perangkat pembelajaran inovatif dalam pembelajaran ipa terpadu

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
PERANGKAT PEMBELAJARAN INOVATIF DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU UNTUK
MENGGALI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA
Rina
Sekolah Dasar Negeri 105336 Rantau Panjang, Pantai Labu
Corresponding author: [email protected]
Abstrak
Semakin pesat perkembangan teknologi, maka tingkat kebutuhan akan sumber daya manusia terhadap potensi yang ada di
lingkungan tempat tinggalnya menjadi semakin tinggi. Terkait dengan pembelajaran di sekolah, untuk mencapai hal tersebut
maka harus dilakukan suatu inovasi dalam proses pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan cara menginovasi perangkatperangkat pembelajaran untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Untuk memunculkan
kemampuan berpikir kreatif siswa, harus ada permasalahan yang harus di pecahkan siswa didalam kelas. Perangkat
pembelajaran yang mampu memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah perangkat pembelajaran yang
didalamnya menghadirkan suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui penalaran dan pemikiran. Untuk
menilai kemampuan berpikir kreatif siswa oleh guru yaitu, harus didasarkan pada respon yang diberikan siswa terhadap
permasalahan yang ada. Ada 2 tahapan yang harus dinilai dalam pencapaian kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu
proses dan hasil.
Kata kunci : pembelajaran inovatif, IPA terpadu, berpikir kreatif
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk membangun bangsa dan negara yang lebih baik. Pendidikan
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan melalui sekolah di berbagai jenjang pendidikan. Banyak pengalaman belajar
yang didapatkan manusia melalui bersekolah. Proses belajar di sekolah pun menjadi penting untuk dipikirkan baik oleh
pendidik, lembaga pendidikan maupun pemangku kebijakan pendidikan. Pendidikan IPA Terpadu (Integrated Science
Teaching) pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistic dan otentik.
Pembelajaran terpadu dalam kenyataannya memiliki beberapa kelebihan antara lain: 1) pengalaman dan kegiatan belajar
anak relevan dengan tingkat perkembangannya; 2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak; 3)
kegiatan bermakna bagi anak; 4) keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu; 5) kegiatan
belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai lingkungan anak; 6) keterampilan sosial anak berkembang dalam proses
pembelajaran terpadu (Trianto, 2007).
Terkait dengan pembelajaran di sekolah, perkembangan Ilmu pengetahuan Alam (IPA) telah melaju dengan pesat
karena selalu berkaitan dengan perkembangan teknologi yang memberikan warna baru pada wajah dunia. Semakin pesat
perkembangan teknologi, maka tingkat kebutuhan akan sumber daya manusia terhadap potensi yang ada di lingkungan
tempatnya menjadi semakin tinggi. Untuk mencapai hal tersebut maka harus dilakukan suatu inovasi dalam proses
pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan cara menginovasi perangkat-perangkat pembelajaran untuk menumbuh
kembangkan kemampuan berpikir siswa. Sekarang ini sudah cukup banyak perangkat pembelajaran dan pemikiran inovatif
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini. Tetapi hal tersebut masih dirasa kurang karena kenyataan dilapangan
masih banyak siswa yang kurang mampu mengikuti pelajaran dengan baik dikelas. Hasilnya akan berdampak langsung
terhadap nilai siswa tersebut yang dibawah standar kelulusan minimum. Namun disisi lain minat siswa terhadap mata
pelajaran juga cukup mempengaruhi hasil belajar.
Menurut Sudiarta (2010), Banyak pemikiran inovatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran untuk tingkat
pendidikan dasar dan menengah, seperti penerapan konsep-konsep: Pembelajaran Siswa Aktif, Multiple Intellegence,
Holistic Education, Experiencial Learning, Problem Based Learning, Accelerated Learning, Cooperative Learning,
Collaborative Learning, Mastery Learning, Contextual Teaching and Learning, Constructivist Teaching and Learning dan lain
sebagainya. Namun harus diakui hasilnya belum maksimal, inovasi tersebut cenderung lebih bersifat individual, sporadis,
dan kurang didukung oleh program pendidikan dan pelatihan yang sistematik, sistemik dan berkelanjutan, sehingga inovasi
pembelajaran yang baik pada tataran teori, selalu saja kurang berhasil pada tataran implementasi di ruang kelas.
Permasalahan lain dalam hal peningkatan proses belajar siswa dikelas yaitu kurang efektifnya proses pembelajaran
dan perangkat pembelajaran yang digunakan didalam kelas. Menurut Mertayasa (2012), dari hasil observasi terhadap
pelaksanaan pembelajaran yang sedang berlangsung diperoleh fakta bahwa pembelajaran yang dilakukan oleh guru
selama ini terkesan belum membelajarkan siswa. Adapun kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah menjelaskan
materi pelajaran dengan sebaik-baiknya, memberikan contoh-contoh soal, dan kemudian memberikan latihan soal. Guru
masih dihadapkan pada persepsi bahwa siswa dikatakan memahami konsep jika siswa mampu menjawab soal-soal latihan
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
425
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
yang diberikan. Seharusnya pembelajaran diarahkan pada penemuan kembali konsep-konsep dalam materi pembelajaran
tersebut. Dalam hal perangkat pembelajaran menurut Mertayasa (2012), Dari hasil kajian terhadap perangkat pembelajaran
seperti buku siswa kelas VIII diperoleh fakta-fakta diantaranya: (1) buku siswa yang selama ini digunakan belum dapat
menghantarkan siswa pada penemuan kembali konsep-konsep pada mata pelajaran yang diajarkan. (2) masalah-masalah
pada mata pelajaran yang disajikan dalam buku siswa kurang berhubungan dengan kehidupan siswa.
Pada zaman sekarang siswa dituntut untuk mencapai suatu kompetisi atau kemampuan tertentu, salah satunya
adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (hight order thingking skill). HOTS biasanya dibagi menjadi 2 yaitu
kemampuan berpikir kritis (ctrical thingking) dan kemapuan berpikir kreatif (creative thingking). Kemampuan berpikir kritis
adalah adalah kemampuan untuk menganalisia suatu masalah kemudian mencari solusi yang paling tepat dan efektif untuk
menjawab permasalah tersebut. Kemudian kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan untuk menganalisa suatu
permasalahan kemudian mencari beberapa solusi alternatif yang bisa digunakan untuk memecahankan permasalahan
tersebut. Menurut Harris (Jazuli, 2009), pengertian kreativitas meliputi beberapa aspek, yaitu yang pertama dapat diartikan
sebagai suatu kecakapan untuk menghayal atau banyak akal untuk sesuatu yang baru. Yang kedua suatu sikap atau
keinginan untuk bermain dengan ide dan kemungkinan, fleksibilitas keluar, kebiasaan menyenangi yang bagus, ketika
mencari jalan/cara untuk mengembangkannya. Yang ketiga suatu proses yaitu orang bekerja keras dan kontinu untuk
mengembangkan ide dan penyelesaian dengan membuat peningkatan dan perbaikan secara perlahan-lahan untuk
kerjanya.
Kenyataan yang terjadi dilapangan sekarang khususnya di Indonesia siswa kurang mampu mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Pada hasil survey PISA tahun 2012 tentang kemampuan siswa Indonesia memiliki
peringkat kedua dari bawah, Indonesia hanya lebih tinggi dari Peru. Berdasarkan hal tersebut makalah ini mencoba untuk
membahas tentang perangkat pembelajaran seperti apa yang tepat untuk memunculkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa yang di khususkan pada kemampuan berpikir kreatif siswa melalui perangkat-perangkat pembelajaran yang relevan.
Tujuan dari penulisan artikel ini adalah (1) Untuk menemukan cara memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa di
dalam kelas, (2) Mengetahui perangkat pembelajaran inovatif yang mampu menunjang kemampuan berpikir kreatif siswa,
dan (3) Mengetahui cara mengukur kempuan berpikir kreatif siswa.
PEMBAHASAN
Memunculkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Berpikir kreatif merupakan unsur yang penting dan harus ada pada setiap diri siswa. Peran guru sebagai pendidik
untuk memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pembelajaran di sekolah. Guru dituntut untuk mampu
merangsang berpikir kreatif siswa melalaui metode dan strategi pembelajaran yang tepat. Dalam hal ini perangkat
pembelajaran yang digunakan guru merupakan unsur yang penting dalam menumbuh kembangkan kemampuan berpikir
kreatif siswa. Berpikir kreatif adalah merupakan suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan
jawaban. Dalam pemecahan masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide yang berguna
dalam menemukan penyelesaian masalah. Menurut Pehkonen (1997) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kombinasi
antara berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang
menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang
berguna dalam menyelesaikan masalah. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat diperlukan. Keseimbangan
antara logika dan kreativitas sangat penting. Jika salah satu menempatkan deduksi logis terlalu banyak, maka kreativitas
akan terabaikan. Dengan demikian untuk memunculkan kreativitas diperlukan kebebasan berpikir tidak di bawah kontrol dan
tekanan.
Langkah awal untuk memunculkan berpikir kreatif pada siswa dikelas adalah harus ada permasalahan yang harus di
pecahkan didalam kelas, permasalahan boleh diberikan oleh guru atau masalah muncul dan disampaikan oleh siswa itu
sendiri. Dalam proses pemecahan masalah oleh siswa, guru tidak boleh memberikan interfensi atau tekanan kepada siswa,
karena hal tersebut bisa mematikan kemampuan berpikir kreatif siswa. Tugas guru hanya membimbing dan mengarahkan
siswa dalam memunculkan ide dan pemikiran siswa untuk memecahkan masalah yang ada didalam pembelajaran di kelas.
Selain itu, tugas guru dalam membimbing siswa untuk memecahkan masalah agar muncul kemampuan berpikir
kreatif adalah membatasi masalah apa yang harus dipecahkan terlebih dahulu, agar tidak melenceng dari pembelajaran
yang ada dikelas. Dalam hal ini perlu digaris bawahi guru hanya membatasi permasalahan apa yang harus dipecahkan
bukan membatasi ide dan pemikiran siswa dalam memecahkan masalah. Apabila guru membatasi ide dan pemikiran siswa
dalam memecahkan masalah maka secara tidak langsung guru telah mematikan kemampuan berpikir kreatif siswa. Menurut
Munandar (2003), perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam
suasana non-otoriter, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang karena guru menaruh kepercayaan terhadap
kemampuan anak untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru, dan ketika anak diberi kesempatan untuk
bekerja sesuai dengan minat kebutuhannya, maka kemampuan kreatif dapat tumbuh subur. Agar ketrampilan berpikir kreatif
siswa meningkat, maka salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan pendekatan pemecahan masalah.
Menurut Krulik dan Rudnick (1995) mendefinisikan pemecahan masalah adalah suatu cara yang dilakukan
seseorang dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman untuk memenuhi tuntutan dari solusi
pemecahan masalah. Dalam hal ini pemecahan masalah dapat diartikan merupakan usaha untuk mencari jalan keluar dari
suatu kesulitan untuk mencapai suatu tujuan yang
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
426
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
tidak segera dapat dicapai. Memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses yang meminta siswa untuk
menemukan kombinasi pengetahuan yang telah dipelajarinya lebih dahulu yang digunakan untuk memecahkan masalah
yang ada. Berdasarkan hal di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah adalah suatu usaha yang dilakukan
seseorang untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman yang telah
dimilikinya. Silver (1997) menjelaskan bahwa menggunakan masalah terbuka dapat memberi siswa banyak sumber
pengalaman dalam menafsirkan masalah, dan mungkin pembangkitan solusi berbeda dihubungkan dengan penafsiran yang
berbeda. Siswa tidak hanya dapat menjadi fasih dalam membangkitkan banyak masalah dari sebuah situasi, tetapi mereka
dapat juga mengembangkan fleksibilitas dengan mereka membangkitkan banyak solusi pada sebuah masalah. Melalui cara
ini siswa juga dapat dikembangkan dalam menghasilkan pemecahan yang baru. Komponen berpikir kreatif dalam
pemecahan masalah menurut Silver (1997) pada tabel 1 berikut:
Tabel 1. Komponen berpikir kreatif pemecahan masalah
Perangkat Pembelajaran Inovatif Yang Mampu Menunjang Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Menurut Suprihatiningrum (Yahya dkk, 2014) menyatakan bahwa segala sesuatu yang dipersiapkan guru sebelum
melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dinamakan dengan perangkat pembelajaran. Inovasi perangkat pembelajaran
dimulai dari titik manapun sesuai di dalam siklus pengembangan perangkat. Pengembangan perangkat pembelajaran yang
dapat dilakukan dalam suatu penelitian meliputi: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa
(LKS), lembar penilaian (LP), modul pembelajaran dan media pembelajaran.
Perangkat pembelajaran yang mampu memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah perangkat
pembelajaran yang didalamnya menghadirkan suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui penalaran
dan pemikiran. Hasil dari penalaran dan pemikiran tersebut kemudian mampu di tuangkan dalam bentuk ide atau gagasan
yang dimunculkan oleh siswa tersebut. Menurut Dewi dkk (2013) menjelaskan bahwa perangkat pembelajaran IPA terpadu
harus dapat memandu siswa untuk menemukan masalahnya sendiri, menemukan penyelesaiannya dengan bimbingan
guru, sehingga tercipta suatu pemahaman konsep dalam benak siswa.
Suatu perangkat pembelajaran, dalam membuat atau mengembangkannya untuk memunculkan kemampuan
berpikir kreatif siswa harus dimulai dari Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang mampu memunculkan
kemampuan befikir kreatif siswa di dalamnya harus terdapat indikator pembelajaran yang menuntut siswa untuk berpikir
kreatif. Kemuadian indikator tersebut dipecah lagi menjadi beberapa tujuan pembelajaran yang juga harus menuntut siswa
untuk berpikir kreatif. Contoh tujuan pembelajaran yang dapat memunculkan kemampuan berpikir kreatif pada siswa adalah
“Siswa mampu mendeskripsikan perbedaan antara tumbuhan dikotil dan monokotil pada tumbuhan angiospermae melalui
media tumbuh-tumbuhan yang ada dilingkungan sekitar sekolah”. Dalam tujuan pembelajaran tersebut siswa dituntut untuk
memecahkan masalah kemudian berpikir divergen untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Hasil pemikiran siswa bisa
berupa ide bagaimana cara mendeskrisikan perbedaan antara tumbuhan dikotil dan monokotil pada tumbuhan
angiospermae, kemudian hasil dari ide atau pemikiran siswa tersebut dapat dituangkan dalam bentuk paragraf atau artikel
deskriptif. Setelah silabus pembelajaran sudah menuntut siswa untuk berpikir kreatif maka perangkat pembelajaran yang
lain seperti (RPP), (LKS), (LP), modul pembelajaran dan media pembelajaran harus mendukung ketercapaian kemampuan
berpikir kreatif pada siswa.
Cara Mengukur Kempuan Berpikir Kreatif Siswa
Menurut Fardah (2012), berpikir kreatif dapat dibagi menjadi dua pendekatan utama, proses dan produk. Berpikir
kreatif dipandang dari sisi proses merupakan respon siswa dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan metode
yang sesuai. Dalam hal ini proses berpikir kreatif dimulai dari siswa mengetahui adanya permasalahan, sampai
mengkomunikasikan hasil pemikirannya. Dipandang sebagai produk atau hasil, bahwa berpikir kreatif menekankan pada
aspek kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), dan keterincian (elaboration). Kelancaran dapat
diidentifikasi dari banyaknya respon siswa yang relevan. Dari respon-respon siswa tersebut masih dapat dikategorikan
menjadi beberapa kategori yang mana hal ini terkait dengan aspek keluwesan. Ada kemungkinan respon yang diberikan
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
427
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
siswa banyak tetapi hanya merupakan satu kategori. Respon siswa tersebut dikatakan asli (original) jika unik, tidak biasa,
dan hanya dilakukan oleh sedikit sekali siswa. Respon tersebut dikatakan rinci jika prosedurnya runtut, logis, jelas, dan
beralasan. Cara mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan penelitian Fardah (2012). Dia menyusun pola
berpikir kreatif siswa dari segi proses dan produk untuk tiap-tiap kategori setelah diberikan tugas dengan menggunakan
pertanyaan open-ended pada Tabel 2.
Tabel 2. Kategori tugas yang diberikan dengan menggunakan pertanyaan open-ended
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatahui bahwa aspek penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa didasarkan pada
respon yang diberikan siswa terhadap permasalahan yang ada. Dalam tahapan berpikir kreatif terdapat proses dan hasil.
Dari kedua unsur tersebut seorang guru dapat menilai kemampuan berpikir kreatif siswa apakah pada tingkat tinggi,
sedang, atau rendah. Dalam hal penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa seorang guru boleh mengembangkan unsur
apa yang dianggap penting untuk dimasukkan dalam tabel rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa.
SIMPULAN
Berdasarkan tujuan penulisan penulisan, maka kesimpulan dari makalah ini adalah (1) Cara untuk memunculkan
kemampuan berpikir kreatif pada siswa harus di awali dengan adanya permasalahan didalam kelas. Guru berperan
membimbing siswa untuk mengemukakan ide atau gagasan untuk penyelesaian permasalahan tersebut, (2) Perangkat
pembelajaran yang mampu memunculkan kemampuan berpikir kreatif siswa adalah perangkat pembelajaran yang
didalamnya menghadirkan suatu permasalahan yang harus dipecahkan oleh siswa melalui penelaran dan pemikiran. Hasil
dari penalaran dan pemikiran tersebut kemudian mampu di tuangkan dalam bentuk ide atau gagasan yang dimunculkan
oleh siswa tersebut, dan (3) Aspek penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa didasarkan pada respon yang diberikan
siswa terhadap permasalahan yang ada. Dalam tahapan berpikir kreatif terdapat proses dan hasil. Dari kedua unsur
tersebut seorang guru dapat menilai kemampuan berpikir kreatif siswa apakah pada tingkat tinggi, sedang, atau rendah.
Dalam hal penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa, seorang guru boleh mengembangkan unsur apa yang dianggap
penting untuk dimasukkan dalam tabel rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa.
REFERENSI
Fardah Dini Kinanti. 2012. Analisis Proses dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika Melalui Tugas OpenEnded. Jurnal Kreano Jurusan Matematika FMIPA UNNES Volume 3. Semarang.
Dewi .K, I. W. Sadia, N. P. Ristiati. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Ipa Terpadu Dengan Setting Inkuiri
Terbimbing Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kinerja Ilmiah Siswa. Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan IPA (Volume 3 Tahun 2013). Bali
Jazuli Akhmad. 2009. Berpikir Kreatif Dalam Kemampuan Komunikasi Matematika. Prosiding Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Yogyakarta.
Krulik, Stephen & Rudnick, Jesse A. 1995. The New Sourcebook for Teaching Reasoning and Problem Solving in
Elementary School. Needham Heights: Allyn & Bacon
Mertayasa Dewa Made. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berorientasi Masalah Realistik Untuk
Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VIII. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Pendidikan
Ganesha. Bali
Munandar, S.C. Utami. 2003. Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan potensi kreatif & Bakat. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
428
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
Pehkonen,
Erkki
(1997). The
State-of-Art
in
Mathematical
Creativity.
http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a1.pdf Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615679X.
Pisa. 2012. What 15-year-olds know and what they can do with what they know. OECD.
Silver, Edward A. 1997. Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in
Problem Posing. http://www.emis.de/journals/ZDM/zdm973a3.pdf ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic
Edition ISSN 1615-679X.
Sudiarta Putu. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif. Makalah Pendidikan dan Pelatihan MGMP Matematika
SMK. Bali
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka
Yahya Wachid, Munoto, Soeryanto. 2014. Inovasi Perangkat Pembelajaran Sistem Kelistrikan Otomotif Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Vokasi: Teori dan Praktek. Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan Universitas Negeri Surabaya.
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
429
Download