PEMANFAATAN HIDROGEL DAN PUPUK ORGANIK

advertisement
PEMANFAATAN HIDROGEL DAN PUPUK ORGANIK
SEBAGAI PEMBENAH TANAH DALAM REHABILITASI
LAHAN KRITIS BERBASIS MIMBA (Azadirachta indica
A.Juss.) DI DAERAH KERING
Oleh :
Ogi Setiawan
Ryke Nandini
Ogi Setiawan
Ryke Nandini
Kementerian Kehutanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu
i
© 2013 Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu (BPTHHB)
Ogi Setiawan, Ryke Nandini.
Pemanfaatan Hidrogel dan Pupuk Organik sebagai Pembenah Tanah dalam Rehabilitasi
lahan Kritis Berbasis Mimba (Azadirachta indica A.Juss).
Foto dan ilustrasi : Ogi Setiawan
BPT HHBK
Jl. Dharma Bhakti No. 7, Desa Langko, Kec. Lingsar,
Lombok Barat, NTB.
Telp.(0370) 6175552
Fax.(0370) 6175482
Email : [email protected]
Website : balithut-mataram.org
ii
Daftar Isi
Daftar Isi ...................................................................................... i
Kata Pengantar ............................................................................ii
1.
Apa itu lahan kritis ? ............................................................. 1
2.
Rehabilitasi lahan kritis ........................................................ 2
3.
Bagaimana strategi pemilihan jenis untuk rehabilitasi ? ....... 2
4.
Jenis mimba untuk rehabilitasi lahan kritis di daerah kering . 3
5.
Pemanfaatan pembenah tanah ............................................ 4
6.
Apa manfaat penggunaan pembenah tanah dalam
rehabilitasi lahan kritis di daerah kering ?............................. 4
7.
Bagaimana tahapan teknis di lapangan untuk rehabilitasi
berbasis mimba dengan pemanfaatan pembenah tanah ? ... 6
8.
Penutup ............................................................................... 9
Bahan Bacaan ........................................................................... 9
i
Kata Pengantar
Luas lahan kritis dari tahun ke tahun semakin meningkat, bahkan
diperkirakan laju peningkatan luas lahan kritis lebih cepat dari laju
upaya rehabilitasi. Fenomena ini juga terjadi di daerah yang
beriklim kering. Faktor pembatas yang banyak dijumpai pada
lahan kritis daerah kering adalah sumberdaya air dan unsur hara.
Salah satu jenis potensial yang dapat dikembangkan dalam
kerangka rehabilitasi lahan kritis di daerah kering adalah Mimba
(Azadirachta indica A.Juss).
Untuk mendukung kebehasilan pengembangan mimba pada
rehabilitasi lahan dapat memanfaatkan bahan pembenah tanah
(soil conditioner). Pemanfaatan bahan pembenah ini diharapkan
mampu memberikan kondisi lingkungan yang mendukung
pertumbuhan mimba. Pemilihan bahan pembenah tanah sedapat
mungkin disesuaikan dengan sumberdaya lokal yang tersedia.
Booklet ini dibuat untuk memberikan gambaran tentan lahan
kritis, rehabilitasi, pembenah tanah dan pemanfaatannya dan
sekilas teknis di lapangan. Akhirnya semoga informasi yang
disajikan dapat berguna.
Mataram, 2013
Penulis
ii
1. Apa itu lahan kritis ?
-
-
-
Lahan kritis merupakan lahan yang mengalami proses
kerusakan baik secara fisik, kimia maupun biologi
sehingga akan menghilangkan fungsinya seperti fungsi
hidrologis, orologis, produksi, permukiman, sosial
ekonomi dan lingkungan.
Secara umum lahan kritis timbul sebagai akibat
ketidaksesuaian antara pemanfaatan dan
kemampuannya.
Lahan kritis mempunyai beberapa faktor pembatas
sehingga hanya sedikit tanaman yang mampu tumbuh.
Untuk lahan kritis di daerah kering seperti pulau
Sumbawa (NTB) dan Nusa Penida (Bali) faktor pembatas
yang dominan adalah unsur hara dan air.
Kotak 1.
Hasil analisis kondisi lahan di lokasi Sumbawa dan Nusa
Penida
Pada tahun 2010 telah dilakukan penelitian manipulasi lingkungan
dalam mendukung keberhasilan penanaman mimba di lahan kritis di
Sumbawa, NTB dan Nusa Penida, Bali. Kegiatan ini berlanjut sampai
dengan 2013. Pada tahun pertama telah dilakukan analisis kondisi
lahan dan sifat tanah sebelum kegiatan yang menunjukkan adanya
faktor pembatas berupa unsur hara dan sumberdaya air.
Hasil analisis kondisi lingkungan di kedua lokasi sebagai berikut
Parameter pengamatan
Topografi
Kemiringan lereng
CH (mm/tahun)
Bulan Kering (bulan)
Suhu
pH H2O
C organik (%)
N total (%)
P tersedia (ppm)
K tersedia (ppm)
KTK (cmol/kg)
Nusa Penida
Sumbawa
Berat
curam
616
4-8
21-35
8,.5(agak alkalis)
2,0(rendah)
0,2( rendah)
0,3(sangat rendah)
177,0(sangat tinggi)
10,9(rendah)
Sedang
Landai-curam
453
4-8
21-33
6,18 (agak asam)
1,54 (rendah)
0,12 (rendah)
10,31 (sangat rendah)
243,29 (sangat tinggi)
24,6 (sedang)
1
2. Rehabilitasi lahan kritis
-
-
-
Dari tahun ke tahun luas lahan kritis semakin meningkat
dan dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan
lainnya oleh sebab itu perlu direhabilitasi. Luas lahan kritis
di Indonesia pada tahun 2011 dengan kategori agak kritis,
kritis dan sangat kritis mencapai 81.664.294,90 ha. Di
Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk kategori kritis dan
sangat kritis mencapai 91.859 ha dan di Bali mencapai
48.052 ha.
Rehabilitasi lahan kritis pada dasarnya adalah upaya
memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan
kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara
optimal baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata
air, maupun sebagai unsur perlindungan alam dan
lingkungannya.
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan diselengaarakan
melalui kegiatan Reboisasi, Penghijauan, Pemeliharaan,
Pengkayaan tanaman, atau Penerapan teknik konservasi
tanah.
3. Bagaimana strategi pemilihan jenis untuk
rehabilitasi ?
-
-
Jenis yang dikembangkan dalam rangka rehabilitasi lahan
kritis dapat didasarkan pada kesesuaian lahan, aspirasi
masyarakat, ketersediaan pasar, dan potensi
pengembangan di masa yang akan datang.
Untuk lokasi lahan kritis di daerah kering, jenis yang akan
dikembangkan juga harus mempunyai tingkat adaptasi
yang relatif tinggi terhadap faktor pembatas yang ada
khususnya sumberdaya air dan unsur hara.
2
4. Jenis mimba untuk rehabilitasi lahan kritis di
daerah kering
-
Salah satu jenis yang sesuai untuk rehabilitasi lahan kritis
di daerah kering adalah mimba.
Mimba mempunyai berbagai manfaat diantaranya
a) biji memiliki kandungan bahan aktif yang berfungsi
sebagai pestisida, insektisida dan fungisida
b) bungkil mimba (ampas pengepresan) juga ditemukan
sangat baik sebagai bahan pembuatan pupuk dan
untuk pemulsaan
c) getah yang terdapat dalam lapisan kayu mimba bisa
digunakan untuk lem
d) daun mimba yang dicampur dengan makanan terbukti
baik untuk memperbaiki kondisi pencernaan serta
sebagai bahan dasar produk lainnya.
Kotak 2. Sekilas tentang Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
Mimba (Azadirachta indica JUSS) termasuk famili meliaceae dengan
nama daerah intaran dan mimba. Tinggi pohon mimba dapat
mencapai 20 m dan gemangnya 100 cm. Batangnya agak bengkok
dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran
besar. Gubalnya berwarna kelabu, terasnya berwarna merah dan
keras (Heyne, 1987). Pohon mimba memiliki akar tunggang yang
dalam dan perakaran sekunder berupa akar serabut, dengan
demikian tanaman mimba dapat mengambil unsur hara dan
makanan serta air dari lapisan tanah yang paling dalam, sehingga
tanaman mimba dapat bertahan hidup di daerah yang sangat kering
sekalipun. Selain itu struktur akar yang sering menyamai tinggi
pohonnya menjadikan tanaman mimba sebagai penahan air dan
tanah sehingga dapat mengantisipasi kekeringan dan erosi. Adapun
tajuknya yang rimbun dan selalu hijau sepanjang tahun mampu
menyerap polutan seperti SO4. (Putri dan Widyani, 2007)
3
5. Pemanfaatan pembenah tanah
-
-
-
Untuk mengatasi faktor pembatas khususnya unsur hara
dan air dalam rangka rehabilitasi lahan kritis berbasis
mimba di daerah kering, dapat memanfaatkan pembenah
tanah (soil conditioner).
Bahan pembenah tanah merupakan bahan-bahan sintetis
atau alami/bahan organik atau mineral berbentuk padat
atau cair yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan
biologi tanah. Salah satu pembenah tanah sintetis adalah
hidrogel dan yang alami adalah pupuk organik.
Secara garis besar, bahan pembenah tanah dibedakan
menjadi 2 yaitu : alami dan sintetis (buatan pabrik).
Berdasarkan senyawa pembentukannya juga dapat
dibedakan menjadi 2 yakni pembenah organik (termasuk
hayati) dan pembenah anorganik.
6. Apa manfaat penggunaan pembenah tanah
dalam rehabilitasi lahan kritis di daerah
kering ?
-
-
Pemanfaatan pembenah tanah diharapkan mampu :
a) memantapkan agregat tanah untuk mencegah erosi
dan pemcemaran,
b) merubah sifat hidrophobic dan hidrofilik, sehingga
merubah kapasitas tanah menahan air (water holding
capacity)
c) meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah.
Beberapa bahan pembenah tanah juga mampu menyuplai
unsur hara tertentu, meskipun jumlahnya relatif kecil dan
seringkali tidak semua unsur hara yang terkandung dalam
bahan pembenah tanah dapat segera digunakan untuk
tanaman.
4
Kotak 3. Hasil penelitian penggunaan hidrogel dan pupuk organik
berbasis mimba di Sumbawa dan Nusa Penida Bali.
1. Lokasi Sumbawa.
Sampai dengan umur 2 tahun, perlakuan kombinasi antara hidrogel
dan pupuk organik mempunyai pertumbuhan tinggi dan diameter
rata-rata 156,4 cm dan 18,8 mm. Untuk perlakuan pupuk organik
saja pertumbuhan tinggi rata-rata adalah 112 cm dan diameter 11,3
mm. Perlakuan kombinasi hidrogel dan pupuk atau pupuk saja
mempunyai kandungan unsur hara (N, P, K), C-organik, KTK,
kerapatan bakteri, dan kadar air tanah yang lebih besar dari
perlakuan lainnya. Berikut beberapa kondisi tanaman mimba di
Sumbawa.
2. Lokasi Nusa Penida
Rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter yang terbesar sampai
umur 2 tahun ada pada perlakuan kombinasi hidrogel dan pupuk
organik yaitu 47,7 cm dan 5,96 mm, sedangkan terkecil adalah
perlakuan kontrol yaitu 17,9 cm dan 2,62 mm. Perlakuan kombinasi
hidrogel dan pupuk organik juga mempunyai lebar tajuk rata-rata
terbesar adalah pada yaitu 36,9 cm. Sampai dengan tahun ke-2,
sifat kimia, fisika dan biologi tanah secara umum adalah masih sama
5
dengan kondisi sebelum penanaman yang ditunjukkan oleh
kesamaan harkat. Berikut beberapa dokumentasi kondisi mimba di
Nusa Penida.
7. Bagaimana tahapan teknis di lapangan
untuk rehabilitasi berbasis mimba dengan
pemanfaatan pembenah tanah ?
Tahapan yang dilakukan dalam pemanfaatan pembenah
tanah dalam rehabilitasi lahan kritis sama halnya dengan
penanaman pada umumnya. Adapun tahapannya adalah
penyiapan bibit, pembersihan, pembuatan lubang tanam,
penanaman dan pemeliharaan tanaman.
a) Pembibitan dapat dilakukan secara generatif (bibit berasal
dari biji, dengan umur bibit siap tanam 6 bulan) dan
secara generatif (stek batang, stek akar, cangkok atau
kultur jaringan).
6
Gambar 1. Pembibitan mimba secara generatif
b) Pembersihan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
jalur dan babat habis. Adapun kegiatan pembersihan
dapat berupa membersihkan semak, alang-alang, rumputrumputan, atau menebang sisa-sisa pepohonan sehingga
sedemikian rupa mudah untuk melakukan kegiatan
selanjutnya yaitu pembuatan lubang dan penanaman.
Gambar 2. Kegiatan pembersihan lapangan
7
c) Pembuatan lubang tanam. Lubang tanam yang digunakan
berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm. Setengah tanah
galian bagian atas dipisahkan penempatannya dengan
setengah tanah galian bagian bawah. Pada tanah galian
atas dicampur dengan hidrogel (1:1), atau pupuk organik
(5 kg) atau hidrogel dan pupuk organik. Hidrogel yang
akan dicampur sebelumnya sudah dilarutkan dalam air
secukupnya sehingga mengembang.
Tanah
atas
Tanah
bawah
40 cm
40 cm
Gambar 3. Lubang tanam untuk penanaman mimba
d) Penanaman. Penanaman dilakukan pada awal musim
hujan. Jarak tanam yang dapat digunakan adalah 3 m x 3
m atau 2 m x 2 m.
Tanah atas + hidogel
atau pupuk organik
atau keduanya
Tanah
bawah
40 cm
40 cm
Gambar 4. Kegiatan penanaman mimba
8
e) Pemeliharaan. Pemeliharaan tanaman dimaksudkan
untuk memacu pertumbuhan tanaman sedemikian rupa
sehingga dapat diwujudkan keadaan optimum bagi
pertumbuhan tanaman. Pada tahun pertama dilakukan
melalui kegiatan penyulaman, pengendalian gulma,
penyiangan, pendangiran dan pemupukan. Sedang pada
tahun ke dua cukup dilakukan kegiatan pengendalian
gulma dan pendangiran saja.
8. Penutup
-
-
Pemanfaatan pembenah tanah baik sintetis maupun
organik merupakan salah satu alternatif yang dapat
digunakan dalam rehabilitasi lahan kritis di daerah kering.
Pemilihan jenis pembenah tanah disesuaikan dengan
kondisi di lapangan khususnya ketersediaan sumberdaya
lokal. Sedapat mungkin pemilihan bahan pembenah
tanah tetap diprioritaskan pada bahan-bahan yang murah,
dan bersifat insitu.
Bahan Bacaan
Ahmed, S. dan Idris, S. 1997. Azadirachta indica A.H.L. Juss.
Dalam Proseabase. Faridah Hanum, I dan van der
Maesen, L.J.G. (Editors). PROSEA (Plant Resources of
South-East Asia) Foundation, Bogor, Indonesia. http://
www.proseanet.org. Diakses 5 Januari 2011
Basri, H.M. 2010. Apa itu Hydrogel? url:
www.inkhydrogel.blogspot.com. Diakses 15 Februari 2010
BPT HHBK. 2012. Ujicoba penyiapan lahan dalam mendukung
keberhasilan penanaman mimba di Sumbawa. Laporan
Hasil Penelitian. BPT HHBK. Mataram. Tidak
dipublikasikan.
9
BPT HHBK. 2012. Ujicoba Teknik Manipulasi Lingkungan dalam
Rehabilitasi Lahan Kritis dengan Jenis Mimba di Nusa
Penida, Bali. Laporan Hasil Penelitian. BPT HHBK.
Mataram. Tidak dipublikasikan.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan
Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta
Jamilah. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan
Kelengasan terhadap Perubahan Bahan Organik dan
Nitrogen Total Entisol. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.
Kementerian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia
Tahun 2011. Kementerian Kehutanan. Jakarta.
Kartosoewarno, S. 2006. Hydrogel. Kuntum Nurseries. Bogor.
Putri, K.P. dan N. Widyani. 2007. Potensi Tanaman Mimba
Sebagai Bahan Pestisida Nabati untuk Hutan Tanaman
Rakyat di Sumatra Barat. Prosiding Seminar Teknologi
Perbenihan untuk Peningkatan Produktifitas Hutan
Tanaman Rakyat di Sumatra Barat. Solok, 7 November
2007
Tewari, D.N. 1992. Monograph on Neem (Azadirachta indica A.
juss.). International Book Distributing. India.
10
Download