1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari
saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung
dalam waktu 40 minggu. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester dimana
trimester ke satu berlangsung 12 minggu, trimester ke dua berlangsung 15
minggu (minggu ke-13 hinggga ke-27), dan trimester ke tiga 13 minggu
(minggu ke-28 hingga ke 40). (Prawirohardjo.2010.h; 213)
Dalam
melakukan
asuhan
antenatal
yang
baik,
diperlukan
pengetahuan dan kemampuan untuk mengenali perubahan fisiologik yang
terkait dengan proses kehamilan. Perubahan tersebut mencakup perubahan
produksi dan perubahan hormon serta perubahan anatomik dan fisiologik
selama kehamilan. Perubahan hormonal yang dikaitkan dengan tanda-tanda
kehamilan adalah rasa mual dan muntah. (Prawirohardjo.2010. h; 213)
Mual muntah pada kehamilan sering terjadi pada waktu pagi hari
sehingga disebut juga dengan morning sickness (Prawirohardjo.2010.h; 814).
Keluhan umum ini sering disampaikan pada kehamilan muda. Terjadinya
kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat
peningkatan hormon estrogen progesteron yang dikeluarkannya human
chorionic gonadothropine plasenta. Hormon-hormon inilah yang diduga
menyebabkan emesis gravidarum. (Manuaba,dkk.2010.h; 227)
1
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013
2
Sebagian besar emesis gravidarum (mual muntah) saat hamil dapat
diatasi dengan berobat jalan, serta pemberian obat penenang dan
antimuntah. Akan tetapi, sebagian kecil wanita hamil tidak dapat mengatasi
mual muntah yang berkelanjutan sehingga mengganggu kehidupan seharihari dan menyebabkan hiperemesis gravidarum. (Manuaba,dkk.2010.h; 229)
Menurut Pilltteri dalam Nengah Runiari Mual dan muntah pada
kehamilan ini, dialami oleh sekitar 70-80% wanita hamil dan merupakan
fenomena yang sering terjadi pada umur kehamilan 5-12 minggu. Meskipun
kondisi ini biasanya berhenti pada trimester pertama namun gejalanya dapat
menimbulkan gangguan nutrisi, dehidrasi, kelemahan, penurunan berat
badan, serta ketidak seimbangan elektrolit.
Mual dan muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh
berkurang
dan
akan
menimbulkan
kerusakan
jaringan
yang
dapat
memengaruhi kesehatan ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya.
Pada kasus ini diperlukan penanganan yang serius. (Hidayati.2011.h; 65)
Hiperemesis tidak hanya mengancam kehidupan wanita. Namun juga
dapat menyebabkan efek samping pada janin seperti abortus, berat bayi lahir
rendah, kelahiran prematur, serta malformasi pada bayi baru lahir.
(Runiari.2010.h; 2)
Penyebab
hiperemesis
gravidarum
belum
diketahui,
tetapi
kemungkinan merupakan gabungan antara perubahan hormonal dan faktor
psikis (Varney.2007.hal 608). Faktor psikis memegang peran yang penting
pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut akan
kehamilan dan persalinan, takut akan tanggung jawab seorang ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperkuat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup. (Ai Yeyeh.2010.h; 119)
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013
3
Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun
kebanyakan kasus ringan dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari
setiap 1000 wanita hamil akan mengalami rawat inap. Hiperemesis
gravidarum umumnya sembuh dengan sendirinya (self limiting), tetapi
penyembuhan berjalan lambat dan relaps yang sering umum terjadi.
(M.bobak.2005.h; 721)
Seorang bidan harus memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi
(KIE) tentang hiperemesis gravidarum kepada klien, serta memberikan
nasehat yang bisa membantu pasien mengatasi mual muntahnya agar
penyembuhan dapat berjalan cepat. Bidan dapat melakukan kolaborasi
dengan dokter ataupun tenaga kesehatan yang lain guna mendukung
diagnosa dan keperawatan kepada klien dengan hiperemesis gravidarum,
dengan demikian efeksamping atau komplikasi hiperemesis gravidarum pada
ibu dan janin tidak terjadi. (Manuaba,dkk.2010.h; 227-232)
Berdasarkan data di RSUD Goeteng Taroenadibrata Kabupaten
Purbalingga tahun 2012 jumlah ibu hamil yang mengalami hiperemesis
gravidarum yaitu sebanyak 84 kasus. Kejadian ini meningkat 31,25% dari
tahun sebelumnya yaitu sebanyak 64 kasus. Hal ini dikarenakan sebagian
besar disebabkan oleh faktor psikologi ibu seperti umur ibu yang terlalu
muda. Namun pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum di
rumah sakit ini, setelah mendapatkan perawatan dan pengobatan, ibu dapat
pulang dan meneruskan kehamilan tanpa ada komplikasi.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil
kasus asuhan kebidanan ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum pada
Ny.A umur kehamilan 10 minggu dengan harapan dapat menstabilkan
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013
4
keadaan ibu kembali normal dan ibu dapat melanjutkan kehamilannya
dengan sehat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
pengkajian: “Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Hamil Dengan Hiperemesis
Gravidarum Tingkat I Pada Ny.A Umur 33 Tahun G1 P0 A0 Hamil 10 Minggu
di RSUD Purbalingga.”
C. Tujuan Penyusunan KTI
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian untuk mendapatkan data ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum.
b. Mampu mengidentifikasi terhadap ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum berdasarkan data yang akurat sesuai data yang
dikumpulkan.
c. Mampu
mengidentifikasi
masalah
atau
diagnosa
potensial
berdasarkan interpretasi data pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013
5
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera atau kolaborasi dengan
petugas kesehatan yang lain untuk penanganan ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum.
e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang akan diberikan pada
ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum.
f.
Mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum.
g. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada
ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Penulis
Meningkatkan
ketrampilan
dan
pengetahuan
dalam
melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil serta menambah
wawasan dalam pembuatan laporan praktik.
b. Bagi Instansi Pendidikan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum yang
selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan
kebidanan
pada
ibu
hamil
dengan
hiperemesis
gravidarum.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013
6
b. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat, khususnya ibu hamil
tentang pentingnya pola hidup sehat dan meningkatkan taraf
kesehatan, khususnya kesehatan pada kehamilan.
E. Ruang Lingkup
1. Sasaran
Sasaran pada kasus ini yaitu ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum pada Ny. A umur kehamilan 10 minggu.
2. Tempat
Pengkajian Asuhan Kebidanan akan dilaksanakan di RSUD DR. R.
Goeteng Taroenadibrata Purbalingga.
3. Waktu
a. Pembuatan proposal dimulai dari bulan januari sampai maret
b. Ujian proposal dilakukan pada bulan maret.
c. Pengkajian kasus dilakukan pada bulan maret sampai april
d. Penyusunan laporan akhir dilakukan pada bulan april sampai juni.
F. Metode Penulisan
Dalam pengambilan kasus penulis akan menggunakan metode studi
kasus dengan pendekatan 7 langkah varney, yang meliputi pengkajian,
intepretasi data, diagnosa potensial, tindakan segera, perencanaan yang
menyeluruh, pelaksanaan dan evaluasi. Tekhnik pengumpulan data dilakukan
dengan cara data primer dan data skunder.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013
7
1. Data Primer
a. Wawancara
Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data,
dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan
dari
seseorang
sasaran
(responden),
atau
bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Jadi data
tersebut diperoleh langsung dari responden melalui suatu pertemuan
atau percakapan. (Notoatmodjo, 2010; h.139)
b. Pemeriksaan Fisik
Penulis mengumpulkan data dengan pemeriksaan fisik.
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi, pengalaman
diperlukan untuk mengenali variasi normal diantara klien.
2) Palpasi
Palpasi menggunakan kedua tangan untuk menyentuh
bagian tubuh untuk membuat suatu pengukuran sensitif tanda
khusus fisik.
3) Perkusi
Perkusi merupakan tekhnik pemeriksaan fisik dengan
melibatkan
pengetukan
tubuh
dengan
ujung-ujung
guna
mengevaluasi ukuran, batasan, dan konsistensi organ-organ
tubuh yang bertujuan menemukan adanya cairan didalam rongga
tubuh.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013
8
4) Auskultasi
Auskultasi adalah tekhnik pemeriksaan fisik dengan
mendengarkan bunyi yang dihasilkan tubuh.
(Muttaqin.2010.h;12- 19)
c. Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara pengamatan dengan
cara melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah dan taraf aktivitas
tertentu yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti.
(Notoatmidjo.2010.h;131)
2. Data Sekunder
a. Dokumentasi
Penulis menggunakan rekam medis yang berkaitan dengan
pasien, contohnya status pasien.
b. Studi Pustaka
Penulis mencari sumber informasi melalui beberapa sumber
dan referensi atau literatur yang berhubungan dengan kasus yang
diambul yaitu tentang kehamilan dengan hiperemesis gravidarum.
Memperoleh informasi yang terdahulu dengan menggunakan data
primer dan data sekunder dengan menyelusuri literatur yang ada.
c. Media Elektronik
Penulis mencari sumber informasi dengan membuka Website,
jurnal, dan buku yang terkait dengan kasus hiperemesis gravidarum
yang teliti.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013
9
G. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah yang terdiri dari 5 bab ini
menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penyusunan karya tulis ilmiah, manfaat penulisan karya
tulis ilmiah, ruang lingkup, pengumpulan data, dan sistematika
penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka membahas tentang:
A. Tinjauan Medis
Tinjauan medis meliputi definisi, etiologi, patofisiologi, tanda
dan gejala, pemeriksaan penunang, diagnosis, komplikasi dan
penatalaksanaan medis.
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
Tinjauan asuhan kebidanan menggunakan kerangka berfikir
varney
yang
terdiri dari
7
langkah
yaitu
pengkajian,
interpretasi data (dianose dan masalah) diagnosa potensial
dan
tindakan
antisipasi
segera
untuk
mencegahnya,
penyusunan rencana tindakan dan evaluasi
C. Aspek Hukum
Berisi
landasan
hukum
baik
undang-undang
maupun
kepmenkes yang mengatur tugas pokok dan kompetensi
bidan serta wewenang bidang sesuai kasus yang diambil.
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
Memuat intisari asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan mulai
dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berisi perbandingan antara teori dan kasus yang disajikan sesuai
dengan langkah-langkah manajemen kebidanan.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
: Memuat pernyataan singkat dan tepat yang dijabarkan
dari
hasil
studi
kasus
dan
pembahasan
untuk
membuktikan kebenaran Karya Tulis Ilmiah.
Saran
: Memuat pengalaman dan pertimbngan penulis, ditujukan
kepada para pembuat Karya Tulis Ilmiah dalm bidang
sejenis yan ingin melanjutkan atau memperkembangkan
Karya Tulis Ilmiah yang telah diselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Asuhan Kebidanan Ibu..., Nur Khayati, Kebidanan DIII UMP, 2013
Download