Ditemukan Makam Elit Pangeran Abad Ke

advertisement
Ditemukan Makam Elit Pangeran Abad
Ke- 5 SM
9 Mar 2015
Dan baru-baru ini tim arkeolog Perancis telah menemukan
bukti baru dari zaman besi awal. Sejak Oktober 2014 arkeolog
telag menggali makam elit pangeran yang terkubur dalam
sebuah kompleks pemakaman monumental luar biasa, sebuah
tempat di pinggir Lavau wilayah Champagne. Kuburan
kremasi dan gundukan melingkar dipisahkan oleh parit
ditetapkan pada akhir Zaman Perunggu sekitar tahun 1300800 SM. Penggalian makam elit Lavau menambah
pengetahuan arkeologis tentang fenomena pangeran dari awal
Zaman Besi di Eropa Barat.
Dalam penggalian itu, bukti arkeologis berada di tengahtengah gundukan berukruan diamater 40 meter. Mereka
menemukan fosil yang terbaring bersama keretanya di ruang
pemakaman seluas 14 m2. Temuan makam elit ini merupakan
salah satu yang terbesar yang pernah diidentifikasi oleh
arkeolog, diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-5 SM atau
dikenal sebagai periode Hallstatt.
Makam Elit Pangeran Abad Ke-5 SM
Di makam itu terisi barang penguburan yang biasanya
diterapkan pada kaum elit tertinggi periode Hallstatt.
Penggalian makam elit ini juga menemukan kuali perunggu
diameter sekitar 1 meter, bentuknya melingkar yang dihiasi
dengan kepala dewa sungai Yunani, Acheloos yang diwakili
ukiran bertanduk, berjenggot, dengan telinga banteng dan tiga
kumis, dan bagian tepi juga dihiasi dengan delapan kepala
singa betina.
Penerus kerajaan selama awal Zaman Besi diperkirakan
seorang prajurit dan pedang besi dan seorang wanita
mengenakan gelang perunggu dalam padat. Sekitar tahun 500
SM, parit sedalam hampir tiga meter bersatu menjadi makam
elit kuno tunggal seorang pangeran.
Karya seni dianggap Etruscan atau berasal dari Yunani,
didalam kuali terdapat kendi keramik Attic yang dihiasi
dengan tokoh-tokoh berwarna hitam. Salah satunya Dionysus
yang digambarkan dalam sebuah adegan perjamuan khas
Yunani, berbaring di bawah pohon anggur dan menghadap
pada seorang wanita. Kendi ini dianggap berasal dari wilayah
paling utara, dan mencerminkan kecintaan kaum elit Celtic
dalam sebuah pesta.
Akhir abad ke-6 dan awal abad ke-5 SM telah ditandai dengan
pengembangan kegiatan ekonomi di kota Etruscan dan
Yunani Barat, khususnya Marseilles. Pada waktu itu orangorang mencari budak, logam dan barang berharga lainnya
termasuk amber, dimana pedagang Mediterania datang dan
berhubungan langsung dengan masyarakat Celtic.
Mereka berperan penting dalam hal komunikasi khususnya
Loire, Seine, Saone, Rhine, Danube, dimana orang-orang
mengambil keuntungan dari lalu lintas perdagangan. Kaum
elit memperoleh banyak barang mewah yang saat ini
ditemukan terkubur bersama pemiliknya di gundukan
Heuneburg dan Hochdorf di Jerman, salah satuya makam elit
ini dan yang terletak di Bourges, Vix.
Referensi
Decouverte en France d’une nouvelle tombe princiere du Ve siecle avant notre ere, 05 March
2015, by INRAP
Reruntuhan Kuil Kuno Trypillian Ukraina
Berusia 6000 Tahun
23 Okt 2014
Penggalian arkeologi menemukan jejak sejarah orang-orang
Trypillian yang hidup sekitar tahun 5400-2700 SM. Daerah ini
membentang luas dari Piedmont Carpathian sebelah timur sampai
Sungai Dnipro, dan selatan sampai tepi laut Hitam. Tim arkeolog
yang dipimpin Dr Mykhailo Videiko dari Kyiv Institute of
Archaeology telah menemukan reruntuhan sebuah kuil kuno berusia
6000 tahun disebuah desa Trypillian, berdekatan dengan Nebelivka,
Ukraina.
Nama budaya Trypillian berasal dari desa Trypillia diwilayah Kyiv,
Ukraina, artefak peradaban kuno yang ditemukan pertama kali
ditemukan pada tahun 1896. Budaya ini ditandai adanya pertanian
maju, pengembangan metalurgi, pembuatan gerabah, arsitektur
canggih dan organisasi sosial, termasuk proto-kota pertama yang
pernah berdiri didaratan Eropa. Hasil penemuan ini dipresentasikan
secara rinci pada acara 20th Annual Meeting of the European
Association of Archaeologists di Istanbul, Turki.
Temuan Kuil Kuno Trypillian, Ukraina,
Temuan yang berhasil dikumpulkan berupa panci besar dan mangkuk
kecil, ditemukan didalam ruang kuil kuno bagian selatan. Masyarakat
Trypillian termasuk matriarkal, perempuan biasanya bekerja sebagai
ibu rumah tangga, mereka melakukan pekerjaan pertanian dan
membuat berbagai tembikar, tekstil dan pakaian. Sementara para pria
terbiasa berburu, menjaga hewan ternak dan membuat peralatan
lainnya.
Dalam hal ini, arkeolog mengususlkan bahwa aspek penting dalam
temuan budaya Trypillian adalah kehancuran pemukiman secara
periodik. Masing-masing situs yang dihuni mungkin berkisar seumur
hidup, 60 sampai 80 tahun. Beberapa pemukiman telah direkonstruksi
diatas tingkat tingkat kehidupan sebelumnya, mereka melestarikan
bentuk bangunan dan orientasi bangunan kuil kuno.
Sementara itu, arkeolog menemukan sisa-sisa pembakaran
pemukiman yang tujuannya masih di perdebatan kalangan ilmuwan.
Reruntuhan pembakaran ditemukan pada salah satu bangunan kuil
kuno Trypillian selama penggalian terakhir di Trypillian. Situs ini
bisa diartikan sebagai sebuah kuil besar, mungkin telah dibangun
sejak tahun 4000 SM. Menurut Dr Videiko dan Dr Nataliia Burdo dari
Kyiv Institut Arkeologi, situs kuil kuno merupakan bangunan yang
terdiri dari dua lantai, terbuat dari kayu dan tanah liat yang dikelilingi
halaman. Lantai pertama terdiri dari lima kamar, dan altar keluarga
terbuat dari tanah liat yang berada di lantai dasar.
Para arkeolog berkeyakinan, bahwa mereka mempunyai semua bukti
dan motif untuk menentukan kebenaran kuil utama yang pernah
berdiri di desa. Pembangunan kuil ini memerlukan tenaga kerja yang
sepadan dengan pembangunan beberapa lusin rumah biasa.
Rancangan dan beberapa fitur struktur kuil kuno menjelaskan analogi
kuil-kuil yang pernah didirikan pada milineium ke-5- hingga ke-4
SM, srtuktur yang dikenal sejak penggalian di Anatolia dan
Mesopotamia.
Panjang kuil diperkirakan sekitar 60 meter dan lebar 21 meter,
keseluruhan orientasi hampir mengarah ke timur dan barat. Di dalam
kuil, ditemukan sisa-sisa delapan platform tanah liat yang mungkin
telah digunakan sebagai altar, dan dua tempat buah berisi batu di
dalamnya. Altar terlihat seperti dicat permukaannya, dan dekorasi
umumnya dikenal masyarakat Volodymyrivka, Maydanetske dan situs
Trypillian lain diwilayah ini, begitupula model tembikar yang dibuat
dirumah sebagai hasil kerajinan tangan.
Bahan konstruksi kuil kuno berupa tanah liat dengan berbagai jenis
pencampuran. Platform tanah liat dan podium dibuat menggunakan
tanah liat campuran. Kondisi ini terlihat pada platform lantai dan sisa
tanah liat selama periode pembangunan ketika struktur yang sudah
ada. Bukti ini merujuk langsung pada pembangunan atap,
memungkinkan dugaan bahwa semuanya tampak seperti pembuatan
tembikar rumahan.
Bentuk kerajinan yang mereka buat umumnya melengkung, mungkin
pembuatannya terkesan terburu-buru. Selain itu, bukti dekorasi yang
dibuat dengan tanah liat juga ditemukan di situs berupa fragmen
patung-patung mirip manusia, tembikar, liontin emas dan tulang
manusia ditemukan disekitar kuil kuno Trypillian Ukraina.
Referensi
20th Annual Meeting of the European Association of Archaeologists
in Istanbul, Turkey. Last Journal: The planning of the earliest
European proto-towns: a new geophysical plan of the Trypillia megasite of Nebelivka, Kirovograd Domain, Ukraine. Antiquity Volume
088 Issue 339 March 2014. Large and small pot, Image credit to
Nataliia Burdo, Mykhailo Videiko.
Alat Batu Manusia Purba Tertua Di Turki Berusia 1,2 Juta
Tahun
24 Des 2014
Temuan kali ini cukup menarik, arkeolog telah menemukan bukti alat
batu tertua yang pernah ditemukan di Turki. Menurut arkeolog,
temuan ini mengungkapkan bahwa manusia melewati pintu gerbang
dari wilayah Asia menuju ke Eropa lebih awal dari dugaan
sebelumnya sekitar 1,2 juta tahun yang lalu.
Tim arkeolog mempublikasikan hasil penemuan alat batu manusia
purba dalam jurnal Quaternary Science Reviews edisi akhir Desember
2014. Analisis ini menjelaskan serpihan kuarsit pekerjaan manusiawi,
bukti peninggalan kuno sungai Gediz di Turki barat, dan memberikan
wawasan baru sejak kapan dan bagaimana manusia purba tersebar
dari Afrika dan Asia.
Temuan Alat Batu Manusia Purba Turki
Budaya dan masyarakat terdahulu masih bertahan menggunakan alat
batu hingga saat ini, kebanyakan alat batu terhubung erat dengan
masyarakat prasejarah terutama kebudayaan zaman batu yang telah
musnah. Para arkeolog seringkali mempelajari masyarakat prasejarah
dan mengacu kepada ilmu yang mempelajari alat batu sebagai analisis
litik. Alat batu dipergunakan untuk membuat berbagai macam variasi
alat yang berbeda dalam catatan parailmuwan sebelumnya. Termasuk
diantaranya mata panah, mata tombak, dan batu penggiling.
Bahan pembuatan alat batu manusia purba berupa batu inti atau
kepingan batu, Sedangkan orang yang membuat alat batu disebut
sebagai pemangkas batu. Alat batu terbuat dari kepingan batu,
biasanya terbuat dari bahan Kriptokristalin seperti rijang, radiolarit,
kalsedon, basalt, Qwartz, dan obsidian melalui proses yang disebut
reduksi litik. Salah satu cara sederhana dalam proses reduksi adalah
dengan memukul batu inti menggunakan batu palu atau benda yang
mirip dengannya.
Para peneliti dari Royal Holloway, University of London, juga
bergabung dengan tim internasional dari Inggris, Turki dan Belanda.
Mereka menggunakan peralatan presisi tinggi untuk menentukan
tanggal awal aliran sungai kuno. Studi ini menjelaskan kerangka
periode pertama yang akurat ketika manusia menduduki wilayah
tersebut.
Bukti awal penggunaan alat batu manusia purba diperkirakan sekitar
3,4 juta tahun yang lalu. Alat batu Oldowan berusia sekitar 2,6 juta
tahun berasal dari periode Paleolitik Bawah yang ditemukan di Gona,
Etiopia. Alat batu Oldowan menyebar ke seluruh Afrika walaupun
arkeolog belum bisa memastikan Hominid mana yang
menyebarkannya.
Beberapa
arkeolog
berspekulasi
bahwa
Australopithecus Garhi telah menyebarkannya, yang lainnya
berpendapat bahwa alat batu manusia purba disebarkan oleh Homo
habilis.
Homo habilis merupakan hominin yang menggunakan alat batu
dengan teknologi Oldowan yang paling banyak di Afrika. Sekitar 1,9
hingga 1,8 juta tahun lalu, teknologi tersebut diwariskan kepada
Homo erectus. Pembuatan alat batu ini kemudian keluar dari Afrika
dan dibawa oleh Homo erectus hingga ke pulau Jawa pada tahun 1,8
juta tahun lalu dan Cina utara sekitar 1,6 juta tahun lalu.
Menurut profesor Danielle Schreve dari Departemen Geografi Royal
Holloway, penemuan ini sangat penting untuk membangun waktu dan
rute penyebaran manusia purba ke wilayah Eropa. Analisis ini
membuktikan bahwa serpihan tersebut merupakan salah satu artefak
awal pertama dari Turki yang pernah tercatat. Alat batu manusia
purba berada di dataran banjir dimana hominin awal pernah
berkembang lebih dari satu juta tahun yang lalu.
Para arkeolog menggunakan presisi tinggi radioisotopic dan
pengukuran palaeomagnetic dari aliran lava. Keduanya
menghasilkan data sebelum dan sesudah pembentukan aliran sungai,
hal ini juga membuktikan bahwa manusia purba yang ada diwilayah
itu berkembang antara 1,24 juta hingga 1,17 juta tahun yang lalu.
Sebelumnya, fosil hominin tertua di Turki Barat ditemukan pada
tahun 2007 di Kocabas, tetapi penanggalan alat batu dan temuan lain
tidak pasti.
Profesor Schreve mengatakan, serpihan itu sangat menarik, arkeolog
telah mempelajari sedimen di tikungan berliku-liku dan mereka
menemukan batu merah muda di permukaannya. Ketika Schreve
membaliknya dan melihat lebih jelas, fitur ini sangat jelas
menggambarkan artefak pemukul. Kerjasama dengan ahli geologi dan
ahli sejarah, tim ini mampu menempatkan kronologi untuk
menemukan sekaligus memberi cahaya baru perilaku manusia purba.
Referensi
Scientists discover oldest stone tool ever found in Turkey, 23 December 2015. by University
of
Royal
Holloway
London.
Journal ref: The earliest securely-dated hominin artefact in Anatolia? Quaternary Science
Reviews, 2015; 109: 68 DOI: 10.1016/j.quascirev.2014.11.021
Artefak Manusia Purba 1 Juta Tahun
Ditemukan Di Afrika Selatan
27 Jul 2014
Akhir bulan ini, dunia dikejutkan dengan temuan arkeologi dari
penggalian sebuah situs arkeologi di Kathu, provinsi Semenanjung
Utara Afrika Selatan. Arkeolog telah menemukan puluhan ribu
artefak manusia purba yang diduga berasal dari Zaman Batu,
termasuk kapak tangan dan peralatan lainnya yang dibuat sekitar 1
juta tahun lalu.
Penggalian ini dilakukan oleh para arkeolog dari University of Cape
Town (UCT), South Africa and the University of Toronto (U of T),
dan bekerja sama dengan McGregor Museum di Kimberley, Afrika
Selatan. Mereka mempublikasikan temuan dalam jurnal terbuka PLoS
One edisi 24 Juli 2014, merupakan salah satu artefak manusia purba
awal terkaya periode prasejarah di Afrika Selatan, dan berumur
700,000 hingga 1 juta tahun.
Temuan Artefak Manusia Purba Situs Kathu
Steven James Walker seorang arkeloh UCT, sekaligus penulis utama
makalah mengatakan bahwa artefak manusia purba yang ditemukan
sangat menakjubkan dan dalam keadaan terancam. Arkeoloh telah
bekerja sebaik mungkin agar pengembangannya diperluas lebih lanjut
dan meminta South African Heritage Resources Agency untuk
melestarikannya, dimana saat ini kota Kathu berkembang pesat di
sekitar lokasi. Mereka berharap, situs ini tidak menjadi korban
perluasan pembangunan kota yang nantinya bisa disesalkan kemudian
hari.
Kota Kathu merupakan pusat pertambangan besi, menurut Walker
bahwa fakta situs prasejarah menjelaskan luas wilayah yang terletak
di tengah-tengah zona pengembangan intensif akan menimbulkan
tantangan unik dikalangan arkeolog dan pengembang untuk
menemukan strategi bekerja sama.
Situs Kathu merupakan salah satu komponen pengelompokan situs
prasejarah yang dikenal sebagai Kompleks Kathu. Situs lain di
kompleks ini termasuk Kathu Pan 1 juga menyimpan fosil hewan
seperti kuda nil dan gajah purba, serta bukti fosil awal yang dikenal
sebagai peralatan tombak berasal dari periode setengah juta tahun
yang lalu.
Ditahun 2013, penggalian wilayah kota Kathu berhasil mendapatkan
puluhan ribu peralatan batu seperti serpih dan peralatan inti. Situs ini
mungkin memiliki fungsi yang lebih beragam yang bisa membuka
misteri perkembangan nenek moyang manusia. Michael Chazan,
direktur Archaeology Centre di U of T menekankan, tantangan ilmiah
yang ditimbulkan justru menemukan jejak aktivitas dan artefak
manusia purba di daerah ini.
Arkeolog yang tergabung dalam penggalian perlu membayangkan
pemandangan di sekitar situs Kathu yang mendukung populasi besar
adanya nenek moyang manusia. Demikian pula fosil gajah purba dan
hewan besar lainnya seperti kuda nil, semua indikasi menunjukkan
bahwa kota Kathu dahulu jauh basah, mungkin seperti wilayah
Okavango daripada Kalahari. Arkeolog tidak meragukan keberadaan
kompleks Kathu, situs ini menyajikan kesempatan unik untuk
menyelidiki evolusi nenek moyang manusia purba di Afrika Selatan.
Referensi
Earlier Stone Age artifacts found in Northern Cape of South Africa, 24 July 2014, by
University of Toronto. Journal Ref: Kathu Townlands: A High Density Earlier Stone Age
Locality in the Interior of South Africa, PLoS ONE, July 24, 2014.
Migrasi Manusia Keluar Afrika
Disebabkan Perubahan Iklim
4 Mar 2015
Sejak kapan migrasi manusia keluar dari Afrika? Perdebatan seputar
migrasi populasi manusia keluar dari Afrika terus berlanjut,
sepertinya tak akan berakhir sampai disini. Dua hipotesis dominan
mengenai kontra waktu terjadinya migrasi, dan bagaimana peran Arab
serta perubahan iklim mempengaruhi migrasi ini?
Studi ini ditulis Ash Parton, disebutkan bahwa penyebaran populasi
manusia purba dari Afrika terkait dengan perubahan iklim dan kondisi
lingkungan Arab. Meskipun saat ini kering, gurun Arab diduga pernah
berubah menjadi danau air tawar dan sistem sungai masih aktif pada
waktu itu. Situasi ini meningkat secara dramatis dimana curah hujan
merupakan hasil intensifikasi dan perpindahan Monsoon dari
Samudera Hindia, yang menyebabkan curah hujan mencapai beberapa
wilayah di Semenanjung Arab.
Migrasi Manusia Keluar Afrika
Salah satu hipotesis menyebutkan bahwa populasi manusia
berkembang pesat dari Afrika ke Asia Selatan melalui garis pantai
Saudi sekitar 50,000 hingga 60,000 tahun yang lalu. Model lain
menunjukkan bahwa penyebaran manusia atau migrasi manusia
keluar dari Afrika hingga ke pedalaman Arab jauh lebih awal sekitar
75,000 hingga 130,000 tahun yang lalu.
Migrasi manusia keluar dari Afrika terbagi dalam beberapa fase,
ketika peningkatan curah hujan ikut berperan dalam menyediakan air
tawar yang cukup untuk mendukung perkembangan populasi
manusia. Analisis ini menyajikan catatan 'Aggradation Aluvial Fan'
yang unik dari Arabia tenggara mencakup periode sekitar 160,000
tahun. Wilayahnya diduga terletak disepanjang penyebaran rute
selatan, urutan aluvial fan Al Sibetah mengisyaratkan catatan yang
unik dan sensitif tentang perubahan lanskap di Arabia tenggara.
Catatan ini merupakan arsip terestrial paling komprehensif yang
diperoleh dari Semenanjung Arab, dan memberi bukti untuk beberapa
episode iklim lembab selama dua periode glasial dan interglasial.
Bukti urutan aluvial fan Al Sibetah ditunjukkan melalui isolasi
maxima, dimana peningkatan curah hujan monsun menyebabkan
aktivasi sistem drainase dan berkembangnya padang rumput diseluruh
wilayah, hal ini penting bagi penyebaran populasi manusia purba.
Sebelumnya, periode peningkatan kelembaban disebagian besar
wilayah terkait dengan interglasial global, iklim Saudi selama periode
glasial diyakini terlalu kering untuk mendukung populasi manusia.
Ilmuwan beranggapan bahwa periode peningkatan curah hujan bukan
disebabkan oleh deglasiasi Lintang Pertengahan Tinggi yang terjadi
setiap 100,000 tahun, tetapi disebabkan periode radiasi matahari
maksimum terjadi setiap 23,000 tahun.
Terjadinya periode iklim lembab sebelumnya diidentifikasi melalui
bukti endapan danau atau catatan Speleothem yang menyoroti
kompleksitas dan heterogenitas Paleoklimatik Arab. Hal ini
menunjukkan bahwa jalur interior migrasi melalui Semenanjung Arab
mungkin layak huni setiap 23,000 tahun, dan ini juga pernah terjadi
sekitar 191,000 tahun yang lalu.
Referensi
Out of Africa: Did humans migrate quickly and all-at-once or in phases based on weather?,
19 February 2015, by Geological Society of America.
Journal Ref: Alluvial fan records from southeast Arabia reveal multiple windows for human
dispersal. Geology, 2015; DOI: 10.1130/G36401.1
Ditemukan ‘Gen Asing’ Pada Manusia Dan
Hewan
16 Mar 2015
Analisa ilmuwan kali ini cukup mengejutkan, mereka
menyatakan beberapa hewan bahkan termasuk manusia,
memiliki gen aneh atau gen 'asing'. Gen ini diduga terdapat
dan berkembang pada mikroorganisme yang pernah hidup
dilingkungan zaman kuno. Menurut ilmuwan bahwa analisis
ini mungkin jauh dari pandangan sebenarnya tentang HGT
pada hewan, dan HGT langsung antara organisme multisel
yang kompleks juga masuk akal, proses ini sudah dikenal
umum dalam hubungan parasit.
Studi
ini
cukup
menjelaskan,
dimana
ilmuwan
mempublikasikan analisis dalam jurnal Genome Biology.
Analisa ini menantang pandangan konvensional bahwa
evolusi hewan hanya mengandalkan gen yang diwariskan
melalui jalur leluhur. Tetapi disini justru menunjukkan, bahwa
setidaknya proses tersebut masih berlangsung dalam beberapa
garis keturunan.
Studi HGT, Temuan Puluhan Gen Asing
Penelitian ini memiliki dampak potensial lebih umum
terhadap Genom Sequencing, proyek genom sering
mengeluarkan urutan bakteri dari hasil asumsi yang
menyatakan adanya kontaminasi. Sementara analisis
kontaminasi sangat diperlukan, tidak boleh mengabaikan
potensi urutan bakteri menjadi bagian asli pada genom hewan
berasal dari HGT.
Menurut analisa, transfer gen antara organisme yang hidup di
lingkungan yang sama dikenal sebagai transfer gen horizontal
atau HGT (Horizontal Gene Transfer). Situasi ini dikenal
dalam organisme bersel tunggal dan dianggap sebagai proses
penting yang menjelaskan seberapa cepat bakteri berkembang,
contohnya resistensi terhadap antibiotik.
Dalam hal ini, ilmuwan berpendapat bahwa HGT diduga
berperan penting dalam evolusi beberapa hewan, termasuk
cacing Nematoda yang telah menerima gen dari
mikroorganisme dan tanaman. Begitupula beberapa kumbang
yang menerima gen bakteri yang menghasilkan enzim untuk
mencerna buah kopi.
Tetapi gagasan HGT terjadi pada hewan dan yang lebih
kompleks seperti pada manusia, bukan semata-mata
mendapatkan gen langsung dari nenek moyang dimana
sebelumnya hal ini telah diperdebatkan kalangan ilmuwan.
Menurut Alastair Crisp dari University of Cambridge-Inggris,
analisa ini merupakan studi pertama yang menunjukkan
seberapa luas transfer gen horizontal terjadi pada hewan,
termasuk manusia. Sehingga situasi ini telah menimbulkan
puluhan atau ratusan gen 'asing' yang masih aktif. Tetapi
yang paling aneh, HGT telah memberikan kontribusi terhadap
evolusi, bahkan mungkin saja terjadi pada semua hewan
dimana proses ini terus berlangsung. Dengan kata lain,
ilmuwan mungkin perlu mengevaluasi kembali bagaimana
pandangan baru pengetahuan genetik dan yang mempengaruhi
evolusi.
Ilmuwan mempelajari genom yang diperoleh dari 12 spesies
Drosophila atau lalat buah, empat spesies cacing Nematoda
dan 10 spesies primata termasuk manusia. Mereka
menghitung seberapa jauh gen sejalan dengan gen yang sama
(pada spesies lain) untuk memperkirakan seberapa besar
kemungkinan mereka berubah menjadi gen 'asing' di awal
perkembangan.
Dengan membandingkan dengan kelompok lain pada spesies,
ilmuwan memperkirakan berapa lama gen yang mungkin telah
diperoleh. Beberapa gen diantaranya termasuk gen golongan
darah ABO, dikonfirmasi telah diakuisisi oleh vertebrata
melalui HGT. Sebagian besar gen lain berkaitan dengan
enzim yang terlibat dalam metabolisme.
Bukti pada manusia mengkonfirmasi 17 gen yang sebelumnya
tercatat berasal dari HGT, dan mengidentifikasi 128 gen
asing tambahan dalam genom manusia yang sebelumnya
tidak tercatat.
Beberapa gen diduga terlibat dalam metabolisme lipid,
termasuk pemecah asam lemak dan pembentukan Glikolipid.
Yang lainnya terkait dengan respon imun termasuk respon
inflamasi, sel kekebalan tubuh dan Antimikroba. Sedangkan
kategori gen lebih lanjut termasuk metabolisme asam amino,
protein dan modifikasi aktivitas antioksidan.
Tim ilmuwan mengidentifikasi kelas kemungkinan asal mula
transfer organisme gen. Diantaranya bakteri dan protista,
kelas lain mikroorganisme yang merupakan pendonor paling
umum disemua spesies yang telah dipelajari. Mereka juga
mengidentifikasi HGT pada virus yang diduga telah
menyebarkan lebih dari 50 gen asing pada primata.
Beberapa gen diidentifikasi berasal dari jamur, dugaan ini
menjelaskan penelitian sebelumnya yang hanya terfokus pada
bakteri sebagai sumber HGT. Dimana awalnya ilmuwan
menolak gagasan bahwa gen ini adalah 'asing'. Mayoritas
HGT ditemukan pada primata kuno, hal ini terkadang terjadi
antara nenek moyang Chordata dan nenek moyang primata.
Referensi
Some genes 'foreign' in origin and not from our ancestors, 12 March 2015, by BioMed
Central via EurekAlert. T7 RNA polymerase (blue) producing a mRNA (green) from a DNA
template, image courtesy of Wikimedia Commons.
Journal Ref: Expression of multiple horizontally acquired genes is a hallmark of both
vertebrate and invertebrate genomes. Genome Biology, 2015; 16 (1) DOI: 10.1186/s13059015-0607-3
Download