Pencegahan dan Upaya Pemberantasan Korupsi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Etik UMB
Pencegahan dan Upaya
Pemberantasan Korupsi
Fakultas
Program Studi
FEB
Manajemen
Tatap Muka
12
Kode MK
Disusun Oleh
MK
Rusmulyadi, M.Si.
Abstract
Kompetensi
Bab ini menguraikan tentang berbagai
upaya yang dapat dilakukan dalam
rangka mencegah dan memberantas
korupsi
Kemampuan akhir yang diharapkan
(kompetensi) adalah agar mahasiswa
mampu memahami dan menjelaskan
tentang berbagai strategi dalam
mencegah dan memberantas korupsi
Pencegahan dan Upaya Pemberantasan
Korupsi
Ada yang mengatakan bahwa upaya yang paling tepat untuk memberantas korupsi adalah
dengan menghukum seberat-beratnya pelaku korupsi. Dengan demikian, bidang hukum
dianggap sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas korupsi. Tetapi
realitasnya, meskipun kita memiliki berbagai perangkat peraturan perundang-undangan dan
memiliki lembaga penegak hukum seperti kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan KPK, tetap
saja korupsi di Indonesia tidak mudah untuk diberantas.
Ada pula yang berpendapat bahwa bekal pendidikan (termasuk pendidikan agama)
memegang peranan sangat penting untuk mencegah korupsi. Tetapi yang cukup
mengejutkan, negara-negara yang tingkat korupsinya cenderung tinggi, justru adalah
negara-negara yang mayoritas masyarakatnya dikatakan cukup taat beragama.
Ada lagi yang mengatakan bahwa untuk memberantas korupsi, sistem dan lembaga
pemerintahan serta lembaga-lembaga negara harus direformasi. Reformasi ini meliputi
reformasi terhadap sistem, kelembagaan, maupun pejabat publiknya. Ruang untuk korupsi
diperkecil. Transparansi dan akuntabilitas serta akses untuk mempertanyakan apa yang
dilakukan pejabat public harus ditingkatkan. Penting pula untuk membentuk lembaga
independen yang bertugas mencegah dan memberantas korupsi. Lembaga inin harus
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya kepada rakyat. Ruang gerak serta
kebebasan menyatakan pendapat untuk masyarakat sipil (civil society) harus ditingkatkan,
termasuk di dalamnya mengembangkan pers yang bebas dan independen.
1. Konsep Pemberantasan Korupsi
Kebijakan penanggulangan kejahatan yang biasa dikenal dengan istilah politik
criminal (criminal politics) oleh G. Peter Hoefnagels dibedakan sebagai berikut (Arief,
2008):
1. Kebijakan penerapan hukum pidana (criminal law application)
2. Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment)
2016
2
Etik UMB
Rusmulyadi, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan
dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and
punishment/mass media) ataupun melalui media lainnya seperti penyuluhan
dan pendidikan.
Melihat perbedaan tersebut, secara garis besar upaya penanggulangan kejahatan
dapat dibagi menjadi dua jalur yaitu jalur penal (menggunakan hukum pidana) dan
jalur non-penal (diselesaikan di luar hukum pidana dan sarana-sarana non-penal.
Secara kasar menurut Arief upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur penal
lebih menitikberatkan pada sifat repressive (pemberantasan) sesudah kejahatan
terjadi. Sedangkan jalur non-penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif
(pencegahan).
Sasaran utama upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur non-penal adalah
menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan (dalam hal ini
korupsi). Faktor-faktor kondusif berpusat pada masalah atau kondisi politik, ekonomi,
maupun sosial yang secara langsung atau tak langsung dapat menimbulkan atau
menumbuhsuburkan
kejahatan korupsi.
Dengan
demikian
upaya
non-penal
seharusnya menjadi kata kunci atau memiliki posisi strategis dari keseluruhan upaya
kejahatan korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah bagian dari aparat penegak hukum
yang berupaya melakukan tindakan pencegahan dan pemberantasan korupsi di
Indonesia.
Di dalam Perpres Nomor 55 Tahun 2012 menyatakan bahwa strategi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi (PPK) memiliki visi jangka panjang dan menengah. Visi
periode jangka panjang (2012-2025) adalah: “terwujudnya kehidupan bangsa yang
bersih dari korupsi dengan didukung nilai budaya yang berintegritas”. Adapun untuk
jangka menengah (2012-2014) bervisi “terwujudnya tata kepemerintahan yang bersih
dari korupsi dengan didukung kapasitas pencegahan dan penindakan serta nilai
budaya yang berintegritas”. Visi jangka panjang dan menengah itu akan diwujudkan
di segenap ranah, baik di pemerintahan dalam arti luas, masyarakat sipil, hingga
dunia usaha.
Untuk mencapai visi tersebut, maka dirancang 6 strategi KPK dalam mencegah dan
memberantas korupsi di Indonesia (dikutip darihttp://acch.kpk.go.id/6-strategipencegahan-dan-pemberantasan-korupsi) , yaitu:
2016
3
Etik UMB
Rusmulyadi, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pencegahan. Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa
berlangsung dimanapun, di lembaga negara, lembaga privat, hingga di kehidupan
sehari-hari. Melihat kondisi seperti itu, maka pencegahan menjadi layak didudukkan
sebagai strategi perdananya. Melalui strategi pencegahan, diharapkan muncul
langkah berkesinambungan yang berkontribusi bagi perbaikan ke depan. Strategi ini
merupakan jawaban atas pendekatan yang lebih terfokus pada pendekatan represif.
Paradigma dengan pendekatan represif yang berkembang karena diyakini dapat
memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana korupsi (tipikor). Sayangnya,
pendekatan represif ini masih belum mampu mengurangi perilaku dan praktik koruptif
secara sistematis-massif. Keberhasilan strategi pencegahan diukur berdasarkan
peningkatan nilai Indeks Pencegahan Korupsi, yang hitungannya diperoleh dari dua
sub indikator yaitu Control of Corruption Index dan peringkat kemudahan berusaha
(ease of doing business) yang dikeluarkan oleh World Bank. Semakin tinggi angka
indeks yang diperoleh, maka diyakini strategi pencegahan korupsi berjalan semakin
baik.
Penegakkan Hukum. Masih banyak kasus korupsi yang belum tuntas, padahal
animo dan ekspektasi masyarakat sudah tersedot sedemikian rupa hingga menantinanti adanya penyelesaian secara adil dan transparan. Penegakan hukum yang
inkonsisten terhadap hukum positif dan prosesnya tidak transparan, pada akhirnya,
berpengaruh pada tingkat kepercayaan (trust) masyarakat terhadap hukum dan
aparaturnya. Dalam tingkat kepercayaan yang lemah, masyarakat tergiring ke arah
opini bahwa hukum tidak lagi dipercayai sebagai wadah penyelesaian konflik.
Masyarakat cenderung menyelesaikan konflik dan permasalahan mereka melalui
caranya sendiri yang, celakanya, acap berseberangan dengan hukum.
Belum lagi jika ada pihak-pihak lain yang memanfaatkan inkonsistensi penegakan
hukum demi kepentingannya sendiri, keadaaan bisa makin runyam. Absennya
kepercayaan di tengah-tengah masyarakat, tak ayal, menumbuhkan rasa tidak puas
dan tidak adil terhadap lembaga hukum beserta aparaturnya. Pada suatu tempo,
manakala ada upaya-upaya perbaikan dalam rangka penegakan hukum di
Indonesia, maka hal seperti ini akan menjadi hambatan tersendiri. Untuk itu,
penyelesaian kasus-kasus korupsi yang menarik perhatian masyarakat mutlak perlu
dipercepat. Tingkat keberhasilan strategi penegakan hukum ini diukur berdasarkan
Indeks Penegakan Hukum Tipikor yang diperoleh dari persentase penyelesaian
2016
4
Etik UMB
Rusmulyadi, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
setiap tahapan dalam proses penegakan hukum terkait kasus Tipikor, mulai dari
tahap penyelesaian pengaduan Tipikor hingga penyelesaian eksekusi putusan
Tipikor. Semakin tinggi angka Indeks Penegakan Hukum Tipikor, maka diyakini
strategi Penegakan Hukum berjalan semakin baik.
Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan. Meratifikasi UNCAC (United
Nations Conventions Againts Corruption/Konvensi Internasional Anti Korupsi), adalah
bukti konsistensi dari komitmen Pemerintah Indonesia untuk mempercepat
pemberantasan korupsi. Sebagai konsekuensinya, klausul-klausul di dalam UNCAC
harus dapat diterapkan dan mengikat sebagai ketentuan hukum di Indonesia.
Beberapa klausul ada yang merupakan hal baru, sehingga perlu diatur/diakomodasi
lebih-lanjut dalam regulasi terkait pemberantasan korupsi selain juga merevisi
ketentuan di dalam regulasi yang masih tumpang-tindih menjadi prioritas dalam
strategi ini. Tingkat keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan persentase
kesesuaian regulasi anti korupsi Indonesia dengan klausul UNCAC. Semakin
mendekati seratus persen, maka peraturan perundang-undangan terkait pencegahan
dan pemberantasan korupsi di Indonesia semakin lengkap dan sesuai dengan
common practice yang terdapat pada negara-negara lain.
Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor. Berkenaan
dengan upaya pengembalian aset hasil tipikor, baik di dalam maupun luar negeri,
perlu diwujudkan suatu mekanisme pencegahan dan pengembalian aset secara
langsung
sebagaimana
ketentuan
UNCAC.
Peraturan perundang-undangan
Indonesia belum mengatur pelaksanaan dari putusan penyitaan (perampasan) dari
negara lain, lebih-lebih terhadap perampasan aset yang dilakukan tanpa adanya
putusan pengadilan dari suatu kasus korupsi (confiscation without a criminal
conviction). Penyelamatan aset perlu didukung oleh pengelolaan aset negara yang
dilembagakan secara profesional agar kekayaan negara dari aset hasil tipikor dapat
dikembalikan kepada negara secara optimal. Keberhasilan strategi ini diukur dari
persentase pengembalian aset hasil tipikor ke kas negara berdasarkan putusan
pengadilan dan persentase tingkat keberhasilan (success rate) kerjasama
internasional terkait pelaksanaan permintaan dan penerimaan permintaan Mutual
Legal Assistance (MLA) dan Ekstradisi. Semakin tinggi pengembalian aset ke kas
negara dan keberhasilan kerjasama internasional, khususnya dibidang tipikor, maka
strategi ini diyakini berjalan dengan baik.
2016
5
Etik UMB
Rusmulyadi, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pendidikan dan Budaya Antikorupsi. Praktik-praktik korupsi yang kian masif
memerlukan itikad kolaboratif dari Pemerintah beserta segenap pemangku
kepentingan. Wujudnya, bisa berupa upaya menanamkan nilai budaya integritas
yang dilaksanakan secara kolektif dan sistematis, baik melalui aktivitas pendidikan
anti korupsi dan internalisasi budaya anti korupsi di lingkungan publik maupun
swasta. Dengan kesamaan cara pandang pada setiap individu di seluruh Indonesia
bahwa korupsi itu jahat, dan pada akhirnya para individu tersebut berperilaku aktif
mendorong terwujudnya tata-kepemerintahan yang bersih dari korupsi diharapkan
menumbuhkan prakarsa-prakarsa positif bagi upaya PPK pada khususnya, serta
perbaikan tata-kepemerintahan pada umumnya. Tingkat keberhasilan strategi ini
diukur berdasarkan Indeks Perilaku Antikorupsi yang ada dikalangan tatakepemerintahan maupun individu di seluruh Indonesia. Semakin tinggi angka indeks
ini, maka diyakini nilai budaya anti korupsi semakin terinternalisasi dan mewujud
dalam perilaku nyata setiap individu untuk memerangi tipikor.
Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Pemberantasan Korupsi. Strategi yang
mengedepankan penguatan mekanisme di internal Kementerian/Lembaga, swasta,
dan masyarakat, tentu akan memperlancar aliran data/informasi terkait progres
pelaksanaan ketentuan UNCAC. Konsolidasi dan publikasi Informasi di berbagai
media, baik elektronik maupun cetak, termasuk webportal PPK, akan mempermudah
pengaksesan dan pemanfaatannya dalam penyusunan kebijakan dan pengukuran
kinerja PPK. Keterbukaan dalam pelaporan kegiatan PPK akan memudahkan para
pemangku kepentingan berpartisipasi aktif mengawal segenap upaya yang dilakukan
oleh pemerintah, lembaga publik maupun sektor swasta. Keberhasilannya diukur
berdasarkan indeks tingkat kepuasan pemangku kepentingan terhadap laporan PPK.
Semakin tinggi tingkat kepuasan pemangku kepentingan, maka harapannya, semua
kebutuhan informasi dan pelaporan terkait proses penyusunan kebijakan dan
penilaian progres PPK dapat semakin terpenuhi sehingga upaya PPK dapat dikawal
secara berkesinambungan dan tepat sasaran.
2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
a. Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat publik
melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum
dan sesudah menjabat. Masyarakat ikut memantau tingkat kewajaran
peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul
2016
6
Etik UMB
Rusmulyadi, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi dialihkan
kepemilikannya ke orang lain.
b. Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di pemerintahan pusat dan daerah
maupun militer sebaiknya melalui lelang atau penawaran secara terbuka.
Masyarakat diberi akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil
pelelangan tersebut.
c. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan anggota
TNI-Polri baru. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme sering terjadi dalam proses
rekrutmen tersebut. Sebuat sistem yang transparan dan akuntabel dalam hal
perekrutan perlu dikembangkan.
d. Sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang menitik-beratkan pada proses
(process oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented) perlu dikembangkan.
Untuk meningkatkan budaya kerja dan motivasi kerjanya, bagi pegawai
negeri yang berprestasi perlu diber insentif.
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Salah satu upaya memberantas korupsi adalah dengan memberi hak kepada
masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi. Perlu dibangun sistem
dimana masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi
sehubungan dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hajat hidup orang
banyak.
b. Isu mengenai public awareness atau kesadaran dan kepedulian publik terhadap
bahaya korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu bagian
penting upaya pemberantasan korupsi. Salah satu cara meningkatkan public
awareness adalah dengan melakukan kampanye tentang bahaya korupsi.
c. Menyediakan sarana untuk melaporkan kasus korupsi. Misalnya melalui telepon,
surat, faksimili (fax), atau internet.
d. Di beberapa negara pasal mengenai ‘fitnah’ dan ‘pencemaran nama baik’ tidak dapat
diberlakukan untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi, dengan pemikiran
bahwa bahaya korupsi lebih besar daripada kepentingan individu.
e. Pers yang bebas adalah salah satu pilar demokrasi. Semakin banyak informasi yang
diterima masyarakat, semakin paham mereka akan bahaya korupsi
f.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingkat lokal maupun
internasional juga memiliki peran penting untuk mencegah dan memberantas
korupsi. Sejak era Reformasi, LSM baru yang bergerak di bidang Anti Korupsi
2016
7
Etik UMB
Rusmulyadi, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
banyak bermunculan. LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan atas
perilaku pejabat publik. Contoh LSM lokal adal ICS (Indonesian Corruption Watch).
g. Cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan menggunakan
perangkat electronic surveillance. Alat ini digunakan untuk mengetahui dan
mengumpulkan data dengan menggunakan peralatan elektronik yang dipasang di
tempat-tempat tertentu. Misalnya kamera video (CCTV).
h. Melakukan tekanan sosial dengan menayangkan foto dan menyebarkan data para
buronan tindak pidana korupsi yang putusan perkaranya telah berkekuatan hukum
tetap.
D. Andhi Nirwanto, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (2011) menjelaskan bahwa
dalam rangka pencegahan dan pemberantasan korupsi ke depan terdapat empat hal bisa
dijadikan bahan renungan dan pemikiran:
1.
Harmonisasi peraturan perundang-undangan dalam rangka pencegahan dan
pemberantasan korupsi
2.
Revitalisasi dan reaktualisasi peran dan fungsi aparatur penegak hukum yang
menangani perkara korupsi
3.
Reformulasi fungsi lembaga legislatif
4.
Pemberantasan tindak pidana korupsi harus dimulai dari diri sendiri dari hal-hal
yang kecil dan mulai hari ini agar setiap daerah terbebas dari korupsi (Miranis, 2012).
2016
8
Etik UMB
Rusmulyadi, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
1. Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta:
Kencana, 2008
2. Eko Handoyo, Pendidikan Anti Korupsi, Semarang: Widyakarya Press, 2009
3. Primi Artiningrum, Agustina Kurniasih, Arissetyanto Nugroho, Etika dan
Perilaku Profesional Sarjana, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013
4. Srijanti,
Purwanto,
SK.,
Primi
Artiningrum,
Etika
Membangun
Sikap
Profesionalisme Sarjana, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007
5. http://acch.kpk.go.id/6-strategi-pencegahan-dan-pemberantasan-korupsi
6. Miraniazalina.blogspot.com/2012/06/tulisan-20-aspek-hukum-dalam-ekonomihtml
2016
9
Etik UMB
Rusmulyadi, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download