post traumatic stress disorder

advertisement
Workplan
POST TRAUMATIC STRESS DISORDER
Oleh:
RIDHA MAWADDAH
0907101010116
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA/BLUD RUMAH SAKIT JIWA
BANDA ACEH
2014
POST TRAUMATIC STRESS DISORDER
Definisi
Posttraumatic stress disorder (PTSD) adalah suatu kondisi yang ditandai dengan
berkembangnya berbagai gejala setelah peristiwa traumatis, termasuk gejala pikiran dan ingatan
yang mengganggu (intrusive dan kewaspadaan tinggi (hyper-arousal). Pengertian lain dari PTSD
(Post Traumatic Stress Disorder) adalah kecemasan patologis yang umumnya terjadi setelah
seseorang mengalami atau menyaksikan trauma berat yang mengancam secara fisik dan jiwa
orang tersebut.
Posttraumatic stress disorder (PTSD) adalah suatu kondisi yang ditandai dengan
berkembangnya serangkaian gejala khas menyusul suatu peristiwa traumatis, termasuk gejala
pikiran dan ingatan yang mengganggu (intrusif), penghindaran kenangan akan traumanya,
penumpulan emosi, dan sangat sensitif (hyper-arousal).
Etiologi
Seseorang dapat mengalami PTSD adalah akibat respon terhadap suatu trauma yang
ekstrem atau sebuah kejadian yang mengerikan yang seseorang alami, saksikan, atau dipelajari,
terutama yang mengancam hidup atau yang menyebabkan penderitaan fisik. Pengalaman tersebut
menyebabkan seseorang merasakan takut yang sangat kuat, atau perasaan tidak berdaya.
1. Stressor
Stressor
yang
menyebabkan
stress
akut
dan
PTSD
cukup
hebat
untukmempengaruhisetiap orang. Stressor tersebut dapat timbul dari pengalaman perang,
penyiksaan, bencana alam, penyerangan, perkosaan, dan kecelakaan serius.
2. Faktor Psikodinamik
Model psikoanalitik gangguan ini menghipotesiskan bahwa trauma mengaktifkan
kembali konflik psikologis yang sebelumnya tenang tetapi tidak terselesaikan.
Penghidupan kembali
trauma masa
kanak-kanak
dapat
menimbulkan
regresi,
penyangkalan, reaction formation, dan undoing. Konflik yang sebelumnya telah ada
secara simbolis dibangkitkan kembali oleh traumatik yang baru.
3. Faktor Perilaku Kognitif
Model perilaku PTSD menekankan ada 2 fase, yang pertama adalah trauma yang
menimbulkan respon takut dengan stimulus yang dipelajari. Yang kedua adalah melalui
pembelajaran instrumental melalui stimulus yang tidak dipelajari.
4. Faktor Biologis
1. Sistem Noradrenergik
Pada PTSD menunjukkan gejala gugup, peingkatan tekanan darah, dan denyut
jantung, palpitasi, berkeringat, rona merah diwajah, dan tremor. Gejala-gejala
tersebut berkaitan dengan gejala adrenergik. Sejumlah studi menemukan
peningkatan konsentrasi epinefrinurin 24 jam pada tetara veteran dengan PTSD
dan peningkatan konsentrasi katekolaminurin pada anak perempuan yang
mengalami penyiksaan seksual.
2. Sistem Opioid
Pada PTSD ditemukan adanya abnormalitas sistem opioid yaitu penurunan
konsentrasi β-endorfin plasma.
3. Faktor Pelepas Kortikotropin dan Aksis Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal (HPA)
Sejumlah studi menunjukkan konsentrasi kortisol bebas yang rendah di dalam
plasma dan urin pada PTSD. Terdapat peningkatan reseptor glukokortikoid pada
limfosit dan factor pelepas kortikotropin eksogen yang menunjukkan respon
hormone adreno-kortikotropin yang tumpul. Selain itu, supresi kortisol meningkat
pada PTSD, hal ini menunjukkan hiperregulasiaksis HPA pada PTSD.
Sejumlah studi juga telah menemukan terjadinya hipersupresi kortisol pada pasien
yang terpajan trauma dan mengalami PTSD dibandingkan pasien yang terpajan
trauma tapi tidak mengalami PTSD sehinggga mungkin hipersupresi ini secara
spesifik berkaitan dengan PTSD bukan hanya dengan trauma.
ManifestasiKlinis
Gangguan-gangguan ini dapat dianggap sebagai respon maladaptive terhadap stress
beratatau stress berkelanjutan dimana mekanisme penyesuaian tidak berhasil mengatasi sehingga
menimbulkan
masalah
dalam
fungsi
sosialnya.
Gangguan
ini
minggu/berbulan-bulan setelah kejadian, awitan biasanya dalam 6 bulan.
3 kelompok utama gejala (tidak ada sebelum pajanan):
terjadi
berminggu-
1. Hyperarousal (rangsangan yang berlebihan)
2. Intrusions (pengacauan)
3. Avoidance (penghindaran)
Diagnosis
Pedoman diagnostic menurut PPDGJ III:
a. Diagnosis baru ditegakkan bila mana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan
setelah kejadian traumatic berat (masa laten yang berkisar antara beberapa minggu sampai
beberapa bulan, jangan sampai melampaui 6 bulan). Kemungkinan diagnosis masih dapat
ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi
waktu 6 bulan, asal saja manifestasi klinisnya adalah khas dan tidak terdapat alternative
kategori gangguan lainnya.
b. Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus dibedakan baying-bayang atau mimpi-mimpi
dari kejadian traumatic tersebut secara berulang-ulang kembali (flashbacks)
c. Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingkah laku semuanya dapat mewarnai
diagnosis tetapi tidak khas.
d. Suatu “sequelae” manahun yang terjadi lambat setelah stressyang luar biasa, misalnya saja
beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasikan dalam kategori F62.0 (perubahan
kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa).
Tatalaksana
1. Psikoterapi

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Tujuan terapi ini adalah mengidentifikasi pikiran-pikiran yang tidak rasional,
mengumpulkan bukti bahwa pikiran tersebut tidak rasional untuk melawan pikiran
tersebut yang kemudian mengadopsipikiran yang lebih realistic untuk membantu
mencapai emosi yang lebih seimbang. Terapis membantu untuk merubah kepercayaan
yang tidak rasional yang mengganggu emosi dan menganggu kegiatan-kegiatan penderita
PTSD misalnya, pada seorang anak korban kejahatan mungkin akan menyalahkan diri
sendiri Karena ketidakhati- hatiannya.

Terapikognitif.
Jenis terapi bicara membantu Anda mengenali cara berpikir (pola kognitif) yang membuat
Anda terjebak – misalnya, cara-cara negative atau tidak akurat dalam memahami situasi normal.
Dalam pengobatan PTSD, terapi kognitif sering digunakan bersama dengan terapi perilaku yang
disebut terapi eksposur.
 EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)
EMDR adalah sebuah pendekatan psikoterapi yang bertumpu pada model pemrosesan
informasi di dalam otak. Jaringan memori dilihat sebagai landasan yang mendasari patologi
sekaligus kesehatan mental, karena jaringan-jaringan memori adalah dasar dari persepsi, sikap
dan perilaku kita. Untuk memproses kembali informasi di dalam otak/jaringan memori.

Anxiety management,
Terapisakan mengajarkan beberapa ketrampilan untuk membantu mengatasi gejala PTSD
dengan lebih baik melalui:
 relaxation training.
Yaitu belajar mengontrol ketakutan dan kecemasan secara sistematis dan merelaksasi.
 breathing retraining.
Yaitu belajar bernafas dengan perut secara perlahan-lahan, santai dan menghindari
bernafas dengan tergesa-gesa yang menimbulkan perasaan tidak nyaman
 positive thinking dan self-talk,
yaitu belajar untuk menghilangkan pikiran negative dan mengganti dengan pikiran positif
ketika menghadapi hal-hal yang membuat stress (stresor).
 thought stopping
yaitu belajar bagaimana mengalihkan pikiran ketika kita sedang memikirkan hal-hal yang
membuatkita stress

Support group therapy dan terapi bicara.
Dalam support group therapy, seluruh peserta merupakan penderita PTSD yang
mempunyai pengalaman serupa (misalnya korban bencana tsunami, korban gempa bumi) dimana
dalam proses terapi mereka saling menceritakan tentang pengalaman traumatis mereka,
kemudian mereka saling member penguatan satu sama lain. Sementara itu dalam terapi bicara
memperlihatkan bahwa dalam sejumlah studi penelitian dapat membuktikan bahwa terapi saling
berbagi cerita mengenai trauma, mampu memperbaiki kondisi jiwa penderita kondisi ini memicu
seseorang untuk bangkit dari trauma yang diderita dan melawan kecemasan.
2. Farmakologi
a. Selective serotonin reuptak inhibitors (SSRI)
SSRI merupakan obat line pertama dan satu-satunya obat yang direkomendasikan Food
and Drug Administration (FDA) dalam mengatasi gejala cemas, depresi, perilaku menghindar,
danpikiran yang intrusif (mengganggu) pada penderita PTSD. Obat ini secara primer
mempengaruhi neurotransmitter serotonin yang penting untuk regulasi mood, anxietas, appetite,
tidur, dan fungsi tubuh lainnya. Obat ini meningkatkan jumlah serotonin dengan cara
menginhibisi reuptake serotonin diotak. Penelitian menunjukkan bahwa manfaat maksimaldari
SSRI tergantug pada dosis yang cukup dan durasi pengobatan.
Obatgolongan SSRIs antara lain:
o Fluoxetine (Prozac)  20mg-60mg sehari.
o Sertraline (Zoloft)  50 mg-200mg sehari
o Citalopram (Celexa)  20mg-60 mg sehari
o Paroxetine (Paxil)  20mg-60mg sehari

Diantara obat-obatdiatas yang direkomendasikan FDA untuk first line medikasi PTSD
hanya sertraline dan paroxetine
DAFTAR PUSTAKA
Elvira, Sylvia D,Hadisukanto G. Gangguan Stres Pasca Trauma Dalam: Elvira, Sylvia
D,Hadisukanto G. BukuAjarPsikiatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2010 h: 254-264
Kaplan, H.I. Sadock. B.I. Grebb.J.A. 2008. Kaplan &Sadock: SinopsisPsikiatri. Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Ed: II. Jil: I
Maslim, Rasdi. 2001. BukuSaku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari PPDGJ III.
Cetakan Pertama.
Maramis, WF. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Balai Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: Jakarta
Sadock, B.J and .V.A.2010. Kaplan & Sadock: Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed: II. EGC:
Jakarta
Download