Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 DAFTAR ISI Variabel

advertisement
Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
DAFTAR ISI
Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Mohammad Eddy Rosyadi ........................................................
1
Analisis Perhitungan Dan Perbandingan Pbb Pada Apartemen Dan
Kondominium Di Dki Jakarta
Ivan Kanel ........................................................................
11
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Perusahaan Di Bursa
Efek Indonesia
Kartina Natalylova ..................................................................
27
Pengaruh Service Encounter, Trust, Reliability, Dan Satisfaction
Terhadap Loyalty
Klemens Wedanaji P ..............................................................
41
Determinan Audit Report Lag Pada Perusahaan Publik Di Indonesia
Lie Yung Yung ...................................................................
51
Pengaruh Size, Profitability, Growth Opportunity, Compensations
Program For Executive Manager, Business Risk Dan Payment Of Dividends
Terhadap Leverage Pada Consumer Goods Industry
Mahmudin Muslim..............................................................
63
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia
M. Arief Effendi ....................................................................
79
Pengaruh Firm Size, Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan Saham Publik,
Dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Maris Agung T ......................................................................
91
Pengaruh Kebijakan Alokasi Aset, PemilihanSaham, Tingkat Risiko, Asset,
Dan Asset Turnover Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Yang Terdaftar
Di Badan Pengawas Pasar Modal
Dan Lembaga Keuangan
Mursidi Prihantono ................................................................
103
Variabel–Variabel Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Lilly Nilawati .......................................................................
113
Pengaruh Informativeness, Entertainment, Source Credibility, Dan
Irritation Terhadap Consumer Attitude Iklan
Wibisono Soediono ................................................................
125
Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL
Kebijakan Editorial
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI
secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan
penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis
ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis
dan akuntansi.
JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah
dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA
dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan
mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku
untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan
profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi.
Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif
terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan
hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada
JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh
Editor.
Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan
(hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA :
Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440
Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480
E-mail : [email protected]
Pedoman Penulisan Artikel
Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika
penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang
digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan
dimuat pada JBA.
A. BENTUK TULISAN
Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab
(heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang
disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold)
dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai
berikut:
PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah)
Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri)
Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri)
B. SISTIMATIKA PENULISAN
Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri
empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian,
motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan
pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai
landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda
Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data,
definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang
menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang
berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian
selanjutnya, serta 7) Referensi.
C. ABSTRAK
Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan
yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia).
Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda
atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi
(apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca
sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti
dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks
artikel.
D. FORMAT
1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata.
2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x
11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga
setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented
style).
3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time
new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan
gambar.
4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks.
5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas
penulis.
6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor
urut halaman.
7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan
menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau
kuisioner.
8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika
digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas
matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan
ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya
disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun.
9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis
gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol
%.
10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan
rata marjin kanan.
E. TABEL DAN GAMBAR
1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari
hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel.
2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas
kiri tabel.
3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di
bawah gambar.
4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di
akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan
teks untuk mencantumkan tabel dan gambar.
5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal
hanya pada judul kolom dan akhir tabel.
6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi
tabel, gambar dan sumber kutipan.
F. KUTIPAN DAN REFERENSI
1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup
yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor
halaman jika dipandang perlu.
Contoh:
a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan
nomor halaman (Jones 1987: 115)
b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973)
c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985)
d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman
1986)
e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika
tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b)
f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya
menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994).
2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber
kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi
b. Susunan setiap referensi:
1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama
jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman,
(alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit:
nama penerbit.
3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel.
nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan,
halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari
internet).
4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul,
skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web
dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama
surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan
tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet).
Contoh:
Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of
Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision
Process, Vol.53 (November).
Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for
Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1,
(http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997).
Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara
Daftar
Belanja.
Detikcom,
(http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/,
24
Juni 2008).
Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York:
Irwin, Mc Graw Hill Companies.
Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job
Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and
Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation.
Lexington: University of Kentucky.
Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The
Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636.
. 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate
investment intentions, The Journal of the American Taxation
Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19.
Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian
Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi
Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial.
Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics
Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17.
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 1-10
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN
MOHAMMAD EDDY ROSYADI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the
factors which influence dividend policy. Independent variables used in this
research are managerial ownership, institutional ownership, debt policy,
profitability, life cycle stage, and firm size. Population in this research are
non financing companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2006-2010.
Samples are obtained through purposive sampling method. Data are analyzed
using multiple regression analysis.The results show that institutional ownership, profitability, and life cycle stage have influence toward dividend policy.
Managerial ownership, debt policy, and firm size have no influence toward
dividend policy.
Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy,
Profitability, Life Cycle Stage, Firm Size, Dividend Policy.
dikeluarkan perusahaan. Hubungan
manajer dengan pemegang saham
di dalam agency theory digambarkan sebagai hubungan antara
agent dan principal (Schroeder et
al. 2001) dalam Tarigan dan Christiawan (2007). Manajer sebagai
agent dan pemegang saham sebagai
principal. Manajer harus mengambil
keputusan bisnis terbaik untuk
meningkatkan kekayaan pemegang
saham.
Jensen dan Meckling (1976)
pada Suharli (2007) telah membahas banyak aspek dari masalah keagenan, antara lain diuraikan
bagaimana masalah keagenan timbul jika seorang manajer memiliki
saham yang lebih sedikit dibandingkan dengan total saham perus-
PENDAHULUAN
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menentukan penempatan laba, yaitu menetukan berapa besarnya laba yang akan
dibagikan kepada pemegang saham
dan menginvestasikan kembali dalam perusahaan. Laba ditahan
merupakan salah satu sumber dana
yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan,
tetapi dividen merupakan arus kas
yang disisihkan untuk pemegang saham.
Kebijakan dividen menjadi
perhatian banyak pihak seperti
pemegang saham, kreditor, maupun
pihak eksternal lain yang memiliki
kepentingan dari informasi yang
1
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
ahaan. Kepemilikan sebagian ini
dapat menyebabkan para manajer
bekerja kurang semangat dan memerlukan lebih banyak imbalan lain
(kantor dan perlengkapan yang
mewah, kendaraan dinas). Dalam
rangka mengatasi masalah perbedaan kepentingan tersebut diperlukan
tambahan
pengeluaran
pemantauan (biaya keagenan).
Permasalahan
dalam
penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institusional,
kebijakan hutang, profitabilitas,
tahap daur hidup dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini disusun dengan
urutan penulisan sebagai berikut
pertama, pendahuluan menjelaskan
mengenai latar belakang masalah,
permasalahan penelitian, dan organisasi penulisan. Kedua, menguraikan teori dan hasil penelitian
sebelumnya sebagai dasar pengembangan hipotesis. Ketiga, metoda
penelitian terdiri atas pemilihan
metoda analisis data. Keempat,
hasil penelitian yang berisi statistik
deskriptif serta hasil dari interpretasi pengujian hipotesis. Terakhir, penutup yang berisi simpulan,
keterbatasan penelitian, dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan
suatu
keputusan
untuk
menginvestasikan kembali laba
yang diperoleh dari hasil operasi
perusahaan atau untuk membagikannya kepada pemegang saham (investor). Umumnya perus2
November 2012
ahaan enggan memotong dividen
karena pengurangan dividen akan
dianggab sebagai sinyal jelek oleh
investor (Hartono 2010). Menurut
Brigham dan Enhard (2005) dalam
Fauz dan Rosidi (2007), kebijakan
dividen (dividend policy) menentukan berapa banyak dari keuntungan yang harus dibayarkan
kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam
kembali dalam perusahaan.
Teori kebijakan dividen menjelaskan bagaimana sifat dari dividen yang dibagikan kepada para
pemegang saham. Teori dari kebijakan
dividen
ini
akan
mempengaruhi
harga
saham.
Menurut Sundjaja dan Barlian
(2003;383-387), ada tiga teori yang
membahas tentang kebijakan dividen dan berpengaruh terhadap harga saham. Ketiga teori tersebut
adalah: teori residu dividen, teori
irrelevansi dividen, dan teori relevansi dividen.
Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976)
dalam Suharli (2007) telah membahas banyak aspek dari masalah keagenan, antara lain diuraikan
bagaimana masalah keagenan timbul jika seorang manajer memiliki
saham yang lebih sedikit dibandingkan dengan total saham perusahaan. Dalam rangka mengatasi
masalah perbedaan kepentingan
tersebut
diperlukan
tambahan
pengeluaran pemantauan (biaya
keagenan). Beberapa cara untuk
mengurangi biaya keagenan antara
lain: meningkatkan kepemilikan
manajerial, dengan menggunakan
kebijakan hutang dan dengan
mengaktifkan pengawasan melalui
investor-investor institusional.
ISSN: 1410 -9875
Kepemilikan Manajerial Terhadap
Kebijakan Deviden
Menurut Nuringsih (2005) pada tahun 1995 Moh´d Rimbey dan
Perry
menyatakan
bahwa
kepemilikan manajerial memiliki
pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal ini juga
didukung oleh Putri dan Nasir
(2006) dalam Dewi (2008) dan Dewi
(2008) yang menyatakan bahwa
makin banyak saham yang dimiliki
oleh
manajer
maka
makin
menurunkan kos keagenan yang
menyebabkan pengurangan dividen.
Nuringsih (2005), Putri dan
Mohammad (2006) dalam Kahar
(2008)
menyatakan
bahwa
kepemilikan
manajerial
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Penelitian Kahar
(2008)
menyatakan
bahwa
kepemilikan manajerial memiliki
pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.
Menurut penelitian Sanjaya (2009)
menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Ha1 Kepemilikan
managerial
berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Dividen
Menurut Ismiyanti dan Hanafi
(2003) pada tahun 1999 Crutchley
et al. dalam Dewi (2008), Putri dan
Nasir (2006) dikutip dalam Dewi
(2008) dan penelitian Dewi (2008)
menyebutkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh negatif
terhadap kebijakan dividen, karena
makin tinggi kepemilikan institusional maka makin kuat kontrol
eksternal terhadap perusahaan sehingga mengurangi kos keagenan
Mohammad Eddy Rosyadi
dan perusahaan akan cenderung
memberikan dividen yang rendah.
Di sisi lain, penelitian Tandelilin dan Wilberforce (2002) dalam
Dewi (2008) menyebutkan bahwa
kepemilikan
institusional
berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen karena kepemilikan
institusional lebih mementingkan
stabilitas pendapatan (return) melalui pembagian dividen. Penelitian
yang dilakukan oleh Wiagustini
(2009) dan Fauzan (2002) dalam
Sanjaya (2009) menunjukkan bahwa
kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Ha2 Kepemilikan
institusional
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen
Menurut
Ismiyanti dan
Hanafi (2003) pada tahun 1992 Jensen et al. dalam Dewi (2008) menyebutkan bahwa kebijakan hutang
memiliki pengaruh negatif terhadap
kebijakan dividen. Penelitian Jensen et al. (1992) didukung oleh
Megginson (1997) serta Chen dan
Stainer (1999) dalam Dewi (2008),
Ismiyanti dan Hanafi (2003) dalam
Dewi (2008), Nuringsih (2005) dan
Dewi (2008) menyebutkan kebijakan hutang memiliki pengaruh
negatif terhadap kebijakan dividen.
Deitiana (2009) dan Sanjaya (2009)
menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh tidak signifikan
terhadap kebijakan dividen.
Ha3 Kebijakan
hutang
berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
3
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Profitabilitas Terhadap Kebijakan
Dividen
Menurut Nuringsih (2005) dan
Dewi (2008) menyebutkan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh
negatif terhadap kebijakan dividen
karena laba yang diperoleh akan
dialokasikan pada laba ditahan untuk
biaya
investasi
sehingga
menurunkan pembayaran dividen.
Tetapi
menurut
penelitian
Marpaung dan Hadianto (2009) dan
Suharli (2007) yang menyebutkan
bahwa
profitabilitas
memiliki
pengaruh positif terhadap kebijakan
dividen.
Sementara
menurut penelitian Deitiana (2009)
tidak terdapat pengaruh antara return on asset dengan kebijakan
pembayaran dividen.
Ha4 Profitabilitas berpengaruh
terhadap kebijakan dividen.
Tahap Daur Hidup Perusahaan
Terhadap Kebijakan Dividen
Tahap daur hidup perusahaan secara parsial berpengaruh
positif terhadap kebijakan dividen.
Hal ini diartikan bahwa perusahaan
yang
diteliti
dalam
keadaan
perkembangan tinggi dan tidak
memerlukan dana untuk membiayai
investasinya, oleh karena itu perusahaan akan lebih sedikit untuk
menahan laba dan lebih banyak
membagikan laba dalam bentuk
dividen (Djumahir 2009).
Menurut penelitian Sanjaya
(2009), pertumbuhan perusahaan
berpengaruh negatif terhadap kebijakan
dividen.
Sementara
menurut Hatta (2002) dan Taswan
(2003) dalam Sanjaya (2009)
4
November 2012
menemukan bahwa tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan
terhadap kebijakan dividen.
Ha5 Tahap daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap
kebijakan dividen.
Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen
Menurut Hatta (2002) dalam
Dewi (2008:51) pada tahun 1994
Vogt mengidentifikasi bahwa ukuran atau besarnya perusahaan memainkan peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran dividen dalam perusahaan. Perusahaan yang
besar cenderung untuk lebih mature dan mempunyai akses yang
lebih mudah dalam pasar modal.
Penelitian Vogt (1994) juga
didukung oleh Chrutchley dan Hansen(1989) serta Chang dan Ree
(1990) dalam Dewi (2008) , Hatta
(2002) dalam Dewi (2008), Nuringsih (2005) dan Dewi (2008) yang
menyebutkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif
terhadap
kebijakan
dividen.
Penelitian Sanjaya (2009) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
Ha6 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan
dividen.
METODE PENELITIAN
Teknik pemilihan sampel dengan
menggunakan
metode
Purpose
Sampling. Di bawah ini merupakan
hasil dari proses pemilihan sampel:
ISSN: 1410 -9875
No.
1
c2
3
4
5
Mohammad Eddy Rosyadi
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria sampel
2006 2007 2008 2009
Perusahaan non keuangan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
berturut-turut
selama periode 2006
sampai dengan 2010
Perusahaan yang tidak
menerbitkan
laporan keuangan dalam satuan mata
uang Rupiah.
Perusahaan yang tidak memiliki earning
after tax positif
Perusahaan yang tidak
memiliki
kepemilikan
institusional.
Perusahaan yang tidak membagikan dividen selama periode
penelitian
Jumlah data
digunakan
yang
2010
291
291
291
291
291
11
10
14
6
0
43
83
55
53
54
13
14
16
13
11
165
143
149
159
167
59
41
57
60
59
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Kepemilikan managerial
Kepemilikan
manajerial
(MNJR) adalah situasi dimana manajer mendapat kesempatan untuk
memiliki saham perusahaan. Variabel
kepemilikan
manajerial
menggunakan variabel dummy untuk menunjukkan ada tidaknya
kepemilikan manajerial. Variabel
dummy yang digunakan dengan ketentuan D=1 untuk perusahaan yang
memiliki kepemilikan manajerial
dan D=0 untuk perusahaan yang
Total
276
tidak memiliki kepemilikan manajerial (Dewi 2008).
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan
Institusional
(INST) adalah proporsi saham yang
dimiliki oleh pihak institusi pada
akhir tahun yang diukur dalam
prosentase (Listyani 2003) dalam
Dewi (2008).
INST =
jumlah saham yang dimiliki oleh institusi
�100%
total saham yang beredar
Kebijakan Hutang
Kebijakan Hutang (HUTANG)
diperoleh dengan pembagian antara
5
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
total hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik current liability
maupun long term liability dengan
total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Nuringsih 2005).
HUTANG =
total hutang
�100%
total aset perusahaan
Profitabilitas
Profitabilitas (PROFIT) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan
dengan penjualan, total aktiva
maupun modal sendiri. Profitabilitas diukur dengan menggunakan
Return On Asset (ROA).
�������� ����� ���
�100%
PROFIT =
total aset perusahaan
Tahap daur hidup perusahaan
Daur
hidup
perusahaan
(TDHP) merupakan tahapan perusahaan mulai dari tahap pertumbuhan dan matang. Makin besar
RETE makin kecil dividen yang
dibagi. Pengukuran tahap daur
hidup perusahaan dilakukan dengan
proksi proporsi laba ditahan terhadap total ekuitas (Werner 2007)
dalam Djumahir (2009) dengan rumus:
������ = ( ���� : ���� ) x 100 %
Keterangan:
������ = proporsi laba ditahan terhadap total ekuitas perusahaan i
pada periode t
����
= laba ditahan perusahaan i
pada periode t
����
= total ekuitas perusahaan i
pada periode t
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (SIZE)
diukur dari natural logaritma nilai
6
November 2012
pasar ekuitas perusahaan
akhir tahun yaitu jumlah
yang beredar pada akhir
dikali dengan harga pasar
akhir tahun (Siregar dan
2005) dalam Dewi (2008).
pada
saham
tahun
saham
Utama
Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menentukan penempatan laba, yaitu menetukan berapa besarnya laba yang akan
dibagikan kepada pemegang saham
dan menginvestasikan kembali dalam perusahaan. Kebijakan dividen
diukur dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR).
����� =
�������� ��� �ℎ���
�100%
�������� ��� �ℎ���
Keterangan:
����� = Dividend Payout Ratio perusahaan i pada akhir tahun t
Metode Analisis Data
Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan uji regresi berganda (multiple regression). Pengujian ini bertujuan untuk menguji variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen. Model penelitian dengan
persamaan regresi dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = �� + �� �� + �� �� + �� �� +�� �� +
�� �� + �� �� + e
Dalam persamaan di atas
Y adalah kebijakan dividen,
�� adalah kepemilikan manajerial,
�� adalah kepemilikan institusional,
�� adalah kebijakan hutang,
�� adalah profitabilitas,
ISSN: 1410 -9875
Mohammad Eddy Rosyadi
�� adalah tahap daur hidup perusahaan,
�� adalah ukuran perusahaan dan
e adalah error term yang merupakan variabel lain di luar
model penelitian.
HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik sampel yang
digunakan, dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel 2 Statistik Deskriptif
N
Minimum Maksimum
Mean
Std. Deviation
DIVIDEN
276
0,001
9,3697
0,351103
0,6707965
MNJR
276
0
1
0,35
0,478
INST
276
0,0540
0,9900
0,683528
0,1997880
HUTANG
276
0,0200
0,9100
0,450543
0,1943887
PROFIT
276
0,0041
0,5079
0,101257
0,0851090
TDHP
276
0,0009
0,9586
0,558660
0,2576822
SIZE
276 23,0865
36,2955
28,179188
2,0295362
Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel
1
(Constant)
MNJR
INST
HUTANG
PROFIT
TDHP
SIZE
B
t
Sig
0,191
0,292
0,771
-0,090
-1,040
0,299
0,469
2,251
0,025
-0,076
-0,345
0,730
-1,224
-2,028
0,044
0,489
2,823
0,005
-0,009
-0,387
0,699
Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi 0,299. Nilai
signifikansi yang lebih besar dari
0,05 menunjukkan adanya pengaruh
yang tidak signifikan dari variabel
kepemilikan manajerial terhadap
kebijakan dividen sehingga Ha1 tidak diterima. Hal ini membuktikan
bahwa pemegang saham yang
sekaligus sebagai pengelola perusahaan cenderung memilih kompensasi berupa gaji atau bonus
dibandingkan dengan dividen.
Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai signifikansi
0,025. Nilai signifikansi yang lebih
kecil dari 0,05 menunjukkan adanya
pengaruh signifikan dari variabel
kepemilikan institusional terhadap
7
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
kebijakan dividen sehingga Ha2
diterima. Makin tinggi tingkat
kepemilikan institusional akan menimbulkan pengawasan yang lebih
besar oleh pihak institusional sehingga dapat mengurangi masalah
keagenan. Dengan adanya pengurangan terhadap masalah keagenan
maka peusahaan akan dapat membagikan dividen yang lebih besar.
Variabel kebijakan hutang
memiliki nilai signifikansi 0,730.
Nilai signifikansi yang lebih besar
dari 0,05 menunjukkan adanya
pengaruh yang tidak signifikan dari
variabel kebijakan hutang terhadap
kebijakan dividen sehingga Ha3 tidak diterima. Kebijakan hutang berpengaruh tidak signifikan terhadap
kebijakan dividen karena perusahaan dalam membayarkan dividen
kepada pemegang saham tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang.
Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikansi 0,044. Nilai
signifikansi yang lebih kecil dari
0,05 menunjukkan adanya pengaruh
signifikan dari variabel profitabilitas terhadap kebijakan dividen sehingga Ha4 diterima. Ketika perusahaan mengalami laba, maka perusahaan diharapkan membayar
dividen
yang
tinggi
kepada
pemegang saham.
Variabel tahap daur hidup
perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,005. Nilai signifikansi yang
lebih kecil dari 0,05 menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan
dari variabel tahap daur hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen sehingga Ha5 diterima. Perusahaan dalam perkembangan tinggi
dan tidak memerlukan biaya untuk
membiayai investasinya, akan lebih
sedikit menahan laba dan lebih
banyak untuk membagikan laba
8
November 2012
kepada pemegang saham dalam
bentuk dividen.
Variabel ukuran perusahaan
memiliki nilai signifikansi 0,699.
Nilai signifikansi yang lebih besar
dari 0,05 menunjukkan
adanya
pengaruh yang tidak signifikan dari
variabel ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen sehingga
Ha6 tidak diterima. Perusahaan besar mempunyai akses yang lebih
mudah ke pasar modal dibandingkan perusahaan kecil, tapi belum
tentu memperoleh dana dengan
mudah dan rasio pembayaran dividen yang tinggi, karena para investor yang akan menanamkan modalnya di suatu perusahaan tidak hanya mempertimbangkan besar kecilnya perusahaan, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor lain
seperti prospek dan kinerja perusahaan serta manajemen perusahaan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa
kepemilikan institusional, profitabilitas, dan tahap daur hidup perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap
kebijakan
dividen.
Kepemilikan manajerial, kebijakan
hutang dan ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap
kebijakan dividen.
Beberapa keterbatasan dalam penelitian adalah penelitian
ini hanya mengambil periode
penelitian selama lima tahun yaitu
tahun 2006 sampai dengan tahun
2010, perusahaan yang diteliti hanya perusahaan non keuangan, dan
hanya meneliti enam faktor yang
meliputi kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, kebijakan
hutang, profitabilitas, tahap daur
ISSN: 1410 -9875
hidup perusahaan dan ukuran perusahaan.
Untuk mengatasi keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti memberikan
rekomendasi
untuk
penelitian selanjutnya yang ingin
melakukan
penelitian
dengan
menggunakan topik yang sama.
Rekomendasi
tersebut,
yaitu
penelitian
selanjutnya
dapat
mengambil jangka waktu penelitian
Mohammad Eddy Rosyadi
yang lebih panjang, atau memperluas perusahaan yang diteliti seperti lembaga keuangan lainnya, sehingga diharapkan dapat menggambarkan
kondisi
perusahaanperusahaan yang go public di Indonesia dengan lebih baik . Menambah variabel yang diduga memiliki
pengaruh terhadap kebijakan dividen namun belum diuji dalam
penelitian ini.
DAFTAR REFERENSI
Deitiana, Tita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, April
2009, hlm: 57-64. Jakarta: STIE Trisakti.
Dewi, Sisca C. 2008 Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No.1,
April, hlm: 47-58. Jakarta: Trisakti School of Management.
Djumahir. 2009. Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan
Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume
11, Nomor 2, September 2009, hlm: 144-153. Malang: Universitas
Brawijaya.
Fauz, Achmad dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang dan Collateral Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 8, Nomor 2, Juni 2007, hlm: 259-267. Malang: Universitas Brawijaya.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi
Ketujuh. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Kahar. 2008. Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 3, September 2008,
hlm: 399-410. Ternate: Universitas Khairun Ternate.
Marpaung, E.I dan Hadianto. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan
Investasi terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Volume
1, Nomor 1, Mei 2009, hlm: 70-84. Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen: Studi
9
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.2, No. 2, Juli-Desember 2005, pp: 103-123. Jakarta: Universitas Tarumanegara.
Priatama, Shella F. 2010. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan
Hutang, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen
Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Jakarta. Jawa
Timur: UPN Veteran. http://eprints.upnjatim.ac.id/213/1/File_1.pdf.
Sanjaya, I Putu Budi. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Kajian Akuntansi , Vol. 4, No.
1, Juni 2009, hlm: 15-24. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta.
Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010.Research Methode For Business A Skill
Building Approach, Fifth Edition. United Kingdom : Wiley & Sons.
Shabibi, Bandar.K.A dan Ramesh, G. 2011. An Empirical Study on the Determinants of Dividend Policy in the UK. International Research Journal of
Finance and Economics, ISSN 1450-2887, Issue 80, 2011, Sultanate of
Oman: Faculty, Accounting & Finance, Department of Business Studies
Ibra
College
of
Technology.
http://www.internationalresearchjournaloffinanceandeconomics.com
Suharli, Michell. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set
Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel
Penguat (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
Periode 2002 – 2003). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No.1, Mei
2007, hlm: 9-17. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
Sundjaja, R.S. dan Barlian, I.2003. Manajemen Keuangan 2, Edisi keempat.
Jakarta: Literata Lintas Media.
Susanto, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistis Parametrik. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo.
Tarigan, dan Christiawan. 2007. Kepemilikan Managerial: Kebijakan Hutang,
Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9,
No. 1, Mei 2007, hlm:1-8. Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra, Surabaya.
Wahyudi, Eko dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable
Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia
Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 6, Nomor 3,
Desember 2008. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Wiagustini, Ni Luh P. 2009. Investment Opportunity, Institutional Ownership,
Cash Flow, Company Life Cycle Terhadap Kebijakan Dividen dan Return
Saham. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 3, September
2009, hal: 373-385. Denpasar: Universitas Udayana.
10
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 11-26
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PERBANDINGAN PBB PADA APARTEMEN
DAN KONDOMINIUM DI DKI JAKARTA
IVAN KANEL
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The calculation of land and bulding tax with strata title system is a
bit different than using the general calculation. The purpose of this research
for compare the differentiation of the calculation of land and building tax
between apartment and condominium and also to know the revenue
contribution of land and building tax on the apartement and the
condominium to the overall revenue of land and building tax from rural and
urban sector. The object of this research are The Official Service Tax, The
Apartment X, and The Condominium Y. Data for this research comprises of
notification of tax due of several types of apartment and condominium units,
realization of land and building tax on apartment and condominium and
realization of land and building tax from rural and urban sector in 2008-2011.
This research is using descriptive analysis method. Overall, the research
conclusion can be summarized as follows. First, the differentiation of the
calculation of land and building tax on apartment and condominium located
in Non-Taxable Sales Value of Tax Object that is Rp. 12.000.000 and Rp.
15.000.000 and also the calculalation rate that is single rate 0,5% and
progressive rate with the maximum rate 0,3%. Second, during 2008-2011, the
revenue contribution of land and building tax on apartment and condominium
contribute about 6% until 11% to the overall revenue of land and building tax
from rural and urban in DKI Jakarta.
Keywords: Land and Building Tax of Apartment and Condominium, Strata
Title,
Proportional Comparison Value.
PENDAHULUAN
pendapatan negara yang terbesar
yang mana dengan hasil kontribusi
tersebut dapat membantu kegiatan
perekonomian dan pembangunan di
suatu negara. Selain itu, pajak juga
sangat berkaitan erat dengan
kegiatan ekonomi yang dilakukan
Pajak
dapat
dikatakan
sebagai suatu bagian yang tidak
terpisahkan bila dikaitkan dengan
penerimaan suatu negara. Hal
tersebut tercermin dengan pajak
sebagai
salah
satu
sumber
11
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
oleh masyarakat dari suatu negara
termasuk, Indonesia.
PBB
Perdesaan
dan
Perkotaan pada awalnya adalah
merupakan pajak pusat atau pajak
yang
dipungut
oleh
pihak
pemerintah pusat. Namun, PBB
Pedesaan dan Perkotaan (P2)
akhirnya ditetapkan menjadi pajak
daerah berdasarkan UU No. 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah. Pengalihan
kewenangan atas pemungutan PBB
Pedesaan dan Perkotaan dari pusat
menjadi daerah ini sebenarnya
berkaitan
dengan
peningkatan
peran
otonomi
daerah
yang
diberikan oleh pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah yang
mana otonomi daerah tersebut
telah diatur di dalam UU No. 32
Tahun 2004 tentang Otonomi
Daerah.
PBB adalah pajak dengan
kontribusi terbesar untuk sumber
pendapatan Negara. Hal tersebut
tercermin secara jelas dengan
banyaknya jumlah bangunan yang
ada di Indonesia seperti bangunan
kantor, ruko, mall, perumahan,
apartemen dan bahkan rumah
susun. Apartemen merupakan salah
satu alternatif yang banyak dipilih
oleh para masyarakat sebagai
tempat tinggal khususnya bagi para
masyarakat yang tinggal di Jakarta
sehingga
menyebabkan
jumlah
bangunan apartemen di Jakarta
meningkat dengan sangat pesat
seiring
dengan
meningkatnya
kebutuhan para masyarakat akan
tempat tinggal yang praktis.
Apartemen dan rumah susun
sendiri sebenarnya hampir sama
hanya perbedaannya adalah bahwa
apartemen memiliki fasilitas yang
jauh lebih lengkap dan lebih
ditujukan
untuk
kalangan
12
November 2012
menengah ke atas dan kalangan
atas. Sedangkan, untuk rumah
susun yang merupakan program
pemerintah lebih ditujukan kepada
kalangan menengah dan kalangan
menengah ke bawah. Tujuan
Penelitian adalah untuk mengetahui
(1) perbedaan perhitungan antara
PBB apartemen dan PBB rumah
susun tahun 2008-2011; (2) tata
cara perhitungan dan pemungutan
PBB di apartemen X tahun 20082011; (3) tata cara perhitungan dan
pemungutan PBB di rumah susun Y
tahun 2008-2011; (4) kontribusi PBB
apartemen dan PBB rumah susun
terhadap seluruh penerimaan PBBP2 di DKI Jakarta periode tahun
2008-2011; (5) kendala dan upaya
yang dihadapi dan dilakukan dalam
rangka optimalisasi PBB apartemen
dan PBB rumah susun di DKI Jakarta
KERANGKA TEORITIS
PBB Atas Apartemen dan PBB Atas
Rumah Susun
Bangunan seperti rumah
susun,
apartemen,
pusat
perbelanjaan,
dan
lain-lain
biasanya menerapkan strata title.
Dalam bangunan tersebut, ada
bagian yang menjadi hak milik
masing-masing individu dan adapula
yang menjadi hak milik bersama.
Ada 3 hal penting yang berkaitan
dengan rumah susun/apartemen
yang terdapat di dalam UU RI No.
20 Tahun 2011 Tentang Rumah
Susun yaitu:
1. Bagian Bersama, yaitu bagian
rumah susun yang dimiliki
secara tidak terpisah untuk
pemakaian
bersama
dalam
kesatuan fungsi dengan satuansatuan rumah susun.
ISSN: 1410 -9875
2. Benda Bersama, yaitu benda
yang bukan merupakan bagian
rumah susun, tetapi dimiliki
bersama secara tidak terpisah
untuk pemakaian bersama.
3. Tanah Bersama, yaitu sebidang
tanah yang digunakan atas dasar
hak bersama secara tidak
terpisah yang di atasnya berdiri
rumah susun dengan ditetapkan
batasnya dalam persyaratan izin
bangunan.
Perhitungan
NJOP
Untuk
Bangunan Strata Title
Pemilikan bangunan yang
menerapkan konsep strata title
didasarkan pada pemilikan atas
tanah bersama, benda bersama dan
bagian bersama. Atas dasar adanya
objek yang dimanfaatkan secara
bersama-sama
itulah
yang
membuat luas tanah dan bangunan
yang dimanfaatkan bersama harus
dibagi secara proporsional kepada
masing-masing penghuni selaku
Wajib Pajak. Perhitungan PBB
Terutang
untuk
apartemen/bangunan strata title
lainnya adalah sebagai berikut:
1. Hitung
Nilai
Perbandingan
Proposional
(NPP)
Unit
Apartemen
dengan
rumus
sebagai berikut:
NPP = (LSn x 100%) ÷ T LSn
Keterangan:
LSn : Luas Satuan Unit
Apartemen
T LSn : Total Luas Seluruh
Unit Apartemen
2. Hitung Luas Bumi (Tanah)
Proporsional
dengan
rumus
sebagai berikut:
NPP x Luas Bumi (Tanah)
Bersama
Ivan Kanel
3. Hitung
Luas
Bangunan
Proporsional
dengan
rumus
sebagai berikut:
NPP x Total Luas Bangunan
Bersama
Luas Bangunan Bersama =
Total Luas bangunan – Total
Luas bangunan Seluruh Unit
Apartemen
4. Hitung NJOP
a. NJOP Bumi Bersama=
Luas
Bumi Proporsional x NJOP
Tanah
b. NJOP Bangunan Bersama =
Luas Bangunan Proporsional
x NJOP Bangunan
c. NJOP Bangunan
=
Luas Unit Apartemen x NJOP
Bangunan
5. Ketiga NJOP tersebut kemudian
dijumlahkan untuk memperoleh
NJOP Total sebagai Dasar
Pengenaan Pajak.
2.2.2 Tarif PBB Perdesaan dan
Perkotaan
a. Tarif 0,01% (nol koma nol satu
persen) untuk Nilai Jual Objek
Pajak Tanah dan/atau Bangunan
kurang dari Rp.200.000.000,(dua ratus juta rupiah);
b. Tarif 0,1% (nol koma satu
persen) untuk Nilai Jual Objek
Pajak Tanah dan/atau Bangunan
Rp.200.000.000,- (dua ratus juta
rupiah) sampai dengan kurang
dari Rp.2.000.000.000. (dua
miliar rupiah);
c. Tarif 0,2% (nol koma dua
persen) untuk Nilai Jual Objek
Pajak Tanah dan/atau Bangunan
Rp.2.000.000.000.- (dua miliar
rupiah) sampai dengan kurang
dari
Rp.10.000.000.000.(sepuluh miliar rupiah);
d. Tarif 0,3% (nol koma tiga
persen) untuk Nilai Jual Objek
13
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Pajak Tanah dan/atau Bangunan
Rp.10.000.000.000,(sepuluh
miliar rupiah) atau lebih.
Perhitungan PBB
Besarnya pokok Pajak Bumi
dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan yang terhutang dihitung
dengan cara mengalikan tarif
dengan dasar pengenaan pajak
setelah dikurangi Nilai Jual Objek
Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).
Berdasarkan PERGUB No. 201 Tahun
2012 Pasal 2 ditetapkan bahwa
NJOPTKP adalah sebesar Rp.
15.000.000,- (lima belas juta
rupiah) untuk setiap wajib pajak.
PBB Terutang = Tarif x (NJOP –
NJOPTKP)
METODA PENELITIAN
Objek
penelitian
dalam
penelitian ini adalah Apartemen X
yang terletak di daerah Mangga
Dua, Rumah Susun Y yang terletak
di
daerah
Kemayoran,
Dinas
Pelayanan Pajak (DPP) DKI Jakarta
yang beralamat di Jalan Abdul Muis
No. 66, Jakarta. Metode Analisis
Data:
1. Melihat SPOP dan SPPT dari
masing-masing apartemen dan
rumah susun. Setelah itu, kita
akan mengetahui berapa luas
bumi/tanah, luas bangunan
total, luas bangunan seluruh
unit.
2. Setelah data-data yang ada
diatas diperoleh maka dilakukan
perhitungan
NPP
(Nilai
Perbandingan Proporsional) yang
mana merupakan dasar dalam
menentukan NJOP per unit
untuk
masing-masing
tipe
apartemen atau rumah susun.
14
November 2012
3. Setelah tahapan kedua selesai
maka
dapat
dilakukan
perhitungan PBB terutang untuk
masing-masing
tipe
dari
apartemen dan rumah susun
yang menjadi objek penelitan.
4. Melakukan
perhitungan
kontribusi atas data-data yang
diperoleh dari Dinas Pelayanan
Pajak (DPP) selama periode
tahun 2008-2011 terkait dengan
penerimaan PBB atas apartemen
dan rumah susun terhadap PBBP2 di DKI Jakarta.
HASIL PENELITIAN
Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI
Jakarta
Dinas Pelayanan Pajak (DPP)
yang
dulunya
adalah
Dinas
Pendapatan Daerah (DISPENDA)
merupakan suatu badan atau
organisasi yang didirikan oleh
pemerintah sebagai suatu alat
bantu bagi pihak pemerintah dalam
rangka menjalankan tugas, hak,
dan
kewajiban
di
bidang
perpajakan. Dinas Pelayanan Pajak
(DPP) DKI Jakarta sendiri berlokasi
di Jalan Abdul Muis No. 66, Jakarta
Pusat.
Apartemen X
Apartemen X merupakan
salah satu bagian dari objek
penelitian yandipilih oleh penulis
sebagai bagian dari penelitian ini
yang mana apartemen X ini sendiri
berlokasi di daerah Mangga Dua,
Jakarta Pusat.
Rumah Susun Y
Rumah Susun Y merupakan
objek penelitian terakhir yang
dipilih
oleh
penulis
setelah
sebelumnya penulis telah memilih
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI
Jakarta dan Apartemen X.
Perbedaan Perhitungan antara
PBB Apartemen dan PBB Rumah
Susun Periode 2008-2011
Perhitungan
PBB
yang
terutang bagi masing-masing unit
apartemen dan rumah susun samasama menggunakan sistem Strata
Title namun, ada sedikit perbedaan
yang
membedakan
antara
perhitungan PBB untuk Apartemen
dan Rumah Susun yaitu dari sisi
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena
Pajak
(NJOPTKP).
Untuk
perhitungan PBB atas Apartemen
NJOPTKP nilainya nol atau tidak
mendapat
pengurangan
dari
NJOPTKP.
Sedangkan,
untuk
perhitungan PBB atas Rumah Susun,
NJOP sebagai dasar pengenaan PBB
mendapat
pengurangan
dari
NJOPTKP. Terjadinya perbedaan
pengurangan NJOPTKP tersebut
adalah
berdasarkan
faktor
kepemilikan lebih dari satu objek
pajak yang dimiliki oleh masingmasing pemilik unit baik apartemen
maupun rumah susun. Seperti yang
tertera pada Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta No. 201 Tahun
2012
mengenai
pemberian
pengurangan NJOPTKP yang hanya
diberikan kepada satu objek pajak
saja.
Selain itu, pada tahun 2011
terjadi peralihan Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perdesaan dan
Perkotaan (PBB-P2) dari pusat ke
daerah yang menyebakan adanya
sedikit
perubahan
mengenai
peraturan yang mengatur mengenai
Pajak Bumi dan Bangunan Sektor
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
Bila sebelumnya, PBB-P2 diatur di
dalam UU PBB No. 12 Tahun 1994
yang mana sekarang diatur dalam
Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi
DKI Jakarta No. 16 Tahun 2011.
Peralihan tersebut menyebabkan
terjadinya pemecahan sektor Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) antara
yang dikuasai dan dikelola oleh
pusat dan yang dikuasai serta
dikelola oleh daerah. Sektor Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) yang
dikuasai oleh pusat menjadi hanya
tiga sektor yang mana dulunya ada
lima sektor yaitu terdiri dari sektor
perhutanan, sektor perkebunan dan
juga
sektor
pertambangan.
Sedangkan, sektor perdesaan dan
sektor perkotaan secara penuh
menjadi milik daerah.
Tabel 1
Perbedaan UU PBB No. 12 Tahun 1994 dan PERDA No. 16 Tahun 2011
Dari Segi Perhitungan dan Tarif Pajak
Materi
UU PBB No. 12 Tahun
1994
PERDA No. 16 Tahun 2011
Tarif Tunggal: 0,5%
Tarif:
a. 0,01% untuk NJOP Tanah dan/atau
Bangunan
kurang
dari
Rp.
200.000.000.
b. 0,1% untuk NJOP Tanah dan/atau
Bangunan Rp. 200.000.000 sampai
dengan
kurang
dari
Rp.
2.000.000.000.
1. Tarif
15
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Materi
UU PBB No. 12 Tahun
1994
November 2012
PERDA No. 16 Tahun 2011
c. 0,2% untuk NJOP Tanah dan/atau
Bangunan
Rp.
2.000.000.000
sampai dengan kurang dari Rp.
10.000.000.000.
d. 0,3% untuk NJOP Tanah dan/atau
Bangunan Rp. 10.000.000.000 atau
lebih.
2. NJKP
a. NJOP-nya < Rp.
1.000.000.000
adalah 20%
b. NJOP‐nya ≥ Rp.
1.000.000.000
adalah 40%
3. NJOPTKP
Rp. 12.000.000
4. PBB
Terutang
Tidak Ada
Rp. 15.000.000
Tarif x NJKP
Tarif x (NJOP – NJOPTKP)
Tata Cara Perhitungan dan Pemungutan PBB di Apartemen X Tahun 20082010
Luas Bumi
: 9.003 m2
Luas Bangunan Total
: 31.635 m2
Luas Bangunan Seluruh Unit
: 23.388 m2
Luas Bangunan Bersama
: 8.247 m2 (31.635 m2 – 23.388 m2)
Tabel 2
Nilai Perbandingan Proporsional untuk Tipe 140m2 dan 240m2
Tipe Apartemen
Nilai Perbandingan Proporsional (NPP)
2
140m
= 140 m2/23.388 m2 x 100% = 0,59859%
2
240m
= 240 m2/23.388 m2 x 100% = 1,02616%
Sumber: Data dikelola sendiri oleh penulis
Tabel 3
Luas Bumi Bersama dan Bangunan Bersama untuk Tipe 140m2 dan 240m2
Tipe
Apartemen
NPP (%)
(1)
Luas
Bumi/
Tanah
(M2)
(2)
140m2
0,59859
9.003
240m2
1,02616
9.003
Luas Bumi
Bersama
(M2)
(1) x (2)
53,89
(Dibulatkan
menjadi 54)
92,38
(Dibulatkan
menjadi 92)
Sumber: Data dikelola sendiri oleh penulis
16
Total Luas
Bangunan
Bersama
(M2)
(3)
8.247
8.247
Luas Bangunan
Bersama (M2)
(1) x (3)
49,36
(Dibulatkan
menjadi 49)
84,62
(Dibulatkan
menjadi 85)
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
Tabel 4
Klasifikasi NJOP Bumi dan Bangunan di Apartemen X
Periode 2008-2011
Tahun
2008
2009
2010 – 2011
Kelas
B39
039
037
Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Bumi
Bangunan
NJOP (Rp)
Kelas
NJOP (Rp)
9.645.000
B15
3.625.000
9.645.000
015
3.625.000
11.305.000
015
3.625.000
Sumber: SPPT Pribadi milik Pemilik Unit Apartemen X
Perhitungan PBB atas Apartemen X Tahun 2010-2011
Tabel 5
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2010-2011 atas Apartemen X dengan tipe
140m2
Objek Pajak
(1)
Bumi
Bangunan
Bumi Bersama
Bangunan Bersama
Luas (M2)
(2)
0
140
54
49
Kelas
(3)
B15
B39
B15
NJOP Per M2
(Rp)
(4)
0
3.625.000
9.645.000
3.625.000
Total NJOP
(Rp)
(2) x (4)
0
507.500.000
520.830.000
177.625.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 140m2
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB
= 1.205.955.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak)
=
0
NJOP untuk penghitungan PBB
= 1.205.955.000
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 40% x 1.205.955.000 = 482.382.000
PBB yang Terhutang 0,5% x 482.382.000 = 2.411.910
Tabel 6
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2010-2011 atas Apartemen
240m2
NJOP Per M2
Objek Pajak
Luas (M2)
Kelas
(Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)
Bumi
0
0
Bangunan
240
B15
3.625.000
Bumi Bersama
92
B39
9.645.000
Bangunan Bersama
85
B15
3.625.000
X dengan tipe
Total NJOP
(Rp)
(2) x (4)
0
870.000.000
887.340.000
308.125.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 240m2
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 2.065.465.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak)
=
0
NJOP untuk penghitungan PBB
= 2.065.465.000
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 40% x 2.065.465.000 = 826.186.000
PBB yang Terhutang
0,5% x 826.186.000 = 4.130.930
17
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Perhitungan PBB atas Apartemen X Tahun 2011
Tabel 7
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2012 atas Apartemen X dengan tipe 140m2
Objek Pajak
(1)
Bumi
Bangunan
Bumi Bersama
Bangunan Bersama
Luas (M2)
(2)
0
140
54
49
Kelas
(3)
015
037
015
NJOP Per M2
(Rp)
(4)
0
3.625.000
11.305.000
3.625.000
Total NJOP
(Rp)
(2) x (4)
0
507.500.000
610.470.000
177.625.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 140m2
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 1.295.595.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak)
=0
NJOP untuk penghitungan PBB
= 1.295.595.000
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 40% x 1.295.595.000 = 518.238.000
PBB yang Terhutang 0,5% x 518.238.000 = 2.591.190
Tabel 8
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2012 atas Apartemen X dengan tipe 240m2
Objek Pajak
(1)
Bumi
Bangunan
Bumi Bersama
Bangunan Bersama
Luas (M2)
(2)
0
240
92
85
Kelas
(3)
015
037
015
NJOP Per M2
Total NJOP
(Rp)
(Rp)
(4)
(2) x (4)
0
0
3.625.000
870.000.000
11.305.000 1.040.060.000
3.625.000
308.125.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 240m2
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 2.218.185.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak)
=
0
NJOP untuk penghitungan PBB
= 2.218.185.000
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 40% x 2.218.185.000 = 887.274.000
PBB yang Terhutang 0,5% x 887.274.000 =
4.436.370
Perhitungan PBB atas Apartemen X Tahun 2011
Tabel 9
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2011 atas Apartemen X dengan tipe 140m2
NJOP Per M2 Total NJOP
Objek Pajak
Luas (M2)
Kelas
(Rp)
(Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)
(2) x (4)
Bumi
0
0
0
Bangunan
140
015
3.625.000 507.500.000
Bumi Bersama
54
037
11.305.000 610.470.000
Bangunan Bersama
49
015
3.625.000 177.625.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 140m2
18
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB-P2 = 1.295.595.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) =
0
NJOP untuk penghitungan PBB-P2 = 1.295.595.000
PBB-P2 yang Terhutang 0,1% x 1.295.595.000 = 1.295.595
Tabel 10
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2011 atas Apartemen X dengan tipe 240m2
Objek Pajak
(1)
Bumi
Bangunan
Bumi Bersama
Bangunan Bersama
Luas (M2)
(2)
0
240
92
85
Kelas
(3)
015
037
015
NJOP Per M2
Total NJOP
(Rp)
(Rp)
(4)
(2) x (4)
0
0
3.625.000
870.000.000
11.305.000 1.040.060.000
3.625.000
308.125.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 240m2
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB-P2 = 2.218.185.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) =
0
NJOP untuk penghitungan PBB-P2 = 2.218.185.000
PBB-P2 yang Terhutang 0,2% x 2.218.185.000 = 4.436.370
Tata Cara Pemungutan PBB di
Apartemen X Tahun 2008-2011
Untuk
tahun
2009-2011,
pihak yang melakukan pemungutan
pajak di Apartemen X adalah pihak
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
(KPP) Jakarta Sawah Besar Satu.
Sedangkan, untuk tahun 2011,
pihak yang melakukan pemungutan
pajak di Apartemen X adalah Unit
Pelayanan Pajak Daerah (UPPD)
Sawah Besar. Untuk SPPT PBB-P2
dengan objek pajaknya berupa
Apartemen maka, pendistribusian
SPPT PBB-P2 nya tidak secara
langsung diberikan kepada masingmasing wajib pajaknya tapi melalui
melalui Kecamatan terlebih dahulu
yaitu Kecamatan Sawah Besar baru
setelah itu diberikan kepada
Kelurahan yaitu Kelurahan Mangga
Dua Selatan. Setelah itu, pihak
Kelurahan Mangga Dua Selatan akan
menyerahkan SPPT tersebut kepada
pengelola
dari
apartemen
X
tersebut dan akhirnya, pihak
pengelola mendistribusikan SPPT
yang diperoleh dari kelurahan
tersebut ke masing-masing pemilik
dari unit apartemen X yang
bersangkutan.
Tata
Cara
Perhitungan
dan
Pemungutan PBB di Rumah Susun
Y Tahun 2008-2011
Luas Bumi : 13.670 m2
Luas Bangunan Total : 13.758 m2
Luas Bangunan Seluruh Unit :
11.982 m2
Luas Bangunan Bersama : 1.776 m2
(13.670 m2 – 11.982 m2)
19
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Tabel 11
Nilai Perbandingan Proporsional untuk Tipe 36m2 dan 42m2
Tipe Rumah Susun
36m2
42m2
Nilai Perbandingan Proporsional (NPP)
= 36 m2/11.982 m2 x 100% = 0,30045%
= 42 m2/11.982 m2 x 100% = 0,35052%
Sumber: Data dikelola sendiri oleh penulis
Tabel 12
Luas Bumi Bersama dan Bangunan Bersama untuk
Tipe Rumah Susun 36m2 dan 42m2
Tipe
Rumah
Susun
NPP (%)
(1)
Luas Bumi/
Tanah (M2)
(2)
36m2
0,30045
13.670
42m2
0,35052
13.670
Luas Bumi
Bersama
(M2)
(1) x (2)
Total Luas
Bangunan
Bersama (M2)
(3)
41,07
(Dibulatkan
menjadi 41)
47,91
(Dibulatkan
menjadi 48)
1.776
1.776
Luas
Bangunan
Bersama
(M2)
(1) x (3)
5,33
(Dibulatkan
menjadi 5)
6,22
(Dibulatkan
menjadi 6)
Sumber: Data dikelola sendiri oleh penulis
Tabel 13
Klasifikasi NJOP Bumi dan Bangunan di Rumah Susun Y Periode 2008-2011
Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Tahun
Bumi
Bangunan
Kelas
NJOP (Rp)
Kelas
NJOP (Rp)
2008
B50
3.375.000
A04
700.000
2009 - 2011
049
3.745.000
024
700.000
Sumber: SPPT Pribadi milik Pemilik Unit Rumah Susun Y
Perhitungan PBB atas Rumah Susun Y Tahun 2010
Tabel 14
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2010 atas Rumah Susun Y dengan tipe 36m2
Objek Pajak
(1)
Bumi
Bangunan
Bumi Bersama
Bangunan Bersama
Luas (M2)
(2)
0
36
41
5
Kelas
(3)
A04
B50
A04
NJOP Per M2
(Rp)
(4)
0
700.000
3.375.000
700.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 36m2
20
Total NJOP (Rp)
(2) x (4)
0
25.200.000
138.375.000
3.500.000
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 167.075.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak)
= 12.000.000
NJOP untuk penghitungan PBB
= 155.075.000
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 20% x 155.075.000 =
31.015.000
PBB yang Terhutang 0,5% x 31.015.000 = 155.075
Tabel 15
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2010 atas Rumah Susun Y dengan tipe 42m2
Objek Pajak
(1)
Bumi
Bangunan
Bumi Bersama
Bangunan Bersama
Luas (M2)
(2)
0
42
48
6
Kelas
(3)
A04
B50
A04
NJOP Per M2
(Rp)
(4)
0
700.000
3.375.000
700.000
Total NJOP
(Rp)
(2) x (4)
0
29.400.000
162.000.000
4.200.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 42m2
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 195.600.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak)
= 12.000.000
NJOP untuk penghitungan PBB
= 183.600.000
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 20% x 183.600.000
= 36.720.000
PBB yang Terhutang 0,5% x 36.720.000
= 183.600
Perhitungan PBB atas Rumah Susun Y Tahun 2011-2012
Tabel 16
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2011-2012 atas Rumah Susun Y dengan tipe
36m2
NJOP Per M2 Total NJOP
Objek Pajak
Luas (M2)
Kelas
(Rp)
(Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)
(2) x (4)
Bumi
0
0
0
Bangunan
36
024
700.000
25.200.000
Bumi Bersama
41
049
3.745.000 153.545.000
Bangunan Bersama
5
024
700.000
3.500.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 36m2
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 182.245.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak)
= 12.000.000
NJOP untuk penghitungan PBB
= 170.245.000
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 20% x 170.245.000
= 34.049.000
PBB yang Terhutang 0,5% x 34.049.000
= 170.245
21
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Tabel 17
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2010-2011 atas Rumah Susun Y dengan tipe
42m2
Objek Pajak
(1)
Bumi
Bangunan
Bumi Bersama
Bangunan Bersama
Luas (M2)
(2)
0
42
48
6
Kelas
(3)
024
049
024
NJOP Per M2
(Rp)
(4)
0
700.000
3.745.000
700.000
Total NJOP
(Rp)
(2) x (4)
0
29.400.000
179.760.000
4.200.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 42m2
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 213.360.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak)
=
12.000.000
NJOP untuk penghitungan PBB
= 201.360.000
NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 20% x 201.360.000
= 40.272.000
PBB yang Terhutang
0,5% x 40.272.000 = 201.360
Perhitungan PBB atas Rumah Susun Y Tahun 2011
Tabel 18
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2011 atas Rumah Susun Y dengan tipe 36m2
Objek Pajak
(1)
Bumi
Bangunan
Bumi Bersama
Bangunan Bersama
Luas (M2)
(2)
0
36
41
5
Kelas
(3)
024
049
024
NJOP Per M2
(Rp)
(4)
0
700.000
3.745.000
700.000
Total NJOP
(Rp)
(2) x (4)
0
25.200.000
153.545.000
3.500.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 36m2
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB-P2
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak)
NJOP untuk penghitungan PBB-P2
PBB-P2 yang Terhutang 0,01% x 167.245.000
= 182.245.000
=
15.000.000
= 167.245.000
=
16.725
Tabel 19
Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2011 atas Rumah Susun Y dengan tipe 42m2
Objek Pajak
(1)
Bumi
Bangunan
Bumi Bersama
Bangunan Bersama
Luas (M2)
(2)
0
42
48
6
Kelas
(3)
024
049
024
NJOP Per M2
(Rp)
(4)
0
700.000
3.745.000
700.000
Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 42m2
22
Total NJOP
(Rp)
(2) x (4)
0
29.400.000
179.760.000
4.200.000
ISSN: 1410 -9875
Ivan Kanel
NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB-P2
= 213.360.000
NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak)
=
15.000.000
NJOP untuk penghitungan PBB-P2
= 198.360.000
PBB-P2 yang Terhutang
0,01% x 198.360.000
=
Tata Cara Pemungutan PBB di
Rumah Susun Y Tahun 2008-2011
Untuk
tahun
2010-2012,
pihak yang melakukan pemungutan
pajak di Rumah Susun Y adalah
pihak Kantor Pelayanan Pajak
Pratama (KPP) Jakarta Kemayoran.
Sedangkan, untuk tahun 2011,
pihak yang melakukan pemungutan
pajak di Rumah Susun Y adalah Unit
Pelayanan Pajak Daerah (UPPD)
Kemayoran. Untuk SPPT PBB-P2
dengan objek pajaknya berupa
Rumah Susun maka, pendistribusian
SPPT PBB-P2 nya tidak secara
langsung atau tidak langsung
diberikan kepada masing-masing
19.836
wajib
pajaknya
tapi
melalui
Kecamatan terlebih dahulu yaitu
melalui Kecamatan Kemayoran baru
setelah itu diberikan kepada pihak
Kelurahan yaitu Kelurahan Kebon
Kosong.
Setelah
itu,
pihak
Kelurahan Kebon Kosong akan
memberikan SPPT tersebut kepada
masing-masing RW di wilayah
tersebut. Kemudian, setelah SPPT
tersebut ada di tangan pihak RW,
barulah pihak RW memberikan SPPT
tersebut kepada pihak RT untuk
nantinya dibagikan kepada masingmasing wajib pajak yang menjadi
bagian dari RT tersebut.
Kontribusi PBB Apartemen dan PBB Rumah Susun Terhadap Seluruh
Penerimaan PBB-P2 di DKI Jakarta Tahun 2008-2011
Tabel 20
Kontribusi PBB Apartemen dan PBB Rumah Susun Terhadap PBB-P2 di DKI
Jakarta Tahun 2008-2011
Tahun
Kontribusi (%)
2008
=
165.482.204.223/2.40
3.980.096.440 = 6,88
2009
=
229.471.479.044/2.63
7.969.068.142 = 8,69
2010
=
251.356.312.017/2.74
7.149.072.295 = 9,14
2011
=
403.828.762.905/3.42
4.830.124.461 = 11,79
Sumber: Data dikelola sendiri oleh penulis
Kendala yang dihadapi dalam
rangka optimalisasi PBB atas
Apartemen dan Rumah Susun di
DKI Jakarta
1. Wajib Pajak yang susah untuk
ditemui
2. Tanah
atau
Bangunan
merupakan hasil sengketa
23
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
3. Wajib Pajak tidak mau
membayar pajak
4. PBB terlalu tinggi
5. Sumber Daya Manusia
yang minim
(SDM)
Upaya yang dilakukan dalam
rangka optimalisasi PBB atas
Apartemen dan Rumah Susun di
DKI Jakarta
1. Melaksanakan “Pekan Panutan
PBB”
2. Melaksanakan acara “Jemput
Bola”
PENUTUP
Adanya
perbedaan
perhitungan PBB atas Apartemen
dan Rumah Susun di tahun 20082011
dikarenakan
adanya
perubahan
peraturan
yang
digunakan yang mana di tahun
2008-2010 menggunakan UU No. 12
Tahun 1994 sedangkan, di tahun
2011 menggunakan PERDA No. 16
Tahun 2011. Perubahan peraturan
tersebut
terjadi
dikarenakan
terjadinya peralihan PBB sektor
perdesaan dan perkotaan yang
sebelumnya dipegang oleh pusat
dan sekarang dipegang oleh daerah.
Tarif PBB pada saat UU No. 12
Tahun 1994 adalah tarif tunggal
sebesar 0,5% sedangkan, pada saat
PERDA No. 16 tahun 2012 adalah
tarif progresif dengan empat
lapisan utama dengan tarif paling
tinggi
adalah
sebesar
0,3%.
NJOPTKP pada tahun 2008-2010
adalah sebesar Rp. 12.000.000 dan
Rp. 15.000.000 untuk tahun 2011.
Selain itu, untuk pengurangan
NJOPTKP hanya dapat diberikan
kepada satu objek pajak saja. Jadi,
apabila seorang WP memiliki lebih
dari satu objek pajak maka, hanya
24
November 2012
satu objek pajaknya saja yang
mendapat pengurangan NJOPTKP.
Penerapan tarif yang baru
bagi pemilik unit dari Apartemen X
sangatlah
menguntungkan
dikarenakan pemilik unit dari tipe
140, 150, 180, dan 185 yang
biasanya berada di lapisan 0,2%
(40% x 0,5%) dengan tarif yang lama
menjadi berada di lapisan 0,1%
karena NJOP Bumi dan/atau
Bangunannya
adalah
Rp.
200.000.000 sampai dengan kurang
dari Rp. 2.000.000.000. Tidak
semua pihak dari pemilik unit atas
apartemen
X
memperoleh
keuntungan atas penerapan tariff
yang baru tersebut yaitu pemilik
dari tipe 240, 290, dan 608
dikarenakan berada pada lapisan
yang sama yaitu sebesar 0,2% baik
dengan menggunakan lapisan tarif
yang lama maupun yang baru.
Selain itu, dalam menghitung PBB
yang terhutang tidaklah mendapat
pengurangan NJOPTKP dikarenakan
masing-masing dari pemilik unit
atas apartemen X memiliki lebih
dari satu objek pajak. Sistem
pemungutan PBB tahun 2008-2011
di Apartemen X juga masih
menggunakan Official Assessment
System.
Proses
Pendistribusian
SPPT di Apartemen X adalah dari
KPP Pratama Jakarta Sawah Besar
Satu (2008-2010)/ UPPD Sawah
Besar, Kecamatan Sawah Besar,
Kelurahan Mangga Dua Selatan,
Pihak Pengelola Apartemen X dan
baru setelah itu diterima oleh
masing-masing pemilik unit dari
Apartemen X tersebut.
Penerapan tarif yang baru
bagi pemilik unit dari rumah Susun
Y
sangatlah
menguntungkan
dikarenakan hanya perlu membayar
kurang lebih sekitar Rp. 20.000
untuk masing-masing pemilik unit
ISSN: 1410 -9875
bila
dibandingkan
dengan
menggunakan tarif yang lama
dengan pembayaran kurang lebih
sekitar Rp. 200.000 untuk masingmasing pemilik unit. Selain itu,
adanya
pengurangan
NJOPTKP
dalam menghitung PBB terhutang
bagi masing-masing pemilik unit
dikarenakan hanya memiliki satu
objek
pajak
saja.
Sistem
pemungutan PBB tahun 2008-2011
di Rumah Susun Y juga masih
menggunakan Official Assessment
System.
Proses
Pendistribusian
SPPT di Rumah Susun Y adalah dari
KPP Pratama Jakarta Kemayoran /
UPPD
Kemayoran
(2011),
Kecamatan Kemayoran, Kelurahan
Kebon Kosong, Ketua RW dari
Rumah Susun Y, Ketua RT dari
Rumah Susun Y dan baru setelah itu
diterima
oleh
masing-masing
pemilik unit dari Rumah Susun Y
tersebut.
Pada tahun 2008, PBB atas
Apartemen dan Rumah Susun
Ivan Kanel
berkontribusi sebanyak 6,88% dari
keseluruhan penerimaan PBB atas
Sektor Perdesaan dan Perkotaan di
DKI Jakarta. Untuk tahun 2011, PBB
atas Apartemen dan Rumah Susun
berkontribusi sebanyak 8,69% dari
keseluruhan penerimaan PBB atas
Sektor Perdesaan dan Perkotaan di
DKI Jakarta. Sedangkan, pada tahun
2010 dan 2011, PBB atas Apartemen
dan Rumah Susun berkontribusi
masing-masing sebanyak 9,14% dan
11,79%
terhadap
keseluruhan
penerimaan PBB-P2 di DKI Jakarta.
Kurangnya kesadaran Wajib
Pajak menjadi salah satu faktor
utama penghambat optimalisasi
penerimaan PBB-P2 di DKI Jakarta
dan pihak fiskus mengadakan
banyak acara yang berinteraksi
langsung dengan para Wajib Pajak
dalam
rangka
meningkatkan
kesadaran
para
Wajib
Pajak
tersebut.
REFERENSI:
Ali, Majdi. 2011. Mekanisme pendataan dan Penilaian Pajak Bumi dan
Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Jakarta: Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara.
Hartoyo, Harry dan Untung Supardi. 2010. Membedah Pengelolaan
Administrasi PBB dan BPHTB Pengalaman di Pemerintah Pusat, Referensi
Untuk Implementasi Pajak Daerah . Jakarta: Mitra Wacana Media.
Masfita, Vitriana., Agus Suryono dan Ratih Nurpratiwi. 2012. “Perencanaan
Pemerintah Kabupaten Kudus Dalam Mempersiapkan Pengalihan Pajak
Bumi Dan Bangunan Sektor Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Pajak
Daerah”. Jurnal. Volume 15. No. 3. Malang: Universitas Brawijaya.
Prawoto. Agus. 2011. Penilaian PBB Perdesaan dan Perkotaan, Yogyakarta:
BPFE.
Resmi, Siti. 2012. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 6-Buku 2. Jakarta:
Salemba Empat.
Sari, Anggara Yulia. 2010. “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah di Kota
Bandung”. Jurnal. Volume 13. No. 2. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.
25
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Siahaan, Marihot. P. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Edisi Revisi. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Wahono, Sugeng. 2012. Teori dan Aplikasi Mengurus Pajak Itu Mudah.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo KOMPAS GRAMEDIA.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Pajak Lengkap. Jakarta, Mitra Wacana Media, 2012
Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
26
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 27-40
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM
PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA
KARTINA NATALYLOVA
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to find out the influence of internal
fundamental factors on the stock prices either partially or simultaneously.
Internal fundamental factors in this research are current ratio, debt to
equity ratio, earning per share, return on asset, dividend payout ratio, sales
growth, return on equity, book value per share and price earning ratio. This
research used data were taken from non financial companies listed in
Indonesia Stock Exchange over the four years from 2007 until 2010. Number
of samples in this research consist of 52 companies that meet certain
criteria. The sample selected based on purposive sampling method. These
sample are tested with multiple regression model. The result of this research
shows that return on asset, dividend payout ratio and return on equity have
influence to stock prices. Otherwise current ratio, debt to equity ratio,
earning per share, sales growth, book value per share and price earning ratio
have no influence to stock prices.
Keywords: Harga Saham, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Dividend
Payout Ratio, Profitability, and Price Earning Ratio.
PENDAHULUAN
berubah karena beberapa faktor
diantaranya, faktor fundamental
dan kondisi makro ekonomi suatu
Negara.
Investor
selalu
menginginkan return yang tinggi
bagi dirinya, sehingga menuntun
emiten untuk memberikan kondisi
fundamental yang baik pula.
Yusi (2011) berpendapat
bahwa setiap perusahaan yang
menerbitkan saham di pasar modal
menginginkan agar harga sahamnya
tinggi, karena tingginya harga
saham berarti akan semakin tinggi
Dewasa
kini
saham
merupakan salah satu alternatif
investasi yang sedang gandrungi
para investor. Saham memberikan
keuntungan yang cukup menarik
bagi sebagian besar investor,
dimana
terdapat
dua
jenis
keuntungan utamanya yaitu dividen
dan capital gain. Harga saham
sangat dipengaruhi oleh persepsi
investor terhadap emiten saham
tersebut. Persepsi tersebut dapat
27
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
pula nilai pasar perusahaan. Jika
nilai perusahaan tinggi maka akan
menunjukkan prospek dan kinerja
yang baik di masa depan, hal ini
akan menarik minat investor untuk
berinvestasi
pada
saham
perusahaan tersebut.
Sehingga
perusahaan akan mudah untuk
berekspansi,
tanpa
kesulitan
menambah
modal
melalui
penerbitan saham baru.
Banyak penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi
harga saham dengan hasil yang
tidak konsisten. Hal ini memotivasi
peneliti
untuk
melakukan
penelitian mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi harga saham.
Penelitian ini diharapkan dapat
mendukung teori yang ada sebagai
generalisasi, serta untuk membantu
investor dalam membeli ataupun
menjual saham dengan tepat.
Penelitian ini merupakan replikasi
dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan
oleh
Toly
(2009).
Pengembangan
yang
dilakukan
dalam penelitian ini adalah (1)
Penelitian
sebelumnya
menggunakan
empat
variabel
independen yaitu nilai buku per
saham, rasio pembayaran dividen,
laba per saham, dan return on
asset.
Sedangkan
variabel
independen yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah sembilan
variabel yaitu rasio lancar, rasio
utang terhadap ekuitas, laba per
saham, return on asset, rasio
pembayaran dividen, pertumbuhan
penjualan, return on equity, nilai
buku per saham, dan price earning
ratio; (2) sampel yang digunakan
pada penelitian sebelumnya adalah
perusahaan-perusahaan
kategori
saham LQ45 periode 2002-2006,
sedangkan sampel yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
28
November 2012
perusahaan non keuangan periode
2007-2010.
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan bukti
empiris mengenai: (1) Pengaruh
dari rasio lancar terhadap harga
saham; (2) Pengaruh dari rasio
utang terhadap ekuitas terhadap
harga saham; (3) Pengaruh dari
laba per saham terhadap harga
saham; (4) Pengaruh dari return on
asset terhadap harga saham; (5)
Pengaruh dari rasio pembayaran
dividen terhadap harga saham; (6)
Pengaruh
dari
pertumbuhan
penjualan terhadap harga saham;
(7) Pengaruh dari return on equity
terhadap
harga
saham;
(8)
Pengaruh dari nilai buku per saham
terhadap
harga
saham;
(9)
Pengaruh dari price earning ratio
terhadap harga saham.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976)
mendefinisikan hubungan keagenan
sebagai sebuah kontrak dimana satu
orang
atau
lebih
(prinsipal)
melibatkan orang lain (agen), untuk
melakukan beberapa layanan atas
nama mereka yang melibatkan
pendelegasian
sebagian
kewenangan pembuatan keputusan
kepada agen. Manajer perusahaan
adalah agen sedangkan pemegang
saham adalah prinsipal. Menurut
Jensen dan Meckling (1976), biaya
keagenan terdiri dari tiga macam,
yaitu biaya monitoring, biaya
bonding, dan residual lost.
Teori Sinyal
Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan
teori
sinyal
ISSN: 1410 -9875
menunjukkan
kecenderungan
adanya asimetri informasi antara
pemilik perusahaan dan investor.
Asimetri informasi dapat terjadi
apabila ada salah satu pihak yang
mempunyai informasi yang lebih
baik. Memberikan sinyal kepada
investor merupakan salah satu cara
untuk
mengurangi
asimetri
informasi. Susilowati dan Turyanto
(2011) mengungkapkan bahwa salah
satu sinyal yang dapat diberikan
adalah berupa informasi mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik
ataupun
pihak
yang
berkepentingan, berupa laporan
keuangan.
Saham
Menurut
Weston
dan
Copeland
(1999)
mengatakan
bahwa saham merupakan tanda
penyertaan
atau
kepemilikan
seseorang atau badan dalam suatu
perusahaan,
selembar
saham
adalah selembar kertas yang
menerangkan bahwa pemilik kertas
tersebut
adalah
pemiliknya
(berapapun
porsinya
atau
jumlahnya) dari suatu perusahaan
yang menerbitkan kertas (saham)
tersebut.
Jenis Saham
Menurut
Darmadji
dan
Fakhruddin (2012) saham secara
umum dapat dibedakan menjadi
dua yaitu: saham biasa (common
stock)
yaitu
Saham
biasa
merupakan
saham
yang
menempatkan pemiliknya paling
yunior terhadap pembagian dividen
dan hak atas harta kekayaan
perusahaan apabila perusahaan
tersebut dilikuidasi (tidak memiliki
hak-hak istimewa); dan saham
preferen (preferred stock) yaitu
saham yang memiliki karakteristik
Kartina Natalylova
gabungan antara obligasi dan saham
biasa,
karena
memperoleh
pendapatan tetap seperti bunga
obligasi tetapi juga bisa tidak
mendatangkan hasil seperti yang
dikehendaki investor.
Harga Saham
Selembar saham mempunyai
nilai atau harga. Menurut Rinati dan
Budiman (2009) harga saham dapat
dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1)
Harga nominal yaitu harga yang
tercantum dalam sertifikat saham
yang ditetapkan oleh emiten untuk
menilai setiap lembar saham yang
diterbitkan; (2) Harga perdana
yaitu merupakan harga pada waktu
harga saham tersebut dicatat di
bursa efek; (3) Harga pasar yaitu
harga jual dari investor yang satu
dengan investor yang lain.
Analisis
Fundamental
dan
Teknikal
Stella (2009) berpendapat
bahwa
analisis
fundamental
mencoba memperkirakan harga
saham di masa depan dengan cara
(1) mengestimasi nilai faktor-faktor
fundamental yang mempengaruhi
harga saham di masa depan; dan
(2) menerapkan hubungan variabelvariabel
tersebut
sehingga
diperoleh taksiran harga saham.
Analisa fundamental beranggapan
bahwa manusia adalah mahluk
rasional. Stella (2009) mengatakan
bahwa pemikiran yang mendasari
analisa teknikal adalah (1) harga
saham mencerminkan informasi
yang relevan; (2) informasi tersebut
ditunjukkan oleh perubahan harga
diwaktu lalu; dan (3) perubahan
harga saham akan mempunyai pola
tertentu dan berulang. Dalam
analisa teknikal, manusia atau
29
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
investor dianggap sebagai mahluk
yang irrasional.
Rasio Lancar
Rasio
lancar
merupakan
salah satu jenis rasio likuiditas.
Menurut Gitman (2011) likuiditas
menunjukkan
kemampuan
perusahaan untuk memenuhi atau
melunasi
kewajiban
keuangan
jangka pendek dengan tepat waktu
atau kemampuan perusahaan untuk
menyediakan kas atau setara kas.
Gitman (2011) mengatakan bahwa
perusahaan yang memiliki likuiditas
yang baik maka memungkinkan
pembayaran dividen dengan lebih
baik pula.
Ha1 : Rasio lancar mempunyai
pengaruh terhadap harga saham
Rasio Utang terhadap Ekuitas
Stella (2009) mengatakan
bahwa semakin tinggi rasio utang
terhadap ekuitas maka semakin
tinggi ketergantungan permodalan
perusahaan terhadap pihak luar
sehingga beban perusahaan juga
semakin berat. Dalam memenuhi
kebutuhan dana perusahaan melalui
penggunaan
utang
terdapat
keuntungan dan kerugian yang
merupakan
risiko
penggunaan
utang. Dengan kata lain, rasio ini
berpengaruh
negatif
terhadap
kinerja perusahaan.
Ha2 : Rasio utang terhadap ekuitas
mempunyai pengaruh terhadap
harga saham
Laba per Saham
Rusliati dan Prasetyo (2011)
mengemukakan
EPS
meningkat
menandakan bahwa perusahaan
berhasil
meningkatkan
taraf
kemakmuran
investor
dan
mendorongnya untuk menambah
jumlah modal yang ditanamkan.
30
November 2012
Dengan kata lain semakin tinggi
laba per saham maka semakin
tinggi pula laba yang diperoleh
perusahaan. Laba perusahaan yang
semakin tinggi dapat meningkatkan
nilai
perusahaan
yang
pada
akhirnya
meningkatnya
minat
investor untuk membeli saham
perusahaan tersebut.
Ha3 : Laba per saham mempunyai
pengaruh terhadap harga saham
Return on Asset
Stella (2009) menyatakan
bahwa semakin tinggi rasio ini
menunjukkan bahwa perusahaan
semakin
efektif
dalam
memanfaatkan
aktiva
untuk
menghasilkan laba bersih setelah
pajak. Hal ini selanjutnya akan
meningkatkan
daya
tarik
perusahaan
kepada
investor.
Peningkatan
ini
menjadikan
perusahaan tersebut makin diminati
investor,
karena
tingkat
pengembalian akan semakin besar.
Ha4 : Return on asset mempunyai
pengaruh terhadap harga saham
Rasio Pembayaran Dividen
Rasio pembayaran dividen
dapat mempengaruhi nilai dividend
per share (DPS). DPS dapat
dijadikan sebagai indikator didalam
menilai kinerja perusahaan. Rusliati
dan Prasetyo (2011) berpendapat
dividen yang baik terdapat pada
kinerja perusahaan yang baik pula.
Posisi ini akan meningkatkan nilai
perusahaan yang nantinya dapat
terlihat melalui harga saham yang
tinggi.
Ha5 : Rasio pembayaran dividen
mempunyai
pengaruh
terhadap harga saham
ISSN: 1410 -9875
Pertumbuhan Penjualan
Deitiana (2011) berpendapat
bahwa pertumbuhan penjualan juga
mencerminkan naiknya laba suatu
perusahaan yang cenderung akan
meningkatkan pembayaran dividen.
Deitiana
(2011)
menyimpulkan
bahwa pertumbuhan perusahaan
merupakan
komponen
dalam
menilai prospek perusahaan pada
masa yang akan datang dan dalam
manajemen
keuangan
diukur
berdasarkan
perubahan
total
penjualan perusahaan.
Ha6 : Pertumbuhan penjualan
mempunyai pengaruh terhadap
harga saham
Return on Equity
Yusi
(2010)
menyatakan
bahwa return on equity (ROE)
adalah
rasio
yang
mengukur
kemampuan
perusahaan
memperoleh laba yang tersedia
bagi pemegang saham perusahaan.
Pranggana dan Winarno (2012)
menyatakan bahwa ROE yang tinggi
menunjukkan
semakin
efisien
perusahaan dalam menggunakan
modal sendiri untuk menghasilkan
laba atau keuntungan bersih yang
maksimal, sehingga akan menarik
investor untuk berinvestasi lalu
permintaan saham akan naik
sehingga harga saham akan naik.
Ha7 : Return on equity mempunyai
pengaruh terhadap harga saham
Nilai Buku per Saham
Yusi (2011) menyatakan nilai
buku per saham merupakan nilai
klaim pemilik modal atas aset
bersih terhadap suatu perusahaan.
Pranggana dan Winarno (2012)
berpendapat bahwa nilai buku per
saham
yang
tinggi
akan
meningkatkan kualitas kinerja dan
kualitas suatu perusahaan sehingga
Kartina Natalylova
investor
akan
tertarik
dan
meningkatkan permintaan saham.
Dengan meningkatnya permintaan
akan saham maka harga saham
akan naik.
Ha8 : Nilai buku per saham
mempunyai pengaruh terhadap
harga saham
Price Earning Ratio
Menurut Gitman (2011) price
earning ratio (PER) merupakan
salah satu rasio pasar yang dapat
digunakan
untuk
mengukur
sejumlah
uang
yang
harus
dibayarkan oleh investor untuk
setiap satu dollar laba perusahaan.
Rasio ini juga digunakan untuk
memprediksi kapan atau berapa
kali
laba
yang
dihasilkan
perusahaan dibandingkan dengan
harga sahamnya. Semakin kecil PER
suatu saham maka akan semakin
baik (Mulia dan Nurdhiana, 2012).
:
Price
earning
ratio
Ha9
mempunyai pengaruh terhadap
harga saham
METODA PENELITIAN
Obyek Penelitian
Dalam
penelitian
ini,
populasi yang digunakan adalah
seluruh perusahaan non keuangan
yang telah terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (go public) pada tahun
2009 sampai tahun 2012. Unit
analisis dalam penelitian ini adalah
kelompok (company level).
Dalam pengambilan sampel
penelitian ini menggunakan metode
purposive
sampling.
Metode
purposive sampling merupakan
metode pemilihan sampel dengan
mempertimbangkan kriteria-kriteria
tertentu. Kriteria-kriteria pemilihan
sampel dalam penelitian ini adalah
31
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
sebagai berikut: (1) Perusahaan non
keuangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) sampai tahun
2012; (2) Perusahaan yang terdaftar
(listed) di BEI dari tahun 2009
sampai tahun 2012; (3) Perusahaan
yang
secara
konsisten
membayarkan dividen kas dari
tahun 2009 sampai tahun 2012; (4)
Perusahaan yang mempublikasikan
laporan
keuangannya
per
31
Desember
2009
sampai
31
Desember 2012; (5) Perusahaan
yang
mempublikasikan
laporan
keuangannya dalam mata uang
rupiah; (6) Perusahaan melaporkan
laba setelah pajak selama periode
tahun 2009 sampai tahun 2012; (7)
Perusahaan yang tidak melakukan
stock split pada tahun 2009 hingga
tahun 2012.
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Harga Saham
Pengukuran harga saham
dalam
penelitian
ini
dengan
menggunakan return saham. Meythi
dan Mathilda (2012) menyatakan
bahwa return saham merupakan
selisih antara harga saham perioda
sekarang dengan harga saham
perioda sebelumnya dibagi harga
saham pada perioda sebelumnya.
Skala yang digunakan pada variabel
ini adalah skala rasio. Return
saham dapat dinyatakan dalam
bentuk rumus sebagai berikut:
Pt – Pt-1
Rt =
Pt-1
Notasi:
Rt
= Retun total saham pada
perioda t
Pt
= Harga saham perioda t
= Harga saham perioda t-1
Pt-1
November 2012
Rasio Lancar
Rasio lancar merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan
perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya
dengan menyediakan kas yang
cukup dari aktiva lancar yang
dimiliki suatu perusahaan. Skala
variabel ini adalah skala rasio.
Rasio ini dapat dinyatakan dengan
rumus:
Rasio Lancar=
Total Aktiva Lancar
Total Liabilitas Lancar
Rasio Utang terhadap Ekuitas
Stella (2009) menyatakan
bahwa rasio utang terhadap ekuitas
merupakan perbandingan antara
total utang suatu perusahaan baik
utang jangka pendek maupun
jangka panjang terhadap total
shareholder’s equity. Skala variabel
ini adalah skala rasio. Rasio ini
secara rumus dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Rasio Utang Terhadap Ekuitas=
Laba per Saham
Menurut Vice dan Lauw
(2011), laba per saham merupakan
laba bersih setelah pajak dikurang
dengan preferen dividen dibagi
dengan jumlah saham biasa yang
beredar. Skala variabel ini adalah
skala rasio. Rumus laba per saham
yaitu:
Laba per Saham=
Laba Bersih Setelah Pajak - Preferen Dividen
Total Saham Biasa yang Beredar
Return on Asset
Stella (2009) mengatakan
bahwa return on asset merupakan
perbandingan antara laba setelah
pajak terhadap total aset. Skala
variabel ini adalah skala rasio.
Rumus rasio ini adalah:
Return on Asset=
32
Total Utang
Total Shareholder’s Equity
Laba Setelah Pajak
Total Aset
ISSN: 1410 -9875
Kartina Natalylova
Rasio Pembayaran Dividen
Menurut Deitiana (2009),
rasio pembayaran dividen atau
dividend
payout
ratio
(DPR)
merupakan persentase laba yang
dibayarkan secara tunai kepada
para pemegang saham. Skala
variabel ini adalah skala rasio.
Rumus rasio ini adalah:
Dividen Kas
DPR=
Laba Bersih
Pertumbuhan Penjualan
Menurut Kesuma (2009),
pertumbuhan penjualan adalah
kenaikan jumlah penjualan dari
tahun ke tahun atau dari waktu ke
waktu. Skala variabel ini adalah
skala rasio. Secara rumus dapat
digambarkan sebagai berikut:
Pertumbuhan Penjualan=
St – St-1
St-1
x 100%
Keterangan:
= penjualan pada tahun t
St
St-1
= penjualan pada tahun
sebelumnya (t-1)
Return on Equity
Menurut Rinati dan Budiman
(2009) return on equity diukur
dengan perbandingan antara laba
bersih dengan total modal. Skala
variabel ini adalah skala rasio.
Secara rumus dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Laba setelah pajak
ROE =
Total Modal
Nilai Buku per Saham
Yusi
(2009)
menyatakan
bahwa nilai buku per saham dapat
dihitung dengan membagi total
ekuitas saham biasa dengan jumlah
lembar saham biasa yang beredar.
Skala variabel ini adalah skala
rasio. Secara rumus variabel ini
dapat digambarkan sebagai berikut:
Nilai Buku per Saham =
Common Stockholders Equity
Number of Shares Outstanding
Price Earning Ratio
Vice
dan
Lauw
(2011)
menyatakan bahwa price earning
ratio dapat dihitung dengan cara
membagi harga pasar per lembar
saham dengan laba per saham.
Skala variabel ini adalah skala
rasio. Secara rumus variabel ini
dapat dijelaskan sebagai berikut:
PER �
Market Price per share of common stock
Earning per share
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Obyek Penelitian
Populasi yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2009 sampai dengan
tahun 2012. Berdasarkan kriteria
pemilihan sampel maka sampel
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 52 perusahaan
untuk setiap tahunnya. Prosedur
pemilihan sampel dapat dilihat
pada tabel 4.1.
Statistik Deskriptif
Hasil uji statistik deskriptif
untuk mengetahui karakteristik dari
sampel, dapat dilihat pada tabel
4.2.
Pengujian Hipotesis
Hasil analisis korelasi pada
tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai
koefisien korelasi (R) yaitu sebesar
0,319 lebih kecil dari 0,5. Hal ini
berarti bahwa terdapat hubungan
yang
lemah
antara
variabel
independen (rasio lancar, rasio
utang terhadap ekuitas, laba per
saham, return on asset, rasio
pembayaran dividen, pertumbuhan
penjualan, return on equity, nilai
buku per saham dan price earning
33
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
ratio) dengan variabel dependen
(harga saham).
Hasil analisis adjusted Rsquare atau koefisien determinasi
pada tabel 4.9 menunjukkan nilai
2
adjusted R 0,052. Hal ini berarti
menunjukkan
bahwa
besarnya
variasi variabel dependen (harga
saham) yang dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen (rasio
lancar, rasio utang terhadap
ekuitas, laba per saham, return on
asset, rasio pembayaran dividen,
pertumbuhan penjualan, return on
equity, nilai buku per saham dan
price
earning
ratio)
dalam
penelitian ini adalah sebesar 5,2%,
sedangkan variasi sebesar 94,8%
sisanya dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak terdapat
dalam model penelitian ini.
Hasil uji F pada tabel 4.10
menunjukkan
nilai
signifikansi
sebesar 0,036. Nilai ini lebih kecil
dari 0,05 yang berarti bahwa model
regresi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model fit.
Hasil uji t dalam tabel 4.11
diketahui bahwa nilai signifikan
variabel rasio lancar 0,282; rasio
utang terhadap ekuitas 0,086; laba
per saham 0,904; return on asset
0,011; rasio pembayaran dividen
0,023; pertumbuhan penjualan
0,956; return on equity 0,001; nilai
buku per saham 0,882; price
earning ratio 0,060. Hasilnya ialah
Ha4, Ha5 dan Ha7 diterima,
sedangkan Ha1, Ha2, Ha3, Ha6, Ha8
dan Ha9 tidak dapat diterima.
PENUTUP
Penelitian
ini
dilakukan
untuk mendapatkan bukti empiris
mengenai pengaruh rasio lancar,
34
November 2012
rasio utang terhadap ekuitas, laba
per saham, return on asset, rasio
pembayaran dividen, pertumbuhan
penjualan, return on equity, nilai
buku per saham dan price earning
ratio terhadap harga saham pada
perusahaan non keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI).
Rasio
lancar
tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Deitiana (2011), Vice dan Lauw
(2011) dan Nasir (2009).
Rasio utang terhadap ekuitas
tidak berpengaruh terhadap harga
saham. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Sussanto dan Nurliana (2009),
Subiyantoro dan Andreani (2003)
serta Uli dan Sularto (2009). Namun
tidak konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Stella (2009),
Yusi (2011).
Laba
per
saham
tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Pranggana dan Winarno (2012) dan
Permana (2009). Namun tidak
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Toly (2009), Rusliati
dan Prasetyo (2011), Pasaribu
(2008), Subiyantoro dan Andreani
(2003) serta Vice dan Lauw (2011).
Return on asset berpengaruh
terhadap harga saham. Hasil ini
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yusi (2011), Toly
(2009), serta Rinati dan Budiman
(2009). Namun tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Stella (2009), Sussanto dan
Nurliana (2009), serta Uli dan
Sularto (2009).
Rasio pembayaran dividen
berpengaruh
terhadap
harga
ISSN: 1410 -9875
saham. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Toly
(2009). Namun tidak konsisten
dengan penelitian yang dilakukan
oleh Uli dan Sularto (2009),
Sussanto dan Nurliana (2009) dan
Yusi (2011).
Pertumbuhan
penjualan
tidak berpengaruh terhadap harga
saham. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Kesuma (2009), Deitiana (2011).
Return
on
equity
berpengaruh
terhadap
harga
saham. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Subiyantoro dan Andreani (2003).
Namun tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Rinati
dan
Budiman
(2009),
Permana (2009), Nasir (2009) dan
Yusi (2011).
Nilai buku per saham tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Nirohito (2009). Namun tidak
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan
oleh
Toly
(2009),
Subiyantoro dan Andreani (2003),
Yusi (2011), Uli dan Sularto (2009)
serta Sussanto dan Nurliana (2009).
Price earning ratio tidak
berpengaruh
terhadap
harga
saham. Hasil ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Kartina Natalylova
Anwar
(2009).
Namun
tidak
konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Vice dan Lauw
(2011), Mulia dan Nurdhiana (2012),
serta Pranggana dan Winarno
(2012).
Penelitian
ini
memiliki
beberapa keterbatasan sebagai
berikut: (1) Periode penelitian ini
hanya selama empat tahun yaitu
dari tahun 2009 sampai tahun 2012,
sehingga
tidak
mencerminkan
keadaan perusahaan dalam jangka
panjang;
(2)
Data
tidak
berdistribusi normal dan terdapat
multikolinieritas pada variabel laba
per saham, return on asset, return
on equity dan nilai buku per saham;
heteroskedastisitas pada variabel
rasio pembayaran dividen dan
return on equity.
Berdasarkan
keterbatasanketerbatasan yang ditemui selama
penelitian ini maka penulis dapat
memberikan beberapa rekomendasi
kepada peneliti selanjutnya dalam
melakukan penelitian dengan topik
yang serupa, yaitu: (1) Menambah
periode penelitian yaitu lima tahun
atau lebih, sehingga dapat lebih
mencerminkan keadaan perusahaan
dalam
jangka
panjang;
(2)
Menambah data penelitian dengan
cara menambah periode tahun
penelitian atau dengan mengurangi
kriteria pemilihan sampel.
REFERENSI
Anwar, Solichin. 2009. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik
terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pembiayaan di BEI Tahun
2007-2008. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas
Gunadarma (2009).
Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia
Pendekatan Tanya Jawab. Edisi 3. Penerbit Salemba Empat.
35
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan
Dividen terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13,
No. 1, April 2011, hlm 57-66.
Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2011. Principles of Managerial
Finance. Pearson Education.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hair Jr, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson and
Ronald L. Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition.
Pearson, Prentice Hall.
Hidayat, Widi. 2009. Confirmation Factor Analysis Internal dan Eksternal
Keuangan, Free Cash Flow dan Return Saham Perusahaan Manufaktur
Go Public di Indonesia. Ekuitas, Vol. 13, No. 2, Juni 2009, hlm 139-156.
Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi
3. Yogyakarta: UPP UPM YKPM.
Iturriaga, Félix J. L., and Juan Antonio Rodriguez-Sanz. 2001. Ownership
Structure, Corporate Value and Firm Investment: A Simultaneous
Equations Analysis of Spanish Companies. Journal of Management and
Governance 5: 179–204.
Jensen, Michael C. 1986. Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance,
and Takeovers. American Economic Review, May 1986, Vol. 76, No. 2,
pp. 323-329.
Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure.Journal of
Financial Economics, October, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.
Kesuma, Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal serta
Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go
Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan,
Vol. 11, No. 1, Maret 2009, hlm 38-45.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt and Warfield. 2011. Intermediate
Accounting. IFRS Edition. Volume 2. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa dan Bank
Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya. Proceeding PESAT
(Psikologi, Ekonomi, Sastra Arsitek & Sipil). Vol. 2, 21-22 Agustus 2007.
Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to
Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio.
Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 1 – 6.
Mathilda, Mariana dan Meythi. 2012. Pengaruh Price Earning Ratio dan Price to
Book Value terhadap Return Saham Indeks LQ45 (Perioda 2007-2009).
Jurnal Akuntansi, Vol. 4, No. 1, Mei 2012, hlm 1-21.
Miller, Merton H. and Myron S. Scholes. 1982. Dividends and Taxes: Some
Empirical Evidence. The Journal of Political Economy, Vol. 90, No. 6.
(Dec., 1982).
Mulia, Fredy Hermawan dan Nurdhiana. 2012. Pengaruh Book Value (BV), Price
to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio
(PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007–2010. Jurnal Kajian
Akuntansi dan Bisnis.
36
ISSN: 1410 -9875
Kartina Natalylova
Nasir, M. 2009. Pengukuran Pengaruh Kinerja Perusahaan pada Perubahan
Harga Saham. Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 13, No. 2,
Desember 2009, hlm 77-87.
Nirohito, Vernande. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko
Sistematik terhadap Harga Saham pada Industri Properti dan Real
Estate di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi –
Universitas Gunadarma (2009).
Nurmalasari, Indah. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga
Saham Emiten LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20052008. Jurnal Akuntansi Universitas Gunadarma.
Pasaribu, Rowland Bismark F. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental terhadap
Harga Saham Perusahaan Go Public di BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,
Vol 2, No. 2, Juli 2008, hlm 101-113.
Permana, Yogi. 2009. Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga dan
Tingkat Inflasi Terhadap Pergerakan Harga Saham (Studi Kasus
Perusahaan Semen yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi-Universitas
Gunadarma, September 2009.
Pranggana, Amanda dan Winarno. 2012. Pengaruh Faktor Fundamental dan
Risiko Sistematik terhadap Harga Saham pada Industri Properti dan Real
Estate di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia, Vol.
1, Edisi II.
Putri, Imanda F. dan Mohammad Nasir. 2006. Analisis Persamaan Simultan
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan
Utang dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan.
Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 23-26 Agustus 2006.
Rinati, Ina dan Budiman. 2009. Effect of Net Profit Margin (NPM), Return on
Assets (ROA) and Return on Equity (ROE) to Price in Stock Included in
Index LQ45. Gunadarma University.
Rusliati, Ellen dan Galih Prasetyo. 2011. Pengaruh Financial Leverage,
Earnings per Share, dan Dividend per Share terhadap Harga Saham.
Trikonomika, Vol. 10, No. 1, Juni 2011, hlm 31-39.
Stella. 2009. Pengaruh Price to Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on
Asset dan Price to Book Value terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal
Bisnis dan Akuntansi, Vol.11, No. 2, Agustus 2009, hlm 97-106.
Subiyantoro, Edi dan Fransisca Andreani. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Harga Saham (Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang
Terdaftar di Pasar ModalIndonesia).
Jurnal Manajemen &
Kewirausahaan, Vol. 5, No. 2, September 2003, hlm 171 – 180.
Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan
Rasio Solvabilitas terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika
Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 1. Mei 2011, Hal: 17 – 37.
Sussanto, Herry dan Dika Nurliana. 2009. Analisis Pengaruh Faktor
Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham pada
Perusahaan Perdagangan di BEI. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 1,
April 2009.
Tiningrum, Erna. 2012. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik
Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI. PROBANK.
37
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Toly, Agus Arianto. 2009. Analyzing Accounting Ratios as Determinants of The
LQ45 Stock Prices Movement in Indonesia Stock Exchange During The
Period of 2002-2006. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 2,
November 2009, hlm 76-87.
Uli, Annissa Yunita dan Lana Sularto. 2009. Fundamental dan Risiko Sistematik
serta Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi.
Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 1, April 2009.
Vice, Law Ren Sia dan Lauw Tjun Tjun. 2011. Pengaruh Current Ratio, Earning
per Share dan Price Earnings Ratio terhadap Harga Saham. Jurnal
Akuntansi, Vol. 3, No. 2, November 2011, hlm 136-158.
Wardani, Rima A. K. dan Baldric Siregar. 2009. Pengaruh Aliran Kas Bebas
terhadap Nilai Pemegang Saham dengan Set Kesempatan Investasi dan
Dividen Sebagai Variabel Moderator. Jurnal Akuntansi & Manajemen.
Vo. 20, No. 3, Desember 2009. Hal.157-174.
Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1999. Manajemen Keuangan. Edisi
kedelapan. Jilid 1.
Yusi, M. Syahirman. 2011. Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik
Implikasinya terhadap Harga Saham. Jurnal Keuangan dan Perbankan,
Vol.15, No.1, Januari 2011, hlm 40-48.
38
ISSN: 1410 -9875
Kartina Natalylova
Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel
Kriteria Sampel
1 Perusahaan non keuangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai tahun 2010.
2 Perusahaan yang tidak konsisten terdaftar
(listed) di BEI dari tahun 2007 sampai tahun
2010.
3 Perusahaan yang tidak konsisten membayarkan
dividen kas.
4 Perusahaan
yang
tidak
konsisten
mempublikasikan laporan keuangannya per 31
Desember.
5 Perusahaan
yang
tidak
konsisten
mempublikasikan laporan keuangannya dalam
mata uang rupiah.
6 Perusahaan yang tidak konsisten melaporkan
laba setelah pajak.
7 Perusahaan yang melakukan stock split pada
tahun 2007 hingga tahun 2010.
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria
sampel
Data outlier
Total Data yang dijadikan sampel
Jumlah
Perusahaan
372
Jumlah
Data
1488
(85)
(340)
(210)
(840)
(3)
(12)
(11)
(44)
(2)
(8)
(9)
(36)
52
208
(34)
174
Sumber: data yang dikumpulkan
Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif
Variabel
Minimum
Maximum
0,5271
Std.
Deviation
0,6629
-0,3927
3,0000
2,4774
1,7368
0,5985
7,9633
0,9588
0,8286
0,1292
5,1724
479,1049
861,3585
4,9300
5303,00
0,1082
0,0650
0,0174
0,3378
0,3393
0,2484
0,0232
1,7183
0,1425
0,2167
-0,2901
0,9496
0,1853
0,0885
0,0220
0,6287
N
Mean
17
4
Rasio Lancar
17
4
Rasio Utang
17
terhadap Ekuitas 4
Laba per Saham 17
4
Return on Asset 17
4
Rasio
17
Pembayaran
4
Dividen
Pertumbuhan
17
Penjualan
4
Return on Equity 17
Harga Saham
39
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Nilai Buku per
Saham
Price Earning
Ratio
4
17
4
17
4
November 2012
2251,8533
3716,1460
112,2292
25507,6126
11,2607
6,6922
0,1049
39,9290
Sumber: output data SPSS 11.5
Tabel 3 Hasil Uji t
Variabel
(Constant)
Rasio lancar
Rasio utang terhadap
ekuitas
Laba per saham
Return on asset
Rasio pembayaran dividen
Pertumbuhan penjualan
Return on equity
Nilai buku per saham
Price earning ratio
Dependent Variable: harga saham
Sumber: output data spss 11.5
40
B
0,351
0,040
-0,197
Sig.
0,131
0,282
0,086
2,535
-8,054
-0,528
-0,013
6,167
-6,546
0,016
0,904
0,011
0,023
0,956
0,001
0,882
0,060
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 41-50
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH SERVICE ENCOUNTER, TRUST,
RELIABILITY, DAN SATISFACTION
TERHADAP LOYALTY
KLEMENS WEDANAJI P
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to analyze the influence of service
encounter, trust, reliability, and satisfaction toward loyalty Garuda
Indonesia Airlines In Jakarta. This study was also to compare result of the
previous research within the research. Data for the study was obtained from
the central statistical agency and the ministry of transportation. In this
study, the data collection method used was a questionnaire. By respondents
are people who use Garuda Indonesia Airlines commute at least 2 times for
domestic travel for holiday purposes in the last 1 year and a decision to use
the airline Garuda Indonesia as a choice for a vacation. This study uses SPSS
21 as data processing equipment. The research finding can be summarized as
follows. First, there are significant service encounter toward Garuda
Indonesia airline loyalty. Second, there are significant trust toward Garuda
Indonesia loyalty. Third, there are significant reliability toward Garuda
Indonesia loyalty. Fourth, there are significant satisfaction toward Garuda
Indonesia. And fifth, there are significant service encounter, trust,
reliability, and satisfaction toward Garuda Indonesia loyalty.
Keywords: Service Encounter, Trust, Reliability, Satisfaction, Loyalty
PENDAHULUAN
baik maskapai penerbangan milik
pemerintah
maupun
maskapai
penerbangan milik swasta.
Garuda Indonesia adalah
maskapai penerbangan yang dimiliki
pemerintah secara penuh yang
melayani
penerbangan
dengan
tujuan kota-kota besar di dalam
wilayah
Indonesia
dan
juga
Kondisi perekonomian Indonesia
yang semakin maju dan meningkat
pada era saat ini membuat
kemajuan yang pesat juga terhadap
dunia penerbangan di tanah air.
Saat ini cukup banyak maskapai
penerbangan yang ada di Indonesia,
41
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
melayani
penerbangan
dengan
tujuan ke luar negeri.
Garuda Indonesia memiliki 40
tujuan domestik dan 36 tujuan
internasional.
Pemilihan Garuda Indonesia
sebagai objek dalam penelitian
dikarenakan menurut saya Garuda
Indonesia merupakan maskapai
penerbangan Indonesia yang sudah
memenuhi standar Internasional
dan kualitasnya diakui oleh negaranegara di dunia. Sedangkan untuk
harga tiket, maskapai penerbangan
Garuda
Indonesia
merupakan
maskapai
penerbangan
yang
harganya lebih mahal dibandingkan
harga tiket maskapai penerbangan
lain dengan tujuan yang sama.
Penelitian sebelumnya adalah dari
segi objeknya konsumen bank
syariah dan berjudul Factors
Affecting Customer Loyalty in
Islamic Banking : Evidence from
Malaysian
Banks.
Sedangkan
variabel yang membedakan adalah
pada
penelitian
sebelumnya
terdapat 9 variabel independen (x)
dan 1 variabel dependen (y),
dimana variabel independen (x)
adalah service encounter, social
value, service experience, trust,
reliability, service dependability,
satisfaction,
expectation,
dan
convenience
value.
Sedangkan
variabel dependen (y) adalah
loyalty.
Penyebaran
kuesioner
penelitian saya ini dilakukan pada
bulan Maret. Secara garis besar,
penelitian ini mempunyai tujuan
untuk 1). Mengetahui pengaruh
service encounter terhadap loyalty
maskapai
penerbangan
Garuda
Indonesia di Jakarta.
2).
Mengetahui
pengaruh
trust
terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan Garuda Indonesia di
Jakarta. 3). Mengetahui pengaruh
42
November 2012
reliability
terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan
Garuda
Indonesia di Jakarta. 4).Mengetahui
pengaruh satisfaction terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan
Garuda Indonesia di Jakarta. 5).
Mengetahui
pengaruh
service
encounter, trust, reliability, dan
satisfaction secara bersama-sama
terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan Garuda Indonesia di
Jakarta.
KERANGKA
TEORITIS
DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESISI
Marketing atau yang biasa
kita kenal di dalam bahasa
Indonesia
sebagai
pemasaran,
diartikan menurut Kotler and Keller
(2012, 27), “Marketing is about
identifying and meeting human and
social
needs”.
Jadi
dengan
marketing atau pemasaran ini, si
produsen barang atau jasa dapat
memasarkan produknya kepada
konsumen. Biasanya di dalam
memasarkan
produknya,
si
produsen
mempromosikan
produknya agar si konsumen
mengetahui produk yang dimiliki
oleh si produsen, memberikan
konsumen pengetahuan mengenai
produknya,
serta
kelebihan
produknya dibandingkan produk
pesaing.
Marketing
mempunyai
bauran marketing atau yang biasa
disebut dengan marketing mix,
menurut Lovelock and Wirtz (2011,
44), terdiri dari :
1. Product Elements
2. Place and Time
3. Price and Other Outlays
4. Promotion and Education
5. Process
6. Physical Environment
7. People
ISSN: 1410 -9875
Menurut Kotler and Keller
(2012, 349), karakteristik dari
produk adalah :
1. Daya
Tahan
dan
Wujud
(Durability and Tangibility)
Berdasarkan daya tahan dan
berwujud
tidaknya,
produk
dapat diklasifikasikan kedalam
dua kelompok utama yaitu
barang dan jasa. Ditinjau dari
aspek daya tahannya, terdapat
dua macam barang, yaitu:
a. Barang Tidak Tahan Lama
(Nondurable Goods)
b. Barang Tahan Lama (Durable
Goods)
2. Barang konsumen (costumer's
goods)
Barang konsumen adalah barang
yang
dikonsumsi
untuk
kepentingan konsumen akhir
sendiri (individu dan rumah
tangga), bukan untuk tujuan
bisnis.
Umumnya
barang
konsumen dapat diklasifikasikan
menjadi empat jenis yaitu:
a. Convenience Goods
b. Shopping Goods
c. Specially Goods
d. Unsought Goods
3. Barang
Industri
(Industrial's
Goods)
Barang industri adalah barang
yang
dikonsumsi
untuk
kepentingan bisnis. Umumnya
barang
industri
dapat
diklasifikasikan menjadi tiga
jenis yaitu:
a. Bahan dan Bagian (Material
and Parts)
Bahan dan Bagian adalah
barang yang dibutuhkan oleh
perusahaan
manufaktur,
yang terbagi di dalam 2
bagian, yaitu :
1. Bahan Mentah
2. Bahan Manufaktur
b. Barang Modal (Capital Items)
Klemens Wedanaji P
Barang modal adalah bahan
yang
tahan
lama
yang
memfasilitasi
pengembangan
atau pengelolaan produk jadi.
Barang modal terdiri dari 2
grup, yaitu :
1. Instalasi (Installations)
2. Peralatan (Equipment)
c. Perlengkapan dan Bisnis Jasa
(Supplies and business service)
Perlengkapan dan jasa bisnis
adalah barang jangka pendek
dan layanan yang memfasilitasi
pembangunan atau pengelolaan
produk jadi.
1. Perlengkapan terdiri dari 2
macam, yaitu perawatan dan
perbaikan (cat dan sapu) dan
perlengkapan
operasional
(minyak, batubara, kertas,
dan pensil).
2. Bisnis Jasa terdiri dari
perawatan
dan
jasa
perbaikan (pembersihan kaca
dan
perbaikan
mesin
fotokopi) dan jasa konsultasi
bisnis (hukum, konsultan
manajemen,
dan
percetakan).
Sedangkan karakteristik dari
produk menurut Kotler and Keller
(2012, 380), adalah :
1. Tidak berwujud (Intangibility)
2. Tidak
dapat
dipisahkan
(Inseparability)
3. Keragaman (Variability)
4. Tidak tahan lama (Perishability)
Jasa sendiri dapat dibedakan
menjadi 5 kategori, yaitu :
1. Pure tangible good
2. Tangible
good
with
accompanying service
3. Hybrid
4. Major
service
with
accompanying minor goods and
service
5. Pure service
43
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Service Encounter
Menurut Lovelock and Wirtz
(2011, 67), “Service encounter is a
period of time during which a
customer interacts directly with a
service provider”. Jadi menurut
Lovelock
and
Wirtz,
service
encounter itu merupakan periode
waktu
dimana
konsumen
berinteraksi
langsung
dengan
penyedia jasa, contohnya di dalam
maskapai
penerbangan
Garuda
Indonesia
adalah
konsumen
bertemu
dengan
karyawan
maskapai
penerbangan
Garuda
Indonesia pada saat check-in
sebelum melakukan penerbangan.
Trust
Menurut Kotler and Keller
(2012, 225), “Trust is the
willingness of a firm to rely on a
business partner. It depends on a
number of interpersonal and
interorganizational factor, such as
the firm’s perceived competence,
integrity,
honesty,
and
benevolence”.
Menurut
Hosmer
(1995),
“Trust is not only been recognized
as a very important human
behavior but also been broadly
discussed both in the fields of
phychology,
sociology,
and
economics and in the topics of
management
and
marketing
practices”.
Menurut AS. Hornby (2010,
1449), “Trust is the belief that
somebody or something is good,
sincere, honest, etc”.
Disimpulkan
bahwa
trust
adalah
kepercayaan
seseorang
terhadap
suatu
merk
atau
perusahaan dengan harapan dapat
memelihara
hubungan
antara
customer dengan perusahaan dalam
jangka panjang.
44
November 2012
Reliability
Menurut Kotler and Keller,
(2012, 352), “Reliability is measure
of the probability that a product
will not malfunction or fail within
a specified time period”. Jadi
suatu barang atau jasa dikatakan
reliability
jika
probabilitas
ketidakgunaan
atau
kegagalan
barang atau jasa tersebut di dalam
berkinerja atau berfungsi itu sangat
kecil kemungkinananya.
Menurut
Aaker
and
Joachimsthaler dalam Broyles et el
(2009), “Reliability is consistency
of a brand’s performance over time
and from purchase to purchase”.
Jadi suatu merek barang atau jasa
dianggap reliable bila merek barang
atau jasa tersebut berkinerja baik
atau memuaskan dari waktu ke
waktu dan dari pembelian pertama
ke pembelian berikutnya. Produk
barang atau jasa tersebut harus
dilakukan secara konsisten oleh si
penyedia jasa agar konsumen
merasa puas dan tidak kecewa
dengan si penyedia jasa.
Menurut Lovelock and Wirtz
(2011, 409), “Reliability is ability
to perform the promised service
dependably
and
accurately”.
Dengan berkinerja sesuai dengan
yang sudah dijanjikan, konsumen
akan merasa puas dan tidak kecewa
terhadap si penyedia jasa, karena si
penyedia jasa dianggap konsisten
dengan apa yang telah dijanjikan
sebelumnya, dan si konsumen pun
akan merasa puas terhadap si
penyedia jasa.
Satisfaction
Menurut Kotler dan Keller
(2012, 150), customer satisfaction
adalah , ” a person’s feelings of
pleasure or disappoinment that
result from comparing a product’s
ISSN: 1410 -9875
perceived
performance
(or
outcome) to expectations. If the
performance
falls
short
of
expectation, the customer is
dissatisfied.
If
it
matches
expectations, the customer is
satisfied. If it exceeds expectation,
the customer is highly satisfied or
delighted.” Jadi nilai utamanya
adalah setiap produsen harus dapat
memberikan pelayanan dan kualitas
yang terbaik untuk barang dan jasa
yang diberikan kepada pelanggan.
Loyalty
Loyalitas
Pelanggan
memberikan manfaat yang besar
bagi suatu perusahaan. Selain
melakukan pembelian berulang,
mereka akan berupaya membela
suatu produk atau perusahaan
tertentu dan secara sukarela akan
selalu berusaha merekomendasikan
kepada
orang
lain
walaupun
terdapat pengaruh dari perusahaan
pesaing. Komitmen dari pelanggan
tersebut sejalan dengan pendapat
Kotler dan Keller (2009, 163)
mengenai customer loyalty yaitu “a
deeply held commitment from the
customer to rebuy or repatronize a
preffered product or service in the
future
despite
situational
influences and marketing effort
having the potential to cause
switching behaviour.”
Menurut Michael R. Salomon
(2007,
329)
mendefinisikan
customer loyalty “ a form of
repeat
purchasing
behaviour
reflecting a conscious decision to
continue buying the same brand.”
Menurut Lovelock dan Wirtz
(2011, 338), customer loyalty
adalah ” to describe a customer’s
willingness to continue patronizing
a firm over the long term,
preferably on an exclusive basis,
Klemens Wedanaji P
and recommending the firm’s
products
to
friends
and
associates.”
Berdasarkan uraian diatas,
maka hipotesis penelitian ini dapat
dirrumuskan sebagai berikut :
Ha1 : Terdapat pengaruh service
encounter terhadap loyalty
maskapai
penerbangan
Garuda Indonesia di Jakarta
Ha2 : Terdapat pengaruh trust
terhadap loyalty maskapai
penerbangan
Garuda
Indonesia di Jakarta
pengaruh
Ha3 : Terdapat
reliability terhadap loyalty
maskapai
penerbangan
Garuda Indonesia di Jakarta
pengaruh
Ha4 : Terdapat
satisfaction
terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan
Garuda
Indonesia di Jakarta
Ha5 : Terdapat pengaruh service
encounter,
trust,
reliability, dan satisfaction
secara
bersama-sama
terhadap loyalty maskapai
penerbangan
Garuda
Indonesia di Jakarta
METODA PENELITIAN
Metode penelitian adalah
metode yang digunakan untuk
mengumpulkan, mengolah, dan
menganalisa
data,
dilakukan
dengan cara ilmiah yang bertujuan
untuk
memecahkan
masalah
penelitian. Metode yang digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
deskriptif dan kausalitas.
45
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Definisi
Operasional
Variabel
Service Encounter
Jadi
dapat
disimpulkan
bahwa service encounter itu
merupakan periode waktu dimana
konsumen berinteraksi langsung
dengan penyedia jasa, misalkan
konsumen
membeli
tiket
si
penyedia jasa di tempat pembelian
tiket resmi si penyedia jasa.
Trust
Disimpulkan bahwa trust
adalah
kepercayaan
seseorang
terhadap
suatu
merk
atau
perusahaan dengan harapan dapat
memelihara
hubungan
antara
customer dengan perusahaan dalam
jangka panjang.
Reliability
Berdasarkan definisi-definisi
diatas, maka dapat disimpulkan
reliability
adalah
konsistensi
Variabel
Service
Encounter
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
46
November 2012
kinerja suatu merek dari waktu ke
waktu atau dari satu pembelian ke
pembelian lainnya dalam hal
kemampuan
merek
tersebut
berfungsi dengan baik sesuai
dengan apa yang dijanjikan secara
akurat dan dapat diandalkan.
Satisfaction
Jadi, customer satisfaction
dapat
didefinisikan
sebagai
kepuasan yang dirasakan oleh
konsumen setelah membeli atau
menggunakan produk atau jasa
yang dibeli dari si penjual atau
produsen.
Loyalty
Jadi, customer loyalty dapat
disimpulkan sebagai komitmen yang
mendalam dari individu yang
melakukan pembelian berulang
mengenai produk dan jasa serta
tidak berpindah ke perusahaan
lainnya
walaupun
terdapat
pengaruh dari perusahaan lain.
Tabel 1
Variabel dan pengukurannya
Skala Pengukuran
Indikator
GIA berkinerja memberikan jasa Likert
dengan tepat waktu
GIA memberitahukan kepada saya,
kapan layanan (jam keberangkatan
dan check in) akan dilakukan
Staf GIA melayani konsumen dengan
cepat
Staf GIA selalu bersikap sopan
kepada konsumen
Staf GIA selalu siap menanggapi
permintaan konsumen dengan cepat
Saya dapat mempercayai pelayanan
staf GIA
Saya merasa aman (dari kejahatan)
ketika bertransaksi dengan GIA
Staf GIA melayani konsumen dengan
sopan
Staf GIA melayani pelanggan dengan
ISSN: 1410 -9875
Klemens Wedanaji P
Variabel
Trust
1.
2.
3.
4.
Reliability
1.
2.
3.
4.
Satisfaction
1.
2.
Loyalty
3.
1.
2.
3.
4.
5.
Indikator
dukungan peralatan yang memadai
untuk melakukan pekerjaan mereka
dengan baik
Saya percaya dengan GIA
Saya merasa bahwa saya dapat
mengandalkan layanan GIA saat ini
untuk melayani saya dengan baik
Saya
mempercayai
sistem
pembayaran yang baik
yang
digunakan oleh GIA
Saya percaya bahwa GIA tidak akan
mencoba untuk menipu saya
Saat ini GIA dapat saya andalkan
dalam hal melayani kepentingan
pelanggan
Menggunakan
GIA
meningkatkan
kepercayaan diri saya
GIA memberikan saya bantuan yang
saya butuhkan untuk menyelesaikan
tugas saya dengan efektif
GIA
memiliki
keseluruhan
kemampuan yang saya butuhkan
Pilihan saya menggunakan GIA adalah
keputusan yang bijaksana
Menggunakan GIA telah memberikan
saya pengalaman yang baik
Saya merasa puas dengan GIA
Saya mempertimbangkan GIA sebagai
pilihan pertama saya
Saya akan menggunakan GIA untuk
beberapa tahun kedepan
Saya akan mengatakan hal-hal yang
positif kepada rekan saya mengenai
GIA
Saya telah merekomendasikan GIA
untuk rekan-rekan yang meminta
saran saya
Saya telah mendorong orang lain
untuk menggunakan GIA
Skala Pengukuran
Likert
Likert
Likert
Likert
Source : Factors Affecting Customer Loyalty in Islamic Banking : Evidence from Malaysian Banks and
Perceived Value, Service Quality, Corporate Image and Customer
Loyalty : Empirical Assesment
From Pakistan
47
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Tabel 2
Hasil Uji Regresi Sederhana dan Hasil Uji Hipotesis 1
Model
1
(Constant)
Service Encounter(X1)
Unstandardized
Coefficient
B
0,116
0,515
t
Sig
10,024
0,000
a. Predictors: (constant), Service Encounter
b. Dependent Variabel: Loyalty (Y)
Sumber:
Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014)
Tabel 3
Hasil Uji Regresi Sederhana dan Hasil Uji Hipotesis 2
Model
1
(Constant)
Trust(X2)
Unstandardized
Coefficient
B
7,273
0,936
t
Sig
11,139
0,000
a. Predictors: (constant), Trust
b. Dependent Variabel: Loyalty (Y)
Sumber:
Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014)
Tabel 4
Hasil Uji Regresi Sederhana dan hasil Uji Hipotesis 3
Model
1
(Constant)
Reliability(X3)
Unstandardized
Coefficient
B
8,415
0,854
t
Sig
10,02
9
0,000
a. Predictor: (Constant), Reliability
b. Dependent Variabel: Loyalty (Y)
Sumber:
Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014)
Tabel 5
Hasil Uji Regresi Sederhana dan hasil Uji Hipotesis 4
1
Model
(Constant)
Satisfaction(X4)
Unstandardized
Coefficient
B
12,356
0,858
a. Predictor: (Constant), Satisfaction
b. Dependent Variabel: Loyalty (Y)
Sumber:
Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014)
48
t
Sig
10,05
5
0,000
ISSN: 1410 -9875
Klemens Wedanaji P
Tabel 6
Hasil Uji Regresi Berganda
Unstandardized
Coefficient
1,067
0,118
0,282
0,355
0,400
Model
1
(Constant)
Service Encounter(X1)
Trust (X2)
Reliability(X3)
Satisfaction (X4)
a. Predictor: (Constant), service encounter, trust, reliability, dan satisfaction
b. Dependent Variabel : Loyalty (Y)
Sumber:
Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014)
Tabel 7
Hasil Uji Hipotesis 5
Model
1
Regression
F
64,870
Sig
0,000
a. Predictor: (Constant), service encounter , trust, reliability, dan satisfaction
b. Dependent Variabel : Loyalty (Y)
Sumber:
Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014)
PENUTUP
Penelitian
ini
dilakukan
dengan mengembangkan sebuah
model untuk menganalisa pengaruh
service
encounter,
trust,
reliability,
dan
satisfaction
terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan Garuda Indonesia di
Jakarta. Pada bab ini dijelaskan
mengenai
hasil-hasil
yang
didapatkan peneliti, dilanjutkan
dengan pembahasan kesimpulan
mengenai diterima atau tidaknya
hipotesis. Pada bagian terakhir
disajikan keterbatasan penelitian
ini dan saran untuk penelitian
selanjutnya.
Setelah dilakukan penelitian
yang menguji kelima hipotesis yang
diajukan
pada
pembahasan
sebelumnya, maka kesimpulan atas
kelima hipotesis tersebut adalah
sebagai berikut : 1). Hasil
pengujian
hipotesis
ke-1
menunjukan
bahwa
terdapat
pengaruh
service
encounter
terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan Garuda Indonesia di
Jakarta.
2).
Hasil
pengujian
hipotesis ke-2 menunjukan bahwa
terdapat pengaruh trust terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan
Garuda Indonesia di Jakarta.
3).Hasil pengujian hipotesis ke-3
menunjukan
bahwa
terdapat
pengaruh
reliability
terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan
Garuda Indonesia di Jakarta.
4).Hasil pengujian hipotesis ke-4
menunjukan
bahwa
terdapat
pengaruh satisfaction terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan
Garuda Indonesia di Jakarta.
5).Hasil pengujian hipotesis ke-5
menunjukkan
bahwa
terdapat
49
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
pengaruh service encounter, trust,
reliability,
dan
satisfaction
terhadap
loyalty
maskapai
penerbangan Garuda Indonesia di
Jakarta
Total responden pada penelitian ini
adalah sebanyak 100 responden dan
semua responden adalah pengguna
jasa maskapai penerbangan Garuda
Indonesia. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian sebelumnya,
dimana
objek
penelitian
sebelumnya bukan pada pengguna
jasa maskapai penerbangan. Oleh
karena
itu,
diharapkan
hasil
penelitian ini dapat dijadikan
sebagai dasar pertimbangan untuk
melakukan penelitian selanjutnya.
Saran yang dapat diusulkan
untuk memperbaiki keterbatasan
dalam penelitian ini yang dapat
digunakan
oleh
penelitian
selanjutnya yaitu: 1). Bagi peneliti
berikutnya yang akan melakukan
penelitian dengan topik sejenis
disarankan
hendaknya
untuk
menggunakan atau menambahkan
jumlah
sampel
dan
daerah
penyebaran kuesioner. 2). Bagi
perusahaan, hendaknya penelitian
ini
bisa
menjadi
bahan
pertimbangan dalam memprediksi
loyalty pelanggan dengan melihat
service
encounter,
trust,
reliability, dan satisfaction.
Bagi akademisi, penelitian ini
diharapkan
dapat
memberikan
pengetahuan khususnya tentang
pengaruh service encounter, trust,
reliability,
dan
satisfaction
terhadap loyalty.
50
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 51-62
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
DETERMINAN AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN PUBLIK
DI INDONESIA
LIE YUNG YUNG
STIE Trisakti
[email protected]
Abstrak: The development of go public company in Indonesia had significant
and rapid progress that resulted in an audit of financial statement will
demand an ever increasing. Any company that went public are required to
submit financial statement prepared in accordance with accounting standards
and audited by a registered public accountant. The objectives of this
research is to test and analyze whether firm size, debt to asset ratio,
profit/loss, audit opinion, public accountant firms, change of auditors,and
going concern opinion. The research is focused on manufacturing companies
listed in Indonesia Stock Exchange and the samples are obtained by purposive
sampling method and data were analyzed using multiple regression analysis.
There are 84 firms sample selected for the period 2007 until 2010. The
conclusion of this research shows that public accountant firms and going
concern opinion have influence to audit report lag. While firm size, debt to
asset ratio, profit/loss, audit opinion and change of auditors have no
influence to audit report lag.
Keywords: Audit Report lag, firm size, debt to asset ratio, profit/loss, audit
opinion, public accountant firms, change of auditors,and going
concern opinion
PENDAHULUAN
keuangan dan telah diaudit oleh
akuntan publik yang terdaftar di
Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Subekti dan
Widiyanti 2004).
Setelah itu, laporan keuangan
yang sudah diaudit akan digunakan
oleh
pihak-pihak
yang
yang
berkepentingan seperti pemegang
saham,
kreditur,
pemerintah
maupun
masyarakat
untuk
mengetahui kinerja perusahaan
Perkembangan
perusahaanperusahaan gopublikdi Indonesia
mengalami kemajuan yang berarti
dan pesat sehingga mengakibakan
permintaan akan audit laporan
keuangan yang semakin meningkat.
Setiap perusahaan yang gopublik
diwajibkan untuk menyampaikan
laporan keuangan yang disusun
sesuai dengan standar akuntansi
51
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
yang berguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan paragraf 43 dalam
Standar Akuntansi Keuangan per 1
Juli 2009 menyatakan jika terdapat
penundaan yang tidak semestinya
dalam pelaporan maka informasi
yang dihasilkan akan kehilangan
relevansinya.
Ditegaskan
juga
dalam PSAK No.1 paragraf 38
bahwa manfaat laporan keuangan
akan
berkurang
jika
laporan
tersebut tidak tersedia tepat pada
waktunya.
Pemenuhan standar audit yang
telah ditetapkan tersebut dapat
berdampak
pada
lamanya
penyelesaiann laporan audit, tetapi
juga berdampak pada peningkatan
kualitas
laporan
auditnya.
Pelaksanaan audit yang semakin
sesuai dengan standar memutuhkan
waktu
yang
semakin
lama.
Sebaliknya, semakin tidak sesuai
dengan standar pekerjaan audit
semakin
pendek
waktu
yang
diperlukan sehingga kedua kondisi
ini dapat menimbulkan suatu
dilema bagi auditor (Subekti dan
Widiyanti 2004).
Keterlambatan publikasi laporan
keuangan bisa mengindikasikan
adanya masalah dalam laporan
keuangan
emiten
sehingga
memerlukan waktu yang lebih lama
dalam penyelesaian audit.Oleh
karena itu, keterlambatan publikasi
laporan keuangan sangat merugikan
investor
karena
dapat
meningkatkan asimetri informasi di
pasar,
insider
trading
dan
memunculkan rumor yang mebuat
pasar menjadi tidak pasti.
Dalam kenyataannya, banyak
faktor yang bisa menyebabkan
terjadinya audit report lag, seperti
ukuran perusahaan, debt to asset
52
November 2012
ratio, laba/rugi, opini audit,
ukuran Kantor Akuntan Publik,
lamanya perusahaan menjadi klien
sebuah Kantor Akuntan Publik,
going concern opinion, reputasi
auditor, dan segmen geografis
perusahaan,
profitabilitas,
solvabilitas, reputasi auditor. Tapi
pada penelitian ini, peneliti hanya
menggunakan tujuh faktor.
Motivasi penelitian ini adalah
untuk mengkonfirmasi penelitian
Iskandar dan Trisnawati (2010).
Penelitian Iskandar dan Trisnawati
meneliti apakah audit report lag
dipengaruhi oleh faktor ukuran
perusahaan, debt to asset ratio,
laba/rugi, opini audit, ukuran
Kantor
Akuntan
Publik
dan
klasifikasi industry.
Penelitian
ini
merupakan
pengembangan
dari
penelitian
Iskandar dan Trisnawati yang
dilaksanakan pada tahun 2010
sedangkan penelitian ini dilakukan
peneliti pada tahun 2011. Adapun
perbedaan penelitian terdahulu
dengan penelitian saat ini adalah :
1. Penelitian
terdahulu
menggunakan 6 variabel, pada
penelitian kali ini peneliti
menggunakan
5
variabel
independen
yaitu
ukuran
perusahaan, debt to asset ratio,
laba/rugi, opini audit, ukuran
Kantor Akuntan Publik dan
menambah
2
variabel
independen baru yaitu lamanya
perusahaan
menjadi
klien
sebuah Kantor Akuntan Publik
(Utami et al. 2006) dan going
concern opinion (Ahmad et al.
2005). Peneliti menggunakan
kedua variabel ini karena
sampai saat ini masih terdapat
perbedaan
kesimpulan
dari
berbagai penelitian yang ada.
ISSN: 1410 -9875
Lie Yung Yung
2. Penelitian terdahulu menguji
hubungan
antara
berbagai
faktor dengan auditreportlag
sedangkan penelitian saat ini
menguji
pengaruh
antara
berbagai faktor dengan audit
report lag.
Berdasarkan latar belakang
yang telah diuraikan diatas, hal
yang menjadi perhatian utama
penelitian ini adalah apakah
terdapat pengaruh antara ukuran
suatu perusahaan, debt total asset
ratio, pengumuman laba/rugi, opini
audit, ukuran Kantor Akuntan
Publik,
lamanya
perusahaan
menjadi klien sebuah Kantor
Akuntan Publik dan going concern
opinion terhadap audit report lag?
KERANGKA
TEORITIS
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
DAN
Teori Keagenan
Teori keagenan, menjelaskan
hubungan
antara
agent
(manajemen suatu usaha) dan
principal (pemilik usaha). Menurut
Jensen dan Meckling (1976) dalam
Saleh (2004) di dalam hubungan
keagenan (agency relationship)
terhadap suatu kontrak dimana satu
orang
atau
lebih
(prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk
melakukan suatu jasa atas nama
prinsipal dan memberi wewenang
kepada agen untuk membuat
keputusan yang
terbaik bagi
prinsipal.
Teori Kepatuhan
Menurut Saleh (2004) teori
kepatuhan telah diteliti pada ilmuilmu sosial khususunya di bidang
psikologis dan sosiologi yang lebih
menekankan
pada
pentingnya
proses
sosialisasi
dalam
mempengaruhi perilaku kepatuhan
seorang individu. Menurut Tyler
(1998) dalam Saleh (2004) terdapat
dua persepektif dasar dalam
literatur
sosialogi
mengenai
kepatuhan pada hukum yaitu :
1. Persepektif
instrumental
mengasumsikan individu secara
utuh didorong oleh kepentingan
pribadi dan tanggapan terhadap
perubahan-perubahan
dalam
tangible, insetif, dan penalti
yang
berhubungan
dengan
perilaku.
2. Persepektif
normatif
berhubungan dengan apa yang
orang anggap sebagai moral dan
berlawanan dengan kepentingan
pribadi mereka.
Teori Audit Report Lag
Didalam penerbitan laporan
keuangan yang telah diaudit oleh
seorang auditor, ketepatan waktu
merupakan hal yang penting. Hanya
saja
bagi
seorang
auditor,
memerlukan waktu untuk dapat
mengumpulkan
bukti
yang
kompeten agar didalam membuat
opininya
bisa
mendukungnya.
Menurut Lawrence dan bryan (1998)
dalam Prabandari dan Rustiana
(2007) audit report lag adalah
lamanya waktu penyelesaian audit
yang diukur dari tanggal penutupan
tahun
buku
hingga
tanggal
diterbitkannya laporan keuangan.
Menurut Halim (2000) audit report
lag
adalah
rentang
waktu
penyelesaian pelaksanaan audit
laporan keuangan tahunan yaitu
sejak
tanggal
tutup
buku
perusahaan sampai dengan tanggal
yang tertera pada laporan auditor
independen.
53
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Standar Audit
Standar auditing merupakan
pedoman bagi auditor dalam
menjalankan
tanggung
jawab
profesionalnya. Didalam penelitian
Rachmawati (2008) menyatakan
bahwa standar auditing yang telah
ditetapkan dan disajikan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia adalah
sebagai berikut:
a. Standar umum yaitu:
b. Standar pekerjaan lapangan
c. Standar pelaporan
Laporan Keuangan
Karakteristik kualitas laporan
keuangan
sebagaimana
yang
dinyatakan
dalam
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Keuangan
(PSAK:2002) nomor satu adalah
(Utami 2006):
1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Keandalan
4. Dapat dibandingkan
Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menjadi
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi audit report lag.
Perusahaan-perusahaan
besar
biasanya
memiliki
berbagai
keunggulan.
Diantaranya,
perusahaan mempunyai tenaga
kerja yang kompeten, perusahaan
memiliki pengendalian internal
yang lebih baik, yang membantu
auditor dalam melakukan proses
audit sehingga auditor memerlukan
waktu yang lebih sedikit dalam
proses audit.
Debt to Total Asset Ratio
Proporsi hutang terhadap
total
harta
mengindikasikan
kesehatan
finansial
perusahaanproporsi yang tinggi
akan
meningkatkan
kegagalan
54
November 2012
perusahaan sehingga auditor akan
meningkatkan perhatian bahwa ada
kemungkinan laporan keuangan
kurang dapat dipercaya. Sebagai
contoh, kesehatan perusahaan yang
rendah
akan
meningkatkan
terjadinya kecurangan manajemen
atau
ketidaksengajaan
untuk
mengurangi karyawan
Laba/Rugi Perusahaan
Laba
menunjukkan
keberhasilan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan sehingga
dapat dikatakan laba adalah suatu
berita
baik
dan
tentunya
perusahaan tidak akan menunda
penyampaian yang akan direspon
baik pula oleh pasar. Perusahaan
yang rugi pada periode tertentu
diduga mempunyai waktu yang
lebih lama dalam menerbitkan
laporan keuangan
Opini Audit
Seorang auditor mengaudit
laporan keuangan suatu perusahaan
bertujuan
untuk
memberikan
pendapat atas laporan keuangan
suatu perusahaan yang telah
diauditnya. Opini atau pendapat
yang diberikan oleh seorang auditor
ada bermacam-macam tergantung
hasil audit yang dilaksanakan.
Ukuran Kantor Akuntan Publik
Kantor
Akuntan
Publik
adalah suatu bentuk organisasi
akuntan publik yang memperoleh
izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan,
yang
berusaha di bidang pemberian jasa
profesional dalam praktek akuntan
publik.Kantor Akuntan Publik besar
lebih
menginginkan
untuk
mengambil sikap yang tepat dalam
mengeluarkan pendapat sesuai dan
memiliki kemampuan teknis untuk
ISSN: 1410 -9875
mendeteksi
going
concern
perusahaan sehingga dapat lebih
menarik klien yang lebih banyak.
Lamanya Perusahaan Menjadi
Klien Sebuah Kantor Akuntan
Publik
Semakin lama menjadi klien
suatu Kantor Akuntan Publik,
semakin pendek audit report lag.
Hal ini dikarenakan Kantor Akuntan
Publik tidak perlu lagi memahami
karakteristik perusahaan dan sistem
pengendalian internal perusahaan.
Hasil ini berbeda dengan yang
diteliti Halim (2000) yaitu semakin
lama menjadi klien Kantor Akuntan
Publik maka semakin lama audit
report lag.
Lie Yung Yung
Going Concern Opinion
Going
concern
opinion
merupakan
suatu
asumsi
perusahaan
secara
operasional
memiliki
kemampuan
dalam
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya. Bamber dan Stratton
(1997) dalam Ahmad et al. (2005)
berargumen bahwa laporan audit
merupakan alat yang efektif dalam
membantu para pengguna laporan
keuangan,
walaupun
masih
diperdebatkan model dari paragraf
penjelasan dalam laporan audit
saat
klien
telah
memenuhi
pengungkapan
dari
laporan
keuangan yang diminta.
METODA PENELITIAN
Pemilihan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling.
Hasil pemilihan sampel dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1
Proses Pemilihan Sampel
Jumlah
Keterangan
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara
119
konsisten di BEI pada tahun 2007 sampai dengan
2010
2. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan
(2)
keuangan yang tidak berakhir per 31 Desember
3. Perusahaan yang dalam penyusunan laporan
(9)
keuangannya menggunakan mata uang selain
rupiah
4. Perusahaan yang tidak memiliki laporan auditor
(13)
independen tahun sebelumnya
5. Perusahaan yang total asset kurang dari 100 miliar
(11)
rupiah
6. Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
84
7. Jumlah sampel
336
Definisi Operasional Variabel dan
Pengukurannya
Audit Report Lag mempunyai sifat
kuantitatif dimana hasil akhirnya
ditunjukkan dalam ukuran jumlah
hari yang dihitung sejak tanggal
penutupan
tahun
buku
(31
Desember)
sampai
dengan
ditandatanganinya laporan audit
(Halim 2000). Skala pengukuran
variabel yang digunakan adalah
skala rasio.
55
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Ukuran Perusahaan adalah besar
atau kecilnya suatu perusahaan
yang diukur berdasarkan total
penjualan, total nilai buku aset,
nilai bersih kekayaan, dan jumlah
tenaga kerja (Soetedjo 2006).
Ukuran perusahaan diukur dengan
menggunakan proksi total revenue
(Prabandari dan Rustiana 2007)
Karena
lebih
mncerminkan
kemampuan perusahaan dalam
menjalankan aktifitas operasional
perusahaan.Satuan total revenue
yang yang digunakan adalah mata
uang rupiah.
Debt to Total Asset Ratio adalah
proporsi hutang terhadap total
harta mengindikasikan kesehatan
finansial perusahaandapat dilihat
dengan
menggunakan
skala
rasio..Debt to total asset ratio
yang tinggi memberikan sinyal
bahwa perusahaan sedang dalam
kesulitan keuangan.Debt to Total
Asset Ratiosering digunakan sebagai
alat ukur kinerja manajemen
perusahaan dalam menghasilkan
laba dari kegiatan operasinya
(Petronila
2007).
Profitabilitas
dirumuskan
sebagai
berikut
(Prabandari dan Rustiana 2007):
DAR �
Total Hutang
Total Aset
Rugi/Laba
Perusahaan
menggunakan skala nominal dengan
dummy variable yang terbagi atas
dua kelompok, yaitu 0 untuk
perusahaan yang mengumumkan
kerugian dan 1 untuk perusahaan
yang
mengumumkan
laba.
Rugi/laba
suatu
perusahaan
menunjukan
suatu
keberhasilan/kegagalan
suatu
perusahaan
dalam
periode
tertentu. Penelitian yang telah
56
November 2012
dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan
et al. (1991) mengutarakan apabila
perusahaan mengalami kerugian
maka perusahaan akan meminta
auditornya untuk menjadwalkan
pengauditan lebih lambat dari
biasanya sehingga menunda untuk
mengumumkan “bad news” kepada
publik.
Opini Audit menggunakan dummy
variabel yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu 0 untuk opini audit
selain
unqualified
opinion,
sedangkan 1 untuk opini audit
unqualified
opinion.
Skala
pengukuran yang digunakan yaitu
menggunakan skala nominal (Utami
2006). Tujuan audit oleh auditor
adalah untuk memberikan pendapat
atas laporan keuangan (Soetedjo
2006).
Karakteristik
Kantor
Akuntan
Publik
menggunakan
dummy
variabel yang terbagi atas dua
kelompok, yaitu 0 untuk Kantor
Akuntan Publik non the big four
dan 1 untuk Kantor Akuntan Publik
the big four. Kantor Akuntan Publik
adalah suatu bentuk organisasi
akuntan publik yang memperoleh
izin sesuai dengan peraturan
perundang-undangan pada bidang
jasa profesional dalam praktik
akuntan publik (Rachmawati 2008).
Pengukuran skala variabel ini
dengan menggunakan skala nominal
(Utami 2006).
Lamanya Emiten Menggunakan
Jasa Kantor Akuntan Publik yang
Sama
menggunakan
dummy
variabel yang dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu 0 untuk untuk
emiten yang menggunakan Kantor
Akuntan Publik yang sama kurang
dari dua tahun, sedangkan 1 untuk
ISSN: 1410 -9875
emiten yang menggunakan Kantor
Akuntan Publik yang sama selama
dua tahun atau lebih. Skala
pengukuran yang digunakan yaitu
menggunakan
skala
nominal.
Biasanya semakin lama menjadi
klien suatu Kantor Akuntan Publik,
semakin pendek audit report lag.
Hal ini dikarenakan Kantor Akuntan
Publik tidak perlu lagi memahami
karakteristik perusahaan dan sistem
pengendalian internal perusahaan.
Going
Concern
Opinion
menggunakan variable dummy yang
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
0 untuk perusahaan yang tidak
memperoleh
pendapat
going
concern
ataupun
pendapat
tambahan lainnya, sedangkan 1
untuk
perusahaan
yang
memperoleh
pendapat
going
concern. Going concern opinion
merupakan
suatu
asumsi
perusahaan
secara
operasional
memiliki
kemampuan
dalam
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya.Geiger et al. (2000)
menyatakan bahwa pelaporan dan
syarat-syarat audit menurut SAS 59,
yang menunjukkan kemampuan
suatu entitas dan kebutuhan secara
Lie Yung Yung
eksplisit
terhadap
segala
kemungkinan kelangsungan hidup
perusahaan dalam setiap audit.
Metoda Analisis Data
Pengujian hipotesis ini dilakukan
untuk menguji apakah perubahan
dari
variabel
independen
mempengaruhi variabel dependen.
Pengujian
hipotesis
ini
menggunakan
analisa
regresi
berganda, karena jumlah variabel
dependen yang digunakan hanya 1
(satu) sedangkan jumlah variabel
independennya
adalah
7
(tujuh).Persamaan regresi berganda
dapat dirumuskan sebagai berikut:
ARL = α + β1TOREV + β2DAR +
β3PL+ β4AUOP + β5BFOUR+
β6LEKAP+βε7GCUOP + ε
Dalam hal ini ARL audit report
lag, TOREV ukuran perusahaan,
DAR debt to asset ratio, PL
profit/loss, AUOP opini audit,
BFOUR kantor akuntan publik,
LEKAP
lamanya
emiten
menggunakan jasa kantor akuntan
publik yang sama, GCUOP going
concern opinion.
57
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
HASIL PENELITIAN
Statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N
336
ARL
TOREV
336
DAR
PL
AUOP
BFOUR
LEKAP
GCUOP
Valid N (listwise)
336
336
336
336
336
336
Mean
73.8
4,771.576
1
0.5861
.85
.82
.56
.90
.15
Std.Deviatio
n
Minimum
14.63
29
Maximum
148
12,558.0089
48,4543
115.9276
0.4329
.35
.38
.49
.30
.35
.0413
0
0
0
0
0
2.9837
1
1
1
1
1
Hasil uji t pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis
Coefficients(a)
Model
1
(Constant)
TOREV
DAR
PL
AUOP
BFOUR
LEKAP
GCUOP
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
73.261
6,391
2,399E-14
0,000
2,894
2,307
2,031
2,352
0,883
4,851
-6,354
1,642
-1,606
2,516
8,850
4,695
Standardized
Coefficients
t
Sig.
11,463
0,380
1,254
0,864
0,182
-3,869
-0,638
1,885
,000
,704
,211
,388
,856
,000
,524
,040
Beta
0,021
0,086
0,049
0,023
-0,216
-0,034
0,217
a Dependent Variable: ARL
Variabel ukuran perusahaan
(TOREV) memiliki nilai sig 0,704 >
0,05 yang berarti Ha tidak
diterima. Dengan demikian ukuran
perusahaan
tidak
berpengaruh
terhadap audit report lag. Ukuran
perusahaan dengan menggunakan
proksi total revenue yang hasilnya
menunjukkan bahwa perusahaan
tidak memiliki hubungan yang
58
signifikan dengan audit report lag.
Hasil ini juga mengindikasikan
bahwa audit report lag lebih lama
untuk perusahaan-perusahaan besar
yang tidak publik sedangkan audit
report lag perusahaan-perusahaan
publik lebih cepat.
Variabel debt to total asset
ratio (DAR) memiliki nilai sig 0,211
> 0,05 yang berarti Ha tidak
ISSN: 1410 -9875
diterima. Dengan demikian Debt to
total asset ratio tidak berpengaruh
terhadap audit report lag. Hal ini
berarti audit report lagtidak
dipengaruhi oleh tinggi atau
rendahnya debt to total asset
ratio. Proporsi hutang terhadap
total
harta
mengindikasikan
kesehatan
finansial
perusahaan.Proporsi
hutang
terhadap total harta yang tinggi
memberikan
sinyal
bahwa
perusahaan sedang dalam kesulitan
keuangan. Biasanya perusahaan
akan mengurangi resiko dengan
memundurkan publikasi laporan
keuangannya dan mengulur waktu
dalam pekerjaan auditnya sehingga
ini memberikan sinyal ke pasar
bahwa perusahaan dalam tingkat
resiko yang tinggi pula.
Variabel
laba/rugi
(PL)
memiliki nilai sig 0,388 > 0,05 yang
berarti Ha tidak diterima. Dengan
demikian laba/rugi (PL) tidak
berpengaruh terhadap audit report
lag. Hasil ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang rugi sekalipun
tidak berusaha menutupi bad news
kepada para pemegang sahamnya.
Dan sama halnya untuk perusahaan
yang memperoleh keuntungan di
periode akuntansi berjalannya,
belum tentu melaporkan laporan
keuangannya ke publik dengan
tepat waktu.
Variabel opini audit (AUOP)
memiliki nilai sig 0,856 > 0,05 yang
berarti Ha tidak diterima. Dengan
demikian
opini
audit
tidak
berpengaruh terhadap audit report
lag.Hal ini disebabkan proses
pemberian
pendapat
terhadap
kewajaran suatu laporan keuangan
merupakan tahap akhir dalam
proses audit, sehingga jenis opini
apapun yang diberikan tidak akan
mempengaruhi
lamanya
audit
Lie Yung Yung
report lag yang terjadi. Dan
akhirnya perusahaan publik yang
mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian (WTP) belum tentu
melaporkan laporan keuanganya
lebih cepat dari perusahaan publik
yang mendapatkan opini selain
wajar tanpa pengecualian.
Variabel Kantor Akuntan
Publik (BFOUR) memiliki nilai sig
0,000 < 0,05 yang berarti Ha
diterima. Dengan demikian Kantor
Akuntan
Publik
berpengaruh
terhadap audit report lag, sehingga
semakin besar ukuran Kantor
Akuntan Publik yang mempunyai
reputasi yang baik, dalam hal ini
adalah Kantor Akuntan Publik big
four akan memberikan kualitas
pemeriksaan akuntansi yang efektif
dan efisien sehingga audit dapat
diselesaikan secara tepat waktu.
Kantor Akuntan Publik big four
memperoleh insentif lebih tinggi
untuk menyelesaikan pemeriksaan
akuntansi dibanding dengan Kantor
Akuntan Publik lainnya. Waktu
audit yang lebih cepat juga
merupakan salah satu cara Kantor
Akuntan
Publik
big
four
mempertahankan
reputasinya,
tentunya dengan dukungan kualitas
dan kuantitas sumber daya manusia
yang lebih baik pula.
Variabel lamanya emiten
menggunakan jasa audit KAP yang
sama (LEKAP) memiliki nilai sig
0,524 > 0,05 yang berarti Ha tidak
diterima. Dengan demikian lamanya
emiten menggunakan jasa audit
KAP yang sama tidak berpengaruh
terhadap audit report lag. Hal ini
menunjukkan bahwa ketepatan
waktu audit tidak dipengaruhi oleh
lama atau sedikit waktunya suatu
perusahaan menjadi klien sebuah
Kantor Akuntan Publik.
59
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Variabel
going
concern
opinion (GCUOP) memilki nilai sig
0,040 < 0,05 yang berarti Ha
diterima.
Dengan
demikian
pergantian auditor berpengaruh
terhadap audit report lag. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan
publik
yang
mendapat
opini
mengenai kemampuan memenuhi
kebutuhan
secara
eksplisit
terhadap
segala
kemungkinan
kelangsungan hidup perusahaan
memiliki
waktu
penyelesaian
pemeriksaan akuntansi yang lebih
cepat
dibandingkan
dengan
perusahaan yang tidak mendapat
opini ini.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
yang
telah
dilakukan
dapat
diperoleh kesimpulan bahwa ukuran
perusahaan dengan proksi total
revenue
(TOREV)
berpengaruh
terhadap audit report lag. Debt to
asset ratio (DAR) tidak berpengaruh
terhadap audit report lag. Laba/
Rugi Perusahaan tidak berpengaruh
terhadap audit report lag. Opini
audit (AUOP) tidak berpengaruh
terhadap audit report lag.Kantor
Akuntan
Publik
(BFOUR)
berpengaruh terhadap audit report
lag. Lamanya emiten menggunakan
jasa audit Kantor Akuntan Publik
yang
sama
(LEKAP)
tidak
November 2012
berpengaruh terhadap audit report
lag. Going concern opinion (GCUOP)
berpengaruh terhadap audit report
lag.
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, terdapat
adanya
beberapa keterbatasan
dalam penelitian ini antara lain
adalah hasil penelitian masih
mengandung
autokorelasi
dan
heteroskedastisitas.Periode
pengamatan terbatas yaitu hanya 4
tahun penelitian dari tahun 2007
sampai dengan 2010, sehingga
kurang
dapat
melihat
kecenderungan yang terjadi dalam
jangka waktu yang panjang.Sampel
perusahaan
yang
digunakan
terbatas hanya pada perusahaan
manufaktur
sehingga
hasil
penelitian
kurang
dapat
digeneralisasi.
Adapun rekomendasinya untuk
penelitian
selanjutnya
adalah
sebaiknya
pada
penelitian
selanjutnya
tidak
terdapat
autokorelasi
dan
heteroskedastisitas.
Memperpanjang
periode
pengamatan, sehingga lebih dapat
melihat
kecenderungan
yang
terjadi dalam jangka waktu yang
panjang.Penelitian
selanjutnya
sebaiknya memperluas populasi
penelitian dan tidak hanya terbatas
pada perusahaan manufaktur saja
seperti perusahaan
jasa
dan
perdagangan.
REFERENSI:
Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan
Publik). Edisi Ketiga.
Ahmad, Hamzah, M. Nisarul Alim, dan Imam Subekti. 2005. Pengujian Empiris
Audit Report LagMenggunakan Client Cycle Time and Firm Cycle Time.
Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo, hlm. 941-954.
60
ISSN: 1410 -9875
Lie Yung Yung
Cooper, Donald R dan C. William Emory. 1997. Metode Penelitian Bisnis. Edisi
kelima.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis MultivariateDengan Program SPSS.
Edisi Keempat. Semarang: Universitas Diponegoro.
Hair F, Joseph, William, Barry, dan Rolph. 2010. Multivariate Data Analysis.
Edisi ketujuh.
Halim, Varianada. 2000. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag:
Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 1, April, hlm. 63-75.
Imelda, Elsa dan Heri. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit
Report Lag: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Akuntansi XI, No. 2, hlm. 134-143.
Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi pertama.
Jusuf, Amir Abadi. 1996. Auditing. Edisi Indonesia: Universitas Indonesia.
Lianto, Novice dan Budi Hartono Kusuma. Faktor-Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2,
hlm. 97-106.
Petronila, Thio Anastasia. 2007. Analisis Skala Perusahaan, Opini Audit, dan
Umur Perusahaan atas Audit Report Lag. Akuntabilitas, Vol. 6, No. 2,
hlm. 129-141.
Prabandari, Jean Deart Meity dan Rustiana. Beberapa Faktor Yang Berdampak
Pada Perbedaan Audit Report Lag (Studi Empiris Pada
PerusahaanPerusahaan Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Kinerja,
Vol. 11, No. 1, hlm. 27-39.
Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan
Terhadap Audit Report Lag dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan, Vol. 10, No. 1, Mei, hlm. 1-10.
Ratnawaty dan Toto Sugiharto. 2005. Audit Report Lag Pada Industri Real
Estate
dan Properti Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
Faktor Yang
Mempengaruhi. Proceeding, Seminar Nasional
PESAT. ISSN 18582559,
hlm. 288-300.
Saleh, Rachmaf. 2004. Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. SNA VII Denpasar Bali,
hlm. 897-913.
Santoso, Singgih. 2000. SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Gramedia.
Soetedjo, Soegeng. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag.
Ventura, Vol. 9, No. 2, hlm. 77-92.
Subekti, Imam dan Novi Wulandari W. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Audit Report Lag di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII,
Denpasar-Bali, hlm. 991-1001.
Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Report Lag Kajian Empiris di
Bursa Efek Indonesia. Bulletin Penelitian, No. 9, hlm. 19-31.
61
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
62
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 63-78
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH SIZE, PROFITABILITY, GROWTH OPPORTUNITY,
COMPENSATIONS PROGRAM FOR EXECUTIVE MANAGER,
BUSINESS RISK DAN PAYMENT OF DIVIDENDS
TERHADAP LEVERAGE PADA CONSUMER
GOODS INDUSTRY
MAHMUDIN MUSLIM
[email protected]
Abstract: The objective of this research is to test and analyze the effect of
company size, profitability, growth opportunity, compensations program for
executive manager, business risk and payment of dividends to leverage.
Object of this research is consumer goods industry listed in Indonesian Stock
Exchange from period 2008 until 2012. There are 13 companies suitable with
the criterias and took as samples. The samples of this research collected
using purposive sampling. The resource data are taken from factbook which is
took from Indonesian Stock Exchange website. The statistical method used in
this research is multiple regression. Results of this research indicated that
only size and growth opportunity that have influence to leverage, whereas
the other factors such as profitabilty, compensations program for executive
manager, business risk and payment of dividends have no influence on
leverage.
Keywords:
Size, Profitability, Growth Opportunity, Compensations Program
for Executive Manager, Business Risk, Payment of Dividends, and
Leverage
PENDAHULUAN
maupun jasa. Menurut Lang, Ofek,
dan Stulz (1996) dalam Hovakimian
dan Titman (2006) dengan melihat
hutang perusahaan, perusahaan
yang memiliki tingkat hutang yang
tinggi
cenderung
sulit
untuk
mengakses
sumber
pendanaan
eksternal
dan
sebaliknya
perusahaan yang memiliki tingkat
hutang yang rendah cenderung
lebih mudah untuk mengakses
sumber pendanaan eksternal.
Sekarang
ini
persaingan
antara perusahaan – perusahaan
domestik maupun asing semakin
berkembang
ke
arah
untuk
memperoleh pangsa pasar. Semakin
besar sebuah perusahaan, maka
semakin
tinggi
pula
hutang
perusahaan.
Hampir
semua
perusahaan memiliki hutang dalam
menjalankan
usahanya,
baik
perusahaan di bidang manufaktur
63
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
64
November 2012
Menurut
Khalid
Alkhatib
(2012, 79), leverage mengacu pada
sejauh
mana
perusahaan
memanfaatkan
pinjaman
uang
mereka (pembiayaan hutang) untuk
meningkatkan
profitabilitas.
Perusahaan
yang
meminjam
sejumlah besar uang selama resesi
bisnis lebih cenderung kepada
kegagalan untuk membayar hutang
pada saat jatuh tempo, mereka
akan berakhir dengan leverage yang
tinggi dan lebih mungkin berakhir
dengan
potensi
risiko
kebangkrutan. Sebaliknya, semakin
rendah pinjaman perusahaan, maka
risiko kebangkrutan akhirnya akan
lebih rendah yang berarti bisnis
yang akan terus beroperasi.
KERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Perumusan Masalah Penelitian:
1. Apakah terdapat pengaruh size
terhadap leverage ?
2. Apakah
terdapat
pengaruh
profitability terhadap leverage ?
3. Apakah
terdapat
pengaruh
growth opportunity terhadap
leverage ?
4. Apakah
terdapat
pengaruh
compensation
program
for
executive managers terhadap
leverage ?
5. Apakah
terdapat
pengaruh
business risk terhadap leverage ?
6. Apakah
terdapat
pengaruh
payment of dividends terhadap
leverage ?
7. Apakah terdapat pengaruh size,
profitability,
growth
opportunity,
compensations
program for executive manager,
business risk dan payment of
dividends terhadap leverage ?
Pecking Order Theory
Teori pecking order dikenalkan
pertama kali oleh Donaldson (1961)
dan dilakukan penyesuaian oleh
Myers dan Majluf (1984). Menurut
Myres (1984) dalam Copeland et al.
(2005, 602) perusahaan lebih
menyukai penggunaan pendanaan
dari modal internal, yakni dana
yang berasal dari aliran kas (liquid
assets), laba ditahan (retained
earning), dan depresiasi dari pada
penggunaan dana eksternal. Urutan
pengunaan
sumber
pendanaan
dengan mengacu pada pecking
order theory adalah: internal fund
(dana internal), debt (hutang), dan
equity (modal sendiri).
Agency Theory
Teori keagenan yang dikemukakan
oleh Jensen dan Meckling (1976)
dalam Godfrey et al. (2010, 362)
menyebutkan bahwa manajemen
merupakan agen dari pemegang
saham sebagai pemilik perusahaan.
Para pemegang saham berharap
agen
akan
bertindak
untuk
kepentingan
pemegang
saham
sehingga mereka mendelegasikan
wewenang kepada agen. Untuk
dapat
melaksanakan
fungsinya
dengan baik, manajemen harus
diberikan insentif dan pengawasan
yang memadai.
Leverage
Menurut Sjahrial (2009, 147)
leverage adalah penggunaan aktiva
dan sumber dana oleh perusahaan
yang memiliki biaya tetap (beban
tetap) berarti sumber dana yang
berasal dari pinjaman karena
memiliki bunga sebagai beban tetap
dengan maksud agar meningkatkan
ISSN: 1410 -9875
keuntungan
saham.
potensial
Mahmudin Muslim
pemegang
mempertahankan bakat terbaik
yang tersedia (Mondy 2008, 242).
Size
Ukuran
perusahaan
(size)
merupakan
indikator
yang
ditunjukkan seberapa besar suatu
perusahaan
memiliki
kekayaan
(assets) yang dimanfaatkan untuk
menjalankan usaha, tetapi juga
bisa ditunjukkan oleh kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan
pendapatan penjualan, maupun
indikator - indikator lainnya (Syafi’i
2011, 9).
Business Risk
Menurut Gitman (2009, 504) resiko
bisnis merupakan resiko mengenai
kemampuan perusahaan dalam
memenuhi biaya operasionalnya
berbeda dengan resiko keuangan
dimana
resiko
mengenai
kemampuan
perusahaan dalam
memenuhi kewajiban keuangannya
seperti bunga, sewa, dan dividen.
Profitability
Pengukuran tingkat profitabilitas
dapat
dilakukan
dengan
membandingkan tingkat return on
investment yang diharapkan dengan
tingkat return yang diminta para
investor
dalam
pasar
modal
(Tampubolon 2013, 43).
Payment of Dividends
Saham tentunya memiliki imbalan
bagi para pemegang saham, yang
dibagikan
setiap
tahun
oleh
perusahaan yang disebut dividen.
“Dividend is periodic distribution
of earning to the stockholder firm”
(Gitman 2006, 6).
METODE PENELITIAN
Growth Opportunity
Menurut Syafi’i (2011, 7), growth
opportunity
mengindikasikan
adanya kemampuan perusahaan
untuk berkembang dimasa depan
dengan memanfaatkan peluang
investasi
sehingga
dapat
meningkatkan nilai perusahaan.
Suatu perusahaan yang berada
dalam pertumbuhan yang tinggi
harus menyediakan modal yang
cukup untuk mendanai kegiatan
operasionalnya.
Compensation
Program
for
Executive Managers
Keterampilan
eksekutif
sangat
menentukan suatu perusahaan akan
makmur, bertahan, atau gagal.
Program
perusahaan
untuk
kompensasi eksekutif merupakan
faktor penting dalam menarik dan
Bentuk penelitian
ini
adalah
kausalitas, dimana desain kausal
berguna
untuk
menganalisis
hubungan-hubungan antara satu
variabel dengan variabel lainnya
atau bagaimana suatu variabel
memengaruhi
variabel
lainnya
(Umar 2011, 35).
Objek
penelitian
ini
adalah
perusahaan–perusahaan
pada
consumer goods industry yang telah
terdaftar Bursa Efek Indonesia
tahun 2008-2012, maka peneliti
menggunakan
teknik
sampling
untuk mempermudah penelitian.
Pemilihan
sampel
dilakukan
berdasarkan metode
purposive
sampling, adalah teknik penentuan
sampel
dengan
pertimbangan
tertentu (Sugiyono 2007, 122).
65
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Kriteria pemilihan sampel yang
akan diteliti adalah: Perusahaan
industri pada consumer goods
industry yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia selama periode
penelitian yaitu tahun 2008 sampai
dengan
2012,
yang
telah
menerbitkan laporan keuangan
selama 5 tahun berturut-turut,
yaitu tahun 2008 sampai dengan
2012, laporan keuangan harus
dalam satuan Rupiah (Rp), yang
selalu memiliki laba yang posiif,
serta memiliki data yang lengkap
selama periode penelitian untuk
faktor-faktor yang diteliti, yaitu
leverage, size, profitability, growth
opportunity, payment of dividends,
compensations
program
for
executive manager,business risk
dan payment of dividends, yaitu
pada tahun 2008-2012.
Variabel Dependen
Leverage.
Perbedaan
antara
leverage operasi dan leverage
keuangan adalah, leverage operasi
menggambarkan struktur biaya
pemisahan yang dikaitkan dengan
keputusan
manajemen
dalam
menentukan
kombinasi
aset
perusahaan sedangkan leverage
keuangan menggambarkan tingkat
sumber dana utang dalam struktur
modal perusahaan (Viandgo, 2013,
2). Skala yang digunakan adalah
skala rasio dan menurut Juca et al.
(2012, 16) rumus yang digunakan
adalah :
�������� � 1 �
����� ������
����� �����
Variabel Independen
Ukuran
perusahaan
dalam
penelitian ini dinyatakan dengan
total aktiva, maka semakin besar
semakin
besar
total
aktiva
66
November 2012
perusahaan maka akan semakin
besar pula ukuran perusahaan itu.
Semakin besar aktiva maka semakin
banyak modal yang ditanam. Skala
yang digunakan adalah skala rasio
dan menurut Juca et al. (2012, 16)
rumus yang digunakan adalah :
���� � �� ������ ������
Profitabilitas
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan laba dalam suatu
periode tertentu. (Handayani dan
Seftianne 2011, 49). Skala yang
digunakan adalah skala rasio dan
menurut Ashraf dan Rasool (2013,
76) rumus yang digunakan adalah :
����
������������� �
����� �����
Growth Opportunity. Perusahaan
yang dengan peluang bertumbuh
yang besar cenderung lebih banyak
menggunakan
hutang
untuk
membiayai kegiatan operasionalnya
dibandingkan
perusahaan
yang
bertumbuh secara lambat. Skala
yang digunakan adalah skala rasio
dan
menurut
Seftianne
dan
Handayani et al. (2011, 50) rumus
yang digunakan adalah :
������ ����������� �
������ �����
���� �����
Kompensasi eksekutif merupakan
fasilitas
yang
diberikan
bagi
eksekutif dan jajaran pengambil
keputusan sebagai insentif dan
kompensasi yang seimbang atas
kesempatan
yang
diberikan
eksekutif kepada perusahaan. Skala
yang digunakan adalah skala rasio
dan menurut Juca et al. (2012, 16)
rumus yang digunakan adalah :
COMP = Ln (COMP)
Dimana:
COMP : Compensation of executive
managers
=
kompensasi
ISSN: 1410 -9875
dewan direksi + kompensasi
dewan komisaris
Business Risk. Menurut Gitman
(2009, 229) resiko bisnis merupakan
resiko dari perusahaan saat tidak
mampu
menutupi
biaya
operasionalnya dan dipengaruhi
oleh stabilitas pendapatan dan
biaya. Skala yang digunakan adalah
skala rasio dan menurut Viandgo
(2013, 3) rumus yang digunakan
adalah :
����
�������� ���� � �
�����
Payment of Dividends. Dividen
merupakan
pembagian
hasil
perusahaan
kepada
pemegang
saham dimana dividen diberikan
setelah mendapatkan persetujuan
dari pemegang saham dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
Skala yang digunakan adalah skala
rasio dan menurut Juca et al.
(2012, 16) rumus yang digunakan
adalah :
������� �� ��������
�������� ��� �����
�
����� �����
HASIL PENELITIAN
Hipotesis dalam penelitian ini diuji
dengan menggunakan regresi linier
berganda dengan menggunakan
program
eviews7.
Persamaan
regresi berganda yang digunakan
adalah:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4
+ β5X5 + β6X6+ ε
dimana:
Y
Leverage,
X1
Size,
X2
Profitability,
X3
Growth
Opportunity,
X4 Compensation
program for executive managers,
X5 Business Risk, X6 Payment of
Mahmudin Muslim
Dividends, ε Prediksi Kesalahan
(Error).
Koefisien korelasi (R) menunjukkan
seberapa
kuat
atau
lemah
hubungan antara variabel bebas
dan variabel terikat. Analisis
koefisien korelasi dilakukan untuk
melihat hubungan tersebut. Nilai +1
menunjukkan hubungan positif yang
sempurna, nilai 0 menunjukkan
tidak adanya hubungan antar dua
variabel tersebut dan nilai -1
menunjukkan hubungan negatif
yang sempurna atau hubungan yang
berbanding terbalik (Hair et al.
2010).
Koefisien
determinasi
(R2)
digunakan untuk mengukur proporsi
varians dari variabel dependen yang
dapat dijelaskan oleh variabel
independen, sedangkan analisis
adjusted R2 dilakukan untuk melihat
perbandingan antara persamaan
atas variabel-variabel bebas yang
berbeda angka, ukuran sampel yang
dibedakan ataupun keduanya (Hair
et al. 2010).
Pada uji t dilakukan untuk melihat
apakah
variabel
independen
berpengaruh
signifikan
secara
individu
terhadap
variabel
dependen dengan koefisien regresi
secara parsial. Pada uji F dilakukan
untuk melihat keakuratan dari
variabel-variabel yang terdapat
dalam persamaan regresi, serta
untuk melihat pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat
(Hair et al. 2010).
Jumlah keseluruhan perusahaan
consumer goods industry yang
terdaftar di BEI selama periode
2008-2012 adalah 30 perusahaan.
Terdapat 29 perusahaan yang
menerbitkan laporan keuangan
serta menggunakan mata uang
rupiah, sedangkan 1 perusahaan
tidak memiliki laporan keuangan
67
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
selama periode 2008-2012. Ada 4
perusahaan yang tidak memiliki
income
positif
pada
periode
tertentu dalam 5 tahun, dan 10
perusahaan yang tidak membagikan
dividen selama periode penelitian,
serta terdapat 2 perusahaan yang
tidak memiliki data yang jelas
tentang pembagian kompensasi
dewan komisaris dan dewan direksi
November 2012
sehingga dikeluarkan dari sampel.
Total perusahaan yang memenuhi
syarat untuk dijadikan sampel
dalam
penelitian
yaitu
13
perusahaan.
Periode
yang
digunakan dalam penelitian adalah
2008-2012 (5 tahun), sehingga total
data dalam penelitian ini adalah 65
data.
Hasil penelitian statistik deskriptif terlihat pada tabel berikut :
Tabel 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel
Leverage
Size
Profitability
Growth_Opp
COMP
Business Risk
Dividends
N
65
65
65
65
65
65
65
Mean
0.320831
28.81466
0.232547
5.113379
23.68880
0.019465
0.120307
Maksimum
0.668888
31.71404
0.563494
40.08842
27.53905
0.171420
0.406730
Minimum
0.094303
26.40931
0.070715
0.215667
21.50387
0.001910
0.009579
Deviasi Standar
0.164850
1.611106
0.150123
8.487203
1.176470
0.025026
0.131965
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan hasil uji statistik
deskriptif yang disajikan pada tabel
diatas dapat dijelaskan bahwa
leverage memiliki nilai rata-rata
(mean) sebesar
0.320831 dan
deviasi standar sebesar 0.164850.
Nilai maksimum dan nilai minimum
dari variabel leverage sebesar
0.668888 dan 0.094303, size
memiliki nilai rata-rata (mean)
sebesar
28.81466 dan deviasi
standar sebesar 1.611106. Nilai
maksimum dan nilai minimum dari
variabel size sebesar 31.71404 dan
26.40931, profitability memiliki
nilai rata-rata (mean) sebesar
0.232547 dan deviasi standar
sebesar 0.150123. Nilai maksimum
dan nilai minimum dari variabel
profitability sebesar 0.563494 dan
0.070715,
growth
opportunity
memiliki nilai rata-rata (mean)
sebesar
5.113379 dan deviasi
standar sebesar 8.487203. Nilai
maksimum dan nilai minimum dari
68
variabel
growth
opportunity
sebesar 40.08842 dan 0.215667,
compensations
program
for
executive manager memiliki nilai
rata-rata (mean) sebesar 23.68880
dan
deviasi
standar
sebesar
1.176470. Nilai maksimum dan nilai
minimum
dari
variabel
compensations
program
of
executive
manager
sebesar
27.53905 dan 21.50387, business
risk memiliki nilai rata-rata (mean)
sebesar
0.019465 dan deviasi
standar sebesar 0.025026. Nilai
maksimum dan nilai minimum dari
variabel business risk sebesar
0.171420 dan 0.001910, payment of
dividends memiliki nilai rata-rata
(mean) sebesar
0.120307 dan
deviasi standar sebesar 0.131965.
Nilai maksimum dan nilai minimum
dari variabel payment of dividends
sebesar 0.406730 dan 0.009579
pada periode 2008-2012.
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Pengujian Asumsi Klasik
Pemilihan Model Data Panel
Tabel 2
Hasil Uji Hausman Random Effect Test
Chi-Sq.
Prob.
Test
Chi-Sq. Statistic
d.f.
Summary
Cross-section
9.230457
6
0.1610
random
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7
Ho : Model Random Effect
Ha : Model Fixed Effect
Berdasarkan hasil Uji Hausman pada
tabel diatas Berdasarkan tabel 4.4
dapat diperoleh nilai signifikasi
Random Effect adalah 9.230457,
sedangkan nilai kritis pada tabel
chi-square sebesar 12.592 dengan �
0.05 dan degree of freedom (df)
sebesar
6.
Sehingga
dapat
disimpulkan nilai F hitung < nilai F
tabel, dengan demikian hipotesis
nol tidak dapat ditolak. Nilai pvalue 0.1610 lebih besar dari α 5%,
maka kesimpulannya adalah Ho
tidak dapat ditolak, artinya model
random effect yang digunakan
dalam penelitian.
Uji Normalitas
Tabel 3
Hasil Uji Normalitas
Skewness
0.409246
1.949497
Kurtosis
4.803187
Jarque-Bera
0.090573
Probability
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat nilai skewness sebesar
0.409246, dan nilai kurtosis sebesar
1.949497 mendekati karakteristik
distribusi normal yaitu skewness
sebesar 0 dan kurtosis sebesar 3.
Nilai Jarque-Bera sebesar 4.803187
lebih kecil dari nilai chi-square
dengan alpha sebesar 0.05 dan df
(2) sebesar 5,99.
Cara lain yaitu dengan melihat nilai
p-value:
Ho : data berdistribusi normal
Ha : data tidak berdistribusi normal
Nilai p-value yang ditampilkan pada
tabel diatas adalah 0.090573 lebih
besar dari alpha 0.05, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho tidak dapat
ditolak, dan data berdistribusi
normal.
Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat menjadi
masalah dalam model regresi
apabila nilai koefisien korelasi
antara dua variabel independen
diatas 0.85 (Widarjono 2013, 104).
Dapat disimpulkan bahwa data yang
baik digunakan adalah data yang
tidak
mengandung
multikolinearitas, yaitu apabila
korelasi
antara
dua
variabel
independen yang kurang dari 0.85.
Berikut
merupakan
hasil
uji
multikolineritas:
69
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Tabel 4
Hasil Uji Korelasi Variabel Independen
SIZE
PROFIT
GROWTH
COMP
B_RISK
DIVIDEN
SIZE
1.00000
0
0.07862
1
0.33692
4
0.70169
0
0.311971
0.06456
6
PROFIT
0.07862
1
1.00000
0
0.67765
1
0.18149
5
0.18830
7
0.94740
4
GROWTH
0.336924
0.677651
1.000000
0.235397
-0.212967
0.702081
COMP
0.70169
0
0.18149
5
0.23539
7
1.00000
0
0.205517
0.09182
5
B_RISK
0.311971
0.18830
7
0.212967
0.205517
1.00000
0
0.14430
6
DIVIDEN
0.06456
6
0.94740
4
0.70208
1
0.09182
5
0.14430
6
1.00000
0
Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7.
Dari tabel diatas dapat dilihat
bahwa terdapat korelasi yang tinggi
antara
profitabilitas
terhadap
pembagian dividen yaitu sebesar
0.947404 atau lebih besar daripada
0.85 sehingga dalam model terjadi
masalah multikolinearitas.
Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi apakah terjadi
heteroskedastisitas atau
tidak,
dilakukan uji Glejser. Kriteria yang
digunakan
adalah
apabila
probability < 0.05, maka terjadi
heteroskedastisitas dan sebaliknya.
Berikut adalah tabel hasil uji
Glejser :
Tabel 5
Hasil Uji Glejser
Variable
Coefficien
t
Std.
Error
tStatistic
C
-0.431717
0.212908
2.027718
1.742232
0.711399
1.371105
0.495923
0.020486
1.041063
SIZE
PROFIT
GROWTH
0.014346 0.008234
0.125164 0.175941
-0.002129 0.001553
COMP
B_RISK
0.004130 0.008328
-0.006111 0.298318
DIVIDEND
-0.199979
0.192091
Prob.
0.0472
0.0868
0.4797
0.1756
0.6218
0.9837
0.3022
Sumber : Hasil Pengolahan Data Eviews 7
Berdasarkan tabel diatas
dilihat
hasil
daripada
70
dapat
nilai
probability masing-masing variabel,
variabel size memiliki nilai p-value
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
sebesar
0.0868,
variabel
profitability memiliki nilai p-value
sebesar 0.4797, variabel growth
opportunity memiliki nilai p-value
sebesar
0.1756,
variabel
compensations
program
for
executive manager memiliki nilai pvalue sebesar 0.6218, variabel
business risk memiliki nilai p-value
sebesar 0.9837, variabel payment
of dividends memiliki p-value
sebesar 0.3022. Nilai p-value
masing-masing variabel independen
adalah lebih besar dari 0.05 (α 5%),
sehingga model regresi terbebas
dari heteroskedastisitas.
Uji Autokorelasi
Uji Durbin-Watson digunakan untuk
mengetahui
apakah
terdapat
autokorelasi atau tidak dalam
model regresi dengan melihat nilai
Durbin-Watson pada tabel berikut:
Tabel 6
Hasil Uji Durbin-Watson
1.072702
Durbin-Watson stat
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Berdasarkan tabel diatas dapat
diperoleh
nilai
Durbin-Watson
adalah sebesar 1.072702. Dengan
jumlah observasi data sebanyak 65
data dan variabel independen
Autokorelasi
Positif
Indecision
0
1.4043
DW = 1.072702
TidakTerdapat
Autokorelasi
1.8046
sebanyak 6 variabel, maka dapat
diperoleh nilai dL 1.4043 dan dU
1.8046. Kesimpulan dari uji DurbinWatson dapat dilihat pada gambar
berikut:
TidakTerdapat
Autokorelasi
2
Indecision
2.1954
Autokorelasi
Negatif
2.5957
4
Gambar 1
Uji Durbin-Watson
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa
nilai Durbin-Watson terletak pada
wilayah dengan autokorelasi positif.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa
terjadi autokorelasi dalam model
penelitian.
Regresi Linier Berganda
LEV = - 0.786557 + 0.055527 SIZE +
0.092631 PROFIT + 0.005871
GROWTH - 0.020427 COMP +
0.364546
B_RISK
0.559870
DIVIDEND + e
Arti dari persamaan diatas adalah:
1. β0 = ‐ 0.786557 artinya jika nilai
variabel
size,
profitability,
growth
opportunity,
compensation
of
executive
managers, business risk, dan
payment dividends adalah 0,
maka variabel leverage akan
bernilai - 0.786557.
2. β1 = 0.055527 artinya
jika
nilai variabel size naik sebesar
satu satuan, maka variabel
leverage
akan
mengalami
71
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
3.
4.
5.
6.
72
peningkatan sebesar 0.055527,
dengan syarat variabel lainnya
seperti profitability, growth
opportunity, compensation of
executive managers, business
risk dan payment of dividends
konstan.
β2 = 0.092631 artinya
jika
nilai variabel profitability naik
sebesar satu satuan, maka
variabel
leverage
akan
mengalami peningkatan sebesar
0.092631,
dengan
syarat
variabel lainnya seperti size,
growth
opportunity,
compensation
of
executive
managers, business risk dan
payment of dividends konstan.
β3 = 0.005871 artinya
jika
nilai
variabel
growth
opportunity naik sebesar satu
satuan, maka variabel leverage
akan mengalami peningkatan
sebesar 0.005871, dengan syarat
variabel lainnya seperti size,
profitability, compensation of
executive managers, business
risk dan payment of dividends
konstan.
β4 = ‐0.020427 artinya jika nilai
variabel
compensation
of
executive
managers
naik
sebesar satu satuan, maka
variabel
leverage
akan
mengalami penurunan sebesar
0.020427,
dengan
syarat
variabel lainnya seperti size,
profitability,
growth
opportunity, business risk dan
payment of dividends konstan.
β5 = 0.364546 artinya
jika
nilai variabel business risk naik
sebesar satu satuan, maka
variabel
leverage
akan
mengalami peningkatan sebesar
0.364546,
dengan
syarat
variabel lainnya seperti size,
profitability,
growth
November 2012
opportunity, compensation of
executive
managers
dan
payment of dividends konstan.
7. β6 = ‐0.559870 artinya jika nilai
variabel payment of dividends
naik sebesar satu satuan, maka
variabel
leverage
akan
mengalami penurunan sebesar
0.559870,
dengan
syarat
variabel lainnya seperti size,
profitability,
growth
opportunity, compensation of
executive
managers
dan
business risk konstan.
Pengujian Hipotesis
Uji t
Hipotesis 1
Nilai probabilitas sebesar 0.0008,
dimana lebih kecil daripada nilai
alpha
0.05
sehingga
didapat
kesimpulan
bahwa
terdapat
pengaruh size terhadap leverage
pada consumer goods industry yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2008-2012.
Hipotesis 2
Nilai probabilitas sebesar 0.4719,
dimana lebih besar daripada nilai
alpha
0.05
sehingga
didapat
kesimpulan bahwa tidak terdapat
pengaruh profitability terhadap
leverage pada consumer goods
industry yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2008-2012.
Hipotesis 3
Nilai probabilitas sebesar 0.0038,
dimana lebih kecil daripada nilai
alpha
0.05
sehingga
didapat
kesimpulan
bahwa
terdapat
pengaruh
growth
opportunity
terhadap leverage pada consumer
goods industry yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 20082012.
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Hipotesis 4
Nilai probabilitas sebesar 0.1732,
dimana lebih besar daripada nilai
alpha
0.05
sehingga
didapat
kesimpulan bahwa tidak terdapat
pengaruh compensation program
for executive managers terhadap
leverage pada consumer goods
industry yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2008-2012.
Hipotesis 5
Nilai probabilitas sebesar 0.6300,
dimana lebih besar daripada nilai
alpha
0.05
sehingga
didapat
kesimpulan bahwa tidak terdapat
pengaruh business risk terhadap
leverage pada consumer goods
industry yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2008-2012.
Hipotesis 6
Nilai probabilitas sebesar 0.2536,
dimana lebih besar daripada nilai
alpha
0.05
sehingga
didapat
kesimpulan bahwa tidak terdapat
pengaruh payment of dividends
terhadap leverage pada consumer
goods industry yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 20082012.
Uji F
Hasil uji secara simultan pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel dependen pada penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Tabel 7
Hasil Analisa Uji F
Variable
C
Coefficien
t
Std.
Error
fStatistic
-0.786557 0.547061
1.437787
2.813766
0.439419
3.007195
2.461415
1.251206
2.664827
SIZE
PROFIT
GROWTH
COMP
0.055527
0.092631
0.005871
-0.020427
B_RISK
DIVIDEND
0.364546 0.291356
-0.559870 0.210096
Hasil ini didukung oleh probabilitas
F statistik sebesar 0.000153,
dimana lebih kecil dari alpha 0.05
sehingga dapat kesimpulan bahwa
size,
profitability,
growth
opportunity,
compensation
program for executive managers,
0.019734
0.210804
0.001952
0.008299
Prob.
0.1559
0.0067
0.6620
0.0039
0.0168
0.2159
0.0100
business risk, dan payment of
dividends
berpengaruh
secara
simultan terhadap leverage pada
consumer goods industry
yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2008-2012.
73
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Tabel 8
Hasil Uji Koefisien Determinasi H7
R
0.601199
R-squared
0.361440
Adj. R-squared 0.295383
2.
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7
Pada tabel 4.22 menunjukkan nilai
koefisien korelasi (R) sebesar
0.601199 artinya hubungan antara
leverage sebagai variabel dependen
dengan variabel independen yaitu
size,
profitability,
growth
opportunity,
compensation
program for executive managers,
business risk, dan payment of
dividends adalah kuat dan positif
karena nilai R berada diantara 0,50
– 0,75. Besarnya nilai koefisien
determinasi (R2) yang nilainya
diambil dari adjusted R-squared
adalah sebesar 0.295383 atau
sebesar 29.54% variasi variabel
dependen yaitu leverage dapat
dijelaskan oleh variasi variabel
independen
yaitu
size,
profitability, growth opportunity,
compensation
program
for
executive managers, business risk,
dan payment of dividends dan
sisanya 70.46% dijelaskan oleh
variasi variabel lain yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
3.
4.
5.
PENUTUP
Hasil analisis yang telah dilakukan
pada bab sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan seperti dibawah ini:
1. Size
berpengaruh
terhadap
leverage. Hasil penelitian ini
konsisten
dengan
hasil
penelitian yang dilakukan Juca
et al. (2012), Ashraf dan Rasool
74
6.
November 2012
(2013), Erkaningrum (2008),
Aprilia (2012). Hasil penelitian
ini tidak konsisten dengan
penelitian
yang
dilakukan
Hossain dan Ali (2012).
Profitability tidak berpengaruh
terhadap
leverage.
Hasil
penelitian
ini
konsisten
terhadap hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ashraf dan
Rasool (2013), Al-ajmi et al.
(2009). Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan penelitian
yang dilakukan Juca et al.
(2012), Erkaningrum (2008),
Aprilia (2012), Hossain & Ali
(2012).
Growth opportuniy berpengaruh
terhadap
leverage.
Hasil
penelitian ini konsisten dengan
hasil penelitian yang dilakukan
oleh Juca et al. (2012), Ashraf
dan Rasool (2013), Aprilia
(2012), Hossain & Ali (2012).
Hasil
penelitian
ini
tidak
konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Al-ajmi et
al. (2009).
Compensation
program
for
executive
managers
tidak
berpengaruh terhadap leverage.
Hasil ini tidak konsisten dengan
penelitian Juca et al. (2012).
Business risk tidak berpengaruh
terhadap
leverage.
Hasil
penelitian
ini
konsisten
terhadap hasil penelitian yang
dilakukan oleh Ashraf dan
Rasool (2013), Al-ajmi et al.
(2009). Hasil penelitian ini tidak
konsisten dengan penelitian
yang dilakukan oleh Juca et al.
(2012).
Payment of dividend tidak
berpengaruh terhadap leverage.
Hasil penelitian ini konsisten
dengan Juca et al. (2012) dan
Hossain & Ali (2012). Hasil
ISSN: 1410 -9875
penelitian ini tidak konsisten
terhadap
hasil
penelitian
Erkaningrum (2008), serta Alajmi et al. (2009).
7. Size,
profitability,
growth
opportunity,
compensations
program for executive manager,
business risk, dan payment of
dividends berpengaruh secara
bersama – sama terhadap
leverage.
Hal yang menjadi keterbatasan bagi
peneliti dalam penelitian ini
adalah:
1. Dalam penelitian ini hanya
menggunakan
perusahaan
subsektor
manufaktur
yakni
consumer goods industry sebagai
obyek penelitiannya, sehingga
obyek penelitian dirasa belum
mencakup keseluruhan jenis
perusahaan yang ada.
2. Dalam penelitian ini hanya
menggunakan
6
variabel
sementara
masih
banyak
variabel-variabel lain yang dapat
mempengaruhi leverage suatu
perusahaan.
3. Penelitian ini hanya mengambil
sampel selama lima tahun yaitu
Mahmudin Muslim
dari tahun 2008 sampai dengan
tahun 2012 yang mungkin kurang
mencerminkan keadaan jangka
panjang.
Rekomendasi
peneliti
untuk
penelitian
selanjutnya
adalah
sebagai berikut:
1. Menggunakan objek penelitan
lain yang lebih luas untuk
menghasilkan sampel yang lebih
banyak.
2. Melakukan
penambahan
variabel lainnya yang mungkin
turut mempengaruhi leverage
seperti firm value, karena
suatu nilai perusahaan dapat
dilihat dari seberapa banyak
perusahaan
menggunakan
hutang dan ekuitas.
3. Memperpanjang
periode
penelitian agar sampel yang
didapat mungkin lebih banyak
walaupun objek yang didapat
sedikit,
daripada
sampel
dengan objek yang banyak
tetapi
periode
penelitian
terbatas.
REFERENSI
Al-ajmi, Jasim, Hameeda Abo Hussain, and Nadhem Al-Saleh. 2009. Decisions
on capital structure in a Zakat environment with prohibition of riba:
The case of Saudi Arabia. Journal of Risk Finance, Vol. 10 Iss: 5,
Hlm.460 – 476.
Alichia, Yashinta P. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan
Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit
Going Concern (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi, Vol.1, No.1 (2013): Seri
G-Articles.
Alkhatib, Khalid. 2012. The Determinants of Leverage of Listed Companies.
International Journal of Business and Social Science. Vol. 3 No. 24
Special Issue – December 2012.
75
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Aprilia, Rini. 2012. The Joint Determination of Leverage and Maturity:
Empirical Evidence from Malaysia. Jurnal Ilmiah STIE MD, Vol. 2 No.1,
September 2012, Hlm. 1-16.
Ashraf, Tanveer, and Safdar Rasool. 2013. Determinants of Leverage of
Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing
Packing Order Theory. Journal of Business Studies Quarterly, Vol. 4,
No. 3.
Copeland, Thomas E., J. Fred Weston, and Kuldeep Shastri. 2005. Financial
Theory and Corporate Policy. Fourth Edition. USA: Pearson Education
Inc.
Diaz, Marcela, dan Vitriyan Espa. 2008. Bentuk dan Komponen Penentu
Kompensasi Eksekutif. TEMA, Vol. 9, No. 1, Maret 2008.
Erkaningrum F, Indri. 2008. Factor – Faktor Penentu Financial Leverage dalam
Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Analisis, Vol. 01, No.02,
Mei 2008, Hlm. 164.
Furi, Vina Ratna, dan Saifudin. 2012. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Tahun 2009-2010). Juraksi, Vol.1 No.2, Februari 2012.
Gitman, Lawrence J. 2006. Principles of Managerial Finance. Eleventh
Edition. USA: Lawrence J. Gitman.
Gitman, Lawrence J. 2009. Principles of Managerial Finance. Twelfth Edition.
USA: Lawrence J. Gitman.
Gitman, Lawrence J., and Chad J Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. Global Edition. USA: Pearson Education Limited.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes.
2010. Accounting Theory. Seventh Edition. Australian: John Wiley &
Sons Australia, Ltd.
Hair, Joseph F. Jr., William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson.
2010. Multivariate Data Analysis. Seventh Edition. USA: Pearson
Education.
Handayani, R., dan Seftianne. 2011. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis
dan Akuntansi, Vol. 13, No. 1, April 2011, Hlm. 39-56.
Hossain, Faruk, and Ayub Ali. 2012. Impact of Firm Specific Factors on Capital
Structure Decision: An Empirical Study of Bangladeshi Companies.
International Journal of Business Research and Management
(IJBRM),Vol. 3, No. 4.
Hovakimian, Gayane, and Sheridan Titman. 2006. Corporate Investment with
Financial Constraints: Sensitivity of Investment to Funds from
Voluntary Asset Sales. Journal of Money, Credit, and Banking, Vol. 38,
No. 2 (March 2006).
IDX Fact Book 2005-2012. Jakarta: Indonesia Stock Exchange.
Joni dan Lina. 2010. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2, Agustus 2010, Hlm. 81-96.
Juca, Michele Nascimento, Almir Ferreira de Sousa, and Albert Fishlow. 2012.
Capital Structure Determinant’s of North American Banks and the
Compensation Executive Program-An Empiric Study on the Actual
76
ISSN: 1410 -9875
Mahmudin Muslim
Systemic Crisis. International Journal of Business and Management,
Vol. 7, No. 17, September 2012.
Junaidi. (2010). Tabel – Tabel Statistik Lengkap. (Online). Tersedia:
http://iespfeunja.wordpress.com/2010/06/10/download-tabel-tabelstatistik-lengkap/. (8 Juni 2014).
Koh, Annie, Ser Keng Ang, Eugene F. Brigham, and Michael C, Ehrhardt. 2014.
Financial Management: Theory and Practice. An Asia Edition.
Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd.
Martinis, Yamin. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung
Persada.
(http://pustakahidayah.co.id/buku-pendidikan/bukuparadigma-baru-pembelajaran-martinis-yamin)
Mondy, R. Wayne. 2008. Human Resource Management. USA: Pearson
Education International.
Prabansari, Yuke & Hadri kusuma. 2005. Faktor - Faktor yang mempengaruhi
Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang terdaftar di
Bursa Efek Jakarta. Sinergi, Edisi Khusus On Finace: hlm. 1-15.
Pribadi, Anggit Satria, dan R. Joko Sampurno. 2012. Analisis Pengaruh Cash
Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return On
Asset Terhadap Dividend Payout Ratio. Diponegoro Journal of
Management, Vol. 1, No. 1, 2012, Hlm. 212-211.
Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffrey Jaffe, and Bradford D.
Jordan. 2009. Modern Financial Management. International Edition.
USA: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Sarwono, Jonathan. 2011. PASW Statistics 18 - Belajar Statistik Menjadi
Mudah
dan
Cepat.
Jakarta:
ANDI.
(http://setabasri01.blogspot.com/2011/04/uji-korelasi-pearson.html)
Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business A Skill Building Approach.
Fourth Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc.
Siagian, Sondang P., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama.
Jakarta: Bumi Aksara.
Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Ketiga. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sultera, Fatimah Karunia, Suhadak, dan Darminto. 2013. Pengaruh Aspek
Fundamental dan Resiko Bisnis terhadap Financial Leverage (Studi pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri di BEI Periode Tahun
2007-2011). Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.
Sundjaja, Ridwan S., Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi
Keempat. Jakarta: Literata Lintas Media.
Supranto, J. 2009. Statistik: Teori dan Aplikasi. Edisi Ketujuh. Jakarta:
Erlangga.
Syafi’i, Imam. 2011. Managerial Ownership, Free Cash Flow, dan Growth
Opportunity Terhadap Kebijakan Hutang. Media Mahardhika, Vol.10 no
1 September 2011.
77
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Tampubolon, Manahan P. 2005. Manajemen Keuangan (Finance Management).
Bogor: Ghalia Indonesia.
Tampubolon, Manahan P. 2013. Manajemen Keuangan (Finance Management).
Edisi Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi
Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.
Viandgo, Yuvita. 2013. Analisis Pengujian Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Risiko Bisnis, dan Tingkat Pertumbuhan Terhadap
Leverage Perusahaan. November 2013, Hlm. 1-6.
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai
Panduan Eviews. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
78
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 79-90
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
M. ARIEF EFFENDI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to analyze the influence of
managerial ownership, intellectual capital, firm size, leverage, asset growth,
dividend policy, profitability, and liquidity on firm value on non-financial
companies that listed in Indonesia Stock Exchange. The sample in this
research consits of 30 non-financial companies in Indonesia Stock Exchange
from period 2007 until 2010. Samples selected based on purposive sampling
method. This research uses multiple linear regression as the statistical
analysis method. The results of this research indicate that managerial
ownership, leverage, asset growth, dividend policy and liquidity do not have
any influence on firm value. On the other hand, intellectual capital, firm size
and profitability have influence on firm value.
Keywords: Firm Value, Managerial Ownership, Intellectual Capital, Firm Size,
Leverage, Asset Growth, Dividen Policy, Profitability and
Liquidity.
PENDAHULUAN
dari dana yang diinvestasikannya di
perusahaan.
Nilai
perusahaan
dapat
dipengaruhi oleh harga pasar
saham, keputusan keuangan seperti
keputusan investasi dan kebijakan
dividen yang diambil oleh manager
bertujuan untuk memaksimalisasi
nilai perusahaan yang selaras
dengan
memaksimalisasi
kesejahteraan
para
pemegang
saham. Kekayaan pemegang saham
menunjukkan kinerja perusahaan
yang efektif.
Berdasarkan latar belakang
tersebut maka peneliti tertarik
Pada era globalisasi ini, nilai
perusahaan menjadi salah satu
indikator
penting
dalam
menentukan keberhasilan suatu
perusahaan,
sebab
dengan
tingginya nilai perusahaan biasanya
akan
diikuti
oleh
tingginya
kemakmuran pemegang saham.
Para investor biasanya melihat nilai
perusahaan
terlebih
dahulu
sebelum
memutuskan
untuk
menanamkan
modalnya
di
perusahaan, dimana tujuan dari
investor itu untuk memperoleh laba
79
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
untuk
melakukan
penelitian
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi nilai perusahaan,
penelitian ini mengacu pada
penelitian yang dilakukan oleh
Chiung (2011). Variabel independen
yang terdapat dalam penelitian ini
adalah kepemilikan manajerial,
modal
intelektual,
ukuran
perusahaan,
leverage,
tingkat
pertumbuhan
aset,
kebijakan
dividen dan likuiditas.
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
membantu
manager
untuk
menentukan
bagaimana
cara
untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan,
serta membantu para investor
untuk mengetahui nilai perusahaan
yang
akan
menjadi
bahan
pertimbangan untuk melakukan
investasi di sebuah perusahaan.
Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat menjadi bahan referensi
untuk penelitian lebih lanjut
mengenai nilai perusahaan.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Agency Theory
Agency theory dapat dilihat
dari dua pihak, yaitu pihak prinsipal
dan agen. Pihak prinsipal adalah
para pemegang saham, sedangkan
yang disebut pihak agen adalah
manajemen atau profesional yang
bertugas mengelola perusahaan.
Pemegang saham mempercayakan
manajer
untuk
mengelola
perusahaan
agar
dapat
mengoptimalkan nilai perusahaan.
Namun
pada
kenyataannya,
terdapat masalah keagenan (agency
problem). Tujuan dari pemilik tidak
sama dengan tujuan dari para
manajer. Disaat para manajer
80
November 2012
tertarik untuk mengoptimalkan
fasilitas yang tersedia seperti gaji,
pangkat dan tunjangan, sedangkan
para pemilik lebih tertarik dalam
tingkat pengembalian (return) yang
tinggi dari modal yang ditanamkan
dalam perusahaan (Gosh 2012).
Adanya
perbedaan
kepentingan
antara
pemegang
saham
dan
manajemen
menimbulkan agency costs. Agency
costs meliputi monitoring costs,
bonding costs dan residual losses.
Monitoring cost adalah biaya yang
timbul dan ditanggung oleh para
pemegang saham untuk memonitori
perilaku manajemen, bonding cost
adalah biaya yang ditanggung oleh
manajemen untuk menetapkan dan
mematuhi
mekanisme
yang
menjamin
bahwa
manajemen
bertindak untuk kepentingan para
pemegang
saham,
sedangkan
residual loss timbul dari kenyataan
bahwa
manajemen
kadangkala
berbeda
dari
tindakan
yang
memaksimumkan
kepentingan
pemegang saham (Ahmad 2008).
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan
salah
satu
indikator
yang
memegang peranan yang sangat
penting
dalam
penentuan
efektivitas dan efisiensi perusahaan
dalam
mengelola
kegiatan
operasional perusahaan. Semakin
tinggi nilai perusahaan maka
semakin tinggi juga kemakmuran
para pemegang saham. Menurut
Fakhrudin dan Sopian (2001) dalam
Wardani
(2011),
bahwa
nilai
perusahaan sering dikaitkan dengan
harga saham. Semakin tinggi harga
saham maka semakin tinggi pula
nilai perusahaan.
Indikator yang digunakan
untuk mengukur nilai perusahaan
ISSN: 1410 -9875
yang telah banyak digunakan dalam
penelitian keuangan adalah Tobin’s
Q. Sudiyatno (2010) menyatakan
bahwa Tobin’s Q adalah indikator
untuk
mengukur
kinerja
perusahaan, yang menunjukkan
suatu proforma manajemen dalam
mengelola aktivitas perusahaan.
Nilai Tobin’s Q menggambarkan
suatu kondisi peluang investasi yang
dimiliki oleh perusahaan atau
potensi
pertumbuhan
suatu
perusahaan. Investor membutuhkan
informasi mengenai Tobin’s Q untuk
mengetahui apakah perusahaan
berada dalam kondisi tumbuh, tidak
tumbuh atau bahkan menurun.
Kepemilikan Manajerial dan Nilai
Perusahaan
Menurut
agency
theory,
kepemilikan manajerial merupakan
salah
satu
hal
yang
dapat
mengurangi
konflik
keagenan
(agency problem), karena manajer
sekaligus menjadi pemegang saham
perusahaan sehingga manajer akan
menyelaraskan
kepentingannya
dengan kepentingan para pemegang
saham. Selain itu, manajer juga
akan termotivasi meningkatkan
kinerja agar nilai perusahaan dapat
meningkat.
Peningkatan
nilai
perusahaan akan meningkatkan
nilai pasar saham perusahaan yang
akan
memberikan
keuntungan
dalam bentuk dividen baik kepada
pihak prinsipal maupun para
manajer yang sekaligus merupakan
pemegang saham. Dalam laporan
keuangan, kepemilikan manajerial
dapat
dilihat
dari
besarnya
persentasi
kepemilikan
saham
perusahaan oleh anggota direksi,
dewan komisaris dan para manajer.
manajerial
Ha1: Kepemilikan
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
M. Arief Effendi
Modal
Intelektual
dan
Nilai
Perusahaan
Perusahaan
harus
dapat
mengelola sumber daya dengan
baik agar dapat menciptakan value
added bagi perusahaan demi
kepentingan para pemegang saham.
Tseng dan Goo (2005) dalam Chiung
(2011)
meneliti
bagaimana
mengaplikasikan
konsep
modal
intelektual untuk menciptakan nilai
perusahaan. Konsep tersebutterdiri
atas: (1) human capital yang
mengacu
kepada
kemampuan
pribadi,
pengetahuan
dan
pengalaman yang dimiliki oleh
semua karyawan yang ada di
perusahaan; (2)
organizational
capital
(CE)
adalah
suatu
lingkungan yang diciptakan oleh
perusahaan untuk mengelola dan
menghasilkan pengetahuan secara
efektif, meliputi sistem informasi,
proses bisnis dan budaya organisasi;
(3)
innovation
capital
(RD)
didefinisikan sebagai kemampuan
untuk menciptakan pengetahuan
yang baru dari pengetahuan yang
sudah ada sebelumnya, meliputi
kemampuan
perusahaan
untuk
menciptakan produk baru serta ideide
yang
kreatif,
dan
(4)
relationship capital (ME) mengacu
pada pemahaman yang dimiliki
dalam bidang pemasaran, hubungan
yang dimiliki oleh perusahaan
dengan pihak luar serta kepuasaan
pelanggan dan cara untuk membuat
pelanggan
loyal
terhadap
perusahaan.
intelektual
yang
Ha2: Modal
diproksikan
oleh
capital
expenditure
berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
intelektual
yang
Ha3: Modal
diproksikan oleh marketing
81
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
expenditure
berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Ukuran Perusahaan dan Nilai
Perusahaan
Perusahaan yang berukuran
besar
cenderung
mengenakan
tingkat biaya yang berhubungan
dengan hutang yang lebih kecil
dibandingkan perusahaan kecil.
Pada umumnya, perusahaan yang
memiliki
ukuran
besar
menunjukkan
daya
saing
perusahaan yang lebih tinggi
dibanding
pesaing
utamanya.
Perusahaan yang berukuran besar
memiliki risiko yang lebih rendah
apabila
dibandingkan
dengan
perusahaan yang lebih kecil, karena
perusahaan
besar
memiliki
pengalaman untuk menghadapi
persaingan ekonomi. Selain itu,
ukuran perusahaan juga turut
meningkatkan
kepercayaan
investor, karena semakin besar
ukuran perusahaan, berarti semakin
dikenal oleh masyarakat sehingga
dapat
meningkatkan
nilai
perusahaan.
Ha4: Ukuran
perusahaan
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Leverage dan Nilai Perusahaan
Leverage merupakan suatu
alat penting dalam pengukuran
efektivitas
penggunaaan
utang
perusahaan.
Pengambilan
keputusan mengenai leverage harus
mempertimbangkan besarnya biaya
tetap yang muncul dari hutang
berupa
bunga
yang
akan
menyebabkan
semakin
meningkatnya
leverage
dan
semakin tidak pastinya tingkat
pengembalian bagi para pemegang
saham biasa (Hermuningsih 2009).
Perusahaan
dengan
tingkat
82
November 2012
leverage yang tinggi kemungkinan
akan menghadapi strategi yang
lebih agresif dari pesaing dengan
tingkat leverage yang lebih rendah
karena timbulnya keraguan dari
pelanggan,
pekerja
maupun
pemasok
perusahaan
terhadap
kemampuan
perusahaan
untuk
bertahan di dunia bisnis (Yuyetta
2009).
berpengaruh
Ha5: Leverage
terhadap nilai perusahaan.
Tingkat Pertumbuhan Aset dan
Nilai Perusahaan
Pertumbuhan aset adalah
perubahan
baik
peningkatan
ataupun penurunan total aset yang
dimiliki
oleh
perusahaan.
Pengeluaran
investasi
yang
dilakukan
oleh
perusahaan
memberikan sinyal positif tentang
prospek perusahaan di masa yang
akan
datang,
sehingga
meningkatkan harga saham sebagai
indikator
nilai
perusahaan
(Noerirawan
2012).
Hasnawati
(2005)
menyatakan
jenis
pengeluaran modal untuk investasi
memiliki pengaruh besar terhadap
nilai perusahaan karena informasi
tersebut menyediakan informasi
tentang pertumbuhan pendapatan
yang diharapkan di masa yang akan
datang.
Para
manajer
pada
umumnya mengambil keputusan
untuk membeli aset baru dengan
tujuan untuk dapat meningkatkan
kegiatan produksi perusahaan, yang
diharapkan dapat meningkatkan
nilai perusahaan.
Ha6: Tingkat pertumbuhan aset
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
ISSN: 1410 -9875
Kebijakan Dividen dan Nilai
Perusahaan
Kebijakan dividen merupakan
keputusan yang sangat penting yang
harus diambil oleh perusahaan.
Dividen dapat dikatakan sebagai
salah satu bentuk penawaran
distribusi
pendapatan,
karena
pembayaran dividen kepada para
pemegang saham menunjukkan
bahwa pengelola perusahaan sudah
memenuhi
ekspektasi
para
pemegang saham sehingga dapat
mengurangi
konflik
keagenan
(Ahmad 2008).
Manajemen mempunyai dua
alternatif untuk laba setelah pajak
yang dihasilkan oleh perusahaan,
yaitu laba tersebut akan dibagikan
kepada para pemegang saham
dalam bentuk dividen baik dividen
kas maupun dividen saham atau
laba tersebut akan diinvestasikan
kembali ke perusahaan sebagai laba
ditahan
(Noerirawan
2012).
Perusahaan
harus
dapat
menetapkan kebijakan dividen yang
nantinya
dapat
meningkatkan
kemakmuran
para
pemegang
saham.
dividen
Ha7: Kebijakan
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Profitabilitas dan Nilai Perusahaan
Brigham dan Houston (2009)
menyatakan bahwa profitabilitas
adalah hasil akhir dari sejumlah
kebijakan
dan
keputusan
manajemen
perusahaan.
Profitabilitas yang meningkat akan
meningkatkan jumlah laba yang
ditahan sehingga perusahaan tidak
perlu melakukan peminjaman dana
dari pihak luar dalam bentuk
hutang. Semakin tinggi tingkat
pertumbuhan
profitabilitas
perusahaan mencerminkan prospek
M. Arief Effendi
perusahaan yang dinilai semakin
baik di masa mendatang, artinya
nilai perusahaan akan dinilai
semakin baik oleh para investor.
Peningkatan
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan
laba
akan
mengakibatkan
peningkatan harga saham. Hal ini
akan mempertinggi kepercayaan
investor terhadap perusahaan.
berpengaruh
Ha8: Profitabilitas
terhadap nilai perusahaan.
Likuiditas dan Nilai Perusahaan
Likuiditas
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban
jangka
pendeknya.
Perusahaan
yang
mampu
memenuhi
kewajiban
jangka pendeknya dengan cepat
merupakan
perusahaan
yang
diminati oleh banyak investor
karena
rasio
likuiditas
menggambarkan
analisa
posisi
keuangan jangka pendek dan juga
membantu
manajemen
untuk
melakukan pengecekan terhadap
modal kerja yang dipakai oleh
perusahaan. Aset lancar seperti kas
di bank tidak menghasilkan tingkat
pengembalian yang tinggi. Oleh
karena itu perusahaan harus
menyeimbangkan kebutuhan akan
keamanan yang diberikan likuiditas
terhadap tingkat pengembalian
yang rendah yang dihasilkan bagi
investor yang timbul akibat aset
yang likuid (Gitman 2012).
berpengaruh
Ha9: Likuiditas
terhadap nilai perusahaan.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini
adalah perusahaan yang terdaftar
di
BEI.
Pengambilan
sampel
dilakukan dengan metode purposive
83
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
sampling, dengan kriteria sebagai
berikut:
1)
perusahaan
non
keuangan yang konsisten terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dari tahun
2007 sampai dengan tahun 2010, 2)
perusahaan
yang
menerbitkan
laporan keuangan dalam mata uang
Rupiah,
3)
perusahaan
yang
melaporkan
laporan
keuangan
tahunan yang berakhir pada 31
Desember, 4) perusahaan yang
membagikan dividen tunai, dan 5)
perusahaan yang memiliki modal
intelektual secara berturut-turut.
marketing expenditure (ME) yang
dirumuskan sebagai berikut:
������� �����������
CE =
Definisi Operasional Variabel
Nilai Perusahaan
Nilai
perusahaan
diukur
menggunakan Tobin’s Q yang
dirumuskan sebagai berikut:
��� ��
Tobin’s Q =
��
Dimana:
Tobins Q
Nilai perusahaan
MVE
Nilai Ekuitas Pasar
(closing price x outstanding share)
D
Nilai buku dari total
liabilities
TA
Total aset
Leverage
Leverage adalah pengukur berapa
besar
kemampuan
perusahaan
dalam membayar hutang-hutang
yang dimilikinya dengan modal atau
ekuitas yang ada. Leverage diukur
menggunakan debt to equity ratio
yang dirumuskan sebagai berikut:
����� �����������
DER =
Kepemilikan Manajerial
Variabel
kepemilikan
manajerial dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan skala
nominal, variabel dummy dimana
nilai
1
menunjukkan
suatu
perusahaan memiliki kepemilikan
manajerial dan nilai 0 menunjukkan
suatu perusahaan tidak memiliki
kepemilikan manajerial.
Modal Intelektual
Dalam penelitian ini konsep
yang
akan
dipakai
adalah
organizational
capital
yang
diproksikan
oleh
capital
expenditure (CE) dan relationship
capital yang diproksikan oleh
84
November 2012
��� �����
ME =
��������� �����������
��� �������
Ukuran Perusahaan
Ukuran aktiva suatu perusahaan
dapat menjadi tolak ukur untuk
menentukan besar kecilnya suatu
perusahaan. Dalam penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:
SIZE = ln of total assets
����� ������
Tingkat Pertumbuhan Aset
Pertumbuhan
aset
merupakan
besarnya pertumbuhan investasi
yang dilakukan oleh perusahaan
pada aktiva tetap. Pertumbuhan
aset ditandai dengan adanya
kenaikan aset dari tahun ke tahun.
AG =
����� ����� ��������� ����� �����
����� ����� �����
Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen berhubungan
dengan penentuan apakah laba
yang dihasilkan oleh perusahaan
akan
dibagikan
untuk
para
pemegang saham atau akan ditahan
dalam bentuk laba ditahan.
������� ��� �����
DPR =
�������� ��� �����
Profitabilitas
Profitabilitas
memperlihatkan
sejauhmana perusahaan mengelola
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
modal yang dimiliki secara efektif,
mengukur tingkat keuntungan dari
investasi yang telah dilakukan oleh
perusahaan melalui penjualan.
���� ������ ������� �����
ROE =
����� �������
Likuiditas
Likuiditas
adalah
kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, yang
artinya kewajiban tersebut harus
segera dipenuhi.
��� � ������ ���
LIQ =
������ ������
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif Variabel
Tabel 4.1
Hasil Distribusi Frekuensi untuk Variabel Dummy
Cumulative
Frequency Percent
Percent
Valid
0
50
41.7
41.7
1
70
58.3
100.0
Total
120
100.0
Hasil diatas berarti terdapat 50
data
perusahaan
yang
tidak
memiliki kepemilikan manajerial
dan terdapat 70 data perusahaan
yang
memiliki
kepemilikan
manajerial.
Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variabel
N
Minimum
Maximum
Mean
Standard
Deviation
TOBIN’S Q
CE
120
120
.2068
.0005
15.0033
.3246
1.817221
.081296
2.4169996
.0543601
ME
120
.0003
.2281
.033468
.0544028
SIZE
120
25.6606
31.7140
28.705158
1.3611387
DER
ASSETGR
DPR
ROE
CR
120
120
120
120
120
.1364
-.3235
.0442
.0002
.0092
7.5278
1.2863
4.2328
1.2194
4.6489
1.069474
.163070
.455645
.216220
.704925
1.0808745
.1788013
.4261361
.1655400
.8037498
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Uji Normalitas Residual
Uji normalitas ini dilakukan
dengan menggunakan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov untuk
melihat normalitas data yang akan
diuji.
Hasil
pengujian
yang
dilakukan
menunjukkan
nilai
Asymp. Sig. (2-tailed) adalah
85
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
sebesar 0.161, nilai tersebut lebih
besar dari tingkat kesalahannya
November 2012
yaitu 0.05. Hal tersebut berarti
data berdistribusi normal.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel
Tolerance
VIF
INSIDER
.888
1.126
CE
.675
1.481
ME
.750
1.334
SIZE
.735
1.360
DER
.692
1.446
ASSETGR
.683
1.464
DPR
.856
1.168
ROE
.879
1.137
CR
.677
1.478
Kesimpulan
Tidak terjadi
multikolinieritas
Tidak terjadi
multikolinieritas
Tidak terjadi
multikolinieritas
Tidak terjadi
multikolinieritas
Tidak terjadi
multikolinieritas
Tidak terjadi
multikolinieritas
Tidak terjadi
multikolinieritas
Tidak terjadi
multikolinieritas
Tidak terjadi
multikolinieritas
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Uji Heteroskedastisitas
Variabel
INSIDER
CE
ME
SIZE
DER
ASSETGR
DPR
86
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
T
Sig.
Kesimpulan
Tidak terjadi
-.860
.392
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
.311
.757
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
.014
.989
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
.767
.445
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
-.256
.798
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
-1.319
.190
heteroskedastisitas
Tidak terjadi
1.083
.281
heteroskedastisitas
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
ROE
3.422
.001
CR
1.093
.277
Terjadi heteroskedastisitas
Tidak terjadi
heteroskedastisitas
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Uji Autokorelasi
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi
Variabel
res_2
T
Sig.
Kesimpulan
-.662
.509
Tidak terjadi
autokorelasi
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Dependent Variable: Unstardadized Residual
Pengujian Hipotesis
Analisa Koefisien Korelasi dan
Koefisien Determinasi
Hasil
uji
korelasi
menunjukkan nilai korelasi antara
variabel dependen dengan variabel
independen dalam model regresi
sebesar 0.887 yang berarti bahwa
terdapat hubungan yang kuat antar
variabel independen dan variabel
dependen. Nilai Adjusted R2 adalah
sebesar 0.769 atau sebesar 76.9%,
hal tersebut berarti bahwa sebesar
76.9% variasi variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variasi
variabel
independen,
sisanya
sebesar 23.1% dijelaskan oleh
variasi variabel lain yang tidak
terdapat di dalam model regresi.
Uji F
Hasil
uji
statistik
F
menunjukkan nilai F sebesar 44.963
dan nilai Sig. sebesar 0.000 lebih
kecil dari 0.05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa model fit atau
layak untuk digunakan dalam model
regresi.
Uji t
Hasil uji t menunjukkan
bahwa
variabel
kepemilikan
manajerial memiliki nilai Sig.
sebesar 0.269, lebih besar dari nilai
alpha (α = 0.05) artinya Ha1 gagal
diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa
variabel
kepemilikan
manajerial
tidak
berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan
bahwa variabel modal intelektual
dengan proksi capital expenditure
memiliki nilai Sig. sebesar 0.084,
lebih besar dari nilai alpha (α =
0.05) artinya Ha2 gagal diterima.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
variabel modal intelektual yang
diproksikan
oleh
capital
expenditure tidak berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan
bahwa modal intelektual dengan
proksi
marketing
expenditure
memiliki beta 5.876 dan nilai Sig.
sebesar 0.011, lebih kecil dari nilai
alpha (α = 0.05) artinya Ha3
diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel modal intelektual
yang diproksikan oleh marketing
expenditure berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaan
memiliki beta 0.261 dan nilai Sig.
sebesar 0.005, lebih kecil dari nilai
alpha (α = 0.05) artinya Ha4
87
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaan
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan
bahwa variabel leverage memiliki
nilai Sig. sebesar 0.407, lebih besar
dari nilai alpha (α = 0.05) artinya
Ha5 gagal diterima. Hal ini
menunjukkan
bahwa
variabel
leverage
tidak
berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan
bahwa variabel pertumbuhan aset
memiliki nilai Sig. sebesar 0.533,
lebih besar dari nilai alpha (α =
0.05) artinya Ha6 gagal diterima.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
variabel pertumbuhan aset tidak
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan
bahwa variabel kebijakan dividen
memiliki nilai Sig. sebesar 0.095,
lebih besar dari nilai alpha (α =
0.05) artinya Ha7 gagal diterima.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
variabel kebijakan dividen tidak
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan
bahwa
variabel
profitabilitas
memiliki beta 12.630 dan nilai Sig.
sebesar 0.000, lebih kecil dari nilai
alpha (α = 0.05) artinya Ha8
diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa
variabel
profitabilitas
berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
Hasil uji t menunjukkan
bahwa variabel likuiditas memiliki
nilai Sig. sebesar 0.337, lebih besar
dari nilai alpha (α = 0.05) artinya
Ha9 gagal diterima. Hal ini
menunjukkan
bahwa
variabel
likuiditas
tidak
berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
88
November 2012
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan pengujian yang
telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa modal intelektual yang
diproksikan
oleh
marketing
expenditure, ukuran perusahaan
dan
profitabilitas
memiliki
pengaruh
terhadap
nilai
perusahaan.
Keterbatasan
Penelitian
ini
memiliki
beberapa keterbatasan, yaitu: 1)
periode penelitian terlalu singkat
hanya 5 tahun yaitu tahun 2007
sampai dengan tahun 2010, 2)
variabel
independen
yang
digunakan
hanya
kepemilikan
manajerial,
modal
intelektual,
ukuran
perusahaan,
leverage,
pertumbuhan
aset,
kebijakan
dividen,
profitabilitas
dan
likuiditas, dan 3) data yang
digunakan memiliki keterbatasan
seperti
terjadi
masalah
heteroskedastisitas pada variabel
profitabilitas.
Rekomendasi
Atas
dasar
keterbatasan
tersebut maka rekomendasi untuk
penelitian selanjutnya, yaitu: 1)
memperpanjang periode penelitian,
2) menambahkan beberapa variabel
yang berpengaruh terhadap nilai
perusahaan misalnya institutional
ownership, perataan laba dan lainlain, serta 3) menambah jumlah
data sampel untuk menghindari
heteroskedastisitas yang terjadi
dalam penelitian ini.
ISSN: 1410 -9875
M. Arief Effendi
DAFTAR REFERENSI
Anderson, David R., Dennis J.S., Thomas A.W. 2011. Statistics for Business
and Economics. 7thedition. South Western: Cengage Learning.
Afzal, Arie dan Abdul Rohman. 2012. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan,
dan
Kebijakan
Dividen
terhadap
Nilai
Perusahaan.Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 2, Hlm. 1-9.
Ahmad, A.W. dan Yossi Septriani. 2008. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis
dan Cara Menguranginya.Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 3, No.
2, Hlm. 47-55.
Chen, M.C., Cheng Su-Ju dan Hwang Yuh-Chang. 2005. An Empirical
Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and
Firm’s Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual
Capital, Vol. 6, No. 2, Hlm. 159-176.
Chiung, Ju-Liang, Huang Tzu-tsang dan Lin Wen-Cheng. 2011. Does Ownership
Structure Affect Firm Value? Intellectual Capital Across Industries
Perspective.Journal of Intellectual Capital, Vol. 12, No.4, Hlm. 552570.
Entika, M.L. dan M.D. Ariyanto. 2012. Pengaruh Elemen Pembentuk
Intellectual Capital terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Keuangan pada
Perusahaan
Perbankan
yang
Terdaftar
di
Bursa
Efek
Indonesia.Diponegoro Journal of Accounting,Vol. 1, No. 2, Hlm. 1-11.
Fitz-Enz, Jac. 1990. Human Value Management. San Fransisco: Jossey-Bass
Publishers.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS19. Edisi ke-5. Semarang: BP Universitas Diponegoro.
Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. Edisi ke-13.Boston: Pearson Education Limited.
Gosh, B.N. 2012. Business Ethnic and Corporate Governance. New Delhi:
McGraw Hill.
Hasnawati, Sri. 2005. Dampak Set Peluang Investasi Terhadap Nilai Perusahaan
Publik di Bursa Efek Jakarta. JAAI, Vol. 9, No. 2, Hlm. 117-126.
Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai
Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai
Perusahaan.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No.2, Hlm. 97108.
Hermuningsih, Sri dan Dewi Kusuma Wardani. 2009.Faktor-Faktor yang
`Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di
Bursa Efek Malaysia dan Bursa Efek Indonesia.Jurnal Siasat Bisnis, Vol.
13, No. 2, Hlm. 173-183.
Jensen, Ming Chin dan W.H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics, Vol.3, No. 4, Hlm. 305-360
Mahendra, A., L.G.S. Artini dan A.A.G. Suarjaya. 2012. Pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di
Bursa Efek Indonesia.Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan
Kewirausahaan, Vol. 6,No. 2, Hlm. 130-138.
89
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Mardiyati, U., G.N. Ahmad dan Ria Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen,
Kebijakan Hutang dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20052010.Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, Vol. 3, No. 1, Hlm. 1-17.
Nasehah, Durrotun dan Endang Tri Widyarti. 2012. Analisis Pengaruh ROE,
DER, DPR, Growth, Firm Size Terhadap Price To Book Value (Studi Kasus
pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEI Periode Tahun 20072010). Diponegoro Journal of Management, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-9.
Noerirawan, M.R. dan Abdul Muid. 2012. Pengaruh Faktor Internal dan
Eksternal Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan.Diponegoro Journal of
Accounting, Vol. 1, No.2, Hlm. 1-12.
Retno, R.D. dan Denies Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate
Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap
Nilai Perusahaan.Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-20.
Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Sofyaningsih, Sri dan Pancawati Hardiningsih. 2011. Struktur Kepemilikan,
Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan.Dinamika
Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No.1, Hlm. 68-87.
Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Tobin’s Q dan Altman Z-Score
sebagai Indikator Pengukur Kinerja Perusahaan. Kajian Akuntansi.
Vol.2, No. 19, Hlm. 9-21.
Sutrisno, H. 2010. Pengaruh Arus Kas, Faktor Fundamental dan Tingkat Bunga
terhadap Nilai Perusahaan pada Industri Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Solusi, Vol. 5, No. 2, Hlm. 93-106.
Tseng, Chun Yao dan Goo Yong Jia James. 2005. Intellectual Capital and
Corporate Value in An Emerging Economy: Empirical Study of Taiwanese
Manufacturers. R & D Management, Vol. 35, No. 2, Hlm. 187-201.
Wardani, D.W. dan Sri Hermuningsih. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan
terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan dan Kebijakan
Hutang sebagai Variabel Intervening.Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 15, No.1,
Hlm. 27-36.
Yuyetta, E.N.A. 2009. Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan pada
Masa Krisis: Pengujian Empiris di Indonesia.Jurnal Akuntansi dan
Auditing, Vol. 5, No. 2, Hlm. 148-163.
90
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 91-102
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH FIRM SIZE, PROFITABILITAS, LEVERAGE,
KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK, DAN MEDIA
EXPOSURE TERHADAP PENGUNGKAPAN
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SEKTOR BARANG KONSUMSI
YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA
MARIS AGUNG T
[email protected]
Abstract: The purpose of this research are to test and analyze empirically
the influence of firm size, profitability, leverage, public ownership, and
media exposure. This study was also to compare the result of previous
research with this research. Sample used in this research is corporate social
responsibility disclosure on consumer goods sector manufacturing companies
listed in Indonesian Stock Exchange for period 2010-2013. The purposive
sampling is used as sampling technique to obtain 17 companies met the
criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data
regression with random effect model to test the hypotheses. The result of
this research shows that firm size influence to corporate social responsibility
disclosure, while profitability, leverage, public ownership, and media
exposure do not influence to corporate social responsibility disclosure. In
addition, overall the independent variables influence to corporate social
responsibility disclosure simultaneously.
Keywords: Firm Size, Profitability, Leverage, Public Ownership, Media
Exposure, and Corporate Social Responsibility Disclosure.
PENDAHULUAN
aspek sosial dan lingkungan.
Prioritas utama dalam sebuah bisnis
adalah
keberlanjutan
usaha.
Keberlanjutan
usaha
tersebut
didukung
oleh
kepedulian
perusahaan
terhadap
aspek
lingkungan
dan
sosial.
Pada
umumnya kegiatan bisnis terutama
Dalam konteks pembangunan
saat ini, keberhasilan sebuah
perusahaan bukan lagi diukur dari
keuntungan bisnis semata, akan
tetapi dilihat juga dari sejauh mana
kepedulian perusahaan terhadap
91
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
yang
bergerak
di
bidang
pemanfaatan sumber daya alam
akan memberikan dampak kepada
lingkungan sekitar perusahaan,
seperti masalah polusi, limbah,
keamanan produk, dan tenaga
kerja. Dengan adanya dampak
lingkungan sekitar tersebut akan
mempengaruhi
kesadaran
perusahaan dan masyarakat akan
pentingnya melaksanakan tanggung
jawab sosial atau lebih dikenal
dengan
Corporate
Social
Responsibility (CSR).
CSR
pada
umumnya
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah faktor-faktor
pendorong
yang
memotivasi
perusahaan untuk menerapkan CSR
dengan berbagai ekspektasi yang
diharapkan
bagi
kepentingan
perusahaan yang menjalankannya.
Dari sisi internal, keterkaitan
program
dengan
kepentingan
perusahaan, serta kepentingan dari
segi kelancaran operasi perusahaan
memberi pengaruh yang melatarbelakangi
perusahaan
untuk
menerapkan CSR.
Sedangkan faktor eksternal
adalah faktor dari luar perusahaan
yang mendorong dan memberikan
intervensi bagi perusahaan untuk
menerapkan
CSR.
Contohnya,
adanya regulasi undang-undang,
permintaan
dari
investor
perusahaan, terjadinya bencana
alam, dan intervensi pemerintah
serta masyarakat merupakan faktor
eksternal
yang
memberikan
pengaruh bagi kebijakan penerapan
CSR
perusahaan.
Ketentuan
mengenai praktik tanggung jawab
sosial perusahaan diatur dalam
92
November 2012
Undang-Undang R.I. No. 40 tahun
2007 pasal 74 tentang “Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan”
menyebutkan bahwa “Perseroan
yang
menjalankan
kegiatan
usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan tanggung
jawab sosial dan lingkungan.”
Sebuah
lembaga
internasional yaitu The World
Business Council for Sustainability
Development (WBCSD) menyatakan
bahwa
Corporate
Social
Responsibility
(CSR)
adalah
komitmen berkelanjutan dari para
pelaku bisnis untuk berperilaku
secara
etis
dan memberikan
kontribusi
bagi
pembangunan
ekonomi sekaligus meningkatkan
kualitas hidup dari para pekerja
dan keluarganya, demikian pula
masyarakat lokal dan masyarakat
secara luas (Hadi 2011, 47). Selain
itu, tanggung jawab sosial dan
lingkungan merupakan salah satu
elemen
pengungkapan
dalam
laporan tahunan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Salah satu media yang dapat
digunakan untuk mengungkapkan
informasi sosial dan lingkungan
adalah melalui laporan tahunan
(annual report) perusahaan.
Objek
penelitian
yang
digunakan
adalah
perusahaanperusahaan manufaktur pada sektor
barang
konsumsi
yang
telah
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Menurut
Kementerian
Perindustrian,
pertumbuhan
industri manufaktur ditopang oleh
tingginya investasi di sektor industri
barang konsumsi di dalam negeri.
ISSN: 1410 -9875
Maris Agung T
Tabel 1
Peran Tiap Cabang Industri Terhadap PDB (dalam %)
Sumber: Kementerian Perindustrian (www.kemenperin.go.id)
Berdasarkan data diatas,
industri makanan, minuman, dan
tembakau yang termasuk dalam
sektor barang konsumsi memiliki
kontribusi tertinggi terhadap PDB
nasional. Dan dari tahun ke tahun
mengalami
peningkatan.
Berdasarkan data IDX Fact Book
yang terdapat dalam Bursa Efek
Indonesia, terdapat penurunan
jumlah perusahaan pada tahun
2009. Ini dikarenakan adanya krisis
finansial global yang terjadi pada
tahun
2008-2009,
perusahaan
manufaktur di Indonesia merupakan
perusahaan
yang
mengalami
keterpurukan dalam hal ekonomi
dan keuangan dibandingkan dengan
sektor lainnya. Hal tersebut terjadi
dikarenakan krisis keuangan global
yang
mengakibatkan
kenaikan
harga
komoditi
primer
yang
menjadi bahan baku sektor ini telah
menyebabkan
biaya
produksi
meningkat.
Masalah tersebut berimbas
pada
minat
investor
dalam
menanamkan modalnya di sektor
manufaktur mulai menurun. Namun
perusahaan
manufaktur
tidak
sepenuhnya
mengalami
kemunduran karena perkonomian
Indonesia bisa terhindar dari
dampak buruk krisis finansial salah
satunya
karena
pengeluaran
konsumsi masyarakat yang tetap
tinggi. Hal inilah yang membantu
menyelamatkan sektor industri
manufaktur (sumber: Indonesian
Commercial
Newsletter
datacon.co.id).
Dengan kondisi Indonesia
yang berhasil keluar dari krisis
finansial global, pada tahun 2010
perusahaan manufaktur mampu
menarik investor lebih banyak baik
itu investor domestik maupun
asing. Dengan investor asing yang
terus membanjiri pasar modal
Indonesia membuat Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) mengalami
penguatan di antara bursa regional
yang
lainnya
(sumber:
www.financeindonesia.org).
Dengan melihat kondisi tersebut,
investor yakin bahwa kinerja
keuangan perusahaan akan baik dan
mampu menghasilkan return yang
besar.
Selain itu, alasan peneliti
menggunakan periode penelitian
dari tahun 2010-2013 karena
berdasarkan sub sektor tahun 2010,
jumlah perusahaan tiga terbesar
adalah sub sektor industri makanan
dan minuman mencapai 23,30
persen
dari
total
jumlah
perusahaan
sebesar
23.345
93
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
perusahaan, dimana sub sektor
industri makanan dan minuman
termasuk kedalam sektor barang
konsumsi. Sub sektor industri
pakaian jadi juga meningkat
sebesar 11,07 persen, dan terakhir
sub sektor industri furnitur dan
industri manufaktur lainnya sebesar
9,38 persen (sumber: Badan Pusat
Statistik: Indikator Industri Besar
dan Sedang Indonesia 2010). Secara
garis besar, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh firm
size,
profitabilitas,
leverage,
kepemilikan saham publik, dan
media exposure baik secara parsial
ataupun
secara
bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap
pengungkapan corporate social
responsibility.
RERANGKA
TEORITIS
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
DAN
Teori Signaling (Signaling Theory)
Teori
signal
membahas
mengenai dorongan perusahaan
untuk
memberikan
informasi
kepada pihak eksternal. Dorongan
tersebut
disebabkan
karena
terjadinya
asimetri
informasi
antara pihak manajemen dan pihak
eksternal. Menurut Modigliani dan
Miller dalam Brigham et al. (2014,
578)
menyatakan
bahwa,
“Managers in fact often have
better information than outside
investors.”
Dari
pernyataan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa
asimetris informasi terjadi ketika
suatu pihak (pihak manajemen)
memiliki lebih banyak informasi
mengenai
kinerja
perusahaan
daripada
pihak
lain
(pihak
eksternal).
Untuk
mengurangi
asimetri
informasi
maka
perusahaan harus mengungkapkan
informasi yang dimiliki, baik
94
November 2012
informasi keuangan maupun non
keuangan.
Dengan
demikian,
signaling
theory
menekankan
bahwa perusahaan akan cenderung
menyajikan informasi yang lebih
lengkap untuk memperoleh reputasi
yang lebih baik.
Corporate Social Responsibility
Disclosure (CSRD)
Pengungkapan
adalah
pengeluaran
informasi
yang
ditujukan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan. Tanggung jawab
sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility) adalah suatu konsep
bahwa suatu organisasi khususnya
perusahaan,
memiliki
suatu
tanggung
jawab
terhadap
konsumen, karyawan, pemegang
saham, komunitas, dan lingkungan
dalam
aspek
operasional
perusahaan. Pengungkapan CSR
diukur
dengan
menggunakan
standar Global Reporting Initiative
(GRI). Dalam Standar GRI Indikator
kinerja di bagi menjadi 3 komponen
utama, yaitu ekonomi, lingkungan
hidup, dan sosial yang mencakup
hak
asasi
manusia,
praktek
ketenagakerjaan dan lingkungan
kerja, tanggung jawab produk, dan
masyarakat.
Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan (firm
size)
merupakan
skala
yang
digunakan dalam menentukan besar
kecilnya suatu perusahaan yang
diukur
dengan
menggunakan
logaritma natural dari jumlah
seluruh
aset
yang
dimiliki
perusahaan.
Profitabilitas
Menurut Gitman dan Zutter
(2012, 79) menyatakan bahwa,
“Profitability measures enable
ISSN: 1410 -9875
Maris Agung T
analysts to evaluate the firm’s
profits with respect to a given
level of sales, a certain level of
assets,
or
the
owners’
investment.” Untuk menghitung
rasio profitabilitas ini digunakan
Return On Assets (ROA). Return On
Assets
(ROA)
menunjukkan
perbandingan antara laba bersih
dengan total asset yang dimiliki
perusahaan.
Leverage
Menurut Harahap (2009,
306), leverage mengukur seberapa
jauh perusahaan dibiayai oleh
kewajiban atau pihak luar dengan
kemampuan
perusahaan
yang
digambarkan oleh ekuitas. Leverage
ini dapat digunakan untuk melihat
seberapa besar resiko keuangan
perusahaan. Untuk menghitung
leverage suatu perusahaan dengan
menggunakan Debt to Equity Ratio
(DER). Debt to Equity Ratio (DER)
adalah mengukur presentase total
ekuitas perusahaan yang dibiayai
dengan menggunakan hutang.
Kepemilikan Saham Publik
Kepemilikan saham publik
adalah proporsi jumlah saham
perusahaan
yang
beredar
di
masyarakat umum (publik).
Media Exposure
Media exposure merupakan
variabel dummy, yaitu kategori 1
untuk perusahaan yang melakukan
pengungkapan CSR melalui media
internet dan 0 untuk perusahaan
yang
tidak
melakukan
pengungkapan CSR melalui media
internet.
Model Penelitian
Model penelitian ini dapat
dilihat dalam gambar di bawah ini:
Gambar 1
Model Penelitian
Berdasarkan kerangka teoritis
didapatkan rumusan hipotesis
sebagai berikut :
Hipotesis ke-1:
Ha1 Terdapat pengaruh firm size
terhadap pengungkapan CSR
Hipotesis ke-2:
pengaruh
Ha2 Terdapat
profitabilitas
terhadap
pengungkapan CSR
Hipotesis ke-3:
Ha3 Terdapat pengaruh leverage
terhadap pengungkapan CSR
Hipotesis ke-4:
pengaruh
Ha4 Terdapat
kepemilikan saham publik
terhadap pengungkapan CSR
Hipotesis ke-5:
Ha5 Terdapat pengaruh media
exposure
terhadap
pengungkapan CSR
Hipotesis ke-6:
Ha6 Terdapat pengaruh secara
simultan
firm
size,
profitabilitas,
leverage,
kepemilikan saham publik,
dan
media
exposure
terhadap pengungkapan CSR
95
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
METODA PENELITIAN
Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian ini bersifat
hubungan kausalitas yaitu hubungan
yang
bersifat
sebab
akibat,
sehingga
terdapat
variabel
independen
(variabel
yang
mempengaruhi)
dan
variabel
November 2012
dependen
(variabel
yang
dipengaruhi). Pemilihan sampel
menggunakan Purposive Sampling
pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi yang terdaftar di
BEI periode 2010-2013, sehingga
diperoleh jumlah sampel sebanyak
17 perusahaan (68 pengamatan).
Variabel Penelitian
Tabel 1 Variabel Penelitian
Variabel
Definisi
Rumus
Dependen
Operasional
Pengungkapa Pengungkapan CSR
n CSR
menggunakan Index
GRI dengan check
����
list apabila
������ ���� ��� ���� �����������
perusahaan
�
melakukan
79 ���� ��������� ��� ����� ���
kegiatan CSR yang
termasuk di dalam
Index GRI.
Firm Size
Firm Size
mengukur kinerja
���� ���� � ln������ �������
perusahaan dari
logaritma natural
total asset.
Profitabilitas Return On Assets
��� ������
(ROA)
membandingkan
��� �
antara net income
����� �����
dengan total asset.
Leverage
Debt to Equity
(DER)
Ratio mengukur
proporsi dari total
����� �����������
ekuitas (equity)
��� �
����� ������
yang dibiayai oleh
kreditur
perusahaan.
Kepemilikan Kepemilikan saham
Saham
publik adalah
���
Publik
jumlah saham
������ ������ ����� ������
perusahaan yang
�
����� ������ ����� ����������
beredar di
� 100%
masyarakat umum
(publik).
96
ISSN: 1410 -9875
Variabel
Dependen
Media
Exposure
Maris Agung T
Definisi
Rumus
Operasional
Media
exposure
adalah
variabel
dummy,
yaitu 1 = mengungkapkan kegiatan CSR
pengungkapan CSR 0 = tidak mengungkapkan kegiatan CSR
melalui
media
website
perusahaan.
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Variabel
R
R-squared
Hubungan
Tabel 2
Hasil Analisis Korelasi Variabel Independen
terhadap Variabel Dependen CSR
DER
SHM
MEDIA
SIZE
ROA
-0,447584 -0,008544 0,012288
0,104709
0,051894
0,200331 0,000073 0,000151
0,010964
0,002693
Sangat
Sangat
Sangat
rendah –
Sedang –
rendah –
rendah – Sangat rendah
- Positif
Negatif
Negatif
Positif
Positif
Berdasarkan Tabel diatas dapat
diketahui bahwa hubungan antara
variabel SIZE terhadap CSR adalah
sedang negatif, dimana variasi
variabel CSR dapat dijelaskan oleh
variasi variabel SIZE sebesar
20,033%, sisanya sebesar 79,967%
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak
terdapat
dalam
model
regresi. Sementara itu, hubungan
antara
variabel
profitabilitas
terhadap CSR adalah sangat rendah
negatif, dimana variasi variabel CSR
dapat dijelaskan oleh variasi
variabel
profitabilitas
sebesar
0,01%, sisanya sebesar 99,99%
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak
terdapat
dalam
model
regresi.
Disamping itu, hubungan
antara variabel leverage terhadap
CSR adalah sangat rendah positif,
dimana variasi variabel CSR dapat
dijelaskan oleh variasi variabel
leverage sebesar 0,015%, sisanya
sebesar 99,985% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat
dalam model regresi, sedangkan
hubungan antara variabel SHM
terhadap CSR adalah sangat rendah
positif, dimana variasi variabel CSR
dapat dijelaskan oleh variasi
variabel SHM sebesar 1,096%,
sisanya sebesar 98,904% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak
terdapat dalam model regresi.
Terakhir, hubungan antara
variabel MEDIA terhadap CSR
adalah sangat rendah positif,
dimana variasi variabel CSR dapat
dijelaskan oleh variasi variabel
MEDIA sebesar 0,2693%, sisanya
sebesar 99,7307% dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak terdapat
dalam model regresi.
97
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Variable
Tabel 3
Hasil Analisis Koefisien Regresi H1
Coefficient Std. Error t-Statistic
C
0.220891
0.367142
SIZE
-0.158245
0.100534
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7
Berdasarkan
Tabel
nilai
statistik t dari firm size berada di
daerah penolakan hipotesis H0
dimana t � ���� (-2,662809 � 1,99656) dan p-value sebesar
Variable
November 2012
12.32447
-2.662809
C
0.168804
0.014156
11.92498
ROA
-0.008357
0.121015
-0.069056
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7
Variable
C
DER
Prob.
0.0000
0.9452
sebesar 0,9452 lebih besar dari
alpha 0,05. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa H0 tidak
dapat ditolak dan profitabilitas
tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan CSR.
Tabel 5
Hasil Analisis Koefisien Regresi H3
t-Statistic
Coefficient Std. Error
0.167050
0.001597
0.0000
0.0000
0,0000 lebih kecil dari alpha 0,05.
Dengan
demikian,
dapat
disimpulkan bahwa H0 ditolak dan
firm size berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR.
Tabel 4
Hasil Analisis Koefisien Regresi H2
t-Statistic
Coefficient Std. Error
Berdasarkan Tabel 4 nilai
statistik t dari profitabilitas berada
di daerah hipotesis H0 tidak dapat
ditolak dimana t � ���� atau t �
���� (‐0,069056 ≥ ‐1,99656 atau ‐
0,069056 � 1,99656) dan p-value
Prob.
0.014260
0.016070
11.71474
0.099361
Prob.
0.0000
0.9212
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7
Berdasarkan Tabel 5 nilai
statistik t dari leverage berada di
daerah hipotesis H0 tidak dapat
ditolak dimana t � ���� atau t �
���� (0,099361 ≥ ‐1,99656 atau
0,099361 � 1,99656) dan p-value
98
sebesar 0,9212 lebih besar dari
alpha
0,05.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak dapat
ditolak
dan
leverage
tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan CSR.
ISSN: 1410 -9875
Variable
Maris Agung T
Tabel 6
Hasil Analisis Koefisien Regresi H4
Coefficient Std. Error
t-Statistic
C
0.156818
0.015484
SHM
0.056535
0.064274
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7
Berdasarkan Tabel 6 nilai
statistik t dari kepemilikan saham
publik berada di daerah hipotesis
H0 tidak dapat ditolak dimana t �
���� atau t � ���� (0,879604 � 1,99656 atau 0,879604 � 1,99656)
Variable
C
MEDIA
10.12757
0.879604
0.0000
0.3823
dan p-value sebesar 0,3823 lebih
besar dari alpha 0,05. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa H0 tidak
dapat ditolak dan kepemilikan
saham publik tidak berpengaruh
terhadap pengungkapan CSR.
Tabel 7
Hasil Analisis Koefisien Regresi H5
t-Statistic
Coefficient Std. Error
0.164446
0.004680
Prob.
0.012962
0.011150
12.68718
0.419753
Prob.
0.0000
0.6760
Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7
Berdasarkan Tabel 7 nilai
statistik t dari media exposure
berada di daerah hipotesis H0 tidak
dapat ditolak dimana t � ���� atau t
� ���� (0,419753 � -1,99656 atau
0,419753 � 1,99656) dan p-value
sebesar 0,6760 lebih besar dari
alpha
0,05.
Sehingga
dapat
disimpulkan bahwa H0 tidak dapat
ditolak dan media exposure tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan CSR.
Tabel 8
Hasil Analisis Koefisien
Determinasi H6
R
0.795219
Adjusted R0.464544
squared
Sumber: Hasil pengolahan Data
dengan Eviews 7
Tabel 8 menunjukan bahwa
nilai R adalah sebesar 0,795219,
maka dapat disimpulkan antara
variabel firm size, profitabilitas,
leverage,
kepemilikan
saham
publik, dan media exposure dengan
variabel
pengungkapan
CSR
memiliki hubungan yang kuat dan
positif.
Tabel
diatas
juga
menunjukkan nilai Adjusted RSquare sebesar 0,464544 artinya,
besarnya
variasi
variabel
pengungkapan CSR yang dapat
dijelaskan oleh variasi variabel firm
size,
profitabilitas,
leverage,
kepemilikan saham publik, dan
media exposure adalah sebesar
46,45% dan sisanya sebesar 53,55%
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak
terdapat
dalam
model
penelitian.
99
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Tabel 9
Hasil Analisis Uji F
F-statistic
3.767949
Prob(F-statistic)
0.000086
Sumber: Hasil pengolahan Data
dengan Eviews 7
Berdasarkan Tabel 9 nilai
statistik F sebesar 3,767949. Nilai
statistik F berada di daerah
penolakan hipotesis H0 dimana F �
� (3,767949 � 2,36) dan p-value
0,000086 lebih kecil dari alpha
0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan firm size,
profitabilitas,
leverage,
kepemilikan saham publik, dan
media exposure secara bersamasama
berpengaruh
terhadap
pengungkapan CSR.
PENUTUP
Hasil
dari
penelitian
menunjukkan bahwa firm size
(SIZE)
berpengaruh
terhadap
pengungkapan corporate social
responsibility (CSR). Sementara
profitabilitas
(ROA),
leverage
(DER), kepemilikan saham publik
(SHM), dan media exposure (MEDIA)
tidak
berpengaruh
terhadap
pengungkapan corporate social
responsibility.
Hasil
pengujian
November 2012
secara
simultan
firm
size,
profitabilitas,
leverage,
kepemilikan saham publik, dan
media
exposure
berpengaruh
terhadap pengungkapan corporate
social responsibility. Keterbatasan
dalam
penelitian ini adalah:
Terbatasnya
perusahaan
yang
digunakan
sebagai
sampel.
Terbatasnya variabel independen
pada penelitian, yaitu hanya 5
variabel. Terbatasnya tahun yang
digunakan pada penelitian, dimana
penelitian ini hanya mengambil
rentang periode dari 2010-2013.
Berdasarkan
keterbatasan
penelitian,
maka
saran
bagi
penelitian
selanjutnya
adalah
sebagai berikut: 1). Penelitian
selanjutnya
diharapkan
menggunakan periode pengamatan
yang lebih panjang. 2). Penelitian
selanjutnya
diharapkan
memperluas populasi dan sampel
yang digunakan di berbagai sektor,
bukan hanya industri manufaktur
pada sektor barang konsumsi saja.
3).Memasukkan
variabel-variabel
lain yang mungkin berpengaruh
terhadap pengungkapan corporate
social responsibility seperti umur
perusahaan,
kepemilikan
manajerial,
dewan
komisaris,
kepemilikan asing, dan sebagainya.
REFERENSI
Amelia, Rinny, dan I Made Sukartha. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Kinerja Keuangan dan Eksposur Media Pada Pengungkapan Informasi
Lingkungan. Vol. 4, No.1, pp. 477-493.
Anderson, Sweeney, and Williams. 2011. Statistics for Business and
Economics: 11th Edition. South-Western, Cengage Learning.
Brigham, Eugene F. et al. 2014. Financial Management: Theory and Practice.
Cengage Learning Asia Pte Ltd.
Copeland, Thomas E., J. Fred Weston, Kuldeep Shastri. 2005. Financial Theory
and Corporate Policy. Pearson Education, Inc.
100
ISSN: 1410 -9875
Maris Agung T
Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial
Finance. Harlow: Pearson Education.
Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2010. Essentials of Econometrics:
4th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika:
Buku 2 Edisi 5. Salemba Empat.
Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hakri, Teguh Dheki. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage,
Profitabilitas, Ukuran, dan Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan
Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pada Perusahaan
Food And Beverage yang Terdaftar di BEI.
Harahap, Sofyan Syafri, 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi
Pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Kristi, Agatha Aprinda. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Publik
di Indonesia.
Laksmono, Bambang Shergi dan Edi Suhardi. 2011. Panduan Praktis
Pengelolaan CSR (Corporate Social Responsibility). Yogyakarta:
Samudra Biru.
Politon, Sontry Oktaviana, dan Sri Rustiyaningsih. 2013. Karakteristik
Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan
Manufaktur Go Publik. Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi. Vol. 1,
No. 1, pp. 1-9.
Putra, Eka Nanda, dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2011. Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility
(CSR).
Putra, Wirmie Eka, Yuliusman, dan Dedy Setiawan. 2011. Pengaruh Size,
Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan Dalam Negeri dan Kepemilikan
Asing Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Survey Pada Perusahaan Industri yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia). Jurnal Bisnis dan Akuntansi, ISSN 0852-8349. Vol. 13, No. 2,
37-48.
Retno, Reny Dyah, dan Denies Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate
Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010). Jurnal Nominal.
Vol. 1, No. 1, pp. 84-103.
Rizky, Tri Yaserly. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Studi Empiris Pada Perusahaan
Transportasi Dan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2008-2010).
Ross, Stephen A. et al. 2003. Modern Financial Management: 8th Edition. New
York: McGraw-Hill.
Sari, Rizkia Anggita. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Corporate Social Responsibility Disclosure
Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal.
Vol. 1, No.1, 124-140.
101
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Urip, Sri. 2010. CSR Strategies for A Competitive Edge In Emerging Markets.
Singapore: John Wiley & Sons.
Wan Abd Rahman, Nor Hawani, Mohamed Zain, Mustaffa, dan Norashfah
Hanim Yaakop Yahaya Al-Haj. 2011. CSR Disclosures and Its
Determinants: Evidence From Malaysian Government Link Companies.
Emerald Group Publishing Limited, ISSN 1747-1117. Vol. 7, No. 2, pp.
181-201.
White, Gerald I. et al. 2003. The Analysis and Use of Financial Statements.
United States: John Willey and Sons.
Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai
Panduan Eviews Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
EViews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
http://www.globalreporting.org/indexgri
http://www.idx.co.id/laporankeuangantahunan
102
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 103-112
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH KEBIJAKAN ALOKASI ASET, PEMILIHAN
SAHAM, TINGKAT RISIKO, ASSET, DAN ASSET
TURNOVER TERHADAP KINERJA REKSA
DANA SAHAM YANG TERDAFTAR DI
BADAN PENGAWAS PASAR MODAL
DAN LEMBAGA KEUANGAN
MURSIDI PRIHANTONO
[email protected]
Abstract: The purpose of this research are to test and analyze empirically
the influence of asset allocation policy, stock sellection, risk level, asset, and
asset turnover. This study was also to compare the result of previous
research with this research. Sample used in this research is equity mutual
funds listed in Capital Market and Financial Institutions for period 2008-2012.
The purposive sampling is used as sampling technique to obtain 18 equity
mutual funds met the criteria and were analyzed using descriptive statistics
and panel data regression with random effect model to test the hypotheses.
The result of this research shows that risk level influence equity mutual
funds performance, while asset allocation policy, stock sellection, asset, and
asset turnover do not influence equity mutual funds performance. In
addition, overall the independent variables influence equity mutual funds
performance simultaneously.
Keywords: Asset Allocation Policy, Stock Sellection, Risk Level, Asset, Asset
Turnover, and Equity Mutual Funds Performance.
PENDAHULUAN
diperjualbelikannya
berbagai
instrumen keuangan jangka panjang
seperti utang, ekuitas (saham),
instrumen derivatif, dan instrumen
lainnya (Darmadji dan Fakhruddin
2012,). Sedangkan sebagai sumber
pembiayaan bagi perusahaan di
Indonesia
karena
instrumeninstrumen
tersebut
dapat
dipergunakan perusahaan dengan
Pasar modal merupakan salah
satu pilar perekonomian Indonesia
yang berperan sebagai wadah
investasi dan sumber pembiayaan
bagi perusahaan di Indonesia.
Dikatakan
sebagai
wadah
berinvestasi karena pasar modal
merupakan
tempat
103
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
menerbitkan efek atau surat
berharga seperti saham, obligasi,
tanda bukti utang dan lain-lain.
Salah
satu
instrumen
investasi yang saat ini mulai banyak
diminati oleh pemilik modal adalah
investasi pada reksa dana saham.
Reksa
dana
muncul
karena
umumnya investor awam merasa
kesulitan untuk melakukan investasi
sendiri secara langsung pada suratsurat berharga dan karena belum
mampu
membayar
tenaga
professional
untuk
mengelola
investasinya dengan baik (Iman
2008, 31-32).
Reksa dana
dirancang sebagai sarana untuk
menghimpun dana dari masyarakat
yang
memiliki
modal
serta
keinginan melakukan investasi,
namun hanya memiliki waktu dan
pengetahuan yang terbatas. Selain
itu, reksa dana juga diharapkan
dapat meningkatkan peran investor
lokal untuk berinvestasi di pasar
modal Indonesia.
Reksa
dana
mulai
diperdagangkan di Indoensia sejak
tahun 1995 dengan diterbitkan
Undang-Undang nomor 8 tahun
1995 tentang pasar modal, reksa
dana diartikan sebagai wadah yang
digunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk
selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer
investasi yang telah mendapat ijin
dari Bapepam-LK. Ada tiga hal yang
terkait dari definisi tersebut, yaitu:
adanya dana dari masyarakat
investor,
dana
tersebut
diinvestasikan dalam portofolio
efek, dan dana tersebut dikelola
oleh manajer investasi (Darmadji
dan Fakhruddin 2012, 166).
Jenis reksadana berdasarkan
portofolio investasinya ada empat
jenis, antara lain reksa dana saham
104
November 2012
(stock
funds),
reksa
dana
pendapatan tetap (bond funds),
reksa dana pasar uang (money
market funds), dan reksa dana
campuran
(balanced
funds)
(Darmadji dan Fakhruddin 2012,
169).
Banyak
pendapat
yang
mengatakan
bahwa
kurangnya
informasi masyarakat mengenai
bagaimana berinvestasi menjadi
penyebab utama kurangnya minat
masyarakat terhadap investasi di
pasar modal. Hal ini diperkuat
dengan
pendapat
Hendrayana
(2013, 115) bahwa salah satu
kesulitan investor ketika ingin
berinvestasi ke reksa dana saham
adalah minimnya informasi tentang
produk dan kinerja dari pengelola
reksa dana yang dikenal sebagai
Manajer Investasi. Selain itu untuk
instrumen tertentu misalnya reksa
dana
masyarakat
mengalami
kesulitan dalam
menilai
dan
memilih reksadana yang mampu
memberikan
kinerja
dan
keuntungan
yang
optimal
mempengaruhi
lambatnya
pertumbuhan reksa dana.
Penilaian terhadap kinerja
reksa dana saham sangat penting
untuk dilakukan, karena reksa dana
saham memiliki potensi kinerja luar
biasa. Return dari reksa dana
dikenal dengan Nilai Aktiva Bersih
dimana nilainya akan diperbaharui
setiap hari berdasarkan hasil
transaksi reksadana pada hari
tersebut.
Terdapat beberapa metode
penilaian kinerja reksa dana yang
mendasarkan
perhitungannya
menggunakan NAB dari reksadana,
diantaranya metode Sharpe Ratio
yang dikemukan oleh William
Sharpe pada tahun 1995. Selain
menilai kinerja reksa dana saham,
ISSN: 1410 -9875
terdapat
indikator
yang
mempengaruhi
kinerja
dari
reksadana
Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh
kebijakan alokasi asset, pemilihan
saham, tingkat risiko, asset, dan
asset turnover baik secara parsial
ataupun
secara
bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap
kinerja reksa dana saham.
RERANGKA TEORITIS DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Teori Portofolio
Teori
portofolio
ini
diperkenalkan oleh Harry Markowitz
pada tahun 1952. Dalam teorinya
dikatakan bahwa resiko dapat
dikurangi (diversifikasi) dengan
cara mengkombinasikan beberapa
jenis aktiva berisiko dari pada
hanya memegang salah satu jenis
aktiva saja. Atau yang dalam
pepatah mengatakan “don’t put
your eggs into one basket” dimana
intinya adalah karena semua
investasi mengandung risiko, kita
diperingatkan untuk jangan sekalikali menempatkan seluruh dana
investasi
dalam
satu
pihak.
Portofolio adalah koleksi atau
sekumpulan aset.
Return Portofolio
Menurut Gitman (2012, 311)
return adalah jumlah keuntungan
dan kerugian investasi selama
jangka
waktu
tertentu
yang
umumnya diukur sebagai perubahan
nilai tambah dengan uang yang
didistribusikan
selama
periode
tertentu dan dinyatakan dalam
persentase dari nilai investasi awal.
Menurut Hartono (2013, 205) return
merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi, yang dapat berupa
Mursidi Prihantono
return realisasian yang sudah
terjadi atau return ekpektasian
yang belum terjadi tetapi yang
diharapkan akan terjadi dimasa
mendatang.
Risiko Portofolio
Konsep dari risiko portofolio
pertama kali diperkenalkan oleh
Harry M. Markowitz di tahun 1950an. Menunjukkan bahwa secara
umum
risiko
mungkin
dapat
dikurangi dengan menggabungkan
beberapa sekuritas tunggal ke
dalam bentuk portofolio. Menurut
Gitman
(2012,
310),
risiko
merupakan ukuran ketidakpastian
dari pengembalian, bahwa investasi
akan
memperoleh
variabilitas
pengembalian yang terkait dengan
aset yang diberikan. Menurut
Hartono
(2013,
256),
risiko
portofolio adalah varian return
sekuritassekuritas
yang
membentuk portofolio tersebut.
Terdapat dua alat ukur yang
digunakan sebagai risiko, yaitu:
1) Deviasi Standar (Variance)
Risiko yang diukur dengan
besarnya deviasi standar atau
varian dari nilai-nilai return
sekuritas-sekuritas tunggal yang
ada di dalamnya.
2) Beta
Pengukur risiko sistematik dari
suatu sekuritas atau portofolio
relatif terhadap risiko pasar
(Hartono 2013, 376). Beta
menggambarkan
sensitivitas
perubahan kinerja portofolio
dibandingkan dengan kinerja
pasar dengan metode Capital
asset pricing model (Pratomo
dan Nugraha, 2009).
Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Hal yang sangat penting dan
perlu diperhatikan oleh investor
105
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
saat
berinvestasi
adalah
kemampuan untuk mengestimasi
return suatu individual sekuritas
dengan baik. Seorang investor akan
memilih investasi secara efisien,
yang menilai besarnya risiko dan
tingkat pengembalian dari seluruh
alternatif investasi yang ada. Oleh
karena itu diperlukan suatu model
yang menggambarkan hubungan
antara
risiko
dan
tingkat
pengembalian.
Berdasarkan pemaparan diatas,
maka
hipotesis
yang
dapat
dikembangkab adalah
Hipotesis ke-1
Alokasi
Aset
Ha1 Kebijakan
berpengaruh
terhadap
Kinerja Reksa Dana Saham.
Hipotesis ke-2
Saham
Ha2 Pemilihan
berpengaruh
terhadap
Kinerja Reksa Dana Saham
Hipotesis ke-3
Ha3 Tingkat Risiko berpengaruh
terhadap Kinerja Reksa Dana
Saham
Hipotesis ke-4
Ha4 Asset berpengaruh terhadap
Kinerja Reksa Dana Saham
Hipotesis ke-5
Ho5
Ha5
November 2012
Asset
Turnover
tidak
berpengaruh
terhadap
Kinerja Reksa Dana Saham
Asset Turnover berpengaruh
terhadap Kinerja Reksa Dana
Saham
Hipotesis ke-6
Alokasi
Aset,
Ha6 Kebijakan
Pemilihan Saham, Tingkat
Risiko, Asset, dan Asset
Turnover
berpengaruh
terhadap Kinerja Reksa Dana
Saham
METODA PENELITIAN
Bentuk Penelitian dan Metode
Pemilihan Sampel
Bentuk
penelitian
yang
dilakukan
adalah
penelitian
kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk meneliti pengaruh
antara satu variabel terhadap
variabel lainnya. Sampel dipilih
dengan
menggunakan
metode
purposive sampling pada reksa
dana saham yang terdaftar di Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam)
dan diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia
periode
2008-2012.
Sehingga diperoleh jumlah sampel
sebanyak
18
perusahaan
(90
pengamatan).
Tabel 1 Variabel Penelitian
Variabel
Dependen
Kinerja Reksa
Dana Saham
Kebijakan
Alokasi Aset
106
Definisi Operasional
Rasio yang digunakan untuk
menghitung return atas
investasi yang dilakukan dalam
portofolio reksa dana saham.
Rasio yang diukur dengan
menggunakan 3 variabel, yaitu :
x1=bi1F1t= alokasi asset untuk
Rumus
Sp =
�����
��
Rit= [bi1F1t + bi2F2t
+ bi3F3t] +℮it
ISSN: 1410 -9875
Variabel
Dependen
Pemilihan
Saham
Tingkat Risiko
Asset (Fund
size)
Asset
Turnover (AT)
Mursidi Prihantono
Definisi Operasional
saham, x2=bi2F2t= alokasi asset
untuk obligasi, dan x3=bi3F3t=
alokasi asset untuk deposito.
Rasio yang diukur dengan
menghitung berdasarkan
besaran α dengan model
Treynor dan Mazuy.
Risiko merupakan rasio yang
menunjukan pengukuran dari
risiko sistematis yang dilakukan
dengan Metode Indeks Tunggak.
Asset (Fund Size) dihitung
dengan menggunakan logaritma
natural dari total aset (TA).
Turnover merupakan biaya yang
muncul sebagai akibat dari
perputaran (jual atau beli)
portofolio yang dikelola.
Rumus
Rp-Rf=α+β(Rm-Rf)+Y(RmRf)2+℮p
Rp,t= α+ βpRm,t+℮
���� � �� ��
�� �
��������� ���� ���������
���� � ���� ����
HASIL PENELITIAN
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tabel 2
Hasil Analisis Korelasi Variabel Independen
terhadap Variabel Dependen Kinerja Reksa Dana Saham
RISK
SIZE
AT
Variabel
AAP
SS
R
0,0768
0,0048
0,3602
0,0163
0,0414
R-squared -0,005392 -0,009331 0,119830 -0,011905
-0,009632
Lemah– LemahLemah- LemahLemahHubungan
Negatif Negatif Positif
Negatif
Negatif
Berdasarkan tabel 2 di atas
bahwa hubungan antara variabel
AAP terhadap kinerja reksa dana
saham adalah lemah negatif,
dimana variasi variabel kinerja
reksa dana saham dapat dijelaskan
oleh variasi variabel AAP sebesar 0,5392%, sisanya sebesar 99,4608%
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak
terdapat
dalam
model
regresi. Sementara itu, hubungan
antara variabel SS terhadap kinerja
reksa dana saham adalah lemah
negatif, dimana variasi variabel
kinerja reksa dana saham dapat
dijelaskan oleh variasi variabel SS
sebesar -0,9331%, sisanya sebesar
99,0669% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak terdapat dalam
model regresi.
Disamping itu, hubungan
antara variabel RISK terhadap
kinerja reksa dana saham adalah
lemah positif, dimana variasi
variabel kinerja reksa dana saham
dapat dijelaskan oleh variasi
variabel RISK sebesar 11,9830%,
sisanya sebesar 88,017% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak
terdapat dalam model regresi,
107
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
sedangkan
hubungan
antara
variabel SIZE terhadap kinerja reksa
dana saham adalah lemah negatif,
dimana variasi variabel kinerja
reksa dana saham dapat dijelaskan
oleh variasi variabel SIZE sebesar
1,1095%, sisanya sebesar 98,8905%
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak
terdapat
dalam
model
regresi.
November 2012
Terakhir, hubungan antara
variabel AT terhadap kinerja reksa
dana saham adalah lemah negatif,
dimana variasi variabel kinerja
reksa dana saham dapat dijelaskan
oleh variasi variabel AT sebesar 0,9632%, sisanya sebesar 99,0368%
dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak
terdapat
dalam
model
regresi,
Tabel 3
Uji t-Statistik Hipotesis ke-1
t-Statistik
Prob.
Variabel
Coefficient
C
181,3237
14,16739
0,0000
AAP
–0,165304
–0,722955
0,4716
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0
Berdasarkan Tabel 3, nilai tdemikian, dapat disimpulkan bahwa
statistik variabel AAP sebesar –
H0 tidak dapat ditolak dan AAP
0,722955 < –tα/2 = –1,96 berada di
tidak
mempunyai
pengaruh
daerah penerimaan H0 dan p value
terhadap kinerja reksa dana saham.
sebesar 0,4716 > α 0,05. Dengan
Tabel 4
Uji t-Statistik Hipotesis ke-2
t-Statistik
Prob.
Variabel
Coefficient
C
176,1211
18,67118
0,0000
SS
–0,000347
–0,418888
0,6763
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0
Berdasarkan pada Tabel 4 nilai tsehinngga dapat disimpulkan bahwa
statistik variabel SS sebesar –
H0 tidak dapat ditolak dan SS tidak
0,418888 < –tα/2 = –1,96 berada di
berpengaruh terhadap kinerja reksa
daerah penerimaan H0. Di samping
dana saham.
itu, p-value 0,6763 > α 0,05,
Tabel 5
Uji t-Statistik Hipotesis ke-3
t-Statistik
Prob.
Variabel
Coefficient
C
157,1449
22,61986
0,0000
RISK
0,013027
3,723254
0,0003
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0
Berdasarkan pada Tabel 5 nilai tsehinngga dapat disimpulkan bahwa
statistik variabel RISK sebesar
H0 ditolak dan RISK mempunyai
3,723254 > –tα/2 = –1,96 berada di
pengaruh poistif terhadap kinerja
daerah penolakan H0. Di samping
reksa dana saham.
itu, p-value 0,0003 < α 0,05,
108
ISSN: 1410 -9875
Mursidi Prihantono
Tabel 6
Uji t-Statistik Hipotesis ke-4
t-Statistik
Prob.
Variabel
Coefficient
C
191,3956
1,662077
0,1001
SIZE
–0,667221
–0,152224
0,8794
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0
Berdasarkan pada Tabel 6 nilai tstatistik variabel SIZE sebesar 0,152224 < –tα/2 = –1,96 berada di
daerah penerimaan H0. Di samping
itu, p-value 0,8794 > α 0,05,
sehinngga dapat disimpulkan bahwa
H0 tidak dapat ditolak dan SIZE
tidak berpengaruh terhadap kinerja
reksa dana saham.
Tabel 7
Uji t-Statistik Hipotesis ke-5
t-Statistik
Prob.
Variabel
Coefficient
C
177,1174
15,53532
0,0000
AT
–2,690570
–0,388122
0,6989
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0
Berdasarkan pada Tabel 7 nilai t-statistik variabel SIZE sebesar -0,388122
< –tα/2 = –1,96 berada di daerah penerimaan H0. Di samping itu, p-value
0,6989 > α 0,05, sehinngga dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat
ditolak dan AT tidak berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham.
Tabel 8
Hasil Analisis Korelasi Hipotesis ke-6
0,36561
R
R-squared
0,133669
Adjusted Rsquared
0,082102
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0
Pada
Tabel
8
menunjukkan
mempunyai arti bahwa 8,2102%
koefisien korelasi (R) sebesar
variasi variabel Kinerja Reksa Dana
0,36561, yang artinya hubungan
Saham dapat dijelaskan oleh variasi
antara AAP, SS, RISK, SIZE, dan AT
variabel AAP, SS, RISK, SIZE, dan
terhadap Kinerja Reksa Dana Saham
AT, sisanya sebesar 91,7898%
adalah
positif
dan
lemah.
dijelaskan oleh variasi variabel lain
Sementara itu, nilai adjusted Ryang tidak termasuk dalam model
squares
sebesar
0,082102
regresi.
Tabel 9
Hasil Uji F-Statistik Hipotesis ke-6
Effects Specifications
F-statistic
2,592132
Prob. (F-Statistic)
0,031341
Sumber: hasil pengolahan data dengan Eviews 7.0
109
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Berdasarkan Tabel 9, diperoleh
nilai F-statistik sebesar 2,592132 >
= 2,48 berada di daerah
Fα
penolakan H0 dengan p-value
0,031341
<α
0,05.
Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa
H0 ditolak, sehingga AAP, SS, RISK,
SIZE, dan AT secara bersama-sama
mempunyai pengaruh terhadap
Kinerja Reksa Dana Saham.
November 2012
PENUTUP
Hasil
dari
penelitian
menunjukkan bahwa tingkat risiko
(RISK) mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja reksa dana saham.
Sementara kebijakan alokasi aset
(AAP), pemilihan saham (SS), asset
(SIZE), asset turnover (AT) tidak
berpengaruh terhadap kinerja reksa
dana saham.
Hasil
pengujian
secara
simultan AAP, SS, RISK, SIZE, dan
AT mempunyai pengaruh positif
terhadap kinerja reksa dana saham.
REFERENSI
Abbasi, Majid; Elham Kalantari; dan Hamideh Abbasi. 2012. Effect of Fund
Size on the Performnace Mutual Funds Evidence from Iran. Journal of
Basic and Applied Scientific Research, ISSN 2090-4304.
Anderson, Sweeneey, and Williams. 2011. Statistic for Business and
Economics: 11th South Western: Cengage Learning.
Banko, John. Scott Beyer, dan Richard Dowen. 2010. Economies os Scope and
Scale in the Mutual-fund Industry 1997-2006. Journal Managerial
Finance, Vol. 36, No. 4, pp. 322-336.
Darmadji, Tjiptono, dan Hendy M.Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia.
Jakarta: Salembat Empat.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar N. and Dawn C. Porter. 2010. Essentials of Econometrics:
4th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Economics, 5th Edition.
New York: McGraw-Hill.
Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. (2012). Principles of Managerial
Finance. Thirteen Edition. England: Pearson Education Limited.
Hartanto, Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi
ketujuh. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.
Hair Joseph F. Dan William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A
Global Prespective, 7th Edition. New Jersey: Pearson Education.
Hendrayana, Wawan. 2013. 33 Strategi Reksadana: Kumpulan Artikel Strategi
Reksadana Harian Bisnis dan Investasi Kontan. Jakarta: Kontan
publishing.
Iman, Nofie. 2008. Panduan Singkat dan Praktis: Memulai Investasi
Reksadana. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Indriantoro, Nur; dan Bambang Supomo. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis:
Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA.
110
ISSN: 1410 -9875
Mursidi Prihantono
Liu, Lixian. 2012. The Determinants of Chinese Open-end (Mutual) Funds
Performance. Discipline of Accounting, Banking and Finance Faculty of
Business, Government & Law, University of Canberra.
Megginson, William.L. 2012. Corporate Finance theory. Addison-Wesley:
Educational Publishers Inc.
Nathaphan, Sarayut. dan Pornchai Chunhachinda. 2011. Determinants of
Growth for Thai Mutual Fund Industry.
Nazir, Mian Sajid; dan Muhammad Musarat Nawaz. 2010. The Determinants of
Mutual Fund Growth in Pakistan. International Research Journal of
Finance and Economics, ISSN 1450-2887 Issue 54.
Nurcahya, Ginting Prasetya Enka, dan Bandi. 2010. Reksa Dana di Indonesia:
Analisis Kebijakan Alokasi Aset, Pemilihan Saham, dan Tingkat Risiko
periode 2006-2008. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Akuntasi
Keuangan dan Pasar Modal, Univesitas Jenderal Soedirman.
Pratomo, Eko Priyo; dan Ubaidillah Nugraha. 2009. Reksa dana: Solusi
Perencanaan Investasi di Era Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2006. Ivestment Analysis and Portoflio
Management, 8th Edition. USA: Thomson South-Western.
Sari, Anindita Putri Nurmalita, dan Agus Purwanto. 2012. Analisis Kebijakan
Alokasi Aset, Kinerja Manajer Investasi, dan Tingkat Risiko terhadap
Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia periode 2007-2011. Diponegoro
Journal of Accounting, Vol. 1, No. 1, pp. 2-14.
Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
See, Yong Pui; dan Ruzita Jusoh. 2012. Fund Characteristic and fund
Performance: Evidence of Malaysian Mutual funds, International
Journal of Economics and Management Sciences, Vol. 1, No. 9, pp. 3143.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN.
Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang pasar modal
Website:
www.Bapepam.go.id
www.bi.go.id
111
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
112
November 2012
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 113-120
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
VARIABEL–VARIABEL YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
LILLY NILAWATI
STIE Trisakti
[email protected]
Abstract: The purpose of this research is to analyze the effect of variables
which influence stock return. Independent variables are price earnings ratio,
dividend yield, market to book, earnings, cash flow from operating, economic
value added, and operating leverage. The dependent variable is stock return.
Samples in this research are all manufacturing companies, which are listed
within 2006 until 2010 in Indonesian Stock Exchange. There are 35 companies
meet the criteria and taken as samples. This study uses multiple regression
method to see contribution of each variable influence stockholders’ return.
The samples of this research collected using purposive sampling. The data
were analyzed by using Statistic Program for Social Science (SPSS) version
11.5. The research used descriptive statistic, normality test by one sample
kolmogorov-smirnov, tests on classical assumptions, and multiple regression.
The empirical result of this research show that market to book value have
influence toward stock return but price earnings ratio, dividend yield, earnings, cash flow from operating, operating leverage and debt to equity ratio
have no influence toward stock return in 2006-2010.
Keywords: Stock Return, Price Earnings Ratio, Dividend Yield, Market To Book
Ratio, Earnings, Cash Flow From Operation, Operating Leverage,
And Debt to Equity Ratio.
Namun, faktanya terdapat ketidakpastian akan nilai perusahaan di
masa yang akan datang serta keterkaitan return dengan resiko yang
dihadapi investor. Karenanya investor akan bersedia menyalurkan
dananya apabila perusahaan menciptakan rasa aman atas investasi
yang diberikan oleh investor. Rasa
aman ini didapat apabila investor
memperoleh informasi yang jelas,
PENDAHULUAN
Pasar modal merupakan pasar
untuk berbagai instrumen keuangan
jangka panjang yang mempertemukan
calon
investor
dan
emiten. Ditinjau dari sudut pandang investor, pasar modal menjadi
alternatif investasi yang menarik
karena memberikan pengembalian
atau keuntungan yang signifikan.
113
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
wajar, dan tepat waktu sebagai dasar pengambilan keputusan atas investasinya sehingga investor dapat
memantau serta dapat melakukan
pengamatan untuk dapat mengetahui kinerja dan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan
sumber dayanya secara efisien dan
efektif.
Motivasi dalam penelitian ini
adalah
untuk
mengembangkan
penelitian terdahulu dan menguji
apakah variabel – variabel ini mampu menggambarkan dan menjadi
tolak ukur untuk memprediksi tingkat pengembalian dari suatu perusahaan yang berguna bagi investor
dan pihak lain yang membutuhkan.
Rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu untuk mengetahui apakah
terdapat pengaruh price earnings
ratio, dividend yield, book to market ratio, earnings per share, arus
kas operasi, operating leverage,
dan debt to equiy ratio terhadap
return saham. Sedangkan tujuan
dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan
bukti
empiris
mengenai pengaruh price earnings
ratio, dividend yield, book to market ratio, earnings per share, arus
kas operasi, operating leverage,
dan debt to equiy ratio terhadap
return saham.
RERANGKA TEORITIS DAN PEGEMBANGAN HIPOTESIS
Return Saham
Return adalah keseluruhan keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari hasil investasi selama
periode tertentu yang dihitung
dengan membagi distribusi aset
secara tunai selama satu periode
ditambah
dengan
perubahan
nilainya, dengan nilai investasi awal
114
November 2012
(Gitman, 2012). Keuntungan atau
kerugian itu sangat dipengaruhi
oleh kemampuan investor dalam
menganalisis informasi keuangan
yang diberikan perusahaan (Arista,
2012). Menurut Reily dan Brown
(2002) investor pemegang instrumen investasi ini bisa mendapatkan
dua bentuk keuntungan finansial
yang terdiri atas income dalam
bentuk dividen tunai (bagi investor
yang
lebih
menginginkan
mendapatkan hak kepemilikan atas
perusahaan) dan perubahan harga
atas
nilai
saham,
capital
gain (loss), bagi investor yang lebih
menginginkan keuntungan cepat.
Price Earning Ratio
PER merupakan rasio antara
harga pasar per lembar saham
dibandingkan dengan pendapatan
per lembar saham yang diterima
perusahaan (Margaretha dan Damayanti, 2008). PER juga merupakan
fungsi dari pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang
diharapkan, maka semakin tinggi
pula PER. Hal ini dikarenakan PER
menggambarkan apresiasi pasar
terhadap kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba (Resmi,
2002). Penelitian Margaretha dan
Damayanti
(2008)
menyatakan
bahwa PER berpengaruh terhadap
return saham. Sebaliknya Wijaya
(2008) dan Hermi (2008) dalam
penelitiannya membuktikan price
earnings ratio tidak berpengaruh
terhadap return saham.
Ha1 : Terdapat pengaruh Price Earnings Ratio terhadap Return Saham.
Dividend Yield
Dividen yield adalah cara
untuk mengukur seberapa besar
ISSN: 1410 -9875
arus kas yang didapatkan untuk setiap rupiah yang diinvestasikan dalam suatu ekuitas (Investopedia).
Jika investor bermaksud menyimpan saham dalam jangka waktu
panjang,
maka
investor
mengharapkan dividen. Jika Investor bermaksud menjual saham
dikemudian hari, ia mengharapkan
dividen saham serta keuntungan
akibat kenaikan harga saham. Ini
berarti bahwa apabila dividend
yield dari perusahaan yang efisien
semakin tinggi, maka semakin besar
kemungkinan saham dinilai tinggi.
Margaretha dan Damayanti (2008)
menyatakan bahwa dividend yield
berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Akan tetapi Martusa
(2007) membuktikan bahwa dividend yield memiliki pengaruh
negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Ha2 : Terdapat pengaruh Dividend
Yield terhadap Return Saham.
Market to Book Ratio
Menurut Gitman (2012) market to book ratio merupakan rasio
perbandingan antara harga pasar
per lembar saham dibandingkan
nilai buku perusahaan. Dengan
tingginya nilai rasio ini menjelaskan
bahwa semakin besar pasar menilai
perusahaan. Tingginya nilai perusahaan di mata investor, maka harga
saham akan semakin meningkat dan
akhirnya return saham juga lebih
besar (Astohar, 2010). Suharli
(2004) mengungkapkan market to
book ratio memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh
Astohar (2010) menyatakan bahwa
market to book ratio tidak berpengaruh terhadap return saham.
Lilly Nilawati
Ha3 : Terdapat pengaruh Market to
Book Ratio terhadap Return Saham.
Earnings Per Share
Menurut Gitman (2012, 80)
earning per share didefinisikan sebagai rasio yang mewakili jumlah
dana yang diakui oleh investor
selama periode berjalan dari setiap
lembar saham yang beredar. Arista
(2012) mengatakan bahwa kenaikan
earning per share menggambarkan
perusahaan sedang berada dalam
tahap pertumbuhan atau kondisi
keuangannya sedang mengalami
peningkatan dalam penjualan atau
dengan kata lain semakin besar
earning per share menandakan kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan keuntungan bersih
setiap lembar saham. Pradhono
(2004) dan Astohar (2010) dari hasil
penelitiannya mengungkapkan variabel earnings memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap return saham. Trisnawati (2009) dalam
penelitiannya membuktikan earnings tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Ha4 : Terdapat pengaruh Earnings
Per Share terhadap Return Saham.
Arus Kas Operasi
PSAK No.2 (IAI, 2011), arus kas
bertujuan untuk memberikan informasi yang berguna bagi pemakai
laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas dan
setara kas dan menilai kebutuhan
perusahaan untuk mengunakan arus
kas tersebut. Arus kas yang berasal
dari operasi menunjukan indikasi
apakah perusahaan dan kegiatan
operasinya dapat menghasilkan arus
kas yang cukup untuk melunasi
kewajibannya, memelihara ke115
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
mampuan
operasi
perusahaan,
membayar dividen, dan melakukan
investasi tanpa bantuan dana dari
luar. Oleh sebab itu, arus kas
operasi dapat menjadi sinyal bagi
investor mengenai kondisi perusahaan.
Thiono
(2005)
dalam
penelitiannya mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara return saham dan arus kas
operasi.
Penelitian
Trisnawati
(2009) yang menjelaskan bahwa
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara arus kas operasi dan
return saham.
Ha5 : Terdapat pengaruh Arus Kas
Operasi terhadap Return Saham.
Operating Leverage
Operating leverage merupakan seberapa besar biaya tetap
yang digunakan dalam operasi suatu
perusahaan (Brigham dan Houston,
2006). Irawati dalam Putra (2012)
menjelaskan leverage operasi adalah penggunaan aktiva dengan
biaya tetap yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan yang
cukup utnuk menutup biaya tetap
dan variabel serta dapat meningkatkan
profitabilitas.
Dengan
melihat operating leverage, investor dapat mengukur resiko perusahaan khususnya resiko bisnis. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang berlebihan akan menanggung biaya tetap yang lebih
tinggi. Meredeiros et al. dalam
penelitian
Trisnawati
(2004)
melakukan penelitian mengenai
pengaruh operating leverage terhadap return saham. Putra (2012)
mengemukakan hasil penelitiannya
dimana terdapat pengaruh negatif
operating leverage terhadap return
saham.
Ha6 : Terdapat pengaruh Operating
Leverage terhadap Return Saham.
116
November 2012
Debt to Equity Ratio
DER menggambarkan komposisi struktur modal perusahaan yang
digunakan untuk sumber pendanaan
usaha. Dengan melihat komposisi
total hutang dan total ekuitasnya,
investor dapat menilai tingkat resiko hutang yang tak terbayarkan
dari suatu perusahaan (Ang, 1997).
Semakin kecil nilai debt to equity
ratio (DER) semakin baik bagi perusahaan atau semakin aman hutang yang harus diantisipasi dengan
modal sendiri (Fakhruddin dan Hardianto, 2001). Penelitian yang dilakukan Takarini (2007) menunjukan
bahwa debt to equity ratio
pengaruh secara nyata terhadap
pendapatan saham (return saham).
Sedangkan penelitian Nainggolan
(2009), Resmi (2002) dan Andrianto
(2008) berpendapat debt to equity
ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap return saham
Ha7 : Terdapat pengaruh Debt to
Equity Ratio terhadap Return Saham.
METODA PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian ini yaitu
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan metode
pengambilan sampel dengan purposive sampling, dengan criteria
sebagai berikut:
1. Perusahaan-perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dalam periode waktu tahun 2006-2010.
2. Perusahaan yang menggunakan
mata uang rupiah.
3. Perusahaan yang memiliki periode akuntansi berakhir tanggal
31 Desember.
ISSN: 1410 -9875
Lilly Nilawati
4. Perusahaan yang melaporkan
laba yang konsisten dalam
laporan keuangannya pada periode 2006-2010.
5. Perusahaan yang membagikan
dividen secara terus menerus
dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010.
Definisi Operasional dan Pengukurannya
Tabel 1
Pengukuran Variabel
Variabel
Pengukuran
Return Saham
Skala
Pit – Pit-1 + Dit
Pit-1
Rasio
Price Earnings Ratio
Rasio
Dividend Yields
Rasio
Market to Book Ratio
Rasio
Earnings per share
Rasio
Arus Kas Operasi
Rasio
Operating Leverage
Rasio
Debt to Equity Ratio
Rasio
HASIL PENELITIAN
nilai minimum, maksimum, ratarata dan simpangan baku dari variabel yang diteliti. Hasil pengujiannya dapat dilihat dari tabel
berikut:
Statsitik Deskriptif Variabel
Statistik deskriptif merupakan salah satu teknik statistik yang
memberikan penjelasan mengenai
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Variabel
N
Minimum
Maximum
Mean
RS
PER
DY
MTB
EPS
155
155
155
155
-,84161
1,56623
,00417
,21568
3,03509
79,81936
,31439
12,07909
,45526
13,02056
,04931
2,16178
155
4,92899
12120,20523
807,87566
CFOR
155
-
10575,36519
895,62177
Std. Deviation
,75282
11,02171
,04675
1,82246
1707,1032
1
1973,3348
117
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Variabel
DOL
DER
Valid N (listwise)
N
Minimum
November 2012
Maximum
2821,00192
155 -730,46173
155
,07653
Mean
67,29452
17,65673
-2,16790
1,03524
Std. Deviation
7
59,24342
1,60711
155
Sumber : Pengolahan data SPSS
Model
(Constant)
PER
DY
MTB
EPS
CFOR
DOL
DER
Tabel 3
Hasil Uji T
Unstandardized Co- Standardized
efficients
Coefficients
Std. ErB
ror
Beta
,321
,144
-,001
-1,941
,102
2,102E-05
5,032E-05
,001
-,031
,006
1,446
,036
,000
,000
,001
,039
-,021
-,121
,247
,048
,132
,089
-,065
t
Sig.
2,226
,028
-,222
-1,342
2,812
,479
1,306
1,146
-,786
,825
,182
,006
,632
,194
,254
,433
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 11.5
Uji t digunakan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali,
2006). Apabila tingkat signifikansi >
5%, maka Ha tidak dapat diterima,
berarti tidak terdapat pengaruh
variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Namun apabila tingkat signifikansi <
5%, maka Ha tidak dapat ditolak,
berarti terdapat pengaruh variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengujian
yang dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur yang
118
terdaftar di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Price earnings ratio tidak memiliki pengaruh terhadap return
saham. Hasil penelitian ini konsisten
dengan
penelitian
Martusa (2007), Wijaya (2008)
dan Hermi (2011), akan tetapi
tidak
konsisten
dengan
penelitian
Yadnya
(2003),
Resmi (2002), serta Margaretha
dan Damayanti (2008).
2. Dividend yield memiliki tidak
memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian
Hermi (2011) dan Martusa
(2007), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Mwala
ISSN: 1410 -9875
3.
4.
5.
6.
et al,. (2008) serta Margaretha
dan Damayanti (2008).
Market to book ratio memiliki
pengaruh signifikan terhadap
return saham. Hasil penelitian
ini konsisten dengan penelitian
Suharli (2004), Arista (2012)
dan Margaretha dan Damayanti
(2008), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Wijaya
(2008) dan Astohar (2010).
Earnings
tidak
memiliki
pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Trisnawati (2008), Arista (2012)
serta Astuti (2010). Akan tetapi
tidak
konsisten
dengan
penelitian
Resmi
(2002),
Pradhono
(2004),
Solechan
(2008) dan Ashtohar (2010).
Arus kas operasi tidak memiliki
pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Trisnawati (2008) akan tetapi tidak
konsisten dengan penelitian
Pradhono (2004), Astuti (2010)
dan Thiono (2005).
Operating leverage tidak memiliki pengaruh terhadap return
saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Trisnawati (2008) dan Putra (2012),
Lilly Nilawati
akan tetapi tidak konsisten
dengan penelitian Pradhono
(2004).
7. Debt to equity ratio tidak
memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian Nainggolan
(2009),
Andrianto
(2008) dan Resmi (2002), akan
tetapi penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Yunanto dan Medyawati (2009), Takarini (2007) serta Arista
(2012).
Dalam penelitian ini terdapat beberpa keterbatasan yang
mungkin dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Penelitian ini terbatas
pada tujuh variabel yang hanya
dapat menjelaskan 8,5 % faktor
yang dapat mempengaruhi return
saham.
Adapun rekomendasi yang
diberikan penulis untuk penelitian
selanjutnya adalah penelitian selanjutnya dapat memperluas objek
penelitian. Tidak hanya terbatas
kepada
perusahaan-perusahaan
manufaktur saja. Peneltian selanjutnya hendaknya memperluas variabel-variabel penelitian yang diperkirakan berpengaruh terhadap
return saham seperti return on assets dan ukuran perusahaan.
REFERENSI
Andrianto, Wahyu. 2008. Stock Return In Pre- and Post- 1997 Financial Crisis
Year, Intergrity-Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.2 No.1, Hlm. 275292.
Ang, A. dan Greet Bekaert. 2007. Stock Return Predictability:Is It There?. The
Review of Financial Studies, Vol. 20, No. 3, Hlm. 651-707
Arista, Desy. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham,
Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol.3 No.1, Hl,. 1-15.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi kesepuluh, Buku Satu. Jakarta.
119
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Fakhruddin, Shopian dan Hardianto. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Buku 1, PT Alex Media Komputindo. Jakarta.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi ke empat. Yogyakarta. Universitas Diponegoro.
Gitman, J. Lawrence. 2012. Principles Of Managerial Finance, Addison Wesley, Twelfth Editon.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta.
INVESTOPEDIA. Abnormal Return Definition. Home page on-line. Available
from http://www.investopedia.com/terms/a/abnormalreturn.asp: Internet; accessed 1 Mei 2011.
Margaretha, F., dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio,
Dividend Yield, dan Market to Book Ratio terhadap Stock Return Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 6, No. 3, Hlm. 149160.
Martusa, Riki. 2007. Pengaruh Dividend Yield Dan Price Earnings Ratio Terhadap Return Saham dengan Investment Opportunity Set Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 9, No. 3, Hlm. 253273.
Pradhono, dan Yulius, JC. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual
Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi, Terhadap Return yang
Diterima oleh Pemegang Saham, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.6,
Hlm. 140-163.
Putra, Indo Ratmana. 2012. Analisis Pengaruh Operating Leverage dan Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS) Di Perusahaan Properti
yang Terdaftar Di BEI (2007-2011). Jurnal Manajemen, Vol.1 No.1, Hlm.
318-328.
Reilly, Frank K. dan Keith C. Brown. 2002. Investment Analysis and Portfolio
Management, Seventh Edition. South-Western College Publishing, Ohio.
Resmi, Siti. 2002. Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Return
Saham. KOMPAK No.6, Hlm. 275-300.
Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media.
Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi
Return Saham Pada Industry Food And Beverages di Bursa Efek Jakarta,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No.2, Hlm. 99-116.
Takarini, Nurjanti. 2007. Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol.8 No.2, Hlm. 310-318.
Trisnawati, I. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added
Terhadap Return Saham, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.11 No.1, Hlm.
65-78.
120
JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI
Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 120-130
ISSN: 1410 – 9875
http: //www.tsm.ac.id/JBA
PENGARUH INFORMATIVENESS, ENTERTAINMENT, SOURCE
CREDIBILITY, DAN IRRITATION TERHADAP CONSUMER
ATTITUDE IKLAN
WIBISONO SOEDIONO
STIE TRISAKTI
[email protected]
Abstract: The purpose of this study is to know how the influence of
informativeness, entertainment, source credibility, irritation for consumer
attitude Blackberry Z10 advertising in advertising program at Jakarta. This
research design uses descriptive research and causality research. The
sampling in this research was purposive sampling and uses 100 respondent.
Data is used the primary data, and the methods for the analysis is regression
(Y = a + bX + e) and multiple regression (Y = a = b1X1 + b2X2 + b3X3 + ….+ e),
with SPSS 21 analysis programs. The result of this research is
informativeness, entertainment, source credibility, irritation have positive
influence to consumer attitude with individually and simultaneously.
Keywords: Imformativeness, Entertainment, Source Credibility, Irritation,
and Consumer Attitude.
PENDAHULUAN
satu industri dalam dunia usaha
adalah
industri
telekomunikasi
seperti
industri
penjualan
handphone. Menurut data BPS
(Badan Pusat Statistik) pada tahun
2012
bulan
januari
sampai
desember
tercatat
impor
handphone Indonesia sebesar US$
2,5 miliar atau 25,2 triliun rupiah,
sedangkan impor handphone tahun
2013 bulan januari tercatat sebesar
US$ 219 atau 2,1 triliun rupiah.
Hasil ini menunjukan bahwa,
Indonesia mempunyai pasar yang
bagus
dalam
industri
telekomunikasi.
Kondisi
perekonomian
Indonesia saat ini telah mengalami
berbagai
kemajuan
dan
perkembangan. Menurut data BKPM
(Badan
Koordinasi
Penanaman
Modal) pada tahun 2012, investasi
di Indonesia sebesar 280 triliun
rupiah, pada tahun 2013 meningkat
menjadi 390 triliun rupiah. Hasil
dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal itu menunjukan bahwa dunia
usaha di Indonesia telah mengalami
perkembangan
sehingga
meningkatkan daya beli masyarakat
terhadap produk atau jasa. Salah
121
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
Di Indonesia, Research In
Motion masuk pada pertengahan
bulan
desember
tahun
2004
sementara Android pertama kali
masuk Indonesia pada tahun 2009.
Namun, dapat kita lihat bahwa,
yang terjadi pada konsumsi pasar
selama 2 tahun belakangan ini
adalah,
pengguna
smartphone
BlackBerry perlahan mulai beralih
ke Samsung dengan Operating
System Android. Padahal Research
In
Motion
yang
merupakan
Perusahaan Induk dari BlackBerry
terlebih dahulu menguasai pasar
industri telekomunikasi di dunia.
Menurut sumber dari Gartner
pada grafik di atas, tercatat
pertengahan tahun 2011 bahwa
BlackBerry hanya menguasai 12%
dari seluruh Mobile Operating
System di dunia sementara Android
menguasai pasar di dunia dengan
perolehan 43%. Menurut BBC
Indonesia, pada tanggal 29 Maret
2013 penjualan BlackBerry Z10 di
Kanada dan Inggris mencapai 1 juta
unit tetapi, penjualan 1 juta unit
itu belum termasuk di Amerika
Serikat sehingga BlackBerry Z10
belum dapat dinilai berhasil untuk
mengalahkan pesaing nya. Menurut
PULSA ONLINE, sampai tanggal 1
May 2013 di Indonesia BlackBerry
Z10 berhasil terjual 7 ribu unit
pada peluncuran perdananya. Hasil
itu sangat menggembirakan bagi
BlackBerry,
CEO
BlackBerry
Thorsten Heins menyatakan bahwa
saham perusahaan nya meningkat
sebesar 6,1% berkat bantuan
BlackBerry sehingga fokus pasar
BlackBerry lebih difokuskan ke
negara yang memang pangsa pasar
nya masih cukup tinggi, mengingat
Z10 merupakan salah satu produk
terakhir dari BlackBerry Platform
10.
122
November 2012
RERANGKA TEORITIS
Informativeness
Menurut Aaker, Batra, and
Myers (1992, 553) “ Information
that serves to enchance rational
decision
making
is
good
information “.
Menurut Saadeghvaziri and
Hosseini (2011) yang dikutip dari
Kiani Irshad ZERNIGAH and Kamran
SOHAIL
(2012,648)
“Informativeness is an important
factor
in
determining
the
effectiveness of advertisements “.
Clow and Baack (2012, 212)
“Informative is present information
to the audience in a straight
forward manner”
Entertainment
Menurut Tsang et al (2004),
Bauer et al (2005) yang dikutip dari
Kiani Irshad ZERNIGAH and Kamran
SOHAIL (2012,649) “ Entertainment
is the most important feature that
affects
counsumer’s
attitude
towards mobile advertising “.
Menurut Katterbach (2002)
yang dikutip dari Abdul Azeem and
Zia ul Hag (2012) “Entertainment is
also a crucial factor for internet
marketing. It is essential that the
message is concise and funny, and
thus
immediately
captures
consumers’ attention “.
Menurut Aaker, Batra, and Myers
(192, 556) “Campaign using an
advertisements
with
high
entertainment
value
have
demonstrated their ability to
survive heavy repetition.
Source Credibility
Menurut Adler dalam Kwek
Chon Ling (2010) “ Credibility
adalah
kepercayaan
tentang
ISSN: 1410 -9875
Wibisono Soediono
petunjuk dan persepsi dalam
pikiran pendengar “.
Menurut Palka et al (2009)
yang dikutip dari Kiani Irshad
ZERNIGAH and Kamran SOHAIL
(2012,650) “ The credibility and
trustworthiness of viral message
source is also closely linked with
the perceived risk. If the viral
marketing message comes from a
trusted source, the perceived risk
associated with the message is low.
The message recipients express no
security and privacy concern, when
they received viral message from
their social network. “
Menurut Ohanian (1990) “
Source Credibility terdiri dari tiga
dimensi,
yaitu:
expertise,
trustworthiness,
dan
physical
attractiveness. “
Irritation
Menurut Aaker, Batra, and
Myers (1992,555) “ Although a
portion of these advertisements
irritated respondents because they
were considered deceptive, the
majority were so categorized for
reasons related to questios of taste
“.
Menurut Palka et al (2009);
Haghirian et al (2005) yang dikutip
dari Kiani Irshad ZERNIGAH and
Kamran
SOHAIL
(2012,649)“
Marketing message recipient feel
irritated when the advertiser make
use of the technic annoy offend, or
insult
message
recipient.
Moreover, if the message contents
become excessively manipulative,
it also irritates message recipient
and result into a negative
consumers’ attitude.
Menurut Haghirian et al (2005)
yang dikutip dari Kiani Irshad
ZERNIGAH and Kamran SOHAIL
(2012,649)“ Irritation can be
reduced by delivering appropriate
message to the relevant target
group that delivers value to them“.
Consumer Attitude
Menurut Kotler dan Keller
(2012,190) ” Attitude, a person’s
enduring favorable or unfavorable
evaluation, emotional feelings and
action tendencies toward some
object or idea. ”
Menurut Claw and Baack
(2004,65) “ Attitude is a mental
position taken toward a topic,
person, or even that influence the
holders
feeling,
perception,
learning process, and subsequent
behaviors. “
Definisi
sikap
menurut
Schiffman & Kanuk (2010,246)
adalah “ Attitude is a learned
predisposition to be have is
consistently
favorable
or
unfavorable way with respect to a
given object ”.
Informativeness
Entertainment
Consumer Attitude
Source Credibility
Irritation
Gambar 1. Model Penelitian
123
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
METODA PENELITIAN
Obyek Penelitian
Objek penelitian ini adalah
responden
yang
pernah
menyaksikan Iklan Blackberry Z10.
Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 100
responden sehingga menggunakan
November 2012
metode Hair. Menurut Hair et al
(2010,102) “ Regarding the sampel
size question, the researcher
generally would not factor analyze
a sample of fewer than 50
observations, and preferably the
sample size should be 100 or
larger. “
HASIL PENELITIAN
Uji Validitas
Tabel 1
Hasil Uji Validitas Informativeness (X1)
r tabel
Kesimpulan
Variabel
r hitung
Informativeness
0,829
0,1966
Valid
1
Informativeness
0,853
0,1966
Valid
2
Informativeness
0,777
0,1966
Valid
3
Tabel 2
Hasil Uji Validitas Entertainment (X2)
r tabel
Kesimpulan
Variabel
r hitung
Entertainment 1
0,813
0,1966
Valid
Entertainment 2
0,838
0,1966
Valid
Entertainment 3
0,799
0,1966
Valid
Tabel 3
Hasil Uji Validitas Source Credibility (X3)
r tabel
Kesimpulan
Variabel
r hitung
Source Credibility
0,811
0,1966
Valid
1
Source Credibility
0,794
0,1966
Valid
2
Source Crediblity 3
0,796
0,1966
Valid
Variabel
Irritation 1
Irritation 2
Irritation 3
124
Tabel 4
Hasil Uji Validitas Irritation (X4)
r tabel
r hitung
0,798
0,1966
0,840
0,1966
0,755
0,1966
Kesimpulan
Valid
Valid
Valid
ISSN: 1410 -9875
Wibisono Soediono
Tabel 5
Hasil Uji Validitas Consumer Attitude (Y)
r tabel
Kesimpulan
Variabel
r hitung
Consumer Attitude
0,884
01966
Valid
1
Consumer Attitude
0,879
0,1966
Valid
2
Uji Reliablilitas
Hasil dari uji reliabilitas dilihat dari nilai Cronbach Alpha di mana
hasilnya akan reliabel bila lebih besar dari 0,6. Berikut ini adalah tabel hasil
dari Uji Reliabilitas :
Variabel
Informativeness (X1)
Entertainment (X2)
Source Credibility (X3)
Irritation (X4)
Consumer Attitude (Y)
Tabel 6
Hasil Uji Reliabilitas
Total Pertanyaan Cronbach Alpha
3
0,75
3
0,75
3
0,71
3
0,70
2
0,71
Kesimpulan
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Tabel 7
Hasil Uji Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R Square)
R Square
Model
R
1
0,464
0,215
Model
1
Tabel 8
Hasil Uji Regresi Sederhana dan Hasil Uji Hipotesis 1
Unstandardized
Coefficient
B
t
Sig
(Constant)
4,269
0,000
Informativeness (X1)
0,348
5,186
0,000
Analisis :
1. Jika Informativeness (X1) = 0, maka nilai Consumer Attitude sebesar
4,269.
2. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Informativeness (X1) akan
meningkatkan Consumer Attitude sebesar 0,348.
125
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
November 2012
Tabel 9
Hasil Uji Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R Square)
R Square
Model
R
1
0,399
0,159
Model
1
Tabel 10
Hasil Uji Regresi Sederhana dan Hasil Uji Hipotesis 2
Unstandardized
Coefficient
B
t
(Constant)
4,762
Entertainment (X2)
0,302
4,307
Sig
0,000
Analisis :
1. Jika Entertainment (X2) = 0, maka nilai Consumer Attitude sebesar 4,762.
2. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Entertainment (X2) akan meningkatkan
Consumer Attitude sebesar 0,302.
Tabel 11
Hasil Uji Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R Square)
R Square
Model
R
1
0,390
0,152
Model
1
Tabel 12
Hasil Uji Regresi Sederhana dan hasil Uji Hipotesis 3
Unstandardized
Coefficient
B
t
(Constant)
4,769
Source Credibility (X3)
0,302
4,196
Sig
0,000
Analisis :
1. Jika Source Credibility (X3) = 0, maka nilai Consumer Attitude sebesar
4,769.
2. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Source Credibility (X3) akan
meningkatkan Consumer Attitude sebesar 0,302.
Tabel 13
Hasil Uji Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R Square)
R Square
Model
R
1
0,263
0,069
126
ISSN: 1410 -9875
Model
1
Wibisono Soediono
Tabel 14
Hasil Uji Regresi Sederhana dan hasil Uji Hipotesis 3
Unstandardized Coefficient
B
t
Sig
(Constant)
9,756
Irritation (X4)
-0,179
-2,699
0,008
Analisis :
3. Jika Irritation (X4) = 0, maka nilai Consumer Attitude sebesar 9,756.
4. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Irritation (X4) akan menurunkan
Consumer Attitude sebesar 0,179.
Tabel 15
Hasil Uji Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (Adjusted R Aquare)
Model
Model
1
R
Adjusted R
Square
Tabel 16
Hasil Uji Regresi Berganda
Unstandardized
Coefficient
B
(Constant)
5,992
Informativeness (X1)
0,590
Entertainment (X2)
-0.225
Source Credibility (X3)
-0.57
Irritation (X4)
-0.138
Analisis :
1. Nilai
konstanta
5,992
menyatakan
bahwa
jika
Informativeness
(X1),
Entertainment (X2), Source
Credibility (X3), dan Irritation
(X4) adalah 0, maka nilai
Consumer
Attitude
yang
dihasilkan sebesar 5,992.
2. Koefisien
regresi
0,590
menyatakan
bahwa
setiap
kenaikan
1
satuan
Informativeness
(X1)
akan
meningkatkan
Consumer
Attitude sebesar 0,590 dengan
asumsi
nilai
variabel
Entertainment (X2), Source
Credibility (X3), dan Irritation
(X4) dianggap konstan.
3. Koefisien
regresi
-0,225
menyatakan
bahwa
setiap
kenaikan
1
satuan
Entertainment
(X2)
akan
menurunkan Consumer Attitude
sebesar -0,225 dengan asumsi
nilai variabel Informativeness
(X1), Source Credibility (X3),
dan Irritation (X4) dianggap
konstan.
4. Koefisien
regresi
-0,57
menyatakan
bahwa
setiap
kenaikan 1 satuan Source
Credibility
(X3)
akan
menurunkan Consumer Attitude
127
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
sebesar -0,57 dengan asumsi
nilai variabel Informativeness
(X1), Entertainment (X2), dan
Irritation (X4) dianggap konstan.
5. Koefisien
regresi
-0,138
menyatakan
bahwa
setiap
kenaikan 1 satuan Irritation (X4)
akan menurunkan Consumer
November 2012
Attitude sebesar -0,138 dengan
asumsi
nilai
variabel
Informativeness
(X1),
Entertainment (X2), dan Source
Credibility
(X3)
dianggap
konstan.
Pengujian Hipotesis 5
Model
1
Tabel 17
Hasil Uji Hipotesis 4
Sig
F
Regression
8,795
0,000
Gambar 4.12 Kurva Penolakan H05
PENUTUP
Penelitian dilakukan dengan
mengembangkan sebuah model
untuk
menganalisa
pengaruh
Informativeness,
Entertainment,
Source Credibility, dan Irritation
terhadap Consumer Attitude Iklan
Blackberry Z10 pada Program
Periklanan di Jakarta.
Bab ini dijelaskan mengenai
hasil-hasil
yang
di
dapatkan
peneliti,
dilanjutkan
dengan
pembahasan kesimpulan mengenai
diterima atau tidaknya hipotesis,
dan juga terdapat keterbatasan
penelitian ini, serta saran untuk
penelitian selanjutnya.
2.
3.
4.
5.
Berdasarkan hasil analisa dan
pembahasan
yang
telah
dikemukakan,
ada
beberapa
kesimpulan yang diperoleh antara
lain:
1. Terdapat
pengaruh
antara
Informativeness (X1) terhadap
128
Consumer
Attitude
Iklan
Blackberry Z10 pada Program
Periklanan di Jakarta.
Terdapat
pengaruh
antara
Entertainment (X2) terhadap
Consumer
Attitude
Iklan
Blackberry Z10 pada Program
Periklanan di Jakarta.
Terdapat
pengaruh
antara
Source Credibility (X3) terhadap
Consumer
Attitude
Iklan
Blackberry Z10 pada Program
Periklanan di Jakarta.
Terdapat
pengaruh
antara
Irritation
(X4)
terhadap
Consumer
Attitude
Iklan
Blackberry Z10 pada Program
Periklanan di Jakarta
Terdapat
pengaruh
antara
Informativeness,
Entertainment,
Source
Credibility,
dan
Irritation
terhadap Consumer Attitude
Iklan Blackberry Z10 pada
Program Periklanan di Jakarta.
ISSN: 1410 -9875
Wibisono Soediono
REFERENSI
Aaker, David A., Rajew Batra and John G. Myres. 1992. Advertising
Management, Fourth Edition. New Jersey: Prentice Hall.
Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A.William. 2011.Statistics
for Business and Economics, 11thEdition.South Western: Cengage
Learning
Belch, George E and Michael A Belch. 2001. Advertising and Promotion, Fifth
Edition. New York: Mc Graw Hill.
Clow, Kenneth E. And Baack. 2012. Integrated Advertising, Promotion &
Marketing Communication, 5th Edition. New Jersey: Upper Saddle River,
Pearson Prentice Hall.
Dickson, Peter R. 1997. Marketing Management, Second Edition, The Dryden
Press Hancourt Brace College Publishers.
Ducoffe, Robert H. 1996. Advertising Value and Advertising On The Web,
Journal of Advertising Research.
Ducoffe, Robert H.1996. How Consumers Assess The Value Advertising,
Journal of Current Issues and Research in Advertising pp. 1-18.
Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph F. Anderson and
Rondal L. Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. New Jersey:
Pearson Education, Inc.
http://finance.detik.com/read/2013/05/07/085255/2239738/4/ri-imporponsel-hingga-rp-61-triliun-di-3-bulan-pertama-2013
http://forum.detik.com/sejarah-android-pertama-kali-t338267.html
http://www.gartner.com/it/page.jsp?id=1764714
http://www.tabloidpulsa.co.id/news/6892-ceo-blackberry-penjualanblackberry-z10-di-atas-perkiraan
http://www.the-marketeers.com/archives/41-juta-masyarakat-indonesiamiliki-smartphone-95nya-digunakan-di-rumah.html#.UxWJq2Y-aP8
Kurtz, David L. 2008. Principles of Contemporary Marketing 14th Edition. New
York: Cengage Learning.
Kwek Choon Ling, Tan Hoi Piew. 2010. The Determinants of Consumer’s
Attitude Towards Advertising. Canadian Social Science, vol. 6, no. 4.
Malholtra, Naresh K. 2009. Riset Pemasaran. Edisi 4. Jakarta. Indeks
Mendy Lea Wahyuni Gasperz. 2008. Pengaruh Unsur Entertainment,
Informativeness, dan Irritation terhadap Advertising Value dan
Consumer Attitude atas Advertising via Mobile Devices (SMS).
Ohanian, Roobina.1990. Construction and Validation of a Scale to Measure
Celebrity Endorser’s Perceived Expertise, Trustworthiness, and
Attractiveness “ Journal of Advertising, Vol. 19, No. 3, pp. 39-52.
Philip Kotler and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management: Global
Edition. England: Pearson Education Limited.
Schiffman, Leon and Leslie Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behaviour, 10th
Edition. Prentice Hall.
Sekaran, Uma, and Bougie Roger. 2010. Research Method for Business, 5th
edition. John Wiley and Sons Inc.
Wells, Burnett and Morianty. 2000. Advertising : Principles and Practice, Fifth
Edition, Prentice Hall International Inc.
129
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4
130
November 2012
Download