masa kerja dikategorikan menjadi 2 yaitu:
1). Masa kerja kategori baru ≤ 3 tahun
2). Masa kerja kategori lama > 3tahun (Handoko, 2010)
2.1.2. Kecemasan
2.1.2.1. Pengertian
Kecemasan merupakan respon individu terhadap
suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh
semua makhluk hidup
dalam kehidupan sehari-hari
(Herdman, 2010). Kecemasan sebagai respon dari ancaman
yang tidak diketahui, samar-samar, internal, dan konfliktual
(saddock, 2007)
Kecemasan atau ansietas adalah kekhawatiran yang
tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara
subyektif
dan
dikomunikasikan
secara
interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan
penilaian intelektual terhadap bahaya. Ansietas adalah
23
11
respon emosional terhadap penilaian tersebut. Dalam buku
Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2011,
ansietas
merupakan
didefinisikan
sebagai
masalah
perasaan
keperawatan
tidak
nyaman
yang
atau
kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan
individu
akan
adanya
bahaya
dan
memampukan individu untuk bertindak terhadap ancaman.
Kapasitas untuk menjadi cemas sebenarnya diperlukan
untuk bertahan hidup, tapi tingkat ansietas yang berat tidak
sejalan dengan kehidupan (Tomb, 2004).
2.1.2.2. Tingkat kecemasan (Stuart, 2006)
Kecemasan dikategorikan menjadi empat tingkatan
yaitu ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas berat, dan
tingkat panik dari ansietas.
1). Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Ansietas ini menyebabkan
individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang
persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.
24
12
2). Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal yang penting dan mengesampingkan hal lain.
Ansietas ini mempersempit lapang persepsi. Individu
mengalami perhatian yang selektif namun dapat
berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk
melakukannya.
3). Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi
individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu
yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir pada hal
lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak
arahan untuk berfokus pada area lain.
4). Tingkatan ansietas yang terakhir adalah panik. Panik
berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror.
Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Individu yang
mengalami panik tidak mampu
melakukan sesuatu
walaupun dengan arahan karena kehilangan kendali.
Panik
mencakup
menimbulkan
disorganisasi
peningkatan
kepribadian
aktivitas
dan
motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan
pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak
sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus
25
13
dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian.
2.1.2.3. Respon kecemasan
1) Respon
cemas
secara
fisiologis,
kognitif,
dan
emosional pada tiap tingkat kecemasan (Videbeck,
2008)
a) Respon fisiologis
Respon fisiologis cemas ringan diantaranya
terjadi
ketegangan
otot
ringan,
sadar
akan
lingkungan, rileks atau sedikit gelisah, penuh
perhatian, dan rajin.
Respon fisiologis cemas sedang diantaranya
tanda-tanda vital normal atau sedikit meningkat,
mengalami ketegangan atau gelisah, takut pada
orang lain, pasif, mudah terkejut, menunjukkan
tingkah laku protes, ketegangan otot sedang, pupil
dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir,
sering memukulkan tangan, suara berubah menjadi
bergetar atau nada tinggi, kewaspadaan dan
ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit
kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung.
Respon fisiologis cemas berat diantaranya
tanda-tanda vital meningkat, keringat berlebihan,
26
14
sering berkemih, diare, mulut kering, nafsu makan
menurun,
menunjukkan
menyerang.
Respon
tindakan
fisiologis
agresif
cemas
/
berat
diantaranya ketegangan otot berat, hiperventilasi,
kontak
mata
buruk,
pengeluaran
keringat
meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi,
tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang
menegang dan menggertakkan gigi, kebutuhan
ruang gerak meningkat, mondar-mandir, berteriak,
meremas tangan, gemetar.
Respon fisiologis panik diantaranya pucat,
tekanan darah menurun, kondisi otot melemah,
nyeri, sensasi mendengar berkurang, gemetar,
napas
cepat,
mual/gangguan
perut,
perasaan
pusing, pingsan. fight atau freeze, ketegangan otot
sangat berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi,
tanda-tanda vital meningkat, tidak dapat tidur,
hormon stres atau neurotransmitter berkurang,
wajah menyeringai atau mulut ternganga.
b) Respon kognitif/perseptual
Respon kognitif cemas ringan diantaranya
area persepsi luas, masih terdapat kesadaran
terhadap rangsang internal dan eksternal, pikiran
27
15
dapat menjadi kacau tapi masih bisa dikontrol.
lapang persepsi luas, terlihat tenang dan percaya
diri,
perasaan
gagal
sedikit,
waspada
dan
memperhatikan banyak hal, mempertimbangkan
informasi, tingkat pembelajaran optimal.
Respon kognitif cemas sedang diantaranya
persepsi menyempit tapi masih bisa fokus, masih
ada perhatian, perhatian terganggu, kreativitas
menurun, mudah terganggu. lapang persepsi
menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus
terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian
menurun,
penyelesaian
masalah
menurun,
pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
Respon kognitif cemas berat diantaranya
area
persepsi
sangat
sempit,
tidak
bisa
memecahkan masalah, perhatian selektif, distorsi
waktu. Respon kognitif cemas berat diantaranya
lapang persepsi terbatas, proses berpikir terpecahpecah, sulit berpikir, penyelesaian buruk, tidak
mampu
mempertimbangkan
memperhatikan
ancaman,
pikiran sendiri, egosentris.
28
informasi,
preokupasi
hanya
dengan
16
Respon kognitif panik diantaranya area
persepsi
menyebar
atau
menutup,
bingung,
kehilangan kontrol, takut cedera. persepsi sangat
sempit,
pikiran
tidak
logis
dan
terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan
masalah, fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional,
sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi atau
waham atau ilusi mungkin terjadi.
c) Respon emosional/perilaku
Respon emosional cemas ringan diantaranya
perasaan relatif nyaman dan aman, rileks, tenang.
perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas
menyendiri, terstimulasi, tenang.
Respon emosional cemas sedang diantaranya
menjadi waspada, belajar keterampilan baru, tidak
nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri
goyah, tidak sabar, dan tidak gembira.
Respon emosional cemas berat diantaranya
merasa
terancam,
aktivitas
kemungkinan
meningkat atau berkurang (menggenggam tangan
dengan keras, merintih, bicara tergagap, menarik
diri), tampak depresi, menghindar, mengeluh nyeri,
agitasi, iritabel, sangat cemas, agitasi, takut,
29
17
bingung, merasa tidak adekuat, menarik diri,
penyangkalan, ingin bebas.
Respon emosional panik diantaranya tidak
ada harapan dengan kehilangan kontrol total,
marah, ketakutan, menjerit, merasa terbebani,
merasa tidak mampu dan tidak berdaya, lepas
kendali, mengamuk, putus asa, marah, sangat takut,
mengharap hasil yang buruk, kaget, lelah.
2.1.2.4. Etiologi
1) Faktor predisposisi cemas yaitu:
a) Menurut Teori Psikodinamik
Ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif sedangkan superego mencerminkan hati
nurani dan dikendalikan oleh nilai budaya. Ego dan
Aku, berfungsi menengahi tuntutan
elemen yang bertentangan
dari dua
tersebut, dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada
bahaya
(Stuart,
2006).
Ansietas
merupakan
stimulus perilaku. Berdasarkan penjelasan tersebut,
ansietas dipandang sebagai pertentangan dalam diri
akan adanya stimulus yang dinilai diri sebagai
30
18
bahaya dan mendorong diri untuk bertindak
(Videbeck, 2008).
Teori pandangan interpersonal, ansietas
timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan
dan
penolakan
interpersonal
(Stuart,
2006).
Pandangan tersebut sama dengan pandangan Sheila
L.
Videbeck
dalam
bukunya
“Buku
Ajar
Keperawatan Jiwa” bahwa ansietas timbul dari
masalah hubungan interpersonal.
Teori
pandangan
perilaku,
ansietas
merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu
yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang diinginkan (Stuart, 2006).
Ansietas
merupakan
sesuatu
yang
dipelajari
melalui pengalaman individu (Videbeck, 2008).
b) Menurut Teori Biologi (Videbeck, 2008).
Riwayat ansietas pada keluarga memiliki
efek nyata untuk mewariskan kepada kerabat.
Insiden gangguan panik mencapai 25% pada
kerabat tingkat pertama, dengan wanita berisiko
dua kali lipat lebih besar daripada pria. Teori
neurokimia, menjelaskan bahwa otak mengandung
reseptor khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan
31
19
yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama-aminobutirat
penting
dalam
(GABA),
yang
mekanisme
berperan
biologis
yang
berhubungan dengan ansietas.
2) Faktor pencetus cemas yaitu:
a) Ancaman
terhadap
integritas
fisik
meliputi
disabilitas fisiologis yang akan terjadi atau
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
b) Ancaman
terhadap
sistem
diri
dapat
membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi
sosial yang terintegrasi pada individu
3) Faktor penyebab cemas di ruang akut psikiatri
a) Organisasi
Faktor penyebab cemas karena organisasi
antara lain : Hubungan perawat dengan perawat,
hubungan perawat dengan atasan (kepala ruang),
dan perawat dengan manajemen rumah sakit.
b) Lingkungan
Penyebab cemas karena lingkungan antara
lain
:lingkungan
yang
kurang
nyaman,
diskriminatif, perlakuan tidak menyenangkan dan
pelecehan, kekerasan ditempat kerja, beban kerja
32
20
yang terlalu tinggi atau jam kerja yang terlalu
padat.
c) Individu
Penyebab cemas karena usia, pendidikan,
jenis kelamin, status perkawinan, pelatihan yang
pernah diikuti, lama kerja sebagai perawat, dan
lama kerja di ruang akut psikiatri. (National safety
council, 2004)
2.1.2.5. Mekanisme Koping
Individu yang cemas ringan cenderung tetap
dominan dan sering ditanggulangi dengan pemikiran yang
sadar. Ansietas sedang dan berat biasanya menimbulkan 2
jenis mekanisme koping yaitu reaksi berorientasi tugas
(menyerang, menarik diri, dan kompromi)
2.1.2.6.
Pengukuran cemas
Alat pengukuran tingkat kecemasan adalah dengan
menggunakan kuisioner yang sudah valid dan reliable,
yaitu dengan menggunakan Kuisiner HARS (hamilton
anxiety rating scale. Kuesioner HARS adalah alat ukur
yang lengkap (menyajikan 14 gejala kecemasan secara
lengkap baik respon fisiologis, emosional/perilaku, dan
kognitif. Empat belas gejala kecemasan tersebut adalah
perasaan cemas, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur,
33
21
gangguan kecerdasan, perasaan depresi (murung), gejala
somatik (otot-otot), gejala sensorik, gejala kardiovaskuler,
gejala pernapasan, gejala pencernaan, gejala perkemihan
dan kelamin, gejala vegetatif/otonom, dan perasaan
perawat.
2.1.3. Psikiatri Akut
2.1.3.1. Definisi
Ruang
perawatan psikiatri akut
adalah
ruang
perawatan untuk pasien dengan kondisi psikiatri akut.
Kondisi psikiatri akut ini meliputi tindakan
yang
membahayakan diri sendiri dan kegawatdaruratan psikiatri
lainnya (Davies, 2009).
Pasien psikiatri akut yang
membahayakan diri sendiri dapat melakukan tindakan
melukai
diri
yang
bisa
berakibat
pada
kematian.
Kegawatdaruratan psikiatrik adalah tiap gangguan dalam
pikiran,
perasaan dan
tindakan
dimana diperlukan
intervensi terapetik yang segera (Sadock, 2007). Kondisi
kegawatdaruratan psikiatri ini terbagi atas bunuh diri dan
kegawat daruratan psikiatri lainnya yang disebabkan oleh
perubahan status mental
akibat penyakit organik,
ketergantungan alkohol dan gangguan yang berhubungan
dengan zat lainnya. Pelayanan yang diperlukan dalam
34
22
menangani pasien dengan psikiatri akut diantaranya adalah
akses ke unit perawatan yang memungkinkan terjadinya
kerjasama dan follow up berbagai disiplin ilmu (Davies,
2009).
Pasien ruang akut psikiatri dikategorikan menjadi 4
(empat), yaitu :
1) Cara masuk yang dramatis ke ruang rawat (dramatic
admission),
2) Protes dan penolakan
(protests and refusal of
treatment),
3) Perilaku yang meningkat (escalating behavior) dan
4) Adanya peraturan yang bersifat memaksa sementara
(temporary coercive
measure) (Krikson,
Lutzen,
Ivarson & Eriksson, 2008)
Pasien psikiatri akut biasanya datang dengan dibawa
oleh petugas keamanan
atau petugas kepolisian karena
perilaku menyerang dan mengancam orang lain (dramatic
admission). Karakteristik pasien psikiatri akut yang lain
adalah kondisi pasien yang sering melakukan perselisihan
dengan melakukan protes terhadap staf perawat dengan
tujuan menolak tindakan perawatan maupun pengobatan
yang akan dilakukan (protests and refusal of treatment).
Hal ini terjadi
karena pasien tidak mengetahui atau
35
23
menyadari alasan dirinya di bawa ke ruang rawat (Krikson
et al, 2008). Beberapa keadaan, pasien dengan perilaku
kekerasan tidak dapat diajak berkomunikasi. Pasien kadang
berteriak mengancam, dan mengejek atau menghina
menggunakan kata kata kasar kepada petugas dan pasien
lainnya (escalating behavior). Perilaku mengancam dan
menyerang ini terkadang tak hanya ditujukan pada orang
lain namun juga pada dirinya sendiri, intensitasdari perilaku
yang merusak diri ini jika terakumulasi akan dapat
menimbulkan perilaku percobaan bunuh diri (Krikson et al,
2008).
Perawat di ruang psikiatri akut berada dalam
lingkungan
yang
terbatas
(small
space),
yang
memungkinkan ia dekat dengan pasien untuk dapat
mengobservasi
secara
intensif
kondisi
klien
dan
mengevaluasi tindakan perawatan maupun tindakan medis
yang dilakukan (Krikson et al , 2008). Di ruangan ini
diterapkan peraturan
yang bersifat memaksa untuk
sementara (temporary coercive measure), yang bertujuan
untuk mengkondisikan pasien kepada perilaku yang lebih
asertif.
36
24
2.2. Keaslian penelitian
Tabel 2.1. Keaslian penelitian
No.
Namapeneliti
Judul penelitian
1
Hariklia
Stathopoulou
et.al, 2011
Anxiety levels
and related
symptoms in
emergency
nursing
personnel in
Greek
Uji korelasi
deskriptif analitik,
non parametric
comparison
2.
Makoto
Inoue, et.al,
2006.
Psychological
impact of verbal
abuse and
violence by
patients on
nurses working
in psychiatric
departments
Survey
3.
Achmad
Faizin dan
Winarsih,
2008
Studi korelasi
4
Deewar
Mahesa,
2010
Hubungan
tingkat
pendidikan dan
lama kerja
perawat dengan
kinerja perawat
di RSU Pandan
Arang Kabupaten
Boyolali
Analisis pengaruh
motivasi dan
kepuasan kerja
terhadap kinerja
karyawan dengan
lama kerja
sebagai variabel
moderating
37
Metode penelitian
Analisis yang
digunakan
meliputi uji
validitas, uji
reliabilitas, uji
asumsi klasik,
Moderated
Regresion
Analysis (MRA)
dan pengujian
hipotesis.
Hasil penelitian
Tingkat kecemasan
ringan terjadi pada
wanita dan perawat di
rumah sakit
mempunyai tingkat
kecemasan yang lebih
tinggi. Terdapat
hubungan lemah antara
pengalaman kerja di
UGD dengan state
anxiety. Manifestasi
yang paling sering
muncul adalah gejala
psikis gangguan tidur,
mood cemas, mood
depresi.
Hasil penelitian
menunjukkan dari 225
perawat, 141 perawat
yang menyatakan
pernah mengalami
verbal abuse dan
kekerasan fisik
mengalami dampak
psikologi yang buruk.
2.3.
Ada hubungan
tingkat pendidikan
perawat dengan
kinerja perawat
2.4.
Ada
hubungan
lama kerja dengan
kinerja perawat
Variabel kepuasan
kerja dan motivasi
kerja berpengaruh
positif terhadap kinerja
karyawan, dan variabel
lama bekerja
memoderasi kepuasan
25
kerja terhadap kinerja
karyawan, sedangkan
variabel lama bekerja
tidak berhasil
memoderasi motivasi
kerja terhadap kinerja.
2.1.
Keterangan
Penyebab
Factor
Kerangka teori
:
kotak yang tidak diteliti
:
Gambar 2.2. Kerangka teori
kotak yang diteliti
:
Masakerja
Pelatihan
Status perkawinan
Jenis kelamin
pendidikan
usia
38
Sumber : (National safety council, 2004), (sadock, 2007), (Davies, 2009)
Individu
Lingkungan
Organisasi
Stress kerja
Kecemas Perawat
Ruangakut psikiatri
26
2.4. Kerangka konsep
Variabel independen
Variabel dependen
Tingkat Kecemasan
Perawat
Masa Kerja
Gambar 2.3. Kerangka konsep
2.5. Hipotesis
Hipotesis (H1) adalah ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat
kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta.
Hipotesis (H0) adalah tidak ada hubungan masa kerja dengan tingkat
kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan rancangan penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimental.
Desain yang digunakan adalah studi diskriptif korelasional, yaitu
mengidentifikasi hubungan antar variabel. Peneliti dapat mencari,
menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori
yang ada (Hamid, 2007). Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui
hubungan masa kerja dengan tingkat kecemasan perawat yang bertugas di
ruang perawatan akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
3.2.
Populasi dan sampel penelitian
3.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek
yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini
adalah semua perawat yang bekerja di ruang akut Rumah Sakit
Jiwa Daerah Surakarta yang berjumlah 32 orang. Enam belas
orang perawat di ruang akut pria (Ruang Puntadewa) dan 16 orang
perawat di ruang akut wanita (Ruang Subadra) .
40
27
28
3.2.2. Sampel
Sampel adalah objek penelitian atau objek yang diteliti
dalam penelitian dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2010). Sampel adalah bagian dari populasi yang
diambil
dengan
car-cara
tertentu
(Wasis,
2008).
Tehnik
pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik total
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan mengambil
seluruh
anggota
populasi
sebagai
responden
atau
sampel
(Sugiyono, 2009). Dengan demikian, maka peneliti mengambil
sampel dari seluruh perawat yang bekerja di ruang akut RSJD
Surakarta sebanyak 31 orang.
3.3.
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
tepatnya di ruang akut psikiatri pria dan wanita. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Juni 2015.
41
29
3.4. Variabel, definisi operasional, alat ukur dan skala pengukuran
Tabel 3.1. Variabel, definisi operasional, alat ukur dan skala ukur
No
.
1.
2.
Variabel
Independe
n:
Masa
kerja
Dependen
:
Tingkat
kecemasa
n perawat
Definisi operasional
Alat
ukur
Lama perawat
Masa
bekerja di ruang akut kerja
psikiatri Rumah
Sakit Jiwa Daerah
Surakarta yang
dinyatakan dalam
berapa tahun telah
bekerja sampai saat
pengukuran/
penelitian
Perasaan khawatir,
Kuision
ketidaknyamanan,
er
dan ketidakamanan
HARS,
atas kejadian yang
dengan
dialami perawat saat 14
bekerja di ruang akut pertany
yang dinyatakan
aan
melalui respon
kecema
fisiologis,
san
emosional/ perilaku,
dan kognitif.
Hasil ukur
skala
≤ 3 tahun: Nomina
Masa kerja l
baru
> 3tahun:
Masa kerja
lama
6-14:
cemas
ringan
Ordinal
15-27:
cemas
sedang
28-36:
cemas
berat
>36:
Cemas
berat
sekali/
panik
3.5. Alat penelitian dan cara pengumpulan data
3.5.1. Alat penelitian
Alat penelitian berupa kuesioner. Peneliti menggunakan kuesioner
Hamilton Anxiety Rating Scale untuk mengukur kecemasan.
42
30
Kuesioner berisi:
1. Nama inisial responden
2. Lama kerja perawat : dikategorikan menjadi 2, yaitu baru dan
lama.
3. Kecemasan
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tertutup tentang tanda-tanda
kecemasan perawat yang akan ditanyakan oleh peneliti dengan
bahasa yang mudah dipahami. Peneliti membagi tingkat kecemasan
perawat kedalam 4 kategori yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
Pertimbangan penggunaan kuisioner HARS, antara lain :
1) Kuesioner HARS adalah alat ukur yang lengkap (menyajikan
14 gejala kecemasan secara lengkap baik respon fisiologis,
emosional/perilaku, dan kognif. Empat belas gejala kecemasan
tersebut adalah perasaan cemas, ketegangan, ketakutan,
gangguan tidur, gangguan kecerdasan, perasaan depresi
(murung), gejala somatik (otot-otot), gejala sensorik, gejala
kardiovaskuler, gejala pernapasan, gejala pencernaan, gejala
perkemihan dan kelamin, gejala vegetatif/otonom, dan
perasaan perawat. Adapun cara pengisian kuisioner adalah
dengan memberi tanda centang pada kotak yang telah
disediakan dari masing-masing item jawaban.
2) Alat ukur HARS sudah diuji validitas dan reliabilitasnya.
Validitas kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)
43
31
3.5.2. Uji validitas dan reliabilitas
3.5.2.1. Uji validitas
Uji Validitas adalah apabila ada kesamaan antara data yang
terkumpul data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang
diteliti. (Sugiyono, 2007). Instrument yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berati instrumen tersebut dapat mengukur apa yang hendak
diukur (Sugiyono, 2007).
Validitas kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale telah
dibuktikan dengan internal scale consistency (koefisien alfa) 0,92
(tinggi) dan mean item terhadap total scale correlation 0,65
(Nursalam, 2008).
3.5.2.2. Uji reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran jika diukur
dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 200). Kuesioner Hamilton
Anxiety
Rating
Scale
telah
ukur/instrument yang reliable.
.
44
dibuktikan
sebagai
alat
32
3.5.3. Cara pengumpulan data
3.5.3.1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengurus perizinan dari
STIKes Kusuma Husada yang ditujukan kepada Direktur Utama
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
3.5.3.2. Peneliti melakukan perijinan penelitian kepada Kepala Diklat
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta untuk mendapatkan ijin
penelitian.
3.5.3.3. Setelah mendapat ijin dari Kepala Diklat,
peneliti menemui
Kepala Ruang perawatan akut psikiatri pria dan wanita Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta untuk menjelaskan maksud dan
tujuan penelitian dan akhirnya mendapatkan persetujuan untuk
melakukan pengumpulan data.
3.5.3.4. Setelah mendapatkan izin penelitian, peneliti menemui responden
dan menjelaskan tentang tujuan penelitian, meminta responden
untuk
membaca
dan
memahami
informed
consent,
menandatangani surat persetujuan, kemudian peneliti membagi
kuesioner kepada para responden dan menjelaskan cara pengisian.
3.5.3.5. Tahap akhir lembar kuesioner yang telah terkumpul siap
dilakukan perhitungan dan analisa.
45
33
3.6. Teknik pengolahan data
Pengolahan data dan analisis data bertujuan untuk mengubah data menjadi
informasi.
1. Teknik pengolahan data meliputi editing, koding, dan tabulasi
(Wasis, 2008; Riyanto, 2009; Kurniawan, 2009).
a. Editing
Peneliti mengedit kelengkapan dan kebenaran data meliputi apakah
semua pertanyaan telah terjawab dengan lengkap, apakah catatan sudah
jelas dan mudah dibaca, dan apakah coretan yang ada sudah diperbaiki.
b. Koding
Peneliti melakukan koding, yaitu usaha-usaha memberi kode-kode
tertentu pada jawaban responden. Pertama, peneliti mengkode data
dengan angka (skor), lalu diklasifikasikan dalam tingkat untuk
diinterpretasikan.
1) Nama inisial responden
2) Masa kerja perawat
a) Masa kerja < 3 tahun: kategori masa kerja baru/pendek dikode 1
b) Masa kerja ≥ 3 tahun: kategori masa kerja lama dikode 2
3) Kecemasan perawat
Skor dan kode kategori tingkat kecemasan:
Skor 6-14
: cemas ringan, dikode 1
Skor 15-27
: cemas sedang, dikode 2
Skor 28-36
: cemas berat, dikode 3
46
34
Skor > 36
: cemas berat sekali atau panik, dikode 4
c. Entry Data
Peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam database
komputer kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
d. Cleansing
Peneliti mengecek kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada
kesalahan atau tidak.
e. Tabulating
Peneliti menyajikan data dalam tabel-tabel sesuai kriteria.
3.7. Analisa data
3.7.1. Analisa univariat
Analisis univariat adalah analisa yang menganalisis tiap
variabel dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data
kemudian data dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk
disajikan dalam bentuk tabulasi dengan cara memasukkan seluruh
data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk melaporkan
hasil
dalam
bentuk
distribusi
dari
masing-masing
variabel
(Notoatmodjo, 2010).
Analisis univariatdalam penelitian ini disajikan dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dan persentase karena seluruh data dalam
bentuk kategorik. Data dalam analisis ini yaitu:
47
35
a) Nama inisial responden
b) Masa kerja perawat di ruang akut RSJD Surakarta
c) Tingkat kecemasan perawat dianalisis dalam data ordinal yaitu
cemas tingkat ringan, sedang, berat dan panik. Skor 6-14: cemas
ringan, skor 15-27: cemas sedang, skor 28-36: cemas berat, skor >
36: cemas berat sekali atau panik.
3.7.2. Analisa bivariat
Analisis data bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari
dua variabel (Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini menganalisa
hubungan 2 variabel, yaitu hubungan masa kerja dengan tingkat
kecemasan perawat di ruang akut RSJD Surakarta.
Analisa bivariat menggunakan koefisien kontingensi lambda
sesuai untuk analisa dalam penelitian korelatif dengan menggunakan
skala kategorik (nominal/ordinal) (Sopiyudin, 2013). Perhitungan
statistik dengan bantuan software statistik/SPSS
48
36
Ha : di terima jika ρ≠ 0
Ho : di terima jika ρ = 0
Tabel 3.2. Interval koefisien dan tingkat hubungan
Interval koefisien
Tingkat hubungan
0,00 – 0,199
Sangat lemah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Sedang
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat kuat
3.8. Etika penelitian
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak
yang diteliti (subyek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh
dampak hasil penelitian tersebut (Notoadmodjo, 2010).
Aplikasi etika penelitian
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut (Nursalam, 2007) :
a) Informed consent
Informed concent yaitu proses pemberian informasi kepada
responden mengenai partisipasinya dalam suatu penelitian. Hal ini
meliputi pemberian informasi kepada responden tentang hak-hak dan
tanggung
jawab
mereka
49
dalam
suatu
penelitian
dan
37
mendokumentasikan sifat kesepakatan dengan cara menandatangani
lembar persetujuan riset bila responden bersedia diteliti, namun
apabila responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan
memaksa.
Prinsip lain adalah menghormati martabat manusia dengan
memberikan kebebasan responden untuk menentukan sikapnya untuk
ikut dalam penelitian atau tidak, memberikan informasi secara jelas
dan jujur mengenai penelitian yang akan dilakukan dan selanjutnya
jika responden bersedia, peneliti mempunyai hak untuk mendapatkan
data yang jujur dan berhak menanyakan tentang data yang kurang
jelas untuk klarifikasi.
b) Anonimity
Anonimity
berarti
merahasiakan
nama
peserta
terkait
denganpartisipasi mereka dalam suatu proyek penelitian. Dalam
penelitian ini, peneliti tidak menampilkan identitas dari responden
untuk menjaga privasi dan kerahasiaan responden, dengan cara pada
saat pengisian biodata, responden di minta untuk menuliskan inisial
nama saja, selanjutnya setelah data terkumpul peneliti akan
menggunakan kode untuk
menandai
identitas reponden. Peneliti
menjamin kerahasiaan informasi yang disampaikan responden, dengan
menampilkan kelompok data saja yang akan disajikan atau dilaporkan
sebagai hasil riset/penelitian.
50
38
c) Confidentiality
Peneliti menghormati kerahasiaan dan privasi subyek penelitian.
Peneliti memahami bahwa setiap individu mempunyai privacy dan
kebebasan untuk memberikan
informasi. Setiap individu berhak
untuk tidak memberitahukan apa yang diketahui pada orang lain.
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis univariat
4.1.1
Masa kerja
Variabel masa kerja pada penelitian ini dikategorikan
menjadi masa kerja baru yaitu ≤3 tahun dan masa kerja lama
yaitu>3 tahun. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Masa Kerja Responden di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2015 (n = 31)
No.
1
2
Kategori
≤3 tahun
>3 tahun
Jumlah
Frekuensi
8
23
31
%
25,8
74,2
100
Sumber : Data Primer Tahun 2015
Berdasarkan masa kerja responden pada Tabel 4.1 di atas
diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki masakerja
lama yaitu>3 tahun sebanyak 23 orang (74,2%) dan masa kerja
baru yaitu ≤3 tahun sebanyak 8 orang (25,8%).
4.1.2
Tingkat kecemasan perawat
Tingkat kecemasan pada penelitian ini dikategorikan menjadi
tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan cemas
berat sekali/ panik. Hasil penelitian mengenai tingkat tingkat
kecemasan perawat digambarkan pada tabel berikut :
39
52
40
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden di
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2015 (n =
31)
No.
1
2
3
4
5
Kategori
Tidak cemas
Cemas ringan
Cemas sedang
Cemas berat
Cemas berat sekali/ panik
Jumlah
Frekuensi
6
16
9
0
0
31
%
19,4
51,6
29,0
0
0
100
Sumber : Data Primer Tahun 2015
Pada Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa sebagian besar
responden mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 16 orang
(51,6%), cemas sedang sebanyak 9 orang (29,0%) dan responden
yang tidak mengalami kecemasan sebanyak 6 orang (19,4%).
4.2
Analisis bivariat
Hasil penelitian mengenai hubungan antara masa kerja perawat
dengan kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
dapat dilihat pada tabel berikut :
53
41
Tabel 4.3 Hubungan antara Masa Kerja Perawat dengan Kecemasan di
Ruang akut Rmah Sakit Jiwa Daerah Surakarta Tahun 2015 (n
= 31)
No
Masa kerja
perawat
1. Baru
2. Lama
Jumlah
Tingkat kecemasan
Tidak
Cemas
Cemas
cemas
ringan
sedang
F
%
f
%
f
%
Total
f
%
0
6
0
19,4
1
15
3,2
48,4
7
2
22,6
6,5
8 25,8
23 74,2
6
19,4
16
51,6
9
29,0
31
Pvalu Lambda
e
0,035
0,478
100
Sumber : Data Primer Tahun 2015
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas terlihat bahwa dari 8 responden yang
memiliki masa kerja baru (≤3 tahun) terdapat 1 orang (3,2%) yang
mengalami cemas ringan dan 7 orang (22,6%) cemas sedang, sedangkan
dari 23 responden yang memiliki masa kerja lama (>3 tahun) terdapat 6
orang (19,4%) yang tidak cemas, 15 orang (48,4%) mengalami cemas
ringan dan 2 orang (6,5%) cemas sedang.
Hasil analisis bivariat diketahui bahwa nilai pvalue diperoleh 0,035
berarti p < 0,05 sehingga ada hubungan antara masa kerja perawat dengan
kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Hasil uji
Koefisien Kontingensi Lambda diperoleh sebesar 0,478 yang berarti bahwa
keeratan hubungan antara variabel adalah sedang.
54
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Masa Kerja Perawat
Penelitian ini memperoleh hasil bahwa sebagian besar masa kerja
perawat adalah termasuk dalam kelompok masa kerja lama yaitu >3 tahun
sebanyak 23 responden (74,2%). Hasil penelitian ini di dukung oleh
Achmad Faizin dan Winarsih (2008), tentang hubungan tingkat pendidikan
dan lama kerja perawat dengan kinerja perawat di RSU Pandan Arang
Kabupaten Boyolali, bahwa responden dalam penelitiannya termasuk dalam
kategori masa kerja lama.
Penelitian ini diperoleh sebagian besar responden termasuk dalam
kategori masa kerja lama yaitu>3 tahun, hal ini dikarenakan responden
adalah pegawai yang telah lama bekerjadi Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta, sedangkan responden yang termasuk dalam kategori masa kerja
baru dikarenakan perawat tersebut adalah pegawai pindahan dari rumah
sakit lain dan rekrutmen tenaga perawat dalam 3 tahun terakhir.
Masa kerja pada penelitian ini dihitung dari awal perawat bekerja
sampai pada saat dilakukan penelitian dan ini sesuai dengan UU
Ketenagakerjaan pasal 50 yaitu masa kerja ada karena adanya hubungan
kerja, oleh karenanya perhitungan masa kerja dihitung sejak terjadinya
hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha atau sejak pekerja pertama
42
55
43
kali mulai bekerja di perusahaan tertentu dengan berdasarkan pada
perjanjian kerja.
Masa kerja dapat menggambarkan pengalamannya dalam menguasai
bidang tugasnya. Pada umumnya, pertugas dengan pengalaman kerja yang
banyak tidak memerlukan bimbingan dibandingkan dengan petugas yang
pengalamannya sedikit. Semakin lama seseorang bekerja pada suatu
organisasi maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga
kecakapan kerjanya semakin baik (Ranupendoyo dan Saud, 2005).
5.2 Tingkat kecemasan perawat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami
kecemasan ringan yaitu sebanyak 16 orang (51,6%) dan responden dengan
kecemasan sedang sebanyak 9 orang (29,0%). Hasil ini didukung oleh
penelitian Hariklia Stathopoulou et.al (2011), yang berjudul Anxiety levels
and related symptoms in emergency nursing personnel in Greek, dengan
hasil bahwa tingkat kecemasan ringan terjadi pada perawat dengan hasil
sebesar 48,5%.
Penyebab kecemasan yang dialami perawat yaitu karena beban kerja
yang terlalu berat, dimana perawat harus melakukan tindakan keperawatan
pada pasien jiwa yang sangat akut, karakteristik pasien psikiatri akut adalah
perilaku menyerang dan mengancam orang lain (dramatic admission),
kondisi pasien yang sering melakukan perselisihan dengan melakukan protes
56
44
terhadap staf perawat dengan tujuan menolak tindakan perawatan maupun
pengobatan yang akan dilakukan (protests and refusal of treatment) (Ivarson
& erikson, 2008)
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa kecemasan yang
dialami responden yaitu berupa kegelisahan, kewaspadaan dan ketegangan
meningkat namun perawat masih bisa fokus dalam melakukan tindakan
keperawatan terhadap pasien dengan rajin melakukan komunikasi terapeutik
untuk pendekatan kepada pasien (membina hubungan saling percaya).
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan
sehari-hari. Kecemasan ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas (Stuart, 2006)
Respon kognitif cemas ringan diantaranya area persepsi luas, masih
terdapat kesadaran terhadap rangsang internal dan eksternal, pikiran dapat
menjadi kacau tapi masih bisa dikontrol, waspada dan memperhatikan
banyak hal, mempertimbangkan informasi, tingkat pembelajaran optimal.
Respon kognitif cemas sedang diantaranya persepsi menyempit tapi masih
bisa fokus, masih ada perhatian, perhatian terganggu, kreativitas menurun,
mudah terganggu, lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif,
fokus
terhadap
stimulus
meningkat,
rentang
perhatian
menurun,
pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
Hasil kecemasan yang dialami responden jika dilihat dari respon
emosional menunjukkan bahwa perawat dengan kecemasan ringan terlihat
57
45
lebih
rileks namun sedikit tidak sabar, sedangkan perawat dengan
kecemasan sedang cenderung lebih tidak sabar dan mudah tersinggung. Hal
tersebut didukung oleh Videbeck (2008), bahwa respon emosional cemas
ringan diantaranya perasaan relatif
nyaman dan aman, rileks, tenang.
perilaku otomatis, sedikit tidak sabar, aktivitas menyendiri, terstimulasi,
tenang. Respon emosional cemas sedang diantaranya menjadi waspada,
belajar keterampilan baru, tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan
diri goyah, tidak sabar, dan tidak gembira
5.3 Hubungan masa kerja perawat dengan kecemasan
Hasil analisis bivariat diketahui bahwa nilai p value diperoleh 0,035
berarti p < 0,05 sehingga ada hubungan yang bermakna antara masa kerja
perawat dengan kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yaitu responden yang
memiliki masa kerja lama lebih banyak yang mengalami cemas ringan yaitu
sebanyak 15 responden (48,4%) dan responden yang tidak cemas sebanyak 6
orang (19,4%) sedangkan responden yang memiliki masa kerja baru lebih
banyak yang mengalami cemas sedang yaitu sebanyak 7 responden (22,6%)
dan tidak ditemukan responden yang tidak mengalami kecemasan.
Hasil uji contingency Coefficient Lambda diperoleh sebesar 0,478
yang berarti bahwa keeratan hubungan antara variable adalah sedang,
sehingga terdapat hubungan yang sedang antara masa kerja perawat dengan
kecemasan. Hasil ini berarti bahwa selain factor lamanya masa kerja
58
46
perawat, kecemasan pada perawat dapat dipengaruhi oleh faktor lain.
Menurut National safety Council (2004), kecemasan selain masa kerja dapat
disebakan karena perubahan ekonomi dan kemajuan teknologi juga dapat
disebabkan oleh faktor organisasi, lingkungan dan individu itu sendiri.
Hasil ini didukung oleh penelitian Hariklia Stathopoulou et.al (2011),
yang berjudul Anxiety levels and related symptoms in emergency nursing
personnel in Greek, menyatakan bahwa terdapat hubungan lemah antara
pengalaman kerja di UGD denganstate anxiety. Manifestasi yang paling
sering muncul adalah gejala psikis gangguan tidur, mood cemas, mood
depresi.
Penelitian ini membuktikan adanya hubungan antara masa kerja
dengan kecemasan perawat. Masa kerja yang lama akan membuat perawat
mempunyai pengalaman kerja yang lebih banyak sehingga sudah terbiasa
dengan ancaman yang ada, hal tersebut dapat meringankan atau mengurangi
risiko kecemasan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
(Nursalam, 2007)
Salah satu pekerjaan yang paling dapat membuat rasa cemas adalah
perawat. (National council savety, 2004). Perawat yang bertugas di ruang
akut pskiatri berada dalam lingkungan yang terbatas (small space), yang
memungkinkan perawat sangat dekat dengan pasien untuk dapat
mengobservasi kondisi klien serta mengevaluasi tindakan perawatan yang
dilakukan (Krikson, 2008).
59
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai “Hubungan Masa
Kerja Perawat dengan Kecemasan di Ruang Akut Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta” akan diuraikan sebagai berikut :
6.1.1
Masa kerja perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
sebagian besar dalam kategori lama (>3 tahun), yaitu sebesar 74,2%.
6.1.2
Kecemasan perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta sebagian besar dalam kategori ringan, yaitu sebesar 51,6%.
6.1.3
Ada hubungan yang sedang antara masa kerja perawat dengan
kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dengan
p value 0,035 (p < 0,05).
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Rumah sakit dapat mengetahui tentang hubungan masa kerja
dengan tingkat kecemasan perawat di ruang akut, sehingga
managemen rumah sakit dapat menempatkan perawat pada ruangan
yang sesuai dengan keadaan pribadi perawat tersebut sehingga dapat
meningkatkan mutu dalam pemberian pelayanan terhadap pasien.
60
47
48
6.2.2. Bagi perawat ruang akut
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang
kecemasan di ruang akut Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta,
sehingga perawat yang bertugas di ruang akut mampu beradaptasi
dengan baik dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien.
6.2.3. Bagi institusi pendidikan
Institusi pendidikan dapat memanfaatkan hasil penelitian
sebagai sumber referensi dalam proses belajar mengajar tentang
kecemasan perawat di ruang akut Rumah Sakit Jiwa..
6.2.4. Bagi peneliti selanjutnya
Mengembangkan penelitian dengan melakukan penelitian
eksperiment (relaksasi) dengan membandingkan kelompok intervensi
dan kelompok control atau meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan dengan menggunakan analisis multivariat.
6.2.5. Bagi peneliti
Peneliti mengetahui tingkat kecemasan perawat di ruang akut
dan hubungan masa dengan tingngkat kecemasan dan Penelitian ini
merupakan pengalaman yang berharga bagi peneliti dalam melakukan
proses penelitian dengan segala kendala dan keterbatasan.
61
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Davies. T., Craig. (Ed). 2009. ABC Kesehatan Mental. Jakarta : EGC
Djaali & Muljono, Pudji. 2007. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:
Grassindo.
Guy, William. 2015. Hamilton Anxiety Scale (HAMA) - Diakses melalui
http://www.healthtechsys.com/ivr/assess/ivrhama.html. Diakses tanggal 10
Januari 2015.
Handoko, Hani. 2010. Manajemen Personalia & Sumberdaya Manusia. Edisi
kedua. Yogyakarta: BPFE UGM.
Kurniawan, Albert. 2009. Belajar Mudah SPSS untuk Pemula. Yogyakarta:
MediaKom.
Lutzen, K. Ivarsson, A.B., Eriksson., Salmann, M. Krikson (2008). The core
characteristics and Nursing care activities in psychiatric intensive care unit
in Sweden. International journal Of mental Health Nursing (2008) 17, 98107.
Laraia & stuat, 2007. Principles & Practiceof Psychiatric Nursing. Philadelphia:
Elsevier Mosby
Makoto Inoue, et.al, 2006. Psychological impact of verbal abuse and violence by
patients on nurses working in psychiatric departments. International
journal psychiatric. Di akses 15 januari 2015.
62
NAMI. (2004). Mental Nurse Job Stress. SA: nami-journal. Di unduh 12 Januari
2015.
National Safety Council. 2004. Manajemen cemas. (Widiastuti, penerjemah).
Jakarta. EGC.
Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.: Rineka
Cipta
Nursalam 2007. Manajemen keperawatan, aplikasi dan praktik keperawatan
professional. Salemba medika. Jakarta
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,
PedomanSkripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi 2.
Jakarta: Salemba Medika.
PusatBahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa.Edisi Keempat.
Jakarta: PT Gramedia.
Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Statistik dengan Rancangan
Percobaan SPSS 2012. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Ranupendoyo dan Suad, 2005. Manajemen personalia, edisi4, Pustaka Binawan
Presindo FE - UGM, Yogyakarta.
Riyanto, Agus. 2009. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sadock BJ. 2007. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku / psikiatri klinik.
Jakarta. EGC
Sopiyudin, M. 2013. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Jakarta. Salemba
medika.
63
Sugiyono. 2007. Statistika untuk penelitian. Bandung. Alfabeta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung
Stuart, Gail.W. 2006. BukuSaku Keperawatan Jiwa. Jakarta:EGC.
Suliswati. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Tomb, David A. 2004. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. Jakarta. EGC.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa/ Alih Bahasa. Jakarta.
EGC.
Wasis.2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta:EGC.
64
Download