Pedologi - Universitas Mercu Buana

advertisement
Modul ke:
Pedologi
Gangguan Tingkah Laku
Fakultas
Psikologi
Program Studi
Psikologi
www.mercubuana.ac.id
Yenny, M.Psi., Psikolog
Gangguan Tingkah Laku
• Sengaja melakukan perilaku antisosial yang melanggar normanorma sosial dan hak orang lain.
• Sengaja bertindak agresif dan kasar.
• Tidak punya perasaan dan tampaknya tidak memiliki rasa
bersalah terhadap kelakukan buruk mereka.
• Mencuri atau merusak barang.
• Remaja (melakukan pemerkosaan, merampok dengan senjata,
bahkan membunuh).
• Menyontek di sekolah dan berbohong untuk menutupi
kelakukan tersebut.
• Sering terlibat dalam penyalahgunaan obat dan aktivitas
seksual.
Kriteria Gangguan Tingkah Laku
dalam DSM-IV-TR
•
A.
B.
C.
D.
•
•
Pola perilaku yang berulang dan tetap yang melanggar hak-hak dasar orang
lain atau norma-norma sosial konvensional yang terwujud dalam bentuk
tiga atau lebih perilaku di bawah ini dalam 12 bulan terakhir dan minimal
satu di antaranya dalam enam bulan terakhir :
Agresi terhadap orang lain dan hewan, contohnya mengintimidasi,
memulai perkelahian fisik, melakukan kekejaman fisik kepada orang lain
atau hewan, memaksa seseorang melakukan aktivitas seksual.
Menghancurkan kepemilikan (properti), contohnya membakar,
vandalisme.
Berbohong atau mencuri, contohnya, masuk dengan paksa ke rumah atau
mobil milik orang lain, menipu, mengutil.
Pelanggaran aturan yang serius, contohnya, tidak pulang ke rumah hingga
larut malam sebelum berusia 13 tahun karena sengaja melanggar
peraturan orangtua, sering membolos sekolah sebelum berusia 13 tahun.
Disabilitas signifikan dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan.
Jika orang yang bersangkutan berusia lebih dari 18 tahun, kriteria yang ada
tidak memenuhi gangguan kepribadian antisosial.
Gangguan Tingkah Laku
• Prevalensi : <1% - >10%.
• Anak laki-laki > Anak perempuan.
• Laki-laki : mencuri, berkelahi, merusak, atau
masalah disiplin di sekolah.
• Perempuan : berbohong, membolos, lari dari
rumah, penggunaan obat-obatan, dan
pelacuran.
• Komorbiditas : ADHD, menarik diri secara
sosial dan depresi mayor.
Gangguan Tingkah Laku
• Bersifat kronis dan persisten.
• SD (gangguan tingkah laku) – Remaja
(kenakalan).
• Awal Remaja (mencuri, membolos, merusak,
berkelahi/mengancam orang lain) – Akhir
Remaja (penggunaan alkohol dan
penyalahgunaan obat).
• Trait : tidak berperasaan (tidak menyayangi,
kasar, mudah marah, dan berhubungan
dengan orang lain tanpa emosi.
Perspektif Teoretis mengenai CD
• Gaya pengasuhan yang tidak efektif : kegagalan
dalam memberikan reinforcement positif
untuk perilaku yang tepat dan penggunaan
disiplin yang kasar dan tidak konsisten untuk
perilaku buruk.
• Cenderung memiliki interaksi yang negatif
serta penuh paksaan.
Perspektif Teoretis mengenai CD
• Anak : sangat penuntut dan tidak patuh dalam
berhubungan dengan orang tua dan anggota keluarga
lainnya.
• Anggota keluarga : membalas dengan menggunakan
perilaku negatif seperti mengancam atau berteriak
kepada anak atau menggunakan cara-cara fisik.
• Agresivitas ortu : mendorong, menampar, memukul,
atau menendang.
• Ortu gangguan kepribadian antisosial dan
penyalahgunaan obat dalam tingkatan yang tinggi.
Perspektif Teoretis mengenai CD
• Distres ortu : konflik perkawinan.
• Depresi ibu : perintah yang tidak jelas dan
tidak lengkap.
• Ibu cenderung lebih sering melakukan
tindakan yang tidak konsisten dalam
penggunaan disiplin dan kurang dapat
mengawasi perilaku anak-anaknya.
• Ibu yang merokok selama kehamilan.
Perspektif Teoretis mengenai CD
• Anak-anak yang sangat agresif cenderung bias dalam
memproses informasi sosial :
– mengasumsikan bahwa orang lain akan menyakiti mereka
walaupun sebenarnya tidak.
– Menyalahkan orang lain atas perkelahian yang mereka
lakukan.
– Dipersepsikan sebagai salah dan diperlakukan tidak adil.
– Mempercayai bahwa agresi berbuah hasil yang baik.
– Kurang mampu menghasilkan respons alternatif yang tidak
kasar dalam menghadapi konflik-konflik sosial.
Penanganan
• Farmakologi - Ritalin : mengurangi perilaku
antisosial.
• Operant Conditioning, Reward, Punishment Menempatkan dalam program penanganan
residential yang menetapkan aturan-aturan
eksplisit dan reward yang jelas.
• Belajar keterampilan menangani amarah.
Penanganan
Terapi kognitif-behavioral :
• Mengonseptualisasikan kembali provokasi sosial
sebagai masalah yang bisa diselesaikan dan bukan
sebagai tantangan terhadap kejantanan mereka
sehingga harus dijawab dengan kekerasan.
• Dilatih untuk menggunakan keterampilan calming
self-talk untuk menghambat perilaku impulsif dan
mengontrol kemarahan setiap kali mereka mengalami
provokasi, dan untuk menghasilkan serta mencoba
solusi-solusi yang tidak mengandung kekerasan dalam
menghadapi konflik-konflik sosial.
Penanganan
• Mendemonstrasikan keterampilanketerampilan mengontrol kemarahan.
• Pendekatan multysistemic therapy (MST) :
mengubah hubungan-hubungan anak dengan
berbagai sistem untuk menghentikan interaksiinteraksi yang mengganggu.
Terima Kasih
Yenny, M.Psi., Psikolog
Download