BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan listrik pada elemen masyarakat sangatlah besar baik dari
kalangan industri, rumah tanggga, dan kebutuhan-kebutuhan yang lain.
Kebutuhan akan listrik pada masyarakat kini semakin meningkat, seiring
kebutuhan dan pertambahan penduduk yang semakin meningkat. Namun,
peningkatan kebutuhan listrik ini tidak diiringi oleh penambahan pasokan
listrik untuk konsumen sehingga perusahan listrik di Indonesia khususnya PLN
(Perusahaan Listrik Negara) menghimbau kepada seluruh konsumennya agar
melakukan penghematan listrik dari pukul 17.00 – 22.00. Dengan cara ini
diharapkan krisis ketenagalistrikan tidak terjadi atau paling tidak dapat
diminimalisir sedini mungkin. Selain itu krisis ketenagalistrikan terjadi karena
pasokan bahan bakar utama seperti batu bara pada PLTU dan PLTGU
pasokannya sudah mulai menipis karena sudah terlalu sering ditambang dari
perut bumi. Namun dengan banyaknya daerah – daerah yang belum teraliri listrik
maka pihak PLN biasanya lebih memilih pembangunan PLTD yang relative
mudah. Maka dari itu pembahasan kali ini akan membahas perancangan PLTD.
1.2 Maksud dan Tujuan
 Untuk mengetahui kriteria dan karakteristik PLTD
 Dapat merancang PLTD
1.3 Pembatasan masalah
Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, penyusun memiliki alternatif
lain agar terjadinya krisis ketenagalistrikan dapat diminimalisir. Atau paling
tidak, bagi para konsumen yang ingin memasang saluran listrik baru yang
daerahnya belum disambung aliran listrik dari PLN terutama di daerah –
daerah terpencil bias menikmati energi listrik. Dengan dasar inilah penyusun
mencoba untuk merancang sebuah pembangkit listrik dengan memanfaatkan
energi diesel.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Bahan Bakar Diesel
Bahan bakar diesel secara umum adalah bahan bakar cair apapun yang
digunakan untuk mesin diesel. Jenis yang paling umum adalah minyak bahan
bakar yang berasal dari hasil distilasi fraksi minyak bumi, namun ada juga
produk selain dari turunan minyak bumi seperti biodiesel, diesel biomassa
menjadi cairan atau diesel gas menjadi cairan. Untuk membedakan jenis-jenis
diesel, bahan bakar dari minyak bumi umumnya disebut petrodiesel. Diesel
dengan sulfur ultra-rendah (ULSD) adalah standar untuk mendefinisikan
bahan bakar diesel dengan kandungan sulfur yang telah direndahkan.
Di Britania Raya, bahan bakar diesel untuk penggunaan jalan raya disebut
DERV, singkatan dari diesel-engined road vehicle (Kendaraan bermesin
diesel untuk jalan raya) yang besar pajaknya lebih tinggi dari diesel untuk
penggunaan non-jalan raya .
Di Australia, bahan bakar diesel disebut juga 'distillate'.
Di Indonesia, bahan bakar diesel yang paling umum adalah solar.
2.2 Mesin Diesel
Mesin diesel (atau mesin pemicu kompresi) adalah motor bakar
pembakaran dalam yang menggunakan panas kompresi untuk menciptakan
penyalaan dan membakar bahan bakar yang telah diinjeksikan ke dalam ruang
bakar. Mesin ini tidak menggunakan busi seperti mesin bensin atau mesin gas.
Mesin ini ditemukan pada tahun 1892 oleh Rudolf Diesel, yang menerima
paten pada 23 Februari 1893. Diesel menginginkan sebuah mesin untuk dapat
digunakan dengan berbagai macam bahan bakar termasuk debu batu bara. Dia
mempertunjukkannya pada Exposition Universelle (Pameran Dunia) tahun
1900 dengan menggunakan minyak kacang (lihat biodiesel). Mesin ini
kemudian diperbaiki dan disempurnakan oleh Charles F. Kettering.
Mesin diesel memiliki efisiensi termal terbaik dibandingkan dengan mesin
pembakaran dalam maupun pembakaran luar lainnya, karena memiliki rasio
kompresi yang sangat tinggi. Mesin diesel kecepatan-rendah (seperti pada
mesin kapal) dapat memiliki efisiensi termal lebih dari 50%.
Mesin diesel dikembangkan dalam versi dua-tak dan empat-tak. Mesin ini
awalnya digunakan sebagai pengganti mesin uap. Sejak tahun 1910-an, mesin
ini mulai digunakan untuk kapal dan kapal selam, kemudian diikuti
lokomotif, truk, pembangkit listrik, dan peralatan berat lainnya. Pada tahun
1930-an, mesin diesel mulai digunakan untuk mobil. Sejak saat itu,
penggunaan mesin diesel terus meningkat dan menurut British Society of
Motor Manufacturing and Traders, 50% dari mobil baru yang terjual di Uni
Eropa adalah mobil bermesin diesel, bahkan di Perancis mencapai 70%.
2.3 Prinsip Kerja Mesin Diesel
Mesin diesel menggunakan prinsip kerja hukum Charles, yaitu ketika
udara dikompresi maka suhunya akan meningkat. Udara disedot ke dalam
ruang bakar mesin diesel dan dikompresi oleh piston yang merapat dengan
rasio kompresi antara 15:1 dan 22:1 sehingga menghasilkan tekanan 40-bar
(4.0 MPa; 580 psi), dibandingkan dengan mesin bensin yang hanya 8 to 14
bars (0.80 to 1.40 MPa; 120 to 200 psi). Tekanan tinggi ini akan menaikkan
suhu udara sampai 550 °C (1,022 °F). Beberapa saat sebelum piston
memasuki proses kompresi, bahan bakar diesel disuntikkan ke ruang bakar
langsung dalam tekanan tinggi melalui nozzle dan injektor supaya bercampur
dengan udara panas yang bertekanan tinggi. Injektor memastikan bahwa
bahan bakar terpecah menjadi butiran-butiran kecil dan tersebar merata. Uap
bahan bakar kemudian menyala akibat udara yang terkompresi tinggi di
dalam ruang bakar. Awal penguapan bahan bakar ini menyebabkan sebuah
waktu tunggu selagi penyalaan, suara detonasi yang muncul pada mesin
diesel adalah ketika uap mencapai suhu nyala dan menyebabkan naiknya
tekanan diatas piston secara mendadak. Oleh karena itu, penyemprotan bahan
bakar ke ruang bakar mulai dilakukan saat piston mendekati (sangat dekat)
TMA untuk menghindari detonasi. Penyemprotan bahan bakar yang langsung
ke ruang bakar di atas piston dinamakan injeksi langsung (direct injection)
sedangkan penyemprotan bahan bakar kedalam ruang khusus yang
berhubungan langsung dengan ruang bakar utama dimana piston berada
dinamakan injeksi tidak langsung (indirect injection).
Ledakan tertutup ini menyebabkan gas dalam ruang pembakaran
mengembang dengan cepat, mendorong piston ke bawah dan menghasilkan
tenaga linear. Batang penghubung (connecting rod) menyalurkan gerakan ini
ke crankshaft dan oleh crankshaft tenaga linear tadi diubah menjadi tenaga
putar.
Tingginya kompresi menyebabkan pembakaran dapat terjadi tanpa
dibutuhkan sistem penyala terpisah (pada mesin bensin digunakan busi),
sehingga rasio kompresi yang tinggi meningkatkan efisiensi mesin.
Meninggikan rasio kompresi pada mesin bensin hanya terbatas untuk
mencegah kerusakan pra-penyalaan.
2.2.1 Sistem Injeksi Generasi Awal
Mesin asli Diesel menginjeksikan bahan bakar dengan bantuan
udara bertekanan, yang mengatomisasi bahan bakar dan memaksa
bahan bakar masuk dalam ruang bakar melalui nosel (menggunakan
prinsip yang sama dengan semprotan aerosol). Bukaan nosel ditutup
oleh katup yang dikontrol oleh camshaft untuk mengawali injeksi
bahan bakar sebelum titik mati atas/top dead centre. Menggunakan 3
tahap kompresor memang memakan tenaga namun efisiensi dan
output tenaga bersih yang dihasilkan diatas mesin pembakaran lainnya
pada waktu itu.
Mesin diesel saat ini menggunakaan tekanan sangat tinggi dengan
pompa mekanik dan menekan bahan bakar dengan injektor tanpa
udara bertekanan. Dengan diesel injeksi langsung, injektor akan
menyemprot bahan bakar melalui 4-12 orifice kecil pada noselnya.
Mesin diesel injeksi generasi awal selalu mempunyai pembakaran
awal tanpa kenaikan tekanan yang drastis ketika pembakaran. Saat ini
riset sedang dilakukan untuk menggunakan lagi beberapa bentuk
injeksi udara desain asli Rudolf Diesel untuk mengurangi polusi
nitrogen oksida. Pada semua mesin diesel, mesin diesel modern selalu
mengacu pada desain asli Rudolf Diesel, dimana bahan bakar menyala
melalui kompresi tinggi.
2.2.2 Jalur Bahan Bakar
Untuk aplikasi generator listrik, komponen penting dari mesin diesel
adalah governor, yang mengontrol suplai bahan bakar agar putaran
mesin selalu pada putaran yang diinginkan. Apabila putaran mesin
turun terlalu banyak kualitas listrik yang dikeluarkan akan menurun
sehingga peralatan listrik tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya,
sedangkan apabila putaran mesin terlalu tinggi maka dapat
mengakibatkan over voltage yang bisa merusak peralatan listrik.
Mesin diesel modern menggunakan pengontrolan elektronik canggih
untuk mencapai tujuan ini melalui modul kontrol elektronik (ECM)
atau unit kontrol elektronik (ECU) - yang merupakan "komputer"
dalam mesin. ECM/ECU menerima sinyal kecepatan mesin melalui
sensor dan menggunakan algoritma dan mencari tabel kalibrasi yang
disimpan dalam ECM/ECU, dia mengontrol jumlah bahan bakar dan
waktu melalui aktuator elektronik atau hidraulik untuk mengatur
kecepatan mesin.
2.2.3 Kondisi Dingin
a. Penyalaan
Mesin diesel sulit untuk hidup pada saat mesin dalam kondisi
dingin. Beberapa mesin menggunakan pemanas elektronik kecil
yang disebut busi menyala (spark/glow plug) di dalam silinder
untuk memanaskan ruang bakar sebelum penyalaan mesin. Lainnya
menggunakan pemanas "resistive grid" dalam "intake manifold"
untuk menghangatkan udara masuk sampai mesin mencapai suhu
operasi. Setelah mesin beroperasi pembakaran bahan bakar dalam
silinder dengan efektif memanaskan mesin.
b. Pengentalan
Dalam cuaca yang sangat dingin, bahan bakar diesel mengental dan
meningkatkan viscositas dan membentuk kristal lilin atau gel.
Kristal ini dapat terbentuk di sepanjang jalur bahan bakar (terutama
pada saringan), membuat penyalaan mesin dalam cuaca dingin
menjadi sulit. Pemanas listrik kecil pada tanki bahan bakar dan di
sepanjang sistem bahan bakar umumnya menjadi solusi. Selain itu,
cara umum yang dipakai adalah untuk memanaskan saringan bahan
bakar dan jalur bahan bakar secara elektronik.
Seiring dengan meningkatnya teknologi bahan bakar, pengentalan
saat ini jarang terjadi, namun pada kondisi terdingin campuran
adalah diesel dan minyak tanah dapat digunakan. Stasiun pengisian
bahan bakar di kawasan dingin pada umumnya menyediakan bahan
bakar diesel musim dingin yang memungkinkan operasi di bawah
semestinya. Di Eropa, karakteristik bahan bakar ini tercantum pada
standar EN 590.
2.4 Keuntungan Utama
Mesin diesel memiliki beberapa keuntungan dibandingkan mesin pembakaran
lain:
1. Mesin diesel membakar lebih sedikit bahan bakar daripada mesin bensin
untuk menghasilkan kerja yang sama karena suhu pembakaran dan rasio
kompresi yang lebih tinggi. Mesin bensin umumnya hanya memiliki
tingkat efisiensi 30%, sedangkan mesin diesel bisa mencapai 45%
(mengubah energi bahan bakar menjadi energi mekanik (lihat siklus
Carnot untuk penjelasan lebih lanjut).
2. Tidak ada tegangan listrik tinggi pada sistem penyalaan, sehingga tahan
lama dan mudah digunakan pada lingkungan yang keras. Tidak adanya
koil, kawat spark plug, dsb juga menghilangkan sumber gangguan
frekuensi radio yang dapat mengganggu peralatan navigasi dan
komunikasi, sehingga penting pada pesawat terbang dan kapal.
3. Daya tahan mesin diesel umumnya 2 kali lebih lama daripada mesin
bensin.
4. Bahan bakar diesel dapat dihasilkan langsung dari minyak bumi. Distilasi
memang menghasilkan bensin, namun hasilnya tak akan cukup tanpa
adanya catalytic reforming, yang berarti memerlukan ongkos tambahan.
5. Bahan bakar diesel umumnya dianggap lebih aman daripada bensin.
Meskipun bahan bakar diesel dapat terbakar pada udara bebas jika disulut
dengan sumbu, namun tidak akan meledak dan tidak menghasilkan uap
yang mudah terbakar dalam jumlah besar. Tekanan uap yang rendah
sangat menguntungkan untuk aplikasi kapal laut, dimana campuran
bahan bakar dengan udara yang dapat meledak sangatlah berbahaya.
Dengan alasan yang sama, mesin diesel tahan terhadap vapor lock.
6. Untuk beban parsial berapapun, efisiensi bahan bakar (massa yang
dibakar per energi yang dihasilkan) hampir konstan untuk mesin diesel,
sedangkan pada mesin bensin akan proporsional.
7. Mesin diesel menghasilkan panas yang terbuang lebih sedikit.
8. Mesin diesel dapat menerima tekanan dari supercharger
atau
turbocharger tanpa batasan (tergantung dari kekuatan komponen
mesinnya saja). Tidak seperti mesin bensin yang dapat menimbulkan
detonasi/ketukan pada tekanan tinggi.
9. Kandungan karbon monoksida pada gas buangnya minimal, oleh karena
itu mesin diesel digunakan pada tambang bawah tanah.
10. Biodiesel mudah disintesis, bahan bakar berbasis non-minyak bumi
(melalui proses transesterifikasi) dan dapat langsung digunakan di
banyak mesin diesel, sedangkan mesin bensin membutuhkan banyak
ubahan untuk dapat menggunakan bahan bakar sintetis untuk dapat
digunakan (misalnya etanol ditambahkan ke gasohol).
2.5 Efisiensi Bahan Bakar
Mesin S80ME-C7 milik MAN yang bermesin diesel mengkonsumsi 155
grams (5.5 oz) bahan bakar per kWh dan menghasilkan efisiensi sebesar
54.4%, sehingga menjadikannya konversi bahan bakar tertinggi menjadi
tenaga untuk mesin pembakaran dalam maupun luar manapun (The efficiency
of a combined cycle gas turbine system can exceed 60%) Hal ini berarti
mesin diesel lebih efisien daripada mesin bensin untuk keluaran tenaga yang
sama, sehingga konsumsi bahan bakar lebih irit. Contoh lainnya adalah Škoda
Octavia, dimana mesin bensinnya mengkonsumsi bahan bakar 6.2 L/100 km
(46 mpg-imp; 38 mpg-US) untuk tenaga 102 bhp (76 kW) sedangkan mesin
dieselnya hanya mengkonsumsi 4.4 L/100 km (64 mpg-imp; 53 mpg-US)
untuk keluaran tenaga 105 bhp (78 kW).
Keefisienan mesin diesel disebabkan karena bahan bakar diesel lebih padat
dan kandungan energinya lebih banyak 15% berdasarkan volume. Meskipun
nilai kalornya sedikit lebih rendah daripada bensin (diesel 45,3 MJ/kg
(megajoule per kilogram, bensin 45.8 MJ/kg), namun karena densitasnya
lebih tinggi, maka massanya lebih besar.
Selain itu, mesin diesel juga lebih irit karena rasio kompresi yang lebih
tinggi, terutama pada putaran rendah dan kondisi mesin diam. Tidak seperti
mesin bensin, mesin diesel tidak memiliki butterfly valve/throttle pada sistem
inlet yang menutup pada kondisi mesin diam. Hal ini menimbulkan kerugian
dan menurunkan adanya udara masuk, sehingga efisiensi mesin bensin
menurun. Di banyak penggunaan, seperti kapal laut, pertanian, dan kereta,
mesin diesel dibiarkan menyala diam berjam-jam. Kuntungan ini banyak
digunakan pada lokomotif kereta (liat dieselisasi).
Mesin diesel pada bus, truk, dan mobil-mobil baru bermesin diesel dapat
mencapai efisiensi maksimum sekitar 45%, dan sedang ditingkatkan sehingga
mencapai 55%. Meskipun begitu, rata-rata efisiensinya tidak selalu sama,
tergantung pada kondisi dan penggunaan
2.6 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) ialah Pembangkit listrik yang
menggunakan mesin diesel sebagai penggerak mula (prime mover). Prime
mover merupakan peralatan yang mempunyai fungsi menghasilkan energi
mekanis yang diperlukan untuk memutar rotor generator. Mesin diesel
sebagai penggerak mula PLTD berfungsi menghasilkan tenaga mekanis yang
dipergunakan untuk memutar rotor generator.
Motor diesel dinamai juga motor penyalaan kompresi (compression
ignition engine) oleh karena cara penyalaan bahan bakarnya dilakukan
dengan menyemprotkan bahan baker kedalam udara bertekanan dan
temperature tinggi, sebagai akibat dari proses didalam ruang baker kepala
silinder. Selain motor diesel dikenal juga jenis motor baker lainnya yaitu
motor bensin yang biasanya dinamai motor penyalaan bunga api (spark
ignition engine) oleh karena cara penyalaan bahan bakarnya dengan
pertolongan bunga api (listrik).
Jika dibandingkan dengan motor bensin, gas buang motor diesel tidak
banyak mengandung komponen beracun yang dapat mencemari udara. Selain
dari pada itu pemakaian bahan baker motor diesel lebih rendah (-/+ 25 %)
dari pada motor bensin, sedangkan harganyapun lebih murah sehingga
penggunaan motor diesel umumnya lebih hemat dari pada motor bensin
sebagai penggerak mesin industri. Ditinjau dari sisi investasi harga, motor
diesel umumnya lebih mahal dari motor bensin karena untuk kapasitas mesin
yang sama motor diesel harus dibuat dengan konstruksi dan berat yang lebih
besar.
BAB III
PERANCANGAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA DIESEL
3.1 Rencana Lokasi
Lokasi yang dipilih di daerah Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari,
Gunung Kidul, Yogyakarta.
3.2 Alasan Pemilihan Lokasi
Alasan dalam pemilihan lokasi tersebut, karena :
- Letaknya yang berdekatan dengan pantai, yaitu Pantai Drini. Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel memerlukan air dengan kapasitas yang besar untuk
proses pendinginan pembangkit, sehingga memanfaatkan air pantai
sebagai media pendingin dengan melalui proses penetralisasi terlebih
-
dahulu.
Letaknya yang berdekatan dengan bahan bakar PLTD yaitu biodiesel, di
daerah Dusun Pandes RT.03, Desa Panggungharjo, Sewon Bantul
Yogyakarta.
3.3 Data Beban
1. Kurva Beban D.I Yogyakarta
2009
Data
Beban
(MW)
283
2010
315
32
2011
2012
351
390
36
39
2013
435
45
Tahun
Kenaikkan
(MW)
Kenaikan
(%)
-
11,307420
5
11,428571
4
11,1111111
11,538461
5
45,385564
6
Total
1774
152
Asumsi Target Kenaikan MW
(%)
45
Dari Data diatas maka dapat dibuatkan kurva beban tahunan Provinsi D.I
Yogyakarta yang mencakup daerah keseluruhan termasuk daerah atau lokasi
yang akan dibangun PLTD, berikut kurva beban :
KURVA BEBAN TAHUNAN D.I YOGYAKARTA
500
400
300
Data Beban (MW)
MW 200
100
0
2009
2010
2011
2012
2013
TAHUN
Prakiraan beban daerah Yogyakarta hingga tahun 2015
Data
Asumsi
Beban
(x100)
(MW)
2009
283
28300
2010
315
31500
2011
351
35100
2012
390
39000
2013
435
43500
2015
80344
80344
*Diasumsikan x100 agar beban puncak tahun 2015 dapat terlihat
Sehingga dapat terlihat prakiraan beban puncak pada tahun 2015 seperti
Tahun
kurva sebagai berikut :
PRAKIRAAN KURVA BEBAN TAHUNAN D.I YOGYAKARTA
90000
80000
70000
60000
50000
Data Beban (MW)
MW 40000
30000
20000
10000
0
2009
2010
2011
TAHUN
Pada tahun 2015 :
2012
2013
2015
a. Daya terpasang adalah total penjumlahan seluruh daya yang ada pada
setiap pembangkit baik yang sedang beroperasi ataupun yang sedang tidak
beroperasi.
b. Daya tersedia adalah total penjumlahan seluruh daya yang ada pada setiap
pembangkit yang dapat beroperasi.
c. Daya cadangan adalah daya tersedia dikurangi dengan daya beban yang
sedang dipakai oleh pelanggan.
2. Kurva Beban Jawa-Bali
Sumber : Wordpress.com, diambil pada tanggal 02 Maret 2011
Kurva Karakteristik beban menurut sumber Wordpress.com
Penjelasan mengenai karakteristik beban :
1. Beban dasar (Base Load), pembangkit yang digunakan adalah
pembangkit biaya bahan bakar murah dan standby operasinya lama
(waktu penyalaan pembangkit sampai dapat memproduksi listrik).
Karenanya, pembangkit yang digunakan untuk jenis beban ini adalah
PLTU dengan bahan bakar batu bara atau bahkan dapat juga PLTG.
2. Beban puncak (Peak Load), pembangkit yang digunakan adalah
pembangkit yang standby operasinya cepat, maksudnya ketika saat
dibutuhkan tambahan pasokan daya, pembangkit dapat langsung
menyuplai tambahan daya tersebut. Jenis pemabgnkit yang sesuai
untuk beban ini misalnya PLTD dan PLTG.
3.4 Kriteria dan Karakteristik PLTD
Kriteria PLTD :
1. Dapat beroperasi sepanjang waktu selama masih tersedia bahan bakar
2. Investasi awal pembangunan yang relative murah, kebutuhan energy di
daerah-daerah terisolasi yang mendesak dan kebutuhan energy daerahdaerah yang belum terlalu besar, pembangunan PLTD didaerah ini untuk
mengurangi biaya transmisi dan rugi-rugi jaringan dalam menyalurkan
energy listrik dari kota terdekat.
3. Keandalan pembangkit yang tinggi karena tidak bergantung terhadap
alam.
4. Sebagai cadangan (standby plant) yang dijalankan pada saat unit
pembangkit utama yang ada tidak dapat mencukupi kebutuhan daya
listrik.
5. Sebagai unit pembangkit listrik yang dapat menyuplai listrik selama 24
jam atau pemikul beban tetap. Sifat pengoperasian harus pada beban
dasar yang berkapasitas tertinggi dan tidak dipengaruhi oleh frekuensi
beban tetap. Hal ini memungkinkan juga bila pasokan dapat mengalami
gangguan.
6. Sebagai unit beban puncak (Peak load). Bila PLTD dioperasikan pada
beban puncak, biasanya dalam waktu yang tidak lama, karena berfungsi
untuk menaikkan tegangan yang turun pada saat beban puncak.
7. Sebagai unit cadangan (emergency) yang dijalankan saat keadaan darurat
saat terjadi pemadaman pada unit pembangkit utama.
8. Waktu pembebanan yang relative singkat.
9. Kapasitas PLTD Yang kecil
10. Pada saat start putaran mesin dari 0 rpm sampai sinkron dengan jaringan
membutuhkan waktu yang relative cepat.
11. Dapat mengambil beban dengan cepat, sehingga dapat meratakan beban
dengan cepat.
Karakteristik PLTD :
Pada pembangkit listrik tenaga diesel daya yang dihasilkan dipengaruhi
oleh konsumsi bahan bakar, hubungan bahan bakar terhadap daya yang
dibangkitkan pembangkit dapat dilihat berdasarkan kurva karakteristik masukan
bahan bakar terhadap daya aktif, sebagai berikut :
Gambar Kurva karateristik masukan bahan bakar terhadap daya keluaran (daya aktif)
Dilihat pada kurva diatas, bahwa dengan kapasitas bahan bakar masukan
sekitar 109 atau sekita 1.000.000.000 kCal/J dapat menghasilkan daya sebesar
200 kw. Bila kapasitas bahan bakar masukan 4.109 4.000.000.000 kCal/J
menghasilkan daya 500 kW. Artinya bahwa kapasitas daya yang dibangkitkan
pada pembangkitan listrik tenaga diesel terlampau berkapasitas kecil
dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga lainnya seperti air. Oleh
karena itu pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) lebih cocok digunakan
pada saat beban puncak (peak load), disamping karena berkapasitas daya
yang dibangkitkan kecil, proses start awal yang begitu cepat.
BAB IV
KESIMPULAN
Pembangkit listrik tenaga diesel merupakan tipe pembangkit yang akan selalu ada
selama tersedianya bahan bakar diesel yaitu solar. Terlihat dari kriteria dan
karakteristik dari PLTD memang baik digunakan terutama untuk daerah – daerah
terpencil yang kebutuhan dayanya kecil. Namun dilihat dari segi ekonomi
pembuatan pembangkit listrik tenaga diesel ini kurang efisien baik harga produsen
maupun untuk konsumen. Hal ini dikarenakan bahan bakar yang dibutuhkan
terpatok dengan harga minyak dunia yang tidak menentu nilainya.
Download