BAB I - Perpustakaan Universitas Mercu Buana

advertisement
U N I V E R S I T A S
MERCUBUA NA
IMPLEMENTASI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN
PADA KLINIK DBC (DOCUMENTATION BASED CARE)
RUMAH SAKIT INTERNASIONAL BINTARO TAHUN 2007
Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
(S1)
Ilmu Komunikasi
Di susun oleh :
Nama
: Yohanes Cindy Alberto
Nim
: 04303-011
Jurusan: Marketing Communication and Advertising
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA
2009
i
ii
UN I V ERS I T A S
MERCUBUANA
FAKULTAS KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Judul
:
IMPLEMENTASI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN
PADA KLINIK DBC (DOCUMENTATION BASED CARE)
RUMAH SAKIT INTERNASIONAL BINTARO TAHUN 2007
Nama
:
Yohanes Cindy Alberto
NIM
:
04303-011
Fakultas
:
Ilmu Komunikasi
Jurusan
:
Marketing Communication
Mengetahui,
Pembimbing I
( SM Niken Restaty, Msi )
Pembimbing II
( Berliani Ardha, Msi )
iii
UN I V ERS I T A S
MERCUBUANA
FAKULTAS KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: Yohanes Cindy Alberto
NIM
: 04303-011
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Jurusan
: Marketing Communication
Judul
: IMPLEMENTASI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN
PADA KLINIK DBC (DOCUMENTATION BASED CARE)
RUMAH SAKIT INTERNASIONAL BINTARO TAHUN 2007
Jakarta, Februari 2009
Ketua sidang
Nama
:
( Nurprapti W.W, Msi )
:
( Ahmad Mulyana, Msi )
Penguji ahli
Nama
Pembimbing I
Nama
:
( SM. Niken R, Msi )
Pembimbing II
Nama
:
( Berliani Ardha, Msi )
iv
UN I V ERS I T A S
MERCUBUANA
FAKULTAS KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: Yohanes Cindy Alberto
NIM
: 04303-011
Fakultas : Ilmu Komunikasi
Jurusan : Marketing Communication
Judul
: IMPLEMENTASI STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN
PADA KLINIK DBC (DOCUMENTATION BASED CARE)
RUMAH SAKIT INTERNASIONAL BINTARO TAHUN 2007
Jakarta, Maret 2009
Disetujui dan diterima oleh :
Pembimbing I
Pembimbing II
( SM Niken Restaty, Msi )
( Berliani Ardha, Msi )
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Ketua Bidang Studi
v
( Dra. Diah Wardhani, Msi )
( Tri Diah C, Msi )
UN I V ERS I T A S
MERCUBUANA
FAKULTAS KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCUBUANA
ABSTRAKSI
Judul Skripsi
Nama
Bab / Halaman
Bagan / lampiran
Acuan
Pembimbing
: Analisis efektifitas strategi komunikasi pemasaran
Klinik DBC (Documentation Based Care)
Rumah sakit Internasional Bintaro tahun 2007
: Yohanes Cindy Alberto (04303-011)
: V bab / 148 halaman
: 2 bagan / 6 lampiran
: 22 Buku, 1 Kamus, 6 jurnal, 5 Sumber Lain-lain
Tahun cetak / diterbitkan :1995 - 2007
: 1. SM Niken Restati, Msi
2. Berliani Ardha, Msi
Strategi komunikasi pemasaran yang baik sangat penting demi tercapainya
tujuan promosi yang ditelah ditentukan oleh pemasar. Strategi pemasaran tidak
hanya dapat diimplemtasikan pada produk berwujud, namun juga pada produk jasa,
yang memiliki karakteristik yang intangible atau tidak berwujud. Karakterisktik
tersebut mengakibatkan adanya perbedaan dalam penggunaan atau pemilihan
bauran promosi sesuai dengan tujuan promosi dari produk jasa tersebut.
Hal tersebut yang mendorong minat penulis untuk meneliti “Implementasi
strategi komunikasi pemasaran klinik DBC (Documentation Based Care) Rumah
sakit Internasional Bintaro tahun 2007”.
Klinik DBC adalah sebuah sarana pelayanan jasa kesehatan sebagai solusi untuk
nyeri sekitar leher, bahu dan tulang belakang, Klinik DBC ini bertempat di RS
Internasional Bintaro sebagai bagian dari kerjasama dengan DBC Internasional.
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini penulis melakukan
pengumpulan data adalah dengan mengumpulkan data melalui wawancara dengan
narasumber yang terkait dengan objek dan juga melakukan studi dokumentasi dari
data-data pada bagian marketing rumah sakit Internasional dan klinik DBC, yang
kemudian hasilnya diproses sebelum siap digunakan malalui pencatatan dan
penyuntingan.
Metode Penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah
vi
dengan menggunakan Studi kasus.
Sesuai dengan landasan teori stategi komunikasi pemasaran dari Chris Fill
dan teori bauran komunikasi pemasaran jasa dari Christoper Lovelock, dari hasil
penelitian ini menurut data dokumentasi mengenai jumlah pasien klinik DBC, ratarata jumlah pasien yang didapatkan klinik DBC perbulan adalah 250/12 = 20.8 atau
sekitar 20 orang setiap bulannya.
Jadi tujuan promosi klinik DBC tahun 2007, yang ditetapkan oleh departemen
marketing yaitu peningkatan volume pasien perbulan 20 orang, ternyata tercapai.
Dari berbagai alat komunikasi pemasaran klinik DBC, berdasarkan studi
dokumentasi terhadap data survey pasien DBC ternyata melalui personal selling /
personal communication yang dilakukan oleh para dokter, merupakan sumber
informasi yang paling banyak diterima oleh pasien yaitu sebanyak 98 orang, dan
brosur memberikan informasi kepada pasien sebanyak 59 orang. Selanjutnya
kepuasan pasien ternyata memberikan dampak yang positif melalui word of mouth
kepada pasien lain yaitu sebanyak 34 orang mengaku mendapatkan rekomendasi
klinik DBC melalui kerabat, teman, ataupun pasien lain.
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk Almarhum Ayahanda tercinta Bapak
Robertus Yoseph Eddy Sangadi yang terus mendukung saya dalam penyusunan
skripsi ini ditengah perjuangannya melawan penyakit kanker hingga akhir hayatnya
pada 6 Juli 2008. Sekiranya skripsi ini bisa membuat bangga beliau yang kini telah
tenang di sisi Bapa, Sekaligus sebagai bakti tanda cinta dan hormat bagi beliau.
Skripsi ini juga saya persembahkan sebagai hadiah istimewa untuk putri
pertamaku Bratandari Karalintang Alberto, sebagai keajaiban Tuhan yang
dilahirkan pada 7 Februari 2009.
viii
KATA PENGANTAR
Pertama saya mengucapkan Puji Syukur atas kemuliaan dan rencanarencana Tuhan yang sungguh sempurna yang dilimpahkan dalam setiap perkara
kejadian kehidupan ini. Dalam penyusunan skripsi ini, saya menemui banyak sekali
pergumulan kehidupan yang membuat skripsi ini tertunda beberapa waktu lamanya,
namun saya percaya bahwa Jesus Kristus sebagai Jalan Penebusan dan kebenaran
terus mendampingi saya hingga skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Ucapan terima kasih yang istimewa untuk istri tercintaku Fitri, yang dengan
kesabaran
dan
kasih
sayangnya,
tak
henti-hentinya
menyemangati
dan
menginspirasikan saya untuk menyelesaikan skripsi ini.
Saya sadar bahwa saya tidak akan pernah dapat menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dari beberapa pihak yang telah menyumbangkan segenap tenaga,
pikiran, waktu dan profesionalismenya demi terselesaikannya skripsi ini, untuk itu
ijinkan saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu SM Niken R, Msi selaku pembimbing I
2. Ibu Berliani Ardha, Msi selaku Pembimbing II.
3. Ibu Dra. Diah Wardhani, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana.
4. Bapak Drs. Hardiyanto Jatmiko, Msi selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Mercu Buana.
5. Ibu Tri Diah C, Msi selaku Ketua Program Studi Marketing communication
& advertising Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana.
6. Bapak Ahmad Mulyana, Msi selaku Dosen pembimbing Akademik, dan
penguji ahli.
7. Ibu Nurprapti, Msi selaku Ketua sidang outline dan skripsi.
8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana.
9. Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana.
10. Ibu Drg. Nailuvar, MARS selaku Marketing manager RS Internasional
Bintaro.
ix
11. Ibu Netty Zaida selaku Public Relation Officer RS Internasional Bintaro.
12. Sdri. Donna Ardhiani selaku account administration klinik DBC RS
Internasional Bintaro.
13. Bapak Arif selaku Koordinator Rehabilitasi medis RS Internasional Bintaro.
14. Dr. July Kumalawati selaku Ka.Laboratorium RS Internasional Bintaro.
15. Ibu Retno Palupi selaku koordinator Laboratorium RS Internasional
Bintaro.
Selain itu saya juga mengucapkan terima kasih atas segala dukungan, doa,
dan partisipasi dari kedua orang tua Bapak dan Ibu Mugiran beserta keluarga
besarnya, Mas Joe dan Vera beserta keluarga besar Bekasi, teman-teman tim
laboratorium, untuk sahabat-sahabatku Ino, Panca, Mahdi, Irma, dan teman-teman
marcom dan advertising Universitas Mercu Buana angkatan 2003, serta pihak-pihak
lainnya yang tidak mungkin saya sebut satu persatu.
Akhir kata, kesempurnaan hanyalah milik Yang Ilahi, oleh sebab itu saya
sadar bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan
maupun selama proses penyusunan skripsi ini, oleh karena itu sebelumnya saya
bermaksud permohonan maaf kepada semua pihak atas segala kekeliruan dan
kesalahan yang ada dalam skripsi ini.
-PenulisYohanes Cindy Alberto
x
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ..............................................................................................................i
Lembar persetujuan skripsi .........................................................................................ii
Tanda lulus sidang skripsi .........................................................................................iii
Pengesahan perbaikan skripsi ....................................................................................iv
Abstraksi ......................................................................................................................v
Halaman persembahan ..............................................................................................vii
Kata pengantar .........................................................................................................viii
Daftar isi ......................................................................................................................x
Daftar tabel ...............................................................................................................xiii
Daftar Bagan.............................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah........................................................................................1
1.2 Perumusan masalah..............................................................................................8
1.3 Tujuan penelitian..................................................................................................8
1.4 Signifikansi penelitian..........................................................................................8
1.4.1 Signifikansi akademis..............................................................................8
1.4.2 Signifikansi praktis..................................................................................9
BAB II KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Komunikasi........................................................................................................10
2.1.1 Pengertian komunikasi...........................................................................10
2.1.2 Fungsi komunikasi.................................................................................12
2.2 Pemasaran...........................................................................................................14
2.2.1 Bauran pemasaran..................................................................................16
2.3 Komunikasi sebagai unsur pendukung pemasaran............................................20
2.3.1 Tujuan komunikasi dalam produk jasa..................................................22
2.4 Pengertian strategi..............................................................................................23
2.5 Strategi komunikasi pemasaran.........................................................................24
2.6.1 Key factor analysis (analisis faktor kunci)............................................28
2.6.2 Promotion objective (tujuan promosi)...................................................30
2.6.3 Segmenting, targeting, dan positioning.................................................31
2.6.4 Communication budget..........................................................................40
2.6.5 Research and evaluation........................................................................41
2.7 Alat-alat komunikasi pemasaran........................................................................41
2.7.1 Alat-alat komunikasi pemasaran produk jasa........................................50
2.8 Klinik DBC (Documentation Based Care) sebagai produk
unggulan yang dipromosikan.............................................................................53
2.8.1 Tingkatan merek....................................................................................55
2.8.2 Klinik DBC sebagai produk jasa...........................................................57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tipe penelitian....................................................................................................64
3.2 Metode penelitian...............................................................................................65
3.3 Teknik pengumpulan data..................................................................................67
3.4 Nara sumber / key informan..............................................................................69
xi
3.5 Definisi konsep...................................................................................................69
3.6 Fokus Penelitian.................................................................................................70
3.7 Teknik analisis data............................................................................................71
BAB IV GAMBARAN UMUM INSTANSI DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran umum objek penelitian.....................................................................73
4.1.1 Lokasi penelitian ...................................................................................73
4.1.2 Objek Peneltian .....................................................................................73
4.1.3 Visi. misi, tujuan dan motto rumah sakit Internasional Bintaro ..........73
4.1.4 Ruang lingkup Rumah sakit Internasional Bintaro ..............................75
4.1.5 Sejarah Rumah sakit Internasional Bintaro ..........................................77
4.1.6 Fasilitas rumah sakit Internasional Bintaro ..........................................78
4.1.7 Penjelasan unit kerja Departemen marketing rumah sakit
Internasional Bintaro .............................................................................81
4.1.8 Sejarah Klinik DBC rumah sakit Internasional Bintaro........................86
4.1.9 Ruang lingkup Klinik DBC rumah sakit Internasional Bintaro............86
4.1.10 Struktur organisasi klinik DBC rumah sakit Internasional Bintaro .....87
4.1.11 Penjelasan unit kerja klinik DBC rumah sakit Internasional
Bintaro ...................................................................................................87
4.1.12 Tentang klinik DBC...............................................................................91
4.1.13 Program latihan DBC.............................................................................92
4.1.14 Keberhasilan program DBC..................................................................95
4.2 Hasil penelitian...................................................................................................95
4.2.1 Anlisa SWOT klinik DBC Rumah sakit Internasional Bintaro............96
4.2.2 Segmenting, targeting, positioning klinik DBC..................................101
4.2.3 Promotion objective klinik DBC RS Internasional Bintaro................104
4.2.4 Alat-alat komunikasi pemasaran yang digunakan dan
pelaksanaannya....................................................................................105
4.2.5 Feedback atau respon khalayak setelah dilaksanakannya
komunikasi pemasaran klinik DBC.....................................................118
4.2.6 Hasil respon konsumen terhadap implementasi strategi
komunikasi pemasaran pada klinik DBC RS Internasional
Bintaro tahun 2007..............................................................................122
4.3 Pembahasan......................................................................................................127
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................144
5.2 Saran.................................................................................................................146
Daftar pustaka
Lampiran
Riwayat hidup penulis
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 A summary of the key characteristics of the tools
of marketing communications .................................................................49
Tabel 4.1 Daftar departemen Rumah sakit Internasional Bintaro ...........................76
Tabel 4.2 Fasilitas Rumah sakit Internasional Bintaro ............................................79
Tabel 4.3 Gambaran tugas dan tanggung jawab Corporate account
executive ..................................................................................................81
Tabel 4.4 Gambaran tugas dan tanggung jawab Medical account
executive ..................................................................................................83
Tabel 4.5 Gambaran tugas dan tanggung jawab Public Relation
officer .......................................................................................................84
Tabel 4.6 Distribusi Paparan bauran promosi klinik DBC tahun 2007 ................124
Tabel 4.7 Jumlah paparan alat-alat komunikasi pemasaran yang diterima
oleh konsumen periode Januari – Desember 2007 ................................126
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 System of marketing communications ...................................................28
Bagan 2.2 Marketing communication mix for services............................................51
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang masalah
Perkembangan perindustrian yang semakin maju membuat usaha pemasaran
& promosi semakin gencar dilakukan guna mengikuti arus perubahan kebutuhan
dan
kepuasan
pasar.
Perusahaan
yang
menjalankan
pemasaran
modern
membutuhkan lebih dari hanya sekedar mengembangkan produk dengan kualitas
yang baik, ataupun memberikan harga yang menarik serta terjangkau oleh
pelanggan sasaran (target market), namun banyak aspek yang harus dipikirkan oleh
perusahaan agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan. Untuk itu
perusahaan dituntut mampu menetapkan strategi pemasaran yang tepat, terutama
berkaitan dengan pengimplementasian strategi bauran pemasaran.
Ketatnya persaingan antar perusahaan yang kini makin banyak bermunculan
dan siap memberikan ancaman dan tantangan baru, membuat sebuah perusahaan
menggiatkan usaha pemasaran melalui promosi-promosi yang lebih proaktif dan
kreatif guna memenangkan persaingan. Namun seperti diketahui bahwa aktifitas
promosi membutuhkan finansial yang tidak sedikit nominalnya, oleh sebab itu
pemasar lebih memfokuskan kepada produk-produk tertentu yang lebih potensial
untuk dipromosikan sebagai produk unggulan.
Produk-produk unggulan tersebut membutuhkan strategi komunikasi
pemasaran yang merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik
terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar.1 Dalam
penyampaian pesan tersebut digunakanlah bauran promosi (promotion mix).
1
Sutisna, SE. ME, Perilaku konsumen & komunikasi pemasaran (PT. Remaja Rosdakarya
Bandung, 2003) hal. 267
1
2
Perusahaan sering menggunakan berbagai jenis promosi secara simultan dan
terintegrasi dalam suatu rencana promosi produk.2
Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi
pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran3. Dalam dekade terakhir ini,
komponen komunikasi pemasaran dalam bauran pemasaran menjadi semakin
penting. perusahaan kini telah menggunakan komunikasi pemasaran untuk lebih
mengoptimalkan usaha pemasaran. Menurut Terrence A Shimp :
“Pemasaran di era 1990-an adalah komunikasi dan komunikasi adalah pemasaran.
Keduanya tidak terpisahkan”.
Perusahaan-perusahaan, organisasi-organisasi baik itu bisnis atau nirlaba,
bahkan Partai-partai politik dan pengelola jasa layanan kesehatan seperti rumah
sakit, menggunakan berbagai bentuk komunikasi pemasaran untuk mempromosikan
apa yang mereka tawarkan dan untuk mencapai tujuan finansial dan non finansial.
Pada awalnya pemasaran dibentuk dan dikembangkan pada era yang lebih
dominan kepada produk barang atau produk yang berwujud, namun itu sudah
berlalu. Sekarang produk jasa lebih banyak mendominasi sektor ekonomi. Para
akademisi setuju bahwa pemasaran untuk produk jasa adalah berbeda dengan
produk barang, perbedaan tersebut mengacu pada perbedaan karakter dari produk
jasa dan produk barang.4
Perusahaan jasa dalam menjalankan peran sebagai komunikator mempunyai
beberapa tugas, yaitu menginformasikan sekaligus memberikan wawasan pada
konsumen tentang organisasi atau perusahaan serta merek dan manfaat yang dapat
diberikan, membujuk konsumen potensial untuk memanfaatkan jasa sebagai
2
Ibid
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003) hal 4
4
Aidan Daly and Juliana McDonnell, Paper of marketing services internationally, (Department of
marketing, National University of Ireland, 2005)
3
3
penyelesaian yang terbaik dari kebutuhan konsumen dibandingkan dengan pesaing,
mengingatkan konsumen akan kemampuan perusahaan jasa maupun motivasi
perusahaan tersebut serta memperbaiki hubungan pelanggan dengan menawarkan
pengetahuan yang lebih banyak untuk mengoptimalkan penggunaan jasa tersebut.
(Kotler, 2000)
Melihat begitu pentingnya peran komunikasi dalam perusahaan jasa, perlu
direncanakan dengan matang strategi komunikasi yang tepat. Bentuk utama dari
komunikasi pemasaran menurut Terrence A Shimp meliputi : iklan, tenaga
penjualan, papan nama toko, display di tempat, kupon, publisitas, dan alat-alat
komunikasi lainnya. Secara keseluruhan aktifitas-aktifitas tersebut merupakan
komponen promosi dalam bauran pemasaran (marketing mix) yaitu terdiri dari
empat set keputusan yang saling terkait yaitu Product, Price, Place (distribution),
dan Promotion. Walupun “4P” ini menyebabkan istilah “Promosi” umum
digunakan dalam mendiskripsikan komunikasi dengan pelanggan maupun calon
pelanggan,
namun
terminologi
“Komunikasi
Pemasaran
(marketing
communication)” sekarang ini lebih disukai para praktisi dan akademisi
pemasaran.5
Pendekatan pemasaran “4P” tradisional sering berhasil untuk barang, tetapi
berbagai elemen tambahan perlu diperhatikan dalam bisnis jasa. Booms and Bitner
menyarankan “3P” tambahan dalam pemasaran jasa : Orang (People), bukti fisik
(Physical evidence), dan proses (process).6
Seperti halnya perusahaan bisnis jasa lainnya, rumah sakit sebagai fasilitas
pelayanan kesehatan bagi umum juga telah mengalami banyak perkembangan
5
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003) hal 4
6
Kottler, Manajemen pemasaran edisi millennium 2, (Perhallindo, Jakarta) hal 493
4
menjadi usaha bisnis. Rumah sakit tidak lagi merupakan penyedia jasa layanan
kesehatan yang bersifat sosial namun telah bergeser pada usaha bisnis jasa yang
mengarah pada komersialisme.
Banyak rumah sakit-rumah sakit baru bermunculan khususnya adalah rumah
sakit swasta baik itu milik perorangan, yayasan atau organisasi yang berskala
nasional maupun sebagai PMA (Penanaman Modal Asing) yang juga mengusung
standar pelayanan internasional. Sepertinya fenomena tersebut turut dipengaruhi
oleh hadirnya kota-kota mandiri sebagai bagian dari proyek bisnis properti di
Indonesia khususnya di JABODETABEK, misalnya seperti BSD (Bumi Serpong
Damai) di kawasan terpadu Serpong dan juga Bintaro Jaya. Keduanya merupakan
kawasan perumahan dengan konsep kota mandiri di wilayah Tangerang Banten.
Kota-kota mandiri tersebut biasanya telah difasilitasi dengan prasarana yang
lengkap termasuk rumah sakit swasta yang memang bekerja sama dengan
pengembang properti ataupun yang secara sengaja membidik lokasi kota mandiri
tersebut.
Akibat dari banyaknya rumah sakit baru yang bermunculan tersebut timbul
sebuah iklim persaingan yang ketat antar rumah sakit tersebut, dimana secara letak
geografis yang cukup berdekatan, maka antar rumah sakit tersebut saling berusaha
mendapatkan bagian pasar (market share). Sebagai contohnya adalah Rumah sakit
Omni Internasional Alam sutera Serpong dengan rumah sakit Global medika BSD.
Keduanya secara letak geografis saling berdekatan dan sama-sama dalam satu
wilayah terpadu di Serpong.
Hal tersebut mengakibatkan aktifitas komunikasi pemasaran harus lebih
dioptimalkan guna mendapatkan strategi komunikasi pemasaran yang efektif.
Perusahaan manufaktur modern perlu suatu sistem komunikasi pemasaran yang
5
kompleks, demikian juga dengan perusahaan jasa. Komunikasi pemasaran antara
perusahaan jasa dengan konsumennya dapat dilakukan dengan banyak cara, bahkan
dengan cara yang sangat kreatif dibandingkan mengkomunikasikan produk
manufaktur mengingat benefit dari jasa yang ditawarkan tidak bisa langsung dilihat
oleh calon konsumennya. Alat komunikasi juga merupakan faktor yang sangat
menentukan, karena alat komunikasi dapat menentukan pula bagaimana respon dari
konsumen terhadap apa yang diinformasikan oleh perusahaan jasa.7
Banyak cara yang telah ditempuh oleh rumah sakit sebagai bagian dari
komponen komunikasi pemasaran, misalnya talk show di radio dengan topik
seputar kesehatan umum, bakti sosial di daerah-daerah pinggiran kota, kolom
konsultasi kesehatan di majalah dan sebagainya. Semua aktifitas tersebut guna
mendukung upaya pemasaran sesuai tujuan pemasaran yang hendak dicapai atau
yang telah ditargetkan yang dituangkan dalam action plan.
Berkaitan dengan tujuan pemasaran tersebut perlu didukung pula dengan
evaluasi terhadap usaha-usaha komunikasi pemasaran yaitu bauran promosi yang
merupakan komponen komunikasi pemasaran.
“Setelah tujuan komunikasi, telah ditetapkan, elemen-elemen dipilih dan
dibaurkan, pesan dan media dipilih, dan program di implementasikan dan
dipertahankan, program tsb kemudian harus di evaluasi”.8
Masalah yang sering dihadapi oleh semua pemasar adalah menentukan
seberapa besar, tepatnya, sumber daya yang perlu dialokasikan ke dalam unsur
komunikasi pemasaran.9
7
Christina Whidya Utami. Fokus Ekonomi, (www.stie-stikubank.ac.id/webjurnal, 2004)
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003) hal 59
8
9
Ibid. hal 53
6
Hal tersebut juga dialami oleh rumah sakit Internasional Bintaro dalam
mempromosikan salah satu produk unggulannya yaitu klinik DBC (Documentation
Based Care) selama tahun 2007. Klinik DBC adalah merupakan sebuah fasilitas
klinik pelayanan baru yang juga unggulan yang dimiliki oleh rumah sakit
Internasional Bintaro. Klinik DBC merupakan fasilitas dengan program rehabilitasi
aktif dan komprehensif untuk masalah nyeri pinggang, leher, dan bahu. Klinik DBC
memiliki manfaat yang berbeda dengan program fisioterapi biasa. Pada program
DBC, latihan yang diberikan bersifat aktif, dengan demikian nyeri tulang belakang
dapat berkurang atau hilang untuk jangka waktu yang lama.
Pada awal peluncuran produk tersebut pada November 2006, rumah sakit
Internasional Bintaro telah menjalankan aktifitas komunikasi pemasaran yang telah
dituangkan pada action plan departemen marketing rumah sakit Internasional
Bintaro. Aktifitas komunikasi pemasaran tersebut memiliki tujuan pemasaran yang
telah dijalankan melalui beberapa komponen bauran promosi.
Sebagai produk jasa yang high contact service atau memiliki keterlibatan
yang cukup kuat dengan para konsumennya, maka diperlukan strategi komunikasi
pemasaran yang tepat guna terutama mengenai implementasi alat-alat komunikasi
pemasarannya atau bauran promosi. Adanya perbedaan antara produk manufaktur
atau produk barang dengan produk jasa terutama menyangkut tangibilitas atau
keberwujudan, maka berbeda pula cara mengkomunikasikan. Ketidak berwujudan
produk jasa membutuhkan strategi dan juga cara-cara yang tepat dalam
mengkomunikasikannya. Dampaknya ada pada pemilihan bauran promosi yang
sekiranya tepat untuk mendukung komunikasi pemasaran produk jasa.
Stategi yang tepat, termasuk juga bauran promosinya menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan promosi dari klinik DBC. Sepanjang tahun 2007
7
telah dijalankan strategi komunikasi pemasaran untuk klinik DBC RS Internasional
Bintaro, bagaimanakah strategi komunikasi pemasaran khususnya adalah bauran
promosi untuk klinik DBC tersebut diimplementasikan, dan bagaimana hasil
implementasi tersebut berkaitan dengan tujuan promosinya, serta kendala-kendala
yang terjadi mengingat klinik DBC adalah sebuah produk jasa yang high contact
service, pertanyaan itu yang membuat penulis tertarik untuk menelitinya.
Ketertarikan penulis meneliti hal tersebut dilatar belakangi dengan
bagaimanakah strategi komunikasi pemasaran untuk produk jasa khususnya yang
hight contact service atau yang memeliki keterlibatan yang tinggi dengan konsumen
tersebut dijalankan, serta bauran promosi apakah yang tepat sesuai tujuan
promosinya mengingat produk jasa adalah sebuah produk yang tidak berwujud. dari
penelitian ini diharapkan penulis dapat memahami lebih dalam mengenai apakah
strategi komunikasi pemasaran itu dan bagaimana implementasinya terhadap
produk jasa. Disamping itu penulis juga hendak mengetahui kendala apa saja yang
mungkin ada selama dijalankannya strategi komunikasi pemasaran klinik DBC
selama tahun 2007, yang nantinya penulis gunakan sebagai acuan untuk masukan
atau saran bagi pihak departemen marketing RS Internasional Bintaro atas hasil
penelitian ini.
1.2
Perumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan pada latar belakang masalah, maka penulis
menetapkan rumusan masalah sebagai berikut :
“Bagaimanakah strategi komunikasi pemasaran yang dilaksanakan pihak
departemen marketing rumah sakit Internasional Bintaro diimplementasikan
terhadap klinik DBC (Documentation Based Care) pada tahun 2007?”
8
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui pelaksananaan atau implementasi strategi komunikasi pemasaran
pada klinik DBC RS Internasional Bintaro, dalam hal ini adalah pelaksanaan serta
keberhasilan dari bauran promosi yang telah dijalankan pihak departemen
marketing RS Internasioanal Bintaro selama tahun 2007.
1.4
Signifikansi Penelitian
Setelah melakukan penelitian mengenai Implementasi strategi komunikasi
pemasaran rumah sakit Internasional Bintaro pada klinik DBC tahun 2007, penulis
mendapatkan beberapa manfaat, antara lain :
1.4.1Signifikansi Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan
ilmu
periklanan
khususnya dunia
marketing
communication mengenai implementasi dari strategi komunikasi
pemasaran terutama tentang komunikasi pemasaran jasa.
1.4.2Signifikansi Praktis
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi
rumah sakit khususnya departemen marketing dan segenap
manajemen rumah sakit Internasional Bintaro dalam mewujudkan
strategi komunikasi pemasaran yang lebih efektif.
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Komunikasi
2.1.1
Pengertian Komunikasi
Dalam mencari definisi komunikasi, tentunya terlebih dahulu harus
memahami makna kata komunikasi. Komunikasi mengandung makna bersamasama (common).
Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin yaitu,
commuicatio yang berarti pemberitahuan atau pertukaran. Dengan kata sifat
communis yang berarti bersama-sama atau umum.10
Melalui definisi komunikasi diatas, maka diperoleh suatu definisi sederhana dari
komunikasi yaitu proses penyampaian pesan antara dua orang atau lebih, yang
digunakan untuk memperoleh umpan balik (feed back).
Berger dan Caffee dalam bukunya “Handbook of Communication
Science” (1987) menyebutkan bahwa ilmu komunikasi adalah suatu pengamatan
terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang
melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan
tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh
dari sistem-sistem tanda dan lambang.
Sedangkan Sasa Djuarsa Sendjaja menyebutkan bahwa “komunikasi
adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan
pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan/ atau diantara dua orang atau lebih
dengan tujuan tertentu”.11
10
11
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (PT. Grasindo, Jakarta 2004) hal 5
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi (1996) hal 8
10
10
Dari pengertian tersebut, Sasa Djuarsa Sendjaja menulis enam
karakteristik komunikasi yang antara lain12 :
1. Komunikasi
adalah
suatu
proses,
artinya
komunikasi
merupakan
serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi berurutan, ada tahapan atau
sekuensi, serta berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan,
maksudnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja serta
sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya.
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku
yang terlibat, artinya kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila
pihak-pihak yang berkomunikasi, dua orang atau lebih, sama-sama terlibat
dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan yang
dikomunikasikan.
4. Komunikasi bersifat simbolis, artinya komunikasi merupakan tindakan yang
dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang.
5. Komunikasi bersifat transaksional, artinya komunikasi pada dasarnya
menuntut dua tindakan : memberi dan menerima. Dua tindakan tersebut
perlu dilakukan secara seimbang atau proporsional oleh masing-masing
pelaku yang terlibat dalam komunikasi.
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu, maksudnya adalah para
pelaku komunikasi tidak harus hadir pada waktu dan tempat yang sama.
Dengan adanya berbagai macam produk berteknologi tinggi, faktor ruang
dan waktu bukan lagi menjadi persoalan dan hambatan dalam melakukan
proses komunikasi.
12
Ibid hal 9-11
11
2.1.2
Fungsi Komunikasi
Dengan enam karakteristik yang telah disebutkan diatas, maka komunikasi
setidaknya mempunyai berbagai fungsi sebagai berikut :13
1. Melalui komunikasi seseorang meyampaikan apa yang ada dalam benak
pikirannya dan/atau perasaan hati nuraninya kepada orang lain baik secara
langsung maupun tidak langsung.
2. Melalui komunikasi seseorang dapat membuat dirinya untuk tidak terasing
atau terisolasi dari lingkungan sekitarnya.
3. Melalui komunikasi seseorang dapat mengajarkan atau memberitahukan apa
yang diketahuinya kepada orang lain.
4. Melalui komunikasi seseorang dapat mengetahui dan mempelajari mengenai
diri orang lain dan berbagai peristiwa yang terjadi di lingkungannya baik
yang dekat maupun yang jauh.
5. Melalui komunikasi seseorang dapat mengenali dirinya sendiri.
6. Melalui komunikasi seseorang dapat memperoleh hiburan atau menghibur
orang lain.
7. Melalui komunikasi seseorang dapat mengurangi atau menghilangkan
perasaan tegang karena berbagai permasalahan yang dihadapinya.
8. Melalui komunikasi seseorang dapat mengisi waktu luang.
9. Melalui komunikasi seseorang dapat menambah pengetahuan dan
mengubah sikap serta perilaku kebiasaannya.
10. Melalui komunikasi seseorang dapat membujuk dan/atau memaksa orang
lain agar berpendapat dan berperilaku sebagaimana yang diharapkan.
13
Ibid hal 2
12
Komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan kata-kata atau berbicara
saja, tetapi komunikasi dapat dilakukan dengan gesture atau symbol seperti yang
dinyatakan oleh Rosady Roeslan dalam bukunya “Kampanye Public Relations”,
“Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keterampilan dan sebagainya dengan lambang atau kata, grafik, bilangan dan lainlain.14
Komunikasi selalu mengandung unsur pengiriman dan unsur pesan yang
bertujuan mengadakan persamaan dalam mengartikan pesan. Komunikasi yang
berarti proses penyampaian atau pengoperasian lambang-lambang yang memiliki
arti adalah komunikasi yang ditujukan untuk komunikan dengan maksud mancapai
kebersamaan dan diharapkan memperoleh umpan balik.
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan suatu proses penyampaian pesan secara lisan, tulisan maupun melalui
pengoperan lambang-lambang dari komunikator kepada komunikan yang bertujuan
untuk mencapai kebersamaan serta untuk mengubah perilaku seseorang.
Kegiatan dan aktifitas manusia akan terlaksana dengan baik apabila melalui
proses komunikasi antar manusia itu sendiri. Komunikan dalam kehidupan manusia
merupakan suatu kegiatan untuk melakukan hubungan dengan sesamanya melalui
penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan, tulisan, atau bahasa isyarat.
Akan sangat bernilai lagi komunikasi yang dilakukan apabila di dalam komunikasi
tersebut terjadi respon atau feedback yang sangat positif sesuai yang diharapkan
oleh kedua belah pihak.
2.2
14
Pemasaran
Rosady Roeslan, Kampanye Public Relations (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2005) hal 17
13
William J. Stanton mendefinisikan pemasaran sebagai :
“suatu sistem yang menyeluruh dari kegiatan-kegiatan usaha yang ditujukan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk
pemenuh keinginan kepada pasar sasaran, dalam rangka mencapai tujuan
organisasi”.
Definisi ini mempunyai dua pengertian penting, yaitu :
a.
Seluruh sistem kegiatan usaha, selayaknya berorientasi pada
konsumen. Keinginan konsumen harus dikenali dan dipuaskan
atau dipenuhi.
b.
Pemasaran selayaknya dimulai dari ide tentang produk pemenuh
keinginan dan selayaknya tidak berhenti hingga keinginan
konsumen terpenuhi/terpuaskan, yang mungkin baru terjadi setelah
pembelian.
American Marketing Association mendefinisikan pemasaran sebagai
“Suatu proses perencanaan dan eksekusi, mulai dari tahap konsepsi, penetapan
harga, promosi, hingga distribusi barang-barang, ide-ide, dan jasa-jasa, untuk
melakukan pertukaran yang memuaskan individu dan lembaga-lembaganya.”15
Hal-hal pokok dalam definisi tersebut adalah16:
1. Ada perencanaan dan eksekusi di lapangan.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
pemasaran
membutuhkan
strategi
(diungkapkan dalam rencana-rencana yang realistis yang dihubungkan
dengan kemungkinan memperoleh
keuntungan,
kelancaran
penerimaan
pembayaran,
investasi
yang
dibutuhkan, produk yang ingin dibuat, dan sebagainya) dan eksekusi di
15
16
Ibid, hal 53
Ibid, hal 54
14
lapangan (pengiriman barang, penagihan, penempatan pramuniaga,
manuver-manuver penetapan harga, dan sebagainya),
2. Ada tahap-tahapan yang dirumuskan.
Hal ini menunjukkan pemasaran bukanlah kegiatan “supply push,” tetapi
merumuskan dari awal, yaitu pada saat konsepsi. Dengan kata lain, seluruh
bagian
harus
duduk
bersama-sama,
merumuskan
produk
dan
memasarkannya,
3. Melibatkan produk, harga, promosi dan distribusi
Keempat variable ini dalam pemasaran disebut bauran pemasaran
(marketing mix), Keempat variable ini merupakan alat pemasaran yang
dapat dikendalikan (controllable) oleh marketer,
4. Barang yang dipertukarkan.
Yang dipertukarkan tidaklah selalu berupa barang berwujud yang dapat
dipegang (tangible goods), tetapi juga benda-benda tidak berwujud, seperti
ide-ide (jasa konsultasi, proposal, disain), tempat, jasa-jasa dan sebagainya,
5. Pertukaran.
Hal yang lazim berlaku adalah Saudara menyerahkan sesuatu (barang, ide,
atau jasa) dan menerima pembayaran (uang).
2.2.1
Bauran Pemasaran
Merupakan sebuah set dari hal-hal pokok pemasaran dari sebuah perusahaan
yang digunakan untuk mengarahkan tujuan pemasaran kepada target market. Atau
pengertiannya adalah merupakan sebuah penyusunan strategi pemasaran yang
15
menyangkut proses interaksi antara kekuatan pemasaran didalam perusahaan dan
keadaan di luar perusahaan.17
Menurut Kotler, Bauran pemasaran terdiri dari unsur-unsur pemasaran
yang terpadu yang selalu berkembang sejalan dengan gerak perusahaan dan
perubahan-perubahan
lingkungan
pemasarannya,
serta
perubahan
perilaku
konsumen.
Empat elemen pemasaran (produk, harga, distribusi dan promosi) secara
bersama-sama harus dapat memuaskan kebutuhan pasar sasaran perusahaan, dan
pada waktu yang sama harus mencapai tujuan pemasaran. Keempat bauran
pemasaran tersebut adalah :
1.
Produk.
Strategi ditujukan untuk mengatur keberadaan produk sepanjang
masa, baik dengan menambah produk baru, atau menyingkirkan produk
yang gagal. Keputusan strategis harus memperhatikan merk, kemasan dan
keistimewaan produk, seperti; garansi.
2.
Harga.
Strategi yang direncanakan, perlu mempertimbangkan lokasi
konsumen, fleksibilitas harga, jenis-jenis produk yang berhubungan
dengan suatu lini produk, dan system penjualan. Strategi pemasaran untuk
memasuki pasar harus didesain, khususnya untuk produk baru.
3. Distribusi.
Strateginya
meliputi
pengaturan
saluran-saluran
untuk
memindahkan kepemilikan produk, dari produsen ke konsumen, dan pada
umumnya merupakan system untuk memindahkan barang dari tempat
17
Chai Lee GOI, Marketing mix : a review of ‘P’, (Curtin University of Technology, Malaysia 2002)
www.curtin.edu.my
16
barang-barang tersebut diproduksi, ke tempat barang-barang tersebut
dibeli oleh konsumen akhir. Strategi harus didesain agar dapat
dilaksanakan oleh perantara, seperti; grosir dan pengecer.
4. Promosi.
Strategi dibutuhkan untuk mengkombinasikan metode-metode
periklanan, penjualan perorangan, dan promosi penjualan menjadi
kampanye yang terkoordinir. Strategi promosi harus sesuai dengan
perubahan produk dari tahap awal ke tahap berikutnya, dalam daur hidup
produk.
Dalam prakteknya, pendekatan pemasaran tradisional seperti tersebut diatas
sering berhasil untuk produk barang, tetapi dalam bisnis jasa, Booms dan Bitner
menyarankan “3P” tambahan dalam pemasaran jasa, yaitu : Orang (People), bukti
fisik (Physical evidence), dan proses (process).18
Lovelock bahkan menambahkan untuk pemaran jasa bukan saja
menggunakan tambahan “3P”, tetapi menambahkan “4P” yaitu : Orang (People),
bukti fisik (Physical evidence), proses (Process), dan produktivitas dan kualitas
(Productivity and Quality).19
Penjelasan dari tambahan “4P” menurut Lovelock adalah sebagai berikut :20
1. People
Semua orang yang berperan dalam bisnis jasa tersebut seperti
karyawan atau staf pekerja, atau siapapun yang berperan langsung
dalam sistem pelayanan jasa yang mempu memberikan pengaruh
18
Kottler, Manajemen pemasaran edisi millennium 2, (Perhallindo, Jakarta) hal 493
Lovelock Christopher & Wright Lauren, Principles Service Marketing and Management, Second
Edition, (Lovelock Associates, 2002)
20
Aidan Daly and Juliana McDonnell, Paper of marketing services internationally, (Department of
marketing, National University of Ireland, 2005)
19
17
mengenai persepsi dan kepuasan setiap pelanggan terhadap jasa
tersebut.
Seorang karyawan yang baik dan kompeten akan memberikan hasil
kerja yang baik pula. Misalnya seorang petugas front office harus
memberikan sambutan dan informasi yang ramah dan jelas kepada
pelanggan, dan juga petugas pelayanan jasa tersebut harus memiliki
teknik yang profesional sesuai jasa tersebut. Hal ini berhubungan
dengan bagian HRD (Human Resource Department) dalam merekrut
staf, dan melakukan pengembangan teknik para stafnya agar selalu
kompeten dalam memberikan pelayan jasa.
2. Process
Langkah-langkah, prosedur, mekanisme kerja, dan segala aktifitas
yang membuat jasa tersalurkan, merupakan sebuah jantung dari
penyampaian dan sistem kerja jasa tersebut secara keseluruhan.
Seperti : desain alur kerja, ragam pelayanan yang dapat diberikan
kepada pelanggan, teknologi yang dipakai, dan sebagainya yang
berhubungan dengan bagaimana jasa tersebut dilaksanakan.
3. Physical evidence
Merupakan segala hal yang dapat dibuktikan dan dilihat yang
membuat jasa dapat diberikan atau ditampilkan. Meliputi : karyawan
atau staf, wujud dan lokasi bangunan atau tempat pelayanan jasa,
desain interior dan furniturnya, peralatan penunjang pelayanan jasa
18
termasuk transportasi, seragam karyawan, dan sebagainya yang
dapat terlihat secara fisik.
4. Productivity and Quality
Merupakan sebuah hubungan atau sinergi antara nilai jasa yang
diberikan kepada pelanggan dengan yang diperoleh untuk
perusahaan. Meliputi transformasi produktifitas dari input dan
output yang dapat dinyatakan dalam efektifitas dan efisiensi dari
pelayanan jasa tersebut, serta identitas qualitas jasa yang dinikmati
oleh pelanggan.
Berkaitan dengan “8P” yang
telah diterangkan diatas, Gronroos
menyatakan bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal
tetapi juga pemasaran internal dan interaktif atau informasi dua arah. Pemasaran
eksternal menggambarkan pekerjaan normal yang dilakukan oleh perusahaan untuk
menyiapkan, memberi harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa itu
kepada konsumen. Pemasaran internal menjelaskan pekerjaan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk melatih dan memotivasi pegawainya agar melayani pelanggan
dengan baik. Kontribusi terpenting yang dapat dibuat departemen pemasaran adalah
menjadi luar biasa cerdik dalam membuat semua orang dalam organisasi itu
mempraktekkan pemasaran.21
2.3
21
Komunikasi sebagai salah satu unsur pendukung pemasaran
Kottler, Manajemen pemasaran edisi millennium 2, (Perhallindo, Jakarta) hal 494-495.
19
Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Kehidupan manusia akan
tampak “hampa” atau tiada kehidupan sama sekali apabila tidak ada komunikasi.
Karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia, baik secara perorangan,
kelompok ataupun organisasi tidak mungkin dapat terjadi. Dua orang dikatakan
melakukan interaksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Aksi dan
reaksi yang dilakukan manusia ini (baik secara perorangan, kelompok, ataupun
organisasi), dalam ilmu komunikasi disebut sebagai tindakan komunikasi.22
Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang komunikator
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). (Hovland,
Janis & Kelley; 1953)23
Dari penjelasan atau definisi komunikasi di atas dapat dikatakan bahwa
komunikasi merupakan sebagai suatu proses yang sangat mendasar didalam
kehidupan manusia, terutama dalam melakukan suatu kegiatan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidup manusia.
Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh manusia adalah kegiatan
pemasaran. Inti dari proses pemasaran adalah adanya pertukaran dari satu pihak
dengan pihak lain, baik pertukaran yang sifatnya terbatas maupun yang sifatnya
luas dan kompleks.24
Adanya suatu proses pertukaran dalam suatu kegiatan pemasaran
disebabkan oleh adanya dua konsep yang sangat mendasar, yang antara lain,
sebagai berikut25:
22
Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D.,dkk, Pengantar Komunikasi (Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, Jakarta 1996) hal 2
23
Ibid ., hal 7
24
Sutisna, S.E., M.E., Perilaku Konsumen &Komunikasi Pemasaran,(PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2002) hal 264
25
Rhenald Kasali, Membidik Pasar Indonesia (Segmentasi, Targeting, dan Positioning) (PT
Gramedia, Jakarta,2001) hal 60
20
A. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang mendasar yang dibutuhkan makhluk hidup
untuk melangsungkan kehidupannya. Sebagai contoh manusia tidak hanya
membutuhkan makanan dan minuman, tetapi juga cinta, penghargaan,
persaudaraan, pengetahuan dan sebagainya,
B. Keinginan
Keinginan adalah pernyataan manusia terhadap kebutuhan-kebutuhannya
yang dipertajam oleh budaya dan kepribadiannya. Perbedaan dengan
kebutuhan adalah terletak pada barang-barang yang dipilih seseorang untuk
melangsungkan kehidupannya. Sebagai contoh Makan adalah kebutuhan,
sedangkan nasi adalah keinginan.
Komunikasi memegang peran yang penting dalam proses pertukaran. Pada
tingkat dasar, komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen
potensial menyadari atas keberadaan produk yang ditawarkan. Komunikasi juga
dapat dijadikan sebagai pengingat bagi konsumen mengenai keberadaan produk,
yang pada masa lalu pernah dilakukan transaksi pertukaran pada produk itu.
Proses komunikasi yang bersifat mengingatkan ini sangat penting artinya
bagi kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan dapat bertahan karena adanya
konsumen, dan mencari atau memperoleh konsumen merupakan suatu hal yang
sulit.
Peran yang penting dari komunikasi juga berkaitan dengan membujuk
konsumen yang saat ini dimiliki dan juga konsumen potensial untuk melakukan
pembelian. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi sifatnya persuasif, yaitu
bagaimana membujuk konsumen agar mau melakukan tindakan pembelian. Peran
21
lain dari komunikasi adalah untuk membedakan (differentiating) produk yang
ditawarkan oleh satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Upaya membedakan
produk ini dilakukan dengan mengkomunikasikan kepada konsumen bahwa produk
yang ditawarkan berbeda dengan produk lainnya yang sejenis.26
2.3.1
Tujuan komunikasi dalam produk jasa27
Pemasar mempunyai tujuan yang berbeda dalam mengkomunikasikan
produknya. Masing-masing tujuan komunikasi membutuhkan implementasi bauran
komunikasi yang berbeda.
Beberapa tujuan komunikasi tersebut dapat ditetapkan sebagai berikut :
a. Menciptakan kesadaran terhadap penawaran baru
Komunikasi intensif diarahkan untuk memperkenalkan jasa baru.
b. Menarik perhatian dari konsumen melalui penekanan pada
simbol yang nyata: untuk membuat jasa yang tidak nyata
(Intangible) menjadi lebih nyata.(tangible).
Perusahaan atau marketer dapat melakukan komunikasi dengan
melakukan penekanan pada simbol, misalnya perusahaan asuransi
menggunakan tanda simbol payung yang bermakna sebagai alat
perlindungan.
c. Menciptakan citra perusahaan yang kuat
Satu cara untuk menciptakan citra adalah dengan mengelola bukti,
termasuk di dalamnya lingkungan fisik dari fasilitas jasa, termasuk
26
Sutisna, S.E., M.E., Perilaku Konsumen &Komunikasi Pemasaran, (PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2002) hal 266
27
Christina Whidya Utami. Fokus Ekonomi, (www.stie-stikubank.ac.id/webjurnal, 2004)
22
dalam penampilan karyawan dan barang berwujud lainnya yang
mendukung seperti alat tulis atau stationary, tagihan dan kartu nama.
d. Meningkatkan customer repeat order
Sebagai akibat kepuasan dari pelanggan, dimungkinkan terjadinya
pengulangan pemesanan yang didorong dengan komunikasi
pemasaran yang efektif.
2.4
Pengertian Strategi
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan
tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah
saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.28
Strategi menurut Lawrence R. Jauch & William F. Gueck juga dapat
didefinisikan sebagai rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang
mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan lingkungan yang ada yang
dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui
pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.29
Adapun pengertian strategi menurut PR Smith dalam bukunya Marketing
Communication an Integrated Approach, menjelaskan strategi sebagai berikut :
“Strategy summarizes ‘how we get there’ – how the objectives will be
achieved. Strategy drives the tactics in the same direction. Strategy summarizes
tactics. Communication strategy helps to harmonize and integrate all of the tactical
communications tools. Communication strategy can include selection of target
markets, positioning, selection of communication tools, sequences of
communication tools, time scale, and more”.30
28
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (PT Remaja Rosdakarya Bandung, 1994)
hal 32
29
Lawrence R. Jauch & William F. Gueck, Manajemen Strategis & Kebijakan Perusahaan, Edisi
ketiga, (Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996) hal. 12
30
PR. Smith, Marketing Communication an Integrated Approach, Second Edition, (Kogan Page
Limited, 1998) Hal 44
23
Dari definisi di atas mempunyai arti bahwa strategi meringkaskan atau
menyimpulkan ‘bagaimana kita dapat memperolehnya’ – bagaimana agar tujuan
dapat dicapai. Strategi mengendalikan taktik untuk tujuan yang sama. Strategi
meringkaskan taktik. Strategi komunikasi membantu untuk menyeimbangkan dan
memadukan seluruh alat-alat komunikasi. Strategi komunikasi termasuk juga dapat
menyeleksi target market, positioning, seleksi alat-alat komunikasi, rangkaian alatalat komunikasi, skala waktu, dan yang lainnya.
Dari beberapa penjelasan dari strategi diatas dapat dikatakan bahwa strategi
berkaitan dengan perencanaan dan manajemen untuk mencapai tujuan, strategi juga
merupakan taktik yang menentukan bagaimana agar tujuan dapat dicapai dengan
memadukan atau menyeimbangkan seluruh alat-alat komunikasi yang digunakan
agar tercapainya suatu tujuan.
2.5
Strategi Komunikasi Pemasaran
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa dalam menentukan keberhasilan
pemasaran suatu perusahaan sangat bergantung kepada peranan komunikasi.
Dimana komunikasi merupakan proses dimana pemikiran dan pemahaman
disampaikan antar individu, atau antara organisasi dan individu.31
Pemasaran modern membutuhkan lebih dari sekedar hanya mengembangkan
produk yang baik, memberi harga yang menarik, dan membuatnya terjangkau oleh
pelanggan sasaran. Perusahaan juga harus berkomunikasi dengan pelanggan yang
ada sekarang dan pelanggan potensial. Tiap perusahaan tidak dapat menghindari
peranan sebagai komunikator dan promotor.
31
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003) hal 4
24
Komunikasi pemasaran merupakan “aktivitas pemasaran yang berusaha
menyebarkan informasi, mempengaruhi atau membujuk, dan/atau mengingatkan
pasar sasaran atas perusahaan dan produknya, agar bersedia menerima, membeli
dan loyal pada produk yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.
Definisi komunikasi pemasaran yang dikemukakan oleh Chris Fill dalam
Marketing Communications: framework, theories and applications sebagai berikut:
“The process of presenting an integrated set of stimuli to a market with the
intend evoking a desired set of responses within the market set and setting
up the purposes of the modifying present company message and identifying
new communication opportunities”.32
Dari definisi tersebut mempunyai arti bahwa komunikasi pemasaran
merupakan suatu proses dimana pihak perusahaan harus mempunyai suatu rencana
pemasaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga pencapaian akan kontribusi
pada strategi korporasi dan dapat dilaksanakan melalui penggunaan sumber daya
perusahaan efektif.
Inti dari komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan
pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di
pasar.33
Komunikasi pemasaran merepresentasikan gabungan semua unsur dalam
bauran pemasaran merek, yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan
menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya.34
Komunikasi pemasaran memegang peranan yang sangat penting bagi
pemasar. Tanpa komunikasi konsumen maupun masyarakat secara keseluruhan
32
Chris Fill, Marketing Communications: framework , theories and applications, (Prentince Hall
1995) hal 5
33
Ibid, hal 267
34
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2000) hal 4
25
tidak akan mengetahui keberadaan produk di pasar. Komunikasi pemasaran juga
menyedot anggaran yang sangat besar, oleh karena itu pemasar harus secara hatihati dan penuh perhitungan dalam menyusun rencana komunikasi pemasaran
dimana sangat menentukan keberhasilan komunikasi. Dengan penentuan sasaran
yang tepat, proses komunikasi akan berjalan efektif dan efisien.35
Dengan kata lain Efektif atau tidaknya suatu komunikasi pemasaran sangat
bergantung kepada strategi komunikasi pemasaran yang digunakan oleh suatu
perusahaan. Dimana didalam suatu strategi komunikasi pemasaran akan ditentukan
dan direncanakan baik itu dari segi anggaran, siapa saja yang menjadi target atau
sasaran komunikasi, dan lain sebagainya.
Dalam bukunya Marketing Communications: framework , theories and
applications, Chris Fill menjelaskan Kerangka Kerja dalam Komunikasi
Pemasaran Terpadu bahwa Organisasi dapat dipandang sebagai system sosial yang
terbuka (Katz dan Kahn, 1978) dan semua komponen-komponen yang ada dalam
system secara interaktif saling bergantung satu dengan yang lainnya (Goldhaber,
1986).
Modifikasi salah satu bagian dari suatu system dan melakukan suatu
penyesuaian, dibuat oleh semua komponen lain agar dapat mengakomodasi
perubahan tersebut. Efek ini dapat dilihat dari tingkat makro dan mikro. Di tingkat
makro saling ketergantungan antara organisasi telah dicatat oleh sejumlah riset.
Stern dan El Ansary , 1992 menggambarkan bahwa saluran distribusi
sebagai suatu jaringan dari system, dengan demikian dapat mengenali organisasi
sebagai suatu unit yang saling tergantung. Di tingkat mikro, secara individual
bagian-bagian dari suatu organisasi mengakomodasi satu sama lain sebagai suatu
35
Sutisna, S.E., ME, Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran (PT. Remaja Rosdakarya
Bandung,2002) hal 268
26
organisasi yang melakukan penyesuaian untuk merubah lingkungannya. Dengan
pengumpulan keputusan yang dihubungkan dengan pengembangan dan penyerahan
dari suatu strategi komunikasi pemasaran, gambar dibawah ini menjadi mungkin
untuk dilihat kompleksitas dan kepekaan dari setiap komponen dalam pengambilan
keputusan.36
Bagan 2.1
A System Of Marketing Communications
36
Chris Fill, Marketing Communications: framework , theories and applications, Prentince Hall
1995, Hal. 18
27
Sumber : Chris Fill, Marketing Communications: framework , theories and applications.
Dari bagan 2.2 tersebut Sistem komunikasi pemasaran, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
2.6.1
Key Factor Analysis (Analisis Faktor Kunci)
Analisis Faktor Kunci adalah sesuatu yang berguna untuk melakukan
penekanan dan mengeluarkan hal-hal yang penting yang bersangkutan kepada
komunikasi pemasaran efektif.37
Key Factor Analysis merupakan bagian penting dalam membuat system
strategi komunikasi pemasaran bagi sebuah perusahaan. Agar Komunikasi
pemasaran sukses, perlu dilakukan pengawasan yang terus-menerus kepada
kompetitor, peristiwa sosial, perkembangan ekonomi, aktivitas perundang37
Chriss Fill, Marketing Communications: framework, theories and applications, Prentice hall
international limited, hal.66
28
undangan, dan bahkan situasi internal perusahaan. Pengawasan lingkungan
(environmental monitoring) atau yang disebut sebagai analisis situasi (situation
analysis), melibatkan dua kegiatan umum. Pertama, analisis internal (internal
analysis) yang dilakukan terhadap kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness)
organisasi. Pertimbangan keuangan dan masalah ketenagakerjaan adalah topik-topik
utama dalam analisis internal.38
Perusahaan dengan cadangan keuangan yang kuat serta tim ahli komunikasi
yang berbakat, mempunyai peluang yang lebih besar untuk mengembangkan
program kreatif yang berhasil, sementara perusahaan yang “terbelakang”
mempunyai kemampuan yang terbatas. Dalam analisis eksternal (external analysis),
komponen Kedua dari pengawasan lingkungan, faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas komunikasi dan kesuksesan produk ditinjau secara mendalam. Situasi
ekonomi, aktivitas kompetisi, perkembangan sosial-budaya, iklim perundangundangan, dan pertimbangan jalur distribusi, peluang (opportunity) dan ancaman
(threat) yang dihadapi merek pada suatu waktu merupakan faktor-faktornya, yang
umumnya terlihat dalam suatu analisis situasi eksternal. Aspek penting dari
pengawasan lingkungan dapat diingat dengan menggunakan singkatan SWOT yang
terkenal atas analisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman (strengths,
weaknesses, opportunities, and threats).39
2.6.2
38
Promotion Objective (Tujuan Promosi)
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003) hal 44
39
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003) hal 45
29
Menganalisa tujuan dari komunikasi pemasaran terhadap produk atau jasa
yang akan ditawarkan, dengan berdasarkan atas pengidentifikasian peluang-peluang
tersebut dan menetapkan sasaran yang menjadi target marketnya.
Proses dalam mengatasi banyaknya permintaan yang berbeda ini dirasakan
ketika organisasi telah membuat atau menetapkan sasaran promosi yang sangat sulit
dan kompleks. Kompleksitas yang dirasa ini telah menunjukkan sejumlah besar
para manajer gagal dalam menetapkan sasaran promosi. Banyak dari mereka
menetapkan sasaran promosi sedemikian rupa sehingga sasaran promosi yang telah
ditetapkan tidak tepat atau tidak sesuai dengan tujuan dari pemasaran yang mereka
inginkan. Promotion Objective merupakan hasil dari key factor analysis pada
sebuah system pemasaran. Pada umumnya sasaran promosi ditetapkan oleh para
manajer yang berkaitan dengan penjualan40.
Yang antara lain meliputi peningkatan dalam penguasaan pasar, rasio laba
modal, peningkatan volume penjualan41.
Volume penjualan berubah-ubah atau bervariasi, disebabkan oleh :
1) pesaing merubah harga,
2) pembeli membutuhkan perubahan,
3) kemajuan teknologi yang memudahkan proses produksi menjadi
meningkat, skala ekonomi, pengaruh pengalaman dan untuk beberapa
organisasi, kesempatan untuk mengurangi biaya,
4) masuk dan keluarnya pesaing yang berbeda.
40
Chriss Fill, Marketing Communications: framework, theories and applications, Prentice hall
international limited, hal 227
41
Ibid, hal 228
30
Pengaturan dari sasaran promosi adalah penting, hal tersebut disebabkan
karena adanya tiga pertimbangan yang utama42:
1) Sasaran promosi memberi makna dari komunikasi dan mengkoordinasi
antara dua kelompok (klien dan perusahaan), ketika melakukan suatu
kampanye,
2) Sasaran promosi bertindak sebagai pemandu dalam pengambilan
keputusan dan memberikan suatu fokus untuk keputusan yang diikuti
dalam proses pengembangan rencana promosi,
3) Bahwa sasaran promosi sebagai suatu tanda, sehingga suatu kegagalan
atau keberhasilan dari suatu program dapat diketahui.
2.6.3
Segmentasi, Targeting dan Positioning
Segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami
struktur pasar. Sedangkan targeting adalah persoalan bagaimana memilih,
menyeleksi, dan menjangkau pasar.
Setelah pasar sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan
positioning. Positioning pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memasuki
jendela otak konsumen (Kasali, 2000).
Positioning biasanya tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting
selama barang-barang yang tersedia dalam suatu masyarakat tidak begitu banyak,
dan persaingan belum menjadi sesuatu yang penting. Positioning baru akan menjadi
penting bilamana persaingan sudah sangat sengit.
42
Ibid, hal 229
Sutisna, SE., ME., Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2002, hal 258
40
31
A. Segmentasi
Definisi segmentasi pasar yang paling sering diucapkan para ahli
adalah “suatu proses untuk membagi-bagi atau mengelompok-kelompokkan
konsumen ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen”.
Menurut Rhenald Kasali, segmentasi adalah “proses mengkotakkotakkan pasar (yang heterogen) ke dalam kelompok-kelompok potential
customers yang memiliki kesamaan kebutuhan dan/atau kesamaan karakteryang memiliki respons yang sama dalam membelanjakan uangnya”
Konsumen dapat dibedakan menurut karakteristik-karakteristik
demografi. Namun adakalanya pembagian ini tidak cukup. Pemasar ingin tahu
lebih jauh, apa yang sebenarnya membuat orang-orang-yang memiliki usia,
penghasilan, dan pekerjaan yang sejenis-berbeda satu sama lain.
Adakalanya, data demografi saja tidak cukup untuk menjawab
pertanyaan ini. Konsumen yang memiliki data demografi yang sama ternyata
bisa memiliki keinginan-keinginan yang berbeda. Dengan kata lain, kalau
dalam segmentasi demografi kita mempelajari “siapa mereka” maka dalam
segmentasi psikografis kita ingin mengetahui “apa yang ada di kepala
mereka”. Dua pakar pemasaran yaitu Wells dan Tight tidak meninggalkan
konsep demografi.
Mereka
psikografis.
justru
menggabungkan
keduanya
menjadi
Demo-
Singkatnya psikografis telah mencoba mengelompokkan
konsumen berdasarkan segmen-segmen yang lebih tajam daripada sekedar
variabel-variabel demografi.
Rhenald Kasali membagi 3 cara dalam melakukan segmentasi
sebagai berikut:
32
1. Demografis.
Demografis adalah segmentasi berdasarkan usia, ukuran keluarga,
daur hidup keluarga, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, dan
penghasilan (Kasali, 200, h.156).
2. Psikografis.
Psikografis adalah segmentasi berdasarkan gaya hidup dan
kepribadian manusia. Sedangkan gaya hidup mencerminkan
bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang
dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan opini-opininya
(Kasali, 2000, h.214).
3. Cohort.
Konsep ini percaya bahwa bahwa generasi-generasi memiliki sikap
dan pandangan yang berbeda-beda tentang suatu hal/produk. Sikap
itu dibentuk oleh kejadian-kejadian penting yang sangat membekas
ketika generasi ini memasuki era dewasa.
Cohort adalah sekelompok individu yang diikat oleh
pengalaman dan kejadian-kejadian (events) yang sama yang
terbentuk pada suatu kurun waktu tertentu (Kasali, 2000, h.276).
Lebih lanjut perlu disampaikan bahwa dalam konsep
pemasaran modern, untuk melakukan segmentasi pasar, minimal
Anda harus paham menjawab empat pertanyaan :
a. Siapa konsumen Anda? (segmentasi demografi)
b. Apa yang ada di kepala mereka? (segmentasi psikografi, kohor
dan manfaat)
33
c. Dimana mereka dapat dijangkau? (segmentasi media, bagaimana
melakukan targeting).
d. Apa yang mereka beli? (data penjualan/retail)
B. Targeting
Targeting atau menetapkan target pasar adalah tahap selanjutnya
dari analisis segmentasi. Produk dari targeting adalah target pasar (pasar
sasaran) yaitu satu atau beberapa segmen pasar yang akan menjadi fokus
kegiatan-kegiatan pemasaran. Kadang-kadang targeting juga disebut selecting
karena pemasar harus menyeleksi.
Menyeleksi disini berarti pemasar harus memiliki keberanian untuk
memfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian saja (segmen) dan
meninggalkan bagian lainnya (Kasali, 2000, h. 371).
Ada empat kriteria yang harus dipenuhi untuk mendapatkan pasar
sasaran yang optimal yaitu :
1. Responsif.
Pasar sasaran harus responsif terhadap produk dan program-program
pemasaran yang dikembangkan. Kalau pasar tidak merespons, tentu
Anda harus mencari tahu mengapa hal itu terjadi.
2. Potensi penjualan.
Potensi penjualan harus cukup luas. Sebagian besar pasar sasaran
semakin besar nilainya. Besarnya bukan hanya ditentukan oleh
jumlah populasi, tetapi juga daya beli dan keinginan pasar untuk
memiliki produk tersebut. Daya beli adalah persoalan ekonomi
makro dan potensi daerah tersebut (misalnya potensi sumber-sumber
34
daya alam dan sumber daya manusia), sedangkan keinginan
membeli harus dapat diciptakan oleh pemasar.
Keinginan membeli harus diciptakan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor seperti kesiapan masyarakat, kelayakan produk
tersebut, kemampuan untuk meningkatkan kesejahteraan/kepuasan
konsumen, dan masalah etika.
3. Pertumbuhan memadai.
Pasar tidak dapat dengan segera beraksi. Pasar tumbuh perlahanlahan sampai akhirnya meluncur dengan pesat dan mencapai titik
pendewasaannya. Kalau pertumbuhan lambat, tentu dipikirkan
langkah-langkah agar produk ini berhasil di pasar. Mungkin produk
yang dibuat tidak sesuai dengan pasar sasaran. Mungkin harganya
terlalu mahal. Mungkin pasar tidak membutuhkannya. Mungkin
pasar itu sudah dikuasai oleh pesaing yang memiliki konsumen yang
loyal atau mungkin karena produk tersebut tidak dikenal di pasar.
4. Jangkauan media.
Pasar sasaran dapat dicapai dengan optimal kalau pemasar tepat
memilih media untuk mempromosikan dan memperkenalkan
produknya. Adakalanya pemasar gagal menjangkau pasar karena
tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang media planning dan
karakter-karakter media yang ada (Kasali, 2000, h.375).
Sebuah pasar sasaran yang dipilih tidak dengan segera menjanjikan
potensi yang optimal. Dalam hal ini, pemasar harus memiliki
pengetahuan yang kuat tentang perilaku konsumen.
35
Pada dasarnya konsumen memerlukan waktu untuk mengkonsumsi
suatu produk. Mata rantai konsumsi ini dikenal dengan proses AIDA
yaitu
Awareness
(konsumen
sadar terhadap
keberadaan
suatu
produk/merek), Interest (minat), Desired (menghendaki, merasa
membutuhkan), dan Action (membeli). Untuk jelasnya, pemasar perlu
mengukur tingkat yang telah dicapai konsumen-konsumennya dalam
pasar sasaran. Pengetahuan ini akan membantu pemasar menyusun
targeting strategy.
Bandingkan misalnya dua situasi yang dihadapi pemasar dalam dua
pasar yang berbeda berikut ini. Pada pasar A, pemasar menghadapi
masalah awareness. Agar pasar sasaran mencapai titik yang optimal,
pemasar dalam keadaan ini harus menggempur kembali pasarnya agar
mencapai titik awareness yang lebih tinggi. Pada pasar B, awareness
sudah cukup tinggi tetapi sikap konsumen terhadap produk cukup
rendah. Disini bukan promosi atau periklanan yang harus Anda
perhatikan,
melainkan
produk
dan
tenaga
penjual.
Mungkin
persoalannya adalah mutu produk yang kurang baik.
Targeting dalam konteks STP juga berhubungan erat dengan adanya
media yang dapat digunakan untuk menjangkau kelompok-kelompok
atau segmen-segmen baru. Targeting mempunyai dua fungsi sekaligus
yaitu menyeleksi pasar sasaran sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu
(selecting)
dan
menjangkau
mengkomunikasikan nilai.
pasar
sasaran
(reaching)
untuk
36
C. Positioning
Positioning bukan sesuatu yang pemasar lakukan terhadap produk
tetapi sesuatu yang pemasar lakukan terhadap otak calon pelanggan.
Pernyataan itu sangat tepat. Positioning bukanlah strategi produk tapi strategi
komunikasi.
Setelah pasar sasaran dipilih dan produk yang dibutuhkan dirancang,
kini tiba gilirannya memposisikan produk itu di dalam otak calon
konsumen. Untuk itu, pemasar harus paham dahulu bagaimana konsumen
memproses informasi, bagaimana konsumen membentuk persepsi dan
bagaimana persepsi mempengaruhi pengambilan keputusannya.
Positioning menurut Aaker & Myers (1987:36) menunjuk pada
penciptaan “posisi” suatu merk produk tertentu dalam kognisi (ingatan)
para konsumen dikaitkan dengan merk-merk lain yang menjadi pesaingnya.
Keberhasilan komunikasi pemasaran suatu produk seringkali banyak
ditentukan oleh ketepatan dalam perumusan strategi “positioning”-nya.
Karena dari sudut pandang konsumen eksistensi suatu produk cenderung
lebih banyak ditentukan oleh citra atau persepsi (“mental image”) yang ada
di benak pikiran mereka tentang nilai-nilai kegunaan atau kelebihan dari
produk tersebut.
“Positioning is not what you do to a product, it is what you do the mind of
the prospect” (Ries & Trout, 1986)
Positioning dilakukan agar konsumen mampu mengingat merek/
produk/nama tertentu dalam benaknya, sehingga menjadikan produk itu
mempunyai citra yang kuat di mata konsumen.43
43
Sutisna, S.E., M.E., Perilaku Konsumen &Komunikasi Pemasaran, (PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2002) hal 259
37
Rhenald Kasali mendefinisikan positioning adalah komunikasi
untuk
memasuki
jendela
otak
konsumen,
agar
produk/merek/nama
mengandung arti tertentu yang dalam beberapa segi mencerminkan
keunggulan terhadap produk/merek/nama dalam bentuk hubungan asosiatif.
Sehubungan dengan definisi tersebut, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut :
1. Positioning adalah strategi komunikasi.
Komunikasi dilakukan untuk menjembatani produk/merek/ nama
dengan calon konsumen. Meski positioning bukanlah sesuatu yang
pemasar lakukan terhadap produk, komunikasi berhubungan dengan
atribut-atribut yang secara fisik maupun non-fisik melekat pada
produk pemasar.
2. Positioning bersifat dinamis.
Ingatlah bahwa persepsi konsumen terhadap suatu produk/
merek/nama bersifat relatif terhadap struktur pasar/ persaingan.
Begitu keadaan pasar berubah, begitu sebuah pemimpin pasar jatuh,
begitu pendatang baru berhasil menguasai tempat tertentu, maka
positioning produk pemasar akan berubah. Oleh karena itu patut
dipahami bahwa positioning adalah strategi yang harus terus
menerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara, dan dibesarkan.
3. Positioning berhubungan dengan event marketing.
Positioning berhubungan dengan citra dibenak konsumen, pemasar
harus mengembangkan strategi marketing public relations melalui
event marketing yang dipilih yang sesuai dengan karakter produk
pemasar.
38
4. Positioning berhubungan dengan atribut-atribut produk.
Konsumen
pada
dasarnya
tidak
membeli
produk,
tetapi
mengkombinasikan atribut. Ekonom Calvin Lancaster (1996)
mengatakan
bahwa
suatu
barang
tidak
dengan
sendirinya
memberikan utility. “Barang itu memiliki karakteristik dan
karakteristik-karakteristik itulah yang membangkitkan utility”.
Karakteristik itulah yang dalam positioning kita sebut atribut.
5. Positioning harus memberi arti dan arti itu harus penting bagi
konsumen.
Jadi pertama-tama pemasar harus mencari tahu atribut-atribut apa
yang dianggap penting oleh konsumen (sasaran pasarnya) dan
atribut-atribut yang dikombinasikan itu harus mengandung arti.
6. Atribut-atribut yang dipilih harus unik.
Selain unik, atribut-atribut yang hendak ditonjolkan harus dapat
dibedakan dengan yang sudah diakui milik pesaing.
7. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan
(positioning statement).
Pernyataan ini selain memuat atribut-atribut yang penting bagi
konsumen, harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar, dan
harus dapat dipercaya. Secara umum, semakin beralasan klaim yang
diajukan, semakin obyektif, maka semakin dapat dipercaya
2.6.4
Communication Budget
Sumber keuangan suatu organisasi dianggarkan untuk membiayai
komunikasi pemasaran yang spesifik dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
bagi berbagai merek yang dimilikinya. Besarnya sumber daya yang dialokasikan
39
umumnya ditentukan melalui keterlibatan sebuah proses yang dimiliki oleh
kebanyakan korporasi yang canggih. Tiap perusahaan menggunakan prosedur
anggaran yang berbeda-beda dalam mengalokasikan dana kepada para manajer
komunikasi pemasaran dan unit organisasi lainnya. Beberapa perusahaan
menggunakan top-down budgeting (TD), di mana manajemen seniorlah yang
menentukan jumlah dana yang diterima tiap sub-unit. Beberapa perusahaan lain
menggunakan bottom-up budgeting (BU), di mana para manajer sub-unitlah
(misalnya manajer kategori produk) yang menentukan jumlah yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan mereka: jumlah-jumlah tersebut kemudian dikombinasikan
untuk menentukan anggaran total pemasaran.44
Praktek pemasaran pada umumnya mengkombinasikan anggaran top-down
dan bottom up. Sebagai contoh, dalam proses bottom-up/top-down (BUTD),
manajer sub-unit menyerahkan permintaan anggaran kepada kepala bagian
pemasaran, yang kemudian mengkoordinasikan berbagai macam permintaan dan
menyerahkan anggaran keseluruhan kepada manajemen di tingkat atas untuk
mendapat persetujuan. Proses top-down/bottom-up (TDBU) merupakan kebalikan
dari alur di atas; manajemen di tingkat atas menentukan jumlah total anggaran, dan
kemudian membagi-baginya ke dalam berbagai sub-unit.45
2.6.5
Research and Evaluation (Riset dan Evaluasi)
Terlepas dari situasi yang dihadapi, adalah penting untuk melakukan
evaluasi hasil dari upaya komunikasi pemasaran. Di seluruh dunia bisnis, tuntutan
terhadap masalah akuntabilitas (accountability) semakin meningkat, yang membuat
44
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003) hal 51
45
Ibid, hal 53
40
pelaksanaan riset dan pengumpulan data menjadi penting untuk menentukan apakah
upaya komunikasi pemasaran telah mencapai tujuan yang diharapkan atau belum.
Hasil-hasil kemudian dapat diukur dengan melihat volume penjualan.46
Kegagalan dalam mencapai target mengindikasikan diperlukannnya
tindakan korektif. Tindakan korektif mungkin akan memerlukan investasi yang
lebih besar, kombinasi elemen-elemen komunikasi yang berbeda, strategi kreatif
yang perlu direvisi, alokasi media yang berbeda, atau berbagai kemungkinan lain.
Hanya dengan penetapan tujuan dan pengukuran hasil yang sistematis, kemudian
dapat diketahui apakah program komunikasi pemasaran telah berjalan seperti yang
diharapkan.47
2.7
Alat – alat Komunikasi Pemasaran
Chriss Fill dalam bukunya Marketing Communications: framework,
theories and applications, membuat Summary of the key characteristics of tool
marketing communication, membagi beberapa alat – alat komunikasi pemasaran
yang dirancang sedemikian rupa sehingga proses komunikasi dapat berjalan efektif
hingga sampai pada target market atau masyarakat48, yaitu :
a. Periklanan (Advertising)
Periklanan adalah bagian dari kehidupan industri modern, yang bisa
ditemukan di negar-negara maju, dan yang tengah mengalami
perkembangan ekonomi. Kebutuhan akan adanya periklanan, akan terus
tumbuh sejalan dengan pertumbuhan suatu masyarakat atau Negara.
46
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003) hal 52
47
Ibid, hal 60
48
Chriss Fill, Marketing Communications: framework, theories and applications, prentise hall
international limited, hal.12
41
Menurut AMA (American Marketing Association) iklan didefinisikan
sebagai berikut :
“Any paid form of non personal presentation and promotion of
ideas, good or services by an identifies sponsor”.49
Iklan adalah semua bentuk kegiatan presentasi dan promosi pada
khalayak mengenai gagasan, produk dan jasa yang dibiayai oleh
pemrakarsa yang sudah dikenal oleh umum. Institusi Praktisi Periklanan
Inggris mendefinisikan periklanan merupakan pesan-pesan penjualan
yang paling persuasif yang diarahkan kepada para calon pembeli yang
paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang
semurah-murahnya50.
Frank Jefkins mengkategorikan periklanan menjadi :
o Above The Line atau media Lini Atas, yaitu media yang termasuk
dalam kategori Surat kabar, majalah, televisi, radio, billboard, dan
banner.
o Below The Line atau Media Lini Bawah, yaitu media yang termasuk
dalam kategori direct mail, hanging mobile, t-shirt, flag chain,
carpanel, dan display.51
b. Penjualan tatap muka (Personal Selling)
Personal Selling adalah bentuk komunikasi antar individu dimana
tenaga penjual/wiraniaga menginformasikan, mendidik, dan melakukan
49
Rhenald Kasali. Manajemen Periklanan:Konsep dan aplikasinya di Indonesia, (Jakarta : Grafiti.
1995). Hal.10
50
Frank Jefkins, Periklanan, (Penerbit Erlangga, Jakarta 1996) hal 5
51
Ibid hal 86
42
persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa
perusahaan.52
Personal Selling mempunyai peranan penting dalam pemasaran jasa,
karena:
1) Interaksi secara personal antara penyedia jasa dan konsumen sangat
penting.
2) Jasa tersebut disediakan oleh orang bukan oleh mesin.
3) orang merupakan bagian dari produk jasa.
Sifat personal selling dapat dikatakan lebih luwes karena tenaga
penjual dapat secara langsung menyesuaikan penawaran penjualan
dengan kebutuhan dan perilaku masing-masing calon pembeli. Selain
itu, tenaga penjual juga dapat segera mengetahui reaksi calon pembeli
terhadap
penawaran
penjualan,
sehingga
dapat
mengadakan
penyesuaian-penyesuaian di tempat pada saat itu juga.53
Kemudian Philip Kotler dan AB Susanto (2001) menjelaskan
bahwa penjualan pribadi merupakan senjata yang efektif dalam tahap
akhir dari proses pembelian khususnya dalam membangun pilihan,
keyakinan dan tindakan dari setiap pembeli. Penjualan pribadi memiliki
tiga karakteristik, yaitu :
1. Konfrontasi pribadi (personal confrontation)
Penjualan pribadi menyangkut sesuatu yang hidup, penuh energi dan
aktif, pendekatan pribadi serta hubungan interaksi antara dua orang
atau lebih. Masing-masing pihak dapat mengobservasi kebutuhan
52
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003) hal 5
53
Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktik, Salemba Empat, Jakarta
2001, hal 109
43
dan karakteristik sesamanya dengan sangat dekat dan cepat
membuat penyesuaian.
2. Pereratan (cultivation)
Penjualan pribadi memungkinkan segala jenis hubungan dapat
berkembang menjadi erat dalam jangka panjang.
3. Tanggapan (response)
Penjualan pribadi membuat pembeli merasa berkewajiban untuk
mendengarkan apa yang diucapkan penjual.
c. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Promosi penjualan (sales promotion) terdiri dari semua kegiatan
pemasaran yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu
produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat.
Promosi penjualan diarahkan baik untuk perdagangan (kepada pedagang
besar dan pengecer) maupun kepada konsumen. Promosi penjualan yang
berorientasi perdagangan memberikan berbagai jenis bonus untuk
meningkatkan respon dari pedagang besar dan pengecer. Promosi
penjualan berorientasi konsumen menggunakan kupon, premium,
contoh gratis, kontes/undian, potongan harga setelah pembelian, dan
lain-lain.54
Promosi
penjualan
yang
berorientasi
pada
perdagangan
mencakup penggunaan berbagai tipe display allowance, diskon
kuantitas,
54
dan
bantuan
perdagangan
yang
digunakan
untuk
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003, hal 6
44
mengaktifkan respon whosaler dan retailer. Dan promosi penjualan
yang berorientasi pada konsumen mencakup penggunaan kupon,
sample, melaksanakan kegiatan yang bersifat promosi (event), dan
pengurangan harga (diskon).
Kegiatan promosi penjualan yang lain dapat berupa undian tanpa
syarat dan sayembara, penawaran harga cuci-gudang, hadiah dalam
kemasan, hadiah uang tunai, voucher atau kupon potongan harga.
Adapun tujuan promosi penjualan adalah :
1. meningkatkan permintaan dari para pemakai industrial dan
konsumen akhir.
2. meningkatkan kinerja pemasaran perantara.
3. mendukung dan mengkoordinasikan kegiatan personal selling
dan iklan.
Menurut Philip Kotler dan AB Susanto (2001), promosi
penjualan dapat menumbuhkan tanggapan pembeli yang lebih kuat dan
cepat. Promosi penjualan dapat digunakan untuk efek jangka pendek
seperti
untuk
mendramatisasi
produk
yang
ditawarkan
dan
meningkatkan penjualan.
d. Public Relations
Public Relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari
suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan
sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut.
Yang dimaksud dengan kelompok-kelompok itu adalah mereka yang
terlibat, mempunyai kepentingan, dan dapat mempengaruhi kemampuan
45
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Kelompok-kelompok tersebut
bisa terdiri atas karyawan dan keluarganya, pemegang saham,
pelanggan, khalayak/orang-orang yang tinggal di sekitar organisasi,
pemasok,
perantara,
pemerintah,
serta
media
massa.
Dalam
pelaksanaannya public relation dapat dilakukan oleh individu kunci dari
suatu perusahaan dan dapat pula dilakukan oleh suatu lembaga formal
dalam bentuk biro, departemen, maupun seksi public relations dalam
struktur organisasi.55
Alat promosi ini dapat menarik perhatian khalayak ramai jika
memiliki kredibilitas yang tinggi dan tidak memasukkan unsure
penjualan, jadi hanya sebagai pemberi informasi. Public Relation dan
publisitas juga dapat memperoleh efek dramatisasi seperti yang terjadi
pada iklan.
e. Penjualan Langsung (Direct Response / Direct Marketing)
Direct response / direct marketing merupakan suatu bentuk
distribusi, yang digunakan untuk penawaran produk. Konsekuensinya
direct response tidak terbatas untuk pemasaran secara langsung saja
(tanpa toko atau penjualan secara fisik). Pedagang eceran juga dapat
memanfaatkan untuk menarik para pembeli.56
Merupakan sistem pemasaran yang bersifat interaktif, yang
memanfaatkan satu atau beberapa media iklan untuk menimbulkan
respon yang terukur dan atau transaksi di sembarang lokasi. Dalam
direct marketing, komunikasi promosi ditujukan langsung kepada
55
56
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi 2, (Penerbit ANDI Yogyakarta 1997) hal 230
Frank Jefkins, Periklanan, (Penerbit Erlangga, Jakarta 1996) hal 190
46
konsumen individual, dengan tujuan agar pesan-pesan tersebut
ditanggapi konsumen yang bersangkutan, baik melalui telepon, pos, atau
dengan datang langsung ke tempat pemasar.
Alat promosi ini hanya dapat menjangkau konsumen yang spesifik.
Namun pesan yang disampaikan melalui direct marketing dapat
disesuaikan dengan karakter dan respon konsumen yang dituju serta
dapat diperbaharui secara cepat pula.
Perusahaan selalu mencari cara untuk meperoleh efisiensi dengan
mensubtitusi satu alat promosi dengan yang lainnya.
Adapun media direct marketing adalah:
1. Telepon/telemarketing
2. Respon langsung (melalui iklan di televisi atau radio)
3. Media cetak iklan
4. Sisipan dalam media cetak (misalnya brosur yang disisipkan di
dalam surat kabar atau majalah)
5. Pos langsung (direct mail)
Sedangkan menurut Philip Kotler dan AB Susanto (2001),
pemasaran langsung meliputi direct mail, telemarketing dan Internet
marketing. Terdapat pula empat karakteristik dari pemasaran langsung
yaitu:
1. Tidak publik (non public), yaitu pesan yang disampaikan
ditujukan pada orang tertentu.
47
2. Customized, yaitu pesan dipersiapkan untuk menarik individu
yang telah ditentukan.
3. Terbaru (up-to-date), yaitu pesan dapat dipersiapkan dengan
cepat.
4. Interaktif (interactive), yaitu pesan dapat diubah bergantung
pada tanggapan seseorang.
Chris Fill dalam bukunya Marketing Communication : framework, theories
and application juga menggambarkan efektifitas dari alat-alat promosi bahwa setiap
alat-alat promosi memiliki kapasitas dan efektifitas dalam mengkomunikasikan
serta untuk mencapai tujuan yang berbeda dalam manjangkau khalayak sasarannya
yang dilihat dari segi komunikasi, biaya, dan pengendalian, dari bagan di bawah
juga dapat dilihat bahwa periklanan (advertising) sangat baik untuk membuat
kesadaran (awareness) dan personal selling sangat efektif sebagai tindakan promosi
dan kebiasaan membeli. Untuk lebih jelasnya hal ini dapat dilihat pada bagan
berikut ini :
Tabel 2.1 :
A summary of the key characteristics of the tools of marketing communications
48
Komunikasi
Adv
Sales promo
Low
Public
relation
Low
Personal
selling
High
Direct
response
High
-Kemampuan utk
mengirim pesan
secara individu
Low
-Kemampuan utk
meraih audience
dalam jumlah besar
High
Medium
Medium
Low
Medium
-Tingkat interaksi
Low
Low
Low
High
High
-Kredibilitas yang
diberikan oleh
khalayak
Low
Medium
High
Medium
Medium
High
Medium
Low
High
Medium
Low
High
Medium
Medium
Low
High
High
Low
High
Low
High
Medium
Low
High
Medium
Medium
High
Low
Medium
High
Medium
High
Low
Medium
High
Biaya
-Pengeluaran yang
pasti
-Biaya per kontak
-Biaya yang
dihabiskan
-Ukuran/biaya
investasi
Pengendalian
-Kemampuan untuk
mendapat khalayak
yang beragam
-Kemampuan
pengelolaan untuk
mengatur dalam
menyebarkan alat
sebagai perubahan
keadaan.
2.7.1
Alat – alat Komunikasi Pemasaran produk jasa
Bauran Komunikasi jasa memiliki komponen yang lebih luas dan lengkap
dibandingkan dengan bauran komunikasi produk manufaktur. Terlihat dari adanya
dua elemen tambahan dalam bauran komunikasi jasa jika dibandingkan dengan
49
bauran komunikasi produk manufaktur. Tambahan elemen tersebut adalah
instructional material dan corporate design.
Hal ini mendukung konsep bahwa jasa memang berbeda dengan produk
manufaktur. Jasa memiliki keterbatasan yang bersumber dari karakteristik jasa yang
berbeda dengan produk manufaktur terutama dalam tangibility (keberwujudan).
Oleh sebab itu, dua elemen tambahan dalam bauran komunikasi jasa tersebut
mengarah pada usaha untuk memperkecil dampak negatif karakteristik jasa,
khususnya karakteristik jasa berupa keterbatasan dalam tangibility (keberwujudan).
Proses tangibilizing jasa atau proses menambah keberwujudan jasa, dapat dilakukan
dengan bantuan dua elemen komunikasi tersebut, yang dapat dilihat dalam bagan
berikut:57.
Bagan 2.2
Marketing Communication Mix for services
57
Christina Whidya Utami. Fokus Ekonomi, (www.stie-stikubank.ac.id/webjurnal, 2004)
50
Sumber : Christopher Lovelock and Jochen Wirtz, services marketing slide 2004
Personal
Communications
Advertising
Sales Promotion
Publicity &
Public Relations
Instructional
Materials
Sam pling
Press
releases/kits
Web sites
Coupons
Press
conferences
Manuals
Corporate
Design
Selling
Broadcast
Custom er
service
Print
Training
Internet
Sign-up
rebates
Special
events
Brochures
Vehicles
Telem arketing
O utdoor
Gifts
Sponsorship
Videoaudiocassettes
Equipm ent
Directm ail
Prize
prom otions
Trade Shows,
Exhibitions
Software
CD-RO M
Stationery
Media-initiated
coverage
Voice m ail
Uniform s
Word-of-m outh
Word
mouth
(other of
customers)
*
Signage
Interior decor
Key: * Denotes communications originating from outside the organization
Berdasarkan bagan di atas, terlihat bahwa bauran komunikasi jasa
mempunyai elemen yang lebih kompleks dibandingkan bauran komunikasi produk
manufaktur yang pada umumnya hanya terdiri personal selling, sales promotion,
advertising, dan publisitas, sedangkan instructional material dan corporate design
diperlukan sebagai elemen penting dalam bauran komunikasi jasa mengingat sifat
dan karakteristik jasa yang membutuhkan bentuk komunikasi yang dapat
menonjolkan
keberwujudan
jasa
(tangibilizing)
jasa
tersebut.
Dalam
pengimplementasian bauran komunikasi jasa (services communications mix),
pemasar tetap membutuhkan pemahaman tentang pasar sasaran yang dituju (target
market), hal ini dilakukan pula pada perusahaan produk manufaktur. Sedangkan
elemen–elemen komunikasi yang dipilih akan berbeda tergantung beberapa hal
dibawah ini yaitu : 58
58
Ibid
51
a) Klasifikasi Jasa.
Jasa dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu high contact services
dan low contact services. High contanct services : service that involve
significant interaction among customers, service personnel and equepment
and facilities (Lovelock & Wright, 2002) dapat diartikan sebagai
klasifikasi jasa yang mempunyai interaksi yang signifikan atau intensitas
tinggi terhadap pelanggan, peralatan dan fasilitas pendukung proses jasa,
contoh jasa dengan klasifikasi ini adalah jasa salon, spa, jasa konsultasi
manajemen. Sedangkan Low contact services : service that require minimal
or no direct contact between customers and the service organization
(Lovelock & Wright ,2002) dapat diartikan klasifikasi jasa yang
membutuhkan kontak pelanggan dengan intensitas yang rendah, contoh jasa
dengan klasifikasi ini adalah jasa service mobil, jasa restoran ataupun
katering.
Klasifikasi jasa yang membutuhkan kontak pelanggan dengan
intensitas tinggi memungkinkan adanya interaksi yang cukup dengan
pelanggannya, dengan demikian membuka kesempatan front liner services
mengkomunikasikan value/benefit dari jasa tersebut . Hal sebaliknya terjadi
pada klasifikasi jasa low contact services . Dengan demikian untuk
klasifikasi jasa low contact services dibutuhkan elemen bauran komunikasi
yang lebih menonjolkan keberwujudan jasa seperti instructional material
maupun corporate design. Untuk itu perlu dipikirkan penggunaan bauran
komunikasi yang berbeda untuk setiap klasifikasi jasa diatas sehingga
tujuan dari komunikasi pemasaran jasa dapat tercapai.
52
b) Tujuan Komunikasi.
Pemasar
mempunyai
mengkomunikasikan
membutuhkan
jasanya.
implementasi
tujuan
yang
Masing-masing
bauran
berbeda
tujuan
komunikasi
yang
dalam
komunikasi
berbeda.
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab II halaman 27.
2.8
Klinik DBC (Documentation Based Care) sebagai produk unggulan
yang dipromosikan
Komunikator pemasaran, dalam berbagai kapasitas merek (baik sebagai
pengiklan, wiraniaga, pelaku public relations, dan lain-lain), mengembangkan dan
menyampaikan pesan dari obyek yang berbeda : produk, jasa, toko, kegiatan,
bahkan orang. Walaupun istilah-istilah tersebut menjelaskan bentuk objek
pemasaran yang berbeda, namun ada satu istilah yang dapat dipakai sebagai
ringkasan dari seluruh bentuk objek pemasaran itu, yaitu “Merek”.59
Terlepas dari ketenaran sebuah merek yang menjadi fokus penekenanan
disini adalah bahwa sebagian besar bentuk komunikasi pemasaran terjadi di tingkat
merek.
American Marketing Association mendefinisikan “Merek” sebagai nama,
istilah, tanda, simbol atau desain, atau kombinasi keseluruhan yang dimaksud untuk
mendentifikasikan barang atau jasa dari penjual atau sekelompok penjual, agar
dapat dibedakan dari kompetitornya.60
59
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu Jilid I,
(Penerbit Erlangga, Jakarta, 2003) hal 7
60
Ibid
53
Jadi dapat disimpulkan bahwa sebuah merek adalah rancangan unik perusahaan,
atau merek dagang yang membedakan penawarannya dari kategori produk
pendatang lain.
Kevin Lane menyebutkan “A brand is product, then, but one that adds
other dimensions to differentiate it in some way from other products designed to
satisfy the same need.61
Merek merupakan janji penjual untuk menyampaikan serangkaian gambaran
yang spesifik, keuntungan dan pelayanan-pelayanan secara konsisten kepada
pembeli. Merk yang terbaik menyampaikan arti-arti sebagai berikut (Philip Kotler,
1997) :
1.
Attribut-attribut (attributes) : suatu merk mencerminkan atribut-atribut
tertentu.
2.
Keuntungan (benefits) : Atribut-atribut harus diterjemahkan kedalam
keuntungan-keuntungan fungsional dan emosional.
3.
Nilai-nilai (values) : merk juga menyampaikan sesuatu mengenai nilainilai perusahaan.
4.
Pengguna (user) : merk juga menyampaikan pada konsumen produk apa
yang digunakan. Jika suatu perusahaan memperlakukan merk hanya
sebagai nama, maka tidak akan ada artinya.
Tantangan suatu merk adalah secara mendalam mengembangkan serangkaian
asosiasi-asosiasi positif terhadap merk
61
Keller, Kevin Lane, “Strategic Brand Management (New Jersey : Prantice Hall) hal 4
54
Jadi pengertian produk dapat juga berarti Physical good yang bersifat
tangible maupun jasa yang bersifat intangible. Menurut Philip Kotler, produk
dapat berupa objek fisik dari jasa yang ditawarkan perusahaan.
Jadi dapat diartikan bahwa Merek (brand) merupakan nama, istilah, tanda symbol
desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk.
2.8.1
Tingkatan Merek
Terdapat 6 tingkatan merek yaitu:
1. Atribut
Sebuah merek diharapkan mengingat suatu atribut atau sifat-sifat tertentu.
Misalnya memberikan kesan mahal, diciptakan dengan baik, direncanakan
dengan baik, tahan lama, prestise tinggi dan sebagainya. Perusahaan
menggunakan satu atau lebih dari atribut-atribut ini untuk mempromosikan
produk tertentu.
Diharapkan klinik DBC akan memberikan kesan sebagai fasilitas atau klinik
rehabilitasi masalah tulang belakang, leher, dan bahu, yang profesional dan
berstandar Internasional dan dapat dipercaya.
2. Manfaat
Satu merek lebih dari seperangkat atrbut. Pelanggan tidak membeli atribut,
mereka membeli manfaat. Atribut perlu diwujudkan dalam manfaat
fungsional atau emosional. Atribut tahan lama dapat diwujudkan dalam
manfaat fungsional.
Dalam hal ini diharpakan bahwa klinikDBC membuat konsumen berfikir
bahwa tidak perlu membuang waktu dan biaya untuk terapi pada tempat lain
55
yang belum tentu jelas keberhasilannya, karena menurut survey bahwa DBC
memberikan keberhasilan sampai dengan 80 %.
3. Nilai
Merek juga menciptakan nilai bagi produsen.
DBC berarti adalah sebuah klinik rehabilitasi masalah tulang belakang,
leher dan bahu yang dapat dipercaya keberhasilannya karena menggunakan
sistem database yang akan terus difollow up kesembuhan dari terapinya,
selain itu
berstandar internasional dan juga pelayanannya nyaman dan
personal. Jadi rumah sakit Internasional Bintaro mencari kelompok
konsumen tertentu sesuai nilai-nilai tersebut ataupun konsumen yang
mencari nilai-nilai tersebut.
4. Budaya
Merek mewakili budaya tertentu.
DBC mewakili budaya eropa yang profesional, dan modern.
5. Kepribadian
Merek juga merancang kepribadian tertentu. Jika merek adalah seseorang,
seekor hewan atau sebuiah benda, apakah yang muncul dalam pikiran kita?
Jadi rumah sakit Internasional Bintaro merancang sebuah kepribadian bagi
DBC yaitu memberikan kesan program rehabilitasi yang komprehensif dan
tepat bagi masalah tulang belakang, leher, dan bahu dan memberikan
keberhasilan yang menjanjikan.
6. Pemakai
Merek memberi kesan pemakai atau user (pengguna merek tersebut)
56
2.8.2
Klinik DBC sebagai produk jasa
“Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh
satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau
tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.”62
Menurut pengertian diatas, klinik DBC menawarkan sebuah kegiatan atau
tindakan kepada konsumen yaitu sebuah terapi terpadu dan komprehensif
untuk masalah seputar tulang belakang, leher, dan bahu. Jelas terlihat bahwa
apa yang ditawarkan oleh Klinik DBC merupakan sesuatu yang tidak
berwujud dan tidak menyebabkan konsumen menjadi memiliki produk
tersebut, namun hanya dapat menggunakan fasilitas yang ada seperti alatalat terapi dan juga fasilitas lainnya yang disediakan.
A. Perbedaan karakteristik Produk fisik dan jasa, Implikasi terhadap
strategi komunikasi pemasaran.63
Beberapa perbedaan antara jasa dan produk manufaktur mempunyai
implikasi yang sangat penting dalam komunikasi pemasaran jasa tersebut.
Terdapat enam perbedaan antara produk manufaktur dan jasa yaitu :
1) Ketidakberwujudan dari tampilan jasa
2) Keterlibatan konsumen dalam proses produksi jasa
3) Evaluasi terhadap jasa sangat sulit dilakukan oleh konsumen
4) Kebutuhan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan
5) Pentingnya kontak secara personal dengan konsumen
6) Kecilnya peran perantara.
62
63
Kottler, Manajemen pemasaran edisi millennium 2, (Perhallindo, Jakarta) hal 486
Christina Whidya Utami. Fokus Ekonomi, (www.stie-stikubank.ac.id/webjurnal, 2004)
57
1. Ketidakberwujudan dari tampilan jasa.
Pemahaman terhadap kenyataan bahwa jasa adalah kinerja atau
proses dan bukan merupakan obyek adalah langkah awal untuk lebih
memahami jasa itu sendiri, hal ini terutama untuk klasifikasi jasa yang
sangat sedikit berhubungan dengan peralatan atau equipment . Jasa lebih
merupakan kinerja atau prestasi dan pengalaman dari bentuk obyek, maka
spesifikasi serta manufaktur yang tepat mengenai keseragaman kualitas
sangat sulit untuk ditentukan (Parasuraman et all, 1990).
Mengingat jasa tidak berbentuk atau berwujud, maka konsumen
tidak mungkin melihat tampilan secara fisik ataupun mengambil contoh
dengan menyentuh, mencicipi, melihat, mendengar atau membaui suatu jasa
pada saat dibeli.
Dengan demikian muncul kesulitan dalam mengkomunikasikan jasa.
Untuk itu dibutuhkan suatu obyek yang dapat digunakan untuk mengingat
wujud fisik jasa tersebut yaitu phisical symbol. (Willim R & Leonard,
1981). Sebagai contoh simbol kangguru dipakai sebagai Phisical symbol
perusahaan penerbangan Australia. Konsumen terbantu secara fisik
mengingat keberadaan perusahaan penerbangan Australia tersebut melalui
simbol kangguru.
2. Keterlibatan konsumen dalam proses produksi jasa.
Dorongan untuk meningkatkan produktivitas pada perusahaan jasa
seringkali dikaitkan dengan inovasi teknologi. Dimana inovasi ini, tentunya
58
dikaitkan pula dengan kemungkinan biaya tenaga kerja yang dapat
diturunkan ataupun dioptimalkan. (Davis et all,1989). Permasalahan sering
kali muncul, apabila peningkatan produktivitas ini tidak diimbangi oleh
usaha-usaha untuk mempertahankan kualitas jasa. Untuk itu faktor manusia
(people) masih memegang peranan yang cukup besar dalam jasa. (Brown
James And Chekitan, 2000).
Bentuk jasa yang mengharuskan konsumen aktif dalam proses transfer jasa
yang dilengkapi dengan penggunaan teknologi, menuntut perusahaan jasa
memberikan layanan tambahan berupa pelatihan ataupun pemberian
informasi yang lengkap tentang teknologi yang digunakan dalam proses jasa
tersebut. Dengan demikian marketer jasa juga harus bertindak sebagai
edukator. (Leg and Barker, 1992) karena mereka berperan pula dalam
transfer pengetahuan tentang jasa itu sendiri. Dengan demikian komunikasi
tidak cukup dilakukan melalui penyampaian benefit atau manfaat jasa, tetapi
harus ditumbuhkan unsur edukasi dalam komunikasi tersebut sehingga
benefit atau manfaat yang diharapkan dari jasa tersebut benar-benar sesuai
dengan ekspektasi dari konsumen jasa (Howard, 1989)
3. Evaluasi terhadap Jasa sangat sulit dilakukan oleh konsumen.
Meskipun konsumen sangat mengenal karakteristik dari jasa yang
mereka konsumsi, namun merupakan hal yang sulit untuk melakukan
evaluasi terhadap kualitas dari jasa Terutama untuk perusahaan jasa dengan
kontak konsumen yang rendah ( low contact services) sulit sekali
melakukan evaluasi terhadap kualitas jasa. Hal ini terjadi, mengingat
komunikasi dengan konsumen sulit untuk dilakukan disebabkan oleh
59
terbatasnya peluang atau kesempatan untuk melakukan kontak langsung
dengan konsumen.
Peranan iklan dalam menilai kualitas jasa dapat dioptimalkan
dengan melakukan word of mouth ( Haywood, 1989). Proses word of mouth
akan semakin terpercaya bila berupa komentar konsumen yang telah
mengkonsumsi atau mengalami proses jasa (service delivery) jasa tersebut
(David H. Maister, 1997). Dengan demikian komunikasi dari mulut ke
mulut tersebut diharapkan tidak hanya berfungsi sebagai penyampaian
informasi tentang benefit atau manfaat jasa, tapi lebih lagi dapat digunakan
untuk membentuk persepsi konsumen yang baik dan kuat tentang jasa
tersebut.
4. Kebutuhan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan.
Kebutuhan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan
berkaitan dengan demand management strategies yaitu bagaimana strategi
perusahaan dalam mengelola atau mengatur aktivitas yang dapat
meningkatkan permintaan pada saat peak periods ataupun memperpanjang
kondisi high periods. Banyak peluang yang bisa dioptimalkan oleh marketer
untuk dapat melaksanakan strategi ini misalnya dengan memberikan
discount harga.
Permintaan rendah pada peak periods merupakan masalah serius
pada industri jasa terutama yang mempunyai biaya tetap atau fixed cost
tinggi seperti hotel. Untuk itu, dapat disiasati dengan menawarkan discount
harga maupun penawaran service tambahan misalnya ; gratis penggunaan
fasilitas hotel, sarapan pagi dll agar akumulasi konsumen pada high periods
60
dapat disebar untuk mengisi kekosongan demand konsumen pada low
periods hal ini sama artinya dengan memperpanjang kondisi high periods
atau peak periods dari jasa tersebut. Dengan demikian komunikasi sangat
berperan dalam menginformasikan penetapan strategi discount dengan
tujuan menyeimbangkan penawaran dan permintaan jasa, bukan dengan
tujuan penuruan kualitas jasa itu sendiri.
5. Pentingnya kontak secara personal dengan konsumen.
Perusahaan jasa dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu :
high contact services dan low contact services (lovelock,2002). Pada
perusahaan jasa dengan kontak konsumen tinggi (high contact services),
karyawan yang berhubungan langsung dengan konsumen merupakan sentral
dari proses transfer jasa (service delivery). Untuk itu banyak perusahaan
yang mengupayakan agar proses jasa lebih tangible (berwujud) dan lebih
personalised (personal).
Pada jenis jasa dimana kontak dengan pelanggan sangat besar (High
contact services), karyawan dapat bertindak sebagai pelengkap dari usahausaha
promosi
perusahaan.
Mengingat
karyawan
dapat
intens
memanfaatkan waktu dalam proses transfer jasa untuk mengkomunikasikan
benefit atau manfaat jasa, tentunya disertai upaya untuk membentuk
persepsi yang baik terhadap kualitas jasa yang diberikan.
6. Kecilnya peran perantara
Intermediaries
atau
perantara
seperti
retail/pengecer
sering
mempunyai peran yang cukup penting dalam mempromosikan produk
61
manufaktur pada konsumen dan sekaligus memberikan informasi tentang
karakteristik produk manufaktur. Tetapi jasa tidak dapat disamakan dengan
produk manufaktur karena perusahan jasa akan langsung menjual pada
pelanggan. Berarti dalam jasa, terdapat peran perantara yang sangat
minimal.
Namun demikian, beberapa perusahaan jasa seperti jasa angkutan
(travel), asuransi tetap membutuhkan agen-agen untuk menjadi perantara
dalam memasarkan jasa mereka. Oleh karena peran perantara hampir tidak
ada
dalam
jasa,
diperlukan
komunikasi
lebih
intensif
untuk
menginformasikan benefit dan value dari jasa tersebut.
B. Klasifikasi Jasa
Jasa dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu high contact
services dan low contact services. High contanct services : service that
involve significant interaction among customers, service personnel and
equepment and facilities, dapat diartikan sebagai klasifikasi jasa yang
mempunyai interaksi yang signifikan atau intensitas tinggi terhadap
pelanggan, peralatan dan fasilitas pendukung proses jasa, contoh jasa
dengan klasifikasi ini adalah jasa salon, spa, jasa konsultasi manajemen.
Sedangkan Low contact services : service that require minimal or no direct
contact between customers and the service organization, dapat diartikan
klasifikasi jasa yang membutuhkan kontak pelanggan dengan intensitas
yang rendah, contoh jasa dengan klasifikasi ini adalah jasa service mobil,
jasa restoran ataupun katering.
62
Klasifikasi jasa yang membutuhkan kontak pelanggan dengan
intensitas tinggi memungkinkan adanya interaksi yang cukup dengan
pelanggannya, dengan demikian membuka kesempatan front liner services
mengkomunikasikan value/benefit dari jasa tersebut . Hal sebaliknya terjadi
pada klasifikasi jasa low contact services . Dengan demikian untuk
klasifikasi jasa low contact services dibutuhkan elemen bauran komunikasi
yang lebih menonjolkan keberwujudan jasa seperti instructional material
maupun corporate design. Untuk itu perlu dipikirkan penggunaan bauran
komunikasi yang berbeda untuk setiap klasifikasi jasa diatas sehingga
tujuan dari komunikasi pemasaran jasa dapat tercapai.64
Sesuai dengan klasifikasi jasa tersebut diatas, maka klinik DBC
(Documentation Based Care) Rumah sakit Internasional Bintaro termasuk
dalam kelompok jasa Hight Contact Services, dimana terjadi interaksi yang
tinggi antara instruktur, dokter, serta front liner dengan pasien klinik DBC.
Hal tersebut memungkinkan untuk menggunakan usaha promosi yang lebih
mendalam yang melibatkan interaksi para staff Klinik DBC dengan para
pelanggan, sehingga diharapkan usaha pemasaran klnik DBC ini akan
menjadi lebih optimal.
64
Lovelock Christopher & Wright Lauren, Principles Service Marketing and Management, Second
Edition, (Pearson Education, New Jersey 2004)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Tipe Penelitian
Dari kerangka pemikiran diatas maka tipe penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dimana penelitian
kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada objek yang
alamiah, dimana peneliti berperan sebagai instrument kunci. 65
Kriteria dalam penelitian kualitatif adalah data yang pasti. Data yang pasti
adalah data yang sebenarnya terjadi sebagaimana adanya, bukan data yang
sebenarnya terlihat, terucap, tetapi data yang mengandung makna dibalik yang
terlihat dan terucap tersebut, diperlukan beberapa sumber data dan berbagai teknik
pengumpulan data.
Alasan mengapa penulis memilih pendekatan kualitatif, bahwa sesuai
dengan tipe penelitian yang digunakan yaitu deskriptif (penjabaran/memaparkan),
kualitatif dipilih karena data yang dikumpulkan berupa uraian kata-kata yang
dilakukan melalui berbagai macam cara (observasi, wawancara, dokumen) dan
dalam penelitian ini penulis melakukan pengumpulan data dengan melakukan
wawancara mendalam (indepth interview) dan juga dokumentasi dari rumah sakit
Internasional Bintaro yang kemudian hasilnya diproses sebelum siap digunakan
malalui pencatatan dan penyuntingan.
Pendekatan penelitian ini memiliki beberapa sifat penelitian diantaranya :
eksploratif, eksplanatif, evaluatif dan deskriptif. Dari berbagai sifat penelitian
yang ada, peneliti memilih penelitian yang bersifat deskriptif. Adapun pengertian
65
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung,Alfabeta,2005) hal 1.
64
64
dari penelitian Deskriptif adalah penelitian yang hanya mengumpulkan informasi
secara rinci dan hanya memaparkan suatu atau peristiwa saja tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. Jadi dalam
penelitian ini, tipe penelitian Deskriptif yang dimaksud adalah penelitian yang
bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta/karakteristik implementasi
strategi komunikasi pemasaran yang digunakan rumah sakit Internasional Bintaro
terhadap klinik DBC (Documentation Based Care) pada tahun 2007.
Penelitian deskriptif digunakan untuk66
:
1. Mengumpulkan informasi yang aktual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada,
2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku,
3. Membuat perbandingan atau evaluasi,
4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana
dan keputusan pada waktu yang akan datang.
3.2.Metode Penelitian
Metode Penelitian
yang digunakan oleh peneliti dalam meneliti
implementasi dari strategi komunikasi pemasaran adalah dengan menggunakan
Studi kasus (case study) yaitu salah satu metode penelitian ilmu sosial, dimana studi
kasus ialah metode yang mempelajari permasalahan suatu objek yang akan di teliti.
Dan desain studi kasus yang sesuai dengan penelitian ini ialah studi kasus tunggal
66
Jalalludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung,PT.Remaja Rosdakarya,2005) hal 25
65
holistik, karena penelitian ini nantinya diharapkan dapat menghasilkan keterangan
yang menjelaskan “Bagaimana implementasi strategi komunikasi pemasaran yang
dilakukan rumah sakit Internasional Bintaro terhadap klinik DBC pada tahun 2007”.
Alasan peneliti memilih metode studi kasus karena secara umum studi kasus
merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian
berkenaan dengan How dan Why, bagaimana dan kenapa.67 Untuk memilih metode
yang digunakan dalam penelitian, tergantung pada tiga hal, yaitu :
1) Tipe pertanyaan penelitian,
2) Kontrol yang dimiliki peneliti terhadap perilaku peristiwa yang diteliti,
3) Fokus terhadap fenomena penelitian (Kontemporer atau Historis).
Setiap analisis kasus mengandung data berdasarkan wawancara, data
pengamatan, data dokumenter, kesan dan pernyataan orang lain mengenai kasus
tersebut. Sesuai dengan perumusan masalah yang ada yaitu mempertanyakan
“bagaimana implementasi strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan pihak
departemen marketing rumah sakit Internasional Bintaro terhadap klinik DBC
(Documentation Based Care) pada tahun 2007?”, dan fokus terletak pada fenomena
kontemporer, yaitu terjadi pada masa sekarang dalam kehidupan nyata.
Kesimpulan studi kasus yang diambil tidak berlaku secara umum, tetapi
hanya terbatas pada suatu kasus tertentu yang sedang diteliti pada objek tertentu
atau perusahaan yang bersangkutan. Metode ini membutuhkan peran langsung
peneliti
untuk
terjun
langsung ke lapangan
(tempat
penelitian)
dalam
mengumpulkan data melalui narasumber untuk mengevaluasinya.
67
Prof.Dr.Robert K.yin, Studi Kasus Desain dan Metode, cetakan ketiga. PT.Raja Grafindo
Persada, 2004 Hal.1.
66
3.3.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk meneliti mengenai implementasi strategi komunikasi pemasaran
utnuk klinik DBC rumah sakit Internasional Bintaro, penulis membutuhkan datadata yang mendukung, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus
ini adalah mengumpulkan data melalui wawancara dengan narasumber yang terkait
dengan objek dan juga melakukan studi dokumentasi dari data-data pada bagian
marketing rumah sakit Internasional Bintaro. Teknik pengumpulan data seperti ini
di klasifikasikan menjadi Data Primer dan Data Sekunder, yaitu :
a. Data Primer
Sebelum melakukan wawancara mendalam peneliti melakukan
kegiatan Observasi, yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian, yang dilakukan peneliti dengan menggunakan
panca indera.68 Yang dalam penelitian ini termasuk pada observasi tidak
langsung atau tidak terlibat (non partisipan observervation), dimana peneliti
tidak terlibat secara langsung dengan objek yang diamati, tetapi hanya
mengamati dengan menggunakan panca indera yang dalam hal ini penulis
berusaha melihat adanya suatu hal atau fenomena yang ada, yang akhirnya
diangkat oleh penulis sebagai fokus penelitian.
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber utama yang
berkaitan langsung dengan topik penelitian. Dalam penelitian ini
pengumpulan data dilakukan melalui Wawancara. Di sini peneliti
melakukan wawancara mendalam (indepth interview), yaitu melakukan
tanya jawab secara langsung dengan pihak departemen marketing dan klinik
DBC RS internasional Bintaro.
68
Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.sos, M.si. Metode Penelitian Kuantitatif. Kencana (Prenada
Media Group) Edisi Pertama Maret 2005, Hal. 134
67
Wawancara merupakan sumber informasi studi kasus yang sangat
penting karena peneliti dapat terjun langsung ke lapangan bertatap muka
langsung dengan narasumber yang berkompeten dalam lingkup penelitian
serta mencari data-data yang diperlukan. Peneliti di sini melakukan
wawancara dengan menggunakan alat perekam digital. Melalui data primer,
isi sumber bahan lebih dapat dipercaya dan jelas.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau
sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Pengumpulan data yang
dilakukan
dengan
studi
Dokumentasi
yaitu
peneliti
melakukan
pengumpulan data yang berkaitan dengan strategi komunikasi pemasaran
klinik DBC rumah sakit Internasional Bintaro yang didapat dari bagian
marketing dan klinik DBC rumah sakit Internasional Bintaro, yakni
dengan membaca atau mempelajari dokumen berupa action plan DBC
tahun 2007, data survey konsumen DBC, data kegiatan promosi baik berupa
hardcopy atau softcopy serta dokumen lainnya juga sumber-sumber daya
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3.4.
Nara Sumber / Key Informan
Narasumber yang dipilih untuk diwawancarai dalam mengumpulkan data
serta informasi yang berkaitan dengan judul penelitian “Analisis Efektifitas
Strategi komunikasi pemasaran Klinik DBC (Documentation Based Care)
rumah sakit Internasional Bintaro tahun 2007” adalah :
68
1. Ibu. Drg. Nailuvar MARS, selaku Marketing Manager rumah sakit
Internasional Bintaro.
2. Ibu. Netty Zaida, selaku Public Relation Officer rumah sakit
Internasional Bintaro.
3. Sdri. Donna Ardhiany, selaku Account administration klinik DBC
rumah sakit Internasional Bintaro.
Alasan penulis memilih narasumber diatas karena beliau berkompeten
dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu
menyangkut implementasi strategi komunikasi pemasaran pada klinik DBC
(Documentation Based Care) rumah sakit Internasional Bintaro tahun 2007.
3.5.
Definisi Konsep
1. Implementasi Strategi Komunikasi Pemasaran
Strategi Komunikasi Pemasaran adalah proses perencanaan dan
manajemen suatu perusahaan mengenai kegiatan pemasaran untuk
menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran
mengenai keberadaaan produk agar tercapainya tujuan dari suatu
perusahaan tersebut.
2. Klinik
DBC
(Documentation
Based
Care)
Rumah
Sakit
Internasional Bintaro
Adalah sebuah produk jasa dan merupakan merek unggulan berupa
layanan klinik rehabilitasi aktif dan komprehensif untuk menangani
masalah seputar pinggang, leher, dan punggung dengan standar
internasional yang memiliki manfaat yang berbeda dengan program
69
fisioterapi biasa. Pada program DBC, latihan yang diberikan bersifat
aktif, dengan demikian nyeri tulang belakang dapat berkurang atau
hilang untuk jangka waktu yang lama. Klinik DBC rumah sakit
Internasional Bintaro juga merupakan klinik DBC Internasional yang
pertama berdiri di Indonesia yang menjadi bagian dari fasilitas
unggulan Rumah sakit Internasional Bintaro yang merupakan rumah
sakit swasta, terletak di kawasan Bintaro Jaya yang merupakan bagian
dari RAMSAY HEALTH CARE Australia yang senantiasa berusaha
meningkatkan
kualitas
pelayanan
disemua
bidang
secara
berkesinambungan. Dengan adanya predikat Internasional, adalah
sebagai bentuk komitmen dan tanggung jawab rumah sakit
Internasional Bintaro dalam memberikan layanan kesehatan terbaik
dibandingkan jasa kesehatan yang ada di Indonesia.69
3.6. Fokus Penelitian
Strategi komunikasi pemasaran merupakan proses perencanaan dan
manajemen suatu perusahaan mengenai kegiatan pemasaran untuk menyampaikan
pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaaan produk
agar tercapainya tujuan dari suatu perusahaan tersebut. Adapun yang menjadi Fokus
Penelitian adalah sebagai berikut:
1. Promotion Objective
Membahas Tujuan Promosi dari klinik DBC Rumah sakit Internasional
Bintaro tahun 2007.
2. Pelaksanaan dan Alat-alat Komunikasi Pemasaran
69
Brosur klinik DBC RS Internasional Bintaro.
70
Membahas tentang pelaksanaan strategi dan alat-alat komunikasi
pemasaran yang digunakan terhadap klinik DBC Rumah sakit
Internasional Bintaro selama tahun 2007.
3. Feedback/umpan balik
Membahas mengenai respon yang diberikan komunikan (khalayak)
kepada komunikator (klinik DBC Rumah sakit Internasional Bintaro)
setelah dilaksanakannya komunikasi pemasaran selama tahun 2007, dari
respon konsumen tersebut dapat dilihat keberhasilannya terhadap tujuan
pemasaran yang hendak dicapai.
3.7. Tehnik Analisis Data
Tujuan analisis dalam penelitian adalah penyempitan dan membatasi
penemuan-penemuan hingga menjadi suatu data yang teratur, serta tersusun dan
lebih berarti. Proses analisis merupakan usaha untuk menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada objek penelitian. Dalam mencapai
tujuan penelitian, maka tehnik yang digunakan adalah dengan mendeskripsikan dan
menganalisiskan data yang diperoleh secara kualitatif yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Dengan kata lain, penulis hanya memaparkan kondisi apa adanya.
Pemaparan tersebut adalah mengenai bagaimana implementasi strategi komunikasi
pemasaran klinik DBC (Documentation Based Care) rumah sakit Internasional
Bintaro tahun 2007.
BAB IV
GAMBARAN UMUM INSTANSI DAN HASIL PENELITIAN
4.1.
Gambaran umum objek penelitian
4.1.1. Lokasi Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, penelitian dilakukan di Rumah Sakit
Internasional Bintaro dimana klinik DBC berada, yang berlokasi di Jl. MH Thamrin
No.1 Sektor 7 kawasan CBD Bintaro Jaya - Tangerang.
4.1.2. Objek Penelitian
Didalam melakukan pengumpulan data ini, peneliti berhadapan dengan
objek yang diteliti secara langsung yaitu dari Departemen Marketing RS
Internasional Bintaro dan klinik DBC Rumah sakit Internasional Bintaro.
4.1.3. Visi, misi, tujuan dan motto Rumah sakit Internasional Bintaro70
a.
Visi
“Kami adalah penyelenggara pelayanan kesehatan terkemuka yang
mengutamakan keselamatan dan tanggap terhadap kebutuhan”
Visi diatas menjelaskan bahwa RS Internasioanl Bintaro berusaha
untuk menjadi institusi pelayanan kesehatan terbaik dibandingkan dengan
pemberi layanan jasa kesehatan yang lain dengan keselamatan
dan
kemampuan untuk membantu pelanggan dengan cepat sebagai landasan
utamanya.
70
Sumber : Pedoman mutu RS Internasional Bintaro, dokumen internal ISO
73
72
a. Misi
“Kami berupaya memberikan pelayanan kesehatan bermutu & memuaskan
pelanggan serta mencapai kinerja yang diinginkan.”
Untuk mencapai visi RS Internasional Bintaro mempunyai misi
yaitu menciptakan pelayanan sesuai harapan pelanggan dengan pelayanan
kesehatan yang sempurna dan sesuai standar.
c. Tujuan
1) Memberikan pelayanan (medis, penunjang medis dan keperawatan)
yang berkualitas dengan baik dan benar sesuai standard dan
perkembangan ilmu pengetahuan.
2) Senantiasa meningkatkan kepuasan pelanggan.
3) Menyediakan sumber daya manusia yang terlatih dan handal.
4) Senantiasa melakukan perbaikan yang berkesinambungan.
5) Memenuhi ketentuan dan standar peraturan yang telah ditetapkan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa RS Internasional Bintaro senantiasa
berorientasi kepada pelanggan dan mutu layanannya.
d. Motto
“People Caring for people”
Motto tersebut berarti bahwa RS Internasional Bintaro berusaha untuk
selalu peduli dengan sesama tanpa membedakan ras atau golongan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
73
Motto tersebut dapat dipahami sebagai bentuk komitmen RS Internasional
Bintaro untuk selalu mengutamakan keselamatan, keselamatan, kebutuhan, dan
kepuasan pasien. Meskipun RS Internasional Bintaro merupakan rumah sakit
dengan kelas menengah atas, namun RS Internasional Bintaro senantiasa peduli
terhadap kesehatan masyarakat, dengan diadakannya program bakti sosial dan
program pengobatan gratis, yang pernah bekerja sama dengan media televisi
TRANS TV dalam program acara “jalinan kasih”, serta RCTI dalam program acara
“peduli kasih”.
4.1.4. Ruang lingkup Rumah sakit Internasional Bintaro
Stuktur organisasi Rumah sakit Internasional Bintaro
RS Internasional Bintaro mempunyai Struktur Organisasi berbentuk lini dan staf.
(Dapat dilihat dalam lampiran struktur organisasi rumah sakit internasional
Bintaro.)
Dalam menjalankan kegiatan operasionalnnya RS Internasional Bintaro
dipimpin oleh seorang Chief Operating Oficer (CEO), yang membawahi 6
Departemen. Berikut ini tabel Departemen yang berada di bawah CEO:
Tabel 4.1
Daftar Departemen rumah sakit Internasional Bintaro
No
Departemen
Sub Departemen
74
1.
Nursing Departement
Code Blue & Inventory Supervisor









Adverse Event Supervisor
SOP Supervisor
Infection Control Supervisor
Maternity Supervisor
Education & Recruitment
Supervisor
Medical Center Supervisor
OT Department Supervisor
A&E Department Coordinator
Cendrawasih Ward Coordinator
Merak Ward Coordinator
ICU Coordinator
Camar Ward Coordinator
Kutilang Ward Coordinator
Pinguin Ward Coordinator

Merpati Ward Coordinator



Chief Maintanance
Housekeeping & Laundry
Supervisor
Chief Security

Food & Beverages Supervisor





Pathology Coordinator
Medical Record Coordinator
Pharmacy Supervisor
Radiology Coordinator
Medical Rehabilitation





General Practitioner coordinator
Chief Accountant
Front Office Supervisor
IT Coordinator
Material ManageCoordinator





2.
3.
4.
5.
6.
Marketing Departement
General Service
Departement
HRD Department
Medical and Ancillary
Service Department
Finance and Administration
Department
Dalam penelitian ini secara stuktural, klinik DBC merupakan bagian dari
unit Medical Rehabilitation atau rehabilitasi medis dan dibawah naungan
75
departemen Medical and Ancillary Service Department atau departemen penunjang
medis.
Departemen marketing, merupakan bagian pemasaran dan promosi yang
merupakan departemen yang independen atau berdiri sendiri. Departemen
marketing berwewenang dan bertanggung jawab terhadap aktifitas pemasaran dan
promosi bagi kesuluruhan produk-produk dari departemen-departemen terkait yang
dikepalai oleh manajer pemasaran dibawah CEO.
4.1.5. Sejarah Rumah sakit Internasional Bintaro
RS Internasional Bintaro adalah Rumah Sakit yang terletak di kawasan
terpadu Bintaro Jaya. Rumah Sakit ini didirikan pada tahun 1998, dibangun diatas
areal seluas 12.000 m2 mempunyai konsep desain yang unik sehingga menyerupai
sebuah mal berlantai 3, dilengkapi pula dengan atrium yang luas yang
memunculkan kesan alami, dengan tujuan memberikan kenyamanan tersendiri
kepada pasien dan pengunjung.
Rumah sakit Internasional Bintaro memulai kegiatan operasionalnya pada
tanggal 12 oktober 1998 dengan membuka 20 kamar konsultasi, sedangkan fasilitas
rawat inap baru mulai beroperasi pada tanggal 2 November 1998.
RS Internasional Bintaro merupakan rumah sakit swasta dengan
kepemilikan modal asing atau PMA dan telah mengalami empat kali pergantian
kepemilikan, awalnya merupakan bagian dari HCOA (Health Care Of Australia),
kemudian menjadi bagian dari MAYNE HEALTH Australia, lalu berganti menjadi
bagian dari AFFINITY HEALTH Australia dan kini RS Internasional Bintaro
76
merupakan bagian dari RAMSAY HEALTH CARE Australia, yang senantiasa
berusaha
meningkatkan
kualitas
pelayanan
disemua
bidang
secara
berkesinambungan. RAMSAY HEALTH CARE Merupakan group rumah sakit
swasta terbesar di Australia, yaitu memiliki lebih dari 100 rumah sakit serta fasilitas
Day surgery di Australia, Inggris, dan Indonesia. Dengan adanya predikat
Internasional, adalah sebagai bentuk komitmen dan tanggung jawab RS
Internasional Bintaro dalam memberikan layanan kesehatan terbaik dibandingkan
jasa kesehatan lainnya yang ada di Indonesia. RAMSAY HEALTH CARE di
Indonesia juga memiliki dua rumah sakit lagi yang semuanya berstandar
internasional yaitu RS. Mitra Internasional Jatinegara, dan RS Surabaya
Internasional. Ketiga Rumah sakit tersebut dikelola oleh PT. Affinity Health
Indonesia yang membawahi manajemen dari ketiga Rumah sakit tersebut.71
4.1.6. Fasilitas Rumah sakit Internasional Bintaro72
Kini RS Internasional Bintaro sudah memiliki beberapa fasilitas yang
berkualitas dan memenuhi standar. Fasilitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 4.2
Fasilitas Rumah sakit Internasional Bintaro
71
72
“10 tahun RS Internasional Bintaro melangkah”, buletin RSIB edisi spesial ulang tahun ke 10th.
Pedoman mutu RS Internasional Bintaro, dokumen internal ISO
77
1.
Pelayanan Rawat Inap (Kapasitas 167 tempat tidur)
78
a. Kamar Perawatan






b.
c.
d.
e.
2
Kamar Gold SVIP
Kamar SVIP
Kamar VIP
Kamar Kelas I
Kamar Kelas II
Kamar Kelas III
Perawatan Intensif (ICU/ICCU)
NICU
Kamar Operasi
Kamar Bersalin
f. Ruang Rawat Sehari (One Day Care)
Pelayanan Medical Center
a. Pelayanan Dokter Umum
b. Pelayanan Dokter Gigi
c. Pelayanan Spesialis dan Sub Spesialis

















Bedah
Kebidanan & Kandungan
Kesehatan Anak
Penyakit Dalam
Jantung dan Pembuluh darah
Paru-paru
Syaraf
Mata
Gigi
Spesialis Mata Anak
THT
Jiwa
Andrologi
Gizi Medis
Kulit dan Kelamin
Akupuntur
Psikolog
d. Pemeriksaan Kesehatan






Paket Uji Kesehatan Standar
Paket Uji Kesehatan Eksekutif
Paket Uji Kesehatan Plus
Paket Uji Kesehatan Pra-nikah
Paket Uji Kesehatan Calon Pegawai
Paket Uji Kesehatan Jantung Koroner
79
e. Pelayanan Penunjang














3.
4.
Laboratorium
Radiologi: USG 4 Dimensi, Mammography, CT SCAN, Radiologi
Konvensional Panoramik, Fluoroskopi, C-Arm
Endoskopi: Bronchoscopy, Gastroskopi, Kolonoskopi, Laparoskopi,
ERCP
Fisioterapi
Farmasi
Spirometry
Audiometry
Uroflowmetry
Treadmill
Echocardiography
ECG: Electro Cardio Graphy
EEG: Electro Enchephalo Graphy
CTG: Cardio Toco Graphy
Rehabilitasi medis
 Hemodialisa
Pelayanan Lainnya
a. Pelayanan OAE, ABR, dan Elektroakustik impedans
b. Artificial Disc Replacement (Protesa Bantalan Tulang Belakang)
c. Pelayanan Endoskopi Saluran Cerna
d. Pelayanan bedah saluran cerna dengan teknik invasif minimal
e. Pelayanan Endoskopi Hidung
f. Pusat Edukasi dan klinik kaki Diabetes
g. Senam Hamil
h. Senam Hamil
i. Senam Diabetes
j. Klub Diabetes RSIB
k. DBC klinik
l. Spine Centre
m. Sport clinic
n. COCHLEAR Implant Program
Pelayanan Umum
a. Café
b. ATM Bank Permata & ATM BCA
c. Gift & reading Shop
d. Guardian
e. Musholla
f. Telepon Umum
g. Koperasi
4.1.7
Penjelasan Unit kerja Departemen Marketing RS Internasional Bintaro
80
Dalam menjalankan aktivitasnya, Departemen Marketing RS Internasional
Bintaro dipimpin oleh seorang Manager Marketing yang membawahi 3 posisi
yaitu Corporate Account Executive (CAE) yang terdiri dari 2 orang staf,
Medical Account Executive (MAE) yang terdiri dari 2 orang staf, dan Public
Relations Officer (PR) yang terdiri dari 1 orang staf.
Stuktur Organisasi Departemen Marketing RS Internasional Bintaro: dapat
dilihat pada lampiran Struktur organisasi departemen marketing RS
Internasional Bintaro
Struktur
Organisasi
menunjukkan
gambaran
Struktur
Organisasi
Departemen Marketing yang ditunjuk dengan garis kedudukannya masing-masing.
Masing-masing kedudukan mempunyai tugas dan, wewenang, dan tanggung jawab
yang berbeda. Berikut ini tabel gambaran tugas masing-masing posisi dalam
Departemen Marketing RS Internasional Bintaro
Tabel 4.3
Gambaran Tugas dan Tanggung Jawab Corporate Account Executive (CAE)
No
Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Membina Hubungan
Kerjasama dengan Perusahaan
2.
Menarik Perusahaan baru
(New Corporate Client) untuk
bekerjasama
Keterangan
•
Kunjungan kepada Key Person Perusahaan
•
Mengadakan meeting evaluasi secara periodic
dengan perusahaan Asuransi
Mengadakan pendekatan dengan Key Person
perusahaan potensial bersama Manager
Marketing
81
3.
Mengadakan Health Education
(Ceramah Kesehatan)
•
Mengadakan Ceramah kesehatan bagi karyawan
perusahaan pelanggan potensial
4.
Mempersiapkan Kontrak
kerjasama
•
Mempersiapkan draft kontrak kerjasama
baru/kontrak perpanjangan (renewal)
•
Merevisi klausula perjanjian kerjasama
5.
Penawaran Medical Check Up
Membuat penawaran harga paket Medical Check Up
kepada Key Person perusahaan potensial
6.
Membuat Laporan Bulanan
•
Membuat laporan bulanan utilisasi pelayanan
rawat inap, rawat jalan serta Medical Check Up
oleh pasien perusahaan
•
melakukan koordinasi dengan bagian A/R untuk
mempersiapkan laporan Revenue Perusahaan
Pelanggan
7.
Promosi
Membantu kegiatan promosi baik di dalam maupun
diluar RSIB seperti seminar, lomba, pameran, dan
lain-lain.
Selain posisi Corporate Account Executive dalam Struktur Organisasi
Departemen Marketing, terdapat juga posisi Medical Account Executive yang
mempunyai tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat dalam Tabel Gambaran Tugas Medical Account Eksekutive
berikut ini :
Tabel 4.4
82
Gambaran Tugas dan Tanggung Jawab Medical Account Executive
No
Tugas dan Tanggung Jawab
1.
Pendekatan kepada Dokter potensial
2.
Pendekatan kepada dokter-dokter baru
Keterangan
Mengadakan kunjungan secara regular
kepada dokter potensial yang praktek di area
Bintaro dan sekitarnya
•
•
3.
Pendekatan kepada Laboratorium area
Bintaro dan sekitarnya
Mengadakan kunjungan kepada dokterbaru potensial yang praktek di area
Bintaro dan sekitarnya
Memperkenalkan fasilitas pelayanan
RSIB
•
Mengadakan kunjungan secara regular
kepada key person laboratoriumlaboratorium yang berada di area Bintaro
dan sekitarnya
•
Menawarkan kerja sama rujukan dan
pemeriksaan Laboratorium yang tidak
dimiliki oleh Laboratorium yang
bersangkutan
4.
Pendekatan kepada Bidan potensial
Mengadakan kunjungan secara regular
kepada Bidan-bidan yang berpraktek di area
Bintaro dan sekitarnya untuk menawarkan
kerja sama rujukan
5.
Memperbarui data base dokterpotensial
Mendata serta memperbarui secara regular
data base dokter potensial yang di Klinik
atau Praktek pribadi di area Bintaro dan
sekitarnya
6.
Membuat laporan bulanan
Membuat laporan bulanan jumlah pasien
rujukan rawat inap serta pelayanan
penunjang seperti l
83
Promosi
7.
Membantu kegiatan promosi baik di dalam
maupun diluar RSIB seperti seminar, lomba,
pameran, dll
Posisi Public Relation dalam Departemen Marketing juga berperan penting
bagi Rumah Sakit, karena seorang PR dapat secara langsung mengkomunikasikan
pelayanan kesehatan yangtersedia di RS Internasional Bintaro kepada pelanggan.
Adapun uraian Tugas dan Tanggung jawab Public Relation Officer yang dituangkan
dalam table berikut ini :
Tabel 4.5
Gambaran Tugas dan Tanggung Jawab Public Relation Officer (PR)
No
1.
2.
Tugas dan Tanggung Jawab
Mempersiapkan data loyal pasien
Mengelola survey kepuasan pasien
Keterangan
Mempersiapkan data loyal pasien baik anak
maupun dewasa yang pernah menjalani
perawatan di RSIB
•
•
•
Distribusi kuesioner
Pengumpulan dan pengolahan data
kuesioner
Membuat laporan bulanan hasil survey
kepuasan pasien
3.
Mengirim Kartu HUT untuk loyal
pasien
Mempersiapkan serta mengirim kartu ucapan
selamat HUT melalui jasa kurir untuk pasien
4.
Mengirim bunga untuk dokter yang
berulang tahun
Mendata setiap bulan dokter-dokter RSIB
potensial yang berulang tahun,
mempersiapkan kartu HUT, memesan serta
mengirim bunga
84
5.
Internal Promotion
Mempersiapkan dan mendistribusikan brosur,
bulletin (majalah "Kicau" dan "Hallo")serta
memasang poster dilingkungan internal RS
6.
Mempersiapkan proposal
Mengetik proposal kegiatan Promosi (seminar,
pameran, lomba, senam masal dan lai-lain)
7.
Menyerahkan kenang-kenangan foto
bayi
Melakukan pengecekan photo bayi yang telah
disiapkan oleh photographer luar kemudian
menyerahkan photo bayi tersebut kepada
seluruh pasien yang melahirkan di RSIB
8.
Distribusi brosur ke luar RSIB
Menyiapkan serta mengatur pendistribusian
brosur fasilitas pelayanan RSIB secara
regular untuk area Bintaro dan sekitarnya
9.
Menyiapkan laporan bulanan
kegiatan marketing
Mengumpulkan data serta mengetik/ membuat
laporan seluruh kegiatan marketing yang telah
dijalankan selama 1 bulan untuk memastikan
marketing telah berjalan sesuai dengan
rencana
Tugas lain dari seorang PR Officer yakni membantu Marketing Manager
dalam melaksanakan kegiatan Relationship Marketing dan Promosi baik di dalam
maupun di luar RSIB agar dapat mempertahankan serta meningkatkan "good
image" bagi Rumah Sakit secara efektif dan efisien.
Hubungan Departemen marketing RS Internasional Bintaro dengan Klinik
DBC RS Internasional Bintaro
Departemen marketing memiliki tugas dan wewenang yang salah satunya
adalah dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi strategi promosi
terhadap produk-produk RS Internasional Bintaro termasuk juga Klinik DBC RS
85
Internasional Bintaro, dan mempertanggungjawabkan laporannya kepada
manajemen RS Internasional Bintaro dan pemegang saham atau investor.
Dalam hal ini berarti, strategi promosi klinik DBC sepenuhnya berada
dibawah wewenang Departemen Marketing RS Internasional Bintaro, sebagai salah
satu produk yang diunggulkan.
4.1.8. Sejarah Klinik DBC Rumah sakit Internasional Bintaro
Klinik DBC RS Internasional Bintaro merupakan bagian dari Klinik DBC
Internasional. Klinik DBC Internasional pertama kali didirikan pada tahun 1991 di
Helsinki. Dan kantor pusatnya kini terletak di Vantaa Finlandia. DBC klinik kini
telah tersebar ke beberapa negara khususnya di Eropa dan Amerika dibawah lisensi
dari DBC Internasional.
Klinik DBC RS Internasional Bintaro yang masih merupakan bagian dari
RS Internasional Bintaro Spine Center, hadir atas kerjasama dengan DBC
Internasional dengan sebuah lisensi resmi dari DBC Internasional dan menjadi
klinik DBC pertama kali di Indonesia. Diresmikan pada 27 November 2006 oleh
Duta Besar Finlandia Markku Niinioja.
4.1.9. Ruang lingkup klinik DBC Rumah sakit Internasional Bintaro
Secara struktur organisasi klinik DBC merupakan bagian dari unit rehabitasi
medis RS Internasional Bintaro yang berada dibawah naungan departemen
penunjang medis RS Internasional Bintaro. Jadi Klinik DBC adalah pelengkap dari
prasarana penunjang medis yaitu rehabiltasi medis yang dikhususkan untuk
penanganan seputar masalah leher, punggung, dan nyeri tulang belakang.
86
4.1.10. Struktur organisasi klinik DBC Rumah sakit Internasional Bintaro
Klinik DBC RS Internasional Bintaro secara struktural organisasi
merupakan bagian dari departemen rehabilitasi medik RS Internasional Bintaro dan
dibawah naungan manager pelayanan medis & penunjang medis. Struktur
organisasi klinik DBC RS Internasional Bintaro dapat dilihat pada bagian lampiran
struktur organisasi DBC.
4.1.11. Penjelasan Unit kerja klinik DBC Rumah sakit Internasional Bintaro73
a. Koordinator Klinik DBC
Koordinator Klinik DBC betugas membantu supervisor rehabilitasi
medik dalam hal menyelia pelayanan klinik DBC secara tepat, cepat,
akurat, dan ramah sehingga membantu proses perbaikan medis dan
memberikan kenyamanan bagi pasien yang menjalani terapi.
Tugas dan wewenang koodinator klinik DBC :
1. Membantu supervisor menyusun rencana jangka pendek dan jangka
panjang departemen dengan pertimbangan konsultan medis dan
pengawasan manager penunjang dan pelayanan medis.
2. Membantu menyusun tata kerja dan pelayanan departemen.
3. Membantu membuat jadwal kerja staf
serta menilai dan
mengevaluasi kinerja staf.
4. membantu supervisor mengadakan rapat rutin dengan staf dan
kosultan medis dalam rangka koordinasi.
5. Memonitor inventarisasi alat-alat medis dan administrasi termasuk
perlengkapan rumah tangga.
73
Dokumen akreditasi UTG unit departemen rehabilitasi medik RS internasional Bintaro, 2007
87
6. mengontrol perawatan alat-alat medis secara berkala untuk
memastikan kesiapan alat tersebut untuk terapi.
7. Membantu memonitor sistem pendokumentasian terhadap pelayanan
pasien seperti pengisian status pasien, form muscle test, laporan
harian.
8. membantu koordinator memastikan proses pelayanan sesuai dengan
standar SOP.
9. ikut memimpin tim dan bekerja secara fungsional dengan dokter
rehabitasi medik.
10. Membantu supervisor menjaga dan memonitor pelaksanaan prosedur
Infection Control.
11. Membimbing, mengoreksi tugas dan memotivasi staf.
12. Menilai wawasan keilmuan, kemampuan terapi dan profesionalisme.
13. Mencari dan merekomendasikan kepada manajer mengenai training
bagi staf.
14. memantau standar pelayanan, dan dapat berubah sesuai informasi
terbaru dari dunia medis dan perkembangan kebutuhan konsumen.
15. mengatur jadwal pelaksanaan terapi pada pasien.
b. Staf fisioterapi DBC (Terapis)
Terapis DBC bertugas memberikan pelayanan rehabitasi medik klinik
DBC secara tepat, cepat, akurat, dan ramah sehingga membantu proses
medis dan memberikan kenyamanan bagi pasien yang menjalani terapi.
Tugas dan wewenang staf fisioterapi DBC :
88
1. Memberikan penjelasan umum kepada pasien mengenai terapi yang
akan didapat sehubungan dengan sakit yang diderita agar pasien
mendapatkan terapi yang optimal.
2. Melakukan komunikasi yang bersifat medis dengan dokter spesialis
rehabitasi medis mengenai kasus pasien yang akan diterapi,
sehingga fisioterapis dapat memberikan terapi yang cepat, tepat, dan
akurat.
3. melaksanakan pelayanan rehabitasi medik sesuai SOP, agar pasien
mendapat terapi yang cepat, tepat, akurat dan ramah,
4. Melakukan proses pencatatan pada status pasien yang menjalani
terapi, agar fisioterapis dapat memperoleh data yang akurat untuk
kelanjutan proses terapi.
5. Melaksanakan pemeliharaan terhadap inventarisasi rehabilitasi
medik meliputi ; alat-alat utama fisioterapi, alat bantu dan obatobatan, agar senantiasa siap digunakan.
6. Melaksanakan tugas sesuai dengan jadual dinas yang telah dibuat
oleh koordinator setiap bulannya.
7. mengikuti
pertemuan
yang
diadakan
oleh
atasan,
untuk
mengevaluasi hasil kerja yang telah dicapai dan mendapatkan
informasi yang terbaru.
8. Melaksanakan prosedur nosokomial sesuai dengan SOP agar
fisioterapis terlindung dari bahaya infeksi.
c. Staf administrator (Account administration) DBC
89
Bertugas melayani pendaftaran, memberikan penjelasan dan membantu
proses pembayaran bagi pasien klinik DBC, serta membantu proses
administrasi unit rehabilitasi medis sehubungan dengan seluruh jasa
pelayanan yang diberikan agar berjalan dengan baik dengan ketentuan
cepat, tepat, akurat serta ramah.
Tugas dan wewenang staf administrator (Account administration) DBC :
1. Menerima pendaftaran sesuai dengan prosedur standar.
2. Memberikan penjelasan mengenai keseluruhan proses pelayanan
klinik DBC.
3. Mendampingi pasien dan memandu ketika mengisi form kuesioner.
4. Bertanggung jawab terhadap teknis persiapan pasien DBC.
5. Bertanggung jawab membuat perjanjian antara pasien dengan dokter
rehabitasi medik.
6. Membuat waktu perjanjian antara psien dengan staf fisioterapis
DBC.
7. Bertanggung jawab terhadap keseluruhan administrasi di unit
rehabilitasi medis.
8. menjaga kerapihan dan kebersihan klinik DBC.
9. Membantu administrasi Unit Spine Center dan Unit Sport Center RS
Internasional Bintaro.
10. Bekerjasama dan selalu memberikan informasi, saran, dan masukan
kepada supervisor front office mengenai cara untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada pasien.
11. Membina hubungan yang baik dan dapat bekerjasama dalam satu
bagian atau dengan bagian yang lain untuk kelancaran pendaftaran
90
pasien.
12. Membuat laporan bulanan pasien klinik DBC.
13. Menghubungi pasien yang mengalami masalah dengan jadwal
terapi.
14. Membuat, melaksanakan dan menyediakan laporan penelitian
mengenai pasien DBC apabila diperlukan kepada bagian marketing,
pemegang saham, dan manajer.
4.1.12. Tentang klinik DBC
DBC adalah suatu program rehabilitasi aktif yang dirancang dan
dikembangkan di Finlandia, yang merupakan latihan komprehensif yang bertujuan
untuk :74
•
Menghilangkan nyeri tulang belakang (punggung dan leher) serta bahu dan
memulihkan fungsi tulang belakang agar kembali normal serta mencegah
berulangnya kembali masalah-masalah tulang belakang.
•
Memulihkan fungsi normal : kontrol postur, koordinasi ketahanan, kekuatan
dan mobilitas tulang belakang.
•
Dokumentasi karakter dan pola nyeri tulang belakang
Terapi yang diberikan kepada pasien mengikuti guidlines internasional dan
keberhasilan program DBC terbukti efektif melalui studi klinik serta hasilnya telah
dipublikasikan di berbagai jurnal medis (Evidence Based Exercise Programs).
Program terapi DBC adalah program pelatihan aktif sebanyak 12 kali treatment,
menggunakan alat-alat medis yang dirancang dan dikembangkan di negara
74
Brosur klinik DBC RS Internasional Bintaro.
91
Finlandia bekerjasama dengan pusat pengembangan di Universitas TAMTERE di
kota Helsinki. Terapi DBC bekerja dengan cara melatih secara aktif dan bertahap
pada otot-otot halus yang melekat pada tulang belakang, berperan dalam
menstabilkan serta memperkokoh susunan tulang belakang yang cedera. 75
Kondisi yang memerlukan program DBC
Program DBC sangat tepat untuk pasien dengan kondisi sebagai berikut :
•
Nyeri tulang belakang (punggung dan leher) serta bahu yang berlangsung
lama (kronik) dan berulang.
•
Pasca operasi tulang belakang.
•
Post trauma.
•
Gangguan fungsional (fungsi tulang belakang)
4.1.13. Program Latihan DBC
Paket Program DBC memerlukan waktu selama 6 minggu yang terdiri dari
12 sesi latihan. Untuk mencapai hasil yang terbaik maka latihan sebaiknya
dilakukan dua kali seminggu. Latihan dilakukan selama 1 hingga 1,5 jam, pada
masing-masing alat atau mesin DBC yang disebut dengan Stretching exercise.
Namun sebelum mengikuti program latihan DBC haruslah melakukan
Assesment test yang terdiri atas test assesment awal, yaitu untuk menilai kondisi
serta pola nyeri, lokasi nyeri, gangguan fungsi kerja dan sebagainya. Hasil penilaian
awal ini dipakai untuk menyusun modul latihan khusus untuk setiap pasien yang
mana akan diserahkan kepada dokter rujukan dan pasien. Pasien yang telah
melakukan paket program DBC akan dilakukan penilaian Pasca terapi atau
maintenance oleh seorang dokter rehabilitasi medik.
75
Buku panduan DBC active spine care RS Internasional Bintaro.
92
Assesment Test :
1. Test Assesment awal
Merupakan tes awal sebelum mengikuti program terapi DBC untuk menilai
kondisi serta pola nyeri, lokasi nyeri, gangguan fungsi kerja dll. Tes ini
digunakan untuk menyusun modul latihan khusus untuk setiap pasien yang
akan diberikan kepada dokter rujukan dan pasien.
2. Test Assesment akhir / Maintenance
Merupakan test yang dilakukan setelah mengikuti program terapi DBC yaitu
pasien akan mendapatkan grafik hasil akhir penilaian kondisi nyeri serta
mengisi kuesioner kepuasan hasil akhir.
Paket program terapi DBC :
Paket Program Program DBC yang ditawarkan tersebut sudah meliputi :
•
Assesment test awal
•
Konsultasi medis dengan dokter
•
Modul pelatihan yang bersifat personal
•
6 minggu terapi yang terdiri dari 12 kali latihan
•
Assesment test lanjutan
•
Dokumen medis atau hasil dari latihan DBC yang dapat dimiliki pasien
•
Maintenance / perawatan
•
Panduan atau protokol latihan yang dapat dilakukan di rumah
Paket program terapi DBC terdiri dari pemulihan secara bertahab :
Minggu I
: Memulihkan fungsi kerja otot-otot tulang belakan yang cedera.
93
Minggu II
: Mengontrol postur tulang belakang.
Minggu III
: Memperbaiki koordinasi tulang belakang.
Minggu IV
: Mengembalikan mobilitas otot tulang belakang.
Minggu V
: meningkatkan kekuatan dan ketahan tulang belakang.
Minggu VI
: Mengkokohkan susunan tulang belakang.
Biaya program terapi DBC :
Untuk satu paket program DBC biayanya terdiri dari :
- Assesment awal
: Rp. 350.000,-
- Paket 12x pelatihan
: Rp. 6.000.000,-
- Assesment akhir / maintenance
: Rp. 150.000,-
Jadi biaya total paket program terapi DBC adalah Rp. 6.500.000 (Enam Juta Lima
Ratus Ribu Rupiah).
Pasien yang telah menyelesaikan satu paket program terapi DBC, untuk
mendapatkan hasil yang memuaskan (sesuai dengan anjuran dokter rehabilitasi
medik) dapat melanjutkan dengan terapi maintenance lanjutan atau mengikuti Floor
excercise.
Perbedaan program terapi DBC dengan Gym biasa adalah :
•
DBC active spine care menggunakan alat pelatihan medis yang dirancang
khusus dengan sistem lock / penguncian pada pinggul, lutut dan bahu agar
mentargetkan serta mengarahkan pelatihan pada otot-otot utama yang
berperan pada susunan tulang belakang yang cedera.
•
Pelatihan pada Gym biasanya hanya bekerja pada otot-otot besar bagian
luar.76
76
Buku panduan DBC active spine care RS Internasional Bintaro
94
4.1.14. Keberhasilan program DBC
Keberhasilan program latihan DBC untuk mengatasi problem nyeri tulang
belakang telah diteliti di seluruh klinik DBC di berbagai negara. Penelitian
pada pasien-pasien dimana dua tahun setelah menyelesaikan program
latihan DBC didapatkan 80% pasien dapat terbebas dari nyeri tulang
belakang dan adanya perbaikan fungsi tulang belakang yang bermakna serta
pasien tetap aktif dalam menjalani pekerjaan sehari-hari.77
4.2
Hasil penelitian
Pada bab IV ini akan dipaparkan mengenai hasil penelitian mengenai
implementasi dari strategi komunikasi pemasaran pada klinik DBC (Documentation
Based Care) Rumah sakit Internasional Bintaro dengan berdasarkan teori - teori
yang ada pada bab II (Kerangka Pemikiran), dan rumusan masalah pada bab I.
Pemaparan mengenai hasil penelitian berupa “implementasi strategi komunikasi
pemasaran pada klinik DBC (Documentation Based Care) Rumah sakit
Internasional Bintaro” didapatkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data
berupa Indept Interview atau Wawancara mendalam dan studi dokumentasi dari
departemen marketing dan klinik DBC Rumah sakit Internasional Bintaro.
4.2.1. Analisa SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) klinik
DBC RS Internasional Bintaro
77
“10 tahun RS Internasional Bintaro melangkah”, buletin RSIB edisi spesial ulang tahun ke 10,
hal topik center of excelent : klinik DBC.
95
Analisa SWOT klinik DBC RS Internasional diperoleh penulis berdasarkan
hasil wawancara dengan nara sumber dari departemen marketing RS
Internasional Bintaro, antara lain sebagai berikut :
A. Strengths (Kekuatan) dari klinik DBC
Menurut dr. Nailuvar selaku Marketing Manager RS. Internasional
Bintaro, bahwa yang disebut dengan Strenghts atau kekuatan adalah hal-hal
positif dari suatu produk yang sifatnya internal, atau kekuatan tersebut
berasal dari kelebihan dan keunggulan dalam produk itu sendiri dan bukan
karena faktor-faktor eksternal. Itulah yang membedakan antara Strenghts
atau kekuatan dengan Opportunities atau peluang.
Yang menjadi kekuatan dari klinik DBC RS Internasional Bintaro
menurut data yang didapat dari wawancara dengan dr. Nailuvar adalah
sebagai berikut :
“Kekuatan dari klinik DBC yang pertama tentu saja adalah
kelengkapan fasilitasnya, termasuk didalamnya adalah peralatan untuk
terapi yang lengkap, juga kenyamanan suasana dari klinik DBC. Itu yang
menjadi nilai lebih dari DBC. Untuk menjalankan fasilitas tersebut
diperlukan tenaga / terapis yang handal, ini yang menjadi kekuatan kedua
dari klinik DBC, yaitu bahwa kami memiliki terapis yang profesional dan
kompeten dengan bidangnya, dalam hal ini dari terapis yang kita punya
ada yang kita kirim untuk training di Australia. Selain terapis, klinik DBC
RS Internasional Bintaro juga memiliki tim dokter rehabilitasi medis yang
sangat profesional dan berpengalaman, bahkan untuk tim dokter tersebut,
di ketuai oleh seorang dokter rehab medis yang sekaligus sebagai seorang
dokter koordinator rehabiltasi medis. Jadi memungkinkan klinik DBC RS
Internasional Bintaro untuk dapat selalu tumbuh berkembang sesuai
dengan perkembangan ilmu rehab medis khususnya, dan ilmu medis. Ini
yang menjadi kekuatan tambahan bagi klinik DBC RS Internasional
Bintaro”.
Selain hal tersebut, menurut dr. Nailuvar yang juga penting dan
tidak boleh dilupakan adalah customer care atau pelayanan terhadap
konsumen :
96
“Kita tidak dapat bertahan dan berkembang, jika tidak ada
konsumen, oleh sebab itu klinik DBC RS Internasional Bintaro memberikan
Customer care yang bagus, yaitu personal customer care. Dimulai dari
penganan keluhan pasien, dan juga terapi, serta report atau hasil dari
latihan terapi yang semuanya bersifat personal. Sehingga konsumen
merasa kebutuhan akan privasinya terpenuhi dan merasa diperlakukan
lebih daripada yang diminta. Itu menjadi kekuatan penting lainnya bagi
klinik DBC RS Internasional bintaro”.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa yang
menjadi kekutan utama dari klnik DBC RS Internasional Bintaro yaitu
fasilitas yang lengkap dan nyaman yang ditunjang dengan para terapis yang
profesional dan kompeten pada bidangnya. Dan juga didukung oleh tim
dokter spesialis rehabilitasi medis yang berpengalaman yang diketuai oleh
seorang dokter koordinator rehabilasi medis yang sudah cukup banyak
memberikan kontribusi bagi perkembangan dan kemajuan ilmu rehabitasi
medis, yaitu dr. Peni Kusumastuti SpRM. Dan yang terakhir yang juga
menjadi andalan adalah customer care yang bersifat personal, hal tersebut
terbukti dengan kian bertambahnya pasien Klinik DBC RS Internasional
Bintaro.
B. Weakness (Kelemahan) dari klinik DBC
Setiap produk selain memiliki kekuatan pasti juga memiliki sisi
lemah, menurut dr. Nailuvar, kelemahan dari klinik DBC RS Internasional
Bintaro adalah :
“Bicara mengenai kelemahan Klinik DBC, jujur saja yang terutama
adalah masalah harga. Karena pasien menilai harga untuk program terapi
klinik DBC kurang kompetitif atau relatif mahal, karena hal ini
berhubungan dengan anggapan awam bahwa klinik DBC sama dengan
Gym atau fitness center. Jadi bila dibandingkan dengan tarif Gym, memang
97
klinik DBC dianggap kurang kompetitif. Anggapan mengenai klinik DBC
sama dengan Gym ini juga menjadi kelemahan, karena anggapan ini masih
sulit untuk dihilangkan, banyak dari pasien dirasa masih kurang bisa
menerima pengetahuan tentang kelebihan dan perbedaan klinik DBC
dengan Gym atau fitness center biasa. Selain itu sulitnya penyerapan
informasi tentang klinik DBC membuat pasien yang sudah melakukan tahap
pemeriksaan awal, menunda bahkan membatalkan program terapi DBC
karena merasa belum perlu mengikuti terapi klinik DBC”.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diasumsikan bahwa
yang menjadi kelemahan utama dari Kinik DBC adalah masalah harga atau
tarif. Menurut informasi dari Klinik DBC RS Internasional Bintaro, tarif
tersebut dirasa cukup mahal disebabkan, program terapi klinik DBC
dikemas dalam sistem paket yang harus diikuti selama 6 minggu atau 12
sesi latihan. Oleh karena itu bila dibandingkan dengan Gym atau fitness
center, tarif tersebut dirasa cukup mahal. Selain itu timbulnya anggapan
awam bahwa klinik DBC sama dengan Gym atau fitness center membuat
citra atau product image klinik DBC mejadi kurang eksklusif atau istimewa,
sehingga membuat klinik DBC kurang bisa diterima dan diminati.
C. Opportunities (Peluang) dari klinik DBC
Peluang yang dimiliki klinik DBC untuk mendapatkan konsumen
atau pasien dan untuk mempertahankan eksistensinya adalah sebagai berikut
:
“kalau untuk peluang klinik DBC, kita rasa cukup bagus, karena
kita adalah klinik DBC yang petama kali berdiri di Indonesia, dan belum
ada kompetitor dengan metode terapi yang benar-benar sama atau mirip
dengan klinik DBC. Sehingga kita dapat menjadi pioneer dalam terapi aktif
rehabilitasi medis yang data keluhan nyeri atau report medisnya
terdokumentasi. Hal ini memungkinkan kita untuk menjangkau pasar tidak
hanya JABODETABEK tetapi bahkan sampai seluruh wilayah Indonesia.
98
Selain itu, kita didukung dengan internasional networking atau DBC
internasional yang berpusat di Finlandia, jadi untuk perkembangan dan
kemajuan ilmunya kita didukung oleh mereka.
Dan menurut data yang ada, hampir 80 persen penduduk dunia mengalami
masalah nyeri punggung, juga demikian di Indonesia yang secara umum
masih belum begitu memperhatikan masalah keselamatan kerja, contohnya
posisi yang benar kalau kita mengangkat beban yang cukup berat, atau
sikap duduk kita saat kerja dan sebagainya, yang potensial untuk
mengalami masalah nyeri punggung.”
Ditinjau dari hasil wawancara tersebut, klinik DBC memiliki
peluang yang cukup potensial karena merupakan klinik DBC yang pertama
kali berdiri di Indonesia dan belum memiliki kompetitor yang benar-benar
sama atau mirip dengan apa yang ditawarkan oleh klinik DBC, sehingga
memiliki peluang menjangkau pasar nasional Indonesia karena klinik DBC
RS Internasional Bintaro adalah Pioneer di bidangnya dan menjadi bagian
dari jaringan DBC Internasional yang berpusat di Finlandia. Hal tersebut
didukung pula bahwa ternyata masalah nyeri punggung sangat potensial
diderita oleh mayoritas penduduk di Indonesia baik dengan latar belakang
pekerja atau buruh dan profesional.
D. Threats (Ancaman) terhadap klinik DBC
Yang menjadi ancaman bagi klinik DBC RS Internasional Bintaro
menurut dr. Nailuvar yaitu :
“Ancaman bagi klinik DBC yaitu adanya tempat pelayanan sejenis
atau pelayanan terapi terhadap nyeri yaitu “careopracter”, namun tidak
Medical Evidence Based atau tidak berdasarkan acuan data atau catatan
medis. Biasanya terapi mereka tidak menggunakan peralatan yang besar
seperti yang ada di klinik DBC, tetapi dengan cara dipijat, diurut atau
refleksi. Dan promosi mereka sangat gencar sehingga banyak warga
negara asing yang di Indonesia memakai jasa layanan mereka, karena
mereka menggunakan metode pijat dan urut sehingga konsumen merasa
99
setelah di terapi keluhan nyeri dan pegal-pegal mereka hilang. Padahal itu
hanya berlangsung sesaat saja setelah dipijat, dan bisa kambuh lagi bila
memang masalah nyeri tersebut tidak terdeteksi. Berbeda dengan DBC
yang membutuhkan waktu lama, bahkan setelah mengikuti paket terapi
awal yaitu 12 sesi latihan awal, nyeri tersebut masih belum hilang, tetapi
DBC menjanjikan kesembuhan yang sifatnya permanen.”
Menurut hasil wawancara tersebut, klinik DBC memiliki ancaman
dari pesaing yaitu “Careopracter”, sebuah klinik terapi untuk masalah nyeri
yang menggunakan metode pijat atau urut, namun tidak medical evidence
based atau tidak berdasarkan catatan medis. Gencarnya promosi dari
“careopracter” membuat banyak konsumen yang tertarik terutama warga
asing yang ada di Indonesia, hal tersebut dikarenakan rasa nyaman dan
berkurangnya keluhan nyeri yang dapat diperoleh secara cepat, karena
menggunakan metode pijat, dibandingkan dengan program terapi klinik
DBC yang membutuhkan waktu lebih lama. Padahal secara medis nyeri
tersebut dapat kambuh lagi karena masalah utama nyeri tersebut tidak
terdeteksi secara ilmiah. Berbeda dengan program DBC yang dapat
menjanjikan kesembuhan secara permanen.
4.2.2. Segmenting, Targeting dan positioning dari Klinik DBC RS
Internasional Bintaro
Data tentang segmenting, targeting, dan positioning dari klinik DBC
RS Internasional diperoleh penulis berdasarkan hasil wawancara dengan
nara sumber dari departemen marketing RS Internasional Bintaro, antara
lain sebagai berikut :
A. Segmenting klinik DBC RS Internasional Bintaro
100
Untuk sementasi dari konsumen klinik DBC RS Internasional
Bintaro adalah seperti berikut :
“untuk segmentasinya secara geografis adalah nasional, dan untuk
kalangan menengah keatas, dengan usia 25 tahun keatas. Pendidikannya
mulai dari sarjana, dan untuk pekerjaannya adalah eksekutif, serta
profesional dari perusahaan minyak dan pertambangan., karena memang
pekerjaan mereka potensial untuk mengalami nyeri punggung. Kita
memang lebih memilih para eksekutif muda yang lebih potensial, terutama
dengan situasi kerja mereka yang lebih banyak duduk, tetapi mereka juga
royal dengan kehidupan mereka, sehingga secara finansial kita rasa klinik
DBC terjangkau oleh mereka. Dan kita anggap tingkat kepedulian mereka
terhadap kesehatan sudah baik sehingga mudah bagi kita untuk
menyampaikan informasi dan menarik minat mereka untuk mengikuti
program klinik DBC, Biasanyakan mereka sering clubbing dan relasinya
banyak, jadi kita bisa memanfaatkan untuk promosi secara “Worth Of
Mouth”.
Berdasarkan wawancara diatas, dapat dilihat bahwa segmentasi
konsumen klinik DBC secara geografis adalah nasional atau mencakup
seluruh wilayah Indonesia. Secara demografis adalah untuk usia 25 tahun
keatas dan dari golongan menengah keatas, dengan pendidikan minimal
sarjana, serta diprioritaskan untuk para eksekutif dan profesional bidang
minyak dan pertambangan, karena profesi mereka sangat potensial untuk
mengalami masalah nyeri punggung.
Secara psikografis adalah mereka yang tingkat kepedulian terhadap
kesehatan pribadi sudah baik, serta gaya hidup yang royal dan banyaknya
relasi yang mereka punya sehingga bisa dimanfaatkan promosi dengan
Worth Of Mouth.
B. Target market klinik DBC RS Internasional Bintaro
Targeting atau penentuan target market (pasar sasaran), merupakan
cara bagi pemasar untuk membidik pasar yang paling potensial dari hasil
101
analisis segmentasi, dengan kata lain bahwa pemasar akan lebih
memfokuskan kegiatan pemasarannya pada target market tersebut.
Menurut dr. Nailuvar, yang menjadi target market klinik DBC RS
Internasional Bintaro adalah :
“Target market itu sebenarnya hampir sama dengan segmentasi
yang sudah kita bicarakan tadi, hanya lebih dikelompokan menjadi lebih
kecil yang kira-kira memungkinkan untuk dilakukan promosi secara
intensif. Kalo dilihat dari coverage kita yaitu nasional, maka untuk target
market kita hanya menentukan daerah JABODETABEK, karena memang
letak kita di pinggiran Jakarta. Selain itu tentu saja para profesional dan
aksekutif muda yang kita bidik, karena memang sebagian besar profesi
yang tinggal atau bekerja di JABODETABEK ini para profesional dan
eksekutif. Menurut data yang ada memang yang paling banyak mengalami
masalah nyeri punggung adalah mereka para pekerja kantoran. Tetapi
tentu saja hanya mereka yang mampu secara finansial yang kita jadikan
target, karena memang Kinik DBC kan tidak murah. Sebenarnya target
market ini kita menyebutnya sebagai pasar potensial, biasanya kita juga
menggunakan data pasien RS Internasional Bintaro, kita seleksi mana saja
yang termasuk dalam pasar potensial kita, dan itu kita gunakan untuk
melakukan promosi via SMS”
Dari hasil wawancara tersebut, klnik DBC RS Internasional Bintaro
menentukan target marketnya adalah para pekerja kantor, terutama para
eksekutif muda yang mampu secara finansial dan bertempat tinggal atau
bekerja di wilayah JABODETABEK. Hal tersebut berkaitan dengan letak
dari Kinik DBC RS Internasional Bintaro yang terletak di wilayah pinggiran
Jakarta, sehingga agar kegitatan promosi dapat lebih dilakukan secara
intensif dan tepat sasaran. Selain itu menurut marketing RS Internasional
Bintaro yang lebih menggunakan istilah pasar potensial, memilih konsumen
potensial dengan menggunakan data dari pasien RS Internasional Bintaro
yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria pasar potensial tersebut, terutama
untuk melakukan promosi via SMS (Short Message Service).
102
C. Positioning klinik DBC RS Internasional Bintaro
Menurut dr. Nailuvar, klinik DBC RS Internasional Bintaro
memposisikan dirinya sebagai berikut :
“Kita memposisikan klinik DBC ini sebagai center of excelent,
maksudnya bahwa klinik DBC RS Internasional Bintaro bukan fasilitas
yang sembarangan atau asal-asalan , sesuai dengan predikat internasional
dari RS Internasional Bintaro, maka klinik DBC adalah fasilitas yang
berstandar internasional dan eksklusif. Selain itu kita memposisikan
sebagai leading paint care, yaitu sebagai fasilitas aktif rehabilatasi medis
yang ternama, eksklusif atau VIP, dan juga terpercaya. Dibandingkan
dengan rehabilitasi medis yang lain. Dengan begitu, kita akan memberikan
pelayanan yang sangat profesional, personal care dan nyaman serta
berkelas.”
Sesuai dengan hasil wawancara tersebut, klinik DBC RS
Internasional Bintaro memposisikan dirinya sebagai “Leading paint Care”
dan “center of excelent”, yang berarti bahwa klinik DBC RS Internasional
Bintaro merupakan pilihan utama untuk aktif rehabilasi medis masalah nyeri
punggung yang profesional dan berstandar internasional dibandingkan
dengan rehabilitasi medis yang lain. Dengan kemewahan. Kenyamanan,
serta pelayanan yang berkelas dan personal, menjadikan klinik DBC sebagai
fasilitas unggulan dari RS Internasional Bintaro, yang membuat berbeda
dengan klinik-klnik rehab medis lainnya.
4.2.3. Promotion objective Klinik DBC RS Internasional Bintaro tahun 2007
Hasil dari wawancara yang telah dilakukan penulis mengenai tujuan
promosi (Promotion Objectives) klinik DBC RS Internasional Bintaro untuk
tahun 2007 dapat dipaparkan sebagai berikut :
103
Menurut dr. Nailuvar selaku marketing manajer RS Internasional
Bintaro, tujuan promosi klinik DBC RS Internasional Bintaro untuk tahun
2007 sebagai berikut :
“Tujuan promosi yang utama dari klinik DBC, tentu saja
peningkatan jumlah atau volume pasien sesuai dengan target yang telah
ditentukan, selain itu juga untuk meningkatkan pengetahuan atau
sosialisasi kepada masyarakat tentang klinik DBC, hal itu supaya
anggapan yang salah tentang klinik DBC bisa berkurang, yaitu melalui
health education, supaya klinik DBC menjadi pilihan utama untuk solusi
masalah nyeri punggung.”
Jadi menurut dr. Nailuvar, tujuan promosi yang utama atau primer
adalah peningkatan jumlah volume pasien sesuai dengan target yang telah
ditentukan, dan yang menjadi tujuan promosi sekunder adalah health
education atau penyampaian informasi tentang klinik DBC agar masyarakat
awam mengetahui fungsi dari klinik DBC, dan diharapkan dapat menjadi
pilihan utama untuk solusi masalah nyeri punggung.
Mengenai tujuan promosi yang utama yaitu peningkatan jumlah
volume pasien klinik DBC RS Internasional Bintaro, dr. Nailuvar
menambahkan :
“ untuk target volume pasien klinik DBC sebenarnya kita punya dua
hal yaitu assesment awal dan maintenance. Untuk assesment awal kita
punya target yaitu 15 pasien per bulan, sedangkan untuk maintenance
adalah 20 orang per bulan, tapi biar mudah, kita sepakat menentukan
target pasien klinik DBC per bulannya adalah 20 orang, itu termasuk
assesment awal dan maintenance.”
Jadi dapat disimpulkan bahwa pihak departemen marketing RS
Internasional Bintaro menentukan target jumlah atau volume pasien klinik
DBC perbulan untuk tahun 2007 yaitu 20 orang yang termasuk pasien
assesment awal (pasien yang melaksanakan pemeriksaan dan latihan tahap
awal) serta pasien maintenance (yang melaksanakan latihan tahap lanjutan).
104
Dari target jumlah pasien per bulan tersebut, penulis akan mencoba
menganalisa data pasien perbulan dari klinik DBC RS Internasional Bintaro
untuk melihat efektifitas pencapaiannya.
4.2.4. Alat-alat komunikasi pemasaran yang digunakan dan pelaksanaannya
Wawancara berikut ini membahas mengenai alat-alat komunikasi
pemasaran yang dipakai untuk mempromosikan klinik DBC serta
pelaksanaannya.
Alat-alat komunikasi yang dipilih untuk mempromosikan klinik
DBC menurut dr. Nailuvar adalah sebagai berikut :
“Tentang alat-alat komunikasi pemasaran yang digunakan ada
banyak ya.., terutama karena klinik DBC masih baru dan ini kan produk
jasa jadi lebih fleksibel dan banyak pilihannya, terutama below the line.
Kita banyak promosi lewat personal selling yang baik itu ke masyarakat,
korporat klien kita dan juga ke dokter-dokter, terutama dokter korporat
klien kita. Biasanya untuk korporat klien personal sellingnya kita kemas
dalam bentuk health education (penyuluhan kesehatan) dan juga kita
mengadakan event yatiu seminar untuk awam dan juga scientific seminar
yaitu khusus unutuk para dokter, jadi selain promosi kita juga memberikan
edukasi.”
Menurut Ibu Netty selaku Public Relation Officer, menambahkan :
“Alat-alat promosi kita itu banyak banget, tergantuk jenis
produknya. Untuk pemilihan alat-alat promosi apa saja yang mau dipakai
sih memang sebenarnya dipilih sama dr. Nailuvar, dan sudah dibuat dalam
marketing plan kita, termasuk pelaksanaannya kapan saja, untuk nanti
dievaluasi lagi. Tapi paling sering kita jalankan ya personal selling. Setiap
bulan di action plannya marketing, personal selling pasti ada dan sifatnya
continue. Jadi selain masyarakat awam, kita juga mengenalkan produk
DBC ini kepada para dokter-dokter, kan mereka bisa merekomendasikan
klinik DBC untuk terapi dari diagnosa para pasiennya. Biasanya untuk
para dokter referal atau rujukan dari korporat klien kita”.
Menurut kutipan wawancara diatas dapat dijelaskan bahwa
pemilihan alat-alat komunikasi pemasaran dan pelaksanaannya untuk
105
mempromosikan klinik DBC dituangkan dalam marketing plan departemen
marketing RS Internasional Bintaro. Salah satunya adalah personall selling.
Personal selling ditujukan kepada masyarakat awam yang biasanya
merupakan korporat klien atau perusahaan rekanan RS Internasional
Bintaro, dan dikemas dalam bentuk penuyuluhan kesehatan (Health
Education),dan juga seminar awam. Selain untuk masyarakat awam,
personnal selling juga ditujukan kepada para dokter rujukan dari perusahaan
rekanan RS Internasional Bintaro. Personal selling tersebut menjadi agenda
rutin bagi pihak marketing, yang dituangkan setiap bulan pada action plan
marketing RS Internasional Bintaro.
Menurut dr.Nailuvar, dalam mempromosikan klinik DBC, pihak
marketing RS Internasional Bintaro juga menggunakan media massa, yang
dijabarkan sebagai berikut :
“Kita juga menggunakan media media massa, untuk media
elektronik, yang kita pilih selama ini memang baru radio yang kita kemas
dalam bentuk talk show. Kita sudah mengadakan talkshow di radio Pesona,
Female, dan Delta FM. untuk promosi melalui talk show ini memang
tergantung topik yang disajikan. Untuk klinik DBC, waktu itu kita
menyajikan topik seputar nyeri tulang punggung , jadi ya cocok dengan
produk yang akan kita promosikan yaitu klinik DBC. Selain itu kita juga
menggunakan media cetak surat kabar dan majalah, yang kita kemas dalam
bentuk advertorial.
Untuk majalah ada internal dan eksternal. Yang internal adalah
buletin “From US” yang merupakan buletin milik kita sendiri hanya untuk
kalangan internal karyawan dan pasien, selain itu ada KICAU BINTARO
majalah gratis untuk komunitas warga Bintaro, dan kebetulan RS
Internasional Bintaro menjadi salah satu sponsorship utamanya. sedangkan
yang eksternal kita pilih yang segementasinya sesuai dengan target market
kita.”
Ibu Netty menambahkan mengenai penggunaan surat kabar dan
majalah, yaitu :
106
“untuk surat kabar dan majalahkan kebanyakan punya kolom untuk
rubrik seputar kesehatan, jadi kita maanfatkan itu untuk advetorial. Ada
beberapa surat kabar dan majalah yang telah kita seleksi yang sekiranya
sesuai dengan segmentasi dan target market yang kita tuju. Diantaranya
Kompas, Media Indonesia, majalah Tempo, mens Heath, Femina dan
lainnya, yang nanti bisa dilihat di dokumen marketing report/ plan.”
Dari hasil wawancara tersebut diatas, pihak marketing RS Internasional
Bintaro menggunakan media massa yaitu media elektronik yaitu radio dan
juga media cetak yaitu surat kabar dan majalah sebagai media promosi
klinik DBC.
Majalah yang digunakan ada dua tipe majalah yang dibedakan
menurut distribusinya, yaitu internal. Berupa buletin “From US” yang
merupakan media cetak untuk kalangan internal perusahaan yaitu untuk
karyawan dan pasien, majalah KICAU BINTARO yaitu majalah gratis
untuk komunitas Warga Bintaro, serta majalah eksternal yaitu majalahmajalah yang segmentasinya sesuai dengan target market klinik DBC RS
Internasional Bintaro. Menurut dokumen dari marketing report pihak
marketing RS Internasional Bintaro diantaranya adalah majalah TEMPO,
majalah FEMINA, majalah MEN’S HEALTH, majalah GARUDA, majalah
GAYA HIDUP SEHAT, majalah IMAGE INDONESIA, majalah
(freemagazine)
INFO SERPONG dan KICAU BINTARO,
majalah
PARENTS GUIDE, majalah INTISARI, majalah OTC DIGEST dan
majalah COSMOPILITAN. Sedangkan untuk surat kabar yaitu koran
KOMPAS,
BISNIS
INDONESIA,
JAKARTA
POST,
MEDIA
INDONESIA, INDO POS, dan tabloid NAKITA,
Radio menjadi media pilihan lainnya untuk mempromosikan klinik
DBC, yang dikemas dalam bentuk talkshow dengan topik seputar kesehatan
107
masyarakat awam dengan narasumbernya adalah dokter-dokter spesialis di
RS Internasional Bintaro yang kompeten dengan bidangnya. Salah satu
topik yang pernah diadakan adalah masalah nyeri tulang punggung dan
resiko kerja, dimana klinik DBC ditempatkan sebagai solusi atau problem
solver untuk masalah sesuai dengan topik tersebut. Beberapa stasiun radio
yang pernah sipakai untuk mengadakan talkshow adalah radio FEMALE
FM, DELTA FM, dan PESONA FM.
Melanjutkan wawancara mengenai personal selling, dr Nailuvar
menambahkan :
“Karena kita salah satu tujuannnya yaitu edukasi, maka kita
mengadakan health education buat masyarakat awam juga, bentuknya kita
kemas dalam bentuk kegiatan yang memasyarakat. Kita menyebutnya
community gathering, yaitu gathering untuk para pasien RS Internasional
Bintaro. Kita biasanya ikut dalam kegiatan warga, ada yang arisan,
pengajian, dan ceramah ke lokasi perumahan warga. Disitu suasananya
lebih familier jadi ya kita lebih enak untuk memberikan informasi tentang
klinik DBC.”
Menurut ibu Netty :
“bagi para pelanggan kita, RS kita ini sudah seperti rumah
keduanya, karena sudah banyak yang kenal makanya suasana community
gathering ini sudah seperti kumpul keluarga besar, ya sambil silaturahmi
kita juga promosi.”
Dr. Naiuluvar menyebutkan dalam wawancara selanjutnya tentang
media gathering :
“Selain masyarakat umum, kita juga tidak melupakan peran media,
untuk membina hubungan dengan media, kita mengundang para media,
baik itu wartawan media cetak maupun media elekronik untuk diberikan
informasi tentang klinik DBC ini, ya semacam press conference, kita
menyebutnya media gathering.”
108
Ibu Netty menyebutkan bahwa media gathering ini bisa menjadi
promosi yang efektif dan relatif murah :
“Biasanya jika ada produk unggulan baru kita undang para
wartawan untuk kita berikan informasi atau produk knowledge. Kita
undang mereka dalam media gathering. Media gathering ini semacam
seminar tapi hanya untuk kalangan media.”
Sesuai dengan wawancara tersebut, pihak marketing mengadakan
media gathering yang tujuannya adalah product knowledge bagi para
profesional atau kalangan media baik media cetak juga media elektronik.
Media gathering ini bertujuan untuk membina hubungan baik dengan media,
yang dapat sekaligus menjadikannya promosi yang efektif dan relatif
ekonomis. Media gathering ini diadakan untuk menyampaikan informasi
tentang keberadaan produk unggulan baru yang dimiliki oleh RS
Internasional Bintaro, salah satunya adalah klinik DBC.
Dalam wawancara ini, dr, Nailuvar menyebutkan beberapa alat
komunikasi lainnya yang digunakan untuk mempromosikan klinik DBC,
adalah sebagai berikut :
“Kita juga menggunakan direct mail, yaitu dengan mngirimkan
brosur klnik DBC, dan juga informasi apabila kita ada discount atau
program lainnya. Untuk pengiriman direct mail ini menjadi tugas PR
officer, ibu Netty yang bertugas menyeleksi para pasien yang akan kita
kirimkan brosur. Kita juga kirimkan informasi tentang klinik DBC melalui
SMS (Short Message Service) Broadcast Program. Jadi pasien yang sudah
kita seleksi, kita kirimkan sms, jadi kita bisa langsung cepat mengetahui
respon masyarakat .”
Pada wawancara ini, Ibu Netty selaku Public Relation Officer,
menyebutkan :
“Data tentang pasien kita ambil dari database pasien RS
Internasional Bintaro yang potensial terhadap klinik DBC, selain
mendistribusikan brosur secara internal lingkungan rumah sakit, kita juga
109
kirim via pos kepada para konsumen potensial. Selain kirim brosur kita
juga menggunakan SMS, supaya lebih cepat terkirim, dan lebih cepat kita
menerima responnya. Jadi bila ada respon kita langsung tanggapi baik
lewat telepon atau e-mail, melalui customer service klinik DBC”
Dari wawancara tersebut, direct mail dalam bentuk pengiriman
brosur DBC, dan e-mail serta SMS yang disebut SMS Broadcast Program
menjadi pilihan lainnya dalam mempromosikan klinik DBC. Untuk adanya
program discount atau program periksa gratis, direct mail melalui sms
dirasa lebih efisien karena lebih cepat terkirim dan cepat pula kita
mengetahui respon dari khalayak. Pengiriman direct mailing ini
menggunakan database pasien RS Internasional Bintaro yang diseleksi oleh
Public relation RS Internasional Bintaro, yaitu Ibu Netty.
Pemanfaatan
dunia
maya
juga
menjadi
pilihan
dalam
mempromosikan klinik DBC, berikut penuturan dari dr Nailuvar :
“Kita juga promosi lewat internet, sesuai dengan target market kita
kan kebanyakan para eksekutif muda yang biasanya kebutuhan internet
sudah jadi kebutuhan sehari-hari, namun memang kita promosinya masih
sebatas di situs milik kita sendiri. Kita kan sudah punya website sendiri
yaitu di www.rs-internasionalbintaro.com, sebelumnya memang kita masih
tergabung di website ramsayhealth. Selain klinik DBC, kalau ada promosi
lain kita juga tampilkan di website kita. Untuk beberapa pasien yang sudah
menjadi langganan di RS internasional Bintaro, kita kirim email berkaitan
dengan promosi atau event yang kita adakan.”
Menurut ibu Netty :
“Untuk beberapa promosi produk tertentu kita tampilkan di
halaman website kita, dan untuk klinik DBC selalu kita tampilkan. Lewat
internet cukup efektif, bila ada event misalnya promo, banyak yang email ke
kita untuk menanyakan informasi lebih lanjut. Atau kadang kita yang kirim
email ke para pasien yang sudah jadi member kita, biasanya di seleksi dulu
berkaitan dengan promosi yang akan dikirimkan.”
110
Menurut wawancara tersebut, pihak marketing RS Internasional
Bintaro juga memanfaatkan dunia maya untuk mempromosikan klinik DBC.
Sesuai dengan target marketnya yaitu para kalangan eksekutif muda
promosi melalui internet diyakini efektif berkaitan dengan gaya hidup para
eksekutif yang menjadikan internet sebagai kebutuhan sehari-hari. Melalui
email pihak marketing RS Internasional Bintaro dapat menjalin komunikasi
kepada para konsumen yang membutuhkan informasi seputar klinik DBC.
Informasi atau promosi klinik DBC ditempatkan secara permanen sebagai
produk unggulan di situs milik RS Internasional Bintaro yaitu www.rsinternasionalbintaro.com.
Menurut dr. Nailuvar promosi klinik DBC juga dapat dikemas
melalui penyelenggaraan event-event.
“Ada event-event tertentu yang dapat kita pakai sekaligus untuk
mempromosikan klinik DBC, salah satunya adalah pameran kesehatan.
Pameran ini pelaksanaannya ada dua hal, misalnya dari pihak luar ada
yang mengadakan event-event yang sesuai dengan tema kesehatan ya kita
bisa ikut serta sebagai peserta pameran, misalnya waktu itu pernah ada
event hospital exhibition se-Indonesia. Kalau tidak ada, ya kita bikin
pameran sendiri misalnya, pas kita mengadakan kegiatan seminar.”
Sesuai dengan wawancara tersebut, klinik DBC dapat dipromosikan
melalui sebuah penyelenggaran event exhibition atau pameran kesehatan,
baik sebagai peserta pameran yang diselenggarakan oleh pihak luar maupun
diselenggarakan secara pribadi oleh RS Internasional Bintaro sekaligus
dalam sebuah event seminar.
Dr.
Nailuvar
menambahkan,
bahwa
mengadakan event-event lainnya sebagai berikut :
selain
pameran
juga
111
“Kita itu rutin mengadakan seminar, baik untuk awam maupun
untuk kalangan profesional. Kita membaginya sebagai seminar awam bisa
gratis atau bayar. Temanya kita tentukan sesuai dengan perkembangan
ilmu kesehatan. Pada seminar awam ini kita menghadirkan nara sumber
yaitu dokter-dokter spesialis sesuai dengan bidangnya. Lalu ada seminar
lainnya yaitu seminar scientific khusus untuk para dokter, baik dokter kita
maupun dokter reveral dari perusahaan kerjasama. Di seminar ini kita bisa
sekalian promosi klinik DBC sesuai dengan tema seminar yang kita pilih.”
Menurut ibu Netty mengenai event seminar untuk klinik DBC
adalah sebagai berikut :
“Seminar menjadi agenda rutin kita, dan seminar kita menjadi
favorit bagi konsumen kita, terbukti setiap kali kita mengadakan seminar
pasti sukses, makanya kita harus selalu up to date dalam menentukan tema.
Klinik DBC dipromosikan juga melalui kegiatan seminar ini, kita pilih tema
sesuai dengan klinik DBC, ya seputar masalah tulang belakang. Atau bisa
juga tidak selalu tergantung dengan temanya, misal temanya lain, kita tetap
promosikan klinik DBC melalui pembagian brosur yang dikemas jadi satu
dengan makalah seminar.”
Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa klinik DBC dapat
dipromosikan
melalui
event
seminar.
Departemen
marketing
RS
Internasional Bintaro mengadakan seminar yang terdiri atas seminar awam
yaitu seminar yang ditujukan bagi masyarakat awam, dan juga seminar
scientific yang ditujukan untuk para kalangan dokter baik dokter RS
Internasional Bintaro maupun dokter reveral atau rujukan perusahaan
kerjasama. Untuk mempromosikan klinik DBC melalui seminar dapat
dilakukan dengan memilih tema sesuai dengan klinik DBC yaitu seputar
masalah tulang belakang atau dengan cara membagikan brosur klinik DBC
yang disisipkan pada makalah seminar untuk tema yang tidak berhubungan
dengan klinik DBC.
112
Sales promotion menjadi pilihan berikut untuk mencapai tujuan
komunikasi pemasaran klinik DBC RS Internasional Bintaro, seperti yang
dituturkan oleh dr. Nailuvar berikut ini :
“Kita juga menggunakan sales promotion untuk memenuhi target
konsumen klinik DBC, kita punya program discount untuk treatment klinik
DBC. Program discount ini bisa diadakan secara mandiri oleh kita, yang
biasanya jatuh di akhir tahun. Maksudnya mandiri adalah kita sendiri yang
langsung memberikan discount kepada konsumen melalui promo discount
untuk periode tertentu. Kita juga ada program merchant bank program
yaitu kita kerjasama dengan citybank. Jadi bila konsumen melakukan
transaksi pada klinik DBC dengan menggunakan kartu citybank mereka
mendapatkan discount.”
Mengenai program discount tersebut ibu Netty menambahkan
sebagai berikut :
“Kadang-kadang discount kita berikan bagi konsumen diluar promo
program discount. Jadi kalau ada pasien yang memang dirujuk oleh dokter
untuk mengikuti program assesment klinik DBC dan keberatan dengan
biaya tapi potensial untuk ikut terapi DBC ya kita bisa pertimbangkan
untuk memberikan discount. Tujuannya yang pasti kita berusaha untuk
memberikan yang terbaik untuk pasien. Kalau besarnya discount berapa, ya
relatif tergantung nanti hasil keputusan dari marketing Manager dan juga
pemilik saham klinik DBC, tapi biasanya tidak lebih dari 25%.”
Dari hasil wawancara tersebut, pihak marketing RS Internasional
Bintaro mengadakan program discount sebagai bagian dari sales promotion.
Program discount tersebut diadakan secara mandiri oleh RS Internasional
Bintaro yaitu promo program discount yang dilakukan pada akhir tahun
untuk periode tertentu, selain itu juga ada program merchant bank program,
yaitu kerjasama dengan citybank dengan memberikan discount bagi para
pasien yang melakukan transaksi pada klinik DBC dengan menggunakan
kartu
citybank.
Selain
promo
discount
yang
sudah
ditentukan
pelaksanaannya, klinik DBC juga memberikan discount bagi psien yang
113
potensial untuk mengikuti terapi awal klinik DBC atas rujukan dokter
namun berkeberatan dengan biaya. Besarnya discount yang diberikan pada
promo discount tersebut tergantung keputusan dari marketing manager RS
Internasional Bintaro dalam hal ini adalah dr.Nailuvar dengan pihak
pemegang saham atau investor klinik DBC RS Internasional Bintaro.
Yang terakhir yang juga tidak kalah penting, menurut dr. Nailuvar
adalah penggunaan internal promotion :
“Tidak kalah penting dan tidak boleh dilupakan, yaitu internal
promotion. Maksudnya kita melakukan promosi pada area internal rumah
sakit. Kita memilki center of information yaitu titik-titik untuk menempatkan
brosur-brosur yang kita miliki. Baik brosur tentang produk-produk yang
kita punya, ataupun brosur dengan informasi ilmu kesehatan.
Selain itu kita juga memasang poster, standing banner dan spanduk
klinik DBC pada tempat-tempat strategis di dalam lingkungan rumah sakit.
Kebetulan letaknya klinik DBC di lantai 2 diatas pojok loby utama, jadi
kalau dipasang di atas loby utama, pas banget viewnya, dan kita pasang
juga didalam lift. Pokoknya yang bisa eye cathing”.
Ibu Netty yang memegang peranan dalam pendistribusian brosur dan
poster menambahkan :
“brosur kita tempatkan sedemikian rupa biar cantik dilihatnya, kita
tempatkan di dalam poli rawat jalan yang memang tempat yang paling
ramai pengunjung. Masalah distribusi brosur harus diperhatikan, supaya
jangan sampai kosong. Selain itu desain dan gaya bahasanya, serta
topiknya kita kemas dengan baik biar menarik. Untuk pemesanan atau
pembuatan desain dan cetak brosur, poster, banner dan undangan seminar
kita bekerjasama dengan GRID communication yang sudah tau selera kita.
Selain didalam gedung rumah sakit kita juga pasang spanduk di luar area
gedung, di sekitar jalan utama di wilayah Bintaro.”
Jadi dari hasil wawancara tersebut, klinik DBC di promosikan
dengan menggunakan internal promosi dalam bentuk pendistribusian brosur,
banner, dan spanduk di lingkungan internal rumah sakit, baik itu dalam
gedung rumah sakit maupun di luar gedung di sekitar jalan utama Bintaro.
114
Desain, gaya bahasa dan topik pada brosur harus diperhatikan agar menarik
dan mudah dipahami.
Dalam produksi cetak, dan desain media promosi internal tersebut,
pihak marketing RS Internasional Bintaro sudah menjalin lama kerjasama
dengan GRID Communication yang sudah memahami selera RS
Internasional Bintaro. Poster, banner dan brosur klinik DBC di tempatkan
pada titik-titik strategis di dalam areal gedung rumah sakit, salah satunya
adalah center of information sebagai tempat untuk pendistribusian brosurbrosur, yang terletak di dalam poli rawat jalan RS Internasional Perusahaan.
Dari semua alat-alat komunikasi pemasaran yang digunakan oleh
pihak
departemen
marketing
RS
Internasional
Bintaro
dalam
mempromosikan klinik DBC, ada salah satu yang menjadi prioritas utama
yaitu sebagai berikut :
Menurut dr. Nailuvar, menyebutkan bahwa alat komunikasi
pemasaran yang menjadi prioritas pilihan utama untuk memasarkan klinik
DBC adalah :
“untuk pilihan utama dan selalu masuk dalam action plan kita
adalah personal selling, karena klinik DBC itu kan masih banyak belum
orang mengetahui sebenarnya kegunaan dan kelebihannya, jadi kalo untuk
mengajak orang ikut program klinik DBC ya orang tersebut harus diberi
penjelasan mengenai klinik DBC itu seperti apa, lalu keunggulan dan
tingkat keberhailannya, jenis terapinya, dan lainnya. Jadi yang paling
memungkinkan untuk memberi penjelasan itu ya kita harus bicara langsung
dengan konsumen, makanya personal selling tetap menjadi prioritas utama,
berkaitan dengan tujuan promosi kita salah satunya yaitu edukasi.”
Ibu netty menambahkan :
“Personal selling sepertinya yang paling berhasil untuk mengajak
konsumen mengikuti program DBC. Soalnya kita langsung dapat memberi
115
penjelasan ke konsumen dan juga langsung menjawab pertanyaan mereka
tentang klinik DBC ini.”
Dari hasil wawancara tersebut, dapat disimak bahwa personal
selling menjadi pilihan atau prioritas utama untuk mengkomunikasikan
klinik DBC. Hal tersebut mengingat salah satu tujuan komunikasi
pemasaran klinik DBC adalah edukasi, maka agar dapat memberikan
informasi yang lengkap dan jelas serta dapat merespon langsung tanggapan
atau pertanyaan konsumen seputar klinik DBC, menurut pihak departemen
marketing RS Internasional Bintaro bahwa personal selling adalah yang
paling tepat untuk memenuhi hal tersebut.
Dalam pelaksanaan dari komunikasi pemasaran untuk klinik DBC,
pihak departemen marketing RS Internasional Bintaro juga mengalami
kendala, diantaranya adalah sebagai berikut :
Dr. Naiuluvar menjelaskan, dalam wawan cara berikut ini :
“Kendalanya sih sebenarnya kita sudah pahami, dan kita sudah
cukup bisa mengatasi, yaitu kendala bahwa kita kan merupakan
perusahaan dengan jasa layanan kesehatan, maka kita terbatas dalam
mempromosikan produk unggulan kita terutama melalui media massa.
Beberapa diantaranya kita bisa atasi dengan pasckaging yang tidak
melanggar aturan bahwa jasa kesehatan tidak boleh berpromosi secara
langsung melalui media massa, misalnya talkshow, atau advetorial, tapi
sesuai dengan segmen klnik DBC yaitu nasional, kita ingin bisa promosi
melalui media massa terutama televisi, tapi sampai sekarang kita belum
bisa membuat packaging yang pas biar bisa berpromosi lewat televisi.”
Selain hal tersebut, menurut ibu Netty, ada beberpa kendala lain
dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran klinik DBC :
“kendalanya sih kita sebenarnya ingin gencar dalam promosi klinik
DBC ini, tapi jujur saja soal budget menjadi masalah. Selain itu kita juga
masih harus continue promosi produk kita yang lain ya.. kadang-kadang
116
sedikit terabaikan untuk promosi klinik DBC, karena kita biasanya
bergantian dalam mempromosikan produk-produk kita.”
Sesuai dengan hasil wawancara tersebut, yang menjadi kendala
dalam pelaksanaan komunikasi pemasaran klinik DBC adalah masalah
aturan atau larangan berpromosi secara langsung melalui media massa bagi
jasa layanan kesehatan termasuk juga rumah sakit beserta produk-produk
layanannya. Bagi klinik DBC yang segmentasinya adalah nasional maka
media massa dengan coverage nasional dapat menjadi pilihan utama dalam
berpromosi terutama televisi, namun larangan tersebut membuat klnik DBC
tidak dapat berpromosi secara langsung melalui media televisi, seperti yang
diungkapkan dr. Nailuvar bahwa packaging atau kemasan untuk
mempromosikan klnik DBC melalui televisi masih belum dapat dibuat.
Selain hal tersebut budget atau dana menjadi kendala lainnya untuk
menggencarkan promosikan klnik DBC, banyaknya produk yang juga harus
dipromosikan, membuat promosi klinik DBC menjadi sedikit terabaikan
karena harus bergantian dengan promosi produk-produk yang lainnya.
4.2.5. Feedback atau respon khalayak setelah dilaksanakannya komunikasi
pemasaran klinik DBC.
Berikut ini akan dibahas mengenai respon khalayak, berhubungan
dengan pelaksanaan komunikasi pemasaran klinik DBC.
Menurut sdri. Donna selaku account administration klinik DBC,
respon yang diberikan khalayak setelah pelaksanaan komunikasi pemasaran
adalah debagai berikut :
117
“Responnya cukup bagus, kelihatan dari jumlah pasien yang
mengiktui program DBC ini tambah banyak, selain itu banyak konsumen
yang datang ke sini, tanya-tanya tentang klinik DBC, sambil lihat-lihat
treatmentnya gimana, berapa biayanya, lalu siapa dokternya dan lainlain.” Memang sih banyak yang tanya-tanya saja tapi tidak mau periksa,
sepertinya mereka masih bimbang antara butuh dan tidak butuh ikut terapi
klinik DBC.”
Menurut ibu Netty selaku public relation officer, menambahkan
bahwa :
“ya klinik DBC ini kan hitungannya masih sebagai produk baru
yang bagi masyarakat awam masih asing, jadi ya banyak yang masih
bingung, kebanyakan bertanya apa benar dengan terapi seperti fitness gitu
trus bisa menyembuhkan tulang belakang. Setiap kali ada yang bertanya
begitu pasti kita sarankan untuk mengikuti assesment awal atau
berkonsultasi dengan dokter apakah memang memerlukan terapi DBC, tapi
ya sekali lagi kembali ke tujuan kita yaitu edukasi, maka nanti diharapkan,
yang mengerti tentang klinik DBC bisa memberikan informasi kepada
pasien yang lain. Tapi pada awal kita promosi, waktu itu banyak lho yang
nelfon kita atau sms, email, mereka sepertinya ingin tahu klinik DBC itu
apa dan sepertinya setiap kali kita punya produk baru, pasien banyak yang
tidak mau ketinggalan ikut mencoba meskipun mereka tidak punya keluhan
apa-apa.”
Dari hasil wawancara diatas dapat diketahui bahwa respon khalayak
terhadap klinik DBC RS Internasional Bintaro cukup bagus, terlihat dari
jumlah pasien yang terus bertambah. Selain itu respon khalayak dapat
terlihat dari banyaknya khalayak yang ingin mengetahui tentang fasilitas
dan kegunaan klinik DBC dengan mengunjungi secara langsung klinik DBC
RS Internasional Bintaro maupun melalui telepon, email dan sms.
Mengenai berapa jumlah pasien klinik DBC rata-rata perbulan sdri
Donna menuturkan sebagai berikut :
“kalau jumlah pasien, dapat dilihat dari data monthly report klinik
DBC, setiap bulan pasti kita membuat laporan untuk manajemen dan juga
untuk investor kita. Tapi karena target yang ditentukan sih sebenarnya
memang tidak terlalu banyak, soalnya klinik DBC ini kan terapinya secara
118
personal, jadi supaya pasien mendapatkan layanan treatment yang
maksimal ya memang target yang diberikan tidak terlalu banyak. Soalnya
kalau pasien terlalu banyak kita juga kerepotan mengatur schedule
hariannya antara terapist dan juga dokternya. Tapi selama tahun 2007 ini
sih signifikan atau tidak yang pasti pasien kita continue, artinya setiap hari
pasti ada yang diterapi.”
Menurut ibu Netty adalah sebagai berikut :
“Bicara mengenai jumlah pasien klinik DBC sebenarnya signifikan
atau tidak, tidak bisa dilihat secara langsung. Maksudnya misal bulan ini
kita promosi gencar, trus bulan itu juga pasien meningkat, bukan begitu,
tapi efek dari promosi yang kita lakukan mungkin akan terjadi untuk
beberapa bulan berikutnya. Yang penting adalah berkesinambungan, yaitu
kita tetap mempromosikan klnik DBC tapi kita juga harus melihat mana
yang potensial, jadi supaya pasien klinik DBC ini continue dari bulan ke
bulan, dan diharapkan ya target tercapai.”
Dari wawancara mengenai jumlah pasien klinik DBC setelah
dilaksanakannya komunikasi pemasaran klinik DBC dapat dijelaskan bahwa
pasien klinik DBC selama tahun 2007 adalah bersifat berkelanjutan pada
setiap bulannya. Terapi yang diberikan kepada pasien adalah secara
personal, jadi supaya mendapatkan layanan yang maksimal, harus diatur
antara ketersediaan terapist dan dokter yang menangani pasien klinik DBC.
Signifikansi lonjakan jumlah pasien klinik DBC tidak semata-mata hasil
dari promosi yang gencar yang dilaksanakan, namun tetapi diharapkan
bahwa efek dari promosi tersebut dapat berkelanjutan dari bulan ke bulan
dan diharapkan bahwa target jumlah pasien kilnik DBC perbulannya dapat
dicapai.
Pelaksanaan komunikasi pemasaran klinik DBC sepanjang tahun
2007, menurut Ibu Netty, sebagai berikut :
119
“Mengenai maksimal atau tidaknya promosi yang kita jalankan, ya
kita selalu berusaha untuk maksimal, namun perlu diingat bahwa ada
batasan-batasan yang harus kita perhatikan soalnya rumah sakit kan tidak
boleh promosi terang-terangan. Selain itu apa yang hendak kita capai itu
yang lebih penting, jadi untuk tujuan kitakan yang utama adalah jumlah
pasien, jadi kalau jumlah pasien per hari, perbulan sudah cukup, ya kita
rem dulu, tapi untuk edukasi kita lanjutkan terus.
Memang sih kita inginnya menjadikan klinik DBC ini sebagai
tempat rujukan dari seluruh Indonesia, tapi sepertinya jangkauan yang luas
ini yang belum bisa kita maksimalkan. Jadi sementara ya kita fokus dulu
yang potensial di daerah JABODETABEK.”
Sdri Donna melengkapi sebagai berikut :
“maksimal atau tidak memang saya tidak banyak tahu tentang
aktifitas promosi yang dijalankan, tetapi sebagai account administration
klinik DBC saya bertugas untuk memberikan laporan tentang respon pasien
berkaitan dengan pelaksanaan promosi itu, jadi saya melakukan riset juga
kepada setiap pasien klinik DBC baik itu yang hanya mendaftar atau
periksa, maupun yang mengikuti program latihan klinik DBC. Dari data
yang ada dapat dilihat aktifitas promosi apa saja yang diterima oleh para
pasien tersebut, jadi itu yang dilaporkan kepada marketing untuk di
evaluasi, tapi maksimal atau tidak saya rasa cukup, dilihat dari pasien
klinik DBC ini tidak pernah sepi..”
Dari wanwancara tersebut terlihat bahwa pelaksanaan komunikasi
pemasaran Klinik DBC harus tetap mengikuti aturan yang berlaku mengenai
promosi bagi jasa layanan kesehatan termasuk juga rumah sakit dan segala
fasilitasnya, jadi sepertinya batasan tersebut membuat pelaksanaan
komunikasi pemasaran klinik DBC menemui benturan.
Keinginan untuk menjadikan klinik DBC RS Internasional Bintaro
sebagai tempat rujukan bagi masalah tulang belakang seluruh wilayah
Indonesia belum dapat maksimal karena pemilihan bentuk kemasan promosi
dan media yang tepat masih sulit berkaitan dengan batasan bagi rumah sakit.
Untuk sementara waktu JABODETABEK adalah jangkauan yang paling
120
potensial bagi pelaksanaan komunikasi pemasaran Klinik DBC RS
Internasional Bintaro.
Mengenai pelaksanaan komunikasi pemasaran tersebut dapat dilihat
pada lampiran laporan kegiatan marketing RS Internasional Bintaro periode
Januari – Desember 2007 untuk produk klinik DBC yang merupakan
laporan pelaksanaan alat-alat komunikasi pemasaran yang dijalankan
departemen marketing RS Internasional Bintaro dalam mengkomunikasikan
klinik DBC, dan juga tentu saja agar mencapai tujuan promosi klinik DBC.
4.2.6. Hasil respon konsumen terhadap Implementasi strategi komunikasi
pemasaran pada klinik DBC RS Internasional Bintaro tahun 2007
Berikut ini akan dibahas mengenai hasil dari implementasi
komunikasi pemasaran pada klinik DBC RS Internasional bintaro yang
berupa respon kosumen dengan cara studi dokumentasi terhadap data
monthly report klinik DBC yang didapat dari klinik DBC RS Internasional
Bintaro dan selanjutnya dibandingkan dengan tujuan promosi dari klinik
DBC tahun 2007.
Dari hasil wawancara pada bab 4 diatas mengenai Tujuan promosi
klinik DBC tahun 2007, menurut dr. Nailuvar, tujuan promosi yang utama
atau primer adalah peningkatan jumlah volume pasien sesuai dengan target
yang telah ditentukan, dan yang menjadi tujuan promosi sekunder
adalah health education atau penyampaian informasi tentang klinik DBC
agar masyarakat awam mengetahui fungsi dari klinik DBC, dan diharapkan
dapat menjadi pilihan utama untuk solusi masalah nyeri punggung.
121
Pihak departemen marketing RS Internasional Bintaro menentukan
target jumlah atau volume pasien klinik DBC perbulan untuk tahun 2007
yaitu 20 orang yang termasuk pasien Package (paket latihan lengkap),
assesment awal (pasien yang melaksanakan pemeriksaan dan latihan tahap
awal) serta pasien maintenance (yang melaksanakan latihan tahap lanjutan).
Menurut Data dari klinik DBC dan departemen Marketing Rumah
sakit Internasional Bintaro, maka respon yang didapatkan dari khalayak
setelah dilakukan strategi komunikasi pemasaran periode Bulan Januari
hingga Desember 2007 adalah sebagai berikut :
122
Tabel 4.6
Distribusi paparan bauran promosi klinik DBC tahun 2007
Bulan
Jumlah responden per bulan menurut paparan bauran promosi yang diterima
Jan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Ags Sep Okt Nov Des
Alat promosi
Brosur DBC
5
4
9
7
6
Spanduk DBC
2
3
1
2
2
7
4
9
3
1
1
2
2
1
1
Banner DBC
Majalah Garuda
1
5
1
1
Majalah
Tempo
4
4
Majalah Femina
1
1
Majalah Gaya hidup
sehat
1
1
1
Majalah Gatra
1
Majalah
Kosmopolitan
1
Buletin RSIB “From
US”
Surat kabar Kompas
1
1
2
1
Surat kabar Media
Indonesia
2
Radio Female FM
1
5
1
Internet / website
3
1
2
1
1
SMS (Short Message
service)
1
Word of mouth dari
pasien / kerabat
2
5
10
3
3
5
3
1
Personal
communication dari
Dokter
Jumlah pasien
9
7
6
7
6
7
6
8
10
6
18
20
18
10
24
25
22
33
19
18
27
22
Sumber : data laporan pasien klinik DBC 2007
2
8
12
123
Dari data jumlah responden / konsumen dan paparan alat-alat
komunikasi pemasaran antara periode Januari – Desember 2007 yang
didapat dari klinik DBC tersebut diatas, maka peneliti meringkas data
tersebut seperti berikut :
A. Jumlah responden yang mendaftar / periksa pada klinik DBC RS
Internasional Bintaro periode Januari – Desember 2007 adalah 250
orang, yang meliputi :
•
Jumlah responden yang menjadi pasien atau mengikuti program
Package klinik DBC RS Internasional Bintaro periode Januari –
Desember 2007 adalah 119 orang.
•
Jumlah responden yang melakukan assesment klinik DBC RS
Internasional Bintaro periode Januari – Desember 2007 adalah 116
orang.
•
Jumlah responden yang menjalani program maintain klinik DBC RS
Internasional Bintaro periode Januari – Desember 2007 adalah 15
orang.
Bila dilihat dari data dokumentasi mengenai jumlah pasien klinik DBC,
rata-rata jumlah pasien yang didapatkan klinik DBC perbulan adalah
250/12 = 20.8 atau sekitar 20 orang setiap bulannya.
B. Paparan alat komunikasi pemasaran / sumber informasi tentang klinik
DBC yang diterima oleh responden dari periode Januari – Desember
2007 adalah sebagai berikut :
124
Tabel 4.7
Jumlah Paparan alat-alat komunikasi pemasaran yang diterima oleh
konsumen Periode Januari – Desember 2007
Sumber informasi
Brosur DBC
Spanduk DBC
Banner DBC
Majalah Garuda
Majalah Tempo
Majalah Femina
Majalah Gaya hidup sehat
Majalah Gatra
Majalah Kosmopolitan
Buletin RSIB “From US”
Surat kabar Kompas
Surat kabar Media Indonesia
Radio Female FM
Internet / website
SMS (Short Message service)
Word of mouth dari pasien / kerabat
Personal communication dari Dokter
Jumlah responden
59 orang
13 orang
1 orang
7 orang
10 orang
2 orang
1 orang
1 orang
1 orang
2 orang
3 orang
15 orang
1 orang
1 orang
1 orang
34 orang
98 orang
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, pasien klinik DBC / responden yang
menerima informasi mengenai klinik DBC terbanyak adalah melalui
Rujukan atau Personal Communication dari dokter RS Internasional Bintaro
dan juga dokter rujukan dari perusahaan kerjasama baik asuransi maupun
non informasi, yaitu sebanyak 98 orang responden.
Informasi mengenai daftar lengkap laporan pasien perbulan klinik
DBC RS Internasional Bintaro periode Januari – Desember 2007 dapat
dilihat pada lampiran monthly report DBC 2007.
Dari data dokumentasi pasien per bulan klinik DBC diatas, rata-rata
pasien klinik DBC RS Internasional Bintaro per bulan adalah sebanyak 20
125
pasien baik pasien package, assesment, dan maintainenance. Hal tersebut
berarti target jumlah / volume pasien pasien klinik DBC RS Internasional
yang ditentukan oleh departemen marketing RS Internasional Bintaro dan
menjadi tujuan utama dari promosi klinik DBC, adalah tercapai.
Menurut dr Nailuvar pada data wawancara diatas mengenai alat-alat
komunikasi pemasaran klinik DBC , personal selling yang menjadi pilihan
utama dari alat-alat komunikasi pemasaran untuk mempromosikan klinik
DBC ternyata cukup efektif, hal tersebut dapat dilihat dari hasil survey yang
dilakukan oleh pihak klinik DBC mengenai paparan alat-alat promosi yang
diterima responden atau pasien klinik DBC, ternyata yang terbanyak adalah
personal communication atau rujukan dari dokter RS Internasional maupun
dokter rujukan perusahaan rekanan RS Internasional Bintaro yaitu sebanyak
98 responden.
Sedangkan brosur dapat menjadi pilihan yang patut diperhitungkan,
yaitu sebanyak 59 responden menyatakan mendapatkan informasi klinik
DBC RS Internasional Bintaro dari brosur DBC.
4.3
Pembahasan
Berdasarkan pada teori yang dijelaskan oleh Chris Fill dalam bukunya
Marketing Communications: framework , theories and applications, Chris Fill
menjelaskan kerangka kerja dalam Komunikasi Pemasaran Terpadu bahwa
organisasi dapat dipandang sebagai sistem sosial yang terbuka (Katz dan Kahn,
1978) dan semua komponen-komponen yang ada dalam sistem secara interaktif
saling bergantung satu dengan yang lainnya (Goldhaber, 1986). Modifikasi salah
satu bagian dari suatu sistem dan melakukan suatu penyesuaian, dibuat oleh semua
126
komponen lain agar dapat mengakomodasi perubahan tersebut. Efek ini dapat
dilihat dari tingkat makro dan mikro. Di tingkat makro saling ketergantungan antara
organisasi telah dicatat oleh sejumlah riset.
Stern dan El-Ansary (1992)
menggambarkan bahwa saluran distribusi sebagai suatu jaringan dari sistem,
dengan demikian dapat mengenali organisasi sebagai suatu unit yang saling
tergantung. Di tingkat mikro, secara individual bagian-bagian dari suatu organisasi
mengakomodasi satu sama lain sebagai suatu organisasi yang melakukan
penyesuaian untuk merubah lingkungannya.
Dengan mengacu pada kerangka kerja dalam komunikasi pemasaran terpadu
yang dijelaskan oleh Chris Fill, maka dapat dikatakan proses strategi komunikasi
pemasaran klinik DBC RS Internasional Bintaro juga menggunakan kerangka kerja
seperti yang yang dikemukan Chris Fill, namun sedikit berbeda pada pemilihan
alat-alat komunikasi pemasaran yang digunakan serta pelaksanaannya, hal tersebut
dikarenakan perbedaan produk manufaktur dan produk jasa.
Perbedaan dari produk manufaktur dan prosuk jasa tersebut adalah dimana
Jasa memiliki keterbatasan yang bersumber dari karakteristik jasa yang berbeda
dengan produk manufaktur terutama dalam tangibility (keberwujudan). Menurut
Christopher Lovelock, bauran komunikasi jasa mempunyai elemen yang lebih
kompleks dibandingkan bauran komunikasi produk manufaktur yang pada
umumnya hanya terdiri personal selling, sales promotion, advertising, dan
publisitas, sedangkan instructional material dan corporate design diperlukan
sebagai elemen penting dalam bauran komunikasi jasa mengingat sifat dan
karakteristik jasa yang membutuhkan bentuk komunikasi yang dapat menonjolkan
keberwujudan jasa (tangibilizing) jasa tersebut.
127
Seperti juga Klinik DBC RS Internasional Bintaro dalam mempromosikan
atau Mendapatkan pasien, memerlukan sebuah kerangka kerja yang berguna dalam
tahap-tahap komunikasi pemasaran klinik DBC, seperti menentukan tujuan
promosinya sampai dengan pemilihan dan pelaksanaan bauran promosi yang tepat
sesuai dengan karakterisktik produk Jasa. Sesuai dengan klasifikasi jasa, maka
klinik DBC (Documentation Based Care) Rumah sakit Internasional Bintaro
termasuk dalam kelompok jasa Hight Contact Services, dimana terjadi interaksi
yang tinggi antara instruktur, dokter, serta front liner dengan pasien klinik DBC.
Hal tersebut memungkinkan untuk menggunakan usaha promosi yang lebih
mendalam yang melibatkan interaksi para staff Klinik DBC dengan para pelanggan,
sehingga diharapkan usaha pemasaran klnik DBC ini akan menjadi lebih optimal.
Adapun beberapa tahapan – tahapan dalam proses komunikasi pemasaran
Klinik DBC RS Internasional Bintaro, Tahapan yang pertama berupa Key Factor
Analysis atau yang disebut juga sebagai analisis SWOT. Analisis srategi
komunikasi pemasaran adalah sesuatu yang berguna untuk melakukan penekanan
dan mengeluarkan hal-hal yang penting yang bersangkutan kepada komunikasi
pemasaran efektif. Agar komunikasi pemasaran sukses perlu dilakukan suatu
pengawasan lingkungan
atau yang disebut analisis situasi, analisis situasi
melibatkan dua kegiatan umum, pertama analisis internal yang dilakukan terhadap
Kekuatan (strength) dan Kelemahan (Weakness) organisasi. Pertimbangan
keuangan dan masalah ketenagakerjaan adalah topik – topik utama dalam analisis
internal. Dalam analisis eksternal, komponen kedua dari pengawasan lingkungan,
faktor – faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi dan kesuksesan produk
128
ditinjau secara mendalam. Situasi ekonomi, aktivitas kompetisi, perkembangan
jalur distribusi, Peluang (opportunity) dan Ancaman (threat).
Kekuatan (strength) yang dimiliki oleh klinik DBC RS internasional Bintaro
yaitu fasilitas yang lengkap dan nyaman yang ditunjang dengan para terapis yang
profesional dan kompeten pada bidangnya. Dan juga didukung oleh tim dokter
spesialis rehabilitasi medis yang berpengalaman yang diketuai oleh seorang dokter
koordinator rehabilasi medis yang sudah cukup banyak memberikan kontribusi bagi
perkembangan dan kemajuan ilmu rehabitasi medis, yaitu dr. Peni Kusumastuti
SpRM. Dan yang terakhir yang juga menjadi andalan adalah customer care yang
bersifat personal, hal tersebut terbukti dengan kian bertambahnya pasien Klinik
DBC RS Internasional Bintaro.
Kelemahan (weaknesses) utama dari Kinik DBC adalah masalah harga atau
tarif. Menurut informasi dari Klinik DBC RS Internasional Bintaro, tarif tersebut
dirasa cukup mahal disebabkan, program terapi klinik DBC dikemas dalam sistem
paket yang harus diikuti selama 6 minggu atau 12 sesi latihan. Oleh karena itu bila
dibandingkan dengan Gym atau fitness center, tarif tersebut dirasa cukup mahal.
Selain itu timbulnya anggapan awam bahwa klinik DBC sama dengan Gym atau
fitness center membuat citra atau product image klinik DBC mejadi kurang
eksklusif atau istimewa, sehingga membuat klinik DBC kurang bisa diterima dan
diminati.
Peluang (opportunity) klinik DBC memiliki peluang yang cukup potensial
karena merupakan klinik DBC yang pertama kali berdiri di Indonesia dan belum
memiliki kompetitor yang benar-benar sama atau mirip dengan apa yang
ditawarkan oleh klinik DBC, sehingga memiliki peluang menjangkau pasar nasional
Indonesia karena klinik DBC RS Internasional Bintaro adalah Pioneer di bidangnya
129
dan menjadi bagian dari jaringan DBC Internasional yang berpusat di Finlandia.
Hal tersebut didukung pula bahwa ternyata masalah nyeri punggung sangat
potensial diderita oleh mayoritas penduduk di Indonesia baik dengan latar belakang
pekerja atau buruh dan profesional. Semakin banyak para pekerja yang harus
melakukan
pekerjaan
ekstra
karena
tuntutan
perusahaan
menyebabkan
terabaikannya masalah keselamatan kerja, sehingga nyeri pinggang, bahu dan leher
dapat terjadi, jika memang klnik DBC sebagai solusi untuk masalah nyeri tersebut
dapat diterima oleh masyarakat maka, peluang tersebut akan semakin terbuka dan
berkelanjutan.
Ancaman (threat) klinik DBC datang dari pesaing yaitu “Careopracter”,
sebuah klinik terapi untuk masalah nyeri yang menggunakan metode pijat atau urut,
namun tidak medical evidence based atau tidak berdasarkan catatan medis.
Walaupun bukan sebagai pesaing dengan produk yang identik namun gencarnya
promosi dari “careopracter” membuat banyak konsumen yang tertarik terutama
warga asing yang ada di Indonesia, hal tersebut dikarenakan rasa nyaman dan
berkurangnya keluhan nyeri yang dapat diperoleh secara cepat, karena
menggunakan metode pijat, dibandingkan dengan program terapi klinik DBC yang
membutuhkan waktu lebih lama. Padahal secara medis nyeri tersebut dapat kambuh
lagi karena masalah utama nyeri tersebut tidak terdeteksi secara ilmiah. Berbeda
dengan program DBC yang dapat menjanjikan kesembuhan secara permanen.
Tahapan yang kedua yaitu mengenai Promotion Objective, berdasarkan
uraian yang terdapat dalam buku Chris Fill dijelaskan bahwa Promotion Objective
merupakan tujuan dilakukan suatu kegiatan promosi terhadap produk atau jasa yang
akan ditawarkan, dengan berdasar atas pengidentifikasian peluang – peluang
tersebut dan menetapkan target marketnya. Mengacu pada uraian tersebut yang
130
menjadi tujuan promosi klinik DBC yang utama atau primer adalah peningkatan
jumlah volume pasien sesuai dengan target yang telah ditentukan, dan yang menjadi
tujuan promosi sekunder adalah health education atau penyampaian informasi
tentang klinik DBC agar masyarakat awam mengetahui fungsi dari klinik DBC, dan
diharapkan dapat menjadi pilihan utama untuk solusi masalah nyeri punggung.
Tahapan yang ketiga yaitu mengenai Segmenting, Targeting dan
Positioning, dijelaskan bahwa Segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi
untuk memahami struktur pasar. Sedangkan targeting adalah persoalan bagaimana
memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar. Setelah pasar sasaran dipilih, maka
proses selanjutnya adalah melakukan positioning. Positioning pada dasarnya adalah
suatu strategi untuk memasuki jendela otak konsumen (Kasali, 2000).
Menurut Rhenald Kasali, segmentasi adalah “proses mengkotak-kotakkan
pasar (yang heterogen) ke dalam kelompok-kelompok potential customers yang
memiliki kesamaan kebutuhan dan/atau kesamaan karakter-yang memiliki respons
yang sama dalam membelanjakan uangnya” segmentasi konsumen klinik DBC
secara geografis adalah nasional atau mencakup seluruh wilayah Indonesia. Secara
demografis adalah untuk usia 25 tahun keatas dan dari golongan menengah keatas,
dengan pendidikan minimal sarjana, serta diprioritaskan untuk para eksekutif dan
profesional bidang minyak dan pertambangan, karena profesi mereka snagat
potensial untuk mengalami masalah nyeri punggung.
Secara psikografis adalah mereka yang tingkat kepedulian terhadap
kesehatan pribadi sudah baik, serta gaya hidup yang royal dan banyaknya relasi
yang mereka punya sehingga bisa dimanfaatkan promosi dengan Worth Of Mouth.
Targeting atau penentuan target market (pasar sasaran), merupakan cara
bagi pemasar untuk membidik pasar yang paling potensial dari hasil analisis
131
segmentasi, dengan kata lain bahwa pemasar akan lebih memfokuskan kegiatan
pemasarannya pada target market tersebut. klnik DBC RS Internasional Bintaro
menentukan target marketnya adalah para pekerja kantor, terutama para eksekutif
muda yang mampu secara finansial dan bertempat tinggal atau bekerja di wilayah
JABODETABEK. Hal tersebut berkaitan dengan letak dari Kinik DBC RS
Internasional Bintaro yang terletak di wilayah pinggiran Jakarta, sehingga agar
kegitatan promosi dapat lebih dilakukan secara intensif dan tepat sasaran. Selain itu
menurut marketing RS Internasional Bintaro yang lebih menggunakan istilah pasar
potensial, memilih konsumen potensial dengan menggunakan data dari pasien RS
Internasional Bintaro yang telah diseleksi sesuai dengan kriteria pasar potensial
tersebut.
Positioning merupakan strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak
konsumen, agar produk merek atau nama anda mengandung arti tertentu yang
dalam beberapa segi mencerminkan keunggulan terhadap produk atau merek dalam
bentuk hubungan asosiatif. klinik DBC RS Internasional Bintaro memposisikan
dirinya sebagai “Leading paint Care” dan “center of excelent”, yang berarti bahwa
klinik DBC RS Internasional Bintaro merupakan pilihan utama untuk aktif
rehabilasi medis masalah nyeri punggung yang profesional dan berstandar
internasional dibandingkan dengan rehabilitasi medis yang lain. Dengan
kemewahan. Kenyamanan, serta pelayanan yang berkelas dan personal, menjadikan
klinik DBC sebagai fasilitas unggulan dari RS Internasional Bintaro, yang membuat
berbeda dengan klinik-klnik rehab medis lainnya.
Tahapan yang selanjutnya yaitu mengenai
pemasaran yang digunakan dan pelaksanaannya
Alat-alat
komunikasi
132
Alat – Alat Komunikasi Pemasaran. Berdasarkan pada kerangka kerja yang
dikemukakan oleh Chris Fill terdapat beberapa Alat – alat komunikasi pemasaran,
antara lain Advertising, Direct Response Media, Sales Promotion, Personal Selling,
dan Public Relation.
Bauran Komunikasi jasa memiliki komponen yang lebih luas dan lengkap
dibandingkan dengan bauran komunikasi produk manufaktur. Terlihat dari adanya
dua elemen tambahan dalam bauran komunikasi jasa jika dibandingkan dengan
bauran komunikasi produk manufaktur. Tambahan elemen tersebut adalah
instructional material dan corporate design.
Menurut Christoper Lovelock, marketing communication mix untuk
produk jasa adalah :
•
Personal Communication, yang terdiri atas selling / personal selling,
customer service, training, telemarketing, Worth Of Mouth.
Sesuai dengan teori ini, klinik DBC RS Internasional Bintaro
menggunakan
personal
selling
sebagai
pilihan
utama
dalam
mengkomunikasikan klinik DBC. Personal selling tersebut ditujukan
kepada para dokter baik dokter RS Internasional Bintaro maupun
dokter-dokter rujukan dari perusahaan rekanan RS Internasional
Bintaro,
dengan
asumsi
bahwa
para
dokter
yang
akan
merekomendasikan klinik DBC sebagai terapi untuk menunjang
diagnosa penyakit pasien. Sesuai dengan konsep 8P pada bauran
pemasaran menurut Lovelock, salah satunya adalah People yaitu Semua
orang yang berperan dalam bisnis jasa tersebut seperti karyawan atau
staf pekerja, atau siapapun yang berperan langsung dalam sistem
pelayanan jasa yang mempu memberikan pengaruh mengenai persepsi
133
dan kepuasan setiap pelanggan terhadap jasa tersebut. Jadi para dokter
akan ikut berperan dalam mengkomunikasikan dan mempersepsikan
klinik DBC di benak para pasien, jadi secara tidak langsung para dokter
tergabung dalam tim secara keseluruhan dari proses komunikasi klinik
DBC.
Selain itu personal selling juga ditujukan kepada khalayak baik
melalui telepon atau telemarketing, training yang dikemas dalam bentuk
health education dan juga customer care yang bersifat personal dan
privasi.
•
Advertising, yang terdiri dari Broadcast, Print, Internet, Outdoor,
direct mail.
Klinik DBC RS Internasional Bintaro menggunakan berbagai bentuk
advertising, diantaranya broadcast yaitu dalam program talkshow dan
advetorial di radio Female FM, Pesona FM, dan Delta FM dengan
menghadirkan topik-topik seputar masalah tulang belakang dan nyeri
punggung, bahu dan leher dengan narasumber dokter-dokter RS
Internasional Bintaro yang kompeten dengan bidangnya.
Selain broadcast, adverting untuk klinik DBC juga dilaksanakan
dalam bentuk print advetorial di sejumlah media cetak. Majalah yang
digunakan ada dua tipe majalah yang dibedakan menurut distribusinya,
yaitu internal. Berupa buletin “From US” yang merupakan media cetak
untuk kalangan internal perusahaan yaitu untuk karyawan dan pasien,
majalah KICAU BINTARO yaitu majalah gratis untuk komunitas
Warga Bintaro, serta majalah eksternal yaitu majalah-majalah yang
134
segmentasinya sesuai dengan target market klinik DBC RS Internasional
Bintaro. Menurut dokumen dari marketing report pihak marketing RS
Internasional Bintaro diantaranya adalah majalah TEMPO, majalah
FEMINA, majalah MEN’S HEALTH, majalah GARUDA, majalah
GAYA HIDUP SEHAT, majalah IMAGE INDONESIA, majalah
(freemagazine) INFO SERPONG dan KICAU BINTARO, majalah
PARENTS GUIDE, majalah INTISARI, majalah OTC DIGEST dan
majalah COSMOPILITAN. Sedangkan untuk surat kabar yaitu koran
KOMPAS,
BISNIS
INDONESIA,
JAKARTA
POST,
MEDIA
INDONESIA, INDO POS, dan tabloid NAKITA.
Digital printing dalam bentuk banner, spanduk, dan poster juga
digunakan dalam mengkomunikasikan klinik DBC, baik yang dipasang
didalam areal internal Rumah sakit, maupun eksternal / outdoor di jalanjalan utama disekitar lokasi RS Internasional Bintaro yang strategis.
Dalam produksi cetak, dan desain media promosi internal dan eksternal
tersebut, pihak marketing RS Internasional Bintaro sudah menjalin
kerjasama dengan GRID Communication yang sudah memahami selera
RS Internasional Bintaro.
Direct mail dalam bentuk pengiriman brosur maupun melalui email dan SMS (Short Message Service) menjadi kombinasi yang
lengkap
dalam
pelaksanaan
advertising
sebagai
alat
mengkomunikasikan klinik DBC. Direct mail menggunakan SMS atau
oleh marketing RS Internasional Bintaro dikenal dengan istilah SMS
Broadcast Program dinilai lebih efisien karena lebih cepat terkirim dan
lebih tepat sasaran, serta dapat diketahui responnya secara lebih cepat.
135
Pemanfaatan
dunia
maya
juga
menjadi
pilihan
dalam
mempromosikan klinik DBC. Sesuai dengan target marketnya yaitu para
kalangan eksekutif muda, promosi melalui internet diyakini efektif
berkaitan dengan gaya hidup para eksekutif yang menjadikan internet
sebagai kebutuhan sehari-hari. Melalui email pihak marketing RS
Internasional Bintaro dapat menjalin komunikasi kepada para konsumen
yang membutuhkan informasi seputar klinik DBC. Informasi atau
promosi klinik DBC ditempatkan secara permanen sebagai produk
unggulan di situs milik RS Internasional Bintaro yaitu www.rsinternasionalbintaro.com. Namun menurut penulis, situs milik RS
Internasional Bintaro tersebut kurang interaktif, terlihat dari kurangnya
fasilitas untuk bisa daftar secara online maupun kolom komentar serta
info-info terbaru yang terkadang tidak up to date. Namun secara visual
penampilan situs RS Internasional Bintaro cukup menarik. Selain itu
disayangkan juga pemanfaatan internet sebagai media promosi klinik
DBC masih sebatas pada situs pribadi RS Internasional Bintaro,
seharusnya menurut penulis, akan lebih efektif apabila memanfatkan
situs-situs lain yang favorit yang diakses oleh banyak orang setiap
harinya, seperti misalnya detik.com, okezone.com dll.
•
Sales promotion, terdiri atas sampling, Coupons, sign-up rebates, gifts,
price promotion.
Sales promotion menjadi pilihan berikut untuk mencapai tujuan
komunikasi pemasaran klinik DBC RS Internasional Bintaro. pihak
marketing RS Internasional Bintaro mengadakan program discount
136
sebagai bagian dari sales promotion. Program discount tersebut
diadakan secara mandiri oleh RS Internasional Bintaro yaitu promo
program discount yang dilakukan pada akhir tahun untuk periode
tertentu, ataupun pada saat spesial edisi aniversary klinik DBC. Selain
itu juga ada program merchant bank program, yaitu kerjasama dengan
citybank dengan memberikan discount bagi para pasien yang melakukan
transaksi pada klinik DBC dengan menggunakan kartu citybank. Selain
promo discount yang sudah ditentukan pelaksanaannya, klinik DBC
juga memberikan discount bagi pasien yang potensial untuk mengikuti
terapi klinik DBC atas rujukan dokter namun berkeberatan dengan
biaya. Besarnya discount yang diberikan pada promo discount tersebut
tergantung keputusan dari marketing manager RS Internasional Bintaro
dalam hal ini adalah dr.Nailuvar dengan pihak pemegang saham atau
investor klinik DBC RS Internasional Bintaro.
•
Publicity dan Public Relations, yang terdiri dari Press release, press
conferense, spesial events, Sponsorship, trade show / exhibitions, Media
initiated coverage.
klinik DBC dapat dipromosikan melalui sebuah penyelenggaran
event exhibition atau pameran kesehatan, baik sebagai peserta pameran
yang diselenggarakan oleh pihak luar maupun diselenggarakan secara
pribadi oleh RS Internasional Bintaro sekaligus dalam sebuah event
seminar.
klinik DBC juga dapat dipromosikan melalui event seminar.
Departemen marketing RS Internasional Bintaro mengadakan seminar
137
yang terdiri atas seminar awam yaitu seminar yang ditujukan bagi
masyarakat awam, dan juga seminar scientific yang ditujukan untuk para
kalangan dokter baik dokter RS Internasional Bintaro maupun dokter
reveral atau rujukan perusahaan kerjasama. Untuk mempromosikan
klinik DBC melalui seminar dapat dilakukan dengan memilih tema
sesuai dengan klinik DBC yaitu seputar masalah tulang belakang atau
dengan cara membagikan brosur klinik DBC yang disisipkan pada
makalah seminar untuk tema yang tidak berhubungan dengan klinik
DBC.
•
Instructional materials, terdiri atas Website, manuals, brosur, Video
audiocassettes, software CD-ROM, Voice mail.
Brosur menjadi sumber informasi yang penting bagi pasien
klinik DBC yang menginginkan informasi lebih lanjut mengenai Klinik
DBC. Melalui brosur para khlayak dapat mengenal manfaat klinik DBC
sebagai solusi aktif untuk masalah nyeri pinggang, leher, dan bahu serta
seputar masalah tulang belakang.
Desain, gaya bahasa dan topik pada brosur harus diperhatikan
agar menarik dan mudah dipahami. Brosur klinik DBC di tempatkan
pada titik-titik strategis di dalam areal gedung rumah sakit, salah
satunya
adalah
center
of
information
sebagai
tempat
untuk
pendistribusian semua brosur-brosur, yang terletak di dalam poli rawat
jalan RS Internasional Perusahaan.
138
Selain didistribusikan dalam areal RS Internasional Bintaro,
brosur-brosur klinik DBC dibagikan dalam event seperti seminar dan
exhibition. Serta dikirimkan melalui direct mail.
Dari data dokumentasi psien klinik DBC dalam monthly report
DBC, ternyata brosur cukup memberikan kontribusi yang cukup besar
dalam mengkomunikasikan klinik DBC kepada khalayak, yaitu dari 250
responden, 59 orang menyatakan mendapatkan informasi klinik DBC
dari brosur.
Sesuai dengan namanya yaitu Documentatation Based Care,
maka
perkembangan
serta
tahap-tahap
latihan
klinik
DBC
didokumentasikan dalam sebuah database yang bersifat personal yang
dapat dimiliki oleh pasien. Manual instruksi mengenai tahap-tahap
latihan yang akan dijalani dapat dipelajari oleh pasien yang disesuaikan
dengan diagnosa masing-masing pasien. Sebelum menjalani latihan
DBC, pasien diminta untuk mengisi screening Questionair, yang
kemudian data-data tersebut di upload kedalam software DBC untuk
mendapatkan rancangan program terapi yang tepat sesuai masalah nyeri
yang dialami.
Pemanfaatan internet dalam mengkomunikasikan klinik DBC
alangkah lebih tepat dan berguna apabila klinik DBC RS Internasional
memiliki website sendiri yang berisikan segala hal informasi mengenai
klinik DBC. Mulai dari jenis latihan dan para terapis dan dokter yang
akan menanganinya serta biaya. Untuk saat ini informasi mengenai
DBC dapat diakses dalam worldwide DBC internasional yaitu pada
www.dbc.fi.
139
•
Corporate Design, yaitu signage, interior decor, vehicles, equipment,
stationery, uniforms.
DBC memiliki interior yang nyaman, bersih dan eksklusif. Sesuai
dengan analisis SWOT Klinik DBC, kekuatan klinik DBC salah satunya
adalah tempat atau ruangan latihan yang nyaman, personal dan eksklusif
atau mewah. Interior design, seragam karyawan dan stationery / ruang
kerja klinik DBC RS Internasional Bintaro memiliki standar yang
disamakan atau mengacu pada aturan DBC Internasional. Oleh sebab itu
konsepnya sama dengan DBC dimanapun yang tergabung dalam
worldwide DBC International.
Equipment atau peralatan untuk terapi yang dimilki DBC RS
Internasional Bintaro didatangkan langsung dari Finlandia sebagai pusat
DBC Internasional. Sehingga jenis dan teknologinya terstandarisasi
secara internasional.
Persepsi terhadap bagian-bagian dari corporate design,
akan mempengaruhi sikap dan kepercayaan pasien terhadap produk jasa,
begitu juga dengan Kinik DBC RS Internasional Bintaro yang sampai
saat ini cukup membuat pasien merasa puas terbukti dari data mengenai
paparan promosi yang diterima responden / pasien klinik DBC,
sebanyak 34 orang merekomendasikan klinik DBC kepada khalayak lain
sehingga terbentuk word of mouth yang positif bagi klinik DBC RS
Internasional Bintaro.
140
Jadi sesuai dengan teori marketing communication services oleh Christoper
Lovelock, RS Internasional Bintaro selama periode Januari – Desember 2007,
hampir secara keseluruhan menggunakannya dalam mengkomunikasikan klinik
DBC dan untuk mencapai tujuan promosi klinik DBC RS Internasional tahun 2007
yaitu mencapai volume pasien perbulan sebanyak 20 orang, dan juga edukasi
mengenai klinik DBC sebagai solusi bagi masalah seputar tulang belakang, bahu,
dan leher.
Untuk melihat keberhasilan dari komunikasi pemasaran klinik DBC RS
Internasional Bintaro yang telah dijalankan selama tahun 2007, maka perlu
dibandingkan terhadap tujuan promosi yang telah ditentukan.
Tujuan promosi klinik DBC RS Internasional Bintaro yang utama adalah
peningkatan volume pasien klinik DBC per bulan yaitu sebesar 20 pasien yang
termasuk pasien package, assesment, dan maintenance.
Menurut data dokumentasi mengenai pasien klinik DBC selama periode
Januari – Desember 2007, klinik DBC RS Internasional Bintaro mendapatkan
pasien sebanyak 250 orang, yang terdiri dari :
•
Jumlah responden yang menjadi pasien atau mengikuti program Package
klinik DBC RS Internasional Bintaro periode Januari – Desember 2007
adalah 119 orang.
•
Jumlah responden yang melakukan assesment klinik DBC RS Internasional
Bintaro periode Januari – Desember 2007 adalah 116 orang.
•
Jumlah responden yang menjalani program maintain klinik DBC RS
Internasional Bintaro periode Januari – Desember 2007 adalah 15 orang.
141
Bila dilihat dari data dokumentasi mengenai jumlah pasien klinik DBC, rata-rata
jumlah pasien yang didapatkan klinik DBC perbulan adalah 250/12 = 20.8 atau
sekitar 20 orang setiap bulannya.
Jadi tujuan promosi klinik DBC tahun 2007, yang ditetapkan oleh departemen
marketing yaitu peningkatan volume pasien perbulan 20 orang, ternyata tercapai.
Dari berbagai alat komunikasi pemasaran klinik DBC, berdasarkan studi
dokumentasi terhadap data survey pasien DBC ternyata melalui personal selling /
personal communication yang dilakukan oleh para dokter, merupakan sumber
informasi yang paling banyak diterima oleh pasien yaitu sebanyak 98 orang, dan
brosur memberikan informasi kepada pasien sebanyak 59 orang. Selanjutnya
kepuasan pasien ternyata memberikan dampak yang positif melalui word of mouth
kepada pasien lain yaitu sebanyak 34 orang mengaku mendapatkan rekomendasi
klinik DBC melalui kerabat, teman, ataupun pasien lain.
142
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi
strategi komunikasi pemasaran pada klinik DBC RS Internasional sepanjang tahun
2007, dalam hal ini adalah pelaksnaan bauran promosi serta hasil yang diraih
dikaitkan dengan tujuan promosi yang hendak dicapai.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Sutisna SE, ME dalam buku
perilaku konsumen & Komunikasi pemasaran (2002), Evaluasi terhadap
keberhasilan aktifitas komunikasi pemasaran dapat dilihat dari proses terakhir pada
proses komunikasi pemasaran yaitu umpan balik (feed back) atas pesan yang telah
disampaikan. Pemasar mengevaluasi apakah pesan yang disampaikan sesuai dengan
harapan, yang artinya mendapat respon dan tindakan yang positif dari konsumen,
atau justru pesan tidak sampai secara efektif.
Menurut Terence A Shimp, Pada proses feedback, memungkinkan sumber
pesan memonitor seberapa akurat pesan yang disampaikan dapat diterima. Umpan
balik memungkinkan sumber untuk menentukan apakah pesan sampai pada target
secara akurat ataukah pesan tersebut perlu diubah, yang kemudian dapat dikaji
ulang untuk memperbaiki pesan yang tidak efektif atau yang salah arah.
Untuk melihat keberhasilan dari implementasi komunikasi pemasaran pada
klinik DBC RS Internasional Bintaro yang telah dijalankan selama tahun 2007,
maka perlu dibandingkan terhadap tujuan promosi yang telah ditentukan.
143
Tujuan promosi klinik DBC RS Internasional Bintaro yang utama adalah
peningkatan volume pasien klinik DBC per bulan yaitu sebesar 20 pasien yang
termasuk pasien package, assesment, dan maintenance.
Menurut data dokumentasi mengenai pasien klinik DBC selama periode
Januari – Desember 2007, klinik DBC RS Internasional Bintaro mendapatkan
pasien sebanyak 250 orang, yang terdiri dari :
•
Jumlah responden yang menjadi pasien atau mengikuti program Package
klinik DBC RS Internasional Bintaro periode Januari – Desember 2007
adalah 119 orang.
•
Jumlah responden yang melakukan assesment klinik DBC RS Internasional
Bintaro periode Januari – Desember 2007 adalah 116 orang.
•
Jumlah responden yang menjalani program maintain klinik DBC RS
Internasional Bintaro periode Januari – Desember 2007 adalah 15 orang.
Bila dilihat dari data dokumentasi mengenai jumlah pasien klinik DBC, rata-rata
jumlah pasien yang didapatkan klinik DBC perbulan adalah 250/12 = 20.8 atau
sekitar 20 orang setiap bulannya.
Jadi tujuan promosi klinik DBC tahun 2007, yang ditetapkan oleh
departemen marketing yaitu peningkatan volume pasien perbulan 20 orang, ternyata
tercapai.
Dengan demikian dilihat dari hasil akhir dari proses komunikasi pemasaran
klinik DBC RS Internasional Bintaro, ternyata terjadi respon yang positif dari
konsumen setelah dilaksanakannya komunikasi pemasaran klinik DBC RS
Internasional Bintaro, yaitu terjadinya peningkatan volume pasien sesuai dengan
tujuan promosi klinik DBC tahun 2007. Jadi strategi komunikasi pemasaran klinik
144
DBC RS Internasional Bintaro tahun 2007 berhasil mencapai tujuan promosi yang
ditetapkan.
Dari berbagai alat komunikasi pemasaran klinik DBC, berdasarkan studi
dokumentasi terhadap data survey pasien DBC, ternyata melalui personal selling /
personal communication yang dilakukan oleh para dokter, merupakan sumber
informasi yang paling banyak diterima oleh pasien yaitu sebanyak 98 orang, dan
brosur memberikan informasi kepada pasien sebanyak 59 orang. Selanjutnya
kepuasan pasien ternyata memberikan dampak yang positif melalui word of mouth
kepada pasien lain yaitu sebanyak 34 orang mengaku mendapatkan rekomendasi
klinik DBC melalui kerabat, teman, ataupun pasien lain.
Adanya batasan di Indonesia bagi instansi medis termasuk rumah sakit
dalam melakukan kegiatan promosi, diakui berdampak pada pemilihan alat
komunikasi pemasaran yang tepat agar strategi komunikasi pemasaran tetap dapat
dijalankan namun juga tidak melanggar ketentuan yang berlaku. Dalam hal ini
penggunaan Bellow the Line tetap menjadi pilihan yang paling utama untuk
mengkomunikasikan produk-produk dari sebuah instansi medis termasuk RS
Internasional Bintaro. Namun juga memiliki dampak yaitu ketidak sanggupannya
menjangkau coverage yang luas dan yang lebih heterogen. itu pula yang menjadi
kendala bagi pihak Marketing RS Internasional Bintaro dalam mengkomunikasikan
klinik DBC kepada khalayak dalam skala nasional.
5.2
Saran
Dilihat dari efek yang didapatkan dari proses komunikasi pemasaran klinik
DBC RS Internasional Bintaro tahun 2007, sangatlah penting untuk dapat selalu
memberikan pelayanan yang sangat memuaskan bagi konsumen. Dilihat dari jenis
145
pelayanan jasa yang diberikan klinik DBC, maka termasuk dalam pelayanan jasa
yang mempunyai interaksi yang sangat kuat dengan konsumen, dengan customer
care yang baik maka promosi melalui worth of mouth yang dilakukan oleh para
konsumen akan lebih membantu pihak marketing RS Internasional Bintaro dalam
mempromosikan Klinik DBC.
Kemajuan teknologi banyak membantu hampir disegala bidang ilmu. Salah
satunya teknologi internet yang kini banyak digunakan pada sektor pemasaran dan
promosi. Jangkauan internet yang luas dan cenderung lebih hemat dalam biaya akan
sangat bermanfaat untuk mempromosikan layanan jasa. Terlebih lagi adanya
interaksi teknologi melalui dunia maya akan mempermudah konsumen dalam
proses pencarian informasi sampai dengan terjadinya transaksi.
Sampai akhir tahun 2007, promosi klinik DBC hanya menggunakan situs
milik pribadi RS Internasional Bintaro dan hanya sekedar menampilkan promosi
dalam bentuk banner atau pop up. Padahal menurut penulis apabila klinik DBC
berpromosi melalui internet melalui situs-situs terkemuka yang memiliki jumlah
pengunjung yang tinggi akan lebih memaksimalkan promosi Klinik DBC, dan
bahkan akan lebih bermanfaat lagi apabila klinik DBC RS Internasional Bintaro
memiliki situs sendiri yang dapat di akses oleh semua kalangan baik yang sudah
menjadi member atau pasien maupun publik awam yang hendak mencari informasi
seputar klinik DBC RS Internasional Bintaro. Adanya fasilitas sharing melalui
forum disebuah situs, diyakini mampu merubah persepsi seseorang terhadap suatu
hal, maka lebih berguna lagi jika dalam situs DBC terdapat fasilitas sharing seputar
pelayanan dan fasilitas klinik DBC RS Internasional Bintaro.
Kecenderungan konsumen yang serba praktis, mudah dan cepat membuat
para penyedia layanan jasa memaksimalkan layanan kepada konsumen melalui
146
interaksi internet. Sebagai contoh adalah mudahnya pemesanan tiket pada maskapai
penerbangan, atau reservasi hotel, maupun yang hanya sebagai layanan informasi.
Klinik DBC akan memudahkan dan memanjakan konsumen apabila memiliki
sebuah situs yang dapat memberikan informasi yang lengkap mengenai apakah itu
nyeri tulang belakang, dan jenis-jenis layanan klinik DBC, hingga pendaftaran
secara online bagi konsumen.
Hal ini tentu saja akan sangat bermanfaat untuk mencapai salah satu tujuan
promosi klinik DBC yaitu edukasi, sehingga diharapkan dengan edukasi yang baik
maka konsumen lebih dapat peduli terhadap masalah nyeri tulang belakang dan
dapat memilih klinik DBC sebagai solusi utama untuk masalah nyeri tulang
belakang, bahu dan leher.
147
DAFTAR PUSTAKA
Sutisna, SE. ME, Perilaku konsumen & komunikasi pemasaran : PT. Remaja
Rosdakarya Bandung, 2003
Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran
Terpadu Jilid I, : Erlangga, Jakarta, 2003
Aidan Daly and Juliana McDonnell, Paper of marketing services internationally, :
Department of marketing, National University of Ireland, 2005
Kottler, Manajemen pemasaran edisi millennium 2, : Perhallindo, Jakarta
Christina Whidya Utami. “Fokus Ekonomi”, : www.stie-stikubank.ac.id/webjurnal,
2004
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi : PT. Grasindo, Jakarta 2004
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi : Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, Jakarta 1996
Joseph Straubhaar & Robert Larose, Communication media in the Information
society : Wadsworth, California 1996
Rosady Roeslan, Kampanye Public Relations : PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
2005
Chai Lee GOI, Marketing mix, “ a review of ‘P’ ”. Journal of Marketing : Curtin
University of Technology, Malaysia 2002 : www.curtin.edu.my
Lovelock Christopher & Wright Lauren, Principles Service Marketing and
Management, Second Edition, : Lovelock Associates, 2002
----------. Principles Service Marketing and Management, Second Edition, : Pearson
Education, New Jersey 2004
Christopher Lovelock and Jochen Wirtz, Marketing Communication mix for
services, : Services Marketing Slide 2004
Rhenald Kasali, Membidik Pasar Indonesia (Segmentasi, Targeting, dan
Positioning) : PT Gramedia, Jakarta,2001
----------. Manajemen Periklanan : Konsep dan aplikasinya di Indonesia, : Grafiti
Jakarta 1995
Hasan Shadily, Ensiklopedi umum : Yayasan kanisius. Yogyakarta 1997
148
Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, : PT Remaja Rosdakarya
Bandung, 1994
Lawrence R. Jauch & William F. Gueck, Manajemen Strategis & Kebijakan
Perusahaan, Edisi ketiga, : Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996
PR. Smith, Marketing Communication an Integrated Approach, Second Edition, :
Kogan Page Limited, 1998
Chris Fill, Marketing Communications: framework , theories and applications, :
Prentince Hall 1995
Frank Jefkins, Periklanan, : Penerbit Erlangga, Jakarta 1996
Rambat Lupiyoadi, Manajemen Pemasaran Jasa Teori dan Praktik, : Salemba
Empat, Jakarta 2001
Fandy Tjiptono, Strategi Pemasaran Edisi 2, : Penerbit ANDI Yogyakarta 1997
Keller, Kevin Lane, Strategic Brand Management : New Jersey : Prantice Hall
Prof. Dr. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif : Alfabeta, Bandung,2005
Jalalludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi : PT.Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2005
Prof.Dr.Robert K.yin, Studi Kasus Desain dan Metode, : Cetakan ketiga. PT.Raja
Grafindo Persada, 2004
Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.sos, M.si. Metode Penelitian Kuantitatif. :
Kencana Prenada Media Group Edisi Pertama Maret 2005
Klinik DBC (Documentation Based Care) : Brosur klinik DBC RS Internasional
Bintaro. 2007
Pedoman mutu RS Internasional Bintaro : dokumen internal ISO RS Internasional
Bintaro. 2005
10 tahun RS Internasional Bintaro melangkah” : buletin RSIB edisi spesial ulang
tahun ke 10th. 2008
Dokumen akreditasi UTG unit departemen rehabilitasi medik RS internasional
Bintaro, 2007
Buku Panduan DBC active spine care RS Internasional Bintaro 2006
149
STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN MARKETING
RS INTENASIONAL BINTARO
Marketing
Manager
Corporate
Account
Executive
(CAE)
Medical Account
Executive
(MAE)
Public Relations
Officer
(PR Officer)
150
Bagan 4.2
Struktur Organisasi Rehabilitasi medik dan Klinik DBC
RS Internasional Bintaro
Manager Pelayanan Medis & Penunjang Medis
SMF
Ka Unit Rehabilitasi medik
Dokter
Spesialis
Supervisor Rehabitasi medik
Administrator
Rehabitasi medis
Koordinator Rehab medik
Fisioterapi
Speechterapi
Koordinator DBC
Orthotik
Prostetik
Fisioterapi
DBC
Sumber : Dokumen akreditasi Unit Rehabilitasi medik RS Internasional Bintaro
151
Data dokumentasi mengenai kegiatan atau pelaksanaan marketing
komunikasi klinik DBC RS Internasional Bintaro periode Januari sampai dengan
Desember 2007, yang didapat dari departemen Marketing RS Internasional Bintaro
adalh sebagai berikut :
Tabel
Laporan kegiatan marketing komunikasi RSIB
Produk : Klinik DBC
Bulan : Januari 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
keterangan
Majalah /
• Indopos
tabloid /
surat
kabar.
2
Internal
Promotion
Brosur
Waktu
14 Jan 2007
Deskripsi
Advertorial “Klinik DBC
(Documentation Based
Care) solusi untuk masalah
nyeri pinggang, leher, dan
bahu.
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
Bulan : Februari 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
2
Internal
Promotion
Radio
keterangan
• Female
FM
Waktu
14 Feb 2007
Brosur
Deskripsi
Talk Show
Topik : Klinik DBC
Nara sumber :
dr Peni Kusumastuti
SpRM
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
Bulan : Maret 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
keterangan
Majalah /
• Imperial
tabloid /
Link
surat
kabar.
•
Gaya
Hidup
Sehat
Waktu
Volume 1/2007
Deskripsi
Advetorial “DBC
(Documentation Based
Care) – The new paradigm
of back,neck, and shoulder
pain and disfunction
treatment.”
Edisi 400/16 –
22 Maret 2007
Advetorial
Topik : Sembuhkan
dengan DBC
Nara sumber : Dr.Peni
Kusumastuti, SpRM
152
2
Internal
Promotion
Brosur
3
Eksternal
Promotion
Events
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
•
Health
Fair
Imperial
club
Karawaci
Sabtu – Minggu
24 – 25 Maret
2007
Topik : Nyeri pinggang
dan penanganannya
Nara sumber : dr. Peni
Kusumastuti, SpRM
Jumlah peserta : 50 orang
Waktu
3 April 2007
08 – 09 WIB
Deskripsi
Talk Show
Topik : Bahu dan
permasalahannya &
DBC Sebagai solusinya
Nara sumber :
dr Sapto Adji, SpOT
Vol XIV/no.4
April 2007
Advetorial
Topik : Documentation
Based Care : Active Spine
Rehabilitation. “ First of its
kind in Indonesia.
Nara sumber : dr. Peni
Kusumastuti, SpRM
Bulan : April 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
Radio
keterangan
• Pesona
FM
Majalah /
tabloid /
surat
kabar.
2
Internal
Promotion
•
Image
Indonesia
Brosur
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
Banner
Pemasangan banner baru
DBC di lantai 2 dan
standing banner di depan
poliklinik.
New image
poster DBC
3
Direct
Mailing
Wilayah
BSD,
Ciledug,
Pamulang,
Bintaro &
Jakarta
Selatan
Pengiriman Brosur klinik
DBC sebanyak 350
Eksemplar.
Bulan : Mei 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
Radio
keterangan
• Pesona
FM
Waktu
30 Mei 2007
Deskripsi
advetorial
Topik : Back pain
Nara sumber :
dr Sapto Adji, SpOT
153
2
Internal
Promotion
Brosur
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
Bulan : Juni 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
Radio
keterangan
• Female
FM
Majalah /
tabloid /
surat
kabar.
•
•
•
•
•
•
•
Waktu
27 Juni 2007
08 – 09 WIB
Deskripsi
Talk Show
Topik : Cidera olah raga &
Sport clinik RSIB sebagai
Solusinya (termasuk DBC)
Nara sumber : dr Sapto
Adji, SpOT
Edisi Juni 2007
Seputar RS Internasional
Bintaro : klinik cidera olah
raga RS Internasional
Bintaro (DBC sebagai
bagian dari klinik cidera
olah raga)
Nara sumber :
Narasumber : dr. Sapto
Adji,Sp.OT & dr. Jony
Sieman ,Sp.RM
Edisi senin 18
Juni 2007
Topik : program DBC atasi
nyeri atasi nyeri tulang
belakang.
Nara sumber : dr. Peni
Kusumastuti SpRM.
Edisi Rabu 20
Juni 2007
Topik : Skoliosis
Terapi tepat dengan spine
center dan klinik DBC RS
Internasional Bintaro
Nara sumber : dr. Lutfi
Gatham SpOT
Edisi no.
26/XXXV/28
Juni – 4 Juli
2007
Advetorial DBC
Topik : Wanita dan nyeri
Pinggang
Nara sumber : dr. Peni
Kusumastuti SpRM.
Edisi 414 / 22 –
28 Juni 2007
Advetorial DBC
Topik : Nyeri pinggang
serang kalangan muda.
Nara sumber : dr. Peni
Kusumastuti SpRM.
Edisi no 06/VII/
Juni 2007
Advetorial DBC
“Informasi solusi baru
untuk masalah nyeri tulang
belakang”
Produksi
Buletin:
Kicau
Bintaro
Bisnis
Indonesia
The
Jakarta
Post
Femina
Gaya
hidup
sehat
Mens
Health
Tempo
Edisi 24 Juni
2007
Advetorial DBC
Topik : “Nyeri pinggang
(bukan) pennyakit biasa”
Nara sumber : dr. Peni
Kusumastuti SpRM.
154
2
Internal
Promotion
Brosur
3
Eksternal
Promotion
Events
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
Media
Gathering
4
Direct
Mailing
Kamis, 7 Juni
2007
Tempat :
auditorium
RSIB
Wilayah
BSD,
Ciledug,
Pamulang,
Bintaro &
Jakarta
Selatan
Topik : Penurunan
produktifitas kerja akibat
nyeri pinggang.
Nara sumber:
dr. Peni Kusumastuti
SpRM. & dr. Lutfi Gatham
SpOT.
Jumlah peserta : 50 orang
Pengiriman Brosur klinik
DBC sebanyak 300
Eksemplar.
Bulan : Juli 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
keterangan
Majalah /
• Info
tabloid /
Serpong
surat
kabar.
2
Internal
Promotion
Brosur
Waktu
Edisi no.23 Juli
2007
Deskripsi
“pekerja media kunjungi
RSIB”
Topik :
Penurunan produktifitas
kerja akibat nyeri
pinggang. & metode
invasif untuk penanganan
nyeri tulang belakang.
Nara sumber:
dr. Peni Kusumastuti
SpRM. & dr. Lutfi Gatham
SpOT.
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
Bulan : Agustus 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
keterangan
Majalah /
• Nakita
tabloid /
surat
kabar.
Waktu
Edisi : no
438/TH.IX/25
Agustus 2007
Deskripsi
“Klinik DBC” : Atasi nyeri
tulang belakang dan
punggung.
2
Internal
Promotion
Brosur
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
3
Direct
Marketing
SMS
Program
Pengiriman informasi
klinik DBC (500 sms)
155
Bulan : September 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
keterangan
Majalah /
• Parents
tabloid /
Guide
surat
kabar.
Internet
2
Internal
Promotion
Brosur
3
Eksternal
promotion
Events
•
Media
Indonesia
•
Website
RSIB
www.rsinternasio
nalbintar
o.com
Direct
marketing
•
SMS
program
Deskripsi
Advetorial DBC
Topik : Cegah nyeri
Pinggang di usia produktif
Nara sumber : dr. Peni
Kusumastuti SpRM
Edisi : Minggu
16 September
2007
Lensa bisnis:
“seminar awam Cidera
olah raga dan
penanganannya”
Nara sumber : dr. Sapto
Adji SpOT, & dr. Jhoni
sieman SpKFR
Update / upload info
discount klinik DBC
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
•
4
Waktu
Edisi :
September 2007
Seminar
awam
Sabtu 8
September 2007
Tempat :
auditorium
RSIB
Topik : Cidera olah raga
dan penanganannya
Nara sumber : dr. Sapto
Adji SpOT, & dr. Jhoni
sieman SpKFR
Jumlah peserta : 100 orang
Doctor
Gathering
Kamis 6
September 2007
Tempat : Hotel
Grand
Mahakam
Topik : Penanganan nyeri
tulang belakang dengan
metode minimal invasif.
Nara sumber : dr. Lutfi
Gatham SpOT
Jumlah peserta : 80 orang
Pengiriman discount
program DBC sebanyak
2500 SMS
Discount
program DBC
Bulan : Oktober 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
keterangan
Majalah /
• Nakita
tabloid /
surat
kabar.
Waktu
Edisi : no
445/TH.IX/13
oktober 2007
Deskripsi
Adtorial DBC
Topik : mengusir nyeri
pinggan
Nara sumber : dr. Peni
Kusumastuti SpRM.
156
2
Internal
Promotion
Brosur
3
Ekternal
promotion
Event
Pameran
Senin – Minggu
22 – 28 Oktober
2007
Tempat : Damai
Indah Golf BSD
Turnamen golf
internasional Pertamina
Indonesia President
Invitational
Acara : pemeriksaan gula
darah dan kolesterol gratis
& edukasi klinik DBC dan
sport clinic RSIB.
Health
Education
coporate
PT. ACC
Simatupang
Kamis 25
Oktober 2007
Kiat mengelola aktifits
kerja yang benar dalam
rangka mencegah masalah
nyeri pinggang, & DBC
sebagai solusi nyeri
pinggang.
Nara sumber : dr Peni
kusumastuti SpRM
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
Bulan : November 2007
No
1
Aktifitas
Internal
Promotion
keterangan
Waktu
Deskripsi
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB.
Waktu
Edisi :
Desember 2007
Deskripsi
Pemeriksaan atau deteksi
dini kelainan bentuk tulang
belakang dan masalah
nyeri tulang belakang
Gratis di RS Internasional
Bintaro 19 – 23 Desember
2007 pukul 14 – 18 WIB
Tempat : Klinik DBC
RSIB
Edisi no 24/th
III/Desember
2007
Pemeriksaan gratis
skoliosis dan nyeri tulang
belakang di RS
Internasional Bintaro
Edisi 07/th II/9
Desember 2007
“memulihkan tulang
belakang”
Informasi klinik DBC RS
Internasional Bintaro.
Brosur
Bulan :Desember 2007
No
1
Aktifitas
Publikasi
keterangan
Majalah /
• Kicau
tabloid /
Bintaro
surat
kabar.
•
•
2
Internal
Promotion
Brosur
Star
Femina
OTC
Digest
Pendistribusian brosur
DBC di lingkungan RSIB
157
Untuk aktifitas personal selling yaitu berupa maintain perusahaan dan
dokter kerja sama dan rujukan serta kunjungan ke korporat klien menurut
departemen marketing RS Internasional Bintaro dilakukan setiap bulan atau telah
menjadi agenda rutin, dan tidak selalu spesifik untuk mempromosikan klinik DBC,
namun bersifat relationship marketing dan menjadi pilihan utama dalam
mempromosikan klinik DBC sekaligus melakukan maintain terhadap perusahaan
kerjasama dan dokter-dokter rujukan RS Internasional Bintaro. Kegiatan personal
selling telah dituangkan dalam marketing plan departemen marketing RS
Internasional Bintaro, adalah sebagai berikut :
Aktifitas personal selling pada perusahaan kerjasama dan rujukan
RS Internasional Bintaro
Bulan : Januari 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
• Jasa marga
•
• Bank Indonesia
•
• PT Medco
•
• PT Petro China
•
• PT Bakrie Sumatera
• PT Mane Indonesia
•
• PT. Austindo /
•
Asuransi Indrapura
•
• PT. Otorita Batam
•
• Abda Insurance
•
• AIA Insurance
•
• PT. ASKES
PT. Organon
Niaga Bank
PT. Polytama
Propindo
PT. Plaza Indonesia
Realty
PT. VICO
PT. EXXON
PT. BMW Bintaro
PT. PP-Teisei
Beringin Life
PT. Otorita Batam
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
158
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Keluarga
Bekasi Timur, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre, Usada Insani,
RS. Mitra Kel Bekasi Barat, Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere,
Siloam
Karawaci.
Bulan : Februari 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
•
•
•
Blue DOT / Central
Asia Car
Asuransi Beringin
Life
PT. Mane Indonesia
•
PT. Jaya Konstruksi
•
•
PT. Polytama
Propindo
Sekolah Madaniah
PT. Pertamina UPDN
III
PT. Niaga Manajemen
Citra
PT. Medco Energy
•
PT. Nucleus
•
•
•
•
PT.GE Finance
•
PT. Austindo
Nusantara
•
PT. Mobilkom
Telekomindo
Sekolah Al-Azhar
•
•
•
PT. Permodalan
Nasional Madani
PT. Jaya Property
•
AIA Insurance
•
PT. Bank Niaga
•
PT. Andalas Televisi
Indonesia (AN Teve)
PT. DIC
•
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel Bks
Tmr, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre,Usada Insani, RS. Mitra
Kel Bks Barat,Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere, Siloam
159
Karawaci.
Bulan : Maret 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
•
PT. ASKES
•
PT. Medco Energi
•
•
•
•
•
PP Teisei Indonesia
•
PT. Artha Daya
Coalindo
•
PT. Pertamina UPDN
III
•
PT. Mobilkom
•
PT. Garuda Indonesia
PT. YKK BI
PT. London Sumatra
PT. Jaya Property
Bank Niaga
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel Bks
Tmr, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre, Usada Insani, RS. Mitra
Kel Bks Barat, Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere,Siloam
Karawaci, Klinik Sudimara Barat, klinik Tiga Mandiri, Klinik Pala Medika.
160
Bulan : April 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
•
PT. Thies Indonesia
•
Perum BULOG
•
PT. ASKES
•
PT. Gudang Garam
•
PT ABC Batteray
•
PT. PUSRI
•
PT. Exxon Mobil
•
•
PT. PNM
•
PT. Asuransi
JASINDO
PT. Asia Global
Media (ANTV)
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel Bks
Tmr, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre, Usada Insani, RS. Mitra
Kel Bks Barat, Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere,Siloam
Karawaci, Klinik Sudimara Barat, klinik Tiga Mandiri, Klinik Pala Medika.
Bulan : Mei 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
•
KONI
•
•
•
Hilton
PT. Unilever
•
PT. ASKES
Indonesia
PT. PLN Pusat
161
•
BI Kebon Sirih
•
AN TV
•
Carrefour Lebak
Bulus
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel Bks
Tmr, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre, Usada Insani, RS. Mitra
Kel Bks Barat, Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere,Siloam
Karawaci, Klinik Sudimara Barat, klinik Tiga Mandiri, Klinik Pala Medika.
Bulan : Juni 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
•
•
•
•
PT. Carrefour
•
PT. INCO
•
PT. Plaza Indonesia
Realty
•
PT. Palyja
•
PT. Waskita Karya
PT. Infomedia
Nusantara
PT. Garuda & Garuda
Sentra Medika
PT. ASKES
•
PT. Nayaka
•
PT. PLN
162
•
•
•
•
•
•
PT. Jasa Marga
•
PT. Jaya Konstruksi
•
PP London Sumatra
•
PT. Pertamina UPMS
III
•
PT. Artha Daya
Coalindo
•
PT. SOS
PT. Jaya Property
PT. Petro China
PT. Sclumberger
PT. Chevron Texaco
AN TV
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel Bks
Tmr, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre, Usada Insani, RS. Mitra
Kel Bks Barat, Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere, Siloam
Karawaci.
Bulan : Juli 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
163
•
•
PT. FSCM
•
PT. PLN
•
PT. Polyja
•
PT. Timah Pangkal
Pinang
PT. Jaya Properti
•
YKK BI
•
PT. Carrefour Indonesia
•
PT. Jaya Konstruksi
•
PT. Antam
•
•
PT. Chevron Pacific
Indonesia
PT. Adira Insurance
•
PT. ABC
•
PT. Sari Husada
•
•
PT. Indosat
PT. Organon
•
PT. Merck Indonesia
•
PT. Slumberger
•
PT. Nestle
•
•
PT. Careffour Indonesia
PT. Adira Insurance
•
PT. EDS
•
PT. Bank Resona
Perdania
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel Bks
Tmr, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre, Usada Insani, RS. Mitra
Kel Bks Barat, Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere, Siloam
Karawaci.
Bulan : Agustus 2007
Aktifitas :
164
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
•
PT. Pallyja
•
PT. Yakes Mandiri
•
•
PT. Schlumberger
PT. PNM
•
•
PT. AIA
PT. Plaza Indonesia
Realty
PT. ABDA
PT. Tripakarta
•
•
•
•
PT. LIPPO General
PT. ASKES
PT. MEDCO
PT. Sultan Hotel
•
PT. Medexs Visi
Medica
PT. ADES Waters
Indonesia
PT. SOS
PT. Freeport
Indonesia
PT. Telkomsel
PT. Astratel
•
•
•
•
•
•
PT AIG
PT. LOWE
PT. Chevron Texaco
PT. Organon
•
•
PT. CNOOC
PT. Petro China
•
PT. EXXON
•
•
•
•
•
•
•
•
•
PT. Jaya Konstruksi
PT. CITIC Seram
Energy
BULOG Pusat
PT. PLN
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel Bks
Tmr, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre, Usada Insani, RS. Mitra
Kel Bks Barat, Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere, Siloam
Karawaci.
165
Bulan : September 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
•
•
•
PT. Jamsostek
Tangerang
PT. Bulog Pusat
PT. ASKES
Tangerang
PT. Jaya Property
Asuransi Allianz
•
•
PT. Dharma Polimetal
PT. EMP Energy
•
•
Sekolah Stella Maris
PT. PLN
•
•
Sekolah Annissa
PT. Medco
•
•
Sekolah Aulia
PT. ASKES Pusat
•
•
•
•
•
•
SMP/SMA
BP Indonesia
•
•
Muscle Dome
PT. Ades Waters
Indonesia
Sekolah
Pembangunan Jaya
British International
School
Sekolah Global Jaya
PT. Bukit Makmur
Mandiri
Sekolah Jepang
PT. EMP Kangean
•
Carrefour Indonesia
•
PT. Petro China
•
AN-TV
•
•
•
•
Sekolah Ricci
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel
BksTmr,Siloam Graha MedikaBogor Medical Centre,Usada Insani, RS.
166
Mitra Kel Bks Barat,Omni Medical,PIK,Sari Asih,Puri Cinere,Siloam
Karawaci, Klinik CMC, Klinik dr. Suhantoro, Klinik dr. Linny, Klinik dr.
Ratnasari, Klinik dr. Kristina Setiawan, Klinik H.Rusjda Amril, Klinik dr.
Bambang, Klinik dr. Primariadewi, Klinik dr. Rosmarini, Klinik dr. Vivi,
Klinik dr. Emizar Malik, Klinik dr. Suzy, Klinik dr. Rengganis,Klinik dr.
Aritonang, Apotik PALA FARMA, Klinik dr. Suprayoga, Klinik dr. Hardy
Kosen, Klinik dr. Machyudin, Klinik dr. Gaby, Klinik dr. Soemardi.
Bulan : Oktober 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
•
PT. Merck Tbk
•
AN TV
•
Bulog Kantor Pusat
•
PT. Askes
•
PT. Petro China
•
PT. PLN Pusat
•
PT. Schlumberger
•
PT. British
International School
•
PT. EMG Kangean
•
PT. Apexindo
•
PT. Damai Indah Golf
•
PT. Medco
•
PT. Jaya Konstruksi
•
PT. Jaya Properti
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
167
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel Bks
Tmr, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre, Usada Insani, RS. Mitra
Kel Bks Barat, Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere, Siloam
Karawaci.
Bulan : Nofember 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
•
•
•
British International
School
PT Multi Artha Guna
Sekolah Global
•
PT. Telkom
•
Sekolah Stella Maris
•
Sekolah Syifa Budi
•
Asuransi Manulife
•
Permata Bank
•
Asuransi AIG Lippo
•
Garuda Indonesia
•
Global Asistance
•
Sekolah Al-Azhar
•
Sekolah Tunas
Indonesia
•
AIA Insurance
•
•
Sekolah Aulia
•
PT. Astra
Internasional
Sekolah High Scoope
•
Sekolah Budi Mulia
•
PT. ASKES
•
PT. Petro China
•
Blue Dot
•
Sekolah An-nisa
•
YKK BI
168
•
PT. Nayaka
•
PT. Indosat
•
PT. Carrefour
Indonesia
PT. Allianz
•
PT. PLN
•
SOS
•
•
•
PT. Astra Credit
Company
BNI Life
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel Bks
Tmr, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre, Usada Insani, RS. Mitra
Kel Bks Barat, Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere, Siloam
Karawaci.
Bulan : Desember 2007
Aktifitas :
1. Maintain hubungan dengan perusahan kerjasama.
kunjungan ke perusahaan :
•
•
•
•
PT. PLN
•
PT. Telkom
•
BP Indonesia
•
PT. Lintas Artha
PT. Yakes Mandiri
Bank Indonesia
Garuda Indonesia
169
•
•
PT. Trigana Air
Service
SOS
•
PT. Exxon Mobil
•
PT. Equity Insurance
2. Rujukan.
Kunjungan ke klinik / Rumah Bersalin / Rumah sakit :
Klinik Medika Bintaro, Bhakti Asih, Siliwangi, Metro Medical Centre,
Klinik Yuli Supardi, Klinik Pamulang Medical Center, Tiara, Medico Farma
Bintaro, Medica Lestri, Center, Klinik Selaras, RB.Andini, Cinta Kasih,
YAMC, Mutiara Bunda, IMC, YADIKA, Bd. Metty, Prima Medika, Klinik
Syahid IAIN, Medifarma, Klinik Supardi, Dhewi Mulia, Karina Bintaro,
Karya Husada, Klinik dr. Hendrikson, Citra Ananda, Klinik dr. S. H.
Gunawan, Prima Pondok Aren, Prima Husada Cinere, RS. Mitra Kel Bks
Tmr, Siloam Graha Medika, Bogor Medical Centre, Usada Insani, RS. Mitra
Kel Bks Barat, Omni Medical, PIK, Sari Asih, Puri Cinere, Siloam
Karawaci.
150
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis lahir di kota Semarang pada tanggal 25 Juni 1980. Penulis yang
akrab disapa Joe / Sendy ini memiliki nama lengkap Yohanes Cindy Alberto.
Dunia pendidikan penulis dimulai dari bangku SDN Cakra Madya Dwipa
Semarang pada tahun 1986 -1992, kemudian dilanjutkan ke SMPN 21 Semarang
pada tahun 1992-1995. Prestasi dalam pendidikan dasar sembilan tahun tersebut
atas saran ayahanda penulis disalurkan pada Sekolah Menengah Analis Kesehatan
Theresiana Semarang yang berkonsentrasi pada penyediaan tenaga ahli analis
laboratorium medis pada tahun 1995-1998.
Karir dalam bekerja diawali dengan diterimanya bekerja di Rumah sakit
Brayat Minulya di kota Solo sebagai analis laboratorium pada Agustus 1998,
hingga pada Juni 2002 penulis memutuskan hijrah ke Jakarta dan meninggalkan
karirnya di Solo yang telah ditempuh sekitar hampir empat tahun dan pada saat itu
menjabat sebagai Penanggung Jawab Instrument dan system laboratorium serta sub
Koordinator bag. Microbiology.
RS Internasional Bintaro di daerah Tangerang, menjadi labuhan karir
penulis dari July 2002 hingga sekarang, dan menjabat sebagai senior analis dan
penanggung jawab shift. Dalam dunia pekerjaan tersebut penulis berkesempatan
untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke tingkat sarjana.
Hingga saat ini penulis tercatat sebagai mahasiswa reguler bidang studi
marketing communication and advertising Universitas Mercu Buana Jakarta
angkatan 2003, demi mewujudkan kecintaan penulis terhadap dunia seni, desain,
komunikasi dan juga teknologi, yang menurut penulis semua tersebut dapat
diwujudkan dalam dunia advertising. Kini penulis sedang berupaya merintis dengan
menjadi desainer freelancer dan harapannya dapat menjadi sebuah usaha advertising
Indonesia yang dapat bersaing dengan dunia advertising mancanegara.
Download