View/Open - Repository Unhas

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Singkat Stroberi (fragaria sp)
Tanaman stroberi merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan
pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria
choiloensis L. menyebar ke berbagai Negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya
spesies lain, yaitu Fragaria vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies
lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Stroberi yang
kita temukan di pasar swalayan adalah hibrida yang dihasilkan dari persilangan
Fragaria virgiana L. var Duchesne asal Amerika Utara dengan Fragaria Chiloensis L.
var Duchesne asal Chili. Persilangan itu menghasilkan hybrid yang merupakan
stroberi modern (komersil) Fragaria x annanassa var Duchesne (Darwis, 2007).
Spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L. menyebar ke berbagai
Negara di Amerika, Eropa dan Asia. Sementara spesies lainnya yaitu Fragaria vesca
L tersebar lebih luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi Fragaria vesca yang
pertama kali masuk di Indonesia (Budiman dan Saraswati, 2008).
Morfologi Tanaman Stroberi
Menurut Gembong, (1985) tanaman stroberi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
7
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo (bangsa)
: Rosales
Famili (suku)
: Rosaideae
Subfamili
: Rosaceae
Genus (marga)
: Fragaria
Spesies
: Fragaria sp
Stroberi adalah tanaman subtropis yang dapat beradaptasi dengan baik di
dataran tinggi tropis yang memiliki temperature 17-20 derajat C dan disertai dengan
curah hujan 600-700 mm/tahun. Stroberi juga membutuhkan kelembapan udara yang
baik untuk pertumbuhannya yang berkisar antara 80-90% dan lama penyinaran
cahaya matahari yang dibutuhkan sekitar 8-10 jam setiap harinya (Anonim, 2010).
Struktur akar tanaman stroberi terdiri atas pangkal akar (collum), batang akar
(corpus), ujung akar (apex), bulu akar (pilus radicalis), serta tudung akar (calyptra).
Tanaman stroberi berakar tunggang (radix primaria) terus tumbuh memanjang dan
berukuran besar (Rukmana, 1998).
Akar serabut stroberi di dalam tanah tumbuh dangkal dan menyebar secara
horizontal sepanjang 30 cm dan secara vertical dapat mencapai kedalaman 40 cm.
Akar muncul dari batang yang pendek dan tebal berbentuk rumpun. Dari rumpun
tersebut dapat muncul tunas yang akan menjadi crown baru, sulur dan bunga
(Soemadi, 1997).
8
Secara botani sulur merupakan batang ramping yang tumbuh keluar dari
ketiak daun pada dasar rumpun dan menjalar sepanjang permukaan tanah. Sulur dapat
digunakan sebagai ‘alat’ untuk menghasilkan tanaman baru (Soemadi, 1997).
Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun-daun terbentuk pada buku dan
ketiak setiap daun terdapat pucuk aksilar. Internode sangat pendek sehingga jarak
daun yang satu dengan yang lainnya sangat kecil dan member penampakan seperti
rumpun tanpa batang. Batang utama dan daun yang tersusun rapat ini disebut crown.
Ukuran crown berbeda-beda menurut umur, tingkat perkembangan tanaman, kultivar
dan kondisi lingkungan pertumbuhan (Budiman dan Saraswati, 2008).
Daun tumbuh melingkar rumpun, berbulu lebat samapai jarang (tergantung
varietas), terdiri atas tiga anakan daun (daun majemuk), dengan tepi bergerigi. Daun
disangga oleh tangkai yang panjang (Soemadi, 1997).
Bunga stroberi mempunyai 10 kelopak yang berwarna hijau, 5 mahkota
berwarna putih, 60 sampai 600 putik dan 20 sampai 35 benang sari yang tersusun
sekitar stigma di atas dasar bunga. Penyerbukan stroberi terjadi secara silang dengan
bantuan angin, serangga (kupu-kupu, lebah) maupun manusia.
Bunga berbentuk tandan yang terdiri atas beberapa tangkai utama yang
masing-masing ujungnya terdapat satu bunga yang disebut bunga primer, dan dua
tangkai serta bunga-bunga di bawahnya yang disebut bunga sekunder. Di bawah
bunga sekunder terdapat bunga tersier dan kuartener. Ukuran tangkai bunga selalu
lebih panjang daripada daun. Pemunculan rangkaian dan mekarnya bunga terjadi
secara berurutan, dan berlangsung selama empat minggu. Biasanya sebanyak 6
9
sampai 8 bunga pertama pada setiap tangkai akan mekar lebih awal, yang selanjutnya
diikuti oleh bunga di bawahnya.
Buah stroberi yang kita kenal sebenarnya adalah buah semu, bukan buah yang
sebenarnya. Buah stroberi yang dikenal masyarakat selama ini adalah reseptakel atau
jaringan dasar bunga yang membesar. Buah yang sebenarnya adalah biji-biji kecil
berwarna putih yang disebut dengan achen. Achen berasal dari sel kelamin betina
yang telah diserbuki dan kemudian berkembang menjadi buah kerdil. Achen
menempel pada permukaan reseptakel yang membesar (Setiani, 2007).
Biji stroberi berukuran kecil, pada setiap buah menghasilkan banyak biji. Biji
berukuran kecil terletak di antara daging buah. Pada skala penelitian atau pemuliaan
tanaman biji merupakan alat perbanyakan tanaman secara generative (Rukmana,
1998).
Syarat Tumbuh
Sebelum kita menanam stroberi ada baiknya jika kita terlebih dahulu
diketahui syatrat-syarat tempat yang benar-benar sesuai bagi pertumbuhannya. Untuk
itu diperlukan pengetahuan mengenai syarat lingkungan yang sesuai untuk tumbuh
dan berproduksi. Sebab jika ternyata dikemudian hari ditemukan bahwa
lingkungannya tidak cocok, maka segala jerih payah kita akan sia-sia. Misalnya, ia
akan susah tumbuh dan merana. Ataupun mungkin saja walaupun tumbuh subur
dengan daun yang cukup lebat, tetapi tanaman kita sedikit berbunga samapai tidak
berbunga sama sekali. Atau dapat berbunga tapi bunga tersebut gagal menjadi buah.
10
Kondisi lingkungan tempat tanaman ini tumbuh dapat pula mempengaruhi
rasa dan aroma buah stroberi, walaupun hal ini dipengaruhi oleh sifat genetik
tanamannya. Varietas stroberi yang tumbuh di bawah cuaca cerah tetapi dingin pada
malam harinya akan mempunyai rasa lebih enak disbanding yang tumbuh di bawah
udara berawan, lembab dan panas di malam hari (Soemadi, 1997).
Iklim
Tanaman stroberi dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan
600 – 700 mm/tahun. Lamanya penyinaran cahaya matahari yang di butuhkan dalam
pertumbuhan adalah 8 – 9 jam setiap harinya. Stroberi adalah tanaman subtropis yang
dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi tropis yang memiliki temperatur 17 –
20o C. Kelembaban udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman stroberi anatara 80 –
90 % (Anonimus, 2005).
Tanah
Jika ditanam di kebun, tanah yang di butuhkan adalah tanah liat
berpasir,subur, gembur, mengandung banyak bahan organik, tata air dan udara baik,
derajat keasaman tanah (ph tanah) yang ideal untuk budidaya stroberi di kebun adalah
5.4 – 7.0, sedangkan untuk budidaya di pot adalah 6.5 – 7.0. Jika di tanam di kebun
maka kedalaman air tanah yang disyaratkan adalah 50-100 cm dari permukaan tanah.
Jika di tanam di dalam pot, media harus memiliki sifat poros, mudah merembeskan
air da unsure hara selalu tersedia. Ketinggian tempat yang memenuhi syarat iklim
tersebut adalah 1.000 – 1.500 meter dpl. (Anonimus, 2005).
11
Bercak Daun Mycosphaerella Fragariae
Bercak
daun
stroberi
disebabkan
oleh
cendawan
ascomycetes,
Mycosphaerella Fragariae (Tul.) Lindau (bentuk aseksualnya, Ramularia tulanei
Sacc). Penyakit ini sekrang ditemukan di beberapa kultivar stroberi. (Dale dan Fulton,
1957). Penyakit ini tersebar luas di seluruh dunia. Selain Indonesia (Anonim
1987/1988), penyakit ini juga di laporkan di Malaysia, Thailand dan Filipina
(Benigno dan Quebral, 1977; Giatgong, 1980; Singh, 1980; Triharso et al., 1975).
Spesies Mycosphaerella mampu beradaptasi pada berbagai ekosistem yang
berbeda mulai dari saprofit, pathogen tanaman sampai hiperparasitik (de Hoog et al,
1991; Goodwin et al, 2001; Jachson et al, 2004, Arzanlou et al, 2007).
Mycosphaerella merupakan pathogen tanaman yang menyebabkan kerugian
ekonomipada berbagai tanaman inang di seluruh dunia (Farr et al, 1995; Croos and
Braun, 2003).
Biologi
Konidiofor berkelompok pada stomata hialin atau berwarna gelap. Konidia
hialin, pada umumnya bersel 2 berbentuk tabung (cylindrical), dan berada dalam
rangkaian yang pendek (Streets, 1980). Ascinnya silindris dan umumnya uniseliate,
dinding tipis, ascospora kecil yang di batasi oleh septa dengan ujung bagaian atas
membulat (Crous et al, 2000).
Gejalah Penyakit
Kerusakan akibat Mycosphaerella biasanya mengakibatkan devoliasi yang
menurunkan kemampuan fotosintesis tanaman (carlier et al 2000; Marin et al. 2003).
12
Bercak yang di hasilkan oleh M. fragariae berbeda, tergantung kultivar inang dan
kondisi lingkungan selama infeksi (Fall, 1951; Maas, 1987; nemec, 1987, dalam
Carisse et al, 2000)
Gejalah pertama dari penyakit ini adalah adanya luka kecil pada permukaan
daun muda. Luka kemudian membesar, membentuk satu atau lebih bercak-bercak
melingkar dengan diameter 3 samapai 6 mm. karena bercak-bercak ini membesar,
bagian tengah berubah warna dari abu-abu keputihan dan dikelilingi dengan batas
warna kemerah-merahan, oleh karena itu sebabnya di namakan bercak mata burung.
Bagian temgah yang lebih terang membedakan bercak daun dari daun terbakar, yang
di sebabkan oleh Diplocarpon earliana, dan menampakkan bercak-bercak kecil ungu
gelap. Bila kondisi cuaca menguntungkan, bercak bertambah besar dan bersatu,
menyebabkan seluruh daun mongering dan mati. Semua bagaian atas dari tanaman,
khususnya sepala, akhirnya dapat juga diserang dan bintik-bintik hitam dapat
kelihatan pada buah sakit ketika penyakit ini mencapai tingkat epidemic (Dale dan
Fulton, 1957).
13
Gambar 1. Gejala Serangan M. Fragariae pada tanaman stroberi
Bercak kecil ungu tua pada daun, pusat bercak berwarna coklat yang akan
berubah menjadi putih (Anonim, 2005). Sisih bawah tulang daun yang bersinggungan
dengan bercak berwarna ungu kemerahan. Seluruh daun dapat mati. Infeksi dapat
terjadi pada tangkai daun, tangkai buah dan buah (Semangun, 2003).
Daur Hidup
Perithesia dan sklerotia keluar, spora (konidia) menghasilkan fruiting bodi
yang kecil dan gelap pada bagaian daun yang luka, dan menjadi sumber inokulum.
Konidia menepel pada permukaan daun dan menghasilkan tabung kecambah yang
terus melakukan penetrasi melalui lubang alami daun (stomata). Konidia yang baru
menghasilkan kelompok konidifor yang tumbuh pada stomata. Konidia ini di bawah
oleh percikan air hujan ke daun baru, konidia menhasilkan infeksi pada daun baru.
14
Dari hasil penelitian serangan yang berat terjadi pad adaun muda dan waktu yang
diperlukan adalah 12 - 96 jam (Heindenreich and Turechek, 2000).
Faktor yang Mempengaruhi Penyakit
Infeksi oleh bawaan udarah (air boorne) biasanya paling baik terjadi dalam
setetes air, baik air hujan, kabut maupun embun. Air yang bebas terutama penting
untuk jamur yang memiliki soospora. Kelembaban yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan pertumbuhan sukulentis pada tumbuhan dan ini dapat mengurangi
ketahanan terhadap parasit.
Kelembaban kebun di pengaruhi oleh beberapa factor misalnya kerapatan
tanaman, pohon pelindung yang terlalu rimbun, angin, topografi. Suhu dapat
mempengaruhi banyaknya spora yang berkecambah, demikian pula kecepatan dan
tipe perkecambahan. Pada umumnya suhu minimum untuk perkecambahan spora
adalah 1-3o C dan suhu maksimum adalah 30-36o C.
Spora yang basah lebih peka terhadap hambatan oleh sinar. Spora yang sudah
mulai berkecambah juga lebih peka terhadap sinar. Radiasi sinar dapat menyebabkan
jamur mengalami mutasi dan mati. Secara tidak langsung sinar dapat mempengaruhi
kelembaban.
Serangga dan manusi dapat menyebarkan pathogen, pathogen menempel di
tangan dan pada saat menyentuh tanaman baru, pathogen tadi akan tinggal di tanaman
baru.
15
Pada tanaman yang subur biasanya muncul penyakit karat, embung tepung
sedangkan pada tanaman yang lemah biasanya muncul penyakit bercak daun dan
busuk akar (Semangun, 2001).
Menurut
Purnomo
(1997)
factor
lingkungan
yang
sangat
penting
mempengaruhi perkembangan epidemic penyakit tanaman yaitu kelembaban dan
suhu.
Kelembaban
Kelembaban yang berlebihan, berlangsung lama atau terjadi berulang kali,
baik dalam bentuk hujan, embun atau kelembaban relative merupakan factor yang
sangat membantu perkembangan epidemic penyakit. Penyakit yang dipengaruhi
kelembaban misalnya penyakit yang disebabkan oleh fungi (bercak daun, hawar,
embung tepung, karat, antraknose), bakteri (bercak, hawar, busuk), dan nematode.
Kelembaban mempengaruhi pertanaman tanaman inang menjadi sukulen dan rentan,
meningkatkan sporulasi fungi dan perbanyakan bakteri. Kelembaban rendah dalam
beberapa
hari,
akan
dapat
mencegah
terjadinya
semua
langkah-langkah
perkembangan penyakit, sehingga epidemic terhambat atau terhenti.
Suhu
Kadang-kadang epidemi penyakit tanaman lebih berkembang karena pengaruh
suhu yang lebih rendah atau lebih tinggi di banding dengan kisaran suhu optimum
bagi tanaman inang. Kisaran suhu tertentu dapat menurunkan tingkat ketahan
horizontal dan pada tingkat tertentu mungkin dapt menurunkan bahkan mematahkan
ketahan vertical yang dibentuk oleh gen mayor. Tanama yang tumbuh pada keadaan
16
kisaran suhu tersebut akan mengalami ‘stres’ dan terdisposisi terhadap penyakit,
sedangkan pathogen tumbuh dengan lebih baik dibanding inangnya. Suhu juga dapat
menurunkan jumlah inokulum dan vector yang dapat bertahan hidup. Pengaruh suhu
terhadap pathogen biasanya pada tingkat-tingkat yang berbeda dari pathogenesis,
misalnya pada : perkecambahan spora atau penetasan telor, penetrasi ke inang,
pertanaman, reproduksi, penyerangan inang atau pada sporulasi. Apabila pada tingkat
kejadian,
kisaran
suhu
menguntungkan,
maka
pathogen
polisiklik
dapat
menyelesaikan daur penyakitnya dalam waktu pendek dan tetap member peluang
berkembangnya epidemik.
Pengendalian Penyakit
Penyakit ini dapat di kendalikan dengan menanam di tanah yang drainase
baik, mengendalikan gulma, memperhatikan jarak tanaman. Jika diperlukan tanaman
dapat di semprot dengan fungisida tembaga, zineb, ferbam atau kaptan (Pathak, 1976
dalam Semangun, 2003).
Menurut Scherer (1989) dalam Schmid et. al (2005) pengendalian bercak
daun stroberi juga dapat di lakukan denga sanitasi daun. Tetapi belum ada laporan
ilmiah yang tersedia. Beberapa laporan menunjukkan bahwa pengelolaan yang
terbaik dari bercak daun adalah tanaman resisten (Janick and Wiliams, 1959; Maas,
1987; Nemec, 1971).
17
Nimba (Azadirachta Indica A. Juss)
Deskripsi
Tanaman nimba termasuk kedalam family meliacea. Tanaman ini biasa di
sebut dengan nimba (neem, imba, membha, mempheuh dan intaran). Tanaman ini
merupakan jenis pohon cepat tumbuh dan selalu hijau sepanjang tahun, suka cahaya
dan agak tahan terhadap kekeringan. Batang tanaman lurus dan berkayu keras
(lignosus), memiliki banyak cabang, dengan ketinggian pohon berkisar anatara 7 - 20
meter dan lingkar batang dapat mencapai 100 cm. batang berkulit tebal dan agak
kasar (Anonim, 1992).
Tanaman nimbi tumbuh pada daerah subhumid sampai semiarid dengan curah
hujan 450-750 mm/tahun, dengan ketinggian tempat 0-670 m dpl, dapat tumbuh pada
daerah kering dan panas tanpa irigasi. Di Indonesia pohon nimbi dijumpai di
sepanjang pantai utara Jawa, dari Indranayu sampai Banyuwangi, pasu-ruan,
Lamongan,
Nganjuk,
Jombang,
Bilitar,
Pono-rogo,
Madiun,
Bojonegoro,
Bondowoso, Gianyar,Negara, dan Lombok Timur. Nimba dapattumbuh ditanah
kering dan miskin hara, dangkal, bahkan tanah salin. (Rahim,1998).
Ekologi
Di Indonesia pohon nimbi kebanyakan tumbuh liar dan belum banyak
dimanfaatkan, kecuali kayunya sebagai bahan bakar. Petani sepertinya kurang
menaruh perhatian terhadap keberadaan pohon nimbi yang tumbuh liar tersebut.
Tanaman nimbi dapat beradaptasi secara luas didaerah tropis (Benge, 1996). Di
Indonesia, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah dengan
18
ketinggian sekitar 800 m dpl. Daerah yang cocok bagi perkembanagan tanaman nimbi
adalah daerah kering dengan suhu udara antara 22oC-28oC, curah hujan 300
mm/tahun,kelembaban udara antara 30%-60% dan merupakan tempat terbuka yang
cukup mendapat cahaya matahari. Namun tanaman ini masih toleran terhadap suhu
yang lebih tinggi dan curah hujan 400-1.200 mm/tahun (Anonim, 1992).
Kandungan dan Kegunaan
Bagian tanaman yang diketahui mengandung senyawa aktif sebagai insektisida
adalah daun dan biji, namun yang terbanyak adalah dalam biji nimba. Senyawa yang
terdapat dalam tanaman ini terdiri dari campuran 4 senyawa alami utama yang aktif
sebagai insektisida yang termasuk kedalam kelompok triterpen yang lebih spesifik
disebut limonoids. Disamping itu terdapat 20 senyawa lain yang perannya sebagai
insektisida belum jelas. Keempat senyawa utama tersebut masing-masing adalah
Azadirachtin, senyawa ini paling banyak terdapat dalam biji nimba, dan dalam 1
gram biji kira-kira terdapat 2-4 mg azadirachtin namun ada juga yang sampai 9 mg.
bahan aktif ini tidak langsung membunuh, namun akhirnya akana dapat mematikan
serangga melalui mekanisme menolak makan,
mengganggu pertumbuhan dan
reproduks. Secara structural, senyawa ini menyerupai hormone acdysones pada
serangga,
yang berfungsi mengontrol
proses metamorfosis pada serangga.
Meliantriol, senyawa ini dalam konsentrasi yang sangat rendah mampu menolak
serangga untuk makan sehingga akhirnya serangga mati kelaparan. Salanin, senyawa
ini juga termasuk kelompok triterpen yang mempunyai daya kerja sebagai
penghambat makan, namun tidak mempengaruhi proses ganti kulit pada serangga.
19
Ada serangga tertentu yang sangat terpengaruh oleh senyawa ini, beberapa
diantaranya belalang, lalat rumah, kumbang ketimun dan kumbang jepang. Nimbin,
senyawa ini dilaporkan mempunyai
daya kerja sebagai antivirus, sehingga
mempunyai potensi untuk digunakan sebagai pengendali virus yang menyerang
taaman dan ternak (Anonim, 1996).
Maja (Cresjentia cujete L)
Deskripsi Tumbuhan
Maja (crescentia cujete) berasal dari family Bignoniaceae merupakan tanaman
hijau yang dapat tumbuh dengan cepat, merupakan tanaman perdu, tinggi 8-10 m dan
diameter batang sekitar 25 cm. batang yang pendek berkayu biasanya lurus dan
terdiri dari
cabang-cabang yang horizontal dan menyimpul.Daun majemuk,
menyirip, lonjong, tepi rata, ujung meruncing, pangkal membulat, panjang 10-15 cm,
lebar 5-7 cm, bertangkai pendek, hijau, dengan petualangan daun menyirip. Bunga
tunggal, dicabang dan ranting kelopak bentuk corong, hijau pucat, benang sari ada
empat, sepanjang ± 2 cm, putik berwarna putih dengan panjang ± 2 cm, kepala putik
berbentuk cotong dan warna putih, mahkota berbentuk bibir warnah putih. Buah buni,
bulat licin berdiameter ± 2 cm pada saat mudah dan ± 20 cm. Pada saat matang
matang, hijau kekuningan, kulit buah mengayuh tebal dan sering di gunakan sebagai
wadah tempat air. Biji berbentuk kitak, panjang kurang lebih 5 mm berwarna coklat.
Tanaman ini berakar tunggang putih kotor (Anonim, 2004)
20
Kandungan Bahan Aktif
Terdapat 9 % tannin didalam daging buah, pada kulit berisi hingga 20%.
Tannin juga terdapat dalam daun. Minyak dasar pada daun berisi d-limione, 56% a-dphellandrene,cineol,citronellal,citrate; 17% p-cyrnene, 5% cumin aldehyde. Daundaun mengandung alkalid 0-(3,3 dimetilalil) – N-ethoxy – 2-(4-methoksiphenil)
ethilcinnamida, N-2-metoksi-2-(4-)3,3-dimethialloksi penil) etilcinnamida, dan N-2metoksi-2-(4-metoksipenil)-etilcinnamida. Dxaging buah juga mengandung saponin.
Ekstaksi dari biji-biji dalam bentuk minyak asitri dan berwarna kuning berisi 15,6 %
asam palmitic, 8,3 % asam stearic, 28, 7 % linoleik dan 7,6 % asam linolenik. Daun,
batang, dan buah C. cujete memepunyai kandungan kimia, saponin, polisenol.
Disamping itu, buahnya juga mengandung flavanoid (Anonim, 2004).
Kegunaan
Buah C. cujete berasa pahit, berbau tajam, yang dapat di gunakan sebagai
penurun demam. Air rebusan kulit pohon di pakai untuk memebersihkan luka/borok
dan daun mudanya yang telah di tumbuk di gunakan untuk kompres pada sakit kepala
(heyne, 1987). Selain itu, daun berkhasiat sebagai obat luka baru dan daging buahnya
sebagai obat pencahar. Untuk obat luka baru di pakai ± 10 gr daun C. cujete, di cuci
dan di tumbuk halus kemudian di tempelkan pada bagian yang luka, lalu di balut
dengan kain bersih.
Tumbuhan maja dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati terutama bagian
buahnya karena mempunyai rasa yang pahit, berbusa dalam air,mempunyai sifat
deterjen yang baik, beracun pada binatng berdarah dingin, mempunyai aktivitas
21
haemolisis, merusak sel darah merah, menurut Harborne (1996), salah satu
kandungan kimia dari buah maja adalah saponin memberikan rasa pahit dan dapat
menghambat pertumbuhan yang pada tumbuhan merupakan senyawa aktif permukaan
dan bersifat sebagai sabun, serta dapat di deteksi berdasarkan kemampuan
membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Menurut novisan (2002), peran sabun
yaitu sebagai bahan untuk melakukan ekstraksi pestisida biologi dan sebagai bahan
untuk pelarut minyak dan air. Lebih lanjut Harborne (1996) mengemukakan bahwa
senyawa golongan saponin berdasarkan strukturnya adalah merupakan senyawa
glikosida, yaitu metabolic sekunder yang banyak terdapat di alam, terdiri dari gugus
gula yang berikatan aglikon atau sapongenin. Senyawa ini bersifat racun bagi
binatang berdarah dingin. Oleh karena itu da[pat di gunakan untuk pengendalian
hama tertentu. Senyawa flavanoid menurut hakim dkk (1998) dapat menghambat
transportasi asam amino leusin dan bersifat toksisitas terhadap serangga. Senyawa
folifenol adalah asam felonik merupaka anti mikroba yang mempunyai kemampuan
tinggi dalam memproteksi oksidasi yang di sebabkan oleh radikal bebas dan dapat
menjegah serangga hama atau penyakit.
Sirih
Tanaman yang berasal dari india dan srilangkah ini dikenal sejak 600 tahun
SM. Bentuk daun bulat telur melebar, elips melonjong dengan pangkal seperti
jantung dan ujung meruncing pendek. Senyawa yang terkandung didalamnya yang
terbesar adalah Chavicol dan Betlephenol. Senyawa Chavicol memiliki daya
antiseptic yang kuat (Suharso, 2003).
22
Pengamatan secara kasar di lapangan menunjukkan bahwa daun sirih jarang
ditemui terserang Phytophthora palmivora. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
cairan perasan berpengaruh terhadap pertumbuhan koloni dan pembentukan
klamidiospora. Pada uji perkecambahan zoospore, cairan perasan mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap panjang tabung kecambah (Darsam, dkk, 1994).
Tembakau
Tembakau dimana seperti yang kita ketahui bahwa kandungan yang dimiliki
oleh tembakau yaitu dimana tembakau memiliki kandungan senyawa nikotin dimana
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tersebut terungkap bahwa senyawa
nikotin (C10H14N2) dengan kesamaan indeks 94 yang mempunyai toksisitas 83%
(efektif).
23
Download