PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP

advertisement
104
PENGARUH PADAT TEBAR TERHADAP KELANGSUNGAN
HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN IKAN MASKOKI
(Carassius auratus) YANG DIPELIHARA
DENGAN SISTEM RESIRKULASI
Effect of Stocking Density on Survival and Growth Rate of Goldfish (Carassius
Auratus) Raised by Recirculation System
Andrius Ginting 1), Syammaun Usman 2), Maragunung Dalimunthe 2)
Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Univeritas Sumatera Utara, (Email : [email protected])
2)
Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara
1)
ABSTRACT
Goldfish is the most desirable ornamental. The market demand required
intensive cultivation. Intensive cultivation can be done by optimizing stocking
density. This study aims to determine the effect of stocking density on survival
and growth rate of goldfish (Carassius auratus) as well as to determine the
maximum stocking density goldfish with an average length 4,16 cm and average
weight 1,84 grams. The experimental design used was Completely Randomized
Design (CRD) with three treatments is stocking density 1 fish / liter (P1), 2 fish /
liter (P2), and 3 fish / liter (P3) and repeated 3 times. Treatment P1 shows the
growth rate of weight daily and length growth rate that equal to the best daily is
2,75% and 0,87%. Stocking density significantly affect the growth rate of the long
and weight growth rate daily but did not significantly affect survival. DMRT
furthertest results indicate treatments P3 is significantly different from P1.
Keywords: Carassius auratus, Goldfish, Growth Rate, Stocking Density, Survival Rate.
PENDAHULUAN
Ikan hias merupakan satu
diantara komoditas perikanan yang
memiliki nilai ekonomis tinggi dan
juga merupakan satu diantara
komoditas ekspor di Indonesia.
Hampir diseluruh toko-toko yang
menjual ikan hias ada ikan maskoki.
Dari beberapa jenis ikan maskoki,
yang lebih dominan dijual di toko
ikan hias di kota Medan dan
sekitarnya adalah jenis Oranda.
Berdasarkan
permintaan
pasar
tersebut, maka budidaya dengan
teknologi dan manajemen yang baik
diperlukan agar memperoleh hasil
yang memuaskan. Satu diantaranya
adalah dengan melakukan budidaya
ikan yang mengoptimalkan padat
tebar dan memperhatikan kualitas air
pada wadah pemeliharaan. Satu
diantara cara yang dapat digunakan
untuk menjaga kualitas air budidaya
adalah sistem resirkulasi air media
pemeliharaan dengan filterasi.
Sistem
resirkulasi
adalah
pemeliharaan ikan dengan sistem
perputaran air yang dialirkan dari
wadah pemeliharaan ikan ke wadah
filter untuk disaring, lalu dialirkan
105
kembali ke wadah pemeliharaan.
Sistem resirkulasi akan membawa air
dari Outlet filter dengan kualitas air
yang lebih baik. Sistem ini juga akan
menghemat penggunaan air. Untuk
mengetahui padat tebar ikan maskoki
yang
optimal
dengan
sistem
resirkulasi maka perlu diketahui
pengaruh padat tebar terhadap
kelangsungan hidup dan laju
pertumbuhan ikan maskoki.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan
pada bulan April - Mei 2014, di Unit
Pelaksana Teknis Budidaya pada
Dinas Pertanian dan Kelautan Kota
Medan, Jalan Bunga Ganyong,
Kelurahan Baru Ladang Bambu,
Kecamatan Medan Tuntungan, Kota
Medan.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah
akuarium dengan ukuran 40 cm x 20
cm x 20 cm sebanyak 9 buah, pompa
air, bak fiber berbentuk tabung
dengan diameter 40 cm dan tinggi 40
cm, serokan, pipa outlet (keluaran
air), pipa inlet (masukan air), pH
meter, DO meter, thermometer,
amoniak test kit, kertas milimeter,
timbangan digital 0,01 gram, rak
kayu.
Bahan yang digunakan adalah
ikan maskoki jenis oranda dengan
ukuran panjang rata-rata 4,16 cm dan
bobot rata-rata 1,84 gram sebanyak
216 ekor, pakan ikan hias buatan,
zeolit, kerikil, busa.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan
rancangan acak lengkap (RAL)
dengan tiga perlakuan dan masingmasing perlakuan diulang sebanyak
3 kali, yaitu ; P1 dengan padat tebar
1 ekor/liter, P2 dengan padat tebar 2
ekor/liter dan P3 dengan padat tebar
3 ekor/liter
Rancangan
ini
digunakan
karena kondisi lingkungan, alat,
bahan dan media yang digunakan
adalah homogen atau letak/posisi
masing - masing unit tidak
berpengaruh terhadap hasil-hasil
percobaan, dan percobaan ini
dilakukan pada kondisi terkendali
atau setiap unit percobaan secara
keseluruhan memiliki peluang yang
sama besar untuk menempati pot-pot
percobaan (Hanafiah, 2012).
Prosedur Penelitian
a. Persiapan Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan seperti
zeolit, kerikil, dan busa dicuci
menggunakan air bersih. Sedangkakn
ikan maskoki yang akan digunakan
diadaptasi terlebih dahulu selama
tiga hari di dalam bak pemeliharaan
seperti pada Gambar 1. Hal ini
dimaksudkan agar ikan tidak stres
dan dapat menyesuaikan diri
terhadap kondisi lingkungan serta
mencegah masuknya bibit penyakit
kedalam wadah pemeliharaan.
Gambar 1. Adaptasi Ikan Maskoki
yang Digunakan pada
Penelitian
106
Pada alat yang digunakan
seperti akuarium, serokan dan pipa
termasuk bak pemeliharaan yang
akan digunakan untuk adaptasi juga
dicuci bersih terlebih dahulu
kemudian
dibilas
dengan
menggunakan air bersih. Setelah
dicuci bersih alat-alat tersebut
dijemur selama 1 hari dibawah sinar
matahari. Hal ini dimaksud untuk
menghilangkan atau memutus mata
rantai bibit penyakit pada alat-alat
yang digunakan.
b. Persiapan Air Media
Persiapan
air
media
dimaksudkan agar ikan tetap dalam
kondisi yang sehat. Adapun tahapan
yang dilakukan untuk persiapan
media air pemeliharaan selama
penelitian ialah pertama air bersih
yang berasal dari sumur gali di lokasi
penelitian dipompa dan ditampung
dalam bak tandon besar. Kemudian
air yang berada dalam bak tandon
dialirkan, ke dalam ember yang
digunakan sebagai penampung dan
berfungsi untuk mengendapkan
kotoran-kotoran
serta zat-zat
berbahaya dalam air.
Proses selanjutnya air yang
berada didalam ember penampung
sementara diaerasi kuat selama 24
jam. Tahapan ini bertujuan untuk
menguapkan senyawa organik yang
berkaitan dengan rasa dan bau, serta
mengurangi kandungan konsentrasi
zat
terlarut
yang
dapat
membahayakan kelangsungan hidup
ikan. Dan hal terakhir setelah
diaerasi selama 24 jam kemudian air
diendapkan
selama
4
jam.
Selanjutnya, air dapat digunakan
untuk pemeliharaan ikan di dalam
akuarium.
Hal
tersebut
juga
dilakukan untuk menggantikan air
media pemeliharaan berikutnya
seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Persiapan Air Media
c. Sistem Resirkulasi
Akuarium, bak penampungan
dan bak filter diletakkan pada posisi
masing-masing dan dihubungkan
menggunakan pipa paralon serta kran
air menjadi satu sistem resirkulasi
seperti pada Gambar 3. Untuk
mengalirkan
air
dari
bak
penampungan
ke
akuarium
digunakan pompa air. Sedangkan
untuk mengalirkan air dari akuarium
ke bak penampungan dengan
memanfaatkan gravitasi, dimana bak
penampungan
dan
bak
filter
diletakkan sejajar tetapi berada
diposisi yang lebih rendah dari posisi
akuarium.
Sebelum ikan ditebar, sistem
sirkulasi yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu dioperasikan selama
dua hari sehingga debit dari air inlet
dan outlet sama. Selama 40 hari
penelitian dilakukan pergantian air
pemeliharaan sebanyak 20% dari
volume air di akuarium setiap empat
hari
sekali.
Hal
tersebut
dimaksudkan untuk membersihkan
bak filter dan bak penampungan
sehingga mengurangi jumlah kotoran
yang
dapat
mengakibatkan
tersumbatnya media filter. Pergantian
media
air
dilakukan
dengan
mengendapkan air di bak filter dan
bak penampungan terlebih dahulu
kemudian dibuang dan diganti
107
dengan air yang baru sesuai dengan
jumlah air yang dibuang.
Gambar 3. Sistem Resirkulasi
d. Penebaran Ikan Uji
Ikan yang digunakan adalah
ikan maskoki jenis Oranda yang
diperoleh dari toko ikan hias di kota
Medan. Sebelum ikan maskoki
dimasukkan
kedalam
akuarium
dilakukan
beberapa
tahapan
perlakuan/treatmen. Adapun tahapan
yang dilakukan adalah pertama ikan
dari bak pemeliharaan sementara
diambil kemudian direndam dalam
larutan desinfektan bagi perikanan
selama 10 menit dan diberi aerasi.
Hal
tersebut
bertujuan
agar
membunuh bibit penyakit, parasit
dan bakteri yang terdapat pada ikan
serta mencegah ikan terserang
penyakit.
Ikan yang telah direndam
dipindahkan ke media air yang baru
dan dibiarkan beberapa saat, hal ini
dimaksudkan agar ikan tidak stres.
Kemudian dilakukan pengukuran
kualitas air media pemeliharaan di
aukarium sebagai data awal. Pada
tahapan akhir dilakukan pengukuran
panjang dan berat ikan kemudian
dimasukkan kedalam 9 akuarium,
dengan kepadatan masing-masing 1,
2 dan 3 ekor/liter dan diulang
sebanyak 3 kali.
e. Pemberian Pakan
Pakan yang digunakan adalah
pakan buatan (pelet ikan hias),
dengan frekuensi pemberian pakan 3
kali dalam satu hari yaitu pukul
09.00, 13.00 dan 17.00 WIB dengan
jumlah pemberian pakan 5% dari
bobot ikan per hari.
Pengumpulan Data
a. Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup
atau Survival Rate (SR) diukur
dengan
menggunakan
rumus
menurut Effendie (1979) diacu oleh
Armansyah (2010) sebagai berikut :
Keterangan :
SR= Kelangsungan hidup benih (%)
Nt = Jumlah ikan pada akhir
penelitian (ekor)
N0= Jumlah ikan pada awal
penelitian (ekor)
b. Laju
Pertumbuhan
Bobot
Harian
Pengukuran
pertumbuhan
bobot dilakukan setiap 10 hari dan
dengan pengambilan ikan sampel
sebanyak 30 % dari jumlah ikan
maskoki yang ada pada setiap wadah
percobaan. Laju pertumbuhan bobot
harian atau laju pertumbuhan spesifik
(α) dihitung dengan rumus menurut
Huisman
(1987)
diacu
oleh
Armansyah (2010) sebagai berikut :
108
keterangan:
α = Laju pertumbuhan bobot
harian (%)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat
akhir pemeliharaan (gram)
W0 = Bobot rata-rata ikan pada saat
awal pemeliharaan (gram)
t = Lama pemeliharaan (hari)
c. Laju Pertumbuhan Panjang
Harian
Pengukuran panjang dilakukan
setiap 10 hari. Pengukuran dilakukan
dengan
menggunakan
kertas
milimeter. Dengan pengambilan ikan
sampel sebanyak 30 % dari jumlah
ikan maskoki yang ada pada setiap
wadah percobaan. Pertumbuhan
panjang harian dihitung dengan
menggunakan
rumus
menurut
Busacker et al. (1990) diacu oleh
Widyiantara (2009) sebagai berikut :
Ph = [(ln Lt – ln L0)/t] x 100%
Keterangan:
Ph = Pertumbuhan panjang harian
(%)
Lt = Panjang rata-rata akhir (cm)
L0 = Panjang rata-rata awal (cm)
t
= Lama pemeliharaan (hari)
d. Kualitas Air
Parameter kualitas air yang
diukur selama penelitian terdiri dari
yaitu pH, amoniak, DO (Disolved
Oksigen), suhu. Pengukuran suhu
dan DO dilakukan setiap hari
menggunakan thermometer dan DO
meter
sedangkan
pengukuran
kandungan Amoniak dan pH
dilakukan setiap empat hari sekali
dengan menggunakan Amoniak test
kit seperti pada Gambar 4 dan pH
meter. Pengukuran kualitas air
dilakukan dengan mengambil sampel
dari setiap perlakuan.
Gambar 4.
Pengukuran Kandungan
Amoniak
Analisis Data
Untuk mengetahui apakah
pengaruh
perlakuan
terhadap
parameter yang diamati berpengaruh
nyata atau tidak kemudian dilakukan
uji analisis ragam (ANOVA) dan uji
F. Pada parameter pengamatan yang
meunjukkan perlakuan berpengaruh
nyata, dilakukan uji lanjutan dengan
menggunakan uji lanjut DMRT
(Duncan Multiple Range Test) pada
selang kepercayaan 95%. Selanjutnya
data disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
a. Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup
ikan maskoki yang dipelihara selama
40 hari berkisar 94,44 % - 96,30 %.
Nilai
tertinggi
dicapai
pada
perlakuan P3 sebesar 96,30 % dan
nilai terendah pada perlakuan P1 dan
P2 sebesar 94,44 %. Dari hasil
analisa data (ANOVA), diperoleh
hasil bahwa pada perlakuan P1, P2,
dan P3 tidak menunjukkan pengaruh
nyata terhadap tingkat kelangsungan
hidup maskoki.
109
b. Laju
Pertumbuhan
Bobot
Harian
Laju pertumbuhan bobot harian
atau laju pertumbuhan spesifik yang
dipelihara pada setiap tingkat
kepadatan P1, P2, dan P3 berturutturut adalah 2,75 %, 2,09 %, dan
1,60 %. Bobot ikan diukur dengan
menggunakan timbangan digital
seperti pada Gambar 5.
Dari
hasil
analisa
data
(ANOVA) menunjukkan bahwa
perlakuan
yang
diberikan
memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap laju pertumbuhan
bobot harian atau pertumbuhan
spesifik
ikan
maskoki
dan
berdasarkan uji lanjut DMRT dengan
selang kepercayaan 95% perlakuan
P1 berbeda nyata terhadap perlakuan
P3, tetapi perlakuan P3 berbeda tidak
nyata
dengan
perlakuan
P2.
Berdasarkan
pengamatan
peningkatan padat penebaran yang
diberikan terhadap ikan maskoki
mengakibatkan
penurunan
laju
pertumbuhan bobot harian ikan
maskoki selama masa pemeliharaan
40 hari seperti pada Gambar 7.
Gambar 5. Pengukuran Bobot Ikan
Maskoki
c. Laju Pertumbuhan Panjang
Harian
Laju pertumbuhan panjang
harian ikan maskoki yang dipelihara
selama 40 hari pada setiap perlakuan
P1, P2, dan P3 berturut-turut adalah
0,87 %, 0,54 % dan 0,44 %. Panjang
ikan diukur dengan menggunakan
kertas milimeter atau seperti pada
Gambar 6.
Gambar 6.
Pengukuran
Panjang
Ikan Maskoki
Dari
hasil
analisa
data
(ANOVA) menunjukkan bahwa
perlakuan
yang
diberikan
memberikan pengaruh yang sangat
nyata terhadap laju pertumbuhan
panjang harian. Hasil dari uji lanjut
DMRT pada selang kepercayaan
95%
juga menunjukkan bahwa
perlakuan P1 berbeda nyata dengan
perlakuan P3 dan P2, tetapi
perlakuan P3 tidak berbeda nyata
terhadap perlakuan P2. Berdasarkan
pengamatan dan sampling yang
dilakukan setiap sepuluh hari,
peningkatan padat penebaran yang
diberikan terhadap ikan maskoki juga
mengakibatkan
penurunan
laju
pertumbuhan panjang harian ikan
maskoki selama masa pemeliharaan
40 hari seperti pada Gambar 8.
d. Kualitas Air
Terjadi penurunan beberapa
parameter kualitas air seperti
kandungan pH, amoniak, dan
oksigen terlarut (Disolved Oksigen)
karena
meningkatnya
padat
penebaran ikan maskoki dalam
wadah
pemeliharaan
perlakuan
seperti pada Tabel 1.
Namun pada parameter kualitas
air pH, suhu dan kadar amoniak
adalah sama pada setiap perlakuan.
Hal tersebut dikarenakan wadah
110
pemeliharaan ikan maskoki yang
terhubung antara satu akuarium
dengan akuarium lain dalam satu
sistem resirkulasi.
Tabel 1. Data Kualitas Air Selama Penelitian
PARAMETER KUALITAS AIR
PERLAKUAN
P1
P2
P3
ULANGAN
SUHU
DO
(0C)
(mg/l)
1
28-30
5,8-6,8
6,7-7,3
0 - 0,006
2
28-30
5,9-7,0
6,7-7,3
0 - 0,006
3
28-30
5,6-6,7
6,7-7,3
0 - 0,006
1
28-30
5,3-6,6
6,7-7,3
0 - 0,006
2
28-30
5,5-6,5
6,7-7,3
0 - 0,006
3
28-30
5,7-6,5
6,7-7,3
0 - 0,006
1
28-30
4,7-6,7
6,7-7,3
0 - 0,006
2
28-30
4,7-6,8
6,7-7,3
0 - 0,006
3
28-30
4,8-6,8
6,7-7,3
0 - 0,006
PH
AMONIAK
(mg/l)
Gambar 7. Grafik Pertumbuhan Bobot (gram) Ikan Maskoki yang Dipelihara Pada
Setiap Perlakuan Selama 40 Hari
111
Gambar 8. Grafik Pertumbuhan Panjang (cm) Ikan Maskoki yang dipelihara
dengan Kepadatan P1, P2 dan P3.
Pembahasan
Menurut
Effendie
(2002)
Pertumbuhan adalah pertambahan
ukuran panjang atau berat dalam
suatu waktu. Adanya peningkatan
padat tebar hingga perlakuan P3
telah menurunkan laju pertumbuhan
bobot harian dan laju pertumbuhan
panjang harian ikan maskoki. Hal ini
terjadi karena perlakuan pada padat
tebar tertinggi telah melampaui daya
dukung perairan. Laju pertumbuhan
bobot dan panjang harian tertinggi
terdapat pada perlakuan P1 yaitu
berturut-turut sebesar 2,75 % dan
0,87 % Menurut Solehudin (2006)
daya dukung (carrying capacity)
merupakan
kemampuan
suatu
perairan untuk dapat mendukung
kehidupan biota dalam perairan
tersebut tanpa menambah atau
mengurangi biomassanya.
Pertambahan
bobot
ikan
maskoki
diiringi
dengan
pertambahan panjang ikan tersebut
atau laju pertumbuhan bobot harian
berbanding lurus dengan laju
pertumbuhan panjang harian ikan
maskoki.
Penurunan
laju
pertumbuhan bobot harian dan
pertumbuhan panjang terjadi akibat
terganggunya proses fisiologis ikan
akibat ruang gerak yang tidak
mendukung terhadap pertumbuhan
ikan
maskoki.
Berdasarkan
pengamatan selama pemeliharaan,
ikan maskoki adalah ikan yang terus
bergerak aktif di dalam wadah
pemeliharaan. Diduga ruang gerak
yang terbatas mengakibatkan ikan
menjadi lebih mudah stres sehingga
energi yang dihasilkan dari proses
metabolisme yang digunakan untuk
pertumbuhan
digunakan
untuk
mempertahankan diri dari stres. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat
Cholik, dkk (1990) diacu oleh
Nurlaela,
dkk
(2010)
yang
menyatakan bahwa padat penebaran
akan mempengaruhi kompetisi ruang
gerak dan kondisi lingkungan yang
kemudian
akan
mempengaruhi
pertumbuhan.
Pada tingkat kelangsungan
hidup, hasil analisis sidik ragam
(ANOVA) menunjukkan bahwa
perlakuan padat tebar ikan maskoki
hingga kepadatan 3 ekor/liter tidak
memberikan
pengaruh
nyata
terhadap kelangsungan hidup ikan
maskoki. Tingkat kelangsungan
hidup ikan maskoki selama masa
pemeliharaan berkisar antara 94,44%
112
- 96,30%. Hal ini diduga akibat
kualitas air media pemeliharaan
masih sesuai atau masih dalam
kategori
yang
layak
untuk
menunjang
pemeliharaan
ikan
maskoki. Selama pemeliharaan juga
terjadi kematian pada beberapa ekor
ikan pada hampir seluruh perlakuan..
Hal ini lebih banyak terjadi pada hari
pertama hingga hari kesepuluh
pemeliharaan. Hal tersebut diduga
karena
adanya
stres
akibat
pemindahan ikan dari wadah
pemeliharaan adaptasi (bak semen)
kedalam wadah akuarium.
Pada parameter DO, pH, terjadi
penurunan
sedangkan
pada
parameter
amoniak
terjadi
peningkatan nilai disetiap perlakuan
Hasil pengukuran nilai pH, suhu,
amoniak pada setiap perlakuan
adalah sama. Hal ini disebabkan
akuarium yang menjadi
wadah
pemeliharaan terhubung antara satu
dengan yang lain mengakibatkan
memungkinkan air sebagai media
pemeliharaan dari setiap perlakuan
tercampur satu dengan lainnya.
Kualitas
air
media
pemeliharaan mengalami penurunan
selama penelitian namun masih
berada pada kualitas air optimal
untuk pemeliharaan ikan maskoki
Berdasarkan pengukuran kualitas air
media pemeliharaan, nilai DO
selama pemeliharaan berkisar antara
4,7-7,0 mg/l, nilai pH berkisar antara
6,7 - 7,3 dan nilai amoniak berkisar
0-0,006 mg/l. Sedangkan hasil
pengukuran
suhu
selama
pemeliharaan pada kisaran 28 -30OC.
Pada parameter suhu mengalami
fluktuasi sesuai dengan kondisi
lingkungan dan cuaca. Namun tidak
ada perubahan suhu secara drastis
selama pemeliharaan. Hal tersebut
disebabkan pemeliharaan dilakukan
dalam ruangan tertutup atau pada
lingkungan yang terkontrol. Suhu
juga merupakan satu diantara
beberapa parameter yang mentukan
keberhasilan budidaya ikan maskoki,
hal ini disebakan karena ikan
merupakan hewan berdarah dingin.
Yang dimaksud dengan hewan
berdarah dingin adalah hewan yang
suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu
lingkungan. Suhu yang tinggi juga
dapat menyebabkan meningkatnya
proses metabolisme ikan maskoki
yang
meningkatkan
intensitas
pembuangan
kotoran
sehingga
kandungan oksigen menurun.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa :
1. Berdasarkan analisis sidik ragam
(ANOVA) perlakuan P1, P2 dan
P3 memberikan pengaruh nyata
terhadap laju pertumbuhan bobot
dan panjang harian, namun tidak
memberikan pengaruh
nyata
terhadap kelangsungan hidup ikan
maskoki yang dipelihara selama
40 hari.
2. Berdasarkan hasil uji lanjut
DMRT (Duncan Multiple Range
Test) perlakuan P1 berbeda nyata
dengan P3 sehingga diperoleh
perlakuan terbaik adalah P1
(padat tebar 1 ekor/liter) karena
memiliki nilai laju pertumbuhan
panjang dan bobot
harian
tertinggi, dimana perlakuan P1 (1
ekor/liter)
memiliki
laju
pertumbuhan bobot harian sebesar
2,75 % dan laju pertumbuhan
panjang harian sebesar dan 0,87
%. Sedangkan kelangsungan
hidup pada perlakuan P1, P2 dan
113
P3 berkisar 94,44% - 96,30%.
Sehingga Padat tebar optimum
pemeliharaan ikan maskoki adalah
1 ekor/liter.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini
disarankan
pemeliharaan
ikan
maskoki
menggunakan
padat
penebaran maksimum sebesar 1
ekor/liter. Serta perlu dilakukan
penelitian selanjutnya pada ukuran
ikan
yang
sama
dengan
menggunakan perlakuan dibawah 1
ekor/liter sebagai pembanding dan
sebaiknya akuraium tidak saling
berhubung dengan perlakuan yang
berbeda untuk mengetahui kualitas
air pada masing-masing perlakuan .
DAFTAR PUSTAKA
Armansyah, R. 2010. Waktu Paparan
Listrik
dalam
Media
Bersalinitas 3 PPT dan
Kelangsungan Hidup Serta
Pertumbuhan
Benih
Ikan
Maskoki Mutiara Carrasius
auratus
Pada
Sistem
Resirkulasi.
[Skripsi].
Departemen
Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Effendie. M.I. 2002. Biologi
Perikanan. Yayasan Pustaka
Nusantara. Yogyakarta.
Hanafiah, K.A. 2012. Rancangan
Percobaan. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Nurlaela, I., Evi, T., dan Sulatro.
2010. Pertumbuhan Ikan Patin
Nasutus (Pangasius nasutus)
Pada Padat Tebar Yang
Berberda. [Jurnal]. Loka Riset
Pemuliaan dan Pengembangan
Budidaya Air Tawar. Subang.
Solehudin, M.A. 2006. Produksi Ikan
Neon Tetra (Paracheirodon
innesi) Ukuran M dengan
Padat Tebar 25, 50, 75 dan 100
Ekor/Liter
Dalam
Sistem
Resirkulasi. [Skripsi]. Program
Studi
Teknologi
dan
Manajemen
Akuakultur.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian
Bogor.
Widiyantara, G. B. 2009. Kinerja
Produksi Pendederan Lele
Sangkuriang (Clarias Sp.)
Melalui Penerapan Teknologi
Pergantian Air 50%, 100%,
Dan 150% Per Hari [Skripsi].
Program Studi Teknologi Dan
Manajemen
Perikanan
Budidaya. Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Download