HUBUNGAN HUMAN RELATIONS DENGAN KINERJA KARYAWAN

advertisement
HUBUNGAN HUMAN RELATIONS DENGAN KINERJA
KARYAWAN PT. (Persero) ANGKASA PURA II
(Studi Kasus Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno – Hatta)
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Strata 1 (S1)
Ilmu Komunikasi
Disusun Oleh :
Nama
: Reny Trisari
NIM
: 04203-099
Jurusan
: Public Relations
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
NIM
Jurusan
Program Studi
Judul Skripsi
: Reny Trisari
: 04203 – 099
: Public Relations
: Ilmu Komunikasi
: Hubungan Human Relations dengan Kinerja Karyawan
PT. (Persero) Angkasa Pura II ( Studi Kasus Kantor
Cabang Utama Bandara Soekarno – Hatta).
Disetujui dan Diterima Oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
(Nurprapti W. Widyastuti S,Sos, M.Si)
(Dra. Winny Kresnowiati M.Si)
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Bidang Studi Public Relations
(Dra. Diah Wardhani, M.Si)
(Marhaeni F.K. S.Sos M.Si)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
NIM
Jurusan
Program Studi
Judul Skripsi
: Reny Trisari
: 04203 – 099
: Public Relations
: Ilmu Komunikasi
: Hubungan Human Relations dengan Kinerja Karyawan
PT. (Persero) Angkasa Pura II ( Studi Kasus Kantor
Cabang Utama Bandara Soekarno – Hatta).
1. Ketua Sidang
Marhaeni F.K. S.Sos M.Si
(
)
(
)
(
)
(
)
2. Penguji Ahli
Dra. Siti Komsiah M.Si
3. Pembimbing I
Nurprapti W. Widyastuti S,Sos, M.Si
4. Pembimbing II
Dra. Winny Kresnowiati M.Si
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama
: Reny Trisari
NIM
: 04203 – 099
Jurusan
: Public Relations
Program Studi
: Ilmu Komunikasi
Judul Skripsi
: Hubungan Human Relations dengan Kinerja Karyawan
PT. (Persero) Angkasa Pura II ( Studi Kasus Kantor
Cabang Utama Bandara Soekarno – Hatta).
Mengetahui,
Pembimbing I
(Nurprapti W. Widyastuti S,Sos, M.Si)
Pembimbing II
(Dra. Winny Kresnowiati M.Si)
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah S.W.T. yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti
dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul : Hubungan Human
Relations dengan Kinerja Karyawan PT. (Persero) Angkasa Pura II (Studi
Kasus Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta).
Skripsi ini disusun untuk melengkapi persyaratan menyelesaikan
program Sarjana Ilmu Komunikasi program studi Public Relations Universitas
Mercu Buana, Jakarta. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak mendapat
bantusn dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti
ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Diah Wardhani M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana sekaligus dosen Pembimbing Akademik peneliti,
2. Ibu Dra. Agustina Zubair M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Mercu Buana,
3. Ibu Marhaeni F.K S.Sos selaku Ketua Bidang Studi Public Relations
Universitas Mercu Buana,
4. Ibu Nurprapti W. Widyastuti S.Sos M.Si selaku Pembimbing Utama,
5. Ibu Dra. Winny Kresnowiati M.Si selaku Pembimbing Pendamping. Terima
kasih untuk kedua pembimbing atas waktu dan pikirannya dalam memberikan
pengarahan dan bimbingan,
6. Para dosen beserta para asisten yang telah memberikan mata kuliah sehingga
bermanfaat bagi peneliti,
7. Mas Mawi, Mba Lila, Mas Mefi atas pelayanan akademis yang telah
diberikan,
8. Bpk. Drs. Didiek Purwosularso beserta staff dan seluruh karyawan Kantor
Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta,
9. kedua orang tua, kakak dan keponakan tercinta (Zulia & Tarisya) yang
senantiasa memberikan do’a, nasehat dan dukungan selama menyelesaikan
studi. Luv u all!!,
10. Once again, the special one that have been strongly supporting me ‘till this
time, Priema I.F. “This is for u, babes!”
11. Ny. Early Hermansyah , Ria dan Nana yang telah banyak membantu peneliti
untuk menyelesaikan skripsi ini,
12. Mala, Ria DJ, Lia, Yuli, Ricci, dan Eza. Akhirnya….!!!
13. Semua rekan-rekan setingkat yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
umumnya dan bagi peneliti khususnya. Maka peneliti tetap berharap adanya saran
dan kritik yang membangun bagi penyempurnaan skripsi ini.
Wassalamu Alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2008
Peneliti
(Reny Trisari)
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar…………………………………………………………………….i
Daftar Isi………………………………………………………………………….iv
Abstraksi……………………………………………………………………..…..xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah………………………………….1
1.2
Perumusahan Masalah……………………………………6
1.3
Tujuan Penelitian…………………………………………7
1.4
Signifikansi Penelitian…..………………………………..7
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Komunikasi………………………………………………9
2.1.1
2.2
Pengertian Komunikasi…………………………..9
Komunikasi Organisasi………………………………….10
2.2.1
Pengertian Komunikasi Organisasi……………...11
2.2.2
Arus Komunikasi Organisasi……………………12
2.2.3
Faktor
Pengaruh
Efektifitas
Komunikasi
Organisasi………………………………………..16
2.3
Human Relations……………..……………………….....17
2.3.1
Pengertian Human Relations……………………..17
2.3.2
Pendekatan Human Relations…………………….21
2.4
2.5
Kinerja Karyawan………….…………………………….26
2.4.1
Pengertian Kinerja……………………………….26
2.4.2
Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja….…………27
2.4.3
Penilaian Kinerja………………………………...30
Hubungan
Human
Relations
Dengan
Kinerja
Karywawan………………………………………………32
2.6
BAB III
BAB IV
Hipotesis………………….…………………………..….34
METODELOGI PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian………………………………………..…35
3.2
Metode Penelitian……………………………………….35
3.3
Populasi Dan Sampel…………………………………....36
3.4
Tehknik Sampling……………………………………….37
3.5
Definisi Konsep………………………………….………39
3.6
Operasionalisasi Variabel…………………………....…..40
3.7
Uji Validitas dan Reliabilitas…………………….………41
3.8
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……………………...43
3.9
Tehnik Pengumpulan Data……………….…………..….44
3.10
Metode Analisis Data……………………………………44
3.11
Uji Hipotesis…………………………..…………………48
HASIL PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan…………………….……..50
4.2
Sejarah Singkat dan Kegiatan Usaha……………….…....51
4.3
Visi dan Misi Perusahaan……….……………………….53
4.4
Strategi Pengembangan dan Kebijakan Perusahaan…..…53
4.5
Bidang Usaha dan Fasilitas Pelayanan..…………………54
4.5.1
Bidang Usaha………..……………………….…..54
4.5.2
Fasilitas Pelayanan………..…………...…………55
4.5.3
Struktur
Organisasi
dan
Tata
Kelola
Perusahaan…..…………………………………...60
4.6
Hasil Penelitian dan Pembahasan………..……..……..…63
4.6.1
BAB V
4.7
Hasil Uji Korelasi………...……………….……………..87
4.8
Hasil Uji Hipotesis……………………………………….88
4.9
Pembahasan………………………………………………90
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
kesimpulan……………………………………………….93
5.2
Saran…………………………………………………..…94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Analisa Data ……………………………………..64
Fakultas Ilmu Komunikasi
Bidang Studi Public Relations
Skripsi
ABSTRAKSI
Reny Trisari – 04203.099
HUBUNGAN HUMAN RELATIONS DENGAN KINERJA KARYAWAN
PT. (Persero) ANGKASA PURA II (Studi Kasus Kantor Cabang Utama
Bandara Soekarno – Hatta)
xi + 95 Halaman : 40 Tabel + 18 Lampiran
Kata kunci : Human Relations
Pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi haruslah
mendapat perhatian dengan baik, agar potensi yang dimiliki ole organisasi dapat
dikelola seefektif dan seefisien mungkin sehingga diperoleh sumber daya yang
memuaskan. Dalam mencapai tujuan yang ditetapkan organisasi sebaiknya
terdapat hubungan human relations yang baik antar pimpinan dengan karyawan
atau antar sesama karyawan agar dapat mendukung aktifitas organisasi. Dalam hal
ini juga akan meningkatkan kinerja karyawan di tempat bekerja.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hubungan human
relations yang dilakukan Kantor Cabang Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II
akan mempengaruhi kinerja karyawan.
Teori yang digunakan adalah teori hunbungan manusia sebagai dasar
untuk mengetahui sejauh mana hubungan human relations yang sesuai dengan
organisasi kekaryaan. Selain itu, peneliti menggunakan teori Keith Davis yaitu
Importance of Individual, Mutual Acceptance, Common Interest, Open Interest,
Partisipasi Karyawan, Local Identity, Local Decitions, dan High Moral Standart.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanatif dengan
analisis data kuantitatif yang dilakukan dengan berdasarkan skala likert dan
menganalisa data menggunakan rumus Pearson Product Moment. Subjek
penelitian ini diambil secara acak menggunakan Stratified Random Sampling.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data human relations
memberikan sumbangan 11,56% terhadap kinerja karyawan Kantor Cabang
Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II. Hal ini menunjukkan bahwa terhadap
hubungan positif yang sedang antara human relations dengan kinerja karyawan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Organisasi merupakan suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang
untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan, fungsi,
otoritas dan tanggung jawab1. Untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, maka
diperlukan
komunikasi
yang
baik
di
dalam
suatu
organisasi,
baik
organisasi/perusahaan swasta ataupun instansi pemerintah. Tanpa adanya
komunikasi yang baik maka tujuan suatu organisasi tidak akan tercapai.
Komunikasi yang baik dan efektif sangat menentukan kelangsungan hidup suatu
organisasi.
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan dan
kemajuan organisasi, karena komunikasi organisasi ini sangat berperan dalam
pembentukan dan penerjemahan informasi-informasi dalam organisasi yang
kompleks. Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi diharapkan dapat
membawa hasil pertukaran informasi, pengetahuan pengalaman dan adanya saling
pengertian diantara orang-orang yang terlibat dalam suatu organisasi.
Keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah ditentukan oleh
sifat dan mutu informasi yang diterima dan pada gilirannya ditentukan oleh sifat
dan mutu hubungan antara pribadi yang terlibat. Dimana bentuk komunikasi
dalam organisasi dapat terjadi secara formal maupun informal.
1
Muhammad Arni. Komunikasi Organisasi. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 2001 hal 23
Saluran komunikasi formal adalah saluran yang ditetapkan oleh organisasi.
Dalam komunikasi formal, pesan mengalir melalui tiga arah, yaitu saluran
komunikasi ke bawah (down ward communication), saluran komunikasi ke atas
(up ward communication), dan saluran komunikasi ke samping (horizontal
communication)2.
Saluran komunikasi ke bawah biasanya pesan yang di sampaikan berbentuk
tugas, kebijakan-kebijakan, perintah dan permintaan yang diturunkan ketingkat
yang tepat dalam jenjang hierarki. Pesan komunikasi ke atas berbentuk laporan,
permintaan, opini dan keluhan. Pesan komunikasi ke samping berlangsung antara
departemen, gugus fungsi atau pada tingkat yang sama dan sejajar dalam
organisasi.
Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak berhubungan
dengan struktur organisasi. Komunikasi informal terbentuk dari kesamaan
kepentingan diantara orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Komunikasi ini
lebih memerlukan human relations di dalamnya. Saluran komunikasi informal
sering kali menjadi satu-satunya sarana komunikasi ketika saluran komunikasi
formal mengalami kemacetan atau gangguan.
Tanpa adanya komunikasi, baik komunikasi secara formal maupun informal
dalam suatu organisasi, maka kesalah pahaman dapat terjadi sehingga
menimbulkan perbedaan, pertentangan dan ketidak percayaan antar anggota
organisasi.. Dalam kondisi tersebut maka dapat berkembang suatu iklim kerja
yang kurang sehat dan suasana kerja yang tidak kondusif.
2
Ibid hal 108
Pada hakekatnya setiap orang berbeda-beda, begitu pula orang-orang yang
terlibat dalam suatu organisasi. Jarang sekali orang yang memilki pengalaman
fisik dan sosial yang sama dengan orang lain. Kombinasi antara faktor-faktor
warisan dan lingkungan yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya dengan
cara yang rumit menghasilkan pola-pola prilaku yang unik bagi manusia sebagai
individu. Jadi setiap orang berbeda dalam hal pendidikan, kepandaian, keyakinan
agamawi, latar belakang dan pengalaman sosial, menyebabkan orang mengambil
keputusan dan tindakan yang berbeda dalam kondisi yang sama.
Oleh karena itu, peran seorang pimpinan dalam organisasi dengan melihat
latar belakang pribadi para karyawan yang berbeda satu sama lain, maka pimpinan
harus mampu menyelaraskan perbedaan-perbedaan tersebut serta mampu
mengarahkan dan membimbing mereka agar mempunyai visi dan misi yang sama
dalam mencapai tujuan organisasi, sehingga tujuan tersebut dapat tercapai secara
efektif dan efisien.
Dalam organisasi pemerintah maupun swasta, sudah tentu mempunyai tujuan
yang dapat meningkatkan kemajuan suatu organisasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka diperlukan sumber daya manusia yang bermutu. Salah satu upaya
meningkatkan mutu sumber daya di dalam suatu organisasi yaitu dengan
pembinaan hubungan manusiawi, yang dalam hal ini antara karyawan dengan
pimpinan ataupun antara sesama karyawan terkait dengan masalah peningkatan
semangat kerja dan pendidikan orang-orang yang terlibat dalam organisasi.
Kegiatan pembinaan hubungan-hubungan manusiawi inilah yang dinamakan
human relations.
Human relations sangat penting sekali peranannya dalam menciptakan
hubungan yang sinergis dalam organisasi. Untuk menciptakan hubungan yang
sinergis maka perlu diadakan pendekatan melalui kegiatan human relations.
Dengan adanya kegiatan human relations akan tercipta suatu hubungan yang
harmonis baik itu pimpinan dengan pimpinan, pimpinan dengan karyawan, serta
karyawan dengan karyawan. Terciptanya hubungan yang baik dan harmonis
dalam suatu organisasi akan menciptakan kepuasan dan semangat kerja para
karyawan dan secara otomatis efektivitas para karyawan pun akan meningkat.
Meningkatnya efektivitas para karyawan tidak terlepas dari adanya kegiatan
human relations yang membuat orang-orang yang terlibat dalam organisasi saling
berinteraksi secara pribadi tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi.
Dengan adanya kepuasan dan semangat kerja para karyawan yang timbul karena
adanya rasa saling terbuka merupakan salah satu unsur penting untuk terciptanya
efektivitas kerja karyawan, sehingga para karyawan dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat akan semakin baik.
Keberhasilan human relations dapat terlihat dengan adanya kerja sama yang
kompak antara pimpinan dengan karyawannya. Para karyawan dalam suatu
organisasi merupakan faktor yang penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi.
Sedangkan
seorang
pimpinan
mempunyai
kewajiban
untuk
mengarahkan, membina dan membantu menciptakan situasi dan suasana kerja
yang menyenangkan sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Tercapainya tujuan organisasi merupakan hasil kerja sama yang baik antara
bawahan dengan atasan maupun antara sesama bawahan. Partisipasi para
karyawan untuk turut serta menyukseskan tujuan organisasi patut mendapatkan
penghargaan dan pengakuan yang layak. Dengan partisipasi karyawan yang
semakin baik, maka akan tercipta suatu tim kerja yang baik pula. Hal tersebut
haruslah dibina dan diciptakan secara kontinyu oleh pimpinan organisasi. Apabila
pimpinan menginginkan organisasi yang di pimpinnya harus tegak berdiri
mengikuti perkembangan zaman.
Selain partisipasi karyawan, pimpinan pun harus memperhatikan kebutuhankebutuhan karyawan yang paling hakiki yaitu berbentuk fisik (kebutuhan primer)
dan kebutuhan sosial dan psikologi karyawan (kebutuhan sekunder). Dengan
dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut, maka efektivitas kerja para karyawan
akan meningkat sehingga tujuan yang diharapkan oleh organisasi dapat tercapai.
Kegiatan human relations juga sangat penting dilakukan pada setiap
organisasi baik organisasi pemerintah maupun swasta, baik yang bersifat
komersial maupun non komersial. Demikian juga dengan PT. (Persero) Angkasa
Pura II khususnya pada Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta dalam
upaya memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, khususnya kepada
pengguna jasa bandara yang semakin hari semakin banyak dan meningkat sangat
cepat.
PT. (Persero) Angkasa Pura II mempunyai visi yaitu menjadi pengelola
bandar udara bertaraf internasional yang mampu bersaing di kawasan regional.
Sedangkan misinya yaitu mengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalulintas udara yang mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan
pelanggan, dalam upaya memberikan manfaat optimal kepada pemegang saham,
masyarakat dan lingkungan dengan memegang teguh etika bisnis. Tujuan dari
perusahaan adalah menjalankan dan mendukung kebijakan dan program
perusahaan dalam segmen ekonomi dan pembangunan. Selain itu juga
mengumpulkan keuntungan bagi perusahaan dengan menjalankan bisnis
kebandarudaraan yang sesuai dengan asas-asas perusahaan dan dengan falsafah
yang dijalankan yaitu PEDULI “ Dengan pelayanan Prima, Efektif dan Efisien,
Dedikasi Tinggi, Unggul dalam Lingkungan Internasional.”
Kegiatan human relations sebagai inti dari terciptanya hubungan yang
harmonis merupakan alat yang efektif yang dapat digunakan untuk meningkatkan
daya kerja karyawan dengan cara membangkitkan motivasi karyawan. Hal ini
tentu saja harus ditingkatkan dengan komunikasi dua arah dan itu semua harus
dilakukan didalam lingkup organisasi atau perusahaan. Dalam hal ini peneliti
ingin mengetahui lebih dalam mengenai sejauh mana kegiatan human relations
yang dilakukan Kantor Cabang Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II dalam
meningkatkan daya kerja atau kinerja para karyawannya yang memiliki berbagai
keinginan, kemauan, dan karakter yang berbeda diantara mereka. Dari uraian
diatas peneliti mengambil judul “Hubungan human relations dengan kinerja
karyawan PT. (Persero) Angkasa Pura II.”. Studi kasus Kantor Cabang Bandara
Soekarno-Hatta.
1.2 Perumusan Masalah
Pada latar belakang masalah diatas menunjukkan bahwa kegiatan human
relations sangat penting dilakukan untuk menilai kinerja para karyawan baik
dalam organisasi pemerintah maupun swasta, dan tidak terkecuali PT. (Persero)
Angkasa Pura II yang tidak dibawahi oleh Public Relations. Oleh karena itu,
perumusan masalah yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah : “Sejauh
mana hubungan human relations dengan kinerja karyawan di PT.(Persero)
Angkasa Pura II?”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Mengetahui kegiatan human relations antara pimpinan dan karyawan
dalam hubungan kerja apakah sudah berjalan dengan baik,
2. Mengetahui bagaimana kinerja karyawan di PT. (Persero) Angkasa Pura
II,
3. Mengetahui ada tidaknya korelasi antara kegiatan human relations dengan
kinerja karyawan PT. (Persero) Angkasa Pura II.
1.4 Signifikansi Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Signifikansi Teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan peneliti memperoleh wawasan yang luas
tentang human relations dalam komunikasi organisasi serta memberikan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Signifikansi Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
pengetahuan bagi peneliti. Dan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
masukan dan pertimbangan untuk mengevaluasi kegiatan human relations
dalam upaya menciptakan iklim kerja karyawan PT. (Persero) Angkasa
Pura II.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
Pada bagian ini peneliti akan menjelaskan variabel-variabel dan teori yang
digunakan,
yaitu
mengenai
komunikasi
organisasi,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi terciptanya kinerja karyawan karena adanya human relations
diantara orang-orang yang terlibat dalam organisasi.
2.1 Komunikasi
2.1.1
Pengertian Komunikasi
Komunikasi dalam kehidupan manusia dalam konteks apapun
merupakan bentuk dasar adaptasi terhadap lingkungan karena komunikasi
merupakan aktivitas dasar manusia. Tidak ada manusia yang tidak
berkomunikasi. Dengan berkomunikasi manusia bisa berhubungan dengan
manusia lain kapan dan di manapun, baik dalam lingkungan keluarga,
masyarakat ataupun di lingkungan kerja. Manusia akan selalu terlibat dengan
komunikasi.
Adapun definisi komunikasi menurut Gerald A. Miller dalam karyanya
yang berjudul “On Defening Communications Another Stab” menyatakan
sebagai berikut : Pada pokoknya komunikasi mengandung situasi keprilakuan
sebagai minat sentral, dimana seseorang sebagai sumber menyampaikan suatu
kesan kepada orang lain atau sejumah penerima yang secara sadar bertujuan
mempengaruhi prilakunya3.
3
Onong Uchjana Effendy. Human Relations dan Public Relations.. CV.Mandar Maju. Bandung.
1993 hal.49
Sedangkan definisi komunikasi menurut Hovland, Janis dan Lelley
(1981) adalah sebagai berikut : “Komunikasi adalah proses individu mengirim
stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku
orang lain4”
Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran atau perasaan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang
yang bermakna sama bagi kedua belah pihak. Dalam situasi tertentu,
komunikasi menggunakan media tertentu untuk mencapai sasaran yang jauh
tempatnya dan atau banyak tingkat jumlahnya. Dalam situasi tertentu pula,
komunikasi dimaksudkan atau ditujukan untuk merubah sikap, pendapat, atau
tingkah laku seseorang atau jumlah orang, sehingga ada efek tertentu yang
diharapkan.
Dari definisi komunikasi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
komunikasi adalah suatu proses aktivitas manusia dalam hal menyampaikan
atau pertukaran ide (informasi) dari sumber ke penerima, dan diharapkan akan
merubah tingkah laku seseorang sesuai dengan yang diharapkan.
2.2 Komunikasi Organisasi
Komunikasi menjadi sumber bagi kehidupan dan kedinamisan usaha, karena
komunikasi menjadi sarana yang menghubungkan semua individu dalam
perusahaan untuk mencapai tujuan. Sedangkan organisasi adalah sebuah wadah
yang menampung orang-orang dan objek-objek yang berusaha mencapai tujuan
bersama.
4
Muhammad Arni. Op.cit. hal 2
2.2.1
Pengertian Komunikasi Organisasi
Dalam masyarakat modern, orang mengenali seseorang karena dia
memiliki peran dan status yang beragam. Di dalam organisasi keragaman itu
di lihat melalui pembagian kerja di mana setiap orang akan bekerja menurut
bakat dan kemampuan sehingga dia bertanggung jawab atas pekerjaan itu.
Ketika jumlah atau jenis pekerjaan semakin banyak apalagi beragam, maka di
butuhkan jalinan antara jenis-jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Jalinan
antara seorang pimpinan dan bawahan atau antara kalangan pimpinan yang
pada akhirnya membentuk sebuah kekuatan yang sinergis untuk hasil yang
lebih berkualitas.
Suatu organisasi dapat di dekati sebagai suatu objek yang
menyenangkan dan menarik, namun ada yang mengkin sekali memandang
organisasi sebagai suatu penindasan. Sikap yang menyenangkan atau
menindas itu sebenarnya sangat tergantung dari pemahaman dan praktek
interaksi, relasi, dan transaksi yang terjadi antar manusia dalam organisasi,
itulah yang kita sebut komunikasi organisasi.
Pengertian komunikasi organisasi menurut Gold Haber (1986) adalah
sebagai berikut : “Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan
saling menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling bergantung
satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu
berubah-ubah5.”
5
ibid. hal 167
Definisi lain dari komunikasi organisasi adalah : “komunikasi
organisasi adalah merupakan proses aliran (pengiriman dan penerimaan)
pesan-pesan yang berorientasi tujuan diantara sumber-sumber komunikasi
dalam suatu pola dan melalui suatu medium atau media6.”
Zelko and Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah
suatu sistem yang saling bergantung yang mencakup komunikasi internal dan
komunikasi eksternal7. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam
organisasi itu sendiri, seperti komunikasi dari atasan kepada bawahan ataupun
antar sesama karyawan. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi
yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luar, seperti komunikasi dalam
penjualan produksi, pembuatan iklan dan hubungan dengan masyarakat.
Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari
komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi diantara sesama
anggota
organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai
informasi dan perasaan diantara sesama anggota organisasi dan pimpinan
harus mengetahui dan memahami agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Dari pengertian menurut para ahli di atas, peneliti menarik kesimpulan
bahwa komunikasi organisasi adalah arus pesan dalam suatu jaringan yang
sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain.
2.2.2
Arus Komunikasi Organisasi
Komunikasi yang efektif dalam organisasi adalah komunikasi yang
mengalir ke segala arah. Komunikasi dalam organisasi ditekankan pada arus
6
7
Pareek Uday. Prilaku Organisasi. Balai Pustaka. Jakarta.1984 hal 9
Muhammad Arni. Op.cit hal 66
komunikasi yang terjadi diantara orang-orang, dalam hal ini manajemen dan
karyawan yang dibentuk oleh struktur organisasi tersebut. Proses komunikasi
tersebut dapat terjadi melalui saluran komunikasi yang ada, yaitu komunikasi
formal dan komunikasi informal.
Komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan
komunikasi horizontal. Komunikasi vertikal dibagi dalam dua arah yaitu
komunikasi yang mengalir ke bawah (down ward communication) dan
komunikasi dari bawah ke atas (up ward communication).
Komunikasi ke bawah (down ward communication) berlangsung
ketika orang-orang yang berada pada jajaran manajemen mengirimkan pesan
kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi ini adalah :
1. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction).
2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk
dilaksanakan (job retionnale).
3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku
(procedures and practices).
4. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik.
Sedangkan up ward communication terjadi ketika bawahan mengirim
pesan kepada atasannya. Fungsinya adalah :
1. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah
dilaksanakan.
2. Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan pekerjaan ataupun
tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan.
3. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
4. Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun
pekerjaanya, dengan begitu bisa memperkuat apresiasi dan loyalitas
karyawan terhadap organisasi.
Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication.
Tindakan komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian
yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus ini8 adalah :
1. Memperbaiki koordinasi tugas.
2. Upaya pemecahan masalah.
3. Saling berbagi informasi.
4. Upaya memecahkan konflik.
5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama.
Sedangkan komunikasi informal adalah informasi pribadi yang muncul
dari interaksi diantara orang-orang yang mengalir ke seluruh organisasi tanpa
dapat diperkirakan. Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan desas-desus
(grapevine) atau kabar angin. Dalam istilah komunikasi grapevine dikatakan
bahwa metode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak
dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi informal.
Ada 3 (tiga) tujuan utama dari komunikasi organisasi, yaitu :
a. Sebagai tindakan organisasi
8
S. Djuarsa Sendjaja. Teori Komunikasi. Universitas Terbuka. Jakarta. 2002 hal 4.5
Komunikasi dalam organisasi bertujuan mengkoordinasikan sebagian atau
seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah di bagi-bagi dalam bagian
atau sub-bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi dibawah
pimpinan seorang pemimpin atau manajer serta para bawahan mereka.
Organisasi tanpa komunikasi sama dengan organisasi yang menampilkan
aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerja sama.
b. Membagi informasi (informations sharing)
Salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan
seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Komunikasi
mengarahkan manusia dan aktivitas mereka dalam organisasi. Sebuah
informasi atau pertukaran informasi berfungsi untuk membagi kemudian
menjelaskan informasi tentang tujuan organisasi, arah dan suatu tugas,
bagaimana usaha untuk mencapai hasil dan mengambil keputusan.
c. Komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi
Bahwa didalam organisasi ada sekumpulan manusia yang bekerja sendiri
maupun bekerja sama dengan orang lain. Manusia dalam organisasi
mempunyai keinginan bahkan kebutuhan untuk menyatakan kegembiraan
atas pekerjaan dan prestasi yang telah mereka lakukan. Mereka juga dapat
mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasan yang akan dihadapi oleh
diri sendiri, kelompok atau unit kerja bahkan oleh organisasi.
Agar organisasi tetap eksis dan hidup maka organisasi perlu
memproses aliran informasi yang berkembang dalam organisasi, dari siapa
datangnya, cara menyampaikannya, bagaimana diterima dan apa respon orang
yang menerima. Dalam proses inilah pesan-pesan secara tetap dan
berkesinambungan di ciptakan dan di tampilkan. Yang artinya komunikasi
organisasi bukanlah sesuatu yang terjadi kemudian berhenti tetapi komunikasi
berlangsung sepanjang waktu.
2.2.3
Faktor Pengaruh Efektivitas Komunikasi Organisasi
Dalam organisasi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
efektifitas dalam berkomunikasi diantaranya :
1. Melalui saluran komunikasi formal, memberikan informasi yang
bersifat kepentingan organisasi secara cepat dan akurat dan informasi
tersebut di informasikan sesuai dengan kenyataannya.
2. Melalui struktur wewenang organisasi, perbedaan kekuasaan dan
kedudukan (status) dalam organisasi akan menentukan pihak-pihak
yang berkomunikasi serta isi dan ketepatan komunikasi.
3. Melalui spesialis jabatan, biasanya akan mempermudah komunikasi di
dalam kelompok yang berbeda, para anggota suatu kelompok kerja
sama akan cenderung berkomunikasi dengan istilah, tujuan, tugas,
waktu dan gaya yang sama. Komunikasi antar kelompok yang berbeda
akan cenderung terhambat.
4. Melalui
pemilihan
informasi,
berarti
bahwa
individu-individu
mempunyai informasi khusus dan pengetahuan tentang pekerjaan
mereka9.
9
Hani Handoko. Manajemen. BPEE. Jogjakarta. 1994 hal 277-278
Komunikasi akan efektif apabila pesan atau informasi yang
disampaikan jelas dan penerima pesan mengerti apa yang disampaikan oleh
komunikator. Faktor lain yang menunjang efektivitas dalam berkomunikasi
adalah siapa yang menyampaikan pesan tersebut. Disinilah peran seorang
Public Relations (PR) dalam suatu organisasi. Dimana seorang PR harus
memiliki pengetahuan tentang teori berkomunikasi dalam organisasi serta
penyebaran nformasi kepada khalayak melalui media cetak, media elektronik,
dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam kegiatan tersebut diperlukan adanya
Human Relations.
2.3 Human Relations
Dalam suatu organisasi, hubungan yang intim dan harmonis perlu diciptakan
untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Karena salah satu unsur yang penting
bagi keberhasilan organisasi adalah terciptanya suatu hubungan yang harmonis
baik antara pimpinan dan karyawan ataupun antar sesama karyawan. Sehingga
menimbulkan kepuasan dan rasa senang diantara mereka.
Untuk menciptakan suasana yang harmonis dalam lingkungan kerja adalah
merupakan tanggung jawab seorang pimpinan agar efektivitas kerja karyawan
dapat terwujud. Dengan demikian maka seorang pemimpin harus melaksanakan
fungsi human relations.
2.3.1
Pengertian Human Relations
Pengertian human relations menurut Keith Davis adalah sebagai
berikut : “Human relations adalah interaksi dari orang-orang ke dalam suasana
kerja dengan motivasi, mereka akan bekerja bersama-sama secara produktif
kooperatif dengan kepuasan, baik mengenai segi ekonomi maupun psikologis
dan sosialnya10”
Human relations merupakan suatu unsur penting bagi keberhasilan
komunikasi, baik dalam komunikasi antar personal maupun dalam komunikasi
kelompok. Untuk mewujudkan kepuasan karyawan dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari dapat dikatakan bahwa human relations merupakan
salah satu alat yang paling efektif sebagai alat komunikasi yang dilakukan
untuk melakukan pembinaan atau menjalin hubungan baik antara pimpinan
dan karyawan dalam suatu organisasi. Human relations juga dilakukan untuk
menghilangkan hambatan-hambatan komunikasi serta meniadakan salah
pengertian.
Ingram dalam hal ini menekankan bahwa sukses seseorang didalam
berkomunikasi tergantung dari sikapnya sendiri dan sikap terhadap orangorang yang dihadapi. Ingram juga menyatakan bahwa kita dapat menentukan
sikap kita di dalam pergaulan dengan bersikap ramah dan jujur. Dengan
keramahan dan kejujuran itulah akan timbul suasana yang akrab, harmonis
dan terbuka. Arti terbuka dalam hal ini adalah kebebasan seseorang di dalam
menyampaikan ide atau gagasannya.
Komunikasi antar personal yang dilakukan dalam kegiatan human
relations mempunyai tujuan, yaitu memecahkan masalah yang ada dalam
organisasi dan tentunya harus ada kejelasan terhadap pesan-pesan yang
10
Onong Uchjana Effendy. Op.cit hal 80
disampaikan oleh pimpinan, sehingga karyawan memahami informasi yang
disampaikan guna menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Komunikasi antar personal yang berlangsung dalam kegiatan human
relations sifatnya dialogis, maka berlangsung secara timbal balik. Dengan
demikian komunikator dalam menyampaikan pesannya kepada komunikan
akan memperoleh efeknya seketika itu juga.
Human relations yang dipakai dalam suatu organisasi selain
komunikasi antar personal adalah komunikasi persuasif yaitu secara tatap
muka untuk menggugah kegairahan dan kegiatan bekerja dengan semangat
kerja sama yang produktif dengan perasaan bahagia dan puas hati antar
karyawan. Teknik komunikasi persuasif ini adalah suatu usaha membujuk
orang lain agar berbuat
dan bertingkah laku seperti yang diharapkan
komunikator dengan cara membujuk tanpa adanya paksaan.
Joseph A. Harold dalam bukunya Speaking Persuasively menyatakan
persuasi adalah proses komunikatif untuk mengubah kepercayaan, sikap,
tujuan, prilaku seseorang dengan menggunakan pesan secara verbal dan non
verbal yang di lakukan, baik secara sengaja ataupun tidak sengaja11.
Istilah human relations secara sederhana mencakup arti hubungan
manusiawi. Istilah manusiawi disini menunjuk kepada arti sifat, watak,
pendapat, dan tingkah laku dari manusia sebagai anggota masyarakat yang
berlangsung diantara dua orang atau lebih yang terlibat dalam hubungan
11
Joseph A.H. Hubungan Insani. Trans. Onong Uchjana E. Remaja Rosdakarya. Bandung. 1988
hal 81
komunikatif yang sifatnya dialogis untuk mencapai kepuasan hati diantara
pihak-pihak yang terlibat12.
H. R. Danan Djaja mengemukakan bahwa hubungan dalam kegiatan
human relations haruslah mengandung arti seperti yang tertera di bawah ini :
1. Kegiatan human relations pertama kali ditandai oleh adanya interaksi.
2. Kegiatan human relations di akhiri dengan adanya kepuasan bersama.
3. Sifat komunikasi dari kegiatan human relations adalah antar personal
(interpersonal communications)13.
Sedangkan menurut Sondang P. Siagian : “Human relations adalah
keseluruhan rangkaian hubungan baik yang bersifat formal antara atasan dan
bawahan, serta bawahan dengan bawahan yang lain harus dibina sedemikian
rupa sehingga tercipta suatu team work dan suasana kerja yang intim dan
harmonis dalam rangka pencapaian tujuan14.”
Human relations lebih bertitik tolak pada segi kejiwaan yang secara
manusiawi memecahkan berbagai masalah yang menyangkut manusia dalam
organisasi sambil melakukan motivasi agar bekerja lebih giat,
bergairah
disertai rasa bahagia dan puas hati. Untuk memuaskan hati karyawan tidaklah
mudah, ini memang tidak dapat disangkal, kebahagian seorang karyawan yang
mendapat kenaikan gaji mungkin menyebabkan beberapa teman sejawatnya
tidak senang. Akan tetapi lingkungan dan suasana kerja yang bisa membantu
12
Onong Uchjana Effendy. Op.cit hal 47
H.R. Danan Djaja. Peranan Humas dalam Perusahaan.Almuni. Bandung. 1985 hal 52
14
Sondang P. Siagian. Organisasi Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. PT.Toko Gunung
Agung. Jakarta. 1994 hal 7
13
seluruh karyawan memperoleh kebahagiaan akan dapat diciptakan dan
diadakan.
2.3.2
Pendekatan Human Relations
Dalam melakukan pendekatan human relations, ada beberapa tehnik
pendekatan yang dapat digunakan yaitu konseling dan diskusi kelompok.
Tujuan konseling adalah membantu para karyawan yang bersangkutan dengan
karyawan, atau adanya suatu suasana yang menimbulkan keberanian untuk
mengusahakan memecahkan masalah yang mungkin ada15.
Ada dua jenis konseling yaitu :
1. Konseling Langsung
Yaitu konseling yang pendekatannya terpusat pada konselor, dimana
konselor berusaha agar terjadi hubungan yang akrabsehingga konseli
menaruh kepecayaan kepadanya dan mendapatkan informasi yan pada
akhirnya dapat dipahami bahwa itu adalah masalah yang memberati
konseli. Kemudian diberikan saran atau nasehat dan sugest kepada konseli.
2. Konseling Tidak langsung
Yaitu konseling yang dilakukan dengan pendekaan yang terpusa pada
konseli. Jenis ini digunakan oleh konselor yang tidak memiliki
pengetahuan mendalam mengenai psikologi. Aktivitas utama dalam
konseling ini terletak pada konseli, sedangkan konselor hanya berusaha
agar konseli merasa mudah untuk memimpin dirinya sendiri16.
15
16
Onong Uchjana Effendy. OpCit hal 82
Ibid hal 83
Teknik pendekatan human relations yang lain adalah diskusi kelompok
yaitu komunikasi kelompok yang berlangsung secara tatap muka dan secara
timbal balik17. Dalam kegiatan human relations diskusi kelompok banyak
dilakukan dalam rangka memecahkan suatu masalah yang timbul dalam
situasi kerja atau dapat juga mengembangkan semangat kerja para karyawan.
Dengan keikutsertaan para karyawan dalam diskusi, karyawan merasa
dihargai dan merasa bertanggung jawab dengan keputusan yang telah diambil.
Dalam hal ini seorang pemimpin harus berpikir secara situasional dalam
rangka mencapai tujuannya.
Dalam melaksanakan human relations harus diperhatikan prinsip yang
ada, menurut Keith Davis prinsip-prinsip human relations adalah :
1) Importance of individual (pentingnya individu)
-
Setiap karyawan harus diperhatikan sebagai individu.
-
Setiap tindakan perusahaan harus memperhitungkan perasaan
karyawan, mengakui dan memperhatikan kepentingannya.
2) Mutual acceptance (saling menerima)
-
Semua anggota perusahaan harus saling menerima satu sama lain
sebagai individu maupun kelompok.
3) Common interest (kepentingan bersama)
-
Satu sama lain terkait oleh kepentingan bersama.
-
Harus mementingkan kepentingan perusahaan secara bersama
dengan rasa kerja sama.
17
Ibid Hal 89
4) Open interest (komunikasi terbuka)
-
Berterus
terang
mengenai
ide,
pendapat,
perasaan
yang
menyangkut kepentingan bersama.
-
Komunikasi yang bersifat terbuka akan menimbulkan pengertian
yang lebih baik dan menghasilkan keputusan yang lebih tepat.
-
Dengan komunikasi terbuka akan terjalin rasa saling membantu
dan bekerja sama dalam menjalankan tugas dan pekerjaan.
5) Partisipasi karyawan
-
Karyawan harus memberikan ide atau gagasan yang menyangkut
kepentingan perusahaan.
-
Karyawan harus kreatif dalam berkarya yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
6) Local identity
-
Adanya musyawarah dalam mengambil keputusan secara bersamasama
-
Dengan memberikan pujian yang tepat pada seseorang, maka orang
itu akan merasa bagian dari organisasi dimana ia ditugaskan.
7) Local decitions
-
Memberikan wewenang kepada anggota perusahaan untuk
memecahkan masalahnya sendiri.
8) High moral standart (ukuran moral yang tinggi)
-
kebenaran dan keadilan mengenai suatu tindakan dapat disebut
benar dan adil bila berdasarkan pada moralitas dan hak-hak asasi
manusia18.
Human relations dinilai sebagai teknik pendekatan PR atau humas
mendapat perhatian besar para manajer dalam memecahkan masalah atau
konflik yang menyangkut faktor manusia dalam organisasi. Selain itu human
relations juga ditujukan sebagai bentuk komunikasi secara persuasif yang
bertujuan untuk meningkatkan prestasi kerja yang mendorong motivasi kerja
karyawan ke arah yang lebih produktif19.
Seorang pimpinan harus memberikan arahan dan instruksi kepada
bawahannya dengan cara membujuk dan mengajak secara halus untuk
mengubah sikap, pandangan dan prilaku karyawannya agar menuju kinerja
yang lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut,
dapat disimpulkan bahwa human relations adalah interaksi antara individu
yang berada dalam struktur formal misalnya hubungan kerja, yang disusun
secara fungsional untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut dengan
komunikasi persuasif secara tatap muka untuk menggugah kegairahan dan
kegiatan bekerja dengan semangat kerja sama yang produktif, bahagia dan
puas hati pada kedua belah pihak.
Hubungan kerja disini tidak hanya formal kedinasan, tetapi juga tidak
kalah pentingnya hubungan batin yang bersifat non formal. Hubungan seperti
18
19
Keith Davis. Human Relations At Work. Mc. Graw Hill. 1962 hal 6
Onong U. Effendy. Ilmu Komunikasi Teori & Praktek. PT. Rosdakarya. Bandung. 1997 hal 132
ini akan memegang peranan penting untuk menciptakan lingkungan kerja
yang harmonis antar karyawan, sehingga mereka dapat merasa satu keluarga
dalam melaksanakan pekerjaan. Bila timbul masalah mengenai penyelesaian
pekerjaan misalnya, maka dalam kondisi hubungan kerja yang baik ini, semua
masalah tentu akan lebih mudah dipecahkan secara kekeluargaan.
Penerapan hubungan kerja antar karyawan yang baik akan terliaht pada
suasana kerja yang :
1. Tidak terdapat konflik antar karyawan.
2. Setiap karyawan bersemangat dan bergairah dalam menyelesaikan
pekerjaan yang menjadi tugasnya.
3. Satu unit kerja akan memberikan hasil terbaik bagi proses berikutnya
untuk dikerjakan oleh unit kerja lain.
4. Setiap masalah dapat diselesaikan dengan penuh kekeluargaan.
5. Pelaksanaan pekerjaan diliputi oleh suasana santai dan keakraban bukan
suasanan yang mencekam penuh ancaman.
6. Adanya saling menghargai dan percaya antar karyawan.
Adanya hubungan kerja antara pimpinan dan karyawan yang baik,
terlihat pada berjalan lancarnya komunikasi dua arah tanpa hambatan. Bila
salah satu arah komunikasi itu tersumbat (tidak berjalan lancar) maka dapat
mengakibatkan buruknya hubungan kerja yang dapat mempengaruhi tingkat
kinerja perusahaan.
2.4 Kinerja karyawan
2.4.1
Pengertian Kinerja
Masyarakat sering menggunakan istilah kinerja atau performance atau
prestasi kerja atau produktivitas yang digunakan secara silih berganti,
beberapa pakar juga memberikan arti yang pada hakekatnya memiliki
kesepahaman antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Wayne Pace dan Don F. Faules kegiatan yang paling lazim
dinilai dalam suatu organisasi adalah kinerja karyawannya, yakni bagaimana
ia melakukan sesuatu yang berhubungan dengan suatu pekerjaan, jabatan atau
peranan dalam organisasi. Dua jenis prilaku atau tugas pekerjaan mencakup
unsur-unsur penting kinerja pekerjaan yaitu tugas fungsional dan tugas
prilaku. Tugas fungsional berkaitan dengan seberapa baik seorang karyawan
menyelesaikan seluk beluk pekerjaan, terutama penyelesaian aspek-aspek
teknis pekerjaan tersebut. Sedangkan tugas prilaku berkaitan dengan seberapa
baik karyawan menangani kegiatan antar personal dengan anggota lain
organisasi, termasuk mengatasi konflik, mengelola waktu, memberdayakan
orang lain, bekerja dalam sebuah kelompok, dan bekerja secara mandiri20.
Menurut Suyadi Prawirosentono, kinerja yaitu hasil kerja yang dapat
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan tanggung jawab masing-masing dalam rangka usaha mencapai tujuan
20
Rois Arifin. Prilaku Organisasi. Bayu Media. Malang. 2003 hal 134
organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hak dan sesuai
moral maupun etika21.
Sementara itu, A. Dale Timple mendefinisikan kinerja sebagai
kulminasi tiga elemen yang saling berkaitan dengan (yaitu mencakup)
keterampilan, upaya dan sifat-sifat keadaan eksternal22. Tingkat keterampilan
yang dimaksud merupakan sesuatu yang dibawa seseorang ke tempat kerja
seperti pengetahuan dan kemampuan. Sedangkan tingkat upaya dapat
digambarkan sebagai motivasi yang diperlihatkan
kepada karyawan untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Motivasi dapat berupa pemberian penghargaan
(baik materi atau nonmateri). Tingkat upaya juga berhubungan dengan sejauh
mana seseorang menjalani pekerjaannya. Hal ini dapat terlihat atau tercermin
dari sikap kerja, tingkat disiplin dan volume kerja. Sedangkan kondisi
eksternal merupakan elemen penentu kinerja dimana kondisi-kondisi eksternal
akan dapat mendukung produktivitas karyawan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kinerja mengandung makna hasil kerja seseorang atau
sekelompok orang dalam menangani tugasnya baik itu tugas fungsional
maupun prilaku yang dilakukan selama periode tertentu.
2.4.2
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Timple mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi kerja atau kinerja seseorang antara lain adalah lingkungan, prilaku
21
Suyadi Prawirosentono. Manajemen Sumber Daya Manusia “Kebijakan kinerja Karyawan”
Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Pedagangan Dunia. BPFE. Jogjakarta. 1999
hal 2
manajemen, desain jabatan, penilaian kinerja, umpan balik dan administrasi
pengupahan. Sedangkan Kopelman mengatakan bahwa kinerja organisasi
ditentukan oleh empat faktor antara lain yaitu lingkungan, karakteristik
individu, karakteristik organisasi, dan karakteristik pekerjaan.
Karakteristik
individu
terdiri
atas
pengetahuan,
keterampilan,
kemampuan, motivasi, kepercayaan, nilai-nilai serta sikap. Dan karakteristik
individu sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi dan karakteristik
pekerjaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
KARAKTERISTIK
ORGANISASI
1. Imbalan
2. Penetapan tujuan
3. Seleksi
4. Latihan dan
Pengembangan
5. Kepemimpinan
6. Struktur organisasi
KARAKTERISTIK
PEKERJAAN
1. Penilaian pekerjaan
2. Umpan balik prestasi
3. Desain pekerjaan
4. jadwal kerja
KARAKTERISTIK
INDIVIDU
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
3. Kemampuan
4. Motivasi
5. Kepercayaan dan
nilai-nilai
6. Sikap
Gambar 2.1
Faktor yang Mempengaruhi Kinerja 23
Faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain :
a. Karakteristik Organisasi
1. Imbalan meliputi gaji, bonus, tunjangan dan promosi.
2. Penetapan tujuan perusahaan.
22
A. Dale Timple. Seni Ilmu & Seni Manajemen Bisnis (The Art and Science of Management
Performance). Trans:Sofyan Cikmat. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 1992 hal 329
23
Richard E. Kopelman. Managing Productivity in Organizations. 1986 hal 26
KINERJA
3. Seleksi karyawan.
4. Latihan pengembangan meliputi ESQ, simposium dan seminar.
5. Kepemimpinan meliputi penguasaan tugas,penentuan pioritas tugas,
ketegasan dan objektifitas, panutan dan koordinasi serta memahami
kemampuan bawahan.
6. Struktur organisasi yang sesuai.
b. Karakteritik Pekerjaan
1. Penilaian pekerjaan yaitu membandingkan kinerj aktual bawahan
dengan standat yang telah ditetapkan.
2. Umpan balik prestasi meliputi daya hasil guna atau hasil kerja.
3. Desain pekerjaan meliputi konsep dan tata kerja baru.
4. Jadwal kerja meliputi disiplin, perintah dinas dan ketentuan jam kerja.
c. Karateristik Individu
1. Pengetahuan meliputi pengalaman dan wawasan informasi.
2. Keterampilan meliputi kecakapan kerja.
3. Kemampuan meliputi inisiatif, kerjasama dan kreatifitas.
4. Motivasi dan dorongan .
5. Kepercayaan dan nilai-nilai meliputi kepercayaan dan penggunaan
wewenang.
6. Sikap meliputi sopan santun, penampilan atau prilaku.
Faktor tersebut diatas merupakan wujud terapan human relations
dalam upaya membentuk kinerja karyawan yang lebih disiplin dan
bertanggung jawab terhadap pekerjaan.
2.4.3
Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja menurut William B. Werther dan Keith Davis adalah
proses dimana organisasi menilai prestasi kerja karyawan24. Pelaksanaan
penilaian kinerja dalam suatu organisasi dinilai penting, karena dengan adanya
penilaian prestasi kerja pihak manajemen dapat mengetahui tindakan-tindakan
apa yang dapat dilakukan dalam meningkatkan keterampilan dan dalam
mengembangkan karyawan tersebut.
Benyamin berpendapat bahwa terdapat beberapa sifat yang paling
umum dinilai karyawan yang bekerja dengan tangan atau karyawan dibidang
produksi, karyawan yang bekerja di bidang tata usaha dan dari karyawan yang
berposisi sebagai pimpinan sebagai berikut :
a. Sepuluh sifat yang paling umum dinilai dari karyawan dibidang
produksi adalah sebagai berikut :
1. Quality
2. Quantity of work
3. Knowledge of job
4. Dependability
5. Cooperations
6. Adaptability
7. Attandance
8. Versatility
9. House keeping
24
William B. Weather dan Keith Davis. Personal Management and Human Resources, Third
Editions. Mc. Graw Hill book. 1999 hal 303
10. Safety
b. Sepuluh sifat yang paling umum dinilai dari karyawan tata usaha
adalah sebagai berikut :
1. Quality
2. Dependability
3. Quantity of job
4. Knowledge of job
5. Cooperations
6. Initiative
7. Adaptability
8. Judgement
9. Attandance
10. Health
c. Sepuluh sifat yang paling umum dinilai dari orang-orang yang
memegang posisi pemimpin adalah sebagai berikut :
1. Knowledge of job
2. Cooperation
3. Dependability
4. Quality of work
5. Judgement
6. Initiative
7. Quantity of word
8. Leadership
9. Planning and Organizational
10. Health 25
Sedangkan menurut Veithzal Rivai, faktor yang paling umum muncul
dalam penilaian kerja di 61 perusahaan Amerika adalah : pengetahuan tentang
pekerjaannya, kepemimpinan, inisiatif, kualitas pekerjaan, pengambilan
keputusan, kreatifitas dapat diandalkan, perencanaan, komunikasi, intelegensi
(kecerdasan), pemecahan masalah, pendelegasian, sikap, usaha, motivasi dan
organisasi26.
Dari berbagai pemikiran di atas, dapat diambil kesimpulan secara
konseptual hakikat kinerja karyawan adalah keseluruhan aktivitas dan prilaku
karyawan dalam melaksanakan tugas, peran dan tanggung jawabnya dalam
rangka memperoleh hasil kerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
2.5 Hubungan Human Relations dengan Kinerja Karyawan
Manusia merupakan mahkluk sosial. Dimana dalam memenuhi kebutuhannya,
baik kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder membutuhkan bantuan orang
lain. Begitupun dalam kehidupan organisasi, orang yang terlibat dalam organisasi
akan saling membutuhkan satu sama lain dan saling bekerja sama dalam usaha
dalam mencapai tujuan organisasi.
Kinerja perusahaan yang baik tidak terlepas dari adanya unsur-unsur sumber
daya yang dimilikinya. Salah satu sumber daya tersebut adalah sumber daya
manusia. Oleh karena itu, manusia merupakan sumber daya yang paling penting
25
M. Manulang. Management Personalia. Ghalia Indonesia. 1987 hal 122
jika dibandingkan aspek teknologi dan manajemen. Hal ini di karenakan, sumber
daya manusia merupakan unsur pengolah atau sebagai penggerak opersional
teknologi. Sebagai tenaga operasional, manusia dibekali dengan bakat, kecakapan,
keterampilan, kreatifitas dan karya yang mempunyai peran sentral dalam
menunjang keberhasilan suatu organisasi.
Organisasi adalah bentuk kerja sama dalam pemenuhan kebutuhan. Di sisi
lain, kelangsungan hidup organisasi harus tetap diperhatikan.keseimbangan antara
kepuasan karyawan dan usaha untuk mencapai tujuan organisasi tersebut agar
tetap terjaga maka perlu adanya pembinaan yakni hubungan manusiawi atau yang
lebih dikenal dengan human relations.
Hubungan manusia atau human relations menekankan pada pentingnya
individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi yang menyarankan
strategi peningkatan penyempurnaan organisasi dengan meningkatkan kepuasan
anggota organisasi dan menciptakan organisasi yang dapat membantu setiap
individu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dengan meningkatkan
kepuasan kerja dan mengarah aktualisasi diri, karyawan akan mempertinggi
motivasi kerja sehingga akan dapat meningkatkan produksi organisasi27.
Kegiatan human relations harus selalu ada dalam lingkungan organisasi dan
akan selalu melibatkan seluruh unit dan bersama-sama bertanggung jawab dalam
membina hubungan
human
yang
harmonis. Atas
dasar pemahaman tersebut maka
relations membawa manfaat bagi organisasi. Karena human relations
bertujuan mempermudah dalam mencapai tujuan organisasi dan usaha untuk
26
Veithzal Rivai. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik.
Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2005 hal 234
mencapai tujuan individu. Human relations juga berfungsi untuk menghilangkan
kesalahpahaman antar anggota dalam berkomunikasi. Oleh karena itu,
pelaksanaan fungsi human relationsharus dilaksanakan dengan baik. Karena pada
dasarnya fungsi human relations adalah membangkitkan semangat dan motivasi
karyawan, agar mereka bekerja dengan perasaan puas dan bahagia.
Karena motivasi inilah kunci keberhasilan human relations yang menggiatkan
karyawan dalam bekerja yang akhirnya akan diwujudkan dalam hasil kerja yang
sesuai dan tepat waktu sehingga efektivitas karyawan meningkat.
Dari uraian di atas jelas bahwa antara human relations dengan kinerja dlam
suatu organisasi mempunyai hubungan yang sangat erat. Dimana setiap individu
yang terlibat harus saling menghormati dan saling bekerja sama. Dengan begitu
efektivitas kerja karyawan akan tercapai sehingga tujuan organisasi dapat tercapai
pula.
2.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang perlu dibuktikan benar atau
tidaknya. Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran tersebut di
atas, maka hipotesis yang peneliti ajukan dalam penulisan skripsi ini adalah di
duga “ Human relations mempunyai hubungan dengan kinerja karyawan.”
27
Arni Muhammad. Op.cit. hal 39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tipe
deskriptif dan bersifat korelasional yang mencoba meneliti hubungan diantara dua
variabel. Tujuan dari metode korelasional adalah meneliti sejauh mana variasi
pada faktor lain. Jika dua variabel yang kita hubungkan, korelasinya disebut
korelasi sederhana (simple corelations) sedangkan jika lebih dari dua variabel
disebut korelasi ganda (multiple corelations)28.
Dalam penelitian ini, peneliti meneliti hubungan antara fungsi human relations
dengan kinerja karyawan PT. (Persero) Angkasa Pura II dengan menggunakan
korelasi sederhana (simple corelations) yang terdiri dari dua variabel yang
dihubungkan yaitu human relations dan kinerja karyawan.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode
survei mengenai fungsi human relations dan efektivitas kerja karyawan PT.
(Persero) Angkasa Pura II. Dalam penelitian ini, informasi dikumpulkan dari
responden dengan menggunakan kuesioner. Penelitian survei dibatasi pada
penelitian yang datanya di kumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili
seluruh populasi.
28
Jalaludin Rahmat. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisa Statistik.
PT.Remaja Rosda Karya. Bandung. 2005 hal 27
3.3 Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini diperlukan sejumlah populasi. Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan,
gejala, nilai test atau peristiwa, sebagai sumber data yang memiliki karakteristik
tertentu didalam suatu penelitian29. Populasi yang dimaksud disini adalah objek
yang diteliti yaitu karyawan kantor cabang utama PT. (Persero) Angkasa Pura II
sebanyak 2273 orang. Mulai dari golongan 1 sampai golongan 16 yang bertugas
dilingkungan perusahaan.
Suatu sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciri-ciri dan
keberadaannya diharapkan mampu mewakili dan menggambarkan populasi yang
sebenarnya. Sampel digunakan karena tidak mungkin mengamati secara
keseluruhan anggota populasi, teknik ini digunakan untuk menghemat waktu
disamping memberikan informasi yang menyeluruh dan mendalam sehingga data
yang dihasilkan lebih representatif dan lebih akurat. Maka ukuran sampel dapat
diterima tergantung pada jenis penelitiannya.
Tabel 3.1
Jumlah Karyawan PT. (Persero) Angkasa Pura II
Golongan
Gol. 1
Gol. 2
Gol. 3
Gol. 4
Gol. 5
Gol. 6
Gol. 7
Gol. 8
Gol. 9
29
Aktif
2
2
11
1
2
50
10
138
108
% Aktif
0.09%
0.09%
0.48%
0.03%
0.09%
2.20%
0.44%
6.07%
4.75%
Sadari Nawawi. Metode Penelitian Social. Univ. Gajahmada. Jogyakarta. 1995 Hal. 34
Gol. 10
Gol. 11
Gol. 12
Gol. 13
Gol. 14
Gol. 15
Gol. 16
Jumlah
143
270
487
407
545
95
2
2273
6.29%
11.88%
21.43%
17.91%
23.98%
4.18%
0.09%
100%
Sumber : File Perusahaan
Untuk menentukan sampel, didasarkan pada pendugaan proposisi populasi.
Rumus yang diambil adalah Yamane, 1967;99)30.
Rumusnya :
n
N
Nd 2  1
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
d2 = nilai presisi
n=
2273
(2273) . (0,1) 2  1
n=
2273
;
23,7
n = 95,90 ; n = 96 orang
3.4 Tekhnik Sampling
Dalam teknik sampling, peneliti menggunakan Stratified Random Sampling.
Stratified Random Sampling adalah metode pemilihan sample dengan cara
membagi populasi ke dalam kelompok-kelompok homogen yang disebut strata,
30
Jalaludin Rahmat. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosdakarya. Jakarta. 1992 hal 82
dan kemudian sample diambil secara acak dari tiap strata tersebut31. Rumus tehnik
sampling dengan Proporsional Stratified Random Sampling32 adalah :
n
i

N
N
i
xn
Ket :
ni = Ukuran tiap strata sampel
N i = Ukuran tiap strata populasi
N = Ukuran (total) populasi
N = Ukuran (total) sample
Berikut teknik sampling dengan Stratified Random Sampling untuk bidang
Yans. Kes Band. :
N i = 889 karyawan
n
= 96 orang (sampel minimal)
N = 2273 (jumlah seluruh karyawan)
n
i
n
i
889
x 96
2273
 37 . 54
n
i
 38

Dengan cara yang sama diperoleh hasil dalam tabel.
31
32
Sugiarto. Teknik Sampling. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 21 hal 73
ibid hal 76-77
Tabel 3.2
Teknik Sampling
Unit Kerja
N
N
n
Kacab Utama
Manager Bid. Ops. Tek
Manager Bid. Adkom.
Bid. Yans Ops. LLU
Bid. Yans Ops. Band
Bid. Yans Ops. Kes
Band
Bid. Tek. Elektro
Bid. Tek. LMP
Bid. Tek. Umum
Bid. Komersial
Bid. Keuangan
Bid. Perlengkapan
Bid. Umum
Bid. Kepegawaian
OIC
Cargo
1
1
1
240
342
889
2273
2273
2273
2273
2273
2273
96
96
96
96
96
96
148
241
88
118
42
35
60
32
22
13
2273
2273
2273
2273
2273
2273
2273
2273
2273
2273
Jumlah
96
96
96
96
96
96
96
96
96
96
Proporsional Stratified
Random Sampling
1
1
1
10
15
35
5
10
4
5
2
2
2
1
1
1
96
Berdasarkan sampel minimal sebanyak 96 orang. Dan dalam Proporsional
Stratified Random Sampling terdapat angka dibelakang koma, maka tiap-tiap
strata sampel peneliti membulatkan keatas sehingga diperoleh keseluruhan sampel
sejumlah 96 orang.
3.5 Definisi Konsep
1. Komunikasi Organisasi
Pengiriman dan penerimaan berbagai pesan di dalam organisasi baik
dalam kelompok formal maupun informal organisasi yang hubungannya
saling bergantung satu sama lain.
2. Human relations
Interaksi antar individu yang berada dalam struktur formal yang disusun
secara fungsional dan persuasif untuk menggugah kegairahan, semangat,
bahagia dan puas hati dalam bekerja.
3. Kinerja karyawan
Keseluruhan aktivitas dan prilaku karyawan dalam melaksanakan tugas,
peran dan tanggung jawabnya dalam rangka memperoleh hasil kerja sesuai
dengan tujuan yang telah di tetapkan.
3.6 Operasionalisasi Variabel
Variabel merupakan suatu akibat dari kelompok objek yang akan di teliti dan
mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel yaitu :
1. Variabel independen yaitu variabel yang menjadi sebab terjadinya atau
terpengaruhinya variabel dependen. Variabel independen dilambangkan
dengan (X). dalam hal ini variabel independen (X) adalah human relations.
2. Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya di pengaruhi oleh variabel
independen dan dilambangkan dengan (Y) yang menjadi variabel dependen
(Y) adalah kinerja karyawan.
Tabel 3.3
Operasional Variabel
Variabel
Human Relations
Dimensi
Komunikasi
antarpersonal
Indikator
a. Keakraban hubungan kerja.
b. Keharmonisan karyawan.
c. Keterbukaan antara pimpinan dan
karyawan
maupun
sesama
Komunikasi persuasif
Kinerja karyawan
Prestasi Kerja
Ketaatan
Kejujuran
Kerja sama
karyawan.
d. Pemecahan masalah.
e. Kejelasan
informasi
yang
disampaikan
oleh
pimpinan
kepada karyawan.
a. Pengarahan pimpinan terhadap
karyawannya.
b. Kritik saran yang berhubungan
dengan pekerjaan.
c. Pengaruh pimpinan terhadap
pelaksanaan pekerjaan.
d. Kerja sama atau team work
a. Kesungguhan kerja
b. Berdaya hasil guna
c. Gairah/semangat bekerja
d. Penguasaan tugas
a. Disiplin
b. Perintah tugas
c. Ketentuan jam kerja
a. Penggunaan wewenang
b. Laporan hasil kerja
a. Penyesuaian pendapat
b. Mempertimbangkan & menerima
c. Kemampuan bekerja sama
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah di maksudkan untuk menyatakan sejauh mana data yang di
tampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang ingin di ukur33. Alat
pengumpul data yang dikutip Masri Singarimbun dan Sofyan Effendy dapat
digolongkan ke dalam beberapa jenis yaitu :
1) Validitas konstruksi, merupakan kerangka dari suatu konsep yang
hendaknya valid. Untuk mencari kerangka konsep tersebut dapat ditempuh
dengan tiga cara yang lazim dipakai dalam dunia riset yaitu :
33
Husein Umar. Metode Riset Komunikasi Organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2002 hal 92
i.
Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis
didalam literatur.
ii.
Seandainya definisi yang ingin diukur tidak diperoleh dari literatur,
peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut.
iii.
Jika ternyata para ahli pun tidak ditemukan, maka periset
menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon
responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama
dengan responden.
2) Validitas isi, adalah suatu pengukuran untuk mengetahui sejauh mana isi
alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai
kerangka konsep.
3) Validitas eksternal, adalah validitas yang diperoleh dengan cara
mengkorelasikan alat pengukur baru dengan alat ukur yang sudah valid.
4) Validitas
prediktif,
adalah
alat
pengukur
yang
dibuat
untuk
memprediksikan apa yang terjadi di masa yang akan datang34.
Dengan melihat berbagai jenis validitas diatas, maka peneliti memilih
menggunakan validitas konstruksi, dengan alasan karena kerangka konsep akan
didapat dari beberapa literatur yang disusun dalam kuesioner.
Jika alat ukur telah dinyatakan valid, berikutnya alat ukur tersebut diuji
reliabilitasnya. Reliabilitasnya adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi
suatu alat pengukur jika digunakan berulang kali35. Ada beberapa metode
pengujian reliabilitas diantaranya : teknik Test-Retest, Spearman-Brown, K-R 20,
34
35
Ibid. hal 100
Ibid. hal 98
K-R 21, teknik Cronbach, dan teknik observasi36. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan uji reliabilitas Cronbach, yaitu mencari reliabilitas instrument yang
skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai mulai dari 1-5. Jika telah
memperoleh angka reliabilitas, selanjutnya bandingkan dengan tabel Pearson
Product Moment37.
3.8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Suatu data dikatakan valid bila mempunyai nilai korelasi >0.3, sebaliknya
bila data mempunyai nilai korelasi <0.3 maka data tersebut tidak valid.
Hasil uji validitas untuk variable X yaitu Human Relations , yang terdiri
dari dimensi komunikasi antar personal dan dimensi komunikasi persuasif semua
data adalah valid yaitu dengan rentang nilai korelasi antara 0.31 sampai 1.10.
Dapat dilihat pada tabel 3.4.
Sedangkan untuk variable Y yaitu Kinerja Karyawan semua data adalah
valid. Dengan rentang nilai 0.35 sampai 0.62. Dapat diliaht pada tabel 3.5.
Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu alat
pengukur jika digunakan berulang kali. Data tersebut tidak berubah bila diukur
beberapa kali dalam waktu yang berbeda. Dengan menggunakan instrumen yang
reliabel, maka akan dihasilkan suatu penelitian yang dapat diandalkan.
Data dikatakan reliabel bila mempunyai nilai korelasi >0.3, sebaliknya bila
data mempunyai nilai korelasi <0.3 maka data tersebut tidak reliabel. Data yang
36
Ibid hal 109
Ronny Kountur. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis,cetakan kedua. Penerbit
PPM. Jakarta. 2004 hal 161
37
tidak reliabel sebaiknya tidak digunakan untuk proses penghitungan statistik
selanjutnya.
Hasil uji reliabilitas untuk variable X yaitu Human Relations , yang terdiri
dari dimensi komunikasi antar personal dan dimensi komunikasi persuasif semua
data adalah valid yaitu dengan rentang nilai korelasi antara 0.44 sampai 0.83.
Dapat dilihat pada tabel 3.6.
Sedangkan untuk variable Y yaitu Kinerja Karyawan semua data adalah
valid. Dengan rentang nilai 0.35 sampai 0.60. Dapat dilihat pada tabel 3.7.
3.9 Tekhnik Pengumpulan Data
Untuk metode penelitian kuantitatif, peneliti melakukan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
1. Data primer melalui kuesioner atau angket yaitu teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis
kepada responden untuk dijawab.
2. Data sekunder yang digunakan melalui studi dokumentasi yaitu penelitian
melalui buku-buku dan karya-karya ilmiah yang mendukung penelitian.
3.10
Metode Analisis Data
Peneliti menggunakan metode analisis kuantitatif. Yang dimaksud analisis
kuantitatif adalah suatu metode analisis data yang berdasarkan angka-angka
perhitungan untuk mengetahui adanya hubungan serta pengaruh human relations
terhadap
kinerja
karyawan.
Analisis
data
dilakukan
setelah
peneliti
mengumpulkan seluruh data dan informasi yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Biasanya peneliti akan melakukan beberapa tahapan persiapan data
untuk memudahkan proses analisis dan interpretasi hasilnya, yaitu pengeditan
(editing), pemberian kode (coding), dan pemrosesan data (data processing)
lainnya dalam penelitian.
Pilihan jawaban atas setiap pertanyaan akan menggunakan skala likert yang
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok
orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indicator variabel, kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai titk tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pertanyaan maupun pernyataan38. Dimana pengujian hipotesis ini
dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :
1. Analisis korelasi
Analisis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan
bagaimana kuat hubungan antara human relations sebagai variable X dan
kinerja sebagai variable Y.
Variable yang digunakan adalah rumus Product Moment. Rumus ini
digunakan karena dapat mengolah data dalam skala interval.

xy
n. XY   X  Y 

n. X 2   X 2  n. Y 2   Y 

 

2
Keterangan :
xy = koefisien korelasi
n
38
= jumlah individu dalam sample
Sugiono. Metode Penelitian Administrasi.CV. Alfabeta. Bandung. 2001 hal 91

= sigma atau jumlah
Untuk mengetahui kuatnya hubungan (Koefisien Korelasi) antara variable X
dengan Y maka dapat digunakan tabel pedoman seperti yang tertera di
bawah ini,
Tabel 3.8
Koefisien Korelasi39
Nilai Koefisien
+ 0,70
ke atas
+ 0,50
+ 0,69
+ 0,30
+ 0,49
+ 0,10
+0,29
0,0
- 0,01
- 0,09
- 0,10
- 0,29
- 0,30
- 0,49
- 0,50
- 0,59
- 0,70
- kebawah
Penjelasan
Hubungan positif yang sangat kuat
Hubungan positif yang mantap
Hubungan positif yang sedang
Hubungan positif yang berarti
Tidak ada hubungan
Hubungan negatif tak berarti
Hubungan negatif yang rendah
Hubungan negatif yang sedang
Hubungan negatif yang mantap
Hubungan negatif yang sangat kuat
2. Menentukan tingkat hubungan berdasarkan koefisien korelasi menurut
Burhan Bungin.
Untuk variable X ada 14 pertanyaan dan untuk variable Y ada 22 pertanyaan
dengan skor :
Untuk penilaian positif (+)
Sangat setuju\Selalu
= dengan bobot nilai 5
Setuju\Sering
= dengan bobot nilai 4
Ragu-ragu\Kadang-kadang
= dengan bobot nilai 3
Tidak setuju\Pernah
= dengan bobot nilai 2
Sangat tidak setuju\Tidak pernah
= dengan bobot nilai 1
Untuk penilaian negatif (-)
Sangat setuju\Selalu
= dengan bobot nilai 1
Setuju\Sering
= dengan bobot nilai 2
Ragu-ragu\Kadang-kadang
= dengan bobot nilai 3
Tidak setuju\Pernah
= dengan bobot nilai 4
Sangat tidak setuju\Tidak pernah
= dengan bobot nilai 5
Data jawaban responden di tabulasikan dalam tabel tunggal, setiap jawaban
diberi skor, dihitung jumlah skor dan frekuensinya, kemudian skor di
analisis dengan rumus. Biasanya nilai  yang diperoleh adalah : - 1 < < 1
1. Apabila  = 1, artinya hubungan X dan Y sempurna dan positif.
2. Apabila  = -1, artinya hubungan X dan Y sempurna dan negatif.
3. Apabila  = 0, artinya X dan Y tidak mempunyai hubungan.
3. Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi adalah asumsi yang menyatakan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh antara fungsi human relations
terhadap efektivitas kerja karyawan, dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
kd = r2 x 100 %
Ket :
kd = koefisien determinasi
r = koefisien korelasi
Hasil ini akan menyatakan besarnya pengaruh variable X terhadap variabel
Y dan biasanya dinyatakan dalam presentase.
39
Burhan Bungin. Metode Penelitian Kuantitatif. Prenada Media Group. Jakarta. 2005 hal 184
4. Penghitungan thitung dan ttabel
Untuk mengetahui apakah hipotesis yang di ajukan diterima secara
signifikan atau di tolak. Rumus penghitungan ini adalah :
thitung  
n2
1 r
40
2
ttabel diperoleh dengan cara melihat tabel distribusi untuk menguji dua
arah
dimana dk = n – 2 dengan tingkat kepercayaan 90% dengan tingkat
kesalahan 10% atau = 0,10.
3.11 Uji Hipotesis
Sebelum hasil penghitungan koefisien korelasi () digunakan untuk
mengambil keputusan, terlebih dahulu diadakan pengujian terhadap keberhasilan
(signifikan) dari koefisien tersebut untuk pengujiannya dilakukan langkahlangkah sebagai berikut :
a. Uji Hipotesis Statistik
Ho =  = 0 ; artinya tidak ada pengaruh Human Relations sebagai variabel
X terhadap kinerja karyawan sebagai variabel Y.
Ha =  ≠ 0 ; artinya terdapat pengaruh Human Relations sebagai variabel
X terhadap kinerja karyawan sebagai variabel Y .
b. Kriteria Pengujian hipotesis
Untuk menguji apakah hipotesis diterima atau ditolak yaitu dengan
membandingkan antara nilai thitung dengan ttabel, dengan kriteria :
1. Jika thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
2. Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
40
Sugiono. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung. 2004 Hal. 214
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum PT. (Persero) Angkasa Pura II
Perkembangan bandar udara tidak terlepas dari adanya saling berkaitan
dengan perkembangan udara dengan perusahaan angkutan udara yang dapat dapat
terus tumbu mejadi usaha yang sangat menjanjikan. Sejalan dengan fungsi bandar
udara yang semakin beragam dapat mencapai tujuannya bila diusahakan
semaksimal mungkin, sehingga angkutan udara dapat senantiasa terselenggara
dengan cepat, aman, dan teratur.
Bandar udara pada dasarnya mempunyai tugas dalam memberikan kelancaran,
keselamatan dan keamanan operasi pesawat udara dalam kelancaran arus barang
dan penumpang. Bandar udara merupakan titik awal dari suatu penerbangan,
dengan demikian satuan kecil dari sistem angkutan udara terdiri dari Bandar udara
dan pesawat udara.
PT.(Persero) Angkasa Pura II yang merupakan salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang jasa kebandar udaraan pelayanan
lalu lintas udara berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi pengguna jasa
khususnya di Bandar Udara Soekarno-Hatta. Pelayanan yang diberikan baik
dalam bentuk ketertiban, kebersihan, kenyamanan dan lain-lain, agar para
pengguna jasa bandara merasa puas dalam melakukan perjalanan.
4.2 Sejarah Singkat dan kegiatan Usaha
PT. (Persero) Angkasa Pura II adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak dibidang pengelolaan kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas
udara. Pada awalnya PT. (Persero) Angkasa Pura II bernama Perum Pelabuhan
Udara Jakarta Cengkareng (PPUJC) yang didirikan pada tanggal 13 Agustus 1984
untuk mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Cengkareng (kini bernama
Bandara
Internasional
Jakarta
Soekarno-Hatta)
dan
Bandara
Halim
Perdanakusuma. Tanggal 19 Mei 1986 berubah menjadi Perum Angkasa Pura II
dan selanjutnya pada tanggal 2 Januari 1993, resmi menjadi PT. (Persero)
Angkasa Pura II.
Saat ini PT. (Persero) Angkasa Pura II mengelola sepuluh bandara utama di
kawasan barat Indonesia, yaitu Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Jakarta),
Bandara Halim Perdanakusuma (Jakarta), Bandara Polonia (Medan), Bandara
Supadio (Pontianak), Bandar Internasional Minangkabau (Ketaping) dulunya
bernama Bandara Tabing, Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II
(Palembang), Bandara Sultan Syarif Kasim II (Pekan Baru), Bandara Husein
Sastranegara (Bandung), Bandara Sultan Iskandar Muda (Banda Aceh) dan
Bandara Kijang (Tanjung Pinang) serta melayani penerbangan untuk wilayah
udara (Fight Information Region/FIR) Jakarta.
Aktivitas Angkasa Pura II mencakup Jasa Penerbangan (Aeronautika) serta
Pelayanan Jasa Penunjang Bandar Udara (Non Aeronautika). Pertumbuhan
industri angkutan udara Indonesia telah meningkatkan pendapatan Angkasa Pura
II sebagai salah satu BUMN yang handal. Angkasa Pura II telah beberapa kali
berhasil meraih tingkatkesehatan perusahaan dengan kategori “Sehat AAA”
meliputi aspek keuangan, operasi dan administrasi.
Perkembangan jaman menuntut fleksibilitas fungsi bandara yang tidak lagi
terbatas sebagai tempat berlabuh pesawat udara ataupun naik-turunnya
penumpang, tetapi juga dapat memberikan suasana yang lain yang lebih nyaman
seperti sarana bisnis, penginapan, perbelanjaan dan rekreasi bagi para pengguna
bandara. Angkasa Pura II sejak awal menyadari paradigma baru tersebut.
Karenanya, fasilitas terminal bandara senantiasa memperoleh perhatian serius.
Penyediaan ruangan untuk perkantoran, pertokoan, restoran, bank, pertukaran
uang, ATM, telepon umum dan saran penunjag lainnya akan selalu ditingkatkan
kualitas dan pelayanannya.
Sarana penunjang seperti lahan parkir kendaraan yang luas, hotel yang
nyaman, tempat rekreasi yang beragam serta berbagai sarana transportasi yang
memadai juga mendapat perhatian yang serius. Untuk lebih memberikan rasa
nyaman dan aman kepada pengguna bandara, Angkasa Pura II melengkapi seluruh
bandara yang dikelola dengan berbagai fasilitas keselamatan dan keamanan sesuai
standar internasional.
Semua ini membuktikan komitmen Angkasa Pura II dalam memberikan
layanan prima kepada masyarakat, khususnya pengguna jasa bandara yang sekin
hari jumlahnya semakin banyak dan meningkat sangat cepat.
4.3 Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT. (Persero) Angkasa Pura II
Menjadi pengelola bandar udara bertaraf internasional yang mampu bersaing
di kawasan regional.
Misi PT. (Persero) Angkasa Pura II
Mengelola jasa kebandarudaraan dan pelayanan lalu-lintas udara yang
mengutamakan keselamatan penerbangan dan kepuasan pelanggan, dalam
upaya memberikan manfaat optimal kepada pemegang saham, masyarakat dan
lingkungan dengan memegang teguh etika bisnis.
Tujuan perusahaan yaitu :
1. Menjalankan dan mendukung kebijakan dan program perusahaan dalam
segmen ekonomi dan pembangunan.
2. Mengumpulkan keuntungan bagi perusahaan dengan menjalankan bisnis
kebandarudaraan yang sesuai dengan asas-asas perusahaan.
Sedangkan falsafah yang digunakan perusahaan yaitu “PEDULI” : “dengan
pelayanan Prima, Efektif dan Efisien, Dedikasi Tinggi, Unggul dalam Lingkungan
Internasional”.
4.4
Strategi Pengembangan dan Kebijakan Perusahaan
Strategi pembangunan perusahaan adalah pertumbuhan adaptif dimana
pengembangan bisnis diarahkan kepada penyediaan jasa kebandarudaraan dan
pelayanan lalu-lintas udara yang berorientasi pada kepuasan pelanggan, bermutu
tinggi, efisien dan kompetitif baik dipasar domestik maupun internasional dalam
rangka memupuk keuntungan guna meningkatkan mutu dan nilai perusahaan.
Sedangkan kebijakan perusahaan adalah peningkatan mutu pelayanan yang
berorientasi
kepada
kepuasan
Satisfaction), cotting cost dan
pelanggan
(Service
Oriented
Costumer
cost reduction program dalam proses bisnis
interval perusahaan dan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(GCG) serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) dilaksanakan secara
bertahap sesuai kebutuhan beban kerja dan memperhatikan tingkat konferensi dan
memperhatikan tingkat kompetensi dan strategi unit kerja.
4.5 Bidang Usaha dan Fasilitas Pelayanan
4.5.1 Bidang Usaha
Keselamatan penumpang dan kelancaran penerbangan merupakan dua
aspek penting dalam mengelola jasa kebandarudaraan, oleh karena itu PT.
(Persero) Angkasa Pura II mengelola FIR (Flight Information Region) Jakarta.
Dalam rangka pengembangan usaha dan pelayanan optimal kepada pengguna
jasa bandara, PT. (Persero) Angkasa Pura II menyelenggarakan usaha yang
meliputi :
1. Pelayanan di bidang Aeronautika, yaitu :
a. Pelayanan Jasa Pendaratan, Penempatan dan Penyimpangan Pesawat
Udara (PJP4U).
b. Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U).
c. Pelayanan Jasa Penumpang (PJP).
d. Pelayanan Jasa Garbarata.
e. Pelayanan Jasa Konter.
2. Pelayanan di bidang Non Aeronautika, yaitu :
a. Penyewaan ruangan, gudang, lahan dan fasilitas lainnya.
b. Kegiatan konsesioner.
c. Parkir kendaraan.
d. Pas bandara
e. Penyediaan lahan untuk bangunan, lapangan dan industri serta
bangunan yang berhubungan dengan kelancaran angkutan udara.
f. Periklanan dan usaha lain yang terkait.
Semua ini membuktikan komitmen Angkasa Pura II dalam memberikan
pelayanan prima kepada masyarakat, khususnya kepada pengguna jasa
bandara.
4.5.2 Fasilitas Pelayanan
1. Pelayanan Jasa Penumpang
Kecenderungan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini, dengan
beroperasinya maskapai-maskapai penerbangan baru yang menawarkan
harga tiket yang murah dan semakin terjangkau mastarakat luas, sepeerti
terlihat dari kenaikan yang cukup besar pada jumlah penumpang pengguna
jasa bandara dibandingkan tahun sebelumnya.
Hal ini tentunya memberikan tuntutan kepada PT. (Persero) Angkasa
Pura II untuk meningkatkan kinerja pelayanannya dalam mengelola
kelancaran pergerakan arus penumpang tersebut, baik yang masuk dan
keluar bandara penumpang transit. Lebih dari sekedar lancar dan tertib,
para penumpang tersebut juga semakin memperhatikan kecepatan serta
kenyamanan yang dirasakan. Salah satu upaya peningkatan pelayanan dari
kenyamanan bagi para pengguna jasa bandara adalah melalui program
khusus kesiapan dan kelengkapan fasilitas umum. Program ini lebih
dikenal dengan program 100 hari terbukti mampu memberikan manfaat
yang dituju, sehingga rencana akan dilakukan secara berkelanjutan di masa
mendatang dengan intensitas yang lebih lanjut.
Secara keseluruhan, kualitas pelayanan penumpang di semua bandara
di lingkungan PT. (Persero) Angkasa Pura II menunjukkan kinerja yang
baik. Hal ini terlihat dari parameter tingkat pelayanan maupun total waktu
pelayanan yang mencapai nilai lebih tinggi dari tolak ukur standar yang di
tetapkan. Dalam rangka memberikan pelayanan yang terbaik kepada
pengguna
jasa
bandara,
PT.
(Persero)
Angkasa
Pura
II
terus
mengupayakan fasilitas pendukung pelayanan maupun kualitas sumber
daya manusia yang dimiliki. Selain itu, sistem dan prosedur kerja yang ada
juga
di
evaluasi
secara
berkala
dan
dilakukan
perbaikan
dan
pengembangan yang diperlukan, sehingga tercapai efektivitas maupun
efisiensi yang lebih besar.
2. Pelayanan Penerbangan Haji
Pelayanan penerbangan haji merupakan aktifitas yang berulang setiap
tahun,
dan
sekaligs
memerlukan
pengelolaan
sendiri
mengingat
karakternya yang berbeda dari penerbangan penmpang umum, baik dari
sisi jumlah penumpang maupun waktu pemberangkatan dan pemulangan.
PT.(Persero) Angkasa Pura II dari tahun ke tahun senantiasa berupaya
memberikan pelayanan yang lebih nyaman, cepat dan efisien kepada para
jemaah haji, melalui evaluasi dan peningkatan terus menerus terhadap
sistem maupun fasilitas dan personil pendukung.
Sebagaimana
tahun-tahun
sebelumnya,
pelaksanaan
pelayanan
pemberangkatan dan pemulangan jemaah haji udara di wilayah Indonesia
bagian Barat tahun 2004 dilakukan melalui Bandara Sultan Iskandarmuda,
bandara Polonia dan bandara Soekarno-Hatta. Khusus bandara SoekarnoHatta, pelayana penumpang penerbangan haji di selenggarakan secara
terpisah dari penerbangan regular yaitu Graha bandara terminal III.
3. Pelayanan Penanggulangan Gawat Darurat
Penanggulangan gawat darurat akibat kecelakaan penerbangan
merupakan bagian dari pelayanan jasa kebandarudaraan dan dilaksanakan
melalui sistem yang cukup luas dan kompleks mencakup prosedur,
peralatan maupun sumber daya manusia.
Dalam rangka meningkatkan dan menjaga kemampuan sistem
penaggulangan gawat darurat, PT.(Persero) Angkasa Pura II secara rutin
menyelenggarakan Airport Emergency Exercise di berbagai bandara yang
di kelola. Latihan ini dilakukan secara terpadu oleh unit fungsional, seperti
unit Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran
(PKP-PK), Gandar Medic, petugas Lalu Lintas Udara (LLU), petugas
keamanan bandara, serta melibatkan juga berbagai unit atau instansi yang
terkait, misalnya kepolisian, perusahaan penerbangan dan rumah sakit.
4. Fasilitas Pelayanan
a. Dua unit ACC di wilayah Jakarta dan Medan
b. Tujuh unit terminal kontrol area di Jakarta, Medan, Palembang,
Pontianak, Pekan Baru dan Bandung.
c. Sepuluh unit ADC di masing0masing Bandara yang bernaung di
bawah PT. (Persero) Angkasa Pura II.
d. Cute NT, pelayanan check in untuk penumpang di bandara SoekarnoHatta
e. Voice.
5. Fasilitas Keselamatan dan Keamanan
a. Pemeriksaan security berupa peralatan X-Ray, Metal Detector dan
Close Circuit Televisions (CCTV).
b. Unit Gawat Darurat / Crisis Center.
c. Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pamdam Kebakaran (PKPPK)
6. Peluang Usaha
a. Penyewaan ruang untuk konsesi.
b. Pertokoan.
c. Tempat rekreasi.
d. Periklanan.
e. Agro Bisnis.
f. Pelayanan penitipan barang / bagasi.
g. Tempat pameran.
h. Pelayanan kargo.
7. Peluang Investasi
a. Pembangunan Bandara Medan baru
b. Pembangunan bandara Padang baru
c. Agro bisnis
d. Pemanfaatan lahan.
8. PT. (Persero) Angkasa Pura II mengadakan kerja sama dalam :
a. Pengelolaan hotel Sheraton bandara
b. Pengelolaan Ground Handling.
c. Garuda Cargo Center.
d. Golf Course.
9. Kesejahteraan
a. Kesejahteraan pegawai berupa dana pensiun, program tunjangan hari
tua dan Jamsostek.
b. Bantuan sosial
10. Anak Perusahaan
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya PT. (Persero) Angkasa Pura II
memiliki 3 (tiga) anak perusahaan yaitu :
a. PT. Gapura Angkasa (Gapura)
PT. Gapura Angkasa ini adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas
pendukung operasi pesawat udara.
Tugasnya antara lain adalah :
1) Passanger Handling, dalam hal ini Gapura Angkasa mempunyai tugas
untuk
memberikan
pelayanan
jasa
yang
sebaik-baiknya
atau
semaksimal mungkin terhadap pengguna jasa kebandarudaraan, mulia
dari penumpang membeli tiket kemudian disediakan tempat duduk dan
sebagainya.
2) Air Craft, disini Gapura Angkasa mempunyai tugas untuk melayani
penumpang atau menghandling mulai dari penumpang turun dari
pesawat sampai menyediakan layanan jasa angkutan.
3) Pengisian bahan bakar pesawat (Aftur)
b. PT. Angkasa Pura Schipol (APS)
PT. Angkasa Pura Schipol ini adalah salah satu anak perusahaan yang
menyelenggarakan
atau
menyediakan
jasa
konsultan,
diantaranya
keselamatan penerbangan dan airport procedures.
c. PT. Purantara Mitra Angkasa Dua (PMADua)
PT.
Purantara
menyelenggarakan
Mitra
jasa
Angkasa
aero
catering,
Dua
ini
artinya
bertugas
segala
untuk
kebutuhan
penumpang yang berada di pesawat khususnya dalam hal makanan dan
minuman di pegang oleh PT. Purantara Mitra Angkasa Dua.
4.5.3
Stuktur Organisasi dan Tata Kelola Perusahaan
Struktur organisasi Kantor Cabang Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II
dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Kepala Cabang Utama
b. Manager Bidang Operasional & Tekhnik
1. Bidang Pelayanan Operasi LLU
a. Divisi Pelayanan ADC & APP/TMA
b. Divisi Pelayanan ACC
c. Divisi Pelayanan DOFRANGTIKA
d. Divisi ATS & Sistem Informatika
2. Bidang Pelayanan Keselamatan Bandara
a. Divisi PKP-PK
b. Divisi Pengamanan
3. Bidang pelayanan Operasi Bandara
a. Divisi Pelayanan Sisi Udara
b. Divisi Pelayanan Terminal & Sisi Udara
c. Divisi Pelayanan SIOPS Bandara
4. Bidang Tehnik Elektronika
a. Divisi Telekomunikasi Penerbangan
b. Divisi Teknik Navigasi Udara & Radar
c. Divisi Elektronika & Komputer Bandara
d. Divisi Teknik Otomasi
5. Bidang Tek. Listrik & Mekanikal Peralatan
a. Divisi Tehnik Listrik
b. Divisi Tehnik Mekanikal
c. Divisi Tehnik Peralatan
6. Bidang Tekhnik Umum
a. Divisi Tehknik Lapangan & Landasan
b. Divisi Tehnik Bangunan Terminal
c. Divisi Tehnik Bangunan Umum & Tata Bandara
c.Manager Bidang Adkom
1. Bidang Komersial
a. Divisi Pendapatan Penerbangan
b. Divisi Pendapatan Langsung
c. Divisi Pendapatan sewa
d. Divisi Pendapatan konsesi
2. Bidang Keuangan
a. Divisi Administrasi Keuangan
b. Divisi Akuntansi
c. Divisi Penagihan
3. Bidang Perlengkapan
a. Divisi Pengadaan
b. Divisi Pergudangan
c. Divisi Administrasi Perlengkapan
4. Bidang Kepegawaian
a. Divisi Administrasi Kepegawaian
b. Divsi Kesejahteraan Pegawai & Sosial
c. Divisi Administrasi Penghasilan
5. Bidang Umum
a. Divisi Tata Usaha
b. Divisi Rumah Tangga & Protokoler
c. Divisi Perjanjian & kerjasama
Penyelenggaraan sebuah perusahaan merupakan suatu mekanisme melalui
mana suatu perusahaan diarahkan dan dikendalikan sesuai dengan harapan
seluruh pihak yang berkepentingan, patuh kepada peraturan dan perundangan
yang berlaku, serta berada dalam koridor norma dan etika bisnis. Seluruh
tujuan tersebut terangkum dalam prinsip-prinsip tata kelola yang baik guna
memastikan kinerja usaha dan penciptaan nilai jangka panjang bagi pemegang
saham dan pihak yang berkepentingan lainnya.
4.6 Analisa Data
Dalam bab IV ini akan membahas informasi analisa data dan hasil penelitian.
Data hasil penelitian dan analisa diperolaeh berdasarkan hasil kuesioner yang
telah diberikan kepada responden untuk mengetahui apakah ada hubungan Human
Relations dengan kinerja karyawan Kantor Cabang Utama (KCU) PT.(Persero)
Angkasa Pura II bandara Soekarno-Hatta.
Penelitian ini dilakukan terhadap semua karyawan pada Kantor Cabang Utama
ini. Dalam melakukan pengumpulan data hasil penelitian, peneliti menggunakan
Stratified Random Sampling dari jumlah populasi yang di teliti dan berjumlah 96
orang.
Data yang diperoleh dari hasil pengisisan kuesioner ini kemudian akan
dianalisa deskriptif dan analisa statistik. Teknik analisa deskriptif ini dilakukan
dengan cara memaparkan data hasil penelitian yang meliputi data responden
mengenai hasil jawaban yang diberikan karyawan KCU melalui kuesioner.
Sedangkan teknik analisa statistik adalah teknik analisa data menggunakan
rumus
uji statistik Pearson untuk menguji hubungan antara dua variable.
Selanjutnya untuk menguji signifikansi dari kedua variable tersebut, maka
diperlukan tes uji yang nantinya akan mendapatkan jawaban apakah hubungan
yang diperoleh signifikan atau tidak. Analisa data responden dan data penelitian
yang diperoleh dari responden disusun dalam bentuk tabel yang selanjutnya akan
dijabarkan sebagai berikut :
4.6.1 Analisa Data
4.6.1.1 Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil kuesioner yang diolah, data responden
mengenai jenis kelamin dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.1
Jenis Kelamin
No.
1.
2.
n = 96
Jenis Kelamin
Pria
Wanita
Jumlah
Frekuensi
58
38
96
Persentase
60.5
39.5
100
Sumber : kuesioner, bag. I no.1
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa dari 96 responden yang
diteliti berdasarkan jenis kelamin, terdapat 58 responden berjenis
kelamin Pria dan 38 responden berjenis kelamin wanita. Dari jumlah
responden tersebut, karyawan berjenis kelamin Pria lebih _ominant
yaitu sebesar 60.5%.
4.6.1.2 Usia
Berdasarkan hasil kuesioner yang diolah, data responden
mengenai usia dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.2
Usia
No.
1.
2.
3.
4.
n = 96
Usia
20 – 30 Thn
31 – 40 Thn
41 – 50 Thn
> 51 Thn
Jumlah
Frekuensi
19
19
33
25
96
Persentase
19,79
19,79
34,38
26,04
100
Sumber : kuesioner, bag. I no.2
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 96 responden
penelitian berdasarkan usia terdapat masing-masing 19 responden yang
berusia 20 sampai 30 tahun dan 30 sampai 40 tahun, 33 responden
berusia antara 40 sampai 50 tahun , terdapat 25 responden berusia
diatas 50 tahun. Dari tabel tersebut dapat dipaparkan bahwa jumlah
karyawan Kantor Cabang Utama yang berusia antara 40 sampai 50
tahun lebih dominan dengan persentase 34,38%.
4.6.1.3 Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil kuesioner yang diolah, data responden
mengenai tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.3
Tingkat Pendidikan
No.
1.
2.
3.
4.
n = 96
Tingkat Pendidikan
SMU/Sederajat
Akademi (D1-D3)
Sarjana (S1)
Pasca Sarjana (S2-S3)
Jumlah
Frekuensi
15
24
32
25
96
Persentase
15,63
25
33,33
26,04
100
Sumber : kuesioner, bag. I no.3
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa dari 96 responden
yang diteliti berdasarkan pendidikan terakhir, terdapat 15 responden
yang berpendidikan SMU/Sederajat, 24 responden berpendidkan
Akademi, 32 responden berpendidikan Sarjana dan 25 responden
berpendidikan Pasca Sarjana (S2-S3). Dengan begitu mayoritas
karyawan Kantor Cabang Utama adalah pendidikan Sarjana (S1).
4.6.1.4 Masa Kerja
Berdasarkan hasil kuesioner yang diolah, data responden
mengenai masa kerja dapat dilihat dari tabel berikut :
Tabel 4.4
Masa Kerja
No.
1.
2.
3.
4.
n = 96
Masa Kerja
< 5 thn
6 – 10 thn
11 – 15 thn
>16 thn
Jumlah
Frekuensi
19
17
11
49
96
Persentase
19,79
17,71
11,45
51,05
100
Sumber : kuesioner, bag. I no.4
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 96 responden yang
diteliti berdasarkan masa kerja terdapat 19 responden yang masa
kerjanya kurang dari 5 tahun, 17 responden dengan masa kerja berkisar
6 sampai 10 tahun, 11 responden dengan masa kerja 11 sampai 15
tahun, dan yang paling banyak adalah karyawan dengan masa kerja
lebih dari 16 tahun dengan frekuensi sebanyak 49 responden atau
sekitar 51,05%. Banyaknya karyawan yang memiliki masa kerja lebih
dari 16 tahun karena merek lebih dapat dipercaya dan berpengalaman
dalam menghadapi masalah-masalah perusahaan.
Analisa tabel tunggal terdiri dari variabel X (Human Relations) dan Y
(Kinerja Karyawan) yang selanjutnya dianalisa dengan menggunakan tabel
tabulasi tunggal, dimana variabel X terdiri dari 2 dimensi dan 9 indikator,
sedangkan variabel Y terdiri dari 4 dimensi dan 18 indikator.
4.6.1.5 Variabel Human Relations Dimensi Komunikasi Antar
Personal
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah, dimensi
komunikasi antar personal dari variabel human relations adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Hubungan yang harmonis dan sinergis terjalin antara pimpinan
dan karyawan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
38
39,58
2. Sering
52
54,17
3. Kadang-kadang
6
6,25
4. Pernah
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. A no.5
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
sering adalah yaitu mencapai 52 orang dengan persentase 54,17%,
responden yang menjawab selalu mencapai 38 orang atau sebesar
39,58%, dan sisanya menjawab kadang-kadang sebanyak 6 orang atau
persentase sebesar 6,25%.
Dapat disimpulkan disini bahwa hubungan yang harmonis dan
sinergis sering terjalin antara pimpinan dengan karyawannya.
Pimpinan dan karyawan dalam sebuah perusahaan sudah merasa
seperti dalam sebuah keluarga dengan sikap saling menghormati dan
menghargai satu sama lain. Dengan hubungan yang baik itu maka
tujuan perusahaan untuk melayani masyarakat dapat tercapai dengan
baik pula.
Tabel 4.6
Pimpinan menerima ide atau pendapat yang anda berikan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
17
17,71
2. Sering
57
59,38
3. Kadang-kadang
22
22,92
4. Pernah
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. A no.6
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
sering adalah yang terbanyak yaitu 57 orang dengan persentase
59,38%, responden yang menjawab kadang-kadang yaitu mencapai 22
orang atau sebesar 22,92%, sedangkan yang menjawab selalu hanya
sebanyak 17 orang atau 17,71%.
Disimpulkan
bahwa
pimpinan
bersikap
terbuka
dalam
menerima ide atau pendapat yang dilemparkan oleh para karyawannya.
Sikap tersebut dapat berdampak image atau manjadi penilaian positif
untuk pimpinan dan menjadi teladan bagi karyawannya.
Tabel 4.7
Pimpinan memberikan motivasi dalam memecahkan setiap
masalah yang sedang dihadapi
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
16
16,66
2. Sering
63
65,63
3. Kadang-kadang
14
14,58
4. Pernah
3
3,13
5. Tidak Pernah
-
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. A no.7
Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa responden lebih dominan
menjawab sering yaitu mencapai 63 orang dengan persentase 65,63%,
responden yang menjawab selalu mencapai 16 orang dengan
persentase 16,66%, responden yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 14 orang atau 14,58%, responden yang menjawab pernah
sebanyak 3 orang atau 3,13%.
Kesimpulannya bahwa pimpinan sering memberikan motivasi
kepada karyawannya dalam hal pemecahan masalah ataupun kesulitan
menyelesaikan pekerjaan. Hal itu dikarenakan komunikasi yang
terjalin antara pimpinan dan karyawan tergolong sangat baik sehingga
pekerjaan atau masalah apapun dapat diselesaikan secara bersama.
Walaupu terkadang tidak setiap masalah pekerjaan harus dibicarakan
kepada pimpinan karena setiap pekerjaan sudah menjadi tanggung
jawab karyawan itu sendiri untuk menyelesaikannya.
Tabel 4.8
Terjalin kerjasama antar karyawan dalam hubungan kerja
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
39
40,62
2. Sering
57
59,38
3. Kadang-kadang
4. Pernah
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. A no.8
Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
sering sebanyak 59,38%, responden yang menjawab selalu sebesar
40,62%. Disini dapat disimpulkan bahwa kerjasama yang kuat terjalin
antara pimpinan dengan karyawan terjadi hampir di segala divisi
dalam Kantor Cabang Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II. Tidak
adanya responden yang menjawab kadang-kadang, pernah dan tidak
pernah dikarenakan walaupun terjadi persaingan dalam bekerja tetapi
mereka di tuntut untuk saling bekerja sama dan bersikap profeional
demi pelayanan yang baik kepada masyarakat.
Tabel 4.9
Terjadi interaksi yang baik antara pimpinan dan karyawan dalam
memecahkan masalah yang sedang dihadapi perusahaan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
19
19,79
2. Sering
60
62,5
3. Kadang-kadang
11
11,46
4. Pernah
6
6,25
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. A no.9
Terlihat dalam tabel 4.9 bahwa lebih banyak responden yang
menjawab sering dengan persentase sebesar 62,5%, yang menjawab
selalu sebesar 19,79%, yang menjawab kadang-kadang sebanyak
11,46%, dan yang menjawab pernah sebesar 6,25%.
Dapat
disimpulkan
bahwa
sebagian
besar
responden
berpendapat interaksi yang terjadi dalam hubungan pimpinan dan
karyawannya sudah berjalan sangat baik sekali. Dalam setiap
pemecahan masalah pasti terjadi pro dan kontra tetapi antara pimpinan
dan karyawan saling menghargai pendapat masing-masing dan dapat
diselesaikan dengan kerjasama dan interaksi yang baik dan aktif oleh
semua golongan.
4.6.1.6 Variabel Human Relations Dimensi Komunikasi Persuasif
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah, dimensi
komunikasi persuasif dari variabel human relations adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.10
Pengarahan pimpinan berpengaruh terhadap pelaksanaan setiap
pekerjaan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
17
17,71
2. Sering
60
62,5
3. Kadang-kadang
9
9,38
4. Pernah
10
10,41
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. A no.10
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa responden lebih dominan
menjawab sering yaitu mencapai 60 orang dengan persentase 62,5%,
responden yang menjawab selalu mencapai 17 orang dengan
persentase 17,71%, responden yang menjawab kadang-kadang
sebanyak 9 orang atau 9,38%, responden yang menjawab pernah
sebanyak 10 orang atau 10,41%.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa pengarahan pimpinan
berpengaruh
terhadap
pelaksanaan
pekerjaan
para
karyawan.
Walaupun pengarahan pekerjaan tidak melulu harus di berikan oleh
pimpinan. Ini dimaksudkan agar karyawan dapat mandiri dalam
menyelesakan pekerjaannya tetapi bila pengarahan itu tetap diberikan
maka pekerjaan itu akan menjadi lebih baik lagi.
Tabel 4.11
Kejelasan informasi yang diberikan oleh pimpinan kepada
karyawan sudah baik
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Sangat Setuju
11
11,46
2. Setuju
46
47,91
3. Ragu-ragu
39
40,63
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. A no.11
Dari tabel diatas dapat diketahui
bahwa responden yang
menjawab setuju adalah yang paling besar yaitu sebesar 47,91%, yang
menjawab ragu-ragu sebesar 40,63%, dan yang menjawab sanagt
setuju sebesar 11,46%.
Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa kejelasan
informasi yang diberikan tentang suatu tugas atau pekerjaan sudah
baik dan perlu di tingkatankan lagi agar tugas atau pekerjaan itu dapat
diselesaikan dengan lebih baik dan tepat waktu. Ketidakjelasan
informasi yang tidak terlalu jelas atau cara penyampaian pimpinan
yang terlalu cepat sehingga karyawan tidak dianggap dalam menerima
informasi. Bila terjadi demikian yang harus dilakukan adalah
menanyakan kembali kepada pimpinan agar pekerjaan tersebut dapat
diselesaikan sesuai yang diperintahkan.
Tabel 4.12
Pimpinan bersikap terbuka dalam menerima kritik & saran dari
para karyawan yang berhubungan dengan masalah pekerjaan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
n = 96
Kategori
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Pernah
Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi
19
57
11
9
96
Persentase(%)
19,79
59,38
11,46
9,36
100
Sumber : kuesioner, bag. A no.12
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
sering sebesar 59,38%, yang menjawab selalu sebesar 19,79%, yang
menjawab kadang-kadang sebesar 11,46%, dan yang menjawab pernah
sebesar 9,36%. Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa pimpinan
bersikap terbuka dalam hal kritik dan saran yang berhubungan dengan
penyelesaian masalah pekerjaan. Dengan bersikap terbuka dalam
menerima kritik dan saran dapat membangun pemimpin yang
bijaksana dan lebih baik lagi. Adapun karyawan yang tidak berani
mengungkapakan saran dan kritik mereka kepada
pimpinan
dikarenakan mereka respect (hormat) kepada pimpinan sehingga para
karyawan sugkan untuk mengungkapkan.
Tabel 4.13
Karyawan merasa pimpinan perusahaan bukan orang yang ingin
menunjukkan kekuasaannya pada bawahan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Sangat Setuju
16
16,66
2. Setuju
40
41,67
3. Ragu-ragu
27
28,13
4. Tidak Setuju
11
11,46
5. Sangat Tidak Setuju
2
2,08
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. A no.13
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab setuju ditunjukkan dengan persentase sebesar 41,67%, yang
menjawab ragu-ragu sebesar 28,13%, yang menjawab sangat setuju
sebesar 16,66%, yang menjawab tidak setuju sebesar 11,46%, dan
yang menjawab sangat tidak setuju sebesar 2,08%.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jawaban yang
paling tertinggi yaitu jawaban setuju dengan persentase penilaian
sebesar 41,67%. Dari angka tersebut sudah terlihat bahwa mayoritas
karyawan menilai para pimpinan mereka bukanlah orang yang ingin
menunjukkan kekuasaannya yang membuat karyawan merasa nyaman
dalam bekerja dan tidak dalam tekanan pekerjaan yang berlebihan.
Walaupun terkadang itu masih jarang terjadi pada pimpinan
dibeberapa divisi yang merasa jabatan mereka jauh lebih tinggi
dibandingkan karyawan lainnya tetapi masih dalam taraf yang tidak
berlebihan.
4.6.1.7 Variabel Kinerja Karyawan Dimensi Prestasi Kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah, dimensi prestasi
kerja dari variabel kinerja karyawan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.14
Saya menerima sepenuhnya tugas atau pekerjaan yang di berikan
oleh pimpinan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
57
59,36
2. Sering
25
26,05
3. Kadang-kadang
14
14,59
4.
5.
Pernah
Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.14
Dari tabel tersebut di atas dapat diketahui jawaban responden
yang menjawab selalu sebesar 59,36%, yang menjawab sering sebesar
26,05%, dan yang menjawab kadang-kadang sebesar 14,59%.
Berdasarkan tebel di atas dapat dilihat sebagian besar responden
menjawab selalu dengan persentase 59,36%, sehingga dapat di tarik
kesimpulan bahwa para karyawan selalu menerima sepenuhnya tugas
atau pekerjaan yang diberikan. Karena tugas atau pekerjaan itu adalah
sebuah tanggung jawab yang harus dikerjakan. Terkadang karyawan
tersebut tidak mampu untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan
karena pekerjaan yang lain masih menumpuk di meja kerja.
Tabel 4.15
Saya dapat menyelesaikan tugas yang di bebankan tanpa
melakukan kesalahan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
16
16,66
2. Sering
33
34,38
3. Kadang-kadang
27
28,13
4. Pernah
20
20,83
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.15
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang
menjawab sering sebesar 34,38%, yang menjawab kadang-kadang
sebesar 28,13%, yang menjawab pernah sebesar 20,83%, dan yang
menjawab selalu sebesar 16,66%.
Dari tabel tersebut dapat dipaparkan bahwa para karyawan
dapat menyelesaikan pekerjaan atau tugas yang dibebankan dengan
baik. Kalaupun .terdapat kesalahan dalam pekerjaannya itu adalah
manusiawi selama kesalahan itu tidak merugikan orang banyak.
Tabel 4.16
Dengan keahlian yang dimiliki, saya menguasai pekerjaan yang
diberikan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
44
45,83
2. Sering
27
28,13
3. Kadang-kadang
22
22,92
4. Pernah
3
3,12
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.16
Berdasarkan tabel 4.16, dari 96 responden yang dijadikan
responden penelitian, terdapat 44 responden yang menjawab selalu
dengan persentase 45,83%, 27 responden menjawab sering, 22
responden menjawab kadang-kadang dan 3 responden lainnya memilih
jawaban pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan
keahlian dan latar belakang pendidikan yang dimiliki rata-rata
karyawan dapat menguasai dan dapat menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik pula.
Tabel 4.17
Saya bersemangat dalam menyelesaikan pekerjaan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
54
56,25
2. Sering
30
31,25
3. Kadang-kadang
12
12,5
4. Pernah
5. Tidak Pernah
-
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.17
Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
selalu mencapai 54 dengan persentase 56,25%, responden yang
menjawab sering sebanyak 30 orang dengan persentase 31,25%.
Berikutnya responden yang menjawab kadang-kadang sebanyak 12
orang dengan persentase 12,5%. Dengan demikian para karyawan
selalu bersemangat dalam melakukan dan menyelesaikan tugas atau
pekerjaan yang diberikan terkecuali karyawan yang sedang sakit atau
tidak enak badan tetapi mereka tetap harus menyelesaikan pekerjaan.
Tabel 4.18
Pimpinan merasa puas dengan hasil kerja dan pernah
mengungkapkan kepuasan tersebut kepada saya
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
25
26,04
2. Sering
30
31,26
3. Kadang-kadang
19
19,79
4. Pernah
14
14,58
5. Tidak Pernah
8
8,33
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.18
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
sering sebanyak 31,26%, yang menjawab selalu sebanyak 26.04%,
yang menjawab kadang-kadang sebanyak 19,79%, yang menjawab
pernah sebanyak 14,58%, dan yang menjawab tidak pernah sebanyak
8,33%.
Jawaban responden sangat beragam walaupun jawaban yang
paling dominan adalah sering. Disini bisa dilihat bahwa pimpinan
merasa puas dengan hasil kerja karyawan dan pengungkapan tersebut
terkadang berbeda tergantung pimpinan itu sendiri. Tidak melulu
pengungkapan itu berupa ucapan, tapi bisa dengan kenaikan gaji atau
kenaikan golongan atau jabatan.
Tabel 4.19
Saya mendapat penghargaan atas prestasi kerja yang telah di
capai
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
8
8,33
2. Sering
22
22,92
3. Kadang-kadang
27
28,12
4. Pernah
17
17,71
5. Tidak Pernah
22
22,92
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.19
Berdasarkan hasil kuesioner dapat dijelaskan bahwa dari 96
responden yang menjawab selalu sebanyak 8 orang dengan persentase
sebesar 8,33%, untuk jawaban sering dan tidak pernah masing-masing
sebanyak 22 orang atau 22,92%, untuk jawaban kadang-kadang
sebesar 28,12%, untuk jawaban pernah sebanyak 17 orang atau
17,71%.
Disini bisa dilihat bahwa jawaban yang terbanyak adalah
pernah. Sama dengan pertanyaan sebelumnya bahwa penghargaan atas
prestasi kerja terkadang bukan dalam bentuk barang saja. Bisa berupa
ucapan selamat, kenaikan gaji ataupun kenaikan golongan atau jabatan.
Semua itu membuktikan bahwa pimpinan menghargai hasil kerja yang
telah dicapai dan dapat menjadi contoh bagi karyawan lainnya.
Tabel 4.20
Saya dapat mengoperasikan dengan baik peralatan kerja yang
disediakan perusahaan.
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
44
45,84
2. Sering
41
42,71
3. Kadang-kadang
11
11,45
4. Pernah
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.20
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
selalu dan sering barnilai sama yaitu sebanyak 42,71%, yang
menjawab kadang-kadang sebanyak 11,45%, dan yang menjawab tidak
pernah sebanyak 3,13%. Dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas
karyawan dapat menggunakan peralatan kerja yang disediakan
perusahaan. Contohnya seperti komputer, printer, mesin ketik
elektronik, dan
lain
sebagainya.
Karena alat tersebut dapat
mempermudah pekerjaan mereka. Tetapi ada juga alat-alat yang tidak
mereka kuasai benar kecuali ahlinya seperti kamera dan handycam.
4.6.1.8 Variabel Kinerja Karyawan Dimensi Ketaatan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah, dimensi
ketaatan dari variabel kinerja karyawan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.21
Saya datang ke kantor tepat pada waktunya.
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
47
48,96
2. Sering
38
39,58
3. Kadang-kadang
11
11,46
4.
5.
Pernah
Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.21
Berdasarkan hasil kuesioner dapat dijelaskan bahwa dari 96
responden yang menjawab selalu sebanyak 47 orang dengan persentase
sebesar 48,96%, untuk jawaban sering sebanyak 38 orang atau
39,58%, dan untuk jawaban kadang-kadang sebesar 11,46%. Dengan
begitu mayoritas karyawan datang ke kantor tepat pada waktunya dan
itu mencerminkan kedisplinan dalam bekerja. Terkadang ada karyawan
yang telat datang dikarenakan kondisi jalanan yang macet, jadi
walaupun mereka hanya telat 1 menit saja itu sudah dianggap tidak
hadir.
Tabel 4.22
Saya hadir setiap hari kerja
No.
1.
2.
3.
4.
5.
n = 96
Kategori
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Pernah
Tidak Pernah
Jumlah
Frekuensi
60
36
96
Persentase(%)
62,5
37,5
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.22
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
selalu sebanyak 62,5%, dan yang menjawab sering sebanyak 37,5%.
Ini membuktikan bahwa para karyawan selalu disiplin untuk mentaati
peraturan tentang jam kerja walaupun terkadang harus bekerja atau
dinas luar, mereka tetap melaksanakan kewajibannya.
Tabel 4.23
Saya menyelesaikan tugas atau pekerjaan lebih cepat dari waktu
yang telah ditentukan.
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
22
22,92
2. Sering
49
51,03
3. Kadang-kadang
22
22,92
4. Pernah
3
3,13
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.23
Berdasarkan hasil kuesioner dapat dijelaskan bahwa dari 96
responden yang menjawab sering sebanyak 49 orang dengan
persentase sebesar 51,03%, untuk jawaban selalu dan kadang-kadang
masing-masing sebanyak 22 orang atau 22,92%, dan untuk jawaban
pernah sebesar 3,13%. Dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50%
karyawan dapat menyelesaikan tugas lebih cepat dari waktu yang
ditentukan. Penumpukan pekerjaan membuat mereka agak terlambat
untuk menyelesaikan pekerjaan tetapi mereka tetap berusaha untuk
menyelesaikannya dengan baik dan tepat waktu.
Tabel 4.24
Saya bersedia bekerja di luar jam kerja seperti lembur atau dinas
luar kota
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
37
38,54
2. Sering
32
33,33
3. Kadang-kadang
27
28,13
4. Pernah
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.24
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
selalu sebanyak 38,54%, yang menjawab sering sebanyak 33,33%, dan
yang menjawab kadang-kadang sebanyak 28,13%. Dapat ditarik
kesimpulan bahwa para karyawan bersedia di tugaskan untuk kerja
lembur ataupun dinas luar kota selama pekerjaan yang ada di kantor
sudah diselesaiakn dengan atau paling tidak ada karyawan lain yang
membantu pekerjaan di kantor.
4.6.1.9 Variabel Kinerja Karyawan Dimensi Kejujuran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah, dimensi
kejujuran dari variabel kinerja karyawan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.25
Saya meminjam atau menggunakan barang inventaris kantor
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Pernah
37
38,54
5. Tidak Pernah
59
61,46
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.25
Berdasarkan hasil kuesioner dapat dijelaskan bahwa dari 96
responden yang menjawab tidak pernah sebanyak 59 orang dengan
persentase sebesar 61,46%, dan untuk jawaban pernah sebanyak 37
orang atau sebesar 38,54%. Nilai tersebut menjelaskan bahwa
mayoritas para karyawan tidak pernah meminjam atau menggunakan
barang inventaris kantor untuk keperluan pribadi mereka. Mungkin
sesekali mereka pernah membawa barang inventaris kantor karena
harus melanjutkan pekerjaan di rumah mereka (karyawan).
Tabel 4.26
Saya menerima semua pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
54
56,25
2. Sering
27
28,13
3. Kadang-kadang
15
15,62
4. Pernah
5. Tidak Pernah
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.26
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
selalu sebanyak 56,25%, yang menjawab sering sebanyak 28,13%, dan
yang menjawab kadang-kadang sebanyak 15,62%. Dapat disimpulkan
bahwa 56,25% dari karyawan menerima semua pekerjaan yang
diberikan oleh pimpinan selama pekerjaan itu masih dalam tanggung
jawab karyawan itu sendiri.
Tabel 4.27
Imbalan (gaji) yang diberikan sesuai dengan jasa yang saya
lakukan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Sangat Setuju
43
44,79
2. Setuju
45
46,88
3. Ragu-ragu
8
8,33
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.27
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa responden yang menjawab
sangat setuju sebanyak 44,79%, yang menjawab setuju sebanyak
46,88%,
dan
yang
menjawab
ragu-ragu
sebanyak
8,33%.
Kesimpulannya adalah imbalan atau gaji yang diberikan sudah sesuai
atau sepadan dengan tugas yang dilakukan para karyawan. Dengan hal
seperti itu para karyawan merasa nyaman dalam melaksanakan
tugasnya.
Tabel 4.28
Walau di iming-imingi penghasilan yang lebih besar, saya tidak
akan memikirkan untuk pindah ke perusahaan lain
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Selalu
2. Sering
2
2,08
3. Kadang-kadang
36
37,5
4. Pernah
18
18,75
5. Tidak Pernah
40
41,67
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.28
Tabel diatas adalah hasil dari pertanyaan negatif dan dapat
dilihat bahwa responden yang menjawab tidak pernah sebanyak
41,67%, yang menjawab pernah sebanyak 18,75%, yang menjawab
kadang-kadang sebanyak 37,5%, dan yang menjawab sering sebanyak
2,08%. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 41,67% karyawan
berpikir untuk tidak pindah kepada perusahaan lain walau di imingimingi penghasilan yang lebih besar. Para karyawan tetap loyal bekerja
di PT.(Persero) Angkasa Pura II.
4.6.1.10
Variabel Kinerja Karyawan Dimensi Kerja Sama
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diolah, dimensi kerja
sama dari variabel kinerja karyawan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.29
Saya mampu bekerjasama dengan tim yang telah dibentuk untuk
menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1.
2.
3.
4.
5.
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju
Jumlah
50
35
11
96
52,08
36,46
11,46
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.29
Berdasarkan hasil kuesioner dapat dijelaskan bahwa dari 96
responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 50 orang dengan
persentase sebesar 52,08%, untuk jawaban setuju sebanyak 35 orang
atau sebesar 36,46%, dan untuk jawaban ragu-ragu hanya sebesar
11,46%.
Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50%
karyawan mampu bekerjasama dengan tim yang telah dibentuk untuk
menyelesaikan
suatu
tugas
tertentu.
Mereka
bersedia
untuk
melaksanakan tugas yang telah diberikan oleh pimpinan walaupun
terkadang terdapat persaingan diantara mereka..
Tabel 4.30
Saya bersedia menerima apapun keputusan yang telah ditetapkan
oleh sebuah tim
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Sangat Setuju
40
41,67
2. Setuju
32
33,33
3. Ragu-ragu
24
25
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.30
Berdasarkan hasil kuesioner dapat dijelaskan bahwa dari 96
responden yang menjawab sangat setuju sebanyak 40 orang dengan
persentase sebesar 41,67%, untuk jawaban setuju sebanyak 32 orang
atau sebesar 33,33%, dan untuk jawaban ragu-ragu hanya sebesar 25%.
Kesimpulannya yaitu mayoritas karyawan menerima keputusan
apapun yang telah ditetapkan oleh perusahaan ataupun pimpinan tim
tersebut. Walaupun ada sebagian karyawan yang terkadang tidak
setuju menerima hasil keputusan rapat tim yang telah dibentuk. Tetapi
keputusan itu sudah menjadi hasil dari musyawarah bersama yang
harus diterima oleh semuanya.
Tabel 4.31
Bersikap terbuka terhadap saran dan kritik yang diberikan oleh
pimpinan membuat saya menjadi lebih baik dan dipercaya atasan
n = 96
No.
Kategori
Frekuensi
Persentase(%)
1. Sangat Setuju
35
36,46
2. Setuju
53
55,21
3. Ragu-ragu
8
8,33
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Jumlah
96
100
Sumber : kuesioner, bag. B no.31
Berdasarkan hasil kuesioner dapat dijelaskan bahwa dari 96
responden yang menjawab ssangat setuju sebanyak 35 orang dengan
persentase sebesar 36,46%, untuk jawaban setuju sebanyak 53 orang
atau sebesar 55,21%, untuk jawaban ragu-ragu sebesar 8,33%.
Tidak ada seorang pun manusiayang sempurna di dunia ini.
Terkadang karyawan merasa tidak dipercaya oleh pimpinan wlaupun
sudah memperbaiki kesalahannya. Karena setiap saran dan kritik harus
memperhitungkan perasaan orang lain.
4.7 Hasil Uji Korelasi
Pada dasarnya Human relations yang dilakukan oleh Kantor Cabang Utama
PT. (Persero) Angkasa Pura II sudah baik dan memuaskan. Artinya sasaran target
yang telah ditetapkan hamper tecapai.
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara Human Relations terhadap
Kinerja Karyawan pada Kantor Cabang Utama PT.(Persero) Angkasa Pura II,
digunakan koefisien korelasi dan adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
 xy 
n.  XY  (  X )( Y )
n.  X
2

 (  X ) 2 n.  Y 2  ( Y ) 2

Keterangan :
xy = koefisien korelasi
n
= jumlah data

= sigma atau jumlah
X = Variabel Human Relations
Y = Variabel Kinerja Karyawan
Hasil penghitungannya dapat diketahui sebagai berikut :

xy




96 ( 239324 )  ( 3403 )( 6719 )
96 (122061
11717856

)  ( 3403 ) 2 96 ( 478101 )  ( 6719 ) 2
22975104  22864757
 11580409
110347
137447.752735
110347
103461167545
45897696
 45144961



110347
321653.8
= 0.343
Berdasarkan hasil penghitungan uji koefisien korelasi antara fungsi Human
Relations (X) dan kinerja karyawan (Y) diperoleh hasil sebesar 0.343.
Hasil penghitungan ini menunjukkan bahwa terdapat keeratan hubungan
antara variabel human relations (X) dengan variabel kinerja karyawan (Y).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa human relations dapat meningkatkan kinerja
karyawan walaupun hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat sedang.
Sesuai dengan koefisien interfal dalam tabel 3.4 bahwa 0.30 - 0.49 hubungannya
bersifat positif yang sedang.
4.8 Hasil Uji Hipotesis
Dalam menguji keberartian atau signifikansi antara hubungan human relations
dengan kinerja karyawan, maka dilakukan pengujian koefisien dengan taraf
signifikansi sebesar 90% atau (α = 0.1) dan derajat kebebasan n-2. Dalam
pengujian tersebut diajukan hipotesis sebagai berikut :
Ho =  = 0 ; artinya tidak ada pengaruh Human Relations sebagai variabel X
terhadap kinerja karyawan sebagai variabel Y.
Ha =  ≠ 0 ; artinya terdapat pengaruh Human Relations sebagai variabel X
terhadap kinerja karyawan sebagai variabel Y.
Dalam t hitung
diperoleh rumus sebagai berikut :
t hitung 
r
n 2
1 r2
Hasil penghitungannya adalah sebagai berikut :
t hitung 
0.343 96  2
1  (0.343) 2

3.296422303

3.296422303
0.940425435
0.8844
 3.505
t tabel
Untuk mencari
dengan tingkat signifikansi α = 0.1 (10%) dengan derajat
kebebasan (dk) = n – 2
= 96 – 2
=94
Diperoleh t
tabel
= 1.671
Maka setelah dihitung dapat diketahui bahwa t hitung lebih besar dari
t tabel (3.505 > 1.671). berarti bahwa human relations (X) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja karyawan (Y).
Karena
t hitung
3.505 >
t tabel
1.671 maka Ho di tolak. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam peelitian ini yakni Ha
diterima secara signifikan yaitu bahwa human relations berpengaruh terhadap
kinerja karyawan.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh human relations (X) terhadap
kinerja karyawan (Y) dapat digunakan rumus koefisien determinasi sebagai
berikut :
kd = r 2 x 100%
kd = (0.343) 2 x 100%
kd = 0.1156 x 100%
kd = 11.56%
Penghitungan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa variabel human
relations (X) hanya memberikan sumbangan sebesar 11.56% terhadap
peningkatan kinerja karyawan (Y), hal ini menunjukkan bahwa terdapat tingkat
pengaruh secara signfikan antara kedua variabel tersebut sedangkan sisanya yaitu
88.44% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Yang dalam hal ini peneliti tidak
membahas faktor-faktor tersebut.
4.9 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat diketahui bahwa human relations
yang baik dapat menimbulkan motivasi kerja karyawan dan pada akhirnya
meningkatkan kinerja karyawan itu sendiri. Walaupun human relations bukan satsatunya hal yang bisa mempengaruhi kinerja karyawan, namun dilihat dari hasil
penghitungan menunjukkan bahwa human relations berpengaruh secara signifikan
terhadap tinggi rendahnya kinerja karyawan. Human relations yang dilaksnakan
dan berkembang dalam Kantor Cabang Utama (KCU) Bandara Soekarno – Hatta
merupakan fungsi human relations dimana karyawan merasakan adanya
dukungan dari pimpinan kepada karyawan dalam bekerja. Dukungan dari
pimpinan merupakan hal yang sangat penting bagi para karyawan dalam
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
mereka.
Sementara itu diperoleh gambaran bahwa sebagian besar karyawan
menyatakan bahwa hubungan yang terbina antara karyawan dengan pimpinan
adalah hubungan yang harmonis dan sinergis. Saling memberian motivasi dalam
bekerja ataupun dalam pemecahan masalah perusahaan. Interaksi yang terjadi juga
sudah cukup baik, saling menerima ide, kritik dan saran yang dapat membangun
pribadi yang lebih baik. Komunikasi yang bersikap terbuka juga akan
menimbulkan pengertian yang lebih baik dan dapat mengasilkan keputusan yang
lebih tepat dan akan timbul rasa saling membantu dan bekerja sama dalam
menjalankan tugas dan pekerjaan.
Suasana dan lingkungan kerja yang menyenangkan juga membuat para
karyawan merasa nyaman dalam menjalankan pekerjaannya. Dalam pelaksanaan
pekerjaan pun diliputi oleh suasana santai dan keakraban bukan suasana yang
mencekam penuh ancaman. Lingkungan kerja yang nyaman merupakan hal yang
penting mengingat sebagian besar aktivitas pekerjaan dilakukan dalam lingkungan
kantor.
Human relations KCU mencerminkan hubungan kerja yang penuh
kekeluargaan.ha ini ditunjukkan dengan adanya hubungan yang bersifat informal
dalam lingkungan kerja sudah dilaksanakan dengan baik sehingga tidak terjadi
kekakuan dalam bekerja.
Peneliti melihat bahwa hasil kerja para karyawan sudah mencerminkan kinerja
yang baik dan perlu ditingkatkan kembali. Dari hasil penelitian dapat diketahui
karyawan KCU termasuk dalam karyawan yang memiliki loyalitas yang tinggi,
mereka tunjukkan loyalitas tersebut dengan cara kesediaan dan kesungguhan
mereka dalam menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Loyalitas mereka juga ditunjukkan dengan cara selalu mematuhi tata tertib yang
berlaku dalam perusahaan.
Dilihat dari tingkat kedisiplinan, para karyawan selalu datang tepat waktu. Itu
semua dikarenakan para karyawan menyukai pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya. Mereka mampu menyelesaikan pekerjaan yang diberikan pimpinan
tepat pada waktunya. Ketepatan karyawan dalam bekerja menjadi penting karena
hal tersebut mencerminkan kinerja yang mengalami peningkatan sehingga
akhirnya akan membantu dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Dari seluruh hasil penelitian, peneliti mencoba menganalisa dan ternyata
human relations yang baik dapat meningkatkan kinerja karyawan. Dan hal
tersebut didukung dengan penghitungan analisis statistik dengan menggunakan
koefisien korelasi dan hasilnya bahwa ada hubungan yang signifikan antara
human relations dengan peningkatan kinerja karyawan pada Kantor Cabang
Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II.
Berdasarkan hasil penghitungan dengan uji statistik dan pengamatan yang
dilakukan peneliti maka hipotesis yang peneliti ajukan yakni “Terdapat hubungan
antara human relations dengan kinerja karyawan pada Kantor Cabang Utama PT.
(Persero) Angkasa Pura II.”
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian-uraian yang peneliti kemukakan pada bab sebelumnya,
maka semakin jelaslah mengenai pentingnya human relations dalam upaya
meningkatkan kinerja karyawan
pada Kantor Cabang Utama PT. (Persero)
Angkasa Pura II.
5.1 Kesimpulan
Human relations merupakan suatu keseluruhan rangkaian hubungan baik yang
bersifat formal maupun informal, yang dijalankan dengan baik oleh pimpinan
terhadap karyawan, karyawan dengan sesama karyawan, maupun
antara
pimpinan dengan pimpinan yang dimaksudkan untuk mewujudkan suatu kerja
sama yang harmonis dan sinergis untuk menciptakan saling pengertian yang baik
antara seluruh umat manusia yang terlibat dalam organisasi guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dan human relations yang diterapkan pada KCU PT.
(Persero) Angkasa Pura II cukup berpengaruh terhadap kinerja karyawan .
Kinerja
karyawan
adalah
motivasi
karyawan
dalam
menyelesaikan
pekerjaannya dengan tepat waktu dan bersedia melakukan segala jenis pekerjaan
yang diperintahkan oleh pimpinan. Setelah dilakukan penelitian diketahui bahwa
kinerja karyawan pada KCU PT. (Persero) Angkasa Pura II mengalami
peningkatan, terbukti dengan banyak pekerjaan yang dipertanggungjawabkan
kepada para karaywan selesai tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dari hasil koefisien korelasi dan deskriptif serta uji hipotesis diperoleh r =
0.343 dan penghitungan t hitung sebesar 3.505 dengan t
tabel
sebesar 1.671
yang berarti bahwa baik tidaknya human relations yang dilaksanakan akan
menyebabkan terjadinya kenaikan atau penurunan kinerja karyawan.
besar dari t tabel
t hitung
lebih
berarti bahwa hipotesis awal tidak dapat diterima , kaerna
terbukti ada pengaruh yang signifikan antara human relations terhadap kinerja
karyawan. Sedangkan koefisien determinasinya sebesar 11.56% . Ini berarti
bahwa human relations memberikan sumbangan sebesar 11.56% terhadap kinerja
karyawan, sedangkan sisanya 88.44% menunjukkan adanya faktor lain dengan
asumsi faktor lain diabaikan.
Hal ini membuktikan kebenaran hipotesis sebelumnya yang menyatakan
bahwa “ terdapat hubungan antara human relations dengan kinerja karyawan
pada Kantor Cabang Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II.”
5.2 Saran
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan atau sebagai referensi bagi instansi. Adapun
saran yang dimaksud peneliti adalah sebagai berikut :
1. Human relations pada Kantor Cabang Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II
sudah cukup baik. Isarankan hal tersebut dapat dupertahankan atau bahkan
lebih ditingkatkan kembali. Caranya adalah dengan komunikasi yang baik
antara pimpinan dengan karyawan baik secara formal maupun informal.
Sehingga terjalin hubungan yang harmonis dan sinergis di antara orang-orang
yang terlibat.
2. Kinerja karyawan juga dapat ditingkatkan kembali agar dapat menjadi yang
lebih baik. Karena Kantor Cabang Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II lebih
menitik beratkan pada pelayanan bagi pengguna jasa bandara Soekarno-Hatta.
Dan yang tidak kalah pentingnya adalah budaya kerja harus lebih ditingkatkan
kembali sesuai dengan Good Corporate Governance, sehingga tercipta sebuah
perusahaan yang semua komponen di dalamnya benar-benar mengikuti
peraturan yang berlaku sehingga tercipta sense of belonging dan loyalitas
terhadap perusahaan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, Oemi. 1993. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara
Anggor, M. Linggar. 2005. Teori dan Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di
Indonesia
Arifin, Rois. 2003. Prilaku Organsasi. Malang : Bayu Media.
Burhan Bungin, M. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta : Prenada
Media
Davis, Keith.1962. Human Relations At Work. Mc. Graw Hill.
Devito, Josep A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Profesional Book
Djaja, H. R. Danan. 1985. Peranan Humas dalam Perusahaan. Bandung : Almuni
Effendy, Onong Uchjana. 2002. Human Relations dan Public Relations. Jakarta :
Balai Pustaka.
. 1997. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Handoko, Hani. 1994. Manajemen. Jogjakarta : BPFE.
Harold, Joseph A. 1988. Hubungan Insani. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Kasali, Rhenald. 1994. Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di
Indonesia. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.
Kountur, Ronny. 2004. Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis.
Jakarta : Penerbit PPM.
Manulang, M. 1987. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia.
Muhammad, Arni. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Musanif. 1996. Mnajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta.
Nawawi, Sadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Jogjakarta : Gajah Mada.
Pareek, Uday. 1984. Prilaku Organisasi. Jakarta : Balai Pustaka
Prawirosentono, Suyadi. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia “Kebijakan
Kinerja Karyawan”. Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang
Perdagangan Dunia. Jogjakarta : BPFE.
Rachmat, Jalaludin. 1984. Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh
Analisis Statistik. Bandung : PT. Rosdakarya
Rivai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari
Teori ke Praktik. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi Konsepsi dan
Aplikasi.
Sendjaja, S. Djuarsa. 2002. Teori Komunikasi. Jakarta : Univ. Terbuka.
Siagian, Sondang P. 1994. Organisasi Kepemimpinan & Prilaku Organisasi.
Jakarta : PT. Toko Gunung Agung.
. 2001. Manajemen SumberDaya Manusia. Jakarta : Gunung Agung.
Sugiarto. 2001. Teknik Sampling. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiono. 2004. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.
Syamsi, Ibnu. 1983. Pokok-Pokok Organisasi Manajemen.
Umar, Husein. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Weather, William B. dan Keith Davis. 1999. Personal Management and Human
Resources, third edition. Mc. Graw Hill book.
Widjaja, A.W. 1993. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta : Bumi
Aksara
Struktur Organisasi Kantor Cabang Utama PT. (Persero) Angkasa Pura II
Tabel 4.32
Hasil Uji Validitas Variabel X
Pertanyaan No.
H1
H2
H3
H4
H5
H6
H7
H8
H9
r Hasil
0.45
0.71
0.68
0.42
0.78
0.56
0.31
1.10
0.56
Simbol
>
>
>
>
>
>
>
>
>
r Tabel
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.33
Hasil Uji Validitas Variabel Y
Pertanyaan No.
K1
K2
K3
K4
K5
K6
K7
K8
K9
K10
K11
K12
K13
K14
K15
K16
K17
K18
r Hasil
0.56
0.35
0.35
0.50
0.42
0.38
0.40
0.56
0.49
0.42
0.52
0.46
0.61
0.46
0.39
0.62
0.58
0.61
Simbol
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
r Tabel
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.34
Hasil Uji Reliabilitas Variabel X
Pertanyaan No.
H1 – H2
H2 – H3
H3 – H4
H4 – H5
H5 – H6
H6 – H7
H7 – H8
H8 – H9
r Hasil
0.58
0.70
0.55
0.60
0.67
0.44
0.71
0.83
Simbol
>
>
>
>
>
>
>
>
r Tabel
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.35
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y
Pertanyaan No.
K1 – K2
K2 – K3
K3 – K4
K4 – K5
K5 – K6
K6 – K7
K7 – K8
K8 – K9
K9 – K10
K10 – K11
K11 – K12
K12 – K13
K13 – K14
K14 – K15
K15 – K16
K16 – K17
K17 – K18
r Hasil
0.46
0.35
0.43
0.46
0.40
0.39
0.48
0.53
0.46
0.47
0.49
0.54
0.56
0.43
0.51
0.60
0.60
Simbol
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
r Tabel
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
0.30
keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Tabel 4.36
Tabel data Human Relations (X) dengan Kinerja Karyawan (Y)
No. Responden
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
Human
Relations (X)
44
31
40
36
26
33
32
32
35
36
40
38
37
41
41
30
33
36
31
32
33
34
30
40
36
34
33
39
35
36
39
40
33
32
32
35
36
40
38
37
41
41
44
31
40
36
26
32
(X)
2
1936
961
1600
1296
676
1089
1024
1024
1225
1296
1600
1444
1369
1681
1681
900
1089
1296
961
1024
1089
1156
900
1600
1296
1156
1089
1521
1225
1296
1521
1600
1089
1024
1024
1225
1296
1600
1444
1369
1681
1681
1936
961
1600
1296
676
1024
Kinerja
Karyawan (Y)
83
68
79
77
62
75
69
66
60
74
66
66
66
81
75
79
69
79
56
63
78
69
74
81
74
70
43
69
52
71
71
77
78
69
74
81
74
70
43
69
52
71
83
68
79
77
62
75
(Y)
2
6889
4624
6241
5929
3844
5625
4761
4356
3600
5476
4356
4356
4356
6561
5625
6241
4761
6241
3136
3969
6084
4761
5476
6561
5476
4900
1849
4761
2704
5041
5041
5929
6084
4761
5476
6561
5476
4900
1849
4761
2704
5041
6889
4624
6241
5929
3844
5625
(X.Y)
3652
2108
3160
2772
1612
2475
2208
2112
2100
2664
2640
2508
2442
3321
3075
2370
2277
2844
1736
2016
2574
2346
2220
3240
2664
2380
1419
2691
1820
2556
2769
3080
2574
2208
2368
2835
2664
2800
2553
2132
2132
2911
3652
2108
3160
2772
1612
2400
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.

33
34
30
40
36
34
33
39
35
36
39
40
33
39
35
36
39
40
33
32
32
35
36
40
38
36
26
33
32
32
35
36
40
38
37
41
40
33
32
32
35
36
40
38
36
26
33
32
1089
1156
900
1600
1296
1156
1089
1521
1225
1296
1521
1600
1089
1521
1225
1296
1521
1600
1089
1024
1024
1225
1296
1600
1444
1296
676
1089
1024
1024
1225
1296
1600
1444
1369
1681
1600
1089
1024
1024
1225
1296
1600
1444
1296
676
1089
1024
69
66
60
74
66
66
66
81
75
78
69
74
81
74
70
43
69
52
71
83
62
75
69
66
60
74
66
66
66
81
75
78
69
74
81
74
74
70
43
69
52
71
71
77
78
69
74
81
4761
4356
3600
5476
4356
4356
4356
6561
5625
6084
4761
5476
6561
5476
4900
1849
4761
2704
5041
6889
3844
5625
4761
4356
3600
5476
4356
4356
4356
6561
5625
6084
4761
5476
6561
5476
5476
4900
1849
4761
2704
5041
5041
5929
6084
4761
5476
6561
2277
2244
1800
2960
2376
2244
2178
3159
2625
2808
2691
2960
2673
2886
2450
1548
2691
2080
2343
2656
1984
2625
2484
2640
2280
2664
1716
2178
2112
2592
2625
2808
2760
2812
2997
3034
2960
2310
1376
2208
1820
2556
2840
2926
2808
1794
2442
2592
3.403
122.061
6.719
478.101
239.324
Download