pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah pengembangan

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
KEWARGANEGARAAN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEBAGAI MATA KULIAH PENGEMBANGAN
KEPRIBADIAN
Fakultas
Program Studi
EKONOMI
AKUNTANSI
Tatap Muka
02
Kode MK
Disusun Oleh
90003
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Abstract
Kompetensi
Modul ini berisi uraian dan
pembahasan mengenai pentingnya
Pendidikan Kewarganegaraan di
Perguruan Tinggi. Hal itu didasarkan
atas pemikiran semakin kompleksnya
tantangan bangsa ini untuk menjadi
bangsa yang kuat di tengah-tengah
bangsa lain.
Setelah mempelajari dan memahami
modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami Pengertian pendidikan
kewarganegaraan.
2. Tujuan pendidikan
kewarganegaraan.
3. Landasan pendidikan
kewarganegaraan
4. Metode pembelajaran
kewarganegaan
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEBAGAI MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN
A. Pendahuluan
Pendidikan kewarganegaraan didesain dalam upaya mengembangkan wawasan
warga negara sebagai upaya penanaman, penumbuhan dan kesadaran bela negara di
tengah-tengah tantangan internal dan eksternal yang semakin kompleks. Saat ini, eksistensi
suatu negara tidak hanya bergantung kepada letak geografis melainkan terletak pada
sejauhmana kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Guna menjawab realitas yang
semakin kompleks itu, maka Pendidikan Kewarganegaraan menurut Juliardi (2014:2)
diajarkan pada lima status, yaitu:
1. Sebagai mata pelajaran di sekolah.
2. Sebagai mata kuliah di perguruan tinggi.
3. Sebagai salah satu cabang pendidikan disiplin ilmu pengetahuan sosial dalam
kerangka program pendidikan guru.
4. Sebagai program pendidikan politik.
5. Sebagai kerangka konseptual dalam bentuk pemikiran individual dan kelompok
pakar terkait yang dikembangkan sebagai landasan dabn kerangka berpikir
mengenai pendidikan kewarganegaraan.
Sejatinya, pendidikan kewarganegaraan dilakukan dan dikembangkan di seluruh
dunia dalam istilah yeng berbeda-beda.Pendidikan kewarganegaraan sering disebut dengan
istilah civic education, citizenship edication, dan bahkan ada yang menyebut sebagai
democracy education. Sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi, pendidikan
kewarganegaraan memiliki peran penting dan strategis guna mempersiapkan warga negara
yang kritis, cerdas dan bertanggung jawab. Pendidikan kewarganegaraan bersama-sama
mata kuliah lain seperti agama, dan bahasa Indonesia berada pada kelompok mata kuliah
pengembangan kepribadian dan wajib diterapkan di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
2016
2
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Menurut Juliardi (2014:2-4), ada dua alasan yang melatarbelakangi pentingnya
pendidikan kewargan di perguruian tinggi, yaitu:
1. Eksternal, didasarkan atas kuatnya pengaruh globalisasi dan modernisasi dewasa
ini. Globalisasai menjadi realitas yang tak terelakan yang membawa pengaruh
terhadap struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, seperti
tercermin pada pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat. Globalisasi tidak saja
membawa pengaruh positif tentang demokrasi, hak asasi manusia (HAM),
keterbukaan dan lain-lain, namun di sisi lain globalisasi membawa pengaruh
negatif seperti dekadensi moral, pergaulan bebas, narkoba, dan lain sebagainya.
Pada masyarakat yang semakin terbuka, maka pendidikan karakter sebagaimana
tercermin dalam pendidikan kewarganegaraan menjadi benteng dalam upaya
membekali
individu dari poengaruh negatif globalisasi. Globalisasi tidak bisa
dibendung atau dihindari, tetapi yang paling penting adalah bagaimana menyikapi
globalisasi tersebut secara dengan kritis, dewasa, dan bijaksana.
Globalisasi pun di sisi lain menempatkan dominasi negara-negara maju atas
negara-negara berkembang. Negara-negara maju dengan segala kekuatannya
menjadi penentu peta politik dunia dan mamapu memberikan tekanan bagi negaranegara yang secara politis kurang berpengaruh. Amerika misalnya, telah menjadi
“polisi dunia” yang bisa menjatuhkan hukuman bagi negara-negara yang tidak
sehakuan dengannya. Dialektika antara negara-negara maju dan negara-negara
berkembang pada gilirannya akan menciptakan struktur baru, yaitu struktur global
yang sangat memenagruhi pola pikir dan mentalitas negara lain. Aklibatnya,
identitas masing-masing negara menjadi memudar, bahkan mugkin bisa hilang.
Pada tataran sosiologis terjadi pergeseran nilai sebagai konsekuensi benturan
antara nasionalisme dan internasionalisme. Bila kondisi itu tidak disikapi secara
bijaksana, maka cepat atau lambat sendi-sendi negara semakin longgar.
2. Internal, didasarkan atas perjalanan bangsa Indonesia yang telah mengalami
beberapa masa sejak era pra penjajahan, masa penjajahan, era perebutan dan
mempertahankan kemerdekaan, era pengisian kemerdekaan, reformasi dan pasca
reformasi saat ini. Setiap perubahan membawa tantangan yang berbeda-beda
sehingga perlu disikapi dengan nilai-nilai yang dilandasi oleh jiwa, tekad, dan
semangat kebangsaan dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Di sisi lain, ada kecenderungan memudarnya nilai-nilai kebangsaan baik pada
tataran individu maupun kelompok yang tercermin pada penyelenggara negara
2016
3
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
yang terkena korupsi, sikap hidup hedonis, dan pragmatis. Kondisi destruktif itu
tentu harus dihadapi dengan cara menumbuhkan dan membangun sikap mental
yang tangguh. Pendidikan kewarganegaraan menjadi mata kuliah yang diharapkan
mampu memperkuat nilai-nilai individu dan kelompok sehingga Indonesia bisa
tetap tegak di tengah-tengah perubahan zaman yang cepat.
B. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Untuk memahami pengertian pendidikan kewarganegaran secara utuh dan
komprehensif, Arwiyah dan Runik Machfiroh (2014:2-6) menjelaskan beberapa istilah
sebagai berikut:
1. Kewarganegaraan/Civic
Dalam sejarahnya, istilah kewarganegaraan (civics) berasal dari kata Yunani
yaitu civicus yang berarti penduduk sipil yang mempraktekan demokrasi
langsung dalam negara kota atau polis. Tradisi Yunani telah memberuikan
inspirasi konseptual tebtabg kebaikan umum, kesejahteraan umum dan kebajikan
atau keutamaan sipil (civil virtue) yang lahir kembali dalam melawawan otokratik
raja-raja. Civics merupakan cabang dari ilmu politik yang membahas tentang hak
dan kewajiban warga negara.
Civics adalah The sciences of citizenship, the relation of man, the individual, to
man in organized collections, the individual in his relation to the state. Dari
definisi tersebut, Civics dirumuskan dalam Ilmu Kewarganegaraan yang
membicarakan hubungan manusia dengan (a) manusia dalam perkumpulan –
perkumpulan yang terorganisasi (organisasi sosial, ekonomi, politik) (b) individuindividu dengan negara.
Sementara Edmonson (1958) merumuskan arti Civics ini dengan Civics is usually
defined as the study of government and of government and of citizenship, that is,
of the duties, right and privileges of citizens. Batasan ini menunjukkan bahwa
Civics merupakan cabang dari ilmu politik. Jika ditelisik lebih jelas hampir semua
definisi mengenai Civics pada intinya menyebut government, hak dan kewajiban
sebagai warga negara dari sebuah negara.
2. Civic Education
2016
4
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Secara historis, istilah civic education dan citizenship education muncul pada
tahun 1990 dan sering digunakan secara bertukar-pakai dengan istilah
citizenship education. Mahoney merumuskan bahwa “Civic education includes
and involves those teaching; that type of teaching method; those student
activities; those administrative and supervisory procedures which the school my
utilize purposively to make for better living together in the democratic way
(synonymously) to develop better civic behavior”
Berdasarkan rumusan tersebut bahwa civic education merupakan suatu proses
pendidikan yang mencangkup proses pembelajaran semua mata pelajaran,
kegiatan
siswa,
proses
administrasi,
dan
pembinaan
dalam
upaya
mengembangkan perilaku warganegara yang baik. Dengan demikian, fokus dari
civic education membahas tentang warga negara di dalam negaranya dengan
berbagai kompleksitasnya.
Pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya diorientasikan untuk membina dan
membelajarkan anak menjadi warga negara yang baik, iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme (rasa kebangsaan) yang kuat
(mantap), sadar serta mampu membina dan melaksanakan hak dan kewajiban
dirinya sebagai manusia, warga masyarakat dan bangsa negaranya, taat asas
(ketentuan), demokratis dan partisipatif, aktif-kreatif-positif dalam kebhinekaan
kehidupan masyarakat bangsa dan negara.
Secara umum, objek studi civic education adalah warga negara dalam
hubungannya dengan organisasi kemasyarakatan, sosial, ekonomi, agama,
kebudayaan dan negara. Sedangkan secara spesifik, objek studi civic education
mencakup:
a. Tingkah laku
b. Tipe pertumbuhan berpikir
c. Potensi yang ada dalam setiap diri warga negara
d. Hak dan kewajiban
e. Cita-cita dan aspirasi
f. Kesadaran, patriotisme, nasionalisme, pengertian internasional, moral
pancasila
2016
5
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
g. Usaha, kegiatan, partisipasi, tanggung jawab
3. Citizenship Education
Citizenship education
merujuk kepada istilah generik yang mencakup
pengalaman belajar di sekolah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi
dilingkungan
keluarga,
dalam
organisasi
keagamaan,
dalam
organisasi
kemsyarakatan, dan dalam media. Dengan demikian, bahwa citizenship
education memiliki makna yang lebih luas dari sekedar civic education yang
diterapkan di sekolah atau perguruan tinggi secara formal.
C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Bila merujuk kepada Keputusan Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/Kep/2006, tujuan
pendidikan kewarganegaraan sebagaimana tercantum dalam visi, misi dan kompetensi yang
diharapkan, yaitu:
Visi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah sumber nilai dan
pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia seutuhnya. Hal ini berdasarkan
pada suatu realitas yang dihadapi, bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang
harus memiliki visi intelektual, religius, berkeadaban, dan berkemanusiaan dan cinta tanah
air dan bangsanya.
Misi Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah untuk membantu
mahasiswa guna memantapkan kepribadiannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan
nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam menguasai,
menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan rasa
tanggung jawab dan bermoral (Kaelan dan Ahmad Zubaidi, 2010:2).
Arwiyah
dan
Runik
Machfiroh
(2014:11),
merumuskan
tujuan
Pendidikan
Kewarganegaraan, sebagai berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.
2016
6
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsabangsa lainnya.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikiasi.
Sementara pada ruang global, Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan mampu
menjawab era keterbukaan dengan mengembangkan sikap-sikap sebagai berikut:
a. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi nilai-nilai
moral, etika dan religius.
b. Menjadi warga negara yang cerdas berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
c. Menumbuhkembangkan jiwa dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta pada tanah
air.
d. Mengembangkan sikap demokratik berkeadaban dan bertanggungjawab, serta
mengembangkan kemampuan kompetitif bangsa di era globalisasi.
e. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
Dalam unghkapan yang lebih sederhana (Ubaedillah dan Abdul Rozak, 2013:6),
bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga
negara Indonesia yang cerdas, bermartabat dan aktif dalam kehidupan berbangsa dan
bernedara. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi basis pendidikan karakter guna
mempersiapkan generasai muda atau peserta didik di perguruan tinggi menjadi pribadipribadi yang tangguh, unggul, ulet, berwawasan luas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Berdasarkan visi dan misi sebagaimana dijelaskan di atas, maka kompetensi
mahasiswa yang diharpkan dari Pendidikan Kewarganegaraan ini adalah menciptakan
ilmuwan yang professional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis,
berkeadaban. Di samping itu kompetensi lain yang diharapkan adalah mahasiswa yang
memiliki daya saing, berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang
damai berdasarkan sistem nilai Pancasila (Kaelan dan Ahmad Zubaedi, 2010:2).
Mahasiswa sebagai kaum intelektual sudah sepantasnya memiliki kearifan dan
kecerdasan
2016
7
dalam
bertindak
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
terutama
dalam
menyelesaikan
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
masalah-masalah
kemasyarakatan dan kebangsaan. Kecerdasan yang dimaksud adalah seperangkat tindakan
yang penuh tanggunggung jawab terhadap negara, dan memecahkan berbagai masalah
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan menerapkan konsep falsafah
bangsa, wawasan kebangsaan, dan ketahanan nasional. Sifat cerdas yang dimaksud
tampak kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak, sedangkan sifat penuh
tanggungjawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditilik dari nilai ilmu pengetahuan
dan teknologi, ataupun kepatuhan terhadap nilai-nilai norma dan budaya.
Sementara menurut Dwiyatmi (2012:10), standar kompetensi yang wajib dikuasai
mahasiswa adalah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang kewarganegaraan demokratis
dan mampu menerapkan pengetahuan, nilai-nilai, dan ketrampilan tersebut dalam
kehidupan sehari-hari; memiliki kepribadian yang mantap; berpikir kritis: bersikap rasional,
etis, estetis, dan dinamis; berpandangan luas; dan bersikap demokratis yang berkeadaban.
Indonesia tidak saja membutuhkan kaum intekektual yang berwawasan luas, tetapi
membutuhkan kaum intelektual yang memiliki integritas, kebangsaan dan mampu
mengimplementasikan Pancasila pada tataran kehidupan praktis. Ilmu pengetahuan akan
menjadi entitas yang membahayakan jika tidak dilandasi oleh nilai-nilai luhur Pancasila
sebagai nilai komitmen bersama seluruh rakyat Indonesia pada seluruh aspek kehidupan.
Oleh karena itu, Dwiyatmi (2012:10), menjelaskan secara panjang lebar, demikian:
Mampu berfikir rasional,bersikap dewasa dan dinamis, berpandangan luas dan
bersikap demokratis yang berkeadaban sebagai warganegara Indonesia. Dengan
berbekal kemampuan intelektual ini diharapkan mahasiswa mampu melaksanakan
proses
belajar
sepanjang
hayat,
menjadi
ilmuwan
dan
professional
yang
berkepribadian dan menjunjung nilai-nilai falsafah bangsa dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
D. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Kaelan dan Achmad Zubaidi (2010:3-5), ada dua landasan pokok yang
melatarbelakangi Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu:
1. Landasan Ilmiah
a. Dasar Pemikiran Pendidikan Kewarganegaraan
Sejatinya, setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup bermanfaat dan bermakna
bagi negara dan bangsanya, serta dapat mengantisipasi masa depannya. Dalam lingkup
2016
8
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
seperti itu maka diperlukan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang
berlandaskan nilai-nilai keagamaan, moral, kemanusiaan, dan nilai-nilai budaya bangsa.
Nilai-nilai dasar tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup setiap warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Secara umum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warga
negara dan negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang keseluruhannya
berpijak pada nilai-nilai budaya serta dasar filosofi bangsa. Tujuan utama Pendidikan
Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, serta
membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat
bangsa Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya diberlakukan di Indonesia
melainkan berlaku di beberapa negara di dunia sebagai mana dikenal dengan Civic
Education.
b. Objek Pembahasan Pendidikan Kewarganegaraan
Pada tataran filsafat ilmu, setiap ilmu harus memenuhi syrata-syarat ilmiah, yaitu
mempunyai objek, metode, sistem dan bersifat universal. Hal itu mengandung pengertian
bahwa objek pembahasan ilmu harus jelas, baik objek material maupun objek formalnya.
Objek material berkenaan dengan bidang sasaran yang dibahas dan dikaji oleh suatu
bidang atau cabang ilmu. Sementara objek formal adalah sudut pandang tertentu yang
dipilih untuk membahas objek matrial tersebut. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan, objek
materialnya adalah segala hal yang berkaitan dengan warga negara baik yang empirik
maupun yang nonemperik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warga negara dalam
kesatuan bangsa dan negara. Sedangkan objek formal Pendidikan Kewarganegaraan
meluputi dua segi, yaitu hubungan antara warga negara dan negara (termasuk hubungan
antar warga negara) dan bela negara. Dalam hal ini pembahasan Pendidikan
Kewarganegaraan terarah pada warga negara Indonesia dalam hubugannya dengan negara
Indonesia dan pada upaya pembelaan negara Indonesia.
Dalam rangka mewujudkan idealitas Pendidikan Kearganegaraan itu, Keputusan
Dirjen Pendidikan Tinggi No. 43/DIKTI/KEP/2006 dijabarkan lebih rinci yang meliputi pokokpokok bahasan substansi kajian Peniddikan Kewraganegaraan mencakup:
1) Filsafat pancasila
2) Identitas Nasional
3) Negara dan Konstitusi
2016
9
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4) Demokrasi Indonesia
5) Rule of Law dan Hak Asasi Manusia
6) Hak dan Kewajiban Warga Negara serta Negara
7) Geopolitik Indonesia
8) Geostrategi Indonesia
C. Rumpun Keilmuan
Pada rumpun keilmuan, Pendidikan Kewarganegaraan dapat disejajarkan dengan
Civics Education yang dikenal diberbagai negara. Sebagai kajian ilmiah Pendidikan
Kewarganegaraan bersiaf antardisipliner (antar bidang) bukan monodisipliner, karena
kumpulan pengetahuan yang membangun ilmu Kewarganegaraan ini diambil dari berbagai
disiplin
ilmu.
Oleh
Kewarganegaraan
sebab
itu
pembahasan
dan
pengembangan
Pendidikan
memerlukan sumbangan berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik,
hukum, filsafat, sosiologi, administrasi negara, ekonomi pembangunan, sejarah perjuangan
bangsa, serta ilmu budaya.
2. Landasan Hukum
Landasan hukum Pendidikan Kewarganegaraan meliputi:
a. UU 1945
(1) Pembukaan UUD 1945, khusus pada alinea kedua dan keempat, yang memuat citacita tujuan dan aspirasi bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya.
(2) Pasal 27 (1) menyatakan bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya
di dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
(3) Pasal 30 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara.”
(4) Pasal 31 (1) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran”
b. Ketetapan MPR No. II/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara.
2016
10
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Ketetaoan MPR No. 6/MPR/2001 tentang Etika Kehidupan Berbangsa dan bernegara.
d. Undang-Undang No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan
Keamanan Negara Republik Indonesia (Jo. UU No. 1 Tahun 1988)
(1) Dalam pasal 18 (a) disebutkan bahwa hak kewajiban warga negara yang
diwujudkan denga keikutsertaan dalam upaya bela negara diselenggarakan
melalui pendidikan Pendahuluan Bela Negara sebagai bagian tak terpisahkan
dalam sistem Pendidikan Nasional.
(2) Dalam pasal 19 (2) disebutkan bahwa Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
wajib diikuti oleh setiap warga negara dan dilaksanakan secara bertahap.
Tahap awal pada tingkat pendidikan dasar sampai Pendidikan menengah ada
dalam gerakan Pramuka. Tahap lanjutan pada tingkat pendidikan tinggi ada
dalam bentuk Pendidikan Kewiraan.
e. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000 tentang
Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil belajar
Mahasiswa dan Nomor 45/U/2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi telah
ditetapkan
bahwa
Pendidikan
Agama,
Pendidikan
Bahasa
dan
Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian,
yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi/kelompok program studi.
f.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang
menetapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, bahasa Indonesia, bahasa Inggris.
g. Adapun pelaksanaannya berdasarkan surat Keputusan Direktur Jendral Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Nomor 43/DIKTI/Kep/2006, yang memuat
rambu-rambu pelaksanaan kelompok Mata kuliah Pengembangan Kepribadian di
Perguruan Tinggi.
E. Metode Pembelajaran Kewarganegaraan
Sebagai mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi, maka Pendidikan
Kewarganegaraan perlu didukung oleh metode pembelajaran yang tepat sehingga mampu
dijiwai oleh peserta didik. Menurut Dwiyatmi (2012:10), metode pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi:
1. Menggunakan pendekatan berorientasi kepada kepentingan peserta didik dan
menempatkan
2016
11
mahasiswa
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
sebagai
subjek
pendidikan,
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
mitra
dalam
proses
pembelajaran, dan sebagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat dan
warga negara.
2. Metode proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pembahasan secara kritis
analitis, induktif, deduktif dan reflektif melalui dialog kreatif yang bersifat partisipatoris,
untuk meyakini kebenaran substansi dasar kajian dan motivasi sepanjang hayat.
3. Bentuk aktivitas proses pembelajaran: kuliah tatap muka, ceramah, dialog (diskusi) in
teraktif, studi kasus, penugasan mandiri, tugas baca, seminar kelas (presentasi) dan
evaluasi proses belajar, stadium generale.
4. Motivasi: menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran pengembangan kepribadian
merupakan kebutuhan hidup untuk eksis dalam masyarakat global.
Tidak dapat dipungkiri bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan keniscayaan
yang perlu diajarkan kepada setiap warga negara Indonesia dari tingkat pendidikan dasar,
menengah, atas, hingga pada jenjang perguruan tinggi. Pendidkkan karakter tidak bisa
diberikan secara parsial melainkan harus bersifat graduasi dengan melibatkan seluruh
jenjang pendidikan. Pendidikan karakter secara substantif meliputi ranah kognitif
(pengetahuan), afektif (kesadaran dan penghayatan), dan psikomotorik (perilaku nyata)
pada kehidupan sehari-hari.
_____________________________________________________________
Bahan Bacaan
1. Arwiyah, Yahya dan Runik Machfiroh, 2014. Civic Education di Perguruan Tinggi
Indonesia. Bandung: Alfabeta.
2. Dwiyatmi, Sri Harini, (ed), 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
3. Ghazali, A. Muchtar dan Abdul Majid, 2014.
Kewarganegaraan. Bandung: Interes Media Foundation.
Pendidikan
Pancasila
dan
4. Juliardi, Budi, 2014. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Rajawali Pers.
5. Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2013. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
2016
12
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6. Taniredja, Tukiran, Muhammad Affandi dan Efi Miftah Faridli, 2012. Paradigma Baru
Pendidikan Pancasila Untuk Mahasiswa. Bandung: Alfabeta.
7. Ubaedillah, A., dan Abdul Rozak, 2013. Pendidikan Kewarga[negara]an, Civic Education.
Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah dan Prenada Media Group.
8. Wahidin, Samsul. 2010. Pokok-Pokok pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
9. Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara.
2016
13
Kewarganegaraan
Dr. Dadan Anugrah, M.Si.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download