17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Areal Areal atau

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Areal
Areal atau yang bisa disebut juga sebagai lahan ialah suatu lingkungan fisik
dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap kehidupan dan
kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisik berupa relief atau topografi, iklim,
tanah dan air, sedangkan lingkungan biotik adalah manusia, hewan, dan tumbuhan.
Dalam penggunaan lahan, perlu diperhatikan aspek fisiknya agar tidak menimbulkan
kerusakan bagi tanah serta daerah sekitarnya. Faktor fisik yang paling dominan
adalah kemiringan lereng dan ketinggian dari permukaan air laut. Faktor kemiringan
berpengaruh besar terhadap kendali air yang menentukan ada atau tidaknya
kerusakan.
Lahan juga dapat diartikan sebagai suatu satuan ruang berupa suatu
lingkungan pemapanan masyarakat. Maka, disamping bermatra ekologi, lahan juga
bermatra sumberdaya, kepentingan, dan politik. Dengan kata lain, dapat dibilang
bahwa lahan merupakan penjelmaan keseluruhan factor atau kakas disuatu tapak
yang mempunyai peran dalam kehidupan masyarakat disekitarnya. Lahan atau areal
menjadi pangkalan hidup manusia, suatu wilayah yang dapat digunakan oleh
manusia untuk menuntut kehidupan seperti bertani dan berkebun.
Lahan pertanian atau perkebunan adalah sebuah lahan yang ditujukan atau
cocok untuk dijadikan lahan usaha tanam untuk memproduksi jenis tanaman
pertanian atau perkebunan maupun hewan-hewan ternak. Klasifikasi lahan pertanian
yang digunakan oleh FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian) membagi lahan
menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:
1. Lahan garapan (13.812.040 km2) – lahan yang ditanami jenis tanaman
tahunan seperti kapas, kentang, sayuran, coklat, kelapa sawit dan sebagainya;
termasuk “lahan tidur” yang mampu digarap namun sedang tidak digarap.
2. Lahan tanaman permanen (1.484.087 km2) – lahan yang ditanami jenis pohon
buah-buahan atau kacang pohon.
3. Lahan penggembalaan (33.556.943 km2) – lahan yang digunakan untuk
kegiatan penggembalaan hewan.
17
18
2.2
Tingkat Produksi
Produksi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
manusia dengan menghasilkan barang atau meningkatkan nilai guna suatu barang
dan jasa (Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si; 2005)
Pengertian produksi menurut Magfuri adalah mengubah barang agar
mempunyai kegunaan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Jadi produksi
merupakan segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas suatu
benda yang ditunjukkan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (Magfuri,
1987 : 72).
Produksi dapat digambarkan sebagai berikut:
Input
(Kapital, Tenaga Kerja,
Tanah, SDA, Keahlian)
Fungsi Produksi
(dengan teknologi
Output
(Barang atau Jasa)
tertentu)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa produksi adalah kegiatan pengolahan barang yang
dilakukan untuk memberikan nilai terhadap barang tersebut agar dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini, pengetahuan mengenai produksi harus
dipahami baik oleh produsen maupun masyarakat biasa. Sejalan dengan
perkembangan dunia agrobisnis, komoditas perkebunan, pertanian dan komoditas
lainnya mempunyai keterikatan. Masing-masing komoditi ini menarik untuk
dipelajari lebih lanjut agar kita sebagai produsen maupun masyarakat dapat
mengikuti perkembangan yang ada. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat
produksi, yaitu:
1. Sumber Daya Alam
Sumber daya alam merupakan faktor utama dalam bidang produksi.
Dalam skripsi yang penulis bahas ini, sumber daya alam yang harus ada
jika ingin menghasilkan minyak kelapa sawit yaitu tentunya tanah dan
lahan sebagai tempat perkembangbiakan tanaman kelapa sawit yang
nantinya bisa diolah menjadi minyak sawit (CPO)
19
2. Tenaga Kerja
Bisa disebut juga sebagai sumber daya manusia, kegiatannya ialah
mengolah sumber daya alam yang telah ada untuk dikembangkan lagi ke
tahap produksi berikutnya.
3. Modal
Modal juga berperan penting dalam kegiatan produksi. Tanpa modal
yang memadai, proses pengadaan barang akan menjadi terhambat dan
mengganggu jalannya proses produksi.
4. Kewirausahaan
Pengusaha atau bisa disebut juga sebagai tenaga ahli sangat dibutuhkan
dalam kegiatan produksi ini guna agar proses yang dijalankan berjalan
dengan lancar.
Setelah mengetahui faktor-faktor utama dalam kegiatan produksi, akan
kurang rasanya jika tidak mengetahui fungsi-fungsi produksi. Fungsi produksi
merupakan sebuah hubungan sebab akibat antara input dengan output. Input
dianggap sebagai sebab dan output adalah akibat, yang merupakan variabel tak
bebas.
Menurut Pindyck and Rubenfeld (2007:211), sebuah fungsi produksi
menunjukan output tertinggi “q” yang dapat dibuat oleh perusahaan untuk sebuah
kombinasi tertentu input produksi.
Ahli ekonomi, Nicholson (2002:159) mengemukakan bahwa fungsi produksi
merupakan hubungan matematik antara input dengan output.
Dalam ilmu ekonomi, Teori produksi dibedakan menjadi teori Produksi
dengan Satu Input Variabel dan teori produksi dua input variable.
1. Teori Produksi dengan Satu Input Variabel
Dengan mengasumsikan beberapa input dianggap konstan dalam jangka
pendek dan hanya satu faktor produksi yaitu tenaga yang dapat berubah.
Persamaan produksi ini cukup sederhana karena hanya melibatkan tenaga
kerja saja untuk mendapatkan tingkat produksi suatu barang tertentu. Faktor
produksi yang dapat berubah dan mempengaruhi tingkat produksi adalah
hanya jumlah tenaga kerja. Jadi, jika perusahaan berkeinginan untuk
menambah Tingkat produksi, maka perusahaan hanya dapat menambah
jumlah tenaga kerja.
20
2. Teori Produksi dengan Dua Input Variabel
Jika faktor produksi yang dapat berubah adalah jumlah tenaga kerja dan
jumlah modal atau sarana yang digunakan, maka jika ingin menambah
tingkat produksinya, perusahaan dapat menambah tenaga kerja atau
menambah modal atau juga dengan menambah kedua nya.
2.3
Harga
Harga dapat dikatakan sebagai suatu nilai tukar yang bisa disamakan
dengan uang atau barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau
jasa bagi seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Istilah
harga digunakan untuk memberikan nilai finansial pada suatu produk barang atau
jasa. Biasanya, penggunaan kata harga berupa digit nominal besaran angka terhadap
nilai tukar mata uang yang menunjukkan tinggi-rendahnya nilai suatu kualitas barang
atau jasa. Dalam ilmu ekonomi, harga dapat dikaitkan dengan nilai jual atau nilai beli
suatu produk barang atau jasa sekaligus sebagai variabel yang menentukan
komparasi produk sejenis.
Para ahli mengemukakan harga sebagai berikut; Basu Swastha & Irawan
(2005 : 241) menyatakan bahwa harga merupakan jumlah uang (ditambah beberapa
produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi
dari produk dan pelayanannya.
Henry Simamora (2002 : 74) menyatakan Harga adalah sejumlah uang yang
dibebankan atau dikeluarkan atas sebuah produk atau jasa
Selain itu, harga juga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam
pemasaran suatu produk karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran /
marketing mix (4P = product, price, place, promotion / produk, harga, distribusi,
promosi). Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan
menurun, begitu pula sebaliknya, jika menetapkan harga terlalu rendah akan
mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh seorang pemasar.
Menurut Tjiptono (2005:35), ada 4 hal tujuan penetapan harga, yaitu:
1. Tujuan berorientasi pada laba. Hal ini didasarkan pada asumsi teori ekonomi
klasik yang menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu memilih harga yang
21
dapat menghasilkan laba yang maksimum. Dalam kondisi persaingan yang
ketat dan serba kompleks penerapannya sangat sulit untuk dilakukan.
2. Tujuan berorientasi pada volume. Tujuan ini berorientasi pada volume,
dimana harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume
penjualan, nilai penjualan, ataupun untuk menguasai pangsa pasar.
Contoh: biaya operasional pemasangan jalur telepon untuk satu rumah tidak
berbeda jauh dengan biaya pemasangan untuk lima rumah.
3. Tujuan berorientasi pada citra. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi
untuk membentuk atau mempertahankan citra perusahaan. Sebaliknya, harga
rendah dapat dipergunakan untuk membentuk citra nilai tertentu.
4. Tujuan stabilisasi harga.
Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan
menetapkan harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga
suatu perusahaan dan harga pemimpin industry.
5. Tujuan-tujuan lainnya. Penetapan harga dapat juga bertujuan untuk mencegah
masuknya pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung
penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.
Dalam menetapkan harga dari sebuah produk dan jasa, ada beberapa metode
atau pendekatan yang dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan Permintaan dan Penawaran
Dari tingkat permintaan dan penawaran yang ada ditentukan harga
keseimbangan (equilibrium price) dengan cara mencari harga yang mampu
dibayar konsumen dan harga yang diterima produsen sehingga terbentuk
jumlah yang diminta sama dengan jumlah yang ditawarkan.
2. Pendekatan Biaya
Menentukan harga dengan cara menghitung biaya yang dikeluarkan produsen
dengan tingkat keuntungan yang diinginkan baik dengan markup pricing dan
break even analysis.
3. Pendekatan Pasar
Merumuskan harga untuk produk yang dipasarkan dengan cara menghitung
variabel-variabel yang mempengaruhi pasar dan harga seperti situasi dan
kondisi politik, persaingan, sosial budaya, dan lain-lain.
22
Dalam menetapkan harga suatu produk dan jasa, ada beberapa faktor-faktor
yang dapat dijadikan pertimbangan, terutama jika perusahaan ingin menetapkan
sebuah harga, faktor-faktor tersebut ialah:
a. Faktor Internal Perusahaan
Faktor yang berasal dari dalam perusahaan ini meliputi:
1. Tujuan Pemasaran Perusahaan
Untuk menentukan sebuah harga, perusahaan harus mempunyai tujuan
yang jelas seperti memaksimalkan keuntungan untuk kelangsungan hidup
perusahaan, mempunyai pangsa pasar yang besar dan meraih konsumen
dengan mengutamakan kualitas produk.
2. Strategi Bauran Pemasaran
Harga merupakan alat bauran pemasaran yang digunakan untuk mencapai
tujuan pemasaran. Harga dalam hal ini juga menjadi faktor yang
menentukan pasaran produk, persaingan dan rancangan produk.
3. Biaya
Biaya menjadi faktor dasar dalam penetapan harga yang ditetapkan
perusahaan terhadap produknya agar tidak mengalami kerugian.
4. Pertimbangan Organisasi
Penetapan harga dari tiap perusahaan berbeda-beda caranya. Dalam
perusahaan kelas kecil, penetapan harga ditetapkan oleh manajemen
puncak, bukan oleh departemen pemasaran. Berbanding terbalik dengan
perusahaan besar yang biasanya harga ditetapkan oleh manajer divisi
produk.
b. Faktor Eksternal Perusahaan
1. Pasar dan Tingkat Permintaan
Sebelum menetapkan harga, seorang pemasar harus memahami betul
hubungan harga dengan pasar dan meneliti tingkat permintaan atas
produknya. Kemudian pemasar juga harus mengetahui produknya
termasuk dalam pasar persaingan sempurna, persaingan monopolistik,
oligopoli maupun monopoli murni.
2. Persaingan
Di dalam pasar tentunya banyak pesaing yang bermain dalam bidang
sejenis dengan produk kita, oleh karena itu pemasar harus memahami
23
betul persaingan yang terjadi sehingga dapat menetapkan harga dengan
tepat.
3. Keadaan Ekonomi
Faktor-faktor ekonomi seperti inflasi, tingkat suku bunga dapat
mempengaruhi keputusan penetapan harga, karena dapat mempengaruhi
biaya produksi maupun pandangan konsumen terhadap harga dan nilai
produk.
2.4
Perdagangan Internasional
Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya maupun dalam meningkatkan kualitas
hidup, manusia pasti membutuhkan bantuan dan interaksi dengan orang lain karena
pada dasarnya mereka tidak dapat hidup sendiri. Dalam memenuhi kebutuhan
tersebut, muncullah istilah hubungan perdagangan antara konsumen (yang
membutuhkan barang) dengan produsen (sebagai penghasil barang). Jika
perdagangan tersebut sudah mencangkup areal antar negara, maka disebutlah
perdagangan
internasional.
Perdagangan
internasional
ini
dapat
saling
menguntungkan bagi pihak-pihak yang terkait.
Menurut Amir M.S. (Kontrak Dagang Ekspor, 2002:13) bila dibandingkan
dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional
sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena
adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan,
misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan
lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan
timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
Pengertian perdagangan internasional lainnya yaitu merupakan hubungan
kegiatan ekonomi antar negara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran
barang atau jasa atas dasar sukarela dan saling menguntungkan (Ibid).
Perdagangan berasal dari kata dagang yang menurut kamus lengkap bahasa
Indonesia berarti kegiatan menjual dan membeli. Sehingga, perdagangan
internasional bisa diartikan sebagai kegiatan menjual dan membeli produk yang
terjadi antar negara yang dilakukan individu dengan individu, individu dengan
24
pemerintah, atau pemerintah dengan pemerintah (Gunawan Widjaja & Ahmad Yani,
Op.Cit., hal. 20)
Pada
umumnya,
negara-negara
di
dunia
melakukan
perdagangan
internasional untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, ekspor dan impor
merupakan bentuk kegiatan perdagangan internasional. Perdagangan internasional
sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu, namun ketika itu masih dalam skala kecil
dan ruang lingkup yang terbatas. Pada jaman dahulu juga dikenal yang namanya
barter, yaitu pertukaran barang dengan barang yang dibutuhkan oleh kedua belah
pihak dan lama kelamaan atas dasar kebutuhan yang saling menguntungkan,
terjadilah proses pertukaran dalam skala luas yang sering disebut perdagangan
interansional.
Ada beberapa manfaat dari perdagangan internasional bagi negara-negara
yang ikut melakukannya, termasuk bagi Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Sebagai Sumber Devisa
Dengan melakukan ekspor (menjual) barang dan jasa, negara kita akan
mendapatkan devisa dari hasil penjualan tersebut. Devisa ini nantinya
bisa berbentuk mata uang asing, emas, wesel, cek dan surat-surat berharga
lainnya. Devisa yang diperleh juga dapat digunakan untuk membayar
impor dan kebutuhan lain-lain.
2. Menjaga Stabilitas Harga
Harga suatu barang cenderung akan meningkat bila jumlah barang yang
tersedia lebih sedikit dibanding permintaan pasar. Agar harga tidak terus
melonjak, pemerintah dapat melakukan impor barang yang sama sehingga
harga barang dapat kembali stabil.
3. Memperluas Lapangan Kerja
Perdagangan internasional dapat membantu memperluas lapangan
pekerjaan. Peningkatan permintaan luar negeri terhadap hasil produksi
Indonesia, akan mendorong pengusaha untuk membuat pabrik baru yang
nantinya akan membutuhkan tambahan tenaga kerja baru.
25
4. Mendorong Ahli Teknologi
Barang-barang impor yang memakai teknologi tinggi seperti komputer,
handphone, kapal selam dan pesawat tempur, mengharuskan masyarakat
memahami dan mampu mengoperasikan barang tersebut. Oleh karena itu
muncullah ahli teknologi dari negara pengekspor (negara maju) ke negara
pengimpor (negara berkembang)
5. Memperluas konsumsi
Dengan adanya perdagangan internasional ini dapat membantu suatu
negara untuk memperluas jangkauan pasar terhadap barang yang mereka
produksi. Dapat diambil contoh yaitu kurma dari Arab yang bisa
dinikmati di banyak negara.
Sadono Sukirno menambahkan bahwa, walaupun perdagangan iternasional
rumit dan kompleks, ada beberapa manfaat lainnya diantaranya: (Ibid, hal.14)
1. Memperoleh barang yang tidak di produksi di dalam negeri sendiri
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil produksi di
setiap negara. Faktor-faktor tersebut di antaranya : Kondisi geografi,
iklim,
tingkat
penguasaan
iptek
dan lain-lain.
Dengan
adanya
perdagangan internasional, setiap negara mampu memenuhi kebutuhan
yang tidak diproduksi sendiri.
2. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
Sebab utama kegiatan perdagangan luar negeri adalah untuk memperoleh
keuntungan yang diwujudkan oleh spesialisasi. Walaupun suatu negara
dapat memproduksi suatu barang yang sama jenisnya dengan yang
diproduksi oleh negara lain, tapi ada kalanya lebih baik apabila negara
tersebut mengimpor barang tersebut dari luar negeri.
3. Memperluas pasar dan menambah keuntungan
Terkadang, para pengusaha tidak menjalankan mesin-mesinnya (alat
produksinya) dengan maksimal karena mereka khawatir akan terjadi
kelebihan produksi, yang mengakibatkan turunnya harga produk mereka.
Dengan adanya perdagangan internasional, pengusaha dapat menjalankan
mesin-mesinnya secara maksimal dan menjual kelebihan produk tersebut
keluar negeri.
26
4. Transfer teknologi modern
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara untuk mempelajari
teknik produksi yang lebih efisien dan cara-cara manajemen yang lebih
modern.
Selain beberapa manfaat diatas yang didapatkan dari perdagangan
internasional ini, ada beberapa faktor pendukung terjadinya perdagangan
internasional, yaitu sebagai berikut:
1. Perbedaan Sumber Daya Alam
Kekayaan alam dari tiap negara tentunya berbeda, sehingga tidak jarang
hasil olahan alam yang dinikmati juga berbeda-beda. Oleh karena itu
diperlukan adanya perdagangan internasional utuk menyalurkan hasil
produksi dari tiap negara ini.
2. Perbedaan Faktor Produksi
Selain faktor alam, masing-masing negara juga mempunyai perbedaan
kemampuan tenaga kerja, besarnya modal yang dimiliki dan keterampilan
seorang pengusaha, oleh karena itu produk dari tiap negara mengalami
perbedaan dan diperlukan perdagangan untuk menyalurkan ke negaranegara lain.
3. Kondisi Ekonomi yang Berbeda
Mengimpor barang dari luar negeri dianggap memiliki nilai ekonomis
yang lebih murah dibandingkan harus memproduksi sendiri dengan biaya
yang lebih mahal.
4. Tidak Semua Negara Dapat Memproduksi Sendiri Suatu Barang
Keterbatasan kemampuan dari suatu negara membuat mereka tidak
mampu memproduksi hasil kekayaan alamnya sendiri, oleh karena itu
terjadilah perdagangan internasional antara negara.
5. Adanya Motif Keuntungan dalam Perdagangan
Biaya dalam memproduksi suatu barang selalu terdapat perbedaan. Ada
saatnya dimana suatu negara lebih untung melakukan impor dibanding
memproduksi sendiri, namun ada kalanya juga lebih menguntungkan
untuk memproduksi sendiri dengan biaya yang dapat ditekan lebih murah
dibanding harus melakukan impor barang dari negara lain.
27
Perdagangan internasional dapat dibedakan kedalam 3 jenis jika dilihat
berdasarkan kawasan-kawasan atau negara-negara yang terlibat di dalamnya, yaitu
sebagai berikut:
1. Perdagangan Bilateral
Merupakan jenis perdagangan yang dilakukan antardua negara.
2. Perdagangan Regional
Perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara yang berada dalam satu
kawasan tertentu seperti negara-negara ASEAN.
3. Perdagangan Multilateral
Merupakan jenis perdagangan yang dilakukan oleh lebih dari dua negara
yang tidak terbatas pada kawasan tertentu.
2.4.1 Ekspor
Kegiatan ekspor dan impor adalah bagian dari perdagangan
internasional yang dilakukan antar negara yang terlibat. Menurut (Waluyo,
Indarto dan Subroto J, 2007) ekspor adalah kegiatan mengirimkan atau
memperdagangkan barang atau jasa ke luar negeri dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan. Kegiatan ekspor memegang peranan yang cukup
penting dalam rangka pengendalian inflasi dan mendorong produksi dalam
negeri, khususnya komoditi yang akan diekspor.
Jika ruang lingkupnya sudah membahas mengenai suatu negara,
pertanyaan seperti ini memang penting untuk menjadi acuan, namun jika
sudah berbicara dalam konteks negara, pasti kegiatan ekspor yang di lakukan
sudah dalam skala yang sangat besar.
Kegiatan ekspor terbagi menjadi 2 lagi, yaitu sebagai berikut:
1. Ekspor Langsung
• Merupakan jenis ekspor yang cara penjualan barang atau
jasanya melalui perantara yang bertempat di negara tujuan
ekspor
• Penjualannya oleh distributor dan perwakilan perusahaan
• Produk di negara asal, kontrol terhadap distribusi lebih baik
• Kerugiannya, biaya transport lebih tinggi
28
2. Ekspor tidak langsung
• Merupakan jenis ekpor yang cara penjualan barang atau
jasanya melalui jasa perantara negara asal lalu kemudian
dijual lagi oleh perantara itu
• Sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu
mengurus ekspor secara langsung
• Kontrol terhadap industri kurang baik
Sebelum melakukan ekspor, ada beberapa persiapan yang harus
dilakukan agar ekspor berjalan dengan lancar, dan berikut ini adalah tahaptahapan nya, yaitu sebagai berikut:
1. Identifikasi pasar potensial
2. SWOT analisis, penyesuaian antara kebutuhan pasar dengan
kemampuan
3. Melakukan pertemuan, dengan eksportir atau agen
4. Alokasi sumber daya
Analisis SWOT memberikan suatu gambaran tentang suatu produk
sebelum melakukan ekspor ke negara tujuan. Gambaran inilah yang akan
menjadi acuan bagi produk kita apakah sudah sesuai dengan budaya dan
keinginan dari negara tujuan atau masih ada yang perlu ditingkatkan.
Penjelasan mengenai empat komponen analisis SWOT yaitu sebagai berikut:
1. Strenght (S) yaitu analisis kekuatan. Dalam komponen ini, perlu dilakukan
analisis mengenai kekuatan dari produk yang dihasilkan yang nantinya akan
di ekspor ke negara tujuan. Perusahaan perlu menilai kekuatan-kekuatan yang
ada pada produknya da dibandingkan dengan para pesaingnya. Misalkan jika
ada keunggulan dalam bidang teknologinya, keunggulan tersebut dapat
dimanfaatkan untuk mengisi segmen pasar yang membutuhkan tingkat
teknologi dan juga kualitas yang lebih maju.
2. Weaknesses (W) yaitu analisi kelemahan. Situasi ataupun kondisi yang
menjadi kelemahan dari produk yang dihasilkan pada saat ini. Merupakan
cara menganalisis kelemahan dari produk, yang menjadi kendala yang serius
dalam kemajuan suatu perusahaan atau organisasi.
29
3. Opportunity (O) yaitu analisis peluang. Situasi atau kondisi yang merupakan
peluang diluar suatu organisasi atau perusahaan dan memberikan peluang
berkembang bagi produk yang dihasilkan. Cara ini adalah untuk mencari
peluang ataupun terobosan yang memungkinkan suatu perusahaan ataupun
organisasi bisa berkembang di masa yang akan depan atau masa yang akan
datang.
4. Threats (T) yaitu analisis ancaman. Cara menganalisis tantangan atau
ancaman yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan ataupun organisasi untuk
menghadapi berbagai macam faktor lingkungan yang tidak menguntungkan
terhadap produk yang dihasilkan yang bisa menjadi kendala. Jika tidak segera
di atasi, ancaman tersebut akan menjadi penghalang bagi suatu usaha yang
bersangkutan baik di masa sekarang maupun masa yang akan datang.
30
2.5
Kerangka Berpikir
Luas Areal
(X1)
Tingkat
Produksi (X2)
Volume
Ekspor (Y)
Harga (X3)
Keterangan :
•
Hipotesis X1 ke Y :
Ha : Ada pengaruh antara luas areal terhadap volume ekspor minyak kelapa
sawit di Indonesia
Ho : Tidak ada pengaruh antara luas areal terhadap volume ekspor minyak
kelapa sawit di Indonesia
•
Hipotesis X2 ke Y :
Ha : Ada pengaruh antara tingkat produksi terhadap volume ekspor minyak
kelapa sawit di Indonesia
Ho : Tidak ada pengaruh antara tingkat produksi terhadap volume ekspor
minyak kelapa sawit di Indonesia
•
Hipotesis X3 ke Y :
Ha : Ada pengaruh antara harga terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit
di Indonesia
Ho : Tidak ada pengaruh antara harga terhadap volume ekspor minyak kelapa
sawit di Indonesia
•
Hipotesis X1 dan X2 ke Y :
Ha : Ada pengaruh antara luas areal dan tingkat produksi terhadap volume
ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia
31
Ho : Tidak ada pengaruh antara luas areal dan tingkat produksi terhadap
volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia
•
Hipotesis X2 dan X3 ke Y :
Ha : Ada pengaruh antara tingkat produksi dan harga terhadap volume ekspor
minyak kelapa sawit di Indonesia
Ho : Tidak ada pengaruh antara tingkat produksi dan harga terhadap volume
ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia
•
Hipotesis X1 dan X3 ke Y :
Ha : Ada pengaruh antara luas areal dan harga terhadap volume ekspor minyak
kelapa sawit di Indonesia
Ho : Tidak ada pengaruh antara luas areal dan harga terhadap volume ekspor
minyak kelapa sawit di Indonesia
•
Hipotesis X1, X2, dan X3 ke Y :
Ha : Ada pengaruh antara luas areal, tingkat produksi dan harga terhadap
volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia
Ho : Tidak ada pengaruh antara luas areal, tingkat produksi dan harga terhadap
volume ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia
32
Download