Strategi Penguatan Peran Badan Pengawas Dalam

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja
diterapkan dengan menggunakan prinsip penganggaran terpadu yaltu penganggaran yang tidak
lagi mengenal dikotomi penganggaran rutin dan pembangunan serta prinsip kerangka
penganggaran jangka menengah. Dengan demikian, penganggaran yang mewajibkan instansi
pemerintah harus menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) yang secara transparan
mengungkapkan keluaran dan hasil dan program yang direncanakan dan rincian anggaran belanja
terkait.
Ketegasan dan konsistensi penyelenggaraan pemerintahan negara bagi pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat serta implementasi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah
membuka peluang dan kesempatan yang sangat luas kepada Daerah Otonom untuk melaksanakan
kewenangannya secara mandiri, luas, nyata dan bertanggung jawab. Paradigma baru desentralisasi
tersebut membuka tantangan besar bagi seluruh bangsa Indonesia, namun apabila pemahaman
terhadap wawasan kebangsaan keliru, akan menimbulkan tuntutan yang bersifat memperlemah
kesatuan dan persatuan. Tuntutan atas pengalihan sumber-sumber pendapatan negara, bahkan
tuntutan bentuk pemisahan diri daerah dan negara di luar sistem Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemerintah Daerah secara hakekat, merupakan subsistem dan pemerintahan nasional
dan implisit sebagai lembaga Pembinaan dan Pengawasan terhadap Pemerintah Daerah. Seluruh
kegiatan pengawasan harus merupakan upaya yang komprehensif dalam membangun sistem
pengendalian intern pemerintah melalui pembangunan budaya dan etika manajemen yang baik.
Dalam analisis dan pengelolaan resiko, pelaksanaan kegiatan pengendalian, menjadi salah
satu fungsi administrasi Badan Pengawas. Profesionalisme Aparat Pengawas Internal Pemerintah
yang modern sangat bergantung pada kemampuannya untuk memberi nilai tambah bagi
pencapaian kinerja pemerintah. Nilai tambah tesebut mampu melaksanakan kebijakan pengawasan
yang relevan bagi peningkatan kinerja program pemerintah sesuai dengan kapasitas sumberdaya
yang dimiliki dengan menggunakan pendekatan yang komprehensif.
Dalam konteks Negara Kesatuan, pelimpahan kewenangan dan Pemerintah Pusat kepada
Daerah Otonom harus diikuti dengan pembinaan dan pengawasan. Pendekatan pembinaan atas
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah pendekatan yang dilakukan oleh Pemerintah dan
atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah di daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan
penyelenggaraan otonomi daerah yang baik. Pengawasan dalam pengertian global atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
agar Pemerintahan Daerah berjalan sesuai dangan rencana dan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dilaksanakan terkait dengan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah disertai dengan
sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana kepegawaian sesuai dengan urusan yang
disentralisasikan serta urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada Gubernur disertai dengan
pendanaan sesuai dengan urusan yang didekonsentrasikan.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin agar Pemerintah Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang beraku dan pendekatan strategis ni, untuk
mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan. Otonomi daerah menurut Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004, ditekankan pada prinsip demokrasi, keadilan, pemerataan, memperhatikan
potensi dan keanekaragaman daerah, serta partisipasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut telah membuka peluang dan kesempatan yang sangat
luas kepada daerah otonom untuk melaksanakan kewenangannya secara mandini, luas, nyata dan
bertanggungjawab dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan mutu
pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat serta daya saing daerah.
Dengan demikian, Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan manajemen pemerintahan
melalui fungsi-fungsi manajemen organisasi yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh lembaga secara professional dalam rangka pencapaian
sasaran dan tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Sejalan dengan bergulirnya reformasi,
muncul banyak fenomena yang terjadi dan perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan, baik pada tatanan kebijakan/peraturan perundang-undangan. implementasinya
maupun
dinamika
sosial
kemasyarakatan.
Tuntutan
masyarakat
atas
penyelenggaraan
pemerintahan yang baik (good governance) telah mendorong adanya konsekuensi logis perlunya
berbagai upaya dan kerja keras pemerintah.
Pengawasan (controlling) sebagai salah satu fungsi manajemen, bertujuan untuk menjamin
agar penyelenggaraan pemenintahan benjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan
perundang-undangan guna menciptakan penyelenggaraan pemenintahan yang efektif, efisien,
bersih dan bebas dan korupsi, kolusi serta nepotisme. Implementasi Otonomi Daerah dengan
adanya kewenangan daerah merupakan salah satu media menuju terselenggaranya Pemenintahan
Daerah yang baik (good governance). Badan Pengawas Provinsi Riau sebagai internal control
Pemerintah Daerah, harus dapat melaksanakan pengawasan fungsional atas penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah Provinsi Riau secara optimal.
Salah satu prinsip dasar dalam mewujudkan governance yang baik adalah prinsip transparansi
dan akuntabel dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan. Prinsip-prinsip tersebut akan
terlaksana apabila didukung faktor-faktor perencanaan, SDM, dan konsep aplikasi yang baik.
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan merupakan proses kegiatan untuk menjamin agar
pemerintahan berjalan secara transparan dan akuntabel sesuai dengan rencana dan ketentuan
peraturan perundang-undang. Badan Pengawas Provinsi sebagai unsur pengawasan bertanggung
jawab kepada Gubernur, melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan, baik
Iingkungan Pemerintah Provinsi Riau maupun Pemerintah Kabupaten/Kota yang menjadi
kewenangannya. Selain itu, Badan Pengawas Provinsi Riau adalah institusi pengawasan internal
yang menjalankan tugas pembinaan dan pengawasan dalam rangka meningkatkan kinerja
pemerintahan.
Pengawasan fungsional yang dilakukan oleh Badan Pengawas Provinsi Riau bertujuan untuk
membantu tugas Gubernur dalam upaya mencegah penyimpangan penyelenggaraan pemerintahan.
Badan Pengawas Provinsi Riau sebagai institusi pengawas yang ada di daerah, dituntut untuk
dapat menjalankan perannya secara baik. Namun demikian, Badan Pengawas dalam menjalankan
perannya, perlu didukung oleh sumberdaya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada.
Melihat tugas pokok dan fungsi dan Badan Pengawas Provinsi Riau yang begitu penting
dalam melakukan Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, maka
diperlukan penguatan peran Badan Pengawas Provinsi Riau agar dapat melaksanakan tugas pokok
dan fungsinya sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, melaui Kajian Pembangunan Daerah ini
diharapkan dapat mengetahui strategi yang perlu dilakukan untuk penguatan (capacity building)
peran Badan Pengawasan dalam upaya menuju good governance pada Pemerintah Provinsi Riau.
Penguatan peran lembaga merupakan langkah untuk memperkuat Tupoksi dan kewenangan
sebuah lembaga pengawasan terhadap organisasi publik yang menjadi obyek pemeriksaan.
Dengan adanya kewenangan untuk memeriksa, maka Bawasprop sebagai lembaga pengawas
seharusnya mempunyai posisi yang kuat, dengan harus mempunyai rencana strategis yang
memadai, kualitas SDM yang cukup baik, dan metode pemerikasaan standar yang dapat
diimplementasikan dengan penilaian tinggi.
1.2
Rumusan Masalah
Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme menunjukkan adanya keinginan dari masyarakat untuk
dapat menciptakan suatu kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang lebih transparan. Sejalan
dengan itu, Badan Pengawas Provinsi Riau telah berkomitmen untuk mendukung upaya
pencapaian penyelenggaraan negara yang bersih dari korupsi, kolusi dan nepotisme.
Dalam pelaksanaan tugasnya, Badan Pengawas Provinsi Riau banyak menemukan
pelanggaran-pelanggaran di berbagai macam instansi, baik di Provinsi Riau maupun di kota dan
kabupaten di seluruh Provinsi Riau.
Pelanggaran-pelanggaran ini ada yang berupa
masalah/temuan keuangan, administrasi maupun adanya pengaduan masyarakat.
Akan tetapi
pengaduan dari masyarakat jumlahnya lebih sedikit daripada temuan yang dilakukan oleh Badan
Pengawas Provinsi Riau.
Hal ini, menurut Anindya, salah seorang
pemerhati kebijakan publik di Yogyakarta,
menyatakan bahwa salah satunya keengganan masyarakat ini dikarenakan adanya kecenderungan
negatif dari masyarakat terhadap aparat pemeriksa, selain itu aparat pemeriksa kurang transparan
dan membuka diri dalam kegiatannya melakukan pengawasan ataupun pemeriksaan.
Berdasarkan data di Badan Pengawas Provinsi Riau, jumlah pegawai Badan Pengawas di
Provinsi Riau tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, dari tahun 2005 sejumlah 68 oerang
dan pada tahun 2007 sebesar 76 orang, sedangkan yang memiliki sertifikasi auditor pada tahun
yang sama meningkat juga, dari 4 orang menjadi 9 orang dari total 36 orang auditor.
Dilain pihak beban kerja Badan Pengawas Provinsi Riau cukup besar, dalam satu tahun
anggaran harus melakukan pemerikasaan terhadap sekitar 30 SKPD yang ada di lingkup
Pemerintah Provinsi Riau dan 11 Kabupaten/ Kota, yang masing-masingnya adalah 7 obyek
pemeriksaan. Jika dibuat perbandingan, maka 1 orang pemeriksa harus melakukan pemeriksaan
terhadap 3 obyek pemeriksaan.
Dengan adanya hal tersebut, maka dapat dilihat permasalahan dalam kuantitas dan kualitas
dari aparat pemeriksa di Badan Pengawas Provinsi Riau. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja sumberdaya manusia di Badan Pengawas Provinsi Riau?
2. Bagaimana strategi yang dapat diterapkan untuk penguatan peran Badan Pengawas Provinsi
Riau?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran mengenai kinerja sumber daya manusia dalam mendukung tugas
pokok dan fungsi (tupoksi) di Badan Pengawas Provinsi Riau
2. Merumuskan strategi penguatan peran Badan Pengawas Provinsi Riau.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjadi bahan pemikiran dan saran
bagi Pemerintah
Provinsi
Riau, dalam
pengambilan kebijakan.
2. Untuk menjadi referensi penguatan
peran Badan Pengawas Provinsi Riau dalam
mewujudkan Pemerintah yang baik (good governance) di lingkungan Pemerintah Provinsi
Riau.
Download