analisis pengendalian internal atas pengelolaan keuangan

advertisement
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PENGELOLAAN
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
(STUDI KASUS DI KABUPATEN SORONG SELATAN,
PROVINSI PAPUA BARAT)
Ahmad Ridwan
[email protected]
Kav. Alam Segar A12, Pamulang – Tangerang
ABSTRAK
Hasil Pemeriksaan BPK RI terhadap Tahun Anggaran 2006 menyatakan pengelolaan
keuangan di Kabupaten Sorong Selatan belum memadai. Dengan mempergunakan
metode penelitian Lapangan, Riset Pustaka, dan pemahaman pendekatan SPI OKP6
dilakukan penilaian terhadap Pengendalian internal Pemerintah Daerah, dan ditemukan
beberapa titik kritis yang harus diperhatikan oleh Pemerintah Daerah. Dengan
mengidentifikasi permasalahan dan membuat pengendalian internal yang baik
diharapkan Pemerintah Daerah dapat melakukan penatausahaan keuangan sesuai dengan
Peraturan yang berlaku.
Kata Kunci: Pengendalian Internal, Pemerintah Daerah
PENDAHULUAN
Pengendalian Intern dalam suatu perusahaan, lembaga, organisasi maupun perkantoran
mutlak menjadi hal utama dan dangat dibutuhkan, karena kegiatan operasional dan
kinerja memerlukan suatu kebijakan khusus yang mampu mengakomodasikan dan
memberikan batasan serta ketentuan khusus dalam setiap pelaksanaan kegiatannya dan
kesemuaanya itu dapat terlaksana dengan baik apabila suatu lembaga, organisasi
maupun perusahaan memiliki suatu sistem pengendalian intern yang baik.
Mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 bahwa
setiap SKPD diberikan kewenangan untk mengelola secara mandiri sumber sumber
dana dan kegiatan operasionalnya yang meliputi perencanaan, penganggaran,
penatausahaan, pengakuntansian, pelaporan dan pertanggung jawaban daerah.
Dalam pelaksanaannya pengelolaan keuangan pada Kantor Pemerintah
Kabupaten Sorong Selatan sampai dengan saat ini masih banyak yang perlu
diperhatikan. Hal tersebut disebabkan oleh potensi, baik penyimpangan maupun
kesalahan, yang disajikan dalam pernyataan laporan keuangan daerah. Hal tersebut
diindikasikan dengan adanya temuan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
pada laporan keuangan tahun 2006, yang menyatakan bahwa Pelaksanaan
Penatausahaan Keuangan Daerah dalam rangka pengelolaan keuangan daerah Tahun
Anggaran 2006 belum memadai.
TELAAH PUSTAKA
Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen
1
Suatu sistem merupakan cara tertentu untuk melaksanakan suatu serangkaian aktivitas.
Sistem yang dipergunakan oleh manajemen dalam pengendalian aktivitas suatu
organisasi disebut sistem pengendalian manajemen (Anthony, 2005).
Sistem merupakan sekelompok elemen yang saling terkait yang bekerja secara
terkoordinasi untuk mencapai tujuan/sasaran tertentu. Terkait dengan pengendalian
intern, sistem pengendalian intern (SPI) adalah semua kebijakan dan prosedur yang
dirancang untuk memberikan keyakinan memadai kepada manajemen bahwa organisasi
akan mencapai tujuan dan sasarannya. Tujuan SPI secara umum adalah sebagai berikut.
1. Keandalan pelaporan keuangan. Sebagai bagian dari fungsinya, manajemen
bertanggungjawab menyusun laporan keuangan untuk para pemegang saham,
kreditur, maupun pihak-pihak terkait lainnya.
2. Efesiensi dan efektivitas kegiatan organisasi. Prosedur-prosedur pengendalian
dalam organisasi merupakan sarana untuk mendorong penggunaan sumberdaya
organisasi secara efisien dan efektif dalam rangka mengoptimalisasikan tujuan
organisasi.
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan yang berlaku. Beberapa peraturan tersebut
tidak terkait secara langsung dengan akuntansi, seperti perlindungan lingkungan
dan undang-undang perdata. Beberapa peraturan lainnya terkait dengan akuntansi
organisasi, seperti undang-undang perpajakan dan tindak pidana korupsi.
Struktur/Kerangka Pengendalian Intern
Dalam praktek, terdapat beberapa struktur/kerangka (framework) pengendalian intern
yang dijadikan acuan oleh organisasi dalam mengembangkan sistem pengendalian
intern.
1.
Committee of Sponsoring Organizations (COSO) Pengendalian intern –
Integrated Framework
COSO merupakan suatu komite yang disponsori lima organisasi profesi di Amerika
Serikat yang dibentuk untuk menindaklanjuti rekomendasi The National Commission on
Fraudulent Financial Reporting, atau yang disebut juga Treadway Commission, terkait
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam pelaporan keuangan
perusahaan. Kelima organisasi profesi yang mensponsori pembentukan COSO adalah
IIA (Institute of Internal Auditors), AICPA (American Institute of Certified Public
Accountants), FEI (Financial Executive Institute), AAA (American Accounting
Association), dan IMA (Institute of Management Accountants).
2. Criteria of Controls (CoCo—The Canadian Institute of Chartered Accountants
(CICA)
Dengan mengacu pada model COSO, para akuntan di Kanada mengembangkan model
pengendalian intern yang lebih ‘ramah pengguna’ dan lebih terstruktur sehingga dapat
digunakan sebagai pendekatan pemeriksaan. Model ini disebut sebagai Criteria of
Controls (CoCo). Model ini terdiri dari empat komponen dan komponen-komponen
tersebut digunakan untuk mengklasifikasikan 20 kriteria. Komponen dan kriteria model
Coco adalah sebagai berikut (Sawyer, 2005).
2
Gambar 2.1 Komponen Pengendalian Intern (Sumber: COSO)
3.
OKP6
Sejalan dengan CoCo, dengan mengacu pada COSO para internal pemeriksaan yang
tergabung dalam IIA menyusun panduan yang lebih operasional untuk
mengimplementasikan COSO. Panduan ini kemudian dikembangkan di Indonesia yang
kemudian diberi nama OKP6. Komponen OKP6 terdiri atas bagian-bagian berikut
(Sawyer, 2005).
Dasar Hukum Pengelolaan Keuangan Daerah
Reformasi keuangan daerah ditandai dengan diberlakukannuya UU no. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintah Daerah dan UU nomor 25 Tahun 1999 tentang PErimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang menggantikan UU nomor 5 Tahun
1956 tentang PErimbangan Keuangan Antara Negara dengan daerah yang mengurusi
Rumah Tangganya sendiri. Keuangan Daerah di era prareformasi dan era (pasca)
reformasi memiliki cirri yang berbeda.
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penilaian sistem pengendalian internal yang berkembang di Indonesia yaitu
OKP6, yang merupakan penilai sistem pengendalian intern yang mengacu pada COSO
yang dibuat oleh IIA dan menjadi panduan yang lebih operasional dalam
pengimplementasian COSO.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sistem Pengendalian Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan
Pelaksanaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah untuk Tahun
Anggaran 2007 di Kabupaten Sorong Selatan diselenggarakan berdasarkan Permendagri
13 Tahun 2006. Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan juga baru diselenggarakan di
3
tingkat SKPKD (Satuan Kerja Penatausahaan Keuangan Daerah). Namun baru pada
tanggal 10 Oktober 2007 diterbitkan peraturan daerah baru yang memedomani
penyelenggaraan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah serta sistem
akuntansi dan pelaporan keuangan yang sesuai dengan praktik yang telah dilaksanakan
pada tahun 2007.
Organisasi
Unit organisasi yang menyelenggarakan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)
di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan:
a. Pada tingkat SKPKD (entitas pelaporan), yaitu Sub-bagian Pembukuan di Bagian
Keuangan Sekretariat Daerah. Sub-bagian ini yang melakukan proses pencatatan,
penggolongan, dan penyajian transaksi keuangan dalam laporan keuangan
pemerintah daerah. Dokumen sumber yang digunakan dalam pencatatan setiap
transaksi keuangan adalah Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) yang diterbitkan
oleh Bagian Keuangan, serta data SPJ dari SKPD yang merupakan hasil kegiatan
monitoring dan evaluasi SPJ yang dilakukan oleh sub-bagian verifikasi ke setiap
SKPD.
b. Pada tingkat SKPD (entitas akuntansi), yaitu Bendahara. Dalam Pasal 13
Permendagri 13 Tahun 2006, yang bertugas melaksanakan akuntansi dan
menyiapkan laporan keuangan SKPD adalah pejabat penatausahaan keuangan (PPK)
SKPD yang tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang bertugas melakukan
pemungutan penerimaan negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK (Pejabat
Pelaksana Teknis Kegiatan). Akan tetapi karena jabatan ini secara struktural belum
dibentuk di SKPD, maka sementara sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di
SKPD masih dilaksanakan oleh Bendahara SKPD.
Kebijakan
Sebagai acuan dalam penyusunan LKPD, Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan telah
menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005. Akan tetapi pada
praktiknya, untuk tahun anggaran 2007 belum diterbitkan perda yang mengaturnya,
sehingga Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan belum sepenuhnya menerapkan
standar akuntansi yang dinyatakan dalam SAP.
Perencanaan dan Penganggaran
a. Perencanaan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) yang dibuat oleh pemerintah
daerah mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional berisi visi, misi,
dan arah pembangunan daerah.
RPJPD kemudian diterjemahkan ke dalam Rencana Jangka Panjang Menengah
Daerah (RPJMD) yang berisi, (1) strategi pembangunan daerah, (2) kebijakan umum,
(3) arah kebijakan keuangan, dan (4) program SKPD, lintas SKPD, kewilayahan, lintas
kewilayahan yang memuat kegiatan dalam kerangka regulasi dan kerangka anggaran.
Atas dasar RPJMD pemerintah daerah membuat rencana kerja untuk periode 1 (satu)
4
tahun yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah. Setiap SKPD
kemudian membuat Rencana Strategik (Renstra) dan Rencana Kerja (Renja) SKPD
yang masing-masing berpedoman pada RPJMD dan RKPD.
b. Penganggaran
Berdasarkan RKPD, pemerintah daerah menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) dan
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) untuk kemudian dibahas bersama
dengan DPRD.
Setelah KUA dan PPAS disepakati, maka kedua dokumen tersebut menjadi
dasar untuk penyusunan RKA di masing-masing SKPD. RKA-SKPD yang telah disusun
lalu dibahas oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) untuk kemudian
dikompilasi ke dalam Rancangan Peraturan Daerah mengenai APBD (RAPBD).
Tahap selanjutnya adalah pembahasan RAPBD oleh Pemda bersama DPRD.
RAPBD yang telah disetujui bersama antara Pemda dengan DPRD ditetapkan menjadi
Peraturan Daerah tentang APBD dan penjabarannya ditetapkan dengan Peraturan
Kepala Daerah.
Prosedur
a. Penyusunan Laporan Realisasi APBD
Laporan Realisasi APBD (LRA) untuk tahun yang berakhir sampai dengan tanggal 31
Desember 2007 disusun berdasarkan data dari kegiatan Monitoring dan Evaluasi SPJ
yang dilakukan oleh Bagian Keuangan Sekretariat Daerah di setiap SKPD. LRA disusun
berdasarkan dokumen sumber SPJ dari masing-masing SKPD. LRA tidak dihasilkan
dari rekonsilIasi LRA SKPD, karena SKPD belum membuat Laporan Realisasi
Anggaran sesuai SAP.
b. Penyusunan Neraca Pemerintah Daerah per 31 Desember 2007
Neraca Pemerintah Daerah seharusnya merupakan kompilasi laporan keuangan SKPD.
Namun dalam penyusunan Neraca Pemerintah Daerah per 31 Desember 2007, data yang
digunakan hanya berasal dari daftar inventaris SKPD. Laporan Neraca yang sesuai
dengan SAP belum disusun oleh SKPD pada Tahun Anggaran 2007.
c. Penyusunan Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah Untuk Tahun Yang Berakhir
Sampai Dengan 31 Desember 2007 Laporan Arus Kas (LAK) Pemerintah Daerah
disusun berdasarkan rekonsiliasi Bagian Keuangan dengan BUD. Laporan
pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan/Pengeluaran SKPD atas penggunaan uang
persediaan tidak digunakan sebagai dasar penyusunan LAK karena tidak dibuat oleh
SKPD.
Personalia
Penyelenggaraan sistem akuntansi dan pelaporan yang sesuai dengan SAP baik di
tingkat SKPKD maupun SKPD belum dapat berjalan lancar karena keterbatasan sumber
5
daya manusia. Tenaga pembukuan yang selama ini bertugas belum memiliki
kompetensi yang memadai karena latar belakang pendidikan yang bukan dari ilmu
ekonomi/akuntansi/keuangan.
Pencatatan dan Pelaporan
Dalam menyelenggarakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan di tingkat SKPKD,
Sub-bagian Pembukuan telah mengimplementasikan aplikasi (software) keuangan
daerah yaitu Sistem Informasi Manajemen Keuangan Daerah (SIMDA). Aplikasi ini
menggunakan SP2D dan SPJ sebagai dokumen sumber pencatatan transaksi-transaksi
keuangan (input penjurnalan), menggolongkannya berdasarkan akun-akun yang telah
didefinisikan sebelumnya (posting), dan menyajikannya dalam bentuk laporan keuangan
sebagai output. Di tingkat SKPD, implementasi aplikasi keuangan daerah belum
dilakukan, tetapi akan menjadi proyeksi di masa yang akan datang.
Pengawasan
a.
Pengawasan Melekat
Di Setiap SKPD, pengawasan melekat diselenggarakan oleh pengguna anggaran dalam
hal ini pimpinan SKPD. Penatausahaan keuangan yang belum tertib sebagaimana
diuraikan dalam hasil pemeriksaan dan pelaporan keuangan yang belum sesuai SAP
menunjukkan masih belum memadainya pengawasan yang dilakukan oleh pengguna
anggaran atas anggaran yang berada di bawah pengelolaannya. Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) sebagai mitra kerja pemerintah daerah juga belum
menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan APBD.
b. Pengawasan Intern
Badan Pengawasan Daerah (Bawasda) menyelenggarakan pengawasan atas pelaksanaan
APBD di lingkungan SKPD. Sampai saat ini, fungsi yang berjalan adalah pengawasan
kegiatan yaitu melakukan pemeriksaan atas kegiatan berdasarkan penagihan yang
diajukan rekanan sebelum dana atas kegiatan tersebut dicairkan. Atas kegiatan yang
prestasinya sesuai dengan penagihan, diberikan rekomendasi agar Bagian Keuangan
mencairkan dana kegiatan yang bersangkutan. Akan tetapi, fungsi pengawasan reguler
belum dapat berjalan lancar karena keterbatasan sumber daya aparatur yang ditunjukkan
dari laporan hasil pemeriksaan reguler dan tujuan tertentu yang lingkupnya masih
terbatas di beberapa SKPD yaitu Dinas Pertanian dan Dinas Pendapatan Daerah
Permasalahan dan Kelemahan SPI Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan
Tanpa mengurangi keberhasilan yang telah dicapai oleh Kabupaten Sorong Selatan, dari
hasil pemeriksaan atas sistem pembukuan dan penyusunan Laporan Keuangan serta
pelaksanaannya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Sorong Selatan yang
diuji, menunjukkan adanya kelemahan dalam pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern
(SPI) dalam unsur organisasi, kebijakan, prosedur, personalia, perencanaan,
pembukuan/pencatatan, pelaporan, dan pengawasan.
6
Penganggaran beberapa Belanja Daerah pada APBD Tahun 2007 tidak tertib
Penganggaran merupakan proses penyusunan rencana keuangan tahunan Pemerintah
Daerah terkait dengan pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah yang dibahas dan
disetujui Pemerintah Daerah dan DPRD yang kemudian ditetapkan dengan peraturan
daerah. Untuk menjamin agar penyusunan anggaran dalam hal ini APBD dapat disusun
dan dilaksanakan dengan baik dan benar, maka diatur landasan administratif dalam
pengelolaan anggaran daerah yang mengatur antara lain prosedur dan teknis
pengganggaran yang harus diikuti secara tertib dan taat azas.
Pengendalian realisasi beberapa Anggaran Belanja Daerah Tahun 2007
dilaksanakan tidak memadai
Dalam merealisasikan anggaran belanja daerah, pemerintah daerah dalam hal ini
pengguna anggaran harus melaksanakan dengan tertib, taat pada peraturan perundangundangan yang berlaku, serta memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan
daerah yang efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan asas keadilan dan kepatutan. Pengelolaan keuangan yang tertib dan taat
pada ketentuan berarti bahwa dalam merealisasikan anggaran selalu memperhatikan
peruntukan/tujuan dan kecukupan anggaran belanja yang bersangkutan atau tidak
melebihi plafon yang telah ditetapkan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.
Selain itu, dalam pelaksanaan anggaran harus dikelola dengan penuh tanggung jawab
yaitu harus didukung dengan bukti-bukti yang lengkap dan sah.
Pengklasifikasian, Pengendalian, dan Pengakuan Kas Dilakukan dengan Tidak
Tertib
Kas adalah uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan
untuk membiayai kegiatan pemerintahan. Saldo Kas yang dimaksud merupakan saldo
kas di Kas Daerah, Kas di Bendaharawan Pengeluaran (sisa uang muka) dan Kas di
Bendaharawan Penerimaan (penerimaan pendapatan yang belum disetor ke rekening
Kas Umum Daerah). Karena kas merupakan aset daerah yang paling likuid/lancar, maka
tingkat risiko kehilangan sangat besar sehingga diperlukan pengendalian yang cukup
memadai. Untuk itu perlu adanya pengelolaan kas yaitu antara lain dengan menetapkan
prosedur penerimaan, pengeluaran dan penatausahaan yang memadai sehingga bisa
menjamin kehandalan pengamanan aset daerah yang berupa kas tersebut.
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Menurut Permendagri
No. 13 Tahun 2006
Setelah teridentifikasi permasalahan pengelolaan keuangan pada Kantor Kabupaten
Sorong Selatan, Untuk mempermudah Pemerintah Daerah untuk mengelola
Penatausahaan Keuangan Daerah, penulis akan mencoba menggambarkan sistem
prosedur pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah yang sesuai dengan
Permendagri No.13 Tahun 2006 dan juga merupakan menjadi suatu pengendalian
internal oleh adanya pengawasan dari badan pemeriksa keuangan yang melaporkan hasil
pemeriksaannya kepada DPRD sebagai Badan Legislatif dan Pengawas Pemerintah
Daerah.
7
KESIMPULAN
Dengan mempergunakan pendekatan OKP6—Organisasi, Kebijakan, Perencanaan,
Prosedur, Personalia, Pencatatan, Pelaporan, dan Pengawasan—dan berlandaskan pada
Permendagri 13 Tahun 2006, ditemukan tiga kelemahan dan permasalahan yang dapat
diidentifikasikan dan diklasifikasikan. Ketiga masalah dan kelemahan tersebut adalah
sebagai berikut.
1. Penganggaran beberapa Belanja Daerah pada APBD Tahun 2007 tidak tertib.
2. Pengendalian realisasi beberapa Anggaran Belanja Daerah Tahun 2007 dilaksanakan
tidak memadai.
3. Pengklasifikasian, Pengendalian, dan Pengakuan Kas Dilakukan dengan Tidak
Tertib.
Sebagai upaya mewujudkan suatu pengelolaan keuangan yang dinamis dan
sesuai dengan azas umum pengelolaan keuangan daerah pada Kabupaten Sorong
Selatan, beberapa hal yang direkomendasikan untuk memperbaiki sistem pengelolaan
keuangan pada Kabupaten Sorong Selatan adalah sebagai berikut.
1.
2.
3.
Meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan keuangan daerah, baik melalui
sosialisasi maupun bimbingan teknis lainnya, sehingga Tim Anggaran Pemerintah
Daerah, Tim Anggaran DPRD, dan Pengguna Anggaran dapat melaksanakan
penganggaran secara tepat.
Pemberian sanksi, baik berupa teguran maupun sanksi lainnya, dan
memerintahkan kepada para Kepala SKPD agar merealisasikan belanja yang telah
definitif sebagaimana peruntukannya dan lebih tertib dalam menatausahakan
pertanggungjawaban, serta memberikan pemahaman bagi para Kepala SKPD dan
tenaga pembukuan di SKPD dalam bentuk pendidikan dan pelatihan tentang
keuangan daerah yang relevan.
a. Menerbitkan surat keputusan tentang penetapan rekening-rekening yang
dimiliki dan digunakan oleh Kas Daerah dan SKPD.
b. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi Bendahara pengeluaran
pembantu, Bendahara pengeluaran, serta tenaga pembukuan di SKPD agar
memiliki kompetensi yang memadai di bidang pelaporan keuangan.
c. Menegur dan memerintahkan kepala bagian keuangan untuk melakukan
pengawasan secara lebih intensif atas personilnya.
d. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi personil bagian keuangan
agar memiliki kompetensi yang memadai di bidang pelaporan keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, N. Robert. 2005. Management Control Systems. Edisi 11, Salemba Empat ,
Jakarta.
Bodnar, H. George et all. 2000. Sistem Informasi Akuntansi. Salemba Empat, Jakarta.
Sawyer, B. Lawrence 2005. Sawyer’s Internal Auditing.. Edisi 5, Salemba Empat,
Jakarta.
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta.
8
Republik Indonesia. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dan Daerah
_________. Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara
_________. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi
Keuangan Daerah
_________. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah
_________. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman Organisasi
Pemerintah Daerah.
_________. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
_________. Permendagri Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD
_________. Juknis LKPD - BPK RI Tahun 2007 tentang Pemahaman SPI
9
Download