uji terhadap cara penyediaan air isi ulang pada

advertisement
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 24-30
UJI TERHADAP CARA PENYEDIAAN AIR ISI ULANG PADA
DEPO ISI ULANG DI KECAMATAN BATULICIN KABUPATEN
TANAH BUMBU
Dicky Andiarsa, Ika Setianingsih*, Abdullah Fadilly, Syarif Hidayat, Dian Eka
Setyaningtyas, Windy Triyuana
Balai Litbang P2B2 Tanah Bumbu, Badan Litbang Kesehatan,
Kementerian Kesehatan RI
[email protected]
ABSTRAK
Pemanfaatan air minum isi ulang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga yang
semakin meningkat, menyebabkan semakin banyaknya ditemui depo air minum isi
ulang yang ada di Kecamatan Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu. Tujuan dari
penelitian ini adalah melakukan evaluasi cara pengambilan air pada depo air
minum isi ulang dengan dan tanpa desinfeksi alkohol pada lubang tempat keluarnya
air isi ulang berdasarkan pemeriksaan bakteriologis air di Kecamatan Tanah
Bumbu, Kabupaten Batulicin. Pengumpulan sampel dilakukan pada bulan Juni 2015.
Sebanyak 5 sampel air dari depo air isi ulang yang berbeda berhasil diperoleh.
Pengambilan sampel pada 3 depo di desa Gunung Tinggi dilakukan dengan
menggunakan desinfeksi alkohol pada lubang keluarnya air, sedangkan pada 2 depo
lainnya di desa Kersik Putih tidak menggunakan desinfeksi alkohol pada lubang
keluarnya air. Pemeriksaan mikrobiologis air yang dilakukan meliputi MPN, TPC,
media selektif, pewarnaan gram dan biokimia. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan
uji statistik dengan menggunakan Uji Mann-Whitney diketahui bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan dari dua cara pengambilan air minum isi ulang (P=0,39)
dan Escherichia coli ditemukan pada sampel milik depo D dan E.
Kata Kunci: uji bakteriologi, depot air minum isi ulang, metode pemeriksaan
ABSTRACT
Increased utilization of refill drinking water to meet the household needs were
adjacent with the number of refill drinking water depot in Batulicin, Tanah Bumbu
District. The aim of this study was to evaluate the method of water discharge in the
refill drinking water depot either with or without alcohol disinfection in the refill
water discharging-hole by bacteriological examination. This research was
observational study design. Sample collection was conducted in June 2015. Water
samples from different water depot were successfully obtained. Sampling at three
depots in Gunung Tinggi Village performed using alcohol to disinfect the water
discharging-hole, on a contrary two depots in Kersik Putih Village was performed
without alcohol disinfection. Microbiological examination conducted were MPN,
TPC, Selective media, gram staining and biochemical test. Based on the
microbiological examination and statistical analysis using the Mann-Whitney test,
we found that there was no significant difference of bothrefill water discharging
method (p=0.39) and Escherichia coli found in the sample belonged to depot D and
E.
24
Uji Terhadap Cara Penyediaan Air Isi Ulang Pada Depo… (Dicky Andiarsa, Ika Setianingsih…)
Key words: bacteriological examination, the refill drinking water depot, method
evaluation
PENDAHULUAN
Kehidupan
manusia
modern
semakin menuntut kepraktisan pada
pemenuhan kebutuhan hidupnya,
semakin praktis maka semakin
diminati, salah satunya adalah
pemenuhan kebutuhan air minum
dalam rumah tangga. Air minum
dalam kemasan bermerek dirasa cukup
mahal bagi sebagian kalangan dengan
status ekonomi menengah ke bawah,
sehingga muncullah depo-depo air
minum isi ulang yang mulai
menawarkan
banyak
kemudahan
dalam memenuhi kebutuhan air dalam
rumah tangga, air ini diklaim dapat
langsung diminum dan tidak perlu
diolah lagi.
Sejumlah depo air minum isi
ulang yang mulai muncul di Tanah
Bumbu
adalah terbilang
baru,
walaupun teknologi air minum isi
ulang sebenarnya sudah lahir di
Indonesia sejak awal tahun 2000. Hal
ini menarik minat masyarakat untuk
menggunakan jasa layanan tersebut.
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa air minum isi ulang dapat
menimbulkan beberapa penyakit dan
sebagian
dapat
membahayakan
manusia yang mengkonsumsinya1,2,3,
sedangkan dari sudut pandang
ekonomi menyebutkan bisnis air
minum isi ulang bisa menjadi sumber
penghasilan utama bagi pengusaha
kecil.4
Penyakit diare, disentri, hepatitis
dapat ditularkan oleh air minum yang
tidak dikelola dengan baik sebelum
dikonsumsi.5 Hal ini disebabkan
karena
banyaknya
organisme
penyebab penyakit yang sangat mudah
hidup,
mengkontaminasi
dan
berkembang biak dalam air. Air
minum isi ulang dapat dianggap tidak
layak untuk dikonsumsi berdasarkan
beberapa pertimbangan antara lain
adalah sumber air yang tidak jelas asal
dan kualitasnya, perawatan dan
pembersihan berkala dari peralatan
yang
masih
kurang,
prosedur
pengelolaan air hingga ke tangan
konsumen yang tidak higienis serta
pengawasan dari pemerintah masih
kurang.
Berdasar pada kondisi seperti di
atas, maka perlu dilakukan penelitian
tentang perbedaan cara pengambilan
air dengan dan tanpa desinfeksi
alkohol pada lubang tempat keluarnya
air
isi
ulang.
Penelitian
ini
dilaksanakan
untuk
mengetahui
perbedaan cara pengambilan air
terhadap kandungan bakteriologis
pada air minum isi ulang di
Kecamatan Batulicin, Kabupaten
Tanah Bumbu. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi perspektif
lain dalam pengelolaan air minum isi
ulang
agar
dapat
memberikan
keuntungan bagi pengusaha kecil dan
dapat memberikan jaminan keamanan
bagi
masyarakat
yang
mengkonsumsinya.
METODE
Penelitian dilaksanakan pada
bulan Juli 2015 dengan mengambil
sampel air di 5 depo air minum isi
ulang di Kecamatan Batulicin (3 depo
di desa Gunung Tinggi dan 2 depo di
desa Kersik Putih) setelah pemilik
depo mendapatkan penjelasan dan
bersedia terlibat dalam kegiatan ini.
Cara
pengambilan
sampel
air
dilakukan
secara
aseptis
dan
dibedakan menjadi dua cara: a) 3 depo
(A-C)
dilakukan
dengan
cara
membersihkan tabung pengeluaran air
isi ulang dengan alcohol swab; b) 2
depo (D-E) tidak dibersihkan pada
bagian
tabungnya.
Pemeriksaan
25
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 24-30
sampel air dilakukan dengan metode
penghitungan angka kuman Most
Probably Number (MPN) pada media
Lactose Broth (LB), yang dilanjutkan
dengan uji penegasan pada media
Brilliant Green Lactose Bile Broth
(BGLB) dan penghitungan Total Plate
Count (TPC) pada media Plate Count
Agar (PCA).
Identifikasi bakteri dilakukan
melalui uji pada media selektif
maupun biokimia. Media selektif yang
digunakan diantaranya adalah Eosine
Methylene
Blue
Agar
(EMB),
Salmonella Shigella Agar (SSA), Endo
Agar, Thiosulphate Citrate Bile Salts
Sucrose Agar (TCBS), Xylose Lysine
Desoxycholat Agar (XLD), dan Mac
Conkey Agar (MCA). Uji biokimia
dilakukan pada media Triple Sugar
Iron Agar (TSIA), Lysin Iron Agar
(LIA), Simmons Citrate Agar (SCA).
Selain itu, dilakukan pengecatan
Gram.
Data kelompok dilakukan uji beda
dengan menggunakan uji Mann
Whitney U Test2 sampel bebas pada
perhitungan rerata jumlah koloni pada
media PCA. Data disajikan secara
deskriptif hasil perhitungan jumlah
bakteri, jenis bakteri, dan perbedaan
antara dua kelompok terhadap
keberadaan
bakteri
yang
mengkontaminasi sampel air isi ulang.
HASIL
Hasil pada tabel 1 menunjukkan
bahwa indeks MPN6 pada perhitungan
jumlah bakteri pada Depo D dan E
adalah 4 MPN per 100 ml, sedangkan
depo A, B dan C tidak ditemukan
adanya bakteri yang tumbuh pada uji
MPN, meskipun demikian koloni
bakteri tumbuh pada media PCA untuk
semua
sampel
namun
dalam
perhitungan koloni tidak mencukupi
untuk dimasukkan pada perhitungan
TPC.6
Tabel i. Data perhitungan jumlah bakteri pada sampel air
Perhitungan Bakteri
MPN (per 100ml)
TPC (CFU/ml)
Depo A
0
0
Depo B
0
0
Depo C
0
0
Depo D
3,6
0
Depo E
3,6
0
Pembiakan sampel positif pada
media
selektif,
biokimia,
dan
pewarnaan Gram, menunjukkan hasil
bakteri yang mengkontaminasi sampel
air yang diperiksa merupakan bakteri
gram negatif yaitu E.coli. Escherichia
coli ditemukan pada sampel milik
depo
D
dan
E.
Tabel ii. Jenis bakteri kontaminan pada sampel air
Depo
Jenis Bakteri Kontaminan
Depo A
Nil
Depo B
Nil
Depo C
Nil
Depo D
Escherichia coli(gram negatif)
Depo E
Escherichia coli(gram negatif)
26
Uji Terhadap Cara Penyediaan Air Isi Ulang Pada Depo… (Dicky Andiarsa, Ika Setianingsih…)
Tabel 3 menyebutkan bahwa pada uji
beda antara kelompok depo air isi
ulang yang didesinfeksi dan kelompok
yang tidak didesinfeksi berdasarkan
jumlah koloni yang tumbuh pada
biakan tidak berbeda secara signifikan
(P=0,391).
Tabel iii. Uji Mann-Whitney dua kelompok depo berdasarkan cara pengambilan
sampel dan jumlah koloni yang tumbuh pada biakan
Jumlah koloni yang tumbuh Mean Rank
Z
P (95%CI)
Kelompok A (A,B,C)
16,93
-0,859
0,391 (0,292-0,622)
Kelompok B (D,E)
19,61
PEMBAHASAN
Hasil pemeriksaan di atas
menunjukkan terdapat perbedaan hasil
MPN antara kelompok A (A,B,C) dan
B (D,E) dimana depo D dan E positif
terdapat aktifitas biologis bakteri
dengan menfermentasi lactose dan
menghasilkan gas. Kultur di inkubasi
selama 24 jam dalam suhu 37oC
kemudian diperiksa, kurangnya waktu
inkubasi mungkin mengakibatkan
pertumbuhan koloni lebih lambat pada
sampel dengan kontaminasi rendah.7
Hal ini mengakibatkan kelompok
sampel B dengan cemaran lebih tinggi
mengalami pertumbuhan koloni lebih
cepat dari kelompok A, kelompok A
pada uji TPC terdapat pertumbuhan
koloni pada PCA meskipun jumlah
koloni tidak mencukupi dalam syarat
perhitungan.
Metode MPN berbasis tabung uji
dengan indikator fermentasi lactose
dan ditandai dengan timbulnya gas,8
sedangkan TPC merupakan metode
penghitungan koloni bakteri yang
dapat hidup pada media dengan
berbagai pengenceran.9 Perbedaan
cara perhitungan ini mengakibatkan
perbedaan interpretasi hasil, meskipun
keduanya dapat digunakan sebagai
metode kuantifikasi tingkat cemaran
bakteriologis air. Penelitian oleh
Jackson (2000) menyatakan metode
Heterotrophic Plate Count (HPC/
berbasis MPN) berbanding lurus pada
hasil uji standar HPC (TPC).10
Sanitasi dan desinfeksi yang tidak
baik mendukung timbulnya cemaran
patogen enterik11 termasuk E. coli
yang dapat mengakibatkan diare.12.
Berdasarkan WHO dan UNICEF, air
minum dasar yang layak konsumsi
adalah air yang bebas dari cemaran
E.coli, Arsenic dan Flouride.13
Escherichia coli dapat bertahan lebih
lama pada pupuk dan air sehingga
bakteri
ini
lebih
sering
mengkontaminasi air.14 Kemampuan
ini juga membuat E.coli memiliki
peranan kunci bagi permasalahan
penyakit bagi manusia maupun hewan
ternak dimana E.coli secara persisten
mencemari lingkungannya.15
Uji Mann Withney didapatkan dari
hasil analisis perhitungan TPC dari
semua
grup
dalam
beberapa
pengenceran. Hasil menyatakan tidak
ada perbedaan dari kedua kelompok.
Hal ini menunjukkan bahwa metode
sterilisasi alkohol pada lubang
pengeluaran akhir air siap konsumsi
tidak cukup efektif mensterilkan air
dari sumber pencemar. Keberadaan
bakteri E.coli pada sampel air
menunjukkan tidak adekuatnya proses
desinfeksi16
dan
sanitasi
pada
peralatan depo air isi ulang.
Kontaminasi kemungkinan terjadi
pada instalasi pipa penyaluran air dari
penampungan hingga sampai air
dikeluarkan menuju gallon, atau filter
maupun sinar UV dari lampu yang
tidak diganti. Hal ini mengakibatkan
27
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 24-30
kurangnya
kepercayaan
dari
masyarakat terhadap produk air isi
ulang.17
Meskipun
demikian,
penggunaan air isi ulang di Jakarta
berkaitan dengan penurunan diare
dibandingkan dengan penggunaan air
keran.18
Keterbatasan penelitian ini adalah
sampel depo yang diambil terlalu
sedikit untuk bisa mewakili secara
keseluruhan depo isi ulang yang
berada di Kabupaten Tanah Bumbu.
Hasil perhitungan uji digunakan
perhitungan koloni yang tidak
dibedakan berdasarkan pengenceran
sehingga hasil kurang memiliki
kekuatan untuk memberikan efek beda
pada setiap kelompok. Meskipun
demikian,
penelitian
selanjutnya
diharapkan dapat dilakukan pada depo
yang lebih banyak dan hasil
perhitungan yang lebih seragam.
Penelitian ini ingin menunjukkan
sudut pandang usaha depo air isi ulang
tidak hanya bisa dipandang sebagai
salah
satu
cara
meningkatkan
kewirausahaan masyarakat dalam hal
penyediaan air minum. Pendampingan,
pengawasan,
dan
perlindungan
terhadap konsumen secara konsisten
terhadap bidang usaha ini dapat
menjadi solusi efektif dan murah bagi
penyediaan
air
bersih
dan
pengendalian terhadap waterborne
disease seperti diare.18
Perawatan dan pembersihan rutin
terhadap peralatan yang digunakan
saat pengisian air minum isi ulang
oleh pemilik depo isi ulang akan
meningkatkan kualitas produk air isi
ulang yang dihasilkan. Pengawasan
oleh pemerintah secara berkala untuk
menguji kualitas air akan memberikan
perlindungan bagi konsumen serta
keuntungan bagi produsen.
KESIMPULAN
Hasil menunjukkan tidak ada
perbedaan antara depo yang dilakukan
28
desinfeksi pada lubang pengeluaran air
di bandingkan depo yang tidak
disinfeksi. Masalah mungkin berada
pada hulu dimana kontaminasi bisa
berasal dari sumber air maupun
instalasi perpipaan pada alatnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan terima kasih
kepada Kepala Balai Litbang P2B2
Tanah Bumbu yang telah memberikan
kesempatan untuk dapat melaksanakan
penelitian ini. Ucapan terima kasih
pula kepada para pemilik depot air
minum
yang
telah
bersedia
berpartisipasi dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rumondor PP, Porotu’o J,
Waworuntu O. Identifikasi bakteri
pada depot air minum isi ulang di
Kota
Manado.
e-Biomedik.
2014;2(2):1–4.
2. Wandrivel R, Suharti N, Lestari
Y. Kualitas air minum yang
diproduksi di depot air minum isi
ulang di Kecamatan Bungus
Padang berdasarkan persyaratan
Mikrobiologi.
J.
Kesehatan
Andalas. 2012;1(3).
3. Tombeng RB, Polii B, Sinolungan
S. Analisis Kualitatif kandungan
Escherichia coli dan Coliform
pada 3 depot air minum isi ulang
di Kota Manado. J. Kesehat Masy.
Univ. Sam Ratulangi. 2013;1(7).
4. Bayer R, Hillbom E. Drinking
water as a source of income, how
microentrepreneurs
in
water
business perceive drinking water
as a source of income. Human
geography.
[Swedia]:
Lund
University; 2013.
5. Vandepitte J, Yerhaegen J,
Engbaek K, Rohner P, Piot P,
Heuck CC, et al. Basic Laboratory
Procedures
in
Clinical
Bacteriology. 2nd ed. Susanto D,
editor. Prosedur Laboratorium
Uji Terhadap Cara Penyediaan Air Isi Ulang Pada Depo… (Dicky Andiarsa, Ika Setianingsih…)
Dasaruntuk Bakteriologi Klinis,.
Jakarta: EGC; 2011. 143 p.
6. Lee
PS.
Quantitation
of
Microorganism. In: Golman E,
Green LH, editors. Practical
Handbook of Microbiology. 2nd
ed. Boca Raton, FL: CRC Press;
2009.
7. Davis KER, Joseph SJ, Peter H,
Janssen PH. Effects of Growth
Medium , Inoculum Size , and
Incubation Time on Culturability
and Isolation of Soil Bacteria
Effects of Growth Medium ,
Inoculum Size , and Incubation
Time on Culturability and
Isolation of Soil Bacteria. Appl
Environ
Microbiol.
2005;71(2):826–34.
8. Eckner KF. Comparison of
menbrane filtration and multiple
tube fermentation by the colilert
and enterolert methods for
detection of waterborne Coliform
bacteria, Escherichia coli, and
Enterococci used in drinking and
bathing water quality monitoring
in Southern Swed. Appl Environ
Microbiol. 1998;64(8):3079–83.
9. Gunasekera TS, Attfield P V,
Veal DA. A flow cytometry
method for rapid detection and
enumeration of fungal spores in
the atmosphere. Appl Environ
Microbiol. 2000;66(3):1228–32.
10. Jackson RW, Osborne K, Barnes
G, Jolliff C, Zamani D, Roll B, et
al. Multiregional Evaluation of the
SimPlate Heterotrophic Plate
Count Method Compared to the
Standard Plate Count Agar Pour
Plate Method in Water. Appl
Environ
Microbiol.
2000;66(1):453–5.
11. Al-Bayatti KK, Al-Arajy KH, AlNuaemy SH. Bacteriological and
physicochemical studies on Tigris
River near the water purification
stations within Baghdad Province.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
J Environ Public Health [Internet].
2012;2012:1–8. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.go
v/articlerender.fcgi?artid=354077
0{&}tool=pmcentrez{&}renderty
pe=abstract
Kandakai-Olukemi Y, Mawak J,
Onojo
M.
Isolation
of
Enteropathogenic Escherichia coli
from Children with Diarhoea
Attending teh National Hospital in
Abuja, Nigeria. Shiraz E-Medical
J. 2009;10(3):99–106.
WHO, UNICEF. Wash post-2015:
proposed targets and indicators
for drinking-water,sanitation and
hygiene. 2015. p. 1–12.
Solomon EB, Yaron S, Matthews
KR. Transmission of Escherichia
coli
O157 :
H7
from
Contaminated
Manure
and
Irrigation Water to Lettuce Plant
Tissue and Its Subsequent
Internalization Transmission of
Escherichia coli O157 : H7 from
Contaminated
Manure
and
Irrigation Water to Lettuce Plant
T. Appl Environ Microbiol.
2002;68(1):5–9.
LeJeune JT, Besser TE, Hancock
DD. Cattle water troughs as
reservoirs of Escherichia coli
O157. Appl Environ Microbiol.
2001;67(7):3053–7.
U.S. Centers for Disease Control
and Prevention (CDC). Household
Water Use and Health Survey for
the Water Safety Plan Linden ,
Guyana. 2007.
Cherunya
PC,
Janezic
C,
Leuchner M. Sustainable Supply
of Safe Drinking Water for
Underserved
Households
in
Kenya: Investigating the Viability
of Decentralized Solutions. Water.
2015;7:5437–57.
Sima LC, Desai MM, McCarty
KM, Elimelech M. Relationship
between use of water from
29
SEL Vol. 3 No. 1 Juli 2016: 24-30
community-scale water treatment
refill kiosks and childhood
diarrhea in Jakarta. Am J. Trop
Med
Hyg
[Internet].
2012;87(6):979–84.
Available
30
from:
http://www.pubmedcentral.nih.go
v/articlerender.fcgi?artid=351610
0{&}tool=pmcentrez{&}renderty
pe=abstract
Download