Membumikan - Komisi Yudisial

advertisement
VOL. VII NO. 2. SEPTEMBER - OKTOBER 2012
MEDIA INFORMASI HUKUM DAN PERADILAN
Membumikan
Buletin Sept-Okt 2012_Cover_3.indd 1
HA LAP
AN KIM ORA
GK P N K
AT RO HU
BI GR SUS
CA ES
RA IF
Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat
Telp : 021 390 6215, Fax : 021 390 6215, PO BOX 2685
e-mail : [email protected]
website : www.komisiyudisial.go.id
Kode Etik & Pedoman
Perilaku Hakim
10/10/2012 10:59:06 AM
Dr. JAJA AHMAD JAYUS, S.H., M.HUM.
Ketua Bidang SDM, Penelitian dan
Pengembangan
H. ABBAS SAID, S.H., M.H.
Ketua Bidang Pencegahan dan
Pelayanan Masyarakat
Dr. SUPARMAN MARZUKI, S.H., M.Si.
Ketua Bidang Pengawasan Hakim
dan Investigasi
PROF. Dr. H. EMAN SUPARMAN, S.H., M.H
Ketua Komisi Yudisial
H. IMAM ANSHORI SALEH, S.H., M.HUM.
Wakil Ketua Komisi Yudisial
Dr. TAUFIQURROHMAN SYAHURI, S.H., M.H.
Ketua Bidang Rekruitmen Hakim
Dr. IBRAHIM, S.H., M.H., L.LM.
Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga
DASAR HUKUM
Pasal 24 B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Perubahan Undang-Undang
Nomor 22Tahun 2004 Tentang Komisi Yudisial.
WEWENANG
Mengusulkan Pengangkatan Hakim Agung dan Hakim Ad Hoc
di Mahkamah Agung kepada DPR untuk Mendapatkan Persetujuan
Menjaga dan Menegakkan Kehormatan, Keluhuran Martabat, serta Perilaku Hakim
Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH)
Bersama-sama dengan Mahkamah Agung
Menjaga dan Menegakkan Pelaksanaan KEPPH
TUGAS
MENGUSULKAN PENGANGKATAN HAKIM AGUNG
Komisi Yudisial Mempunyai Tugas :
Melakukan Pendaftaran Calon Hakim Agung
Melakukan Seleksi terhadap Calon Hakim Agung
Menetapkan Calon Hakim Agung
Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR
MENJAGA DAN MENEGAKKAN KEHORMATAN,
KELUHURAN MARTABAT, SERTA PERILAKU HAKIM
Komisi Yudisial Mempunyai Tugas :
Melakukan Pemantauan dan Pengawasan terhadap Perilaku Hakim
Menerima Laporan dari Masyarakat berkaitan dengan Pelanggaran KEPPH
Melakukan Verifikasi, Klarifikasi, dan Investigasi terhadap Laporan Dugaan Pelanggaran KEPPH Secara Tertutup
Memutuskan Benar Tidaknya Laporan Dugaan Pelanggaran KEPPH
Mengambil Langkah Hukum dan/atau Langkah Lain terhadap Orang Perseorangan, Kelompok Orang, atau Badan Hukum
yang Merendahkan Kehormatan dan Keluhuran Martabat Hakim
Mengupayakan Peningkatan Kapasitas dan Kesejahteraan Hakim
Meminta Bantuan kepada Aparat Penegak Hukum untuk Melakukan Penyadapan dan Merekam Pembicaraan
dalam hal Adanya Dugaan Pelanggaran KEPPH
Buletin Sept-Okt 2012_InsideCover.indd 1
JANGAN
BIARKAN
KEADILAN
TERKOYAK
10/10/2012 10:58:20 AM
VOL. VII - NO. 2. SEPTEMBER - OKTOBER 2012
DAFTAR ISI
28 | SELINTAS
Pengadilan Agama
Tulungagung
Teladan dari Bumi Lawadan
12 | LAPORAN UTAMA
Membumikan Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Hakim
Di kiprahnya yang sudah tujuh tahun, Komisi Yudisial terus berusaha
memberikan pemahaman menyeluruh kode etik dan pedoman perilaku hakim
kepada para pemangku kepentingan. Masih banyak tantangan yang harus
dihadapi. Kuncinya, pemahaman yang sama dan kerjasama yang erat.
3 | AKTUAL
40 | GALERI
Ragam kegiatan internal maupun
eksternal Komisi Yudisial. Sosialisasi,
seminar, audiensi dan lain-lain.
Pergulatan Independensi dan
Akuntabilitas Hakim: Tinjauan Etik dan
Hukum
20 | SUDUT HUKUM
49 | INTERNASIONAL
Tindak Pidana Lingkungan dalam
Sistem Hukum Lingkungan
Hukuman Berat untuk Pembantai
Harapan Komisi Yudisial Terhadap
Masyarakat dan Perguruan Tinggi
50 | KOMPARASI
24 | LEBIH DEKAT
Wahyu Widiana
Direktur Jenderal Badan Peradilan
Agama 2005-2012
Peradilan Agama Jangan Lagi
Dipandang Sebelah Mata
Consiglio Superiore Della Magistratura
52 | DOTKOM
Pengaduan Online:
Optimalisasi Laporan Masyarakat
32 | LAPORAN KHUSUS
Hakim Progresif
Angkat Bicara
Komunitas hakim yang
mengklaim dirinya beraliran
progresif terbentuk pada 2010.
berawal dari diskusi-diskusi di
jejaring sosial hingga bergerak
aktif memperjuangkan status dan
kesejahteraan hakim. Ke depan,
komunitas ini diharapkan sering
menggelar seminar-seminar
hukum dengan menggandeng
perguruan tinggi.
46 | KATA YUSTISIA
54 | KONSULTASI HUKUM
Kasus SMS Asusila
Perbedaan Justice Collaborator
dengan Whistle Blower
Iseng-Iseng Bermalapetaka
56 | KESEHATAN
Penyakit Lidah
58 | RELUNG
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 1
1
10/10/2012 2:49:33 PM
SEKAPUR SIRIH
Assalamualaikum. wr.wb
Pembina
Anggota Komisi Yudisial
Penanggung Jawab
Muzayyin Mahbub
Redaktur
Patmoko
Editor
Suwantoro
M. Yasin
Dewan Redaksi & Sekretariat
Arif Budiman
Adnan Faisal Panji
Aran Panji Jaya
A.J Day
Afifi
Arnis Duwita
Diah Purwadi
M. Ilham
M. Purwadi
Nur Agus Susanto
Prasita
Romlah Pelupessy
Penasehat Redaksi
Andi Djalal Latief
Hermansyah
Desain Grafis & Fotografer
Ahmad Wahyudi
Dinal Fedrian
Widya Eka Putra
Sirkulasi & Distribusi
Biro Umum
E
tika merupakan filsafat moral untuk mendapatkan petunjuk tentang
perilaku yang baik, berupa nilai-nilai luhur dan aturan-aturan pergaulan yang
baik dalam hidup bermasyarakat dan kehidupan pribadi seseorang.Profesi
hakim tentu amat penting mempunyai etika yang luhur. Hakim yang berbudi
pekerti luhur dapat menunjukkan bahwa profesi ini adalah profesi mulia.Oleh sebab
itu hakim dalam menjalankan profesinya terikat pada kode etik dan pedoman perilaku.
Kode etik dan pedoman perilaku hakim merupakan pedoman sikap, tingkah laku,
perbuatan dan ucapan dalam menjalankan tugas profesinya maupun pergaulan dalam
masyarakat untuk mewujudkan kebenaran dan keadilan.
Usaha menginternalisasikan nilai-nilai kode etik dan pedoman perilaku hakim
merupakan sebuah upaya menjaga kehormatan dan keluhuran martabat hakim. Inilah
yang terus menerus dilakukan Komisi Yudisial. Sebagai sebuah lembaga yang dibentuk
untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku
hakim maka Komisi Yudisial sudah sepantasnya menanamkan nilai-nilai kode etik dan
pedoman perilaku hakim kepada korps jubah hitam tersebut. Beragam usaha Komisi
Yudisial memberikan pemahaman kode etik dan pedoman perilaku hakim inilah yang
menjadi sajian utama Buletin kali ini. Para pembaca diharapkan mengetahui bahwa
Komisi Yudisial selalu aktif mengusahakan kemuliaan profesi hakim melalui kepatuhan
pada kode etik dan pedoman perilaku hakim.
Buletin kali ini juga mengangkat cerita tentang Forum Komunikasi Hakim
Progresif Indonesia (FKHPI). Berawal dari diskusi di media sosial, forum ini terlibat aktif
memperjuangkan status dan kesejahteraan hakim. Simak kisah lengkap forum ini
dalam rubrik Laporan Khusus.
Tak ketinggalan, edisi ini kami mengangkat tokoh penting dibalik revolusi
sistem teknologi informasi dan pelayanan peradilan agama. Dialah Wahyu Widiana,
Dirjen Badilag 2005 – 2012. Bagaimana motivasinya untuk mengubah citra peradilan
agama dapat dibaca dalam rubrik Lebih Dekat. Dan, bukti nyata kecanggihan teknologi
informasi serta pelayanan peradilan agama dapat diikuti dari penelusuran redaksi ke
Pengadilan Agama Tulungagung dalam rubrik Selintas. Kami berharap para pembaca
puas terhadap sajian kami di edisi ini.
Selamat Membaca.
Alamat Redaksi
Komisi Yudisial
Jl. Kramat Raya No. 57 Jakarta Pusat
PO.BOX 2685
Telp: (021) 390 6215
Fax: (021) 390 6215
e-mail: buletin@komisiyudisial. go.id
website: www.komisiyudisial. go.id
2
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 2
10/10/2012 2:49:40 PM
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/JAYA
AKTUAL
Ketua Komisi Yudisial, Eman Suparman, membuka
pelaksanaan SCHA tahap II 2012 di Surabaya. 42
CHA lulus dalam tahap ini dan akan mengikuti
SCHA tahap III
Seleksi Calon Hakim
Agung Tahap III Diikuti
42 Calon
Komisi Yudisial memutuskan meluluskan 42 calon hakim
agung (CHA) dari 78 CHA yang mengikuti tahap II seleksi
calon hakim agung (SCHA) 2012. Hal itu disampaikan
dalam konferensi pers pengumuman kelulusan SCHA
tahap II, Rabu (15/8) di kantor Komisi Yudisial. Komposisi
CHA yang lulus seleksi tahap II ini terdiri dari 33 hakim
karier dan 9 non karier.
R
angkaian SCHA tahap II adalah
pembuatan karya tulis di
tempat, legal case I (kasus
Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim), legal case II (membuat
contoh putusan hakim), dan penilaian
karya profesi masing-masing calon.
Berbeda dengan seleksi sebelumnya,
pelaksanaan tes legal case kali ini
diselenggarakan dua kali dengan tema
soal yang berbeda.
Seleksi calon hakim agung
merupakan wewenang utama Komisi
Yudisial yang diberikan oleh konstitusi dan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011
tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi
Yudisial. Dalam Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2011 disebutkan Komisi Yudisial
mempunyai wewenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan hakim
ad hoc di Mahkamah Agung kepada DPR
untuk mendapat persetujuan.
Menurut Kepala Biro Seleksi dan
Penghargaan Hakim, Heru Purnomo,
SCHA tahap III akan dilaksanakan pada
5-6 November 2012 dibuka dengan
pelaksanaan tes kesehatan. Kemudian
dilanjutkan dengan tes kepribadian
(profile assessment) tanggal 7-8
November 2012. Rangkaian tes
SCHA tahap III akan ditutup dengan
pembekalan bagi para CHA tanggal
9-10 November 2012. “Penentuan
kelulusan akan dilakukan dalam rapat
pleno. Konferensi pers dan pengumuman
kelulusan seleksi ini kemungkinan akan
dilakukan pada 21-22 November 2012,”
papar Heru.
Seleksi calon hakim agung ini
dilakukan guna mengisi kekosongan
empat hakim agung yang pensiun pada
semester II 2012 terdiri dari satu hakim
agung kamar perdata, satu hakim
agung kamar tata usaha negara, dan
dua hakim agung kamar pidana. Selain
empat lowongan tersebut, Komisi Yudisial
akan melengkapi kekurangan hasil SCHA
sebelumnya di semester I 2012 yaitu satu
hakim agung kamar Pidana. Dengan
demikian, seleksi kali ini dilakukan untuk
mengisi total lima lowongan hakim
agung.
Dalam sambutan pembukaan
seleksi tahap II di Surabaya, Ketua Komisi
Yudisial, Eman Suparman, menghimbau
agar para CHA ketika nanti menjadi hakim
agung senatiasa berani dalam memutus
untuk memberikan rasa keadilan kepada
masyarakat. "Jangan pernah tidak
berani memutus untuk keadilan demi
kepentingan rakyat demi ketuhanan
yang maha esa," kata Eman. (Jaya/Kiki/
Dinal)
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 3
3
10/10/2012 2:49:46 PM
AKTUAL
Komisi Yudisial Bantu Mahkamah
Agung Investigasi Calon Hakim
Ad Hoc Tipikor
M
di tempat tinggal maupun tempat
kerjanya.
K o m i s i Yu d i s i a l b e r h a s i l
melakukan investigasi terhadap
86 calon hakim ad hoc tipikor dari
seharusnya 89. Hal ini disebabkan tiga
calon hakim ad hoc tipikor yang berasal
dari Nabire dan Fak-Fak tidak berhasil
diinvestigasi akibat keterbatasan
waktu dan ketiadaan informan di
††pn-banjarmasin.go.id
ahkamah Agung melalui
surat Nomor 60/Pansel/Ad
Hoc TPK/VIII/2012 meminta
kepada Komisi Yudisial
untuk memberikan informasi/penilaian
terhadap 89 calon hakim ad hoc tipikor
yang sedang mengikuti seleksi di tahun
ini. Menindaklanjuti permintaan itu,
Komisi Yudisial kemudian melakukan
investigasi terhadap para calon.
Pelantikan hakim ad hoc tipikor di PN Banjarmasin tahun 2012.
Investigasi diarahkan untuk
mengetahui kelayakan calon yang
berk aitan dengan persyaratan
administrasi, kompetensi/kualitas, dan
kepribadian/integritas. Metode yang
digunakan dalam investigasi ini adalah
penelitian terhadap data para calon,
penelusuran media dan lapangan, serta
wawancara dengan pihak-pihak yang
mengetahui informasi mengenai calon
4
tempat itu.
Hasil investigasi yang dilakukan
Komisi Yudisial mengindikasikan 43
calon hakim ad hoc tipikor yang
harus diberi perhatian khusus oleh
Mahkamah Agung. Para calon ini dinilai
punya catatan-catatan yang cukup
penting untuk diwaspadai dalam hal
administrasi, kompetensi maupun
integritas.
"Dari 43 yang kita minta
perhatian khusus itu, 30 calon hakim
ad hoc tipikor tingkat pertama
dan 13 calon hakim ad hoc tipikor
tingkat banding. Dari segi integritas,
ada 7 orang dari 43 itu yang kita
temukan permisif terhadap tindakan
kerabat atau keluarganya yang
menjadi makelar kasus. Kedua, ada
sekitar 13 calon yang punya tradisi
lobby dalam menyelesaikan suatu
perkara. Ada 5 calon yang melakukan
perbuatan asusila, dan ada 3 orang
yang menyalahgunakan kekuasaan,"
demikian dikatakan Juru Bicara Komisi
Yudisial Asep Rahmat Fajar, Selasa
(18/9).
Sementara dari segi administrasi
ada calon yang pengalaman kerjanya
di bidang hukum kurang. Bahkan, ada
yang mencoba memanipulasi jangka
waktu pengalaman kerja. Sementara
menurut kriteria kompetensi/kualitas,
hasil investigasi Komisi Yudisial
menemukan calon hakim ad hoc
tipikor yang mempunyai pengalaman
kerja justru lebih banyak di luar bidang
hukum. Selain itu terdapat juga calon
yang kinerjanya dinilai kurang oleh
atasannya.
Tapi, lanjut Asep, sisa 43 calon
yang tidak perlu diberi perhatian
khusus itu bukan berarti dinyatakan
layak oleh Komisi Yudisial. Sebab
tidak menutup kemungkinan dengan
keterbatasan waktu yang dimiliki
Komisi Yudisial dalam melaksanakan
investigasi membuat data para calon
belum tercover dengan komplet.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 4
10/10/2012 2:49:48 PM
ELSAM Sampaikan
Temuan Kasus Sampang
†† inspirasiislami.com
Oleh sebab itu Komisi Yudisial
mengharapkan Mahkamah Agung
tetap menggali dan melengkapi
data para calon hakim ad hoc tipikor
tersebut.
“Kita memang mengalami
hambatan dalam hal minimnya data
awal para calon, karena yang kita
terima data awal hanya berupa CV.
Kemudian, karena banyak calon tidak
terkenal maka informan yang bisa
kita akses pun terbatas betul,” ungkap
Asep.
Pada Senin (17/9) delegasi
Komisi Yudisial dipimpin Ketua Bidang
Rekrutmen Hakim Tafiqurrohman
Syahuri dan Ketua Bidang SDM
dan Litbang Jaja Ahmad Jayus
m e ny a m p a i k a n l a p o r a n h a s i l
investigasi terhadap para calon hakim
ad hoc tipikor.
Laporan tersebut diterima oleh
Ketua Muda Pidana Khusus Mahkamah
Agung yang juga Ketua Panitia Seleksi
Calon Hakim Ad Hoc Tipikor Djoko
Sarwoko dan hakim agung Komariah
E Sapardjadja serta Andi Samsan
Nganro.
Dalam laporan itu disebutkan
Komisi Yudisial meminta Mahkamah
Agung untuk mempertimbangkan
kelulusan para calon, mengingat
pentingnya jabatan hakim ad hoc
tipikor sebagai pengemban amanah
dalam rangk a pemberantasan
tindak pidana korupsi di Indonesia.
Keprihatinan masyarak at atas
penegakan hukum terhadap perkara
korupsi perlu dijawab dengan
cara memilih hakim-hakim yang
mempunyai kompetensi/kualitas dan
integritas yang baik.
Mahkamah Agung, Kamis
(27/9), telah mengumumkan secara
resmi hasil seleksi calon hakim ad hoc
tipikor. Hanya 4 calon yang berhasil
lulus dari 89 calon hakim ad hoc tipikor
yang mengikuti seleksi pada tahap ini.
(Dinal)
Kerusuhan di Sampang.
K
omisi Yudisial menerima laporan Lembaga Studi dan Advokasi
Masyarakat (ELSAM) tentang persidangan kasus Sampang.
Kasus ini melibatkan tokoh Syiah Sampang, Tajul Muluk, sebagai
terdakwa dengan dakwaan melakukan penodaan agama. Laporan ini
diterima oleh Ketua Bidang Rekrutmen Hakim Taufiqurrohman Syahuri
di ruang konferensi pers Komisi Yudisial, Senin (24/9).
Andi Muttaqien, Ketua Divisi Advokasi Hukum ELSAM
menyampaikan, berdasarkan pantauan aliansi solidaritas kasus Sampang
yang terdiri dari berbagai elemen masyarakat, menemukan beberapa
kejanggalan dalam persidangan tersebut. "Misalnya saksi meringankan
yang diajukan penasihat terdakwa tidak dipertimbangkan majelis hakim,"
kata Andi.
Menanggapi laporan ini, Taufiq mengatakan, akan mempelajari
dengan seksama adanya dugaan kejanggalan dalam persidangan
sebagaimana dilaporkan.
Laporan tersebut akan dikaji lebih mendalam. Hal itu menjadi
salah satu kewajiban Komisi Yudisial untuk menjaga independensi
dan imparsialitas peradilan yang bersih. "Karena kasus ini mendapat
perhatian publik, Komisi Yudisial akan menjadikan perkara ini prioritas
untuk ditindaklanjuti," tambah Taufiq yang didampingi Juru Bicara Komisi
Yudisial Asep Rahmat Fajar dan Hamka Kapopang serta Sukardi, para
Kepala Bagian di Biro Pengawasan Hakim. (Jaya)
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 5
5
10/10/2012 2:49:50 PM
AKTUAL
Keniscayaan Harmonisasi Sistem
Hukum Secara Transnasional
6
Sistem hukum Indonesia sendiri
saat ini, menurut Eman, masih ada
yang belum serasi dan selaras dengan
kaidah hukum yang berkembang. Ia
mencontohkan het Herziene Indonesisch
Reglement (HIR), perangkat hukum
acara perdata yang disusun oleh Mr. H.L.
Wichers, pada tahun 1846 untuk beracara
di depan Landraad.
"Sampai sekarang dipertahankan
untuk menjawab sejumlah persoalan yang
semakin kompleks di abad 21. Sementara
sistem hukum di negeri Belanda sendiri
dewasa ini sudah berubah sama sekali
secara transnasional merupakan
sebuah keharusan bagi Indonesia.
Harmonisasi itu harus menjadi kerangka
acuan penyesuaian asas dan sistem
hukum pada proses pembentukan
perundang-undangan, agar menjadi
harmonis, terintegrasi, konsisten, dan
taat asas.
"Menghadapi berlakunya AFTA
mendatang saja, setidaknya di kawasan
ASEAN harus terjadi harmonisasi sistem
hukum antar masing-masing negara.
Jika tidak, kesulitan demi kesulitan akan
dihadapi oleh setiap negara, tatkala
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/DINAL
K
ondisi global saat ini yang
menipiskan batas-batas
negara bangsa dan
terbentuknya institusi global
untuk memenuhi hajat hidup di antara
anggota masyarakat bangsa-bangsa,
menuntut adanya harmonisasi hukum
yang bersifat transnasional. Harmonisasi
sistem hukum nasional dengan sistem
hukum internasional dimaksudkan
sebagai solusi untuk mengatasi
problema transnasional yang timbul
disebabkan interaksi antar masyarakat
bangsa-bangsa.
Langkah yang dapat ditempuh
dalam rangka harmonisasi hukum
nasional terhadap tatanan hukum antar
bangsa adalah melakukan penyesuaian
unsur-unsur tatanan hukum nasional
yang meliputi substansi hukum, struktur
hukum, dan budaya hukum dengan
sistem hukum internasional.
"Konsep harmonisasi sistem
hukum, yang selama ini dilakukan
melalui perencanaan hukum (legislation
planning) dan proses pembentukan
hukum (law making process), kemudian
diubah dengan proses akseptasi dan
nasionalisasi sejumlah kaidah hukum
transnasional," demikian dikatakan oleh
Ketua Komisi Yudisial, Eman Suparman,
ketika memberikan kuliah umum bertema
"Strategi Harmonisasi dan Pembaharuan
Hukum Nasional yang Berjati Diri dan
Berwibawa" di UIN Sunan Gunung Djati,
Bandung, Sabtu (8/9).
Diharapkan dengan strategi
tersebut akan tercipta peraturan
perundang-undangan nasional Indonesia
yang harmonis, dalam arti selaras, serasi,
dengan kaidah hukum masyarakat
bangsa-bangsa lain yang juga melakukan
akseptasi atas kaidah yang sejenis.
Ketua Komisi Yudisial, Eman Suparman, memberikan kuliah umum tentang strategi dan
harmonisasi pembaruan hukum nasional kepada para mahasiswa magister ilmu hukum UIN
Sunan Gunung Djati, Bandung.
dan sudah lama direformasi. Melakukan
kesepakatan bilateral atau meratifikasi
perjanjian internasional multilateral
menyangkut hukum acara perdata pada
badan peradilan adalah tindakan yang
amat tepat untuk memberikan suplemen
terhadap kaidah hukum acara perdata
peninggalan kolonial itu," ungkapnya.
Dengan contoh di atas, kembali
ditegaskan Eman, harmonisasi hukum
tuntutan hak berupa eksekusi putusan
hakim yang dijatuhkan di suatu negara
tidak dapat dilaksanakan di negara
berdaulat lainnya," tegas Eman.
Jika harmonisasi hukum dilakukan
dengan jalan menciptakan produk hukum
melalui penemuan hukum, perancangan
hukum, dan menggali nilai-nilai di dalam
masyarakat, akan diperlukan waktu
yang tidak sedikit hingga akan berjalan
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 6
10/10/2012 2:49:53 PM
sangat lambat dengan biaya yang mahal.
Walaupun memang langkah tersebut
lebih idealis dan nasionalis.
Usul Eman, harmonisasi hukum
dilakukan dengan cara kontemporer
yaitu menjadikan model-model hukum
yang dihasilkan organisasi internasional
atau model hukum negara-negara
maju, baik dalam bentuknya yang asli
dengan diadopsi (adoption), maupun
dalam bentuk yang sudah diubah
(adaptation).
Oleh karena itu, model konvensi
yang pernah diupayakan untuk
harmonisasi hukum negara-negara
di kawasan Eropa, dapat juga
dipertimbangkan untuk dijadikan
model dalam rangka harmonisasi
hukum negara-negara di kawasan ASEAN
menjelang AFTA berlaku.
"Harmonisasi hukum dengan cara
seperti itu, akan menghasilkan norma
hukum yang bersifat transnasional. Di
samping itu, secara ekonomis, tidak
memerlukan waktu yang terlalu lama dan
biaya yang tidak terlalu mahal," imbuh
Eman. (Dinal)
Komisi Yudisial Akan Tindaklanjuti
Masalah Integritas Hakim Tipikor
J
†† tribunnews.com
uru Bicara Komisi Yudisial, Asep ini. “Persoalan integritas hakim adalah pemahaman dan penguasaan hukum
Rahmat Fajar, mengatakan ranah KY. Kami akan menindaklanjuti formil dan materiil tipikor.
pihaknya akan menindaklanjuti laporan ini dengan segera. Idealnya
Sementara persoalan
permasalahan integritas hakim dalam waktu 90 hari, sesuai ketentuan, administrasi organisasi, dijelaskan
pengadilan tipikor yang dianggap kami bisa menghasilkan kesimpulan Emerson, adalah belum fokusnya
kurang. Hal tersebut dikatakannya pemeriksaan atas laporan tersebut,” para hakim maupun panitera
usai menerima laporan dari ICW ujarnya.
untuk betul-betul menangani
Dalam laporannya, ICW perkara korupsi. “Masih ada hakim
tentang 84 hakim tipikor yang
dianggap melanggar Kode Etik dan juga menyampaikan bahwa aspek tipikor yang juga menangani
Pedoman Perilaku Hakim, Selasa, kualitas dan kapasitas hakim serta perkara-perkara umum. Begitu pun
(28/8), di kantor Komisi Yudisial.
administrasi organisasi pengadilan panitera untuk pengadilan tipikor
Emerson Yuntho dan Donal tipikor juga masih bermasalah. juga masih merangkap panitera untuk
Fariz yang mewakili ICW mengatakan, Menurut Emerson, permasalahan pengadilan umum,” tuturnya.
berdasarkan hasil
Mengenai
masalah kualitas hakim
investigasi yang
dilakukan ICW didapati
tipikor, Asep berjanji
beberapa pelanggaran
akan memasukkan
Kode Etik dan Pedoman
hal-hal yang dianggap
Perilaku Hakim oleh
masih
belum
hakim di pengadilan
maksimal dikuasai
tipikor. Bentuk – bentuk
hak im ke dalam
pelanggaran tersebut
materi lokakar ya
yaitu masih adanya
peningkatan kapasitas
hakim yang dilakukan
hakim ad hoc tipikor
Komisi Yudisial.
yang sebelumnya
adalah pengacara tetap
“Sementara
Penangkapan hakim ad hoc tipikor Semarang Kartini Marpaung.
membuka praktek
mengenai aspek
pengacara. Kemudian,
organisasi dan
terdapat juga hakim tipikor yang terkait aspek kualitas terlihat dari administrasi pengadilan, Komisi
bertemu secara sengaja dengan para adanya hakim yang pasif ketika Yudisial akan berkomunikasi dengan
pihak di luar persidangan.
proses persidangan namun aktif di Mahkamah Agung yang mempunyai
Asep sangat menyambut baik luar persidangan. Masalah kualitas, wewenang dalam dua hal itu,” tutup
laporan yang disampaikan oleh ICW tambahnya, juga menyangkut Asep. (Dinal)
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 7
7
10/10/2012 2:49:54 PM
AKTUAL
Kampanye Peradilan Bersih
Sekjen KY Muzayyin Mahbub.
M
asyarakat belum banyak
mengetahui bahaya laten
yang disebabkan oleh
praktik mafia peradilan.
Hal ini disebabkan isu tentang mafia
peradilan kurang begitu menggema
dibandingkan isu korupsi. Padahal
efek yang ditimbulkan praktik mafia
peradilan bisa sangat buruk. Untuk
itu Komisi Yudisial menggelar acara
road show kampanye peradilan bersih
guna menyadarkan masyarakat agar
mewaspadai praktik mafia peradilan.
Bila kita mendengar kata
“korupsi”, tentu banyak kalangan
yang langsung bereaksi. Hal ini karena
8
korupsi telah menjadi musuh bersama
dan terdapat gerakan yang kuat untuk
memberantasnya. Bahaya korupsi
telah banyak diungkapkan secara luas
sehingga korupsi telah menjadi objek
yang patut untuk dihindarkan dan
diberantas hingga ke akar-akarnya.
Sebenarnya bahaya yang tidak
kalah mengancam dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara juga
ditimbulkan praktik mafia peradilan. Hal
tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal
Komisi Yudisial, Muzayyin Mahbub, pada
road show kampanye peradilan bersih, 6
- 8 September 2012. Menurut dia bahaya
yang ditimbulkan praktik mafia peradilan
sama atau bisa lebih buruk dari praktik
korupsi.
“Masyarakat tidak banyak
mengetahui tentang bahaya yang
ditimbulkan oleh mafia peradilan,
karena mungkin bagi mereka yang
belum pernah berperkara di pengadilan
tidak akan mengetahui apa itu mafia
peradilan? Saya katakan bahaya dari
mafia peradilan ini dapat jauh lebih buruk
dari bahaya korupsi, karena didalamnya
ada unsur suap, jual beli perkara, praktik
korupsi yang dapat menyebabkan
ketidakpercayaan masyarakat Indonesia
pada khususnya dan masyarakat dunia
umumnya pada peradilan kita,” ujar
Muzayyin saat menjadi narasumber
dalam acara tersebut.
Road show kampanye peradilan
bersih bertemakan “Komisi Yudisial
dalam Penegakan Hukum di Indonesia”
mengusung tiga isu utama, yaitu
pengenalan kelembagaan Komisi
Yudisial, bahaya mafia peradilan, dan
penanganan laporan masyarakat
tentang dugaan pelanggaran Kode Etik
dan Pedoman Perilaku Hakim oleh Komisi
Yudisial.
Road show kampanye peradilan
bersih diselenggarakan di empat tempat.
Pertama, di Balai Desa Cijengkol, Subang,
Jawa Barat, yang dihadiri 94 peserta,
terdiri dari para santri dan masyarakat
sekitar. Acara yang kedua mengambil
tempat di aula Pondok Pesantren
Buntet, Cirebon, dihadiri 91 peserta,
terdiri dari guru dan santri pondok
pesantren dan mahasiswa dari akademisi
keperawatan.
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ADNAN
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ADNAN
Mengajak Masyarakat Mewaspadai
Bahaya Mafia Peradilan
Para peserta kampanye peradilan bersih
yang diselenggarakan Komisi Yudisial.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 8
10/10/2012 2:49:55 PM
Komisi Yudisial Tegaskan
Menjaga Independensi
Peradilan
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/DINAL
S edangk an acara ketiga
berlangsung di kampus Institut Agama
Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon,
yang dipadati mayoritas mahasiswa
jurusan syariah berjumlah 215 orang.
Tempat terakhir acara ini adalah aula
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Brebes yang dihadiri 87
guru pendidikan kewarganegaraan
(PKN) tingkat sekolah menengah
pertama.
Keempat tempat itu dipilih
berdasarkan alasan filosofis karena
tempat pendidikan merupakan
wahana pembentukan karakter sumber
daya manusia sebuah bangsa. Selain
ceramah, para peserta kegiatan ini
juga diberikan bahan-bahan publikasi
Komisi Yudisial berupa Buletin, Jurnal,
Buku Saku, serta buku Kode Etik
dan Pedoman Perilaku Hakim. Dari
kegiatan ini diharapkan masyarakat
dapat mengenal lebih dalam tentang
Komisi Yudisial sekaligus mengajak
masyarakat untuk mewaspadai bahaya
praktik mafia peradilan. (Adnan)
Hakim dalam melaksanakan tugas sebagai
pengadil harus dijamin independensinya.
K
ewenangan pengawasan hakim yang dimiliki oleh Komisi Yudisial
bertujuan untuk memperkuat akuntabilitas dunia peradilan.
Kewenangan tersebut tercantum dalam Undang – Undang Nomor
48 tahun 2009, tentang kekuasaan kehakiman dan khususnya Undang-Undang
Nomor 18 tahun 2011, pasal 20A ayat (1) point d yang berbunyi "Dalam
melaksanakan tugas, Komisi Yudisial wajib menjaga kemandirian dan
kebebasan hakim dalam memeriksa, mengadili, dan memutus perkara."
"Independensi hakim merupakan sesuatu yang penting dimiliki
hakim dalam menjalankan tugasnya, maka sedikit pun tidak boleh ada satu
otoritas yang melakukan intervensi pada hakim saat melakukan tugasnya," ujar
anggota Komisi Yudisial yang juga Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga,
Ibrahim, pada acara kuliah umum di Aula Fakultas Hukum Universitas Surabaya,
(13/9).
Ibrahim memaparkan, untuk menciptakan pengadilan yang bersih
dan akuntabel maka independensi hakim wajib untuk dijunjung tinggi karena
independensi hakim adalah rohnya pelaksanaan tugas hakim, sedangkan
pengawasan yang dilakukan oleh KY merupakan mandat konstitusi yang tidak
dimaksudkan untuk mencampuri tugas hakim, terutama tugas yudisialnya,"
ujar akademisi dari Universitas Hasanuddin ini.
Kehadiran Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga KY di FH Ubaya
bermaksud mengajak civietas akademika Universitas Surabaya bersama-sama
membangun dunia peradilan yang bersih, transparan dan akuntabel.
Perguruan tinggi memiliki potensi sebagai mitra strategis KY dalam menjaga
independensi hakim.
Acara yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini, dihadiri
oleh 200 orang terdiri dari mahasiswa, dosen, dan Ketua Program Magister
FH Ubaya, Eko Sugitario. (Adnan)
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 9
9
10/10/2012 2:50:02 PM
AKTUAL
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/EMRY
Pelatihan Tematik Tingkatkan
Kapasitas Para Hakim Tinggi
Penyelenggaraan pelatihan tematik tindak pidana khusus bagai
para hakim tinggi di Medan.
S
ebagai wujud komitmen
K o m i s i Yu d i s i a l d a l a m
meningkatkan kapasitas
hakim, pada awal September
2012 diselenggarakan pelatihan tematik
tindak pidana khusus untuk para hakim
tinggi. Pelatihan ini diselenggarakan di
hotel Aston, Medan.
Wakil Ketua Komisi Yudisial,
Imam Anshori Saleh, dalam sambutan
pembukaan pelatihan mengatakan
penyelenggaraan pelatihan ini
merupakan bagian tugas Komisi
Yudisial yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2011
10
untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kapasitas hakim. "Misi Komisi Yudisial
sama dengan misi Mahkamah Agung
dalam menjaga dan menegakkan
peradilan yang bersih," tutur Imam.
Pada kesempatan yang sama,
Ketua Mahkamah Agung yang
diwakili Ketua Muda Pidana Khusus
Djoko Sarwoko, dalam sambutannya
memberikan apresiasi secara khusus
atas terselenggaranya pelatihan tematik
ini. "Ini adalah suatu wujud kerjasama
atau sinergi antara tugas-tugas Komisi
Yudisial dan Mahkamah Agung,” kata
Djoko.
Dia menambahkan, langkah
Komisi Yudisial mengadakan pelatihan
dengan mengedepankan peserta dari
hakim tingkat banding mempunyai
tujuan yang baik dan strategis yaitu
meningkatkan pengetahuan para
hakim terkait perkembangan hukum
khususnya tindak pidana khusus.
Pelatihan tematik tindak pidana
khusus ini diikuti 35 hakim tinggi dari
Medan, Jakarta, Banda Aceh, Bandung,
Bangka Belitung, Banten, Bengkulu,
Padang, Palembang, Pekanbaru,
Pontianak, Tanjung Karang, Yogyakarta
dan Semarang. (Emry)
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 10
10/10/2012 2:50:07 PM
Kunjungan Kerja Asosiasi
Hakim Amerika Latin
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/JAYA
A
Pertukaran cendera mata antara Ketua Bidang
Hubungan Antar Lembaga, Ibrahim, dengan tamu
dari Asosiasi Hakim Amerika Latin.
Menanggapi kunjungan itu,
Ibrahim mengemukakan program ini
sangat penting bagi Komisi Yudisial
dalam rangka peningkatan kapasitas
hakim yang merupakan salah satu tugas
Komisi Yudisial sebagaimana amanat
Undang-Undang.
Selain berharap hakim-hakim
Indonesia dapat diikutsertakan,
kegiatan ini dapat menjadi ajang saling
tukar pikiran dengan hakim-hakim
yang ada di Amerika Latin. "Komisi
Yudisial sebagai lembaga negara baru
memerlukan pertukaran informasi
terkait isu-isu internasional sehingga
dapat menimba pengalaman untuk
peradilan yang lebih baik," ungkap
Ibrahim. (Jaya)
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/JAYA
sosiasi Hakim Amerika
Latin (AHAL) yang berasal
dari Argentina melakukan
kunjungan kerja ke Komisi
Yudisial, Jum'at (14/9). Rombongan
AHAL terdiri dari Ketua, Ribchi Rosi,
dan Koordinator Program Internasional,
Puan Manuel Matera. Mereka diterima
oleh Ketua Bidang Hubungan Antar
Lembaga Komisi Yudisial, Ibrahim,
didampingi Juru Bicara Komisi Yudisial,
Asep Rahmat Fajar.
Rosi menjelaskan, tujuan
dari kunjungan ini adalah menjalin
kerjasama dengan hakim atau
komunitas hukum yang ada di
Indonesia untuk berpar tisipasi
dalam seminar internasional yang
akan diselenggarakan Desember
2012. "Melalui pertemuan ini kami
mengundang komunitas hukum di
Indonesia untuk berpartisipasi dalam
seminar kami," ungkap Rosi yang
juga hakim banding tingkat nasional
Argentina.
Pertemuan antara Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Komisi Yudisial, Ibrahim,
dengan Asosiasi Hakim Amerika Latin.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 11
11
10/10/2012 2:50:20 PM
LAPORAN UTAMA
Membumikan
Kode Etik & Pedoman
Perilaku Hakim
DINAL FEDRIAN
Di kiprahnya yang
sudah tujuh tahun,
Komisi Yudisial terus
berusaha memberikan
pemahaman
menyeluruh kode
etik dan pedoman
perilaku hakim kepada
para pemangku
kepentingan. Masih
banyak tantangan
yang harus dihadapi.
Kuncinya, pemahaman
yang sama dan
kerjasama yang erat.
S
esuai amanat Pasal 24B UUD
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, salah satu
kewenangan yang dimiliki
Komisi Yudisial adalah menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim. Amanat
konstitusional itu dipertegas lagi dalam
peraturan perundang-undangan,
12
terutama Undang-Undang tentang
Komisi Yudisial. Baik dalam UU No. 22
Tahun 2004 maupun dalam revisinya
yakni UU No. 18 Tahun 2011.
Itu sebabnya, bagi Komisi Yudisial,
kode etik dan pedoman perilaku hakim
menjadi semacam ruh yang harus terus
dijaga. Semangat awal pendirian Komisi
Yudisial tak akan tercapai jika kode etik
dan pedoman perilaku hakim tak bisa
dijalankan dan ditegakkan.
Keputusan Bersama Ketua
Mahkamah Agung dan Ketua Komisi
Yudisial No. 047/KMA/SKB/IV/2009
dan No. 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
–selanjutnya disebut KEPPH adalah
puncak pencapaian kerjasama Komisi
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 12
10/10/2012 2:50:22 PM
Menurut anggota Komisi Yudisial,
Abbas Said, sosialisasi dan penegakan
KEPPH akan terus dilakukan secara
bertahap. Ketua Bidang Pencegahan dan
Pelayanan Masyarakat Komisi Yudisial ini
mengakui hingga kini sosialisasi belum
mencapai seluruh provinsi, apalagi
kabupaten/kota.
Tetapi Komisi Yudisial sudah
bertekad merampungkan sosialisasi
hingga seluruh hakim mendapatkan
pemahaman yang sama tentang
KEPPH.
dilakukan tanpa memperkuat sistem
di internal. Dalam kaitan itu, Komisi
Yudisial melakukan penataan mekanisme
pengaduan.
Verifikasi atas pengaduan
masyarakat merupakan langkah yang
selalu ditempuh Komisi Yudisial. Komisi
Yudisial akan lebih dahulu memeriksa
kelengkapan berkas pengaduan. Sejak
Januari hingga Juni 2012, Komisi Yudisial
telah menerima 731 pengaduan. Dari
jumlah tersebut sudah 161 pengaduan
yang ditindaklanjuti. Rinciannya sampai
pemeriksaan hakim (6),
pemeriksaan pelapor/
saksi (39), klarifikasi surat/
diteruskan ke instansi
lain (110), investigasi
(2), dan permintaan alat
bukti (4). Dari laporan
itu terungkap 14 hakim
direkomendasikan
Komisi Yudisial untuk
dijatuhi sanksi.
Di internal
K o m i s i Yu d i s i a l ,
pembahasan tentang
materi KEPPH terus
dilakukan.
Mengundang
hakim dan ahli-ahli
hukum juga dilakukan.
Contohnya, sewaktu
memperingati milad
isi Yudisial,
Agung oleh Ketua Kom
h
ma
hka
Ma
dan
l
isia
Yud
ke-8 Komisi Yudisial
bersama itu adalah
aturan Bersama Komisi
Ali. Salah satu peraturan
Penandatanganan Per
mah Agung, H.M Hatta
hka
Ma
ua
14 Agustus lalu. Saat
Ket
dan
an,
Eman Suparm
an perilaku hakim.
kan kode etik dan pedom
ega
pen
n
dua
pan
g
tan
itu, Komisi Yudisial
ten
mengangkat tema khusus tentang
Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin,
Sosialisasi KEPPH diupayakan tidak independensi dan akuntabilitas hakim
Jambi, dan Jakarta.
searah. Para hakim diminta berpartisipasi dalam memutus perkara dilihat dari
Sekadar contoh, pada 12 Juli 2012 aktif dalam kelompok-kelompok perspektif hukum dan etika.
lalu Komisi Yudisial menyelenggarakan kecil mendiskusikan potensi-potensi
Membumikan KEPPH tidak
diskusi KEPPH sekaligus sosialisasi pelanggaran KEPPH.
mungkin dilakukan sendiri Komisi
kelembagaan di Ternate. Acara ini
Yudisial. Oleh karena itu, bersama
diikuti 51 hakim dari semua lingkungan Penguatan ke dalam dan ke Mahkamah Agung, telah dibentuk
peradilan yang ada di provinsi Maluku luar
sebuah tim penghubung yang antara lain
Utara. Dalam acara ini sejumlah hakim
Komisi Yudisial menyadari betul bertugas membuat aturan lebih teknis
masih menanyakan banyak hal teknis bahwa upaya mensosialisasikan KEPPH pelaksanaan KEPPH. Komunikasi dan
tentang KEPPH.
kepada kalangan hakim tak akan bisa diskusi yang terus menerus dilakukan
IAL/D
†† BULETIN KOMISI YUDIS
INAL
Yudisial dan Mahkamah Agung. Selama
tiga tahun berjalan sejak 2009, Komisi
Yudisial telah melakukan berbagai upaya
membumikan KEPPH.
Pada tahun 2011, misalnya, tidak
kurang dari 13 kali diselenggarakan
sosialisasi KEPPH kepada hakim tingkat
banding dan tingkat pertama untuk
semua lingkungan peradilan. Antara
lain di Pengadilan Tinggi (PT) Mataram,
Denpasar, Ambon, Surabaya, Lampung,
dan Samarinda. Pada tahun 2012, sesuai
rencana, upaya membumikan KEPPH
dilaksanakan di Aceh, Pontianak, Ternate,
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 13
13
10/10/2012 2:50:30 PM
LAPORAN UTAMA
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/JAYA
Kritik tentang usaha menjaga
dan menegakkan KEPPH justru datang
dari Choky Ramadhan. Ketua Harian
Masyarakat Pemantau Peradilan
Indonesia (MaPPI) Fakultas Hukum
Universitas Indonesia ini mengatakan
penegakan KEPPH selama ini masih
tebang pilih.
Ia mencontohkan laporan MaPPI
yang belum membuahkan hasil berupa
sanksi kepada hakim yang dilaporkan.
Perkembangan terbaru, Komisi Yudisial
telah menindaklanjuti laporan MaPPI
itu. Komisi Yudisial telah memberikan
surat kepada Ketua Mahkamah Agung,
Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,
dan Jakarta Pusat terkait tindaklanjut
Ketua Bidang Pencegahan dan Pelayanan Masyarakat, Abbas Said, menjadi narasumber diskusi
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim di PT Banjarmasin.
laporan MaPPI. MaPPI juga mendapat
tembusannya dengan surat No. 97/SET.
tim penghubung akhirnya membuahkan acara dan komprehensifnya hakim KY/IV/2012.
Namun seringkali persoalan
hasil. Pada 27 September lalu, pimpinan melihat fakta persidangan. Mahkamah
Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial Agung berpendapat Komisi Yudisial tidak timbul dari pihak-pihak yang hendak
diperiksa. Apalagi, menurut Abbas
menandatangani empat peraturan berwenang menilai putusan hakim.
bersama.
Komisi Yudisial memang tidak Said, pelanggaran KEPPH seringkali
Keempat peraturan bersama ini menilai putusan hakim. Putusan hakim melibatkan pihak lain di luar institusi
adalah panduan penegakan kode etik hanyalah pintu masuk untuk mendeteksi peradilan. Misalnya, datang dari
pengacara tersangka, atau para pihak
dan pedoman perilaku hakim; tata cara adanya pelanggaran KEPPH.
yang saling bersengketa.
pemeriksaan bersama; tata cara
I t u p u l a s e b a b nya ,
pembentukan, tata kerja, dan
dalam berbagai kesempatan
tata cara pengambilan keputusan
Sepuluh
Prinsip
KEPPH
membumikan
KEPPH ke daerah,
majelis kehormatan hakim; dan
Komisi Yudisial selalu menekankan
seleksi pengangkatan hakim.
kepada hakim agar benar-benar
1.
Berperilaku
adil
Ketua Komisi Yudisial
menjaga independensi dan
Eman Suparman mengatakan
2. Berperilaku jujur
tidak terpengaruh. Komisi tidak
peraturan bersama ini menjadi
3.
Berperilaku
arif
dan
menutup mata pada potensi
panduan bagi Mahkamah Agung
pelanggaran. Penangkapan hakim
bijaksana
dan Komisi Yudisial agar tidak ada
ad hoc tipikor, Kartini Marpaung
tuduhan saling mengintervensi
4. Bersikap mandiri
dan Heru Kusbandono Agustus lalu
satu sama lain. Oleh karena itu,
5.
Berintegritas
tinggi
membuktikan proses internalisasi
Komisi Yudisial menyambut positif
KEPPH di kalangan hakim belum
6.
Bertanggung
jawab
terbitnya keempat peraturan
sepenuhnya berjalan.
bersama tersebut.
7. Menjunjung tinggi harga diri
Membumikan dan
Selama ini memang
8.
Berdisiplin
tinggi
menegakkan
KEPPH pasti
terdapat perbedaan penafsiran
m
e
n
g
h
a
d
a
p
i
tantangan
atas beberapa bagian KEPPH.
9. Berperilaku rendah hati
dan hambatan. Upaya
Komisi Yudisial menganggap ada
10. Bersikap profesional
berkesinambungan dan tiada
hubungan kuat antara perilaku
henti harus terus dilakukan hingga
dengan putusan hakim, utamanya
ke daerah-daerah.
kepatuhan penerapan hukum
14
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 14
10/10/2012 2:50:38 PM
Tantangan Menegakkan Etika
Arif Budiman
B
erlangsung sederhana di
aula Pengadilan Tinggi
Banjarmasin, diskusi kelompok
para hakim se-Kalimantan
Selatan, 17 Juli 2012 lalu, menumbuhkan
kesadaran para hakim bahwa ternyata
tidak mudah menegakkan KEPPH.
Apalagi dihubungkan dengan kondisi
pengambilan keputusan.
Tim bersama yang menyusun
konsep Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim (KEPPH), yang kemudian
dituangkan dalam SKB Ketua Mahkamah
Agung dan Ketua Komisi Yudisial
tahun 2009, sudah menyadari betul
masalah-masalah yang mungkin timbul
dalam penegakannya.
KEPPH 2009 tidak asal jadi.
Ada proses pengkajian, pendalaman,
dan perenungan yang panjang serta
melibatkan pemangku kepentingan yang
beragam. Pertama, Mahkamah Agung
sendiri telah melakukan kajian dengan
memperhatikan masukan dari berbagai
tingkatan dan lingkungan peradilan,
praktisi hukum, dan akademisi hukum.
Kedua, hasil perenungan kembali
kode etik dan pedoman perilaku yang
ada sebelumnya seperti Kode Etik Hakim
Indonesia 1996, termasuk Munas Ikatan
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/W. EKA PUTRA
Perjalanan menegakkan
KEPPH ternyata tidak mudah.
Beberapa pensiunan hakim
mempersoalkannya lewat uji
materiil. Putusan atas hak uji
materiil itu menjadi pelajaran
penting bagi Komisi Yudisial
dan Mahkamah Agung.
Diskusi kelompok studi kasus pelanggaran Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
Hakim Indonesia di Bandung tahun
2000. Juga, memperhatikan Rakernas
Mahkamah Agung 2002 di Surabaya
yang menghasilkan sepuluh pedoman
perilaku hakim.
Ketiga, kajian mendalam terhadap
instrumen hukum internasional,
seperti prinsip-prinsip yang diatur
dalam Bangalore Principle for Judicial
Conduct. Keempat, sebelum KEEPH
disahkan, Komisi Yudisial pun telah
menyelenggarakan konsultasi publik
di delapan kota. Selanjutnya, naskah
dan hasil masukan para pemangku
kepentingan itu dibahas lagi oleh tim
bersama Mahkamah Agung dan Komisi
Yudisial. Hingga akhirnya ditandatangani
Ketua Mahkamah Agung Harifin A.
Tumpa dan Ketua Komisi Yudisial Busyro
Muqoddas pada 4 April 2009.
I ronisnya, KEPPH justru
dipersoalkan oleh pensiunan hakim
–yang kini berprofesi advokat-- melalui uji
materiil. Pada akhir Agustus 2011, empat
orang yang mengaku sebagai advokat
mengajukan permohonan hak uji materiil
terhadap KEPPH 2009 ke Mahkamah
Agung dengan dalih bertentangan
dengan Undang-Undang Kekuasaan
Kehakiman dan Undang-Undang
Mahkamah Agung. Para pemohon
sebagai advokat dan pribadi merasa
dirugikan oleh berlakunya KEPPH 2009.
Sejak awal Komisi Yudisial
mempertanyakan permohonan uji
materiil itu. Bagi Komisi Yudisial para
pemohon tidak memiliki legal standing.
Orang yang secara langsung mempunyai
hubungan dengan KEPPH adalah hakim.
Dalam putusannya awal Februari 2012,
Mahkamah Agung memutuskan butir
8.1, 8.2, 8.3, dan 8.4 serta 10.1, 10.2,
10.3, dan 10.4 KEPPH bertentangan
dengan peraturan yang lebih tinggi.
Setelah putusan itu menjadi tantangan
bagi Komisi Yudisial dan Mahkamah
Agung menguraikan kembali makna
perilaku Berdisiplin Tinggi dan Bersikap
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 15
15
10/10/2012 2:50:44 PM
LAPORAN UTAMA
Jumlah dan Jenis Pelanggaran Perilaku Hakim
Sebelum dan Setelah SKB KEPPH Terbit
No.
Jenis Pelanggaran
Jumlah
Sebelum SKB Terbit:
1.
Tidak Profesional
17
2.
Tidak berdisiplin Tinggi
13
3.
Melanggar Sikap Berperilaku Jujur
5
4.
Melanggar Sikap Berperilaku Adil
5
Setelah SKB Terbit:
*
1.
Tidak Berperilaku Adil
23
2.
Tidak Berperilaku Jujur
28
3.
Tidak Berperilaku arif dan Bijaksana
9
4.
Tidak Bersikap Mandiri
-
5.
Tidak Bertintegritas Tinggi
20
6.
Tidak Bertanggung Jawab
6
7.
Tidak Menjunjung Tinggi Harga Diri
8
8.
Tidak Berdisiplin Tinggi
60
9.
Tidak Berperilaku Rendah Hati
1
10.
Tidak Bersikap Profesional
100
catatan: satu orang hakim bisa melakukan lebih dari satu pelanggaran
Sumber: Buku 7 Tahun Kiprah Komisi Yudisial 2005 - 2012
Profesional ke dalam sikap
tindak hakim, agar dalam
melakukan investigasi dan
memberikan rekomendasi
tentang pelanggaran kode
etik ada ukuran yang jelas.
Isu kesejahteraan
Sepanjang sosialisasi
KEPPH yang dilaksanakan
Komisi Yudisial , isu yang
banyak disinggung hakim
adalah kesejahteraan.
Beberapa hakim mengaitkan
dan berpandangan bahwa
kesejahteraan memiliki
hubungan erat dengan
pemenuhan kode etik dan
pedoman perilaku hakim.
Kepala Badan
Pengawasan (Bawas)
Mahkamah Agung, M
Syarifuddin, tak menampik
korelasi itu, walaupun
banyak faktor lain yang juga
mempengaruhi. “Mungkin
ya, karena itu manusiawi.
Tetapi tidak berarti itu
jaminan satu-satunya.
S e s u n g g u h ny a y a n g
membuat orang itu menjadi
baik adalah imannya,” kata
Syarifuddin.
Ta nt a n g a n l a i n
bagi Komisi Yudisial dan
Mahkamah Agung adalah
anggaran sosialisasi.
Dalam setiap sosialisasi
ke daerah, jumlah hakim
yang mengikuti tak sampai
seratus. Padahal ada 8000-an
hakim di seluruh Indonesia.
Tantangan terberat
tentu saja mengusahakan
zero tolerance terhadap
pelanggaran kode etik.
Sebuah pekerjaan yang
cukup berat dan idealis
mengingat jumlah hakim
yang terus dijatuhi sanksi.
Meskipun ada penurunan
setiap tahun.
Pasal Mengganjal Hakim Nakal
K
omisi Yudisial menerima
ratusan pengaduan setiap
tahun. Sebagian memang
terbukti melanggar KEPPH. Yang
pelanggarannya berat dibawa ke sidang
Majelis Kehormatan Hakim.
Setelah KEPPH 2009 berlaku,
berdasarkan data yang dihimpun Komisi
Yudisial, yang paling sering dilanggar
adalah aturan Berdisiplin Tinggi (60),
yang diatur dalam poin 8 KEPPH.
Disusul kemudian Berperilaku Jujur (28),
Berperilaku Adil (23), dan Berintegritas
Tinggi (20). Jenis pelanggaran lain
berada di bawah angka 10.
Banyaknya hakim terjerat aturan
Berdisiplin Tinggi diduga menjadi
16
penyebab poin 8 dan poin 10 KEPPH
dimohonkan uji materi ke Mahkamah
Agung. Ini juga sejalan dengan temuan
MaPPI Fakultas Hukum UI. Ketua Harian
MaPPI, Choky Ramadhan, menjelaskan
dari 309 persidangan yang dipantau
selama Oktober-November 2011, ada
pelanggaran dalam 307 persidangan.
Pelanggaran terbanyak adalah poin 8.1
KEPPH.
Meskipun Mahkamah Agung
menganulir butir-butir penjabaran
poin 8 dan 10, bukan berarti hakim
tidak bisa dituduh melanggar aturan
KEPPH tersebut. Sebab, menurut M.
Syarifuddin, ketentuan umum pada poin
8 dan poin 10 KEPPH masih tetap berlaku.
Salah satu tren yang juga tampak pada
penegakan KEPPH adalah banyak
tidaknya butir KEPPH yang dilanggar.
Pada awal-awal diterapkan dalam sidang
MKH, pasal yang diterapkan kepada
terlapor hanya satu. Tetapi semakin lama
pasal yang dikenakan semakin banyak.
Seorang hakim yang dihukum bisa saja
dinyatakan melanggar beberapa poin
KEPPH sekaligus.
Misalnya, ABS. Hakim PN Sleman
ini dibawa ke MKH dan dinyatakan
melanggar larangan berkomunikasi
(1.2.2), kewajiban berperilaku jujur
(2.1.1), imparsialitas (2.1.2), menghindari
tindakan tercela (3.1.1), larangan konflik
kepentingan dan lain-lain.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 16
10/10/2012 2:50:44 PM
“Komisi Yudisial
Terus Mengingatkan”
Dinal Fedrian
U
ntuk mengetahui upaya apa
saja yang sudah dan akan
dilakukan Komisi Yudisial
dalam mengimplementasikan KEPPH,
redaksi mewawancarai Ketua Bidang
Pencegahan dan Pelayanan Masyarakat
Abbas Said di kantornya 13 September
lalu. Berikut petikannya.
Setelah tiga tahun berjalan, apa
catatan dan evaluasi Bapak terhadap
KEPPH secara umum?
Alhamdulillah pada garis
besarnya sudah ada kemajuan, di
mana rekan-rekan para hakim sudah
berhati-hati, teliti, dan cermat.
Mudah-mudahan selangkah-demi
selangkah, dan dari KY juga tidak
bosan-bosannya menyampaikan
penyuluhan atau sosialisasi kepada
para hakim. Karena di institusi manapun
kesalahan dan kekurangan itu pasti
ada. Itu adalah suatu hal yang wajar.
Tapi kita tidak perlu bosan untuk terus
mengingatkan para rekan hakim.
Masih ada saja hakim yang
tertangkap karena pelanggaran
hukum, termasuk KEPPH. Apakah
KEPPH belum disosialisasikan secara
merata ke para hakim?
Memang, sampai dengan saat
ini belum semua provinsi mendapatkan
sosialisasi KEPPH karena adanya
keterbatasan waktu. Tapi Insya Allah kita
usahakan untuk melakukan sosialisasi
ke seluruh provinsi, menjangkau
sampai dengan pengadilan tingkat
II dan terintegrasi untuk semua jenis
lingkungan peradilan yaitu umum,
agama, militer, dan tata usaha negara.
Apa saja yang sudah dilakukan
KY selama tiga tahun terakhir agar
KEPPH benar-benar dijalankan
hakim?
Adanya temuan-temuan terhadap
pelanggaran KEPPH itu kita sampaikan
kepada rekan-rekan hakim sebagai
bagian dari saling mengingatkan dan
upaya pencegahan. Tetapi kalaupun
masih ada yang melakukan pelanggaran
akan kita berikan tindakan yang tegas.
Apa tantangan dan hambatan
menjadikan KEPPH sebagai upaya
mencegah perilaku menyimpang
hakim?
Di samping faktor kesejahteraan,
di sini saya juga ingin menghimbau
kepada para pihak yang selalu
mengiming-imingi para hakim, agar
jangan lagi melakukan hal tersebut.
Serahkanlah seluruh keputusan
kepada hakim sesuai dengan fakta di
persidangan.
Bagian mana dari KEPPH yang
paling sering dilanggar?
Ya n g s e r i n g d i l a n g g a r
diantaranya masih ada rekan-rekan
hakim yang kurang cermat dan kurang
teliti dalam memberikan pertimbangan.
M asih ada yang memberik an
kepercayaan penuh kepada panitera
sehingga tidak membaca putusan
sebelum menandatangani. Kemudian,
ada juga sebagian kecil yang masih
mau menerima atau bertemu dengan
pengacara di luar persidangan.
Kesalahan- kesalahan seperti ini yang
senantiasa kita terus ingatkan sebagai
bagian dari fungsi pencegahan.
Abbas Said
Ketua Bidang Pencegahan dan
Pelayanan Masyarakat Komisi Yudisial
KEPPH disusun dengan tujuan
baik. Tetapi beberapa mantan hakim
justru mempersoalkannya. Bukankah
ini juga tantangan yang harus
disikapi?
Saya kira KEPPH ini sudah baik.
Namun namanya manusia pasti ada
kelemahan-kelemahannya. Kelemahan
ini yang kita coba untuk mengajak agar
menjadi lebih baik, perilaku itu senantiasa
kita asah agar menjadi lebih baik lagi
Dalam acara HUT KY kemarin,
ada kritik terhadap independensi
hakim. Psikolog menyebut hakim tak
mungkin benar-benar independen.
Menurut Bapak?
Saya kira tidak ada manusia yang
bisa independen secara hakiki, sebagai
contoh apabila seseorang hakim ikut
pemilu, hakim tersebut berhak untuk
memilih salah satu calon. Tetapi dalam
memutus perkara ia wajib independen
dalam artian tidak memihak, dalam
mengambil keputusan sesuai dengan
fakta di persidangan. Dan, andaikata
di dalam memutus perkara ada
conflict of interest maka ia wajib untuk
mengundurkan diri.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 17
17
10/10/2012 2:50:45 PM
LAPORAN UTAMA
“Masih Banyak
Hakim yang Baik”
Nur Agus Susanto
K
epala Badan Pengawasan
Mahk amah Agung, M.
Syarifuddin, adalah salah
seorang yang menjadi mitra bidang
pengawasan hakim dan investigasi
Komisi Yudisial. Beberapa kali ia datang
ke Komisi Yudisial untuk membahas
implementasi dan penegakan KEPPH.
Redaksi mewawancarai Syarifuddin di
kantornya, 11 September lalu. Berikut
petikannya:
Bagaimana Bapak melihat
pelaksanaan KEPPH sejak berlaku
April 2009 hingga sekarang?
Sosialisasi KEPPH kepada seluruh
hakim kita sudah lakukan banyak sekali.
Setiap kegiatan kita lakukan bahkan
bersama-sama KY. Dari MA sendiri ada
tim ahli yang bertugas memberikan
penjelasan mengenai KEPPH dalam
kemasan yang berbeda-beda, misalnya
dalam kemasan fragmen. Di samping
dalam setiap rakernas juga selalu kita
sampaikan mengenai KEPPH. Kalau
dari segi pelaksanaan, dilihat dari
pengaduan, kelihatannya masih banyak.
Masih ribuan. Memang sebagian besar
tidak terbukti. Tetapi yang terbukti juga
banyak, yang dibawa ke MKH (Majelis
Kehormatan Hakim), bersama KY pun
sudah ada beberapa. Tetapi kalau dilihat
dari segi penjatuhan hukuman disiplin
ada penurunan dibandingkan yang
lalu. Kita berharap adanya penurunan
ini bahwa pelanggaran KEPPH memang
berkurang.
Kalau betul ada penurunan
hukuman disiplin berarti sosialisasi
KEPPH cukup efektif?
18
Kalau dilihat dari statistik angka
iya. Dan, harapan kita begitu. Bisa
juga penurunan itu disebabkan ada
pelanggaran namun tidak dilaporkan.
Menurut saya, cara efektif memberikan
materi tentang KEPPH adalah dengan
bentuk-bentuk yang menarik misalnya
fragmen-fragmen adegan tentang
prinsip-prinsip KEPPH.
Apa kendala dalam penerapan
KEPPH?
Kendala ya keterbatasan
anggaran, mengingat jumlah hakim
yang mencapai hampir 8000 orang dan
tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Oleh karena itu kita menyambut gembira
sekali kawan-kawan dari KY juga turun
melakukan sosialisasi KEPPH.
Kalau kendala secara internal,
misalnya terjadi resistensi dari hakim
apakah ada?
Tidak ada. Yang jadi porsi utama
sosialisasi itu adanya di Diklat.
Soal kesejahteraan hakim
apakah menjadi daya dorong
pelanggaran KEPPH?
Mungk in ya, k arena itu
manusiawi. Tetapi tidak berarti itu
jaminan satu-satunya. Sesungguhnya
yang membuat orang itu menjadi baik
adalah imannya.
Kalau bicara angka sebetulnya
jumlah hakim yang dijatuhi hukuman
disiplin sepertinya kan masih lebih
kecil dibanding jumlah seluruh
hakim?
Kita sudah punya kode etik sejak
sebelum KEPPH sekarang. Kita punya
data sejak 2006. Mula-mula waktu itu
M. Syarifuddin
Kepala Badan Pengawasan
Mahkamah Agung
hanya 14 hakim kemudian terus naik.
Baru belakangan terakhir ini kalau
saya tidak salah kurang dari 100. Jadi
ada penurunan. Memang kalau dilihat
dengan keseluruhan jumlah hakim 8000,
berapa persen itu ya. Kalau kita lihat
kawan-kawan yang kerja di gunung, laut,
daerah-daerah terpencil, masih banyak
yang bekerja dengan baik walaupun
dengan segala macam kesusahan.
Hanya kadang-kadang kan yang baik itu
bukan berita. Justru yang tidak baik yang
menjadi berita sehingga kadang-kadang
satu yang berbuat sepertinya semua
berbuat.
Bagaimana Anda melihat
efektivitas KY dalam mengawasi
hakim?
Saya merasa efektif. Kita sambut
baik adanya KY karena sangat membantu.
Karena KY khusus mengawasi dan
menegakkan KEPPH ini. Makannya saya
seringkali datang ke KY ke Biro Waskim,
ke Biro Investigasi untuk bekerjasama.
Apa masukan dari Bapak dalam
konteks pengawasan hakim yang
dilakukan KY?
Ta d i n y a y a n g t e r j a d i
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 18
10/10/2012 2:50:48 PM
“Menegakkan KEPPH
Perlu Melihat
Kesejahteraan Hakim”
Dinal Fedrian
B
agaimana Anda menilai
penegakan KEPPH selama
ini terhadap para hakim?
Penegakan KEPPH masih
tebang pilih. Hanya beberapa laporan
pelanggaran KEPPH yang berat yang
ditindak. Laporan MaPPI misalnya,
hingga saat ini hanya diberikan
klarifikasi, tidak pernah sampai ada
sanksi yang diberikan kepada hakim
tersebut.
Apa tantangan terberat bagi
KY dan MA dalam menjadikan KEPPH
sebagai upaya mencegah perilaku
menyimpang?
Tantangan yang jelas adalah
dalam memeriksa laporan-laporan
pelanggaran KEPPH. Laporan banyak,
dan tersebar di seluruh penjuru daerah.
Ada keterbatasan memang dalam
memeriksa pelapor, terlapor, dan/atau
saksi-saksi.
Apakah upaya pencegahan
yang dilakukan KY dan MA selama
ini sudah memadai? Jika belum, apa
yang kurang?
Upaya pencegahan baik
melakukan sosialisasi ke hakim dan
masyarakat agar semakin aware
terhadap KEPPH sudah dilakukan
dengan cukup baik. Namun, dalam
menegakkan KEPPH perlu disadari
ada aspek lain seperti kesejahteraan,
peningk atan k apasitas dan
kemampuan hakim. Hal-hal itu juga
sudah dan akan diupayakan oleh
KY-MA
Bagaimana Anda melihat
dan menilai putusan MA yang
†† inilah.com
ketidaksesuaian adalah soal KY yang
melakukan pemeriksaan terhadap teknis
peradilan. Tetapi sekarang dengan
telah berhasilnya tim penghubung
merumuskan draf petunjuk pelaksanaan
KEPPH, pemeriksan bersama, dan MKH
saya rasa kita sudah sepaham.
KEPPH kan telah diputuskan
dalam uji materi. Apakah melalui
draft-draft yang disusun tim
penghubung pasal-pasal dalam
KEPPH yang dianulir melalui uji
materi kembali dipulihkan?
Iya, sudah. Kan, yang kita buat
petunjuk pelaksanaan KEPPH. Dari
putusan uji materi kemarin, yang tidak
mengikat itu kan implementasinya,
yaitu butir 8.1-8.4 dan 10.1-10.4. Tetapi
ketentuan umum butir 8 dan 10 tetap
berlaku.
Apakah 10 butir KEPPH yang
sekarang ada ini sudah cukup?
Saya rasa sudah. K arena
Bangalore Principle saja hanya memuat
enam prinsip. Memang tuntutan
hakim begitu, harus kesepian di
tengah keramaian. Dia tidak bisa
sembarangan atau dengan bebas
bergaul dengan masyarakat. Bisa saja
suatu saat kita dekat dengan suatu
kelompok masyarakat, kemudian ada
perkaranya. Pihak lawan mungkin akan
curiga mengenai kedekatan itu.
Apa himbauan Bapak
kepada hakim-hakim dalam rangka
penerapan KEPPH?
Mohon kepada rekan-rekan
para hakim agar mematuhi KEPPH.
Syarat paling utama untuk dapat
sungguh-sungguh melaksanakan
prinsip -prinsip KEPPH adalah
mempunyai kedekatan dengan
tuhannya masing-masing. Kalau tidak
beriman gampang sekali ia dipengaruhi
oleh orang lain. Tetapi beriman saja tidak
cukup, dia juga harus berilmu, karena
hakim harus juga punya kompetensi.
Bagaimana hakim bisa memutus perkara
dengan baik kalau tidak berilmu.
Choky Ramadhan
(Ketua Harian MaPPI FHUI)
malah membatalkan sebagian isi SKB
KEPPH?
Menurut saya putusan MA tersebut
janggal, karena rawan konflik kepentingan
antara MA sebagai pembuat KEPPH
yang kalau ingin merevisi sebaiknya
duduk bersama dengan KY seperti pada
saat pembuatannya dulu. Dan, hakim
agung yang memeriksa rawan konflik
kepentingan karena termasuk objek yang
tunduk terhadap KEPPH tersebut.
Adakah hal lain yang perlu
dimasukkan ke dalam KEPPH guna
mencegah perilaku menyimpang
hakim?
Beberapa hal yang dibatalkan
MA, terkait poin 8 dan 10 sebaiknya perlu
dimasukkan lagi ke dalam KEPPH.
Bagaimana pengaruh dunia
luar terhadap kapasitas hakim
mempertahankan KEPPH?
Dunia luar sangat berpengaruh
dalam kapasitas hakim mempertahankan
KEPPH. Godaan untuk menerima suap,
bertindak diskriminatif terhadap
terdakwa, hingga melakukan perbuatan
yang tidak pantas dilakukan sebagai
hakim
Menurut pemantauan MaPPI
butir KEPPH apa yang paling sering
dilanggar oleh hakim?
Pemantauan MaPPI yang sering
dilanggar adalah poin 8.1 terkait hakim
harus melaksanakan tugas pokok sesuai
dengan hukum acara. Pemantauan
Oktober-November di pengadilan
se-Jakarta, ada 307 persidangan dari 309
persidangan yang dipantau, hakimnya
melanggar KUHAP.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 19
19
10/10/2012 2:50:48 PM
SUDUT HUKUM
Sistem hukum lingkungan mencakup rezim
hukum administrasi negara, hukum perdata,
hukum pidana dan hukum internasional melalui
perjanjian internasional yang telah diratifikasi
pemerintah dari negara yang bersangkutan.
S
ecara ekologis berdasarkan
prinsip-prinsip hukum
pengelolaan lingkungan
hidup yang bersifat holistik,
dalam praktek tidak dengan mudah
memisahkan aspek hukum yang
satu dengan aspek hukum lainnya
berdasarkan lokasi kejadian yang tunduk
pada hukum alam berdasarkan konsep
ekoregion yang tidak bertindih secara
bersamaan.
Oleh karena itu, ukuran secara
wajar (reasonable) mengenai lingkup
terjadinya dampak lingkungan
baik positif maupun negatif sangat
tergantung pada peran ilmu sebagai
model analisis ilmiah seperti penerapan
AMDAL dalam sistem perizinan,
penetapan kriteria ilmiah tentang baku
kerusakan lingkungan dan baku mutu
lingkungan, analisis risiko lingkungan
(ecological risk assessment atau ERA).
Dampak lingkungan dapat
berupa penurunan kualitas lingkungan
(mutu lingkungan pada saat terjadinya
peristiwa) yang menjadi dasar
pembentukan baku mutu lingkungan.
Sehingga, dampaknya secara hukum
disebut pencemaran lingkungan dan
perusakan fungsi lingkungan, atau
perusakan lingkungan diukur dari
dapat kembali (reversible) atau tidak
20
dapat kembali (irreversible) fungsi
lingkungan hidupnya sesuai dengan
peruntukkannya.
Pada tahap ini dampaknya secara
hukum disebut ‘perusakan lingkungan’
atau ‘eco-crime’. Dari sudut pandang
keahlian, perusakan fungsi lingkungan
yang masih dapat dipulihkan (reversible)
seperti: hutan bakau (mangrove) dan
terumbu karang (coralreefs) yang
tercemar sehingga fungsinya dalam
budidaya perikanan terganggu.
Bilamana masih dapat dipulihkan masih
dikategorikan sebagai pencemaran dan
dapat dikenakan hukum perdata.
Besarnya pengaruh ilmu
dan teknologi disertai dengan
makin majunya model analisis risiko
lingkungan membawa pengaruh
pada peran hakim sebagai pembentuk
hukum baru, termasuk pengertian
tindak pidana lingkungan dilihat dari
makin pentingnya peran ahli untuk
memberikan argumentasi kausa yang
cermat secara ilmiah untuk mengukur
dampak atau perusakan lingkungan di
bidang hukum pidana lingkungan.
Berdasarkan laporan berbagai
lembaga penelitian dan kajian para
ahli serta pengalaman para pengusaha
di bidang angkutan dan industri,
meningkatnya risiko lingkungan
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/EMRI
Tindak Pidana Lingkungan
dalam Sistem Hukum
Lingkungan
M. Daud Silalahi
Ahli Hukum Lingkungan dan Guru
Besar Hukum Administrasi Negara
Universitas Padjadjaran
sebagai ongkos produksi merupakan
pengaruh yang sangat signifikan pula
dari perubahan iklim terhadap kegiatan
usaha dalam pembentukan hukum
pidana baru. Atas dasar ini, kesadaran
akan pentingnya dipahami implikasi
dari perubahan iklim terhadap risiko
lingkungan, termasuk pidana lingkungan
perlu mendapat perhatian.
Tindak pidana lingkungan
dalam sistem hukum
lingkungan
Uraian tentang tindak pidana
lingkungan dilihat dari berbagai sudut
pandang ilmu hukum.
Pertama dari sudut prinsip
hukum, khususnya hukum lingkungan
terkait dengan penerapan asas
subsidiaritas. Prinsip ini menegaskan
bahwa hukum pidana dalam sengketa
lingkungan wajib memberikan yurisdiksi
primer (primary jurisdiction) pada
hukum administrasi negara, dengan
alasan (legal reasoning) bahwa terjadi
tidaknya perusakan lingkungan sangat
tergantung pada alat ukur teknis dan
ilmiah (syarat-syarat), pemberian izin
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 20
10/10/2012 2:50:52 PM
kegiatan oleh instansi yang berwenang
yang memiliki keahlian menilai secara
teknis dan ilmiah kelayakan lingkungan
SPLH, pada kegiatan yang berdampak
penting didasarkan pada Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL)
Kedua, apakah dampak
lingkungan bersifat dapat dipulihkan
(reversible) atau tidak dapat dipulihkan
(irreversible). Seperti contoh tentang
pencemaran hutan bakau dari
tumpahan minyak kapal. Bilamana
fungsi lingkungan ekosistem mangrove
seperti tempat pembiakan ikan tidak
dapat lagi berfungsi sebagai lazimnya,
maka dapat dikategorikan telah
terjadi perusakan (fungsi) lingkungan
dan oleh karenannya dapat diartikan
sebagai tindak pidana lingkungan
(eco-crime).
Ketiga, karena tindak pidana
umumnya dilakukan oleh perusahaan
b e s a r, t e r m a s u k p e r u s a h a a n
multinasional, tindak pidana lingkungan
dapat mengancam keberlanjutan peran
pelaku bisnis dalam pembangunan/
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena
itu, di berbagai negara, terutama negara
yang mulai tumbuh menjadi negara
maju, sanksi pidana yang maksimum
5 tahun dapat diselesaikan dengan
mekanisme negosiasi berdasarkan
prinsip-prinsip ekonomi. Atas alasan
di atas makin maju suatu negara, dan
makin tinggi kesadaran lingkungan
masyarakat dan aparat penegak hukum,
cenderung mengurangi peran tindak
pidana dalam sistem penegakan hukum
lingkungan.
Keempat, keterlibatan ilmu
lingkungan dan teknis lingkungan
pada proses pembuktian. Pengetahuan
hakim diharapkan tidak terbatas pada
ilmu hukum tetapi juga memperhatikan
pengertian ilmu-ilmu lain seperti
ekonomi, kimia, dan geologi. Hal ini
berguna untuk mengetahui, misalnya,
terhadap longsor akibat pembalakan
liar (illegal logging). Rusaknya hutan
bakau (mangrove) yang menyebabkan
rusaknya fungsi mangrove sebagai
tempat budidaya ikan, dan risiko
lingkungan karena perubahan iklim,
seperti rusaknya produksi pertanian
dan sebagainya.
Kelima, proyek-proyek
pembangunan yang tidak sesuai
dengan studi kelayakan serta mutu
konstruksi bangunan (engineering
design) yang menimbulkan risiko
lingkungan pada pihak ketiga, telah
membawa perkembangan baru di
bidang pidana lingkungan dilihat dari
tingkat bahayanya pada manusia dan
makhluk hidup lainnya.
Melalui uraian di atas telah dapat
diperlihatkan dengan jelas, bahwa
dengan meningkatnya peran ilmu dan
teknologi dalam pembentukan hukum
baru, maka peran undang-undang
sebagai sumber hukum utama akan
menghadapi tantangan terhadap
kebutuhan hukum baru, sehingga
pembentukan hukum baru melalui
putusan pengadilan (case law), termasuk
hukum pidana lingkungan dirasakan
makin penting.
Peran hakim dalam
pembentukan ketentuan
hukum lingkungan baru
Implikasi dari pengaruh analisis
ilmiah dari sistem perizinan, seperti
studi AMDAL dan verifikasi ilmiah dari
saksi ahli di pengadilan, terkait dengan
perkembangan ilmu dan teknologi.
Pada kegiatan pembangunan dan
bisnis yang menggunakan teknologi
tinggi, pengertian hukum dalam
undang-undang dan peraturan
pelaksanaannya telah dirasakan
ketinggalan jauh dari pengertian
ilmu pengetahuan baru yang
menyertainya.
Akibatnya, terdapat jurang yang
makin besar di antara pengertian hukum
tertulis (UU, PP dan Perda) dengan
pengertian yang berkembang dalam
praktik tentang arti dan bentuk hak
kebendaan (property rights) terkait
dengan desain, standar dan unsur-unsur
lainnya dari konstruksi, bangunan,
kemasan barang dagang yang
dipersoalkan dari peristiwa perbuatan
melawan hukum yang terjadi pada kasus
lingkungan, seperti pencemaran oleh
limbah B3 sebagai hasil proses produksi
termasuk angkutan, pengumpulan
dan penyimpanan yang mengandung
bahan-bahan kimia yang bersifat toksis
dan risiko tinggi, serta penggunaan
alat-alat baru yang berkembang di
pasar.
Oleh karena itu, sesuai dengan
klausula dalam undang-undang tentang
kekuasaan kehakiman yang memberikan
wewenang pada hakim melakukan
pembentukan hukum baru (case law)
berdasarkan perkembangan ilmu dan
teknologi, maka peran hakim dalam
pembentukan hukum baru yang paling
akseptabel dan sesuai dengan tuntutan
pasar dalam perspektif ekonomi,
teknologi dan ilmu pengetahuan sangat
penting.
Model kajian ilmiah terhadap
hubungan kausal antara tindak pidana
lingkungan karena pencemaran
dan akibatnya yang menyebabkan
bahaya pada pihak lain (korban) hanya
dapat dipahami secara ilmiah yang
membutuhkan verifikasi ilmiah oleh
ahli dihadapan hakim.
Hal ini untuk memperkuat ‘legal
reasoning’ bagi pertimbangan hakim
dengan argumentasi yang meyakinkan.
Hal ini membawa kita pada pernyataan
Holmes, bahwa “The life of the law has not
been logic; it has been experience”.
Bagian makalah yang disampaikan
pada pelatihan tematik tindak
pidana khusus yang diselenggarakan
Komisi Yudisial di Medan, 12 – 14
September 2012.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 21
21
10/10/2012 2:50:52 PM
SUDUT HUKUM
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ADNAN
Harapan Komisi Yudisial
Terhadap Masyarakat dan
Perguruan Tinggi
Muzayyin Mahbub
Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial
Republik Indonesia
P
asal 24B UUD Negara Republik
I ndonesia Tahun 1945
merupakan dasar hukum paling
kuat yang mengatur tentang
kedudukan dan kewenangan Komisi
Yudisial.
Diakuinya kedudukan Komisi
Yudisial sebagai lembaga negara dalam
struktur ketatanegaraan juga diperkuat
dengan ketentuan Pasal 2, Pasal 6 ayat
(2) dan Pasal 8 UU Nomor 22 Tahun 2004
tentang Komisi Yudisial sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 18 Tahun
2011, UU Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Keprotokolan, PP Nomor 62 Tahun 2009
tentang Hak Keuangan/Administratif
bagi Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota
Komisi Yudisial serta Mantan Ketua,
Wakil Ketua, dan Anggota Komisi Yudisial
beserta Janda/Dudanya. Dalam praktek
pertemuan ketua lembaga-lembaga
negara pun kedudukan Komisi Yudisial
diakui setara.
Kewenangan konstitusional Komisi
Yudisial seperti disebutkan dalam Pasal
24B UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 adalah mengusulkan pengangkatan
22
Komisi Yudisial merupakan lembaga negara
produk reformasi yang dibentuk dalam
kerangka pelaksanaan reformasi bidang hukum,
khususnya reformasi peradilan. Kedudukannya
dalam struktur ketatanegaraan adalah setara
dengan delapan lembaga negara lain yaitu MPR,
Presiden, DPR, DPD, MA, MK, dan BPK yang
memperoleh atribusi kewenangannya langsung
dari konstitusi.
hakim agung, dan wewenang lain dalam
rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku hakim.
Selain tugas-tugas konstitusional
ada beberapa tugas lain yang diamanatkan
oleh Undang-Undang. Dalam UU Nomor
49, 50, 51 Tahun 2009 disebutkan bahwa
Komisi Yudisial bersama-sama dengan
Mahkamah Agung melakukan proses
seleksi pengangkatan hakim. Kemudian
dalam UU Nomor 48 Tahun 2009
disebutkan Komisi Yudisial mempunyai
tugas dapat menganalisis putusan hakim
yang telah berkekuatan hukum tetap
dalam rangka pengusulan/rekomendasi
mutasi hakim.
Disahkannya UU Nomor 18 Tahun
2011 tentang Perubahan Atas UU Nomor
22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial
menambah deretan tugas baru yang wajib
diemban. Tugas-tugas baru Komisi Yudisial
sebagaimana diatur dalam UU Nomor 18
Tahun 2011 meliputi :
a. mengusulkan pengangkatan hakim
ad hoc pada Mahkamah Agung;
b. mengupayakan peningkatan kapasitas
dan kesejahteraan hakim;
c. melakukan langkah hukum dan/
atau langkah lain terhadap orang
perseorangan, kelompok orang atau
badan hukum yang merendahkan
kehormatan dan keluhuran martabat
hakim.
Pada dasarnya hal di atas
merupakan penguatan pelaksanaan
tugas-tugas konstitusional, terutama
terkait dengan fungsi menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat serta perilaku hakim.
UU Nomor 18 Tahun 2011 di
samping memberikan beberapa tugas
baru, juga memberikan penguatan
kewenangan. Kewenangan baru yang
memperkuat eksistensi Komisi Yudisial
itu meliputi :
a. menetapkan Kode Etik dan/
atau Pedoman Perilaku Hakim
bersama-sama dengan Mahkamah
Agung;
b. menjaga dan menegakk an
pelaksanaan Kode Etik dan/atau
Pedoman Perilaku Hakim;
c. melakukan verifikasi, klarifikasi
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 22
10/10/2012 2:50:53 PM
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
dan investigasi terhadap dugaan
pelanggaran Kode Etik dan/atau
Pedoman Perilaku Hakim secara
tertutup;
dapat meminta bantuan kepada
aparat penegak hukum untuk
melakukan penyadapan dan merekam
pembicaraan dalam hal adanya
dugaan pelanggaran Kode Etik dan/
atau Pedoman Perilaku Hakim oleh
hakim, dan aparat penegak hukum
wajib menindaklanjuti permintaan
Komisi Yudisial ;
melakukan pemanggilan paksa
terhadap saksi;
Mahkamah Agung wajib
melaksanakan rekomendasi Komisi
Yudisial dalam waktu 60 hari sejak
rekomendasi Komisi Yudisial
disampaikan;
jika tidak ada perbedaan pendapat
dan dalam waktu 60 hari Mahkamah
Agung belum menjatuhkan sanksi,
maka usulan Komisi Yudisial berlaku
otomatis dan wajib dilaksanakan;
jika terjadi perbedaan pendapat
antara Mahkamah Agung dan
Komisi Yudisial mengenai usulan
Komisi Yudisial terkait sanksi di luar
sanksi pemberhentian tetap, maka
dilakukan pemeriksaan bersama,
yang ketentuan mengenai tata cara
pemeriksaannya diatur bersama
oleh Komisi Yudisial dan Mahkamah
Agung;
jika dalam pemeriksaan bersama
terjadi perbedaan pendapat (tidak
mencapai kata sepakat), maka usulan
Komisi Yudisial sepanjang terkait
dengan Kode Etik dan/atau Pedoman
Perilaku Hakim, berlaku secara
otomatis dan wajib dilaksanakan oleh
Mahkamah Agung.
usulan sanksi pemberhentian tetap
diusulkan Komisi Yudisial kepada
Majelis Kehormatan Hakim yang
anggotanya 3 hakim agung dan 4
anggota Komisi Yudisial;
Mahkamah Agung wajib
melaksanakan keputusan Majelis
Kehormatan Hakim dalam waktu
paling lama 30 hari.
Tak hanya penambahan tugas
dan penguatan kewenangan, UU
Nomor 18 Tahun 2011 juga memberikan
unsur penguatan secara kelembagaan.
Sekretariat Jenderal yang semula hanya
bertugas memberikan dukungan
teknis administrasi, saat ini juga ditugasi
memberikan dukungan teknis operasional.
Penguatan kelembagaan juga hadir dalam
klausul yang menyatakan Komisi Yudisial
dapat mengangkat penghubung di daerah
sesuai dengan kebutuhan.
Penambahan tugas baru,
penguatan wewenang dan kelembagaan
yang diberikan kepada Komisi Yudisial
melalui UU Nomor 18 Tahun 2011 tentu
memberikan harapan yang cukup besar
bagi terwujudnya proses reformasi
peradilan.
Meski begitu Komisi Yudisial
berpendapat bahwa sebesar apa pun
kewenangan diberikan kepada lembaga,
tanpa dukungan publik/ masyarakat dan
kerjasama serta niat baik dari seluruh
pemangku kepentingan, tugas-tugas yang
sangat mulia tersebut tidak mungkin dapat
terlaksana dengan baik dan optimal.
Sejak awal berdiri, Komisi Yudisial
telah menetapkan garis kebijakan yang
menempatkan civil society sebagai mitra
stretegis.
Dalam kerangka ini maka Komisi
Yudisial membentuk jejaring di berbagai
daerah, terdiri dari LSM/ormas dan
perguruan tinggi (negeri dan swasta).
Adalah fakta bahwa perhatian
masyarakat dalam pemberantasan mafia
peradilan, yang merupakan bagian tugas
Komisi Yudisial, saat ini belum seperti/
sekuat perhatian masyarakat dalam
pemberantasan korupsi. Padahal akibat
yang ditimbulkan oleh mafia peradilan
lebih buruk daripada akibat korupsi. Dalam
mafia peradilan ada kerugian ekonomi.
Paling dahsyat, mafia peradilan dapat
meruntuhkan sendi-sendi/pilar-pilar
kehidupan berbangsa dan bernegara
sebagai negara hukum.
Sikap permisif dan karena merasa
bukan dirinya yang dirugikan secara
langsung menjadi salah satu faktor belum
masifnya gerakan pemberantasan mafia
peradilan.
Oleh karenanya, penting bagi
Komisi Yudisial membangun masyarakat
agar memiliki kesadaran yang tinggi untuk
tidak menjadi bagian dari mafia peradilan
sehingga membantu proses penjagaan
penegakan kehormatan dan keluhuran
martabat hakim.
Komisi Yudisial mengharapkan dan
memandang peran serta perguruan tinggi
sangat penting dan strategis.
Melalui peran akademis, perguruan
tinggi dapat melakukan berbagai kegiatan
seperti seminar dan lokakarya bersama,
kuliah umum, penelitian putusan hakim
dan penelitian-penelitian lain yang
bertujuan meningkatkan kapasitas
hakim dan peradilan, KKN Tematik bagi
mahasiswa fakultas hukum, maupun
kegiatan mandiri yang arahnya
meningkatkan kapasitas keilmuan
dan integritas mahasiswa fakultas
hukum sebagai calon penegak hukum
diantaranya hakim. Sementara melalui
peran kemasyarakatan, perguruan tinggi
dapat membantu Komisi Yudisial dalam
kegiatan-kegiatan sosialisasi kelembagaan
Komisi Yudisial, edukasi publik, advokasi,
pemantauan persidangan /perilaku hakim
dan lain-lain.
Melalui kerjasama sinergis Komisi
Yudisial dengan perguruan tinggi,
diharapkan pada saatnya cita-cita
membangun peradilan bersih, merdeka
dan bertanggung jawab dalam rangka
menegakkan hukum dan keadilan dapat
terwujud.
Tulisan ini disampaikan dalam
kegiatan sosialisasi kelembagaan
Komisi Yudisial di IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin, 7 Agustus 2012 dan telah
disunting seperlunya.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 23
23
10/10/2012 2:50:53 PM
LEBIH DEKAT
Peradilan Agama Jangan Lagi
Dipandang Sebelah Mata
Wahyu Widiana| Direktur Jenderal Badan Peradilan Agama 2005-2012
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ EKA
Dalam buku Courting
Reform: Indonesia’s
Islamic Courts and
Justice for the Poor,
Cate Sumner dan
Tim Lindsey-penulis
buku itu-mengatakan,
peradilan agama
telah membawa tiga
perubahan utama dan
layak dianggap model
pembaruan peradilan
di Indonesia.
DINAL FEDRIAN, W. EKA PUTRA
K
etiga perubahan itu adalah
pelayanan yang diberikan,
peningkatan transparansi
pengadilan melalui publikasi
berita dan informasi terperinci tentang
hasil kinerja dan berbagai aspek
pengadilan, serta peningkatan akses
seluas-luasnya terhadap pencari keadilan
yang termarjinalkan seperti wanita, orang
miskin dan masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah terpencil. Peradilan
agama menerapkan sistem pelayanan
one stop service yang menitikberatkan
pada manajemen interaksi dan
komunikasi antara hakim dan pegawai
pengadilan dengan pihak yang
24
berperkara. Peningkatan transparansi
dan penyebaran informasi diwujudkan
melalui penggunaan teknologi informasi
yaitu pemberdayaan situs resmi
pengadilan-pengadilan agama. Dari buku
Courting Reform: Indonesia’s Islamic Courts
and Justice for the Poor diungkapkan, pada
2005 Direktorat Jenderal Badan Peradilan
Agama (Ditjen Badilag) dan hampir 372
pengadilan agama di seluruh Indonesia
tidak mempunyai situs resmi. Namun
saat ini terdapat lebih dari 300 situs resmi
milik Ditjen Badilag dan pengadilanpengadilan agama di seluruh Indonesia.
Tak hanya itu, pengakuan atas keunggulan
situs-situs itu telah dibuktikan. Penelitian
dan penilaian terhadap situs pengadilan
di semua lingkungan peradilan yang
dilakukan Pusat Studi Hukum dan
Kebijakan Indonesia (PSHK) pada 2011,
menempatkan Pengadilan Agama
Mempawah sebagai best of the best
untuk pengadilan tingkat pertama dan
Pengadilan Tinggi Agama Palembang
sebagai best of the best untuk pengadilan
tingkat banding. Selanjutnya mengenai
kemudahan akses bagi kaum marjinal
diwujudkan melalui program justice for
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 24
10/10/2012 2:50:57 PM
apa yang sudah dicapai. Kita harus lebih
meningkatkan lagi kinerja, integritas,
kepercayaan publik. Oleh sebab itu kita
membuat galeri (museum kecil) antara
lain untuk itu, merawat sejarah lalu
melanjutkan komitmen para pendahulu
kita yang memang sekarang lebih banyak
tantangannya terutama soal integritas
dan akhlakul karimah.
Kenapa sejarah menjadi fokus
perhatian pada peringatan HUT 130
tahun ini?
Presiden Soekarno mengatakan
jangan sekali-kali melupakan sejarah
(Jas Merah). Kalau tidak melihat sejarah
bagaimana kita tahu saat ini lebih maju
atau mundur dari sebelumnya.
Bapak dianggap sebagai
lokomotif peradilan agama oleh Wakil
Ketua Mahkamah Agung, Ahmad Kamil,
bagaimana tanggapannya?
Kalau ada pujian dari siapa pun
saya hanya mengucapkan Alhamdulillah.
Saya ini hanya kebetulan saja pas diangkat
jadi dirjen yang pertama setelah satu
atap. Menurut saya peradilan agama ini
diisi oleh orang-orang yang tawadhu,
mudah diatur. Jadi, karena faktor itu lebih
mudah mewujudkan suatu gagasan. Saya
hanya diuntungkan saja, ada pun yang
melakukan adalah kawan-kawan.
Motivasi dan cita-cita Bapak
pada awalnya menjadi Dirjen Badilag
sebenarnya seperti apa?
Sederhana saja, inginnya kalau di
pengadilan semua orang dilayani dengan
bagus tanpa melihat duit. Makannya
begitu ada kesempatan program justice
for the poor, itu kita perkuat betul.
Prinsipnya sederhana, kalau orang
miskin berperkara dia membutuhkan
kepastian hukum. Tapi,karena perkara
di peradilan agama adalah perdata yang
membutuhkan uang maka bagi orang
miskin kita bayar pakai biaya negara
(prodeo).
Selain hambatan dari soal uang,
orang miskin juga mengalami kesulitan
akses ke pengadilan karena faktor jarak
yang jauh dari tempat tinggalnya. Oleh
karena itu orang pengadilan yang
mendatangi mereka, koordinasi dengan
pemerintah setempat. Sebab banyak
di tempat-tempat terpencil ada orang
nikah tetapi tidak punya surat nikah, jadi
harus ada itsbat dari pengadilan. Untuk
itu dibuatlah program sidang keliling.
Kemudian bagi kaum kurang mampu
yang tidak mengerti hukum, pengadilan
bekerjasama dengan organisasi advokat
menyediakan pos bantuan hukum.
Sementara untuk pelayanan secara
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/EKA
the poor yang terdiri dari sidang keliling,
perkara prodeo, dan pos bantuan hukum
di setiap pengadilan.
Di balik semua perubahan ini
terdapat sosok penting yang merintis,
melakukan, dan mengawalnya. Ia adalah
Wahyu Widiana, Dirjen Peradilan Agama
sejak 2 Agustus 2005 hingga pensiun
di akhir September 2012. Saat puncak
perayaan 130 tahun peradilan agama,
pertengahan September lalu, Wakil Ketua
Mahkamah Agung Bidang Non Yudisial
Ahmad Kamil, memujinya sebagai
lokomotif peradilan agama. Motivasi
Wahyu untuk memajukan peradilan
agama sebenarnya sederhana. Ia hanya
ingin semua pihak dilayani dengan
sebaik-baiknya di pengadilan.
Beban sejarah masa lalu juga
menjadi cambuk baginya agar peradilan
agama tidak terus menerus dianggap
sebelah mata. Oleh sebab itu dalam
perayaan 130 tahun peradilan agama
tahun ini ia memfokuskan konsep
perayaan dengan melihat sejarah.
Sebuah galeri yang mempertontonkan
perjalanan sejarah peradilan agama sejak
1882 ia buat di kantor Ditjen Badilag yang
berada di lantai 6 gedung Sekretariat
Mahkamah Agung, kawasan Rawasari,
Jakarta Pusat. Merawat sejarah adalah
hal yang penting menurutnya. Untuk
mengetahui sosok dan pemikiran pria
kelahiran Tasikmalaya 18 September
1952 ini, redaksi berkesempatan
mewawancarainya pada 21 September
lalu di ruang kerja beliau.
Apa makna hari jadi 130 tahun
peradilan agama?
Saya merasa momen ini bagus
untuk membangun komitmen,
membangun soliditas kemudian untuk
meningkatkan integritas. Oleh karena
itu dalam perayaan HUT kali ini kita
bertujuan untuk merawat sejarah supaya
orang-orang peradilan agama tahu
sejarah. Selain itu momen HUT ini juga
dijadikan ajang kontemplasi/tafakkur
terhadap apa yang sudah dilakukan,
Galeri yang berisi benda-benda bersejarah peradilan agama di kantor Ditjen Badilag.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 25
25
10/10/2012 2:51:01 PM
LEBIH DEKAT
lama. Kedua, pengadilan itu sulit diakses.
Masyarakat tidak tahu bagaimana
prosedur berperkara, biayanya berapa.
Ketiga, pengadilan ini cenderung korup.
Semua ini oleh penulis buku itu, Dory
Reiling, bisa diatasi dengan teknologi
informasi. Kalau memang berperkara
terlalu lama atau sulit diakses, sekarang
ada website. Harus dimuat informasi
di website berapa biaya perkara,
bagaimana proses berperkara. Dengan
begitu orang pengadilan akan sulit
untuk korupsi karena masyarakat
sudah mengetahui informasi prosedur
dan biaya berperkara melalui website.
Kalau berperkara prosesnya lama,
maka dengan aplikasi sistem informasi
administrasi perkara pengadilan
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/EKA
umum di pengadilan kita kembangkan
konsep one stop service. Ada manajemen
komunikasi interaksi yang dilakukan
sehingga tidak mudah antara pihak yang
berperkara dengan hakim atau pegawai
pengadilan bertemu. Hanya boleh dalam
waktu tertentu, tempat tertentu, keadaan
tertentu, tidak boleh sembarangan. Kita
sudah menyusun peraturan bekerjasama
dengan pengadilan-pengadilan tinggi
agama apa yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh hakim dan pegawai
pengadilan.
Kenapa teknologi informasi
menjadi prioritas kebijakan Bapak
bukan malah memperjuangkan
kesejahteraan hakim-hakim dan
pegawai pengadilan agama?
Laboratorium sistem informasi administrasi perkara pengadilan agama (SIADPA) di kantor Ditjen
Badilag. Kalau kesejahteraan hakim,
Badilag hanya bisa mengusulkan. Bolanya
di tangan pemerintah dan DPR. Tetapi
teknologi informasi kita bisa gerakkan
dan relatif singkat dalam 5-10 tahun
dapat betul-betul dilakukan. Apalagi,
dalam buku Technology for Justice: How
Information Technology can Support
Judicial Reform dikatakan, sejak dulu di
seluruh dunia bahkan sampai sekarang
ada tiga keluhan besar masyarakat di
pengadilan. Pertama, perkara selesainya
26
agama (SIADPA) data pihak-pihak yang
berperkara ketika diinput sudah otomatis
menyebar ke kasir, ke juru sita yang akan
memanggil pihak tersebut untuk sidang,
ke hakim. Jadi cepat sekali, bahkan
untuk panitera pengganti dimudahkan
dalam membuat berita acara dengan
aplikasi ini. Demikian pula untuk hakim,
dimudahkan untuk membuat putusan.
Begitu perkara selesai diputus, inkracht,
segera dipublikasikan. Jadi itu menurut
saya kenapa teknologi informasi lebih
penting, karena melahirkan transparansi.
Kalau kesejahteraan, gajinya dinaikkan
berapa saja belum tentu menjamin
integritasnya.
Perkara yang menonjol di
pengadilan agama adalah cerai gugat,
bagaimana Bapak memandang hal ini
dan bagaimana pula peran pengadilan
agama sebagai mediator?
Memang betul secara kondisi
nasional perkara cerai gugat lebih
banyak dibanding cerai talak, sekitar 70%
berbanding 30%. Pengadilan tidak bisa
apa-apa karena pasif. Hal ini mungkin
menggambarkan perempuan banyak
yang terzalimi atau karena sekarang
perempuan sudah peduli tentang haknya
dengan adanya peningkatan sensitivitas
gender. Kita telah melakukan pelatihan
mediasi, mungkin sekitar setengah hakim
agama sudah ikut pelatihan ini.
Apabila melihat hasilnya kalau
untuk memediasi tidak jadi cerai itu
sangat sulit, di negara mana pun. Di
Indonesia ada semacam persepsi
yang dianggap berhasil atau tidaknya
itu adalah perceraian itu sendiri. Ada
pun akibatnya seperti masalah anak,
masalah harta, kalau perkara pokoknya
tidak berhasil maka akibat-akibat yang
ditimbulkannya itu dianggap tidak ada.
Padahal dalam prakteknya hakim itu
punya kompetensi dalam hal mediasi
akibat dari perceraian.
Bagaimana konsep Bapak untuk
meningkatkan kapasitas hakim di
lingkungan peradilan agama?
Kalau dari segi substansi kita
memberikan training yang bukan
bersifat ceramah tetapi praktek yaitu
bedah berkas. Yang mentraining hakim
tinggi atau kadang-kadang hakim
agung. Untuk mengatasi keterbatasan
anggaran dan lokasi untuk pelatihan
maka kita berlakukan sistem training
of trainer. Utamanya para hakim
tinggi yang mendapatkan training
of trainer ini. Kemudian dari segi
pelayanan, integritas, kita mengadakan
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 26
10/10/2012 2:51:04 PM
pembekalan-pembekalan tertentu,
penilaian-penilaian tertentu. Pimpinan
itu harus mengerti program-program.
Kadang-kadang pimpinan kan tidak tahu
website, SIADPA. Ini tidak boleh. Sebab
website itu bukan pekerjaan admin saja
tetapi citra kantor, jadi harus diketahui
pimpinan. Kita juga mengembangkan
sistem fit and proper tes. Saat ini baru
Ketua PA tertentu yang mengikutinya,
utamanya PA Kelas IA. Diantaranya dalam
ujian itu adalah fit and proper test IT.Saya
sendiri yang mengujinya. Caranya, saya
bertanya kepada mereka tentang website
pengadilannya, berita apa yang diupdate
terakhir.
Tidak ada dalam kamusnya
sekarang ini pimpinan gagap teknologi.
Saya juga sering melakukan inspeksi
mendadak ke pengadilan. Bukan ingin
lihat kesalahannya tetapi ingin melihat
kenyataan yang ada di pengadilan. Saya
datang, ngobrol dengan pihak yang
berperkara. Misalnya waktu di Garut
saya datang diam-diam, ngobrol dengan
pihak berperkara soal biaya perkara.
Hasilnya kami beritakan (http://badilag.
net/component/content/article/315berita-kegiatan/6880-kunker-dirjenbadilag-ke-garut-3112.html).
Selama 16 kali pelaksanaan MKH
hanya 3 hakim agama yang sempat
disidang dalam forum itu. Apakah
memang hakim agama lebih bagus
perilakunya atau pengawasan dari
Badilag cukup efektif?
Sebaik apa pun sistem atau
peraturan, manusialah faktor utamanya.
Tapi sistem juga penting. Kalau saya lihat
sidang MKH yang dijalani para hakim
agama, saya melihat faktor integritas
pribadi memang lebih dominan.
Seperti yang dari Pare-Pare, ia juga
sebagai dosen, menggelapkan uang
mahasiswanya yang membayar kuliah.
Ia juga menikah siri. Kemudian ada juga
yang dijatuhi sanksi oleh MKH karena
perbuatan asusila. Untuk perbuatan
asusila ini memang godaan yang besar
di pengadilan agama. Sebab yang
berperkara itu kan calon-calon janda.
Bila dikasih hati jangankan oleh hakim
atau panitera, oleh pegawai biasa saja
mungkin bisa tergoda. Baik-buruknya
pengadilan itu tergantung dari
pimpinannya. Kalau pimpinannya dapat
menjadi teladan, perhatian, Insya Allah
pengadilannya juga jadi baik.
Akhir September Bapak
memasuki masa purnabhakti sudah
puaskah dengan hasil kerja yang
dilakukan?
Saya senang bukan puas.
Terus terang banyak yang masih
bolong-bolong. Hanya saya senang
kawan-kawan kompak. Di pengadilan
agama ini satu iklim, satu musim. Ini perlu
dipertahankan dan dasar yang kuat.
Ada pun hasil-hasil kerja yang sudah
diapresiasi oleh berbagai pihak bagi saya
untuk motivasi saja. Saya juga kurang
yakin apakah betul hasil kerja yang telah
dicapai sesuai apresiasi yang diberikan
tersebut.
Harapan Bapak kepada Komisi
Yudisial untuk kepentingan peradilan
agama seperti apa?
Kalau saya sudah menganggap
Komisi Yudisial bagus. Komisi Yudisial
saya kira perlu memberi apresiasi positif
kepada hakim atau pengadilan.
Curriculum Vitae
Nama
: Wahyu Widiana
Tempat/Tanggal Lahir : Tasikmalaya, 18 September 1952
Jabatan Terakhir
: Dirjen Badilag MA (2 Agustus 2005 – 28 September
2012)
Pendidikan Terakhir
: S2 Near Eastern Studies, University of Michigan Amerika
Serikat (1990)
Riwayat Karir
: StafpadaPengadilan Agama Jakarta Utara
(1978-1981)
Hakim AnggotaTidakTetap (Hakim Honor) PA Jakarta
Utara (1981-1982)
Kepala Seksi Hisab Rukyat pada Ditbinpera
(1981-1991)
Kasubdit PertimbanganHukum Agama &Hisab Rukyat
(Agustus 1991 - Mei 1996)
Kasubdit enelitian & Pengabdian Masyarakat (Mei
1996 - Desember 1996)
Kepala Hubungan & Kerjasama Luar Negeri (Desember
1996 - November 1998)
Kepala Bagian Tata Usaha Pimpinan (November 1998
- September 1999)
Staf Ahli Menteri Bidang Kerukunan Umat Beragama
(September 1999 - Mei 2000)
Direktur Pembinaan Badan PeradilanAgama
(Dirbinbapera) pada Ditjen Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam (Mei 2000 - Juni 2001)
Direktur Pembinaan Peradilan Agama (Dirbinpera)
pada Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji
(Juni 2001 - 2005)
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 27
27
10/10/2012 2:51:05 PM
SELINTAS
Pengadilan Agama Tulungagung
Teladan dari Bumi Lawadan
†† DOC. PA Tulungagung
Arif Budiman, W. Eka Putra
Gedung Pengadilan Agama Tulungagung
Lembaga peradilan terus bergerak menuju perbaikan. Tidak
hanya pada level pusat di Mahkamah Agung, juga termasuk
satuan-satuan kerja yang ada di daerah. Salah satunya adalah
Pengadilan Agama Tulungagung yang terus berupaya
meningkatkan pelayanan untuk para pencari keadilan.
P
erkara semacam cerai,talak
dan waris yang dulunya rumit
dan bertele-tele di benak
sebagian masyarakat kini
tidak lagi berkat konsep pelayanan
one stop service tadi. Kemudahan
itu sudah terasa ketika pertama kali
kita menjejakkan kaki ke beranda PA
Tulunggagung.Kita seolah berada di
hotel atau bank.Gedung megah serta
28
ditunjang dengan fasilitas yang nyaman
dan cepat menjadi salah satu kelebihan
Pengadilan Agama Tulunggaung.”Model
pelayanan kita bahkan dijadikan sebagai
bahan studi banding oleh PA maupun
PTA di luar Jawa Timur, Alhamdulillah
ini merupakan anugerah atas kerja
keras yang terus kami kembangkan
selama ini,”. Ujar Panitera/Sekretaris
PA Tulungagung, Machsun.
Rabu (12/09/2012) pagi, seorang
perempuan berniat mendaftarkan
gugatan cerai ke PA Tulungagung.
Dirinya mengisi blangko khusus yang
sebagian berisi uraian dan sebagian lagi
hanya berupa check list.
“Tidak sulit kok, mas,” jawabnya
ketika ditanya salah seorang petugas
mengenai kesulitan pengisian blangko
tersebut. Perempuan yang menggugat
cerai suaminya tersebut merasakan
betul manfaat dari sistem pelayanan
terpadu yang diterapkan oleh PA
Tulungagung.
PA Tulungagung menyediakan
blangko gugatan cerai untuk para
pihak yang hendak beperkara. Selain
blangko gugatan cerai, ada pula
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 28
10/10/2012 2:51:08 PM
Proses berperkara di PA
Tulungagung
Pelayanan publik di PA Tulungagung.
untuk mendapatkan nomor antrian
layaknya di bank agar mendapatkan
pelayanan dari petugas informasi. Bila
saatnya tiba, terdengar suara panggilan
dari mesin otomatis, disertai tampilan
panggilan di layar LCD yang terpajang
di meja informasi.
Bagi masyarakat yang hendak
beperkara, baginya diberi informasi
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/EKA
Masyarak at yang hendak
beperkara dapat menghadap meja
informasi/resepsionis. Hampir seluruh
pelayanan pengadilan berhulu dan
berhilir di sini. “One stop service
and education. Itu motto kami,” ujar
Machsun.
Bagi masyarakat yang baru
mendatangi meja informasi dapat
langsung menekan tombol khusus
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ ARIF BUDIMAN
blangko permohonan cerai talak dan
blangko-blangko lain sesuai kompetensi
peradilan agama. Di samping itu, untuk
orang-orang yang akan menjadi saksi
dalam persidangan, pengadilan agama
kelas IA ini menyediakan blangko juga.
Penyediaan blangko ini bertujuan untuk
memudahkan masyarakat yang akan
berperkara.
Upaya ini ditempuh lantaran
secara resmi di PA Tulungagung
belum ada Pos Bantuan Hukum yang
memberikan jasa pembuatan gugatan
bagi orang-orang yang tidak mampu.
Pengadilan juga tidak melayani
pembuatan gugatan.
Layar informasi hasil perkara, fasilitas yang dimiliki PA Tulungagung.
mengenai dokumen-dokumen yang
diperlukan dan prosedur beperkara.
Bila dokumen telah lengkap, termasuk
surat gugatan, maka berkas itu diterima
petugas informasi untuk selanjutnya
dokumen itu diteruskan ke meja I.
Namun apabila surat gugatan
belum siap, pihak yang hendak
berperkara akan diberi blangko surat
gugatan dengan terlebih dahulu diberi
petunjuk mengenai cara mengisinya.
Tepat di samping kiri dan kanan meja
informasi terdapat meja dan bangku
khusus untuk pengisian blangko
gugatan, lengkap dengan alat tulis.
Petugas pada meja I akan
menyerahkan surat kuasa untuk
membayar (SKUM) termasuk
menjelaskan jumlah panjar biaya
perkara beserta rinciannya. Proses
berikutnya adalah membayar panjar
biaya perkara di bank yang terletak di
lantai satu gedung PA Tulungagung.
“Kami mengadakan kerjasama
dengan pihak bank untuk membuka loket
di sini, agar memudahkan masyarakat,”
ujar Machsun. Terbukti, ketika melongok
ke sisi samping pengadilan berdiri
konter mini sebuah bank pemerintah
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 29
29
10/10/2012 2:51:18 PM
Panitera/Sekretaris PA Tulung Agung, Machsun (kanan) dan Wakil Sekretaris, Alwie.
Ketua PA Tulung agung, Hidayat.
Bersamaan dengan pembayaran
biaya panjar,petugas meja I akan
memasukkan data gugatan ke komputer
dengan menggunakan sistem informasi
administrasi perkara pengadilan agama
(SIADPA). Sekitar 15 menit, seluruh
berkas gugatan berhasil dibuat. Petugas
meja I kemudian menyerahkannya ke
petugas informasi. Panggilan dari mesin
otomatis kemudian berkumandang
lagi. Berbekal kuitansi dari bank, orang
yang hendak berperkara tersebut lantas
menemui petugas meja informasi lagi.
Tak lama kemudian, petugas meja
informasi menyerahkan berkas gugatan
yang sudah disertai nomor register
perkara. Dengan demikian, rampunglah
proses pendaftaran perkara.
Terobosan pelayanan
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ ARIF BUDIMAN
yang melayani pembayaran berkaitan
dengan biaya perkara dan juga transaksi
perbankan umum lainnya. “Bahkan
sudah ada pembicaraan dengan
salah satu bank nasional daerah di
Jatim untuk kerjasama pendirian
Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di depan
Pengadilan Agama Tulungagung untuk
memudahkan para pencari keadilan,
biar mereka kalau butuh uang ga usah
jauh-jauh keluar,”. tegas Wakil Sekretaris
PA Tulungagung, Alwie.
Posko bantuan hukum PA Tulungagung.
30
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ EKA
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ EKA
SELINTAS
Untuk memperlancar pelayanan,
PA Tulungagung menyediakan tiga jenis
mesin antrian. Ketiga-tiganya diletakkan
di dekat di meja informasi dan disertai
petunjuk penggunaannya. Mesin
antrian pertama ialah untuk menghadap
petugas meja informasi. Mesin antrian
kedua untuk menghadap kasir apabila
pihak berperkara hendak mengambil
sisa panjar biaya perkara. Sementara itu,
mesin antrian ketiga fungsinya untuk
bersidang.
Selain mesin nomor antrian, di
ruang tunggu pengadilan disediakan
dua layar LCD yang masing-masing
berukuran 32 inchi yang diletakkan di
atas pintu masuk ruang sidang 1 dan 2.
Bila waktu sidang tiba, sebuah panggilan
dari mesin bergaung. Bersamaan
dengan itu, di layar LCD terpampang
informasi mengenai nomor antrian,
nomor perkara dan nama para pihak.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 30
10/10/2012 2:51:28 PM
“Mesin antrian ini sangat
berguna untuk mengukur kinerja
hakim dan pegawai,” tutur Alwie. Dirinya
disebut-sebut sebagai pionir prosedur
mesin antrian ini. Model antrian seperti
ini dirasakan sangat bermanfaat oleh
para pengguna jasa pengadilan
agama, karena mereka tahu berapa
nomor antriannya, terlebih ada juga
speakerphone untuk memanggil antrian
para pemohon sidang ketika giliran
mereka tiba. Jadi para pencari keadilan
benar-benar dimanjakan dengan fasilitas
dan kemudahan yang disediakan oleh PA
Tulungagung.
Selain memiliki Standard
Operating Procedure (SOP) pelayanan
di pengadilan, PA Tulungagung memang
membuat data spesifik berupa track
record pelayanan. Data itu menyebutkan
siapa melakukan apa dan berapa
waktu yang dihabiskan. Data berupa
durasi pelayanan tersebut tidak bisa
dimanipulasi sebab dihasilkan oleh
mesin yang bekerja secara otomatis.”Jadi
setiap detil pekerjaan yang dilakukan
oleh personel di PA Tulungagung bisa
terukur waktunya, itu akan sangat
bermanfaat dari segi efektifitas waktu
pekerjaan,” ungkap Machsun.
Data berupa track record
pelayanan itu dipakai untuk melakukan
evaluasi kinerja hakim dan pegawai.
Evaluasi dilakukan tiap bulan dan tiap
triwulan. Evaluasi bulanan terhadap
para hakim dilakukan oleh Ketua dan
Wakil Ketua PA Tulungagung. Sedangkan
evaluasi terhadap para pegawai dilakukan
oleh panitera/sekretaris. Adapun evaluasi
triwulan dilakukan oleh para pimpinan
pengadilan.
Hal lain yang berbeda dari
PA Tulungagung ialah penyerahan
salinan putusan sesaat setelah putusan
dibacakan. Tiap mengetahui ada
perkara yang beragenda pembacaan
putusan, panitera pengganti segera
membereskan seluruh dokumen yang
diperlukan. Karena itu, begitu putusan
ALUR MANAGERIAL SIADPA KLONING
PIMPINAN
TIM IT/
TIM SIADPA
PANITERA/SEKRETARIS
MEJA I
Pendaftaran
Respsionis
JURUSITA/JSP
Relaas Pertama
Relaas Kedua
Pemb. Isi Putusan
MEJA 2
Pencatatan Register
Antrian Sidang
Proses Persidangan
Resepsionis
HAKIM/PP
BAP
Tundaan Sidang
Konsep Putusan
MEJA 3
Pelaporan Perkara
Akta Cerai
Resepsionis
INFO PERKARA.BADILAG.NET
Informasi Perkara
Rekapitulasi Perkara
LIPA-1
LIPA-7
LIPA-8
Jadwal Sidang
Faktor Penyebab Cerai
Informasi Akta Cerai
Statistik Perkara
Alur tata kerja sistem informasi administrasi
perkara (SIADPA) di PA Tulungagung.
selesai dibacakan, pihak berperkara
dapat keluar sidang dengan membawa
salinan putusan.Masyarakat yang ketika
pembacaan putusan tidak bisa hadir,
namun telah mengambil nomor antrian
akan mendapatkan pemberitahuan oleh
pihak pengadilan yang disampaikan
melalui desa/kecamatan tempat
penggugat berdomisili.
Ditemui secara terpisah Ketua PA
Tulungagung, Hidayat, mengungkapkan
sistem pelayanan terpadu yang ada di PA
Tulungagung saat ini menjadi berkah
bagi masyarakat sekitar. “Hal semacam
ini merupakan terobosan penting dan
patut menjadi teladan bagi PA atau PN
lain di seluruh Indonesia.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 31
31
10/10/2012 2:51:28 PM
LAPORAN KHUSUS
Hakim Progresif
Angkat Bicara
NI
M KOMU
RU
FO
FK - HPI
untuk memperjuangkan kesejahteraan
korps mereka. Namun, rencana aksi
tersebut akhirnya gagal, karena beberapa
inisiatornya sempat ‘diperiksa’ oleh Badan
Pengawasan Mahkamah Agung.
Namun, kegagalan itu bukan
berarti akhir dari segalanya, para
hakim yang mayoritas bertugas
di daerah dan mengaku beraliran
progresif ini pun terus melanjutkan
aksinya dengan cara diskusi-diskusi
melalui situs jejaring sosial, facebook.
Alasan memiliki tujuan yang sama
itulah, akhirnya mereka menciptakan
komunitas hakim yang berpikiran
progresif yakni Forum Komunikasi
Hakim Progresif Indonesia. Dari hasil
komunikasinya lewat jejaring sosial,
komunitas hakim progresif ini akhirnya
A
32
H A K I M
INDONESI
M
enjadi ironi jika hakim yang
mendapatkan predikat
“yang mulia”, sekaligus
wakil Tuhan di muka bumi
ini, justru mengeluh soal kesejahteraan
kepada negara, termasuk melakukan aksi
menuntut kenaikan gaji. Selama ini, tidak
ada sejarahnya hakim melakukan unjuk
rasa memperjuangkan hak-haknya yang
terabaikan oleh pemerintah.
Hakim tetaplah manusia biasa
yang memiliki keinginan agar kebutuhan
hidupnya terpenuhi. Akibat dorongan
kesejahteraan yang terabaikan oleh
pemerintah, alkisah puluhan hakim
yang mengaku dirinya beraliran progresif
pun menyampaikan aspirasinya kepada
Presiden, Mahkamah Agung, Komisi
Yudisial, KemenPAN dan RB, serta DPR
SIF
Komunitas hakim yang
mengklaim dirinya beraliran
progresif terbentuk pada 2010.
berawal dari diskusi-diskusi di
jejaring sosial hingga bergerak
aktif memperjuangkan status
dan kesejahteraan hakim.
Ke depan, komunitas ini
diharapkan sering menggelar
seminar-seminar hukum dengan
menggandeng perguruan tinggi.
O
RE
KA
KIM P
R
G
S
M. Purwadi
HA
I
memutuskan untuk bersama-sama
memperjuangkan kesejahteraan yang
selama ini terabaikan.
Penasihat Forum Komunikasi
Hakim Progresif Indonesia, Lilik Mulyadi,
mengatakan, forum ini terbentuk pada
2010. Sehingga bisa dikatakan masih
sangat muda. Meskipun tergolong
muda, komunitas hakim progresif ini
memiliki cita-cita yang luhur yakni
memperjuangkan kesejahteraan para
hakim, terutama yang bertugas di daerah.
Salah satunya dengan menyampaikan
aspirasi langsung ke institusi terkait,
seperti Mahkamah Agung, Istana Negara,
Komisi Yudisial, MenPAN dan RB, dan
DPR. “Cara ini terbilang cukup efektif,”
kata Lilik. Faktanya, sebanyak 30 hakim
beraliran progresif, perwakilan dari hakim
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 32
10/10/2012 2:51:32 PM
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ DINAL
Para hakim menyampaikan tuntutan mengenai perbaikan status dan kesejahteraan mereka kepada Komisi Yudisial.
seluruh Indonesia yang mendatangi ibu
kota untuk menyampaikan aspirasinya
berhasil membawa perubahan bagi
kesejahteraan hakim. Tuntutan
mereka langsung direspon oleh
pemerintah. Pemerintah pun berencana
merealisasikan janji memperbaiki
status dan kesejahteraan hakim yang
mudah-mudahan tercapai pada tahun
2013.
Keberhasilan hakim progresif
memperjuangkan kesejahteraan
hakim tidak lantas berhenti sampai di
situ saja. Selain bicara kesejahteraan
hakim, harapan Lilik, ke depannya
forum komunikasi ini lebih sering lagi
melakukan ‘kopi darat’ untuk menggelar
diskusi dan seminar-seminar hukum.
Salah satunya dengan menggandeng
sejumlah universitas dan akademisi.
Diskusi semacam itu diharapkan
bisa menularkan pemahaman para
hakim progresif kepada para mahasiswa.
Apalagi, jika ditelisik, selama ini
di Indonesia disebut-sebut masih
sedikit hakim yang beraliran progresif.
Kebanyakan masih beraliran positivis
yang hanya mendasarkan kepada teks
hukum tertulis atau undang-undang
belaka. Mereka dinilai kurang menggali
keadilan yang ada di masyarakat.
Lilik yang juga Wakil Ketua
Pengadilan Negeri Jakarta Utara ini pun
merujuk pada ‘Bapak Hukum Progresif
Indonesia’ Alm Prof. Satjipto Rahardjo.
Dalam bukunya disebutkan, hukum
progresif merupakan hukum yang tak
hanya terpaku pada teks undang-undang,
tetapi harus menggali keadilan di
masyarakat. Jargonnya yang terkenal
adalah hukum untuk manusia, bukan
manusia untuk hukum. Paham inilah yang
coba digali oleh hakim yang tergabung
dalam forum komunikasi ini. “Tujuan
kami memang ingin menghimpun
semua pemikiran-pemikiran terutama
hakim-hakim yang progresif, karena kita
tahu kebanyakan hakim itu kan berpikir
legal formal. Kami ingin mendekatkan
nuansa keadilan dalam putusan,” jelas
Lilik.
Setiap hakim selain harus mampu
memahami hukum secara tekstual juga
wajib mendalami nilai -nilai hukum yang
kontekstual. Hakim dalam memutus
suatu perkara jangan hanya terpaku
pada teks pasal-pasal dalam UU saja
tetapi juga harus menggali nilai-nilai
yang hidup di masyarakat dan mencari
substansi keadilan dalam setiap perkara
yang ditangani. Dengan begitu, seorang
hakim bukan hanya menjadi corong UU,
tapi menggunakan nalar hukum dalam
mewujudkan keadilan sebagaimana
irah-irah putusan “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan yang Maha
Esa”
Saat ini, kata Lilik, jumlah hakim
yang tergabung dalam forum komunikasi
ini sudah mencapai lima ribuan lebih.
Namun, jumlahnya bisa naik-turun
karena sifat keanggotaan dalam forum
ini sengaja dibiarkan cair. Artinya, dirinya
tidak menginginkan forum komunikasi
ini menjadi organisasi yang formal dan
kaku. Lilik mempersilakan siapa saja
bisa bergabung, bahkan bukan hanya
hakim, melainkan masyarakat lain
juga bisa bergabung untuk berbagi
perspektif. “Kita tentu harus berbagi
perspektif dengan masyarakat, jangan
hanya menggunakan perspektif hakim,”
ujarnya.
Dia mengakui, ada beberapa
hakim muda yang menggerakkan forum
ini, sedangkan dirinya yang sudah senior
didaulat menjadi penasihat. Forum
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 33
33
10/10/2012 2:51:42 PM
LAPORAN KHUSUS
Apresiasi Datang dari
Mahkamah Agung dan
Komisi Yudisial
†† httpdrlilikmulyadi.blogspot.com20120812.html
M. Purwadi
Penasihat FK-HPI Liliek Mulyadi
komunikasi ini tidak akan pernah
berhenti melakukan komunikasi,
termasuk diskusi-diskusi. Supaya ke
depan, pemahaman hukum progresif
bisa lebih dipahami oleh para hakim,
termasuk para mahasiswa hukum.
Selama ini banyak terdengar,
penegakan hukum tidak mencerminkan
rasa keadilan masyarakat. Para
hakim pada umumnya dinilai hanya
menginginkan terciptanya penegakan
hukum atau kepastian hukum dengan
mengenyampingkan rasa keadilan.
Hakim seperti di atas, tegas dia, justru
hanya merusak upaya penegakan hukum
yang berkeadilan.
Guna mengantisipasi itu,
dibutuhkan hakim yang progresif
untuk mengatasi kebuntuan penegakan
hukum yang berkeadilan. Di satu sisi
hukum harus ditegakkan, tetapi di lain
sisi keadilan pun harus ditegakkan.
Penegakan hukum merupakan pintu
masuk untuk mencapai tujuan keadilan.
Jika keadilan sudah ditegakkan lewat
koridor hukum dan diterima masyarakat
tanpa gejolak, dapat dipastikan
penegakan hukum yang berkeadilan
telah terwujud. Penegakan hukum tanpa
disertai nilai-nilai keadilan hanyalah
penegakan hukum semu.
34
Mahkamah Agung
menyatakan sangat
mengapresiasi keberadaan
Forum Komunikasi Hakim
Progresif Indonesia.
Selain memperjuangkan
kesejahteraan para hakim
khususnya yang bertugas
di daerah, juga banyak
menelorkan ide-ide baru
yang dinilai progresif.
Diantaranya menyangkut
hukum progresif, dimana
hakim bukan corong
undang-undang, tapi
harus mampu menggali
dan menerobos hukum
bila teks hukum itu
dianggap tak memenuhi
rasa keadilan masyarakat.
Gedung Komisi Yudisial.
K
epala Biro Hukum dan
Humas Mahkamah
Agung Ridwan Mansyur
mengatakan, sepanjang
dilakukan dengan elegan, santun, dan
tetap dalam koridor pedoman perilaku
hakim sebagai kode etik, lembaga
peradilan tertinggi tersebut tidak
akan mempersoalkan. Apalagi, wacana
yang diusung forum hakim progresif ini
cukup menarik yakni, masalah hukum,
penguatan institusi, dan memelihara
integritas para hakim. Hal ini dianggap
sangat positif bagi perkembangan para
hakim ke depan.
“MA sampai saat ini masih
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 34
10/10/2012 2:51:49 PM
Menurut Ridwan, MA sudah
terbiasa menerima pendapat, masukan
dan berdebat sepanjang positif demi
kemajuan lembaga. Keberadaan
forum hakim progresif sendiri, lanjut
Ridwan, lebih banyak menuangkan ide
dan gagasannya lewat jejaring sosial
facebook, yang mana itu merupakan
†† DOC.PRI
pendapat pribadi dan bukan statement
institusi.
Hakim agung Salman Luthan
juga mengapresiasi keberadaan
Forum Komunikasi Hakim Progresif
Indonesia. Meskipun diakuinya, tidak
mengenal langsung orang-orangnya,
tapi dia mengapresiasi ide-idenya
yang memperjuangkan kesejahteraan
hakim, di samping soal wacana hukum
progresif. “Baik-baik saja ada forum
hakim progresif seperti itu, tapi dia harus
tetap menginduk pada IKAHI sebagai
organisasi resmi hakim,” kata Salman.
Juru Bicara
Komisi Yudisial Asep
Rahmat Fajar juga
mengaku sangat
mengapresiasi
adanya inisiatif
sekelompok
hakim muda
yang menyatakan
dirinya hakim
progresif. Apalagi
label progresif
tersebut sudah
dikonkretkan dalam
berbagai aktivitas,
seperti tuntutan
kesejahteraan
hakim beberapa
waktu lalu dan
menyelenggarakan
diskusi-diskusi
dengan sejumlah
universitas
dan akademisi.
“Secara informal
KY pun mengikuti
perkembangan
komunitas tersebut, bahkan cukup
intensif berkomunikasi informal dengan
beberapa aktornya. Dari persentuhan
tersebut, KY melihat bahwa diskusi
tentang beberapa gagasan kritis
konstruktif dan kedisiplinan untuk
menjaga integritas cukup menonjol
dalam kelompok ini,” kata Asep.
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ADNAN
mengamati perjalanan forum ini, mulai
dari jejaring sosial facebook, pesan
singkat, dan blackberry messenger.
Sepanjang dilakukan dengan elegan,
santun dan tetap dalam koridor Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim,
tidak ada masalah. Hal itu juga telah
disampaikan pada saat perwakilan
hakim-hakim daerah audiensi dengan
pimpinan MA dan pengurus pusat IKAHI,
sebelum mereka berangkat audiensi ke
institusi-institusi lainnya,” kata Ridwan
saat dihubungi, Selasa (25/9).
Kepala Biro Hukum dan Humas Mahkamah
Agung, Ridwan Mansyur
Terkait pemikiran bahwa hakim
jangan hanya tekstual dan harus
menggali nilai nilai keadilan yang
ada di masyarakat, KY melihat bahwa
itu cukup positif dan harus dihormati
oleh semua pihak. Hal tersebut
sebenarnya sudah diatur juga dalam
perundang-undangan. Menurut
Asep, pemikiran seperti itu bukanlah
hal baru dalam dunia akademis,
khususnya bidang sosiologi hukum.
“Dan itu tidak perlu dilihat dari sisi mana
harus berintegritas atau tidak, sebab
menggunakan pemikiran manapun,
seorang hakim haruslah berintegritas.
Ke depan, tentunya KY berharap
rekan-rekan hakim akan selalu menjaga
integritas dan profesionalitasnya
sebagai hakim,” harapnya.
K o o rd i n a t o r M a s y a r a k a t
Pemantau Peradilan Indonesia (MaPPI)
Choky Risda Ramadhan menilai, hakim
memiliki kebebasan untuk berkumpul
dalam satu forum yang mereka anggap
sepaham. Apalagi, jika forum ataupun
perkumpulan tersebut memiliki tujuan
yang positif menyangkut institusi dan
profesi hakim itu sendiri. Menurut
Choky, berdasarkan poin 3.1 butir (8)
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 35
35
10/10/2012 2:52:01 PM
anggota Forum Komunikasi Hakim Progresif
Indonesia, Maftuh Effendi
boleh menolak suatu perkara dan
harus menemukan hukumnya. Proses
penemuan hukum ini dilakukan hakim
dengan menggali nilai-nilai yang ada
di masyarakat untuk dijadikan dasar
putusan. “Pada prinsipnya seperti itu,”
paparnya.
Salah seorang anggota
Forum Komunikasi Hakim Progresif
Indonesia, Maftuh Effendi mengatakan
keikutsertaannya bergabung ke forum
ini bertujuan untuk membumikan
hukum progresif di Indonesia. Dia
mengaku gagasan yang dilontarkan
oleh Satjipto Rahardjo ini masih berupa
konsep yang belum diterapkan oleh
para penegak hukum. Karenanya, harus
ada yang memulai membumikan paham
ini. “Saya berkeinginan membumikan
gagasan hukum progresif itu. Selama
ini, belum konkret dijalankan. Orang
hanya banyak omong mengenai hukum
progresif,” ujar dia.
Hakim Pengadilan Tata Usaha
Negara Semarang ini berharap ke depan
akan lebih banyak menggali pemikiran
progresif ini. Tujuannya, agar keadilan
benar-benar ditegakkan dalam setiap
putusan hakim. “Kita tunggu saja.
Apakah hakim-hakim yang tergabung
dalam forum ini benar-benar beraliran
progresif yang bisa dibuktikan dengan
putusan-putusan yang dibuatnya. Atau
sama dengan orang-orang lain yang
hanya banyak omong tentang progresif,
tapi tak pernah mau menerapkannya
secara riil,” paparnya.
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ NURA
diperbolehkan hakim membentuk atau
ikut serta dalam organisasi para hakim
atau turut serta dalam lembaga yang
mewakili kepentingan para hakim.
Choky melihat, keberadaan
Forum Komunikasi Hakim Progresif
Indonesia menghasilkan dampak
yang luar biasa bagi kesejahteraan
hakim, khususnya yang bertugas
di daerah. “Berkat dorongan dan
tek anannya, ak hirnya MA, KY,
Kemenkeu, KemenPAN dan RB, serta
beberapa instansi terkait lainnya, duduk
bersama dan merumuskan Rancangan
PP menyangkut kesejahteraan hakim.
Selama ini negara telah alpa sejak tahun
2008 untuk menaikkan gaji hakim,
berbeda dengan gaji PNS yang tiap
tahunnya selalu naik,” kata Choky.
Disinggung soal wacana
hukum progresif yang dimunculkan
kembali oleh para hakim progresif,
Choky menyambut baik hal tersebut.
Ide -ide hukum progresif harus
disosialisasikan kembali kepada para
hakim. Hakim bukan sekedar corong
undang-undang. Apabila tidak ada
hukum yang mengatur, hakim tidak
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ NURA
LAPORAN KHUSUS
Gedung Mahkamah Agung.
36
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 36
10/10/2012 2:52:02 PM
Hukum Progresif Tak Selalu Positif
M. Purwadi
Para hakim pada umumnya dinilai hanya
menginginkan terciptanya penegakan
hukum atau kepastian hukum dengan
mengenyampingkan rasa keadilan.
Dibutuhkan hakim yang progresif untuk
mengatasi kebuntuan penegakan hukum
yang berkeadilan. Di satu sisi hukum harus
ditegakkan, tetapi di lain sisi keadilan pun
harus ditegakkan.
Cover buku Penegakan Hukum
Progresif karya Satjipto Rahardjo.
P
enegakan hukum merupakan
pintu masuk untuk mencapai
tujuan keadilan. Jika keadilan
sudah ditegakkan lewat
koridor hukum dan diterima masyarakat
tanpa gejolak, dapat dipastikan
penegakan hukum yang berkeadilan
telah terwujud. Hakim agung Salman
Luthan berpandangan, jika dalam
memutus suatu perkara terganjal atau
terhambat aturan formal yang tidak
adil, seorang hakim boleh melakukan
interpretasi hukum yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat yang
membutuhkan keadilan.
Namun, seorang hakim tidak
boleh menafsirkan hukum secara bebas
demi keadilan itu sendiri, dampaknya
bisa terjadi perbedaan putusan
untuk kasus-kasus yang sama. “Kalau
tatanan hukum sudah jelas maksud
dan tujuannya, dan sesuai dengan
aspirasi masyarakat dalam payung
hukum, menurut saya harus diikuti, tidak
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 37
37
10/10/2012 2:52:03 PM
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ JAYA
LAPORAN KHUSUS
Rasminah, terdakwa kasus pencurian piring sedang berbincang dengan Ketua KY, Eman Suparman.
Putusan hakim mengenai kasus ini menjadi perdebatan tentang kepastian hukum dan penegakan keadilan.
boleh ditafsirkan oleh hakim dengan
mengatasnamakan hukum progresif. Itu
akan sangat membahayakan kepastian
hukum,” tegas Salman.
Salman mengakui, hukum
progresif juga banyak memiliki
kelemahan, diantaranya jika hakim
m e l a k u k a n p e n a fs i r a n b e b a s
terhadap hukum yang ada. Menurut
dosen Fakultas Hukum Universitas
Islam Indonesia (UII) ini, sepanjang
hukumnya baik dan jelas, maka hakim
harus mengikuti aturan-aturan hukum
itu. Kecuali aturan hukum itu jelas-jelas
menghambat upaya pencapaian
keadilan.
Dalam konteks itu, kata dia,
hakim boleh melakukan penafsiran
yang kontekstual sesuai kebutuhan
masyarakat. “Pemahaman orang
dengan hukum progresif, seolah-olah,
semua aturan formal harus dilanggar.
Pemikiran Satjipto saya kira tidak begitu,”
ungkapnya.
Mengutip pendapat Alm
Satjipto Rahardjo dalam bukunya
“Hukum Progresif (Suatu Pengenalan)”,
menyatakan bahwa hukum progresif
38
adalah hukum yang membebaskan.
“hukum untuk Manusia”, dan oleh karena
itu, apabila terjadi hambatan-hambatan
terhadap pencapaiannya maka
dilakukan pembebasan-pembebasan,
baik dalam berilmu, berteori, dan
berpraktek.
Dalam buku tersebut
dipapar k an, huk um progresif
memberi ruang bagi para penegak
hukum untuk menginterpretasikan
ketentuan-ketentuan yang ada secara
proporsional dan kontekstual sesuai
kebutuhan masyarakatnya.
Namun, dia khawatir dengan
paham hukum progresif yang dipahami
hakim secara dangkal. Bukan hanya
hakim yang bertabiat buruk yang
berbahaya, hakim yang bertabiat baik
pun tidak kalah berbahaya jika hakim
bebas menginterpretasikan aturan
hukum yang ada. Hal itu bisa merusak
tatanan hukum, khususnya nilai-nilai
kepastian di dalam hukum itu. “Bukan
hanya untuk hakim-hakim yang buruk
tapi juga hakim yang baik. Sudah ada
aturan yang jelas, maka akan menjadi
persoalan karena bisa menjadikan
putusan yang beda dalam perkara yang
sama,” kata dia.
Tatanan penegakan hukum,
lanjut dia, tetap berpedoman pada
aturan yang ada. Kecuali jika aturan
yang ada memiliki kekurangankekurangan dan mengahambat
tercapainya keadilan. Disitulah hakim
diberikan peluang menafsirkan sesuai
dengan konteks keadilan. “Intinya,
dimensi keadilannya diprioritaskan
kalau ada kendala untuk menghambat
upaya keadilan. Di samping kepastian
hukumnya, tidak ada aturan formal
yang membatasi orang memutus, tapi
falsafah memidanakan hakim dengan
falsafah yang tepat,” harapnya.
Hakim konstitusi Hamdan Zoelva
mengatakan hukum progresif bisa
mengundang manfaat di satu sisi, dan
bisa mengundang malapetaka di sisi
lain. Bak pisau bermata dua. Sebab, jika
paham ini dipegang oleh hakim yang
berintegritas buruk maka bisa menjadi
malapetaka. “Hukum progresif itu bisa
menjadi cahaya, tapi bisa juga menjadi
bahaya,” ujarnya .
Hamdan menilai secara umum,
hukum progresif adalah hukum yang
bijak. Yakni, hukum yang membawa
kedamaian bagi masyarakat, bukan
hukum yang menimbulkan masalah.
Namun, dengan catatan, bila paham ini
dipegang oleh hakim yang berintegritas
baik. “Kalau dia dipegang oleh hakim
yang tak memiliki integritas maka akan
menjadi bahaya,” tuturnya. Misalnya, si
hakim bisa saja berdalih berpendapat
‘progresif’ yakni keluar dari penafsiran
teks hukum, padahal sesungguhnya dia
telah melakukan pelanggaran hukum
dan keadilan sekaligus.
Seorang hakim pasti memahami
tiga esensi yang harus dimiliki sebelum
terjun ke dunia peradilan yakni,
homo ethicus, homo juridicus, homo
politicus. Ketiga hal ini secara simultan
dan konsisten harus diaplikasikan agar
seorang dapat disebut sebagai jurist.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 38
10/10/2012 2:52:10 PM
†† sumbawanews.com
dan wawasan yang luas. Seorang
hakim wajib memiliki kualitas dan
kapasitas yang mumpuni dalam
bidangnya, yakni ilmu hukum.
Harapannya, janganlah protes
mengenai gaji sedangkan kualitas
tidak dibenahi. Apabila kualitas
hakim sudah memenuhi ekspektasi
keilmuan dan ekspektasi publik,
pasti akan tiba saatnya rakyatlah
yang akan berteriak bagi hakim.
Rakyat yang kemudian akan
memberikan pledoi bagi kondisi
hakim yang nestapa.
Homo politicus berarti
seorang juris harus peka terhadap
kondisi sosial. Sudahkah hati
dan pikiran hakim sungguh peka
terhadap kondisi sosial? Sudahkah
hakim sungguh menjadi pengayom
dan pelindung keadilan?
Hakim Konstitusi Hamdan Zoelva.
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ NURA
Homo ethicus berar ti
seorang hakim wajib menjunjung
tinggi etika. Etika merupakan dasar
dalam menimbang aksi dan reaksi.
Mungkin kita perlu mengingat
kembali apa yang dikatakan Gerry
Spence sebagaimana dikutip
oleh Almarhum Satjipto Raharjo,
“sebelum menjadi ahli hukum
profesional, jadilah manusia yang
berbudi luhur lebih dahulu.”
Keluhuran budi adalah
ujung tombak yang menjadikan
seorang jurist benar-benar seorang
manusia dan bukan sekedar
corong undang-undang. Dalam
keluhuran budi ini terdapat sikap
asketisme, sikap rela menderita,
nir-materialisme.
Homo juridicus berarti
hakim harus harus memiliki logika
Suasana persidangan di salah satu pengadilan negeri.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 39
39
10/10/2012 2:52:11 PM
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/JAYA
GALERI
Suasana diskusi publik saat perayaan HUT ke-8 Komisi Yudisial , 14 Agustus 2012, di auditorium Komisi Yudisial.
Pergulatan Independensi
dan Akuntabilitas Hakim:
Tinjauan Etik dan Hukum
DINAL FEDRIAN
Acara puncak peringatan
HUT ke-8 Komisi Yudisial
diisi dengan diskusi publik
bertema “Independensi
dan Akuntabilitas Hakim
dalam Memutus Perkara:
Tinjauan Etik dan Hukum”.
Diskusi dilaksanakan
pada 14 Agustus 2012 di
auditorium Komisi Yudisial.
40
A
da lima pembicara dalam
diskusi ini. Mewakili unsur
hakim dimunculkan hakim
agung Salman Luthan dan
Surya Jaya. Dari unsur Komisi Yudisial
diwakili oleh Jaja Ahmad Jayus, Ketua
Bidang SDM dan Litbang. Mewakili unsur
akademisi tampil Reza Indragiri Amriel,
dosen psikologi forensik Universitas Bina
Nusantara. Tak ketinggalan Nasaruddin
Umar, Wakil Menteri Agama juga
ikut berargumen di atas panggung
mewakili unsur keagamaan. Diskusi ini
dimoderatori Asep Rahmat Fajar, Juru
Bicara Komisi Yudisial.
Pandangan para narasumber
menarik untuk direnungkan. Salman
Luthan, Surya Jaya dan Jaja Ahmad
Jayus meyakini bahwa independensi
hakim merupakan sesuatu yang mutlak
harus dimiliki hakim. Pandangan
menggemparkan justru muncul dari
Reza Indragiri Amriel. Menurutnya, di
kalangan komunitas psikologi telah
terbantahkan bahwa independensi
hakim adalah mutlak. Nasaruddin
Umar ternyata mendukung pernyataan
Reza. Ia mengungkapkan hakim tak
bisa sepenuhnya independen. Hakim
independen di tengah keterbatasan
yang ia miliki sebagai seorang manusia.
Menurut Nasaruddin hakim yang
benar-benar independen hanyalah Allah
SWT. Ia kemudian memberikan istilah
yang lebih pas menurutnya yaitu otonomi
hakim. Pemaparan para narasumber ini
dapat disimak lebih lengkap dalam sajian
berikut:
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 40
10/10/2012 2:52:22 PM
Independensi dan akuntabilitas
bermuara pada kekuasaan
Salman Luthan
K
alau berbicara mengenai
independensi
dan
akuntabilitas,maka kedua
konsep itu bermuara pada satu ide pokok
yaitu kekuasaan. Gagasan mengenai
akuntabilitas pada dasarnya adalah
pemberian kewenangan,pemberian
kekuasaan kepada sebuah institusi
ataupun kepada seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas publik.
Karena dia menjalankan tugas publik
dalam bidang tertentu maka dia harus
mempunyai pertanggungjawaban
terhadap tugas publik yang ia laksanakan.
Independensi kekuasaan kehakiman itu
meliputi dua hal, yaitu bebas untuk apa
dan bebas dari apa. Bebas untuk apa itu
melahirkan independensi fungsional.
Hakim memiliki kebebasan untuk
mengekspresikan idealismenya, ilmu
hukumnya, pandangan hukumnya di
dalam putusan-putusan yang dia buat.
Sedangkan bebas dari apa melahirkan
independensi institusional. Artinya
lembaga pengadilan dan hakim bebas
dari campur tangan kekuasaan di luar
kekuasaan kehakiman. Apakah itu
kekuasaan eksekutif, legislatif atau institusi
lain maupun kekuasaan masyarakat.
Gagasan akuntabilitas merupakan bagian
dari konsep good governance atau tata
kelola pemerintahan yang baik.
Selain akuntabilitas, unsur lain
dalam tata kelola pemerintahan yang baik
itu adalah transparansi, partisipasi publik,
juga ada kaitan dengan penegakan HAM.
Akuntabilitas publik adalah kewajiban
pemegang amanat untuk memberikan
pertanggungjawaban, menyajikan,
melaporkan dan mengungkapkan
segala kegiatan yang diberikan kepada
yang memiliki hak dan kewenangan
untuk meminta pertanggungjawaban.
Jadi, akuntabilitas terkait dengan
hakim itu adalah akuntabilitas di
dalam melaksanakan fungsi,tugas dan
wewenang yudisial.
Kalau kita terjemahkan dengan
konkret maka tugas, fungsi dan
wewenang yudisial apabila dikaitkan
dengan konsep keadilan akan muncul dua
gagasan yaitu keadilan prosedural dan
keadilan substantif. Keadilan prosedural
dikaitkan dengan perlindungan hak-hak
asasi manusia, dan hak-hak hukum
para pihak yang terlibat dalam proses
peradilan. Misalnya kalau dalam kasus
pidana pada tersangka, saksi, korban yang
berinteraksi dalam proses peradilan itu.
Bagaimana hak asasi manusia
melindungi kepentingan para pihak dan
bagaimana proses hukum yang berjalan
itu bisa menjadi instrumen tercapainya
keadilan substantif. Kedua, adalah
keadilan substantif yaitu putusan hakim
di dalam mengadili, memutus perkara
yang dibuat berdasarkan pertimbangan
kejujuran, imparsialitas, objektivitas, dan
sesuai aturan-aturan. Kalau gagasan
keadilan prosedural dikaitkan dengan
proses hukum maka dia lebih kepada
penegakan prinsip-prinsip hukum
acara. Dengan proses hukum yang adil
diharapkan akan menghasilkan putusan
hakim yang adil secara substantif.
Sepanjang hakim jujur, objektif,
imparsial dalam memutus meski
kemudian misalnya putusannya salah, ia
tetap dikatakan sudah berlaku adil. Secara
lebih konkrit kalau kita bicara keadilan
substansial dalam teknis yudisial yaitu
berkaitan dengan:
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ JAYA
Hakim Agung
Pertama, apakah hakim sudah
memverifikasi fakta-fakta hukum secara
tepat dan benar. Kedua, apakah hakim
sudah membuat konstruksi hukum yang
benar dalam membuat aturan hukum
yang digunakan dalam mengadili kasus
itu. Ketiga, apakah proses pembuktian
terhadap kasus itu dengan aturan
hukum yang ada sudah dilakukan
secara tepat. Kemudian yang terakhir,
berkaitan dengan keadilan substantif
apakah hakim sudah menjatuhkan
putusan yang tepat dan benar.
Kemudian terkait relasi antara
Komisi Yudisial dengan Mahkamah
Agung, aspek keadilan substantif Komisi
Yudisial tidak memiliki kompetensi.
Tetapi aspek keadilan prosedural
formal, mungkin bisa. Contohnya, hak
para pihak untuk mengajukan saksi.
Apakah hakim memberi kesempatan
yang sama kepada jaksa dan terdakwa
untuk mengajukan saksi.
Kalau hakim membatasi atau
sangat membatasi hak terdakwa
mengajukan saksi maka ini bisa
dianggap melanggar Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim. Tetapi
fakta hukum mana yang digunakan
mengenai kesaksian para pihak, itu
wilayah independensi hakim. Komisi
Yudisial saya niilai tidak berwenang
menilai mengenai fakta hukum sebuah
kesaksian.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 41
41
10/10/2012 2:52:28 PM
GALERI
Hakim tidak boleh berlindung di
balik independensinya
Jaja Ahmad Jayus
A
pakah hakim boleh diganggu
independensinya? Saya katakan
tidak bisa diganggu karena itu
memang jati dirinya sebagai hakim.
Yang tidak boleh itu hakim
berlindung di balik independensinya
sehingga memutarbalikkan fakta dari
yang seharusnya menjadi yang tidak
seharusnya.
Karena itu visi dan misi Komisi
Yudisial adalah mewujudkan hakim
yang bersih dan jujur. Karena kalau
hakim tidak bersih dan jujur pasti
independensinya akan terganggu.
Jadi tidak bisa dengan independensi
itu tidak dilakukan pengawasan. Oleh
karena itu suatu putusan hakim bagi
Komisi Yudisial menjadi pintu masuk
dalam melakukan pengawasan selain
aspek-aspek pengawasan dalam bentuk
lain.
Putusan hakim itu harus bisa
dipertanggungjawabkan. Ada suatu
teori yang menyatakan bawa kejahatan
yang sempurna itu bukan saja kejahatan
dalam perilaku koruptif, tetapi kejahatan
ketika suatu produk hukum yang
dihasilkan didasarkan atas gangguan
terhadap independensinya. Jadi apabila
DPR akan mengganggu independensi
hakim dengan tujuan-tujuan yang
keliru maka itu termasuk kualifikasi
kejahatan yang sempurna. Begitu juga
ketika putusan hakim didasarkan atas
gangguan terhadap independensinya
maka itu termasuk kualifikasi kejahatan
yang sempurna.
Oleh karena itu dalam KUHAP
ketika hak-hak terdakwa terlanggar
sejak proses penyidikan, penuntutan,
dan dalam proses pengadilan, seorang
42
pejabat penegak hukum itu bisa
dipidanakan kalau ada ketidakjujuran,
ketidakbersihan, memanipulasi fakta
dalam proses hukum. Tetapi di luar itu
tidak bisa dipidanakan.
Jadi misalnya ada suatu
penafsiran hakim terhadap suatu
hukum kemudian ada yang tidak terima,
itu tidak bisa dipidanakan. Karena itu
merupakan independensinya. Tetapi
kalau ada udang di balik batu dari
hal itu maka independensi hakim itu
sudah terganggu. Kemudian mengenai
pengawasan yang dilakukan Komisi
Yudisial ada dua hal yang dipersepsikan
masyarak at mengenai tingk at
profesionalisme dan perilaku hakim.
Selama ini ada dua kegiatan
yang menjadi ujung tombak Komisi
Yudisial yaitu menerima laporan
tentang perilaku hakim, selain
itu juga mengadakan riset untuk
mengetahui tingkat profesionalisme
hakim. Yang melakukan riset putusan
ini adalah akademisi-akademisi di
perguruan tinggi yang mempunyai
pengetahuan di bidang hukum acara
atau yang setidak-tidaknya bergelut di
bantuan-bantuan hukum di perguruan
tinggi bersangkutan. Sehingga dia
punya pengalaman teoritis dan
praktikal.
Kalau dilihat dari sisi riset ada
beberapa hal yang perlu dilakukan
pembenahan ke depan yaitu aspek
formil putusan, aspek materiil putusan,
penalaran hukum, dan aspek aksiologi
suatu putusan. Dalam persoalan formil
putusan, hak terdakwa misalnya, masih
ditemukan dalam suatu putusan
ada terdakwa yang seharusnya
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ JAYA
Ketua Bidang SDM dan Litbang Komisi Yudisial
diwajibkan didampingi oleh penasehat
hukum, hakim kadang-kadang tidak
mengingatkan apakah terdakwa akan
didampingi oleh penasehat hukum.
Kemudian, dalam perkara-perkara
yang amat susah, antara musyawarah
majelis hakim dengan pembacaan
putusan seringkali dilakukan dalam
waktu yang bersamaan. Berdasarkan
hasil riset, itu termasuk masalah
walaupun tidak semuanya salah.
Katakanlah musyawarah dilakukan
waktu pagi dan putusannya pada waktu
sore di hari yang sama. Tetapi menurut
perguruan tinggi berdasarkan praktek
yang terjadi di pengadilan hal itu bisa
menimbulkan tanda tanya.
Dari sisi aspek materiil yang
seringkali menjadi masalah yaitu
konsistensi dasar hukum suatu putusan
dengan amar putusan. Atau, dasar
menimbang suatu putusan dengan
requisitoir. Atau seringkali dilihat
dari aspek materiil dengan penalaran
hukum, hakim seringkali menjadikan
aturan undang-undang sebagai senjata.
Jarang menggunakan yurisprudensi,
doktrin, atau teori-teori dari pakar
hukum. Sehingga para peneliti
berkesimpulan dari dasar penalaran
dan aksiologi hukum putusan hakim
tidak mencermikan aspek keadilan dan
kemanfaatan. Apabila aspek-aspek ini
dikuantitatifkan, maka pemenuhan
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 42
10/10/2012 2:52:35 PM
asas formil putusan masih mempunyai
nilai cukup baik yaitu lebih dari 60 %.
Pemenuhan aspek materiil berkisar 32
%. Pemenuhan silogisme berkisar 43
%, dan pemenuhan aksiologis berkisar
42,50 %.
Apabila dilihat dari laporan
masyarakat khususnya putusan, sampai
dengan Juli 2012 jumlahnya mencapai
2022. Yang murni laporan itu sebanyak
753, jadi lebih banyak tembusannya.
Yang sampai kepada rapat pleno
hanya 93 hakim. Setelah diperiksa,
hanya 14 hakim yang akhirnya sampai
direkomendasikan untuk dijatuhi sanksi.
Ini artinya Komisi Yudisial sadar bahwa
ketika itu masuk ranah independensi
hakim, bukan ranah Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim, Komisi
Yudisial memahami persoalan itu.
Dari 14 yang direkomendasikan,
2 orang diantaranya direkomendasikan
untuk menjalani sidang Majelis
Kehormatan Hakim, karena sanksinya
berat. Dan ini sejalan dengan pendapat
Mahkamah Agung. Artinya apa
yang diperiksa oleh Komisi Yudisial
berdasarkan laporan masyarakat
adalah murni mengenai pelanggaran
Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim.
kalau diidentifikasi laporan-laporan
masyarakat yang masuk ke Komisi
Yudisial, ada yang belum memahami
tugas utama dari hakim.
Ada yang belum memahami apa
yang seharusnya dilaporkan ke Komisi
Yudisial berkaitan dengan Kode Etik
dan Pedoman Perilaku Hakim. Oleh
karena itu menjadi penting bagi Komisi
Yudisial untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat mengenai tugas dan
fungsinya.
Independensi dan akuntabilitas
harus seiring
Surya Jaya
M
emang ada kecenderungan
penilaian dari publik bahwa
independensi hakim ini
digunakan secara absolut. Tetapi
apakah betul begitu? Saya menyatakan
bahwa independensi yang dijalankan
oleh lembaga peradilan tetap berada
dalam koridor. Independensi peradilan
ini digunakan ketika hakim memutus
perkara tidak terpengaruh oleh pihak
manapun juga. Dalam pelaksanaan
independensi, putusan hakim itu
dianggap sah dan benar sepanjang
putusan itu belum dibatalkan. Berkaitan
dengan hal itu, maka ketika ada orang
yang mencoba merendahkan martabat
pengadilan, misalnya menghinakan
produk-produk pengadilan, maka ini
dapat disebut contempt of court dan
pelakunya bisa diproses hukum.
Dalam perkembangannya,
independensi memang harus berjalan
seiring dengan akuntabilitas. Keputusan
hakim memang harus disertai dengan
akuntabilitas. Dalam blue print
Mahkamah Agung disebutkan ada dua
jenis akuntabilitas yaitu akuntabilitas
personal dan akuntabilitas institusi.
Akuntabilitas personal ar tinya
ketika seorang hakim memutus, dia
bertanggung jawab kepada Tuhan. Di
samping bertanggung jawab kepada
Tuhan, hakim juga bertanggung
jawab kepada dirinya. Ketika seorang
hakim bersikap dissenting opinion
itulah wujud akuntabilitas personal
mereka. Tetapi perlu dicatat bahwa
tidak selamanya yang melakukan
dissenting opinion itu pendapatnya
benar. Tuntutan akuntabilitas merupakan
bagian dari prinsip good governance
agar pengadilan bisa dikelola dengan
baik. Sepanjang menyangkut putusan,
hakim tidak bisa dikriminalisasi. Namun
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ JAYA
Hakim Agung
menyangkut perilakunya, hakim dapat
dikriminalisasi. Kalau hakim memutus
keliru tapi dengan perilaku yang baik
maka pertanggungjawabannya bukan
pidana.
Akuntabilitas putusan yang salah
adalah dengan upaya hukum lanjutan
yaitu banding, kasasi, dan peninjauan
kembali. Untuk mencari hakim yang ideal
dibutuhkan dua syarat utama. Pertama,
kapabilitas atau intelektualitas seorang
hakim. Kedua, dibutuhkan hakim yang
punya integritas. Kalau hakim berada
pada posisi seperti ini saya kira tidak
akan ada lagi tudingan-tudingan yang
dialamatkan kepada pengadilan.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 43
43
10/10/2012 2:52:36 PM
GALERI
Dalam psikologi independensi
hakim bukan harga mati
Reza Indragiri Amriel
P
sikologi melihat sisi insaniah
seorang hakim. Pertanyaan yang
diajukan adalah benarkah hakim
bekerja untuk membuat putusan yang
seadil-adilnya? Jawabannya, tidak,
menurut orang psikologi. Teori pertama
disebut sebagai legal model. Dalam
teori ini memang kerja hakim adalah
membuat keputusan seadil mungkin.
Tetapi karena hakim adalah manusia,
maka muncul teori kedua yaitu perspektif
sikap (attitudinal theory). Ilustrasinya bisa
dilihat di negara barat, tidak serta merta
bisa dianalogikan dengan di Indonesia.
Misalnya isu tentang aborsi,
rekayasa genetika, perkawinan sejenis,
berhasil dikatakan oleh komunitas
psikologi bahwa hakim-hakim yang
punya afiliasi politik dengan partai
Republik di Amerika cenderung resisten.
Tetapi hakim-hakim yang punya
afiliasi politik dengan partai Demokrat
cenderung permisif. Ternyata, hakim
yang notabene manusia ini punya
sebuah misi yaitu melanggengkan
ideologi yang dia punya. Berarti hakim
tidak sungguh-sungguh berdiri di posisi
yang netral. Teori ketiga yaitu social
background model. Ini sangat relevan
di Indonesia. Misalnya di pengadilan
agama tentang penentuan hak asuh
anak. Berhasil dipetakan oleh psikologi,
bahwa hakim-hakim yang di usia lanjut
cenderung menjatuhkan putusan
tentang hak asuh kepada Ibu. Kenapa?
Karena mereka dilahirkan, menjalani
proses pendidikan, mengalami masa
pengukuhan psikologis ketika masa
menuntut para lelaki keluar dari rumah
44
dan perempuan tinggal di rumah.
Masa perang dunia misalnya. Tetapi
hakim-hakim yang lebih muda, lahir
ketika mereka mengalami bahwa laki-laki
juga bisa mengasuh anak, justru lebih
kritis menangani perkara hak asuh
anak.
Hak asuh anak bisa diserahkan
kepada ayah bahkan bisa diserahkan
kepada pihak ketiga, seandainya mereka
menganggap bahwa ayah dan ibu bukan
orang yang sungguh-sungguh mampu
memenuhi prinsip kepentingan terbaik
anak. Teori keempat, strategic model.
Kenapa perkara korupsi vonisnya relatif
sama antara kasus satu dengan kasus
yang lain? Hal ini dijelaskan melalui
strategic model. Sesama hakim tentu
punya jiwa korps. Salah satu usaha
untuk mempertegas eksistensi mereka
adalah mempertahankan identitas diri.
Caranya, dengan memelihara semangat
korps. Konkretnya, ketika hakim hendak
memutuskan suatu perkara ternyata
hakim-hakim ini melihat kanan-kirinya
seperti apa.
Jiwa korps, identitas hakim, akan
terpelihara manakala hakimnya solid.
Solidnya hakim itu salah satunya dapat
terlihat dari rentang vonis yang tidak
berbeda terlalu jauh. Perspektif terakhir
yaitu public opinion model. Ditemukan
oleh ilmu psikologi bahwa ketika hakim
akan menjatuhkan putusan, dia bisa
mengalami stress luar biasa. Sumber
stress hakim tertinggi menyangkut
keselamatan diri dan keluarganya.
Cara untuk meningkatkan pertaruhan
keselamatan diri adalah di putusan.
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ JAYA
Dosen Psikologi Forensik Universitas Bina Nusantara
Keselamatan hakim akan “terjamin”
apabila putusannya senada dengan
arus utama opini publik. Benarkah
ilmu psikologi mengatakan bahwa
independensi adalah harga mati?
Tampaknya tidak sesederhana yang
dikatakan. Dari lima teori, hanya legal
model yang selaras mengungkapkan
bahwa independensi adalah harga
mati.
Salah satu norma yang dipakai
oleh komunitas psikologi ketika
menakar putusan hakim adalah
norma pemujaraban (efficacy norm).
Dikatakan bahwa putusan hakim
bisa ditakar kualitasnya apabila
putusan itu mempunyai kesesuaian
dengan temuan-temuan empiris di
dunia sains. Logika kerjanya, semakin
putusan-putusan itu terbenarkan lewat
justifikasi sains, maka semakin baik
putusan itu. Spirit yang coba diangkat
melalui norma ini adalah hakim harus
terus-menerus menjadi manusia
pembelajar. Tetapi sayang, menurut
saya, satu poin yang menekankan bahwa
hakim harus terus menerus menjadi
manusia pembelajar hilang dari Kode Etik
dan Pedoman Perilaku Hakim (butir 10.1).
Sebagai bagian dari komunitas akademis
saya bersedih hati dengan kondisi ini.
Apakah tidak penting lagi bahwa hakim
harus terus menerus menjadi manusia
pembelajar?
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 44
10/10/2012 2:52:37 PM
Manusia hanya adil dan independen
di atas keterbatasannya
Nasaruddin Umar
S
ebuah kisah di dalam Al Quran,
surat Lukman, menceritakan kisah
Lukman, anaknya dan keledai.
Ketika Lukman beserta anaknya melintas
di sebuah pasar tradisional, sebagaimana
lazimnya hukum adat waktu itu, Lukman
naik di atas keledai sementara yang
menuntun keledai adalah anaknya. Lalu
diteriaki oleh masyarakat, ini orang tua
seperti apa? Kok membiarkan anaknya
menuntun keledai sementara dia naik di
atas keledai. Kemudian, Lukman bertukar
posisi dengan anaknya. Tetapi masyarakat
mengkritik lagi. Dikatakan hal tersebut
merusak hukum adat yang berlaku.
Akhirnya dua-duanya hanya menuntun
keledai, tidak ada yang menaikinya.
Masyarakat mengkritik lagi, keduanya
dianggap bodoh.
Akhirnya Lukman dan anaknya
menaiki keledai itu. Masyarakat masih
mengkritik lagi, Lukman dan anaknya
dianggap tidak kasihan pada sang
keledai kecil itu. Apa yang dialami Lukman
mungkin erat kaitannya dengan masalah
independensi hakim. Kisah Lukman ini
memberikan ilustrasi betapa susahnya
untuk menentukan mana yang benar di
dalam masyarakat. Tetapi di dalam kaidah
hukum, ada hadist yang menyatakan:“Kita
hanya menghukum apa yang tampak.
Tetapi jangan menghukum apa yang
tersembunyi dalam jiwa seseorang”.
Asal mula turunnya hadist ini ketika
Usamah, panglima perang yang masih
muda usia, dipilih menjadi panglima
perang. Dia mengejar seorang musuh.
Akhirnya musuh itu terjebak. Satu-satunya
jalan bagi musuh itu selamat adalah
mengucapkan dua kalimat syahadat.
Menurut Usamah, musuh itu bersyahadat
hanya ingin mencari selamat. Usamah
membunuh orang itu. Perbuatan ini dilihat
oleh sahabat dan melaporkannya kepada
Rasulullah SAW. Rasulullah SAW marah
dan keluarlah hadist itu. Independensi
hakim dalam bahasa agama itu tidak ada
yang mutlak. Tetapi kita juga harus perlu
kepastian hukum.
Kalau kita mengakomodasi semua
fenomena sosial, kita akan berhadapan
dengan tidak adanya kepastian hukum.
Tetapi kalau hanya berpatokan pada
kepastian hukum tanpa memikirkan
tujuan dari pada hukum itu sendiri, juga
akan memunculkan kekacauan dalam
masyarakat. Kontribusi agama di sini
sangat penting. Tidak mungkin kita bisa
mengatakan hakim itu akan objektif.
Dalam bahasa Arab, lain arti hakim dengan
hakiimun. Hakim itu adalah manusia. Kalau
hakiimun itu hanya Allah.Yang benar mutlak
itu adalah hakiimun. Sehebat apapun
manusia kemampuan untuk menciptakan
keadilan hanya sebatas haakimun. Jadi
kalau kita mengatakan bahwa mutlak
independensi itu, tidak mungkin.
Manusia itu hanya adil, independen
di atas keterbatasan kita sendiri. Paling tidak
konsentrasi hakim akan terpengaruh oleh
beberapa hal. Hakim akan berpikir apa
kata media. Kedua, mungkin hakim juga
takut kepada Komisi Yudisial. Hakim juga
mungkin akan segan dengan institusi
induknya sendiri. Disadari atau tidak, ada
intervensi di situ. Seorang hakim sebagai
manusia tentu juga berusaha untuk
memberikan kepuasan kepada para pihak,
mendekatkan keadilan kepada mereka.
Bayangkan bila kita menjadi hakim di
tempat terpencil yang kondisi sosialnya
jauh berbeda dengan di Jakarta.
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ JAYA
Wakil Menteri Agama
Apakah acuan hukum nasional
yang akan kita berlakukan di dalam
masyarakat yang sangat unik itu?
Ijtihad hakim dalam kondisi ini sangat
penting. Jadi saya dapat mengatakan,
lain otonomi hakim, lain independensi
hakim. Hakim itu harus otonom, dia
tidak terikat oleh siapa pun. Ketika
Rasulullah SAW mengutus gubenurnya
ke beberapa wilayah. Rasulullah SAW
mengetes mereka, nanti kalau kamu
bertugas di tempat tugasmu bagaimana
kamu menghukum? Ada yang menjawab
saya akan menghukum berdasarkan
kitab suci Al Quran. Kalau kamu tidak
mendapatinya dalam Al Quran? Dijawab,
maka saya akan menggunakan referensi
hadist. Rasulullah kembali bertanya,
kalau tidak ada juga di hadist? Saya akan
berijtihad menurut pendapat saya. Jadi,
di sini ada otonomi hakim. Independen
penting tetapi otonomi hakim jauh lebih
penting.
Kemudian, integritas pribadi
dalam diri hakim itu juga menjadi warna
dalam alam bawah sadar seorang hakim.
Karena dia adalah wakil Tuhan dalam
memutuskan persoalan di muka bumi ini.
Jadi dia mempertaruhkan integritasnya
kepada Tuhan. Untuk mengintegrasikan
ini semua agar terdapat otonomi dalam
diri hakim, dari perspektif agama, saya
nilai bahwa imannya harus kuat. Kalau
iman seorang hakim kuat maka yang lain
akan menjadi kecil.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 45
45
10/10/2012 2:52:39 PM
†† rri.co.id
KATA YUSTISIA
Ilustrasi seseorang sedang berkirim sms kepada orang lain.
Kasus SMS Asusila
Iseng-Iseng Bermalapetaka
Dinal Fedrian
Iseng mengirimkan
sms bermuatan asusila,
seorang pemuda di
Madiun dijerat UU ITE.
S
ms sejatinya merupakan sarana
penyampaian pesan singkat
untuk memudahkan komunikasi
jarak jauh. Syaratnya, pesan
yang disampaikan harus betul-betul
berguna dan bermanfaat. Sms iseng tak
ada salahnya, apabila jenaka. Namun
bila iseng mengirim sms dan isinya
asusila maka bersiap-siaplah menerima
nasib sial seperti Saiful Dian Efendi di
Madiun. Pria kelahiran 1 Desember 1989
ini harus berhadapan dengan proses
46
hukum akibat ulah isengnya mengirim
sms asusila. Ia dijerat Pasal 45, Pasal
27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) jo. Pasal 64
ayat 1 KUHP.
Korban ulah iseng Saiful adalah
Adhelian Ayu Septyana, juga dari
Madiun dan tercatat sebagai mahasiswi
di Universitas Brawijaya, Malang.
Kira-kira di bulan Juni 2010 hingga 1
September 2010, Saiful mengirimkan
sms bernada cabul kepada Adhelian.
Setidaknya empat kali sms asusila
tersebut dilayangkan. Padahal Saiful
tidak mengenal Adhelian sama sekali.
Ia mendapatkan nomor ponsel Adhelian
dari kawan SMA-nya, Bambang Yudha
Hariaji.Sebenarnya, Saiful tidak hanya
mengirim sms asusila untuk Adhel,
ada empat perempuan lain yang jadi
sasarannya. Tapi Saiful kurang teliti
memilih sasaran isengnya. Ia tidak tahu
kalau Adhelian adalah putri seorang
polisi di Madiun.
Pertama kali dikirimkan sms
asusila, Adhelian sebenarnya tak
menghiraukan karena ia memang tidak
tahu itu nomor ponsel siapa. “Terus gw
mesti bilang wow gitu,” mungkin seperti
itu gambaran sikap cuek Adhelian ketika
menerima sms asusila perdana dari Saiful.
Namun sikap cuek, emang gw pikirin
itu, berubah total setelah sms asusila
dari Saiful tak berhenti mengunjungi
ponselnya, setidaknya hingga empat
kali walaupun Adhelian sama sekali tak
mengenali nomor ponsel itu.
Ia mulai resah dan mengadukan
sms tersebut kepada ayahnya, Tri
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 46
10/10/2012 2:52:40 PM
pesan elektronik dari satu handphone
ke handphone lain adalah distribusi
elektronik.
Ahli kedua, Drs. Agnes Adhani,
M.Hum, dosen Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Widya Mandala,
Madiun. Ia menuturkan, kata-kata
yang terdapat dalam ponsel Adhelian
mengandung arti sebagai kata-kata
informasi. Tambahan keterangan lain,
menurutnya, kalimat yang melanggar
susila adalah yang melanggar privasi
seseorang karena tidak pantas untuk
diucapkan atau tidak sopan.
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ DINAL
Hardjoko. Sebagaimana dikutip dalam
dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2),
putusan nomor 29/Pid.Sus/2011/PN.Kd.
ayat (3), atau ayat (4) dipidana
Mn, Tri membenarkan bahwa anaknya
dengan pidana penjara paling
mengadukan perihal sms asusila
lama 6 (enam) tahun dan/
tersebut.
atau denda paling banyak
Tri kemudian menasihati
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
anaknya. “Dihapus saja,” begitu pesan
rupiah).
Tri. Adhelian menurut. Tetapi sekali lagi,
Keisengan Saiful ternyata
karena Saiful tak juga menghentikan dijerat pasal yang tidak iseng ancaman
terornya, Adhelian kembali mengadu. hukumannya. Persidangan pun digelar.
Sang ayah pun tak lagi punya nasihat Terdakwa, korban dan saksi-saksi muncul
bijak. Ia berinisiatif melaporkan hal ke hadapan majelis hakim yang diketuai
tersebut ke pihak kepolisian. Sang Arif Budi Cahyono dengan anggotanya
ayah juga merasa terganggu dan tidak Rustanto dan Eryusman.
nyaman.
Singkat cerita, proses
hukum pun berlangsung.
Nomor ponsel yang membuat
risih Adhelian dilacak dan
terungkap Saifullah sebagai
tuannya. Ia diperiksa sebagai
tersangka di kepolisian
berlanjut diajukan ke
persidangan sebagai terdakwa.
Jaksa penuntut umum kasus
ini, Rini Suwandari, menjerat
Saiful dengan Pasal 45, Pasal 27
ayat 1 Undang-Undang No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (ITE)
jo. Pasal 64 ayat 1 KUHP.
Larangan yang diatur
dengan Pasal 27 ayat 1 UU ITE Gedung Pengadilan Negeri Kota Madiun.
berbunyi sebagai berikut:
Setiap orang dengan
Tak ketinggalan dihadirkan juga
sengaja dan tanpa hak dua orang ahli untuk memberikan
mendistribusikan dan/atau pengetahuan dan wawasan yang
mentransmisikan dan/atau dimilikinya kepada majelis hakim. Ahli
membuat dapat diaksesnya pertama, Hamim Tohari, S.T, dosen
informasi elektronik dan/atau Komputerisasi Akuntasi Politeknik
dokumen elektronik yang Madiun. Ia menerangkan bahwa yang
memiliki muatan yang melanggar dimaksud informasi elektronik adalah
kesusilaan.
data digital berupa teks, audio, dan
Ketentuan bagi yang melanggar video. Dokumen elektronik adalah
ketentuan Pasal 27 ayat 1 UU ITE tersebut informasi elektronik baik dalam bentuk
diatur dalam Pasal 45 ayat (1) sebagai analog atau digital yang dapat diakses
berikut:
dan dikirim antar pengguna. Ia juga
Setiap orang yang memenuhi memberikan keterangan kepada
unsur sebagaimana dimaksud majelis hakim bahwa mengirimkan
Adhelian juga dihadirkan ke
persidangan sebagai saksi korban.
Ia menyatakan memaafkan Saiful di
persidangan. Hal ini diakui oleh JPU dan
ketua majelis hakim ketika diwawancarai
redaksi Buletin. “Iya memang ada. Secara
pribadi saksi korban sudah memaafkan
tapi meminta proses hukumnya tetap,”
ujar Rini Suwandari.
Vonis hakim dan
pertimbangannya
Dengan beragam kesaksian
termasuk keterangan terdakwa, majelis
hakim lalu memutuskan nasib Saiful.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 47
47
10/10/2012 2:52:47 PM
Majelis hakim, Arif Budi Cahyono dan Eryusman.
Majelis menjatuhkan pidana 5 bulan
penjara dengan masa percobaan 10
bulan dan denda Rp 1 juta rupiah.
Artinya, jika Saiful tidak melakukan
perbuatan yang dapat dihukum
dalam masa 10 bulan, maka ia tidak
jadi merasakan hawa penjara selama
5 bulan.
Dalam per timbangannya
majelis berpendapat akibat hukum
dan sosial dari perbuatan Saiful relatif
tidak besar. “Sms hanya dapat dibaca
oleh yang dikirimi pesan. Tidak seperti
facebook atau twitter yang dapat dibaca
banyak orang,” ujar Arif Budi Cahyono.
Saiful juga masih muda dan berstatus
mahasiswa di salah satu sekolah tinggi
di Madiun. Sehingga, menurut majelis,
Saiful diharapkan dapat mengubah
tingkah lakunya dan melanjutkan
kuliah. Majelis juga berpendapat
dalam pembinaan mental dan perilaku,
seminimal mungkin diusahakan tidak
ada contoh-contoh yang membuat
pelaku berkeinginan untuk mengulangi
perbuatan melanggar hukum lagi.
“Lagi pula terdakwa belum pernah
dihukum, menyesali perbuatannya,
kooperatif di persidangan dan saksi
48
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ DINAL
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ DINAL
KATA YUSTISIA
JPU Rini Suwandari.
korban sudah memaafkan,” tambah
Eryusman.
JPU banding
Hukuman yang diputuskan oleh
majelis hakim PN Madiun ternyata tidak
dapat diterima Rini Suwandari. Tuntutan
yang ia ajukan untuk Saiful di persidangan
tingkat pertama adalah 10 bulan penjara
denda Rp 1 juta subsider 3 bulan penjara.
Jaksa cantik ini mengajukan banding ke
PT Surabaya. Tetapi PT Surabaya malahan
menguatkan putusan PN Madiun. Rini
tetap gigih, ia mengajukan kasasi ke
Mahkamah Agung.
Namun, ketika redaksi menanyakan
alasannya banding dan kasasi, Rini
menolak untuk menjawab. Sementara
reaksi Adhelian sendiri terhadap putusan
PN Madiun dan PT Surabaya tak diketahui
secara pasti. “Saya tidak tahu reaksi saksi
korban. Saya kan ketemunya waktu
pemeriksaan saksi saja, selanjutnya tidak
pernah bertemu lagi,”urai Rini.
Hakim Agung yang merupakan
Ketua Muda Pidana Khusus Mahkamah
Agung, Djoko Sarwoko, menjadi ketua
majelis hakim perkara ini di tingkat kasasi,
anggotanya Komariah E Sapardjadja dan
Surya Jaya Dalam musyawarah majelis
hakim agung tanggal 6 Agustus 2012,
akhirnya Saiful dijatuhi hukuman 5 bulan
penjara tanpa “embel-embel” masa
percobaan.
“Sms itu secara psikologis termasuk
kekerasan terhadap wanita. Di luar negeri
itu termasuk sexual harassment,”ujar Djoko
tentang vonis kasus ini. Lebih lanjut ia
menjelaskan, hukuman ini diharapkan
memberi pelajaran bagi oknum yang
melakukan kejahatan ataupun penipuan
melalui pesan singkat.
Apresiasi positif atas vonis hakim
agung disampaikan oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika. Gatot S. Dewa
Broto, Kepala Humas dan Pusat Informasi
Kementerian Kominfo menilai vonis yang
dijatuhkan sudah tepat. “Sulit rasanya
untuk membebankan pemantauan isi
sms kepada operator telekomunikasi.
Kalau operator dituntut untuk memelototi
miliaran sms yang lalu lalang mana tahan.
Lagi pula akan berbenturan dengan hak
asasi manusia,”ujar Gatot.
Jadi bagi para pengguna ponsel
berhati-hatilah dalam mengirim pesan
singkat. Jangan coba-coba iseng namun
berbuah malapetaka.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 48
10/10/2012 2:52:58 PM
INTERNASIONAL
Hukuman Berat
untuk Pembantai
Prasita
Islam. Ia juga menilai bahwa Partai Buruh,
partai yang saat ini berkuasa, telah gagal
dan tragedi itu merupakan bayaran yang
harus mereka terima.
Persidangan dan vonis
Breivik
†† jihadimalmo.blogspot.com
H
akim memvonis terdakwa
pelaku pengeboman dengan
hukuman maksimal karena
ternyata kejiwaan terdakwa
tidak terganggu sama sekali. Terdakwa
sendiri menolak disebut orang gila.
Ketenangan kota Oslo pada Juli
2011 terusik oleh ledakan bom yang
mengguncang pusat kota. Sebuah
bom meledak di dekat area kantor
pemerintahan yang menyebabkan
puing-puing bangunan dan kaca
berserakan di jalanan. Tercatat delapan
orang tewas dalam tragedi tersebut.
Satu jam berselang, seorang
berseragam polisi merapat di Pulau
Utoeya, 35 km sebelah barat laut Oslo.
Alih-alih melakukan penyelidikan seperti
yang dikatakannya kepada pengemudi
kapal yang ia tumpangi, pria ini malah
menembaki dengan brutal orang-orang
yang berada di pulau itu. Sejumlah
pemuda memang sedang berkumpul
di Pulau Utoeya untuk mengikuti summer
camp yang diselenggarakan oleh Partai
Buruh. Sebanyak 69 orang menjadi korban
pembantaian. Belakangan diketahui
pelaku serangan di Utoeya adalah orang
sama dengan pelaku peledakan bom di
Oslo.
Pelaku diidentifikasi sebagai
Anders Behring Breivik, seorang pria
berusia 32 tahun. Ia diketahui sebagai
seorang ekstrimis sayap kanan yang
melakukan tindakannya atas dasar
kekhawatiran akan meluasnya nilai-nilai
Islam dan Marxis di wilayah Eropa. Ia
mengaku mencoba menyelamatkan
Norwegia dari budaya Marxisme dan
Kasus Breivik mulai disidangkan
pada pertengahan April tahun ini. Jaksa
memanggil lebih dari 90 orang saksi,
sementara pengacara Breivik memanggil
sekitar 40 saksi. Breivik sendiri mengikuti
proses persidangan dengan tenang dan
menyatakan tidak menyesali apa yang
telah ia perbuat. Ia menggambarkan
apa yang ia lakukan sebagai tindakan
keji yang sepele untuk mencegah
terjadinya tindakan keji yang lebih besar.
Ia meminta maaf kepada orang-orang
yang tidak bersalah yang ikut menjadi
korban pengeboman di Oslo, namun hal
itu tidak dilakukannya untuk peristiwa
di Utoeya.
Dalam persidangan, ia sempat
mengakui bahwa target utamanya di
Pulau Utoeya adalah mantan Perdana
Menteri Gro Harlem Brundtland. Namun
ternyata Brundtland telah meninggalkan
tampat itu sebelum Breivik tiba. Breivik
sempat ditengarai mengalami gangguan
kejiwaan oleh psikiatri namun Breivik
sendiri menolak disebut gila. Ia bersikeras
bahwa tindakan yang dilakukannya
berdasarkan atas ideologi politik yang
dianutnya.
Setelah
dua
bulan
mempertimbangkan kasus ini, majelis
hakim membacakan vonis pada sidang
yang diselenggarakan akhir Agustus
lalu. Dalam sidang tersebut dibacakan
bagaimana Breivik mempersiapkan
tindakannya dengan sangat teliti dan
sistematis. Juga disebutkan bahwa
sebelum penyerangan terjadi, dirinya
sangat terobsesi dengan ideologi kanan
dan permainan komputer. Majelis hakim
juga membacakan secara detail akibat dari
perbuatan Breivik, yaitu luka-luka yang
dialami oleh 77 orang korban meninggal
dan 242 orang korban yang nyawanya
terselamatkan. Disebutkan bahwa
dalam pembantaian di Pulau Utoeya,
Breivik menembakkan 121 tembakan
menggunakan pistol dan 136 tembakan
dengan senapan semi otomatis. Sebagian
besar korban ditembak di kepalanya
dalam jarak dekat.
Breivik dinyatak an tidak
mengalami gangguan kejiwaan saat
melakukan tindakan tersebut dan
mendapat hukuman 21 tahun penjara,
hukuman maksimal yang berlaku di
Norwegia. Namun apabila ia masih
dianggap membahayakan bagi
masyarakat maka masa penahanannya
dapat diperpanjang. Ia akan ditahan di
penjara Ila yang letaknya tak jauh dari
Oslo dengan penjagaan maksimum.
Sumber: The New York Times,
BBC, The Guardian.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 49
49
10/10/2012 2:52:59 PM
KOMPARASI
Consiglio Superiore Della Magistratura:
Memastikan & Menjamin
Penegakan Hukum Sesuai Aturan
Kunjungan kerja
anggota Komisi
Yudisial ke Italia
yang diselenggarakan
beberapa waktu yang
lalu selain membuka
hubungan kerja sama
antar sesama Komisi
Yudisial juga untuk
mengetahui sejauh
mana peranan Komisi
Yudisial di Italia dalam
pengawasan Hakim
dan Jaksa Penuntut
Umum (Magistrat).
K
omisi Yudisial di Italia dikenal
sebagai Consiglio Superiore
Della Magistratura (CSM).
CSM merupakan lembaga
otonom dan independen beranggotakan
Presiden Italia, Ketua Mahkamah Agung,
Jaksa Agung, delapan unsur “Laymen” dan
16 unsur “Togati”.
Presiden Italia adalah Kepala
CSM, tetapi tidak mempunyai hak
untuk memutuskan suatu perkara
karena Presiden adalah merupakan
representasi rakyat Italia berdasarkan
sistem parlementer yang dianut Italia.
“Laymen” adalah delapan anggota
50
††ilfattoquotidiano.it
Patmoko
Gedung Komisi Yudisial Italia
CSM yang ditunjuk/diangkat oleh
Parlemen melalui persidangan baik di
majelis rendah maupun majelis tinggi.
Anggota CSM ini yang berasal dari
Profesor Universitas di Bidang Hukum dan
Pengacara (Advokat) dengan minimal
15 tahun berpengalaman dalam profesi
hukum. “Togati” adalah enam belas
anggota CSM yang ditunjuk oleh Hakim
dan Jaksa Penuntut Umum. Anggota
CSM ini terdiri dari dua terpilih dari hakim
agung, empat berasal dari jaksa penuntut
umum dari pengadilan, departemen
nasional anti narkoba, atau yang
ditunjuk sebagai jaksa penuntut umumdi
pengadilan banding, dan 10 berasal dari
hakim yang menjalankan fungsi hakim
dipersidangan atau yang bertugas di
pengadilan tingkat banding.
Dengan demikian jumlah anggota
CSM dengan Komisi Yudisial RI sangat
berbeda, di Indonesia jumlah anggota
KY sebanyak tujuh orang. Anggota
KY-RI seluruhnya dipilih oleh DPR untuk
kemudian di tetapkan oleh Presiden.
Anggota KY RI ini sebelumnya di seleksi
secara ketat oleh panitia seleksi yang
diketuai oleh pejabat di Kementerian
Hukum dan Ham, dan komposisinya
hampir mirip dengan CSM.Anggota KY
RI berasal dari kalangan hakim, akademisi,
praktisi hukum.
CSM berwenang atas
pengangkatan, penugasan, promosi,
dan pengenaan disiplin kepada para
hakim dan jaksa penuntut umum , ialah
memastikan dan menjamin seluruh
anggota yudikatif (Hakim dan Jaksa) dalam
menjalankan tugas sesuai hukum di Italia.
Menyetujui pembentukan organisasi staf
dari pengadilan di masing-masing distrik,
menyetujui tujuan dan kriteria untuk
penunjukan kasus ke masing-masing
hakim, yang terlebih dulu mengajukan
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 50
10/10/2012 2:53:04 PM
proposal ke Ketua Pengadilan Banding
dan berdiskusi dengan badan peradilan
di masing-masing daerah.
Komisi di CSM:
Untuk menjalankan tugas dan
fungsinya, CSM dibagi ke dalam empat
Komisi yaitu :
a. Komisi yang menangani seluruh
keluhan masyarakat mengenai hakim
dan jaksa penuntut (magistrat)
b. Komisi yang menilai kinerja para
magistrat, setiap 4 tahun sekali
mengadakan sidang untuk menilai
magistrat.
c. Komisi yang berkompeten dalam hal
training (diklat) yang terus menerus
kepada magistrat
d. Komisi disiplin yang mengangani
hal-hal yang berkaitan dengan
disiplin semua magistrat dalam hal
ada keluhan dari masyarakat.
Italia.Fungsi ini tidak lain adalah fungsi
pencegahanagar perilaku hakim dan
jaksa dalam menjalankan tugas sesuai
dengan hukum di Italia.
CSM mempunyai kewenangan
dalam menilai kinerja hakim dan jaksa
penuntut umum sebagai bagian dari
fungsi pengawasan, setiap empat tahun
sekali mengadakan sidang Dalam hal
hasil sidang penilaian hakim dan jaksa,
ditemukan hal-hal yang bertentangan
dengan aturan yang berlaku di Italia,
kinerjanya tidak optimal, maka dicatat
dalam buku penilaian kinerja. Catatan
tersebut dihapus apabila tiga tahun
berikutnya hakim atau jaksa penuntut
umum menunjukkan peningkatan
kinerja dan tidak menyalahi aturan yang
berlakuuntuk menilai hakim dan jaksa.
pelanggaran, sementara hakim atau
pengadilan yang diadukan akan segera
dibawa ke komite di Corte Supema di
Cassasione (Mahkamah Agung) yang
mempunyai wewenang untuk mengambil
tindakan terhadap dugaan pelanggaran
itu. Dalam hal tidak mendapat dukungan
dari pengadilan terkadang CSM memberi
sanksi langsung kepada pelanggar.
Pelanggaran tingkah laku yang
berhubungan dengan hakim dan jaksa
penuntut umum akan disidang oleh
bagian disiplin CSM. Dengan reformasi
di bidang peradilan tahun 2006 parlemen
Italia telah menentukan suatu daftar
tentang ketentuan di luar disiplin dan
sanksi apa yang akan dilakukan.
CSM tidak berwenang menangani
pelanggaran hukum yang berkaitran
Untuk diangkat untuk menjadi
hakim di Italia adalah sarjana hukum,dan
pertama-tama seseorang harus diterima
dalam seleksi untuk pelatihan hakim.
Seperti halnya di Perancis, penerimaan
tersebut dilakukan melalui ujian yang
kompetitif. Bagi peserta pelatihan
hakim yang lolos ujian mereka
kemudian diangkat sebagai uditor
guidiziaro(semacam calon hakim di
pengadilan) dua tahun kemudian
kinerjanya dievaluasi dalam hal hasil
evaluasinya baik yang bersangkutan
dapat diangkat menjadi hakim.
Seseorang yang telah diangkat menjadi
hakim, kepadanya diberi pendidikan dan
pelatihan secara berkesinambungan.
Pencegahan dan
Pengawasan Perilaku
Hakim
CSM mempunyai fungsi menjaga
seluruh anggota magistrat (hakim
dan Jaksa) agar dalam menjalankan
tugasnya sesuai dengan hukum di
††vimeo.com
Pengangkatan Hakim
Papan nama Consiglio Superiore Della Magistratura, Italia.
Penegakan disiplin
Penegakan disiplin bagi hakim
dan jaksa penuntut umum di Italia pada
dasarnya sama dengan yang dilaksanakan
oleh Komisi Yudisial Republik Indonesia.
Jika ada hakim melanggar hukum maka
proses pengadilannya sama dengan
warga negara yang lain, prosesnya
diperlukan jaksa dan pengacara. CSM
sangat transparan dan terbuka untuk
umum.
Berkenaan dengan mengaduan
masyarakat yang terbukti kebenarannya,
CSM pada dasarnya hanya memberikan
dakwaan terhadap adanya dugaan
dengan hukum acara,(misalnya di dalam
hukum acara ada kewajiban hakim
untuk menyiapkan advokat apabila
tindakan terdakwa terancam tuntutan
pidana di atas lima tahun, tetapi hal
tersebut tidak dilakukan), apabila hal
hakim melanggar hukum acara tersebut,
CSM hanya mengirimkan laporan
tertulis (verbaal) ke Mahkamah Agung
oleh karena yang berkepentingan
menanganinya adalah Mahkamah
Agung. CSM tidak mempunyai
kewenangan untuk melakukan tindakan
di ranah pelanggaran hukum acara (di
Indonesia disebut teknis Yudisial).
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 51
51
10/10/2012 2:53:04 PM
DOTKOM
Pengaduan Online:
Optimalisasi Laporan
Masyarakat
M
unculnya sejumlah masalah
besar di lingkungan
peradilan merupakan
bukti yang cukup
bahwa independensi hakim tidak
boleh menjelma menjadi kekuasaan
yang absolut dan lepas dari kontrol
rakyat. Para pencari keadilan sangat
menggantungkan harapan kepada
hakim. Oleh karena itu, pengawasan
hakim berhubungan erat dengan
memperkuat akses pada keadilan. Dalam
arti luas, ini juga sejalan dengan visi
terwujudnya Komisi Yudisial yang bersih,
transparan, partisipatif, akuntabel, dan
kompeten dalam mewujudkan hakim
bersih, jujur dan profesional.
Untuk mempermudah layanan
atas pengaduan masyarakat, Komisi
Yudisial menyediakan sebuah sistem
informasi laporan dan pengaduan online
berbasis web yang dapat diakses dari
tempat mana saja dan waktu kapan saja
secara online menggunakan fasilitas
internet. Sistem informasi laporan
dan pengaduan online bertujuan
untuk memfasilitasi dan memberikan
akses yang lebih luas kepada seluruh
masyarakat untuk menyampaikan
informasi, laporan dan pengaduan
tentang perilaku hakim berkaitan dengan
peradilan kepada Komisi Yudisial. Selain
itu berfungsi untuk mendokumentasikan
seluruh proses penanganan pengaduan
masyarakat ke dalam database, sebagai
bahan untuk analisis maupun tindak
52
Komisi Yudisial terus berusaha memaksimalkan sarana dan
prasarana untuk menindaklanjuti pengaduan masyarakat.
Pengawasan hakim tak mungkin berjalan tanpa dukungan
masyarakat. Itu sebabnya, partisipasi publik dalam proses
pengawasan hakim diakui dan menjadi salah satu kejamuan
yang harus dipertahankan dalam dunia peradilan. Jaminan
tersebut juga adalah wujud pemenuhan hak-hak sipil
dan politik rakyat yang dijamin konstitusi dan peraturan
perundang-undangan.
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ DINAL
Heri Sanjaya
Halaman muka sistem pengaduan online Komisi Yudisial.
lanjut dari laporan yang masuk.
Untuk mengakses aplikasi tersebut
dapat melalui alamat http://pengaduan.
portal-kyri.com atau langsung klik
pada link yang tersedia di website
Komisi Yudisial www.komisiyudisial.
go.id. Sebelum melakukan pengaduan
setiap pengguna harus terlebih dahulu
melakukan registrasi pada sistem aplikasi
pengaduan online. Bagi mereka yang
sudah terbiasa melakukan registrasi
di internet untuk registrasi di sistem
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 52
10/10/2012 2:53:05 PM
†† BULETIN KOMISI YUDISIAL/ DINAL
ini tidaklah suatu yang susah, tinggal
menyiapkan tanda pengenal dan data
diri yang diperlukan.
Registrasidilakukan untuk
menvalidasi data pelapor yang nantinya
akan menjadi acuan bagi Komisi Yudisial
dalam tahapan penanganan laporan.
Setelah pelapor melakukan registrasi
dengan lengkap, maka pelapor akan
mendapatkan bukti pendaftaran
pengaduan online dan user ID yang
nantinya dapat digunakan untuk login
di aplikasi.
Di halaman utama sistem
ini pengguna dipandu halaman
ketentuan umum yang berisi tentang
langkah-langkah melakukan pengaduan
online, tahapan pengaduan online
yang memandu pengguna untuk
memahami tahapan yang harus
dilakukan dalam pengaduan online, serta
syarat-syarat yang harus diperhatikan
dalam melakukan pengaduan online.
Melalui sistem ini setiap pelapor dapat
melakukan laporan terkait putusan
perkara dan perilaku hakim.
Pengaduan putusan perkara
adalah pengaduan yang berkaitan
dengan putusan atau amar putusan
yang dijatuhkan hakim dalam
persidangan. Pada menu ini pelapor
dapat menguraikan perkembangan
pengaduan masyarakat tentang
putusan perkara berdasarkan perihal
aduan, jenis perkara, jenis aduan dan
lokasi aduan. Selain itu, pelapor akan
diminta melengkapi data terlapor yang
dilaporkan kepada Komisi Yudisial, kuasa
hukum (jika ada) serta mengunduh
dokumen-dokumen pendukung berupa
surat permohonan yang ditandatangani
pelapor, copy identitas (KTP) pelapor/
kuasa, copy surat kuasa (jika dengan
kuasa), copy salinan sah putusan/
penetapan, nama dan jabatan terlapor
serta bukti pendukung lainnya yang
relevan dengan pengaduan.
Setelah melengkapi data
tersebut pelapor akan menerima tanda
Halaman registrasi sistem pengaduan online Komisi Yudisial.
terima permohonan baru yang dapat
diprint langsung dari system, dan pada
menu status proses, pelapor dapat
memantau sudah sejauh mana laporan
yang disampaikan ditindaklanjuti atau
diproses oleh Komisi Yudisial.
Sedangkan pengaduan perilaku
hakim adalah pengaduan yang berkaitan
dengan perilaku hakim baik di dalam
persidangan atau di luar persidangan.
Di menu ini pelapor dapat menguraikan
secara terperinci jenis perkara dan
penyimpangan yang dilakukan hakim
saat menyelesaikan dan menangani
perkara. Sama halnya dengan pengaduan
putusan perkara, dalam pengaduan
perilaku hakim pelapor juga perlu
melengkapi data pendukung untuk
ditindaklanjuti oleh Komisi Yudisial.
Satu hal yang menjadi kelebihan
sistem pengaduan ini selain dapat
mengontrol langsung sejauh mana
laporan yang telah disampaikan, di
fitur informasi publik pengguna dapat
melihat rekapitulasi kinerja pengaduan
masyarakat, kinerja pengaduan online
dan offline serta laporan publik.
Pada menu rekapitulasi kinerja
pengaduan masyarakat kita dapat
melihat jumlah penerimaan pengaduan
per tahun. Dengan meng-klik jumlah
laporan kita dapat melihat secara
terperinci jumlah pengaduan pada
masing-masing provinsi berserat
kabupaten/kota masing-masing.
Bila dijelajahi lebih detail lagi dengan
meng-klik jumlah pengaduan pada
masing-masing wilayah kita dapat
melihat jumlah pengaduan berdasarkan
perkara yang ditangani.
Kinerja pengaduan online
dan offline adalah pengelompokan
penerimaan laporan yang masuk
dalam sistem ini baik secara online yang
dilakukan langsung lewat aplikasi ini atau
secara offline yan telah diterima Komisi
Yudisial baik yang diserahkan langsung
atau yang dikirim via pos.
Melalui laporan publik kita
dapat mencari dan melihat rekapitulasi
penerimaan pengaduan masyarakat
berdasarkan kategorisasi yang ada yaitu
berupa tahun, bulan, provinsi atau jenis
perkara yang ingin dicari.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 53
53
10/10/2012 2:53:06 PM
KONSULTASI HUKUM
Perbedaan Justice
Collaborator dengan
Whistle Blower
A.J. Day, S.H
Tenaga Ahli Komisi Yudisial
Pertanyaan:
Akhir-akhir ini sering didengar dan disampaikan kepada
masyarakat oleh para penegak hukum, khusus oleh petinggi
KPK tentang whistle blower dan justice collaborator khususnya
dalam kaitan dengan beberapa pelaku pidana korupsi
yang dijatuhi pidana ringan. Hal ini sering didengar melalui
penjelasan-penjelasan di media massa baik elektronik
maupun cetak. Tolong kepada kami diberi penjelasan
mengenai dua kata tersebut. Karena ungkapan - ungkapan
mengenai dua kata tersebut tidak terlalu jelas, sedang tidak
satu pun kamus hukum yang ada, baik itu kamus hukum
Belanda maupun Indonesia, apalagi dalam law dictionary
pengertian kedua kata tersebut juga tidak kami jumpai.
Suharso, Sragen
A
Jawaban:
dalah benar bahwa apa
yang disebut whistle blower
maupun justice collaborator
selalu dikaitkan dengan
pelaku tindak pidana korupsi. Mengapa
demikian? Karena tindak pidana korupsi
termasuk salah satu tindak pidana yang
ditempatkan sebagai serious crime atau
kejahatan luar biasa (extraordinary crime)
di samping tindak pidana seperti human
trafficking, money laundring, dan Iain-Iain.
Mahkamah Agung dalam Surat Edaran
54
Nomor 04 Tahun 2011 tanggal 10 Agustus
2011 memaknai istilah justice collaborator
sebagaimana diatur dalam Pasal 32 Ayat
(3) United Nations Convention Against
Corruption (UNCAC) yaitu granting
immunity from prosecution to a person
who provides substantial cooperation
in the investigation or prosecution of an
offence established in accordance with
this convention.
Jadi seseorang yang memberikan
kerja sama substansial dalam
pengungkapan suatu tindak pidana
korupsi sejak investigasi atau penyidikan
(kami menerjemahkan investigasi
sama dengan penyidikan) maupun
penuntutan.
Kalau Ayat (3) ini dikaitkan
dengan Pasal 37 Ayat (1) UNCAC (Pasal
37 ini judulnya Cooperation with Law
Enforcement Authorities) maka jelas
yang dimaksud oleh Mahkamah
Agung sebagai justice collaborator
adalah persons who participate or have
participated in the comission of an offence.
Pada hukum kita diatur dalam ketentuan
penyertaan (deel neming) yaitu pelaku
peserta yang memberi keterangan
yang berguna bagi pengungkapan/
pembuktian perkara korupsi. UNCAC
sendiri telah diratifikasi oleh Indonesia
melalui UU Nomor 7 Tahun 2006.
Selanjutnya tentang
whistle blower, Mahkamah Agung
mendefinisikannya sebagai peniup
peluit, yaitu para pelapor tindak pidana
kepada aparat yang berwenang yang
bukan merupakan pelaku. Apabila
whistle blower ini juga dilaporkan sebagai
pelaku, maka yang harus didahulukan
penanganan perkaranya adalah pelapor
whistle blower, yaitu para pelaku tindak
pidana yang mengakui perbuatanya,
namun bukan pelaku utama dan dalam
proses peradilan memberi keterangan
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 54
10/10/2012 2:53:07 PM
sebagai saksi. Tentunya dalam perkara
yang d’isplits dengan keterangan
yang menurut JPU signifikan dalam
mengungkap tindak pidana tersebut.
Dari penjelasan ini terlihat adanya
percampuran pengertian whistle blower
dengan justice collaborator.
Mengenai justice collaborator
menurut SEMA disebut sebagai saksi
pelaku tindak pidana yang memberi
kesaksian signifikan pada tahap
penyidikan dan penuntutan, sehingga
tindak pidana tersebut terungkap secara
signifikan. Whistle blower akhirnya akan
mengungkapkan pelaku-pelaku
lainnya yang memiliki peran
lebih besar dan/atau aset-aset
hasil tindak pidana dapat
dikembalikan. Terhadap whistle
blower ini oleh SEMA disebut
sebagai saksi pelaku yang
bekerja sama agar dijatuhi
pidana percobaan dengan
syarat khusus atau pidana yang
paling ringan diantara terdakwa
lainnya.
Kami
menarik
kesimpulan dari SEMA ini bahwa
yang dimaksud whistle blower
(secara etimologi artinya peniup
peluit) adalah orang-orang yang
mengetahui adanya tindak
pidana yang berkualifikasi
sebagai serious crime seperti
diatur dalam United Nations
Convention Against Organized Crime
tanggal 15 Desember tahun 2000.
Sedangkan yang dimaksud justice
collaborator adalah pelaku tindak pidana
yang memberi kesaksian signifikan,
sehingga terungkap tindak pidana. SEMA
menyebutnya sebagai saksi pelaku, tentu
dalam perkara yang sama tetapi diajukan
secara terpisah (splitsing), dimana justice
collaborator walaupun pelaku peserta
(deel nemer) namun dijadikan saksi dan
baru kemudian dalam pengajuan berkas
yang lain adalah terdakwa.
Masalah pemisahan (splitsing)
ataupun penggabungan (voeging) berkas
perkara memang dimungkinkan oleh
KUHAP yaitu pada pasal 141 (voeging) dan
142 (splitising). Urgensi splitsing adalah
untuk kepentingan pembuktian karena
dengan demikian pelaku peserta yang
perkaranya dipisah dapat dijadikan saksi
dalam perkara dengan terdakwa sebagai
pelaku utama. Keterangan terdakwa
menurut Pasal 184 KUHAP adalah alat
bukti, namun menurut Pasal 189 Ayat
(3) KUHAP, keterangan terdakwa hanya
dapat digunakan untuk dirinya sendiri.
Dengan demikian keterangan kawan
terdakwa tidak dapat dijadikan alat bukti
untuk pembuktian terdakwa utama yang
dlajukan ke persidangan dalam berkas
perkara yang sama.
Kesulitan dalam pembuktian
terjadi apabila terdakwa utamanya
menyangkal dakwaan sedangkan alat
bukti yang lain termasuk keterangan
saksi yang ada tidak memadai. Dengan
dijadikanya kawan pelaku sebagai saksi,
yang keteranganya di persidangan
diberikan atas sumpah, oleh karenanya
dapat dijadikan alat bukti yang
memungkinkan terungkapnya atau
terbuktinya dakwaan. Keterangan kawan
terdakwa yang telah diubah menjadi
saksi dalam perkara yang diajukan secara
terpisah dapat menambah alat bukti.
Kalau dibaca ketentuan UNCAC
seperti diuraikan di atas dapat saja
seorang justice collaborator, tentu
melalui upaya legislasi, granting
immunity from prosecution sesuai Art
37 UNCAC. Hal tersebut menurut Art 37
UNCAC akan memberikan keberanian
seseorang yang turut melakukan atau
pernah mengambil bagian dalam tindak
pidana korupsi memberikan informasi
bagi terungkapnya pelaku tindak
pidana korupsi.
Sementara ini masalah
peniadaan pidana bagi seseorang
atau strafuitsluitings gronden
dalam perundang-undangan
kita hanya ada :
Alasan pembenar
[rechtvaardigings gronden)
seperti misalnya pembelaan
darurat (noodweer) Pasal 49 Ayat
(1) KUHP, dimana sifat melawan
hukum perbuatan hapus.
Alasan
pemaaf
(schulduitsluitings gronden)
seperti pelampauan pembelaan
darurat (noodweerexess),
dimana pelaku pidananya yang
dimaafkan karena terdapat
alasan yang menghapuskan
dapat bertanggungjawabnya
pelaku (toerekenvatbar).
Karena penghapusan pidana
terhadap saksi pelaku (justice collaborator)
ini belum diatur dalam Undang-Undang
kita, maka sebaiknya selekas mungkin
melalui legislasi dibuat ketentuan yang
memungkinkan justice collaborator diberi
immunity terhadap penuntutan seperti
yang disarankan oleh UNCAC.
Demikianlah penjelasan kami
tentang whistle blower dan justice
collaborator seperti yang saudara
tanyakan. Semoga memuaskan adanya.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 55
55
10/10/2012 2:53:07 PM
KESEHATAN
Penyakit
Lidah
Pertanyaan :
Saya seorang ibu dari bayi
berumur 8 bulan, 8 kg.
Akhir-akhir ini si kecil sering
rewel. Makannya susah
tidak seperti sebelumnya
makan lahap. Yang
membuat saya khawatir si
kecil juga malas menyusu.
Anak saya sehat, tidak
batuk-pilek. Hanya saja saya
amati lidahnya putih, gigi
juga tidak ada tanda-tanda
mau tumbuh. Pertanyaan
saya, apakah lapisan susu di
lidahnya bisa menurunkan
nafsu makan si kecil?
Apakah lidah putih itu
normal atau penyakit? Saya
perhatikan lidah anak-anak
yang lain merah, tidak putih
seperti anak saya walaupun
mereka juga minum susu.
P
Jawaban :
ersoalan yang ibu hadapi itu
umum terjadi pada anak- anak
terutama pada bayi di bawah 1
tahun. Walaupun, tidak jarang
juga terjadi pada orang dewasa. Ada dua
kemungkinan penyebab terbentuknya
lapisan putih pada lidah . Pertama
karena endapan susu, dan kedua karena
jamur. Lapisan putih akibat sisa susu
yang menempel pada permukaan lidah
yang tidak rata (terdiri dari tonjolan
jonjot pengecap rasa) berbeda dengan
infeksi jamur.
Bagaiman cara mengetahui
apakah itu lapisan susu atau jamur?
Sangat mudah, ibu kerok dengan sendok
dr. Diah Farida
atau dengan kapas yang dibasahi air
hangat. Jika lapisan itu bisa dengan
mudah terlepas berarti itu endapan
susu. Bila dikerok lapisan tersebut susah
terlepas dan menimbulkan warna merah
dan sakit, berarti itu jamur.
Jamur lidah pada anak
yang sering terjadi adalah tipe
pseudomembranous candidiasis atau
oral trush. Jamur ini dapat berupa
bercak-bercak putih seperti kepala susu.
Makanya orang beranggapan selaput
putih susu pada permukaan lidah anak
akibat air susu. Untuk lebih pastinya hasil
kerokan lidah diperiksa di laboratorium
dengan mikroskop, maka dengan jelas
dibedakan jamur dan susu.
†† mouth12.ohost.de
Bunda Zakia, Jakarta
56
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 56
10/10/2012 2:53:09 PM
Meskipun jamur candida normal
hidup di mulut namun jangan dianggap
sepele. Pada anak-anak, candidiasis
lidah yang berlangsung lama atau
tidak sembuh-sembuh menimbulkan
gejala rasa panas terbakar serta
gangguan pengecapan rasa pada
lidah, mengakibatkan turunnya nafsu
makan anak bahkan sampai tidak mau
makan sama sekali karena rasa sakit
pada lidahnya. Hal ini terjadi karena
jamur candida tersebut tumbuh dengan
spora dan benang-benang hifa yang
menembus permukaan lidah, masuk
ke dalam jonjot - jonjot lidah sampai
ke saraf pengecap dan mengeluarkan
racun tertentu sehingga merusak
permukaan lidah.
Bila anak k ita terinfeksi
jamur lidah sebaiknya kita segera
memeriksakan ke dokter. Hilangnya
nafsu makan akan mengurangi
nutrisi yang sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangannya.
†† setengahbaya.inf
Sebenarnya jamur candida
albicans ini normal hidup di rongga
mulut kita dengan jumlah sedikit. Infeksi
jamur terjadi apabila kuman di mulut
berlebihan sehingga jamur pun tumbuh
berlebihan. Candidiasis lidah umumnya
terjadi pada anak, namun bukan berarti
orang dewasa terbebas. Infeksi jamur
lidah ditemukan pada 45% bayi, 65%
anak-anak, dan 30% orang dewasa.
Berikut beberapa penyebab
infeksi jamur pada lidah :
1. Kebersihan mulut yang buruk.
2. Riwayat penyakit sistemik seperti kencing manis, sinusitis, asma,
dan HIV-AIDS.
3. Perawatan kemoterapi dan
radioterapi.
4. Minum obat-obatan seperti
antibiotik dan kortikosteroid jangka
lama.
5. Pemakai gigi tiruan dan kawat
gigi.
6. Perokok.
Apabila jamur lidah dibiarkan, jamur
mudah sekali menyebar ke rongga
mulut kemudian ke tenggorokan
yang berakibat sulit menelan, dan
bisa menyebar sampai ke saluran
pencernaan.
Jamur mulut tidak dapat sembuh
dengan sendirinya, bahkan cenderung
kambuhan bila pengobatan tidak
tuntas membunuh jamur sampai ke
hifa (akarnya). Menghilangkan jamur
mulut harus dengan obat anti jamur
yang dioles atau diteteskan pada lidah
4 kali sehari selama 2 minggu. Bila
jamur sudah meluas ke rongga mulut
maka obat anti jamur diteteskan pada
lidah dan dikumur kemudian ditelan.
Bila jamur sampai di tenggorokan, di
samping obat tetes atau salep yang
diberikan, kemungkinan dokter akan
memberikan obat anti jamur tambahan
berupa tablet, tergantung tingkat
keparahan penyakit.
Tips agar terhindar dari jamur
lidah:
1. Minum air putih setiap sesudah
minum susu.
2. Rajin menjaga kebersihan mulut
dengan menyikat gigi, menggosok
lidah dan berkumur dengan obat
kumur antiseptik minimal 2x
sehari.
3. Penderita kencing manis, sinusitis,
asma, dan HIV-AIDS harus rutin
memeriksakan penyakitnya agar
jamur lidah tidak mudah tumbuh.
4. Pemakai kawat gigi dan gigi tiruan
harus lebih sering membersihkan
gigi, lidah dan rongga mulut.
5. Hindari merokok dan obat-obatan
antibiotik dan steroid jangka lama.
6. Rutin mengkonsumsi makanan yang
mengandung vitamin B.
Demikian penjalasan saya,
semoga bermanfaat.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 57
57
10/10/2012 2:53:09 PM
RELUNG
Kisah Ayah
dan Botol Acar
B
erikut adalah kisah yang sungguh
luar biasa yang menggambarkan
kasih sayang, cinta dan
perjuangan seorang ayah kepada
0
50
0
50
0
50
58
00
10
0
50 50 500
0
500
00
00
10
anaknya..
Setahuku, botol acar besar itu selalu
ada di lantai di samping lemari di kamar
orangtuaku. Sebelum tidur, Ayah selalu
mengosongkan kantong celananya lalu
memasukkan semua uang recehnya ke
dalam botol itu. Bunyi gemerincingnya
nyaring jika botol itu baru terisi sedikit.
Nada gemerincingnya menjadi rendah
ketika isinya semakin penuh.
Jika isinya sudah penuh,Ayah
menuangkan koin-koin itu ke meja
dapur, menghitung jumlahnya sebelum
membawanya ke Bank untuk membayar
premi polis asuransi pendidikan.
Setiap kali kami pergi ke Bank,Ayah
memandangku dengan penuh harap.
“Karena koin-koin ini kau kelak tidak
perlu bekerja mengayuh becak seperti
ayahmu ini. Nasibmu akan lebih baik
daripada nasib ayahmu.”
Setiap kali menyorongkan kotak
kardus berisi koin itu ke kasir Bank,Ayah
selalu tersenyum bangga.“Ini uang kuliah
anakku. Dia takkan bekerja mengayuh becak
seumur hidup seperti aku.”
Ayah selalu menyuruhku memasukkan
koin-koin pertama ke dalam botol yang
masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh
bergemerincing nyaring, kami saling
berpandangan sambil tersenyum.“Kau akan
bisa kuliah dengan koin dua ratus, lima ratus,
dan seribu rupiah ini,” katanya.“Kau pasti
bisa kuliah. Insya Allah.”
Tahun demi tahun berlalu. Aku
akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus
dari universitas dan mendapat pekerjaan di
kota lain. Botol acar itu sudah menyelesaikan
tugasnya dan sudah ayah pindahkan entah
ke mana.
Ayahku bukan orang yang banyak
bicara, dia tidak pernah menceramahi
aku tentang pentingnya tekad yang kuat,
10
ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar
itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan
lebih nyata daripada kata-kata indah.
Setelah menikah, kuceritakan kepada
Fatimah, istriku, betapa pentingnya peran
botol acar yang tampaknya sepele itu
dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu
melambangkan betapa besarnya cinta Ayah
padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit
apa pun, setiap malam Ayah selalu mengisi
botol acar itu dengan koin.
Liburan akhir tahun pertama setelah
lahirnya putri kami Fitri, kami habiskan di
rumah orangtuaku. Setelah makan malam,
Ayah dan Ibu duduk berdampingan di sofa,
bergantian memandang cucu pertama
mereka. Fitri menangis lirih. Kemudian
Fatimah mengambilnya dari pelukan Ayah.
“Mungkin popoknya basah,” kata Fatimah,
lalu di bawanya Fitri ke kamar tidur
orangtuaku untuk di ganti popoknya.
Fatimah kembali ke ruang
keluarga dengan mata berkaca-kaca.
Dia meletakkan Fitri ke pangkuan
Ayah, lalu menggandeng tanganku dan
tanpa berkata apa-apa mengajakku ke
kamar.“Lihat,” katanya lembut, matanya
memandang lantai di samping lemari.
Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak
pernah disingkirkan, berdiri botol acar
yang sudah tua itu. Di dalamnya ada
beberapa keping koin.Aku mendekati
botol itu, merogoh saku celanaku,
dan mengeluarkan segenggam koin.
Dengan perasaan haru, kumasukkan
koin-koin itu ke dalam botol. Aku
mengangkat kepala dan melihat Ayah.
Dia menggendong Fitri dan tanpa suara
telah masuk ke kamar. Kami berpandangan.
Aku tahu,Ayah juga merasakan keharuan
yang sama.
Segera temui ayahmu, cium tangannya
yang mulai keriput dengan penuh kasih
sayang, dan peluklah ia seolah tak ingin
kau melepaskannya dan katakan dengan
sepenuh hati,“Terimakasih wahai ayahku
tercinta.” Kita tak akan berada di tempat kita
sekarang tanpa bantuan ayah kita.
EDISI
SEPTEMBER - OKTOBER 2012
VOL. VII - NO. 2
Buletin Sep-Okt 2012.indd 58
10/10/2012 2:53:10 PM
Download