pengambilan keputusan sell or buy dengan menggunakan analisis

advertisement
PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELL OR BUY DENGAN MENGGUNAKAN
ANALISIS FUNDAMENTAL DAN ANALISIS TEKNIKAL PADA SAHAM
SEKTOR PERTAMBANGAN LOGAM DAN MINERAL LAINNYA DI BURSA
EFEK JAKARTA
Dewianti*
Yusbardini**
Abstract: Purpose of this research is to determine metal mining sector company
stock and other mineral of which must be selected by using fundamental analysis and
when can do transaction sell or buy at certain price level to give maximum gain and
minimization of risk. Population from this research is company which go public has.
Sampling method is done with non-probability sampling and technique judgmental
sampling where writer chooses metal mining sector company and other mineral
which included in group of LQ-45 during time line October 2005 finite of September
2007 and do not make corporate action. Based on fundamental analysis, writer
obtains PT International Nickel Indonesia Tbk as best company for investment
objective. Of technical analysis at the price of the company stock, hence obtained by
19 signals bell and 18 sell signals.
Key words: financial ratio, transaction sell or buy, moving average, convergence
divergence
PENDAHULUAN
Berkembangnya perekonomian dalam suatu negara, akan memberikan dampak positif
dalam berbagai aspek, khususnya pendapatan masyarakat. Dengan adanya pendapatan
yang lebih, maka masyarakat mempunyai keinginan untuk menanamkan kelebihan
pendapatan yang dimiliki untuk diinvestasikan. Dari sekian alternatif yang ada, salah satu
alternatif yang terbaik adalah dengan membeli saham pada perusahaan-perusahaan yang
sudah go public.
Investor yang melakukan investasi di pasar modal pasti menginginkan adanya
keuntungan. Untuk memperoleh keuntungan itu, maka investor harus dapat
meminimalkan risiko atau ketidakpastian. Oleh karena itu, investor dapat melakukan
analisis terhadap saham mana yang akan dibeli dan dapat menganalisis kapan saham
tersebut akan dibeli dan dijual. Analisis menempati posisi paling penting dalam
menentukan pengambilan keputusan investasi. Selain itu, keterampilan melakukan
analisis mutlak diperlukan bagi investor di pasar modal. Analisis ini dapat dilakukan
dengan menggunakan informasi-informasi yang ada, baik laporan keuangan dan
pergerakan harga saham di bursa. Berdasarkan informasi tersebut, investor dapat
melakukan dua jenis analisis, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
* Alumni Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Tarumanagara Jakarta
` Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta (Alamat: Jl. Tanjung Duren Utara No.
1 Jakarta Barat 11470, Telp: (021) 5655508 Ext. 0621).
75
Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88
Analisis fundamental menitik eratkan pada financial ratio (rasio finansial) dan
kejadian-kejadian yang secara langsu g maupun tidak langsung mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan. Analisis funda ental akan membantu menempatkan pendapatan
yang dimiliki. Sebagian besar pakar b rpendapat bahwa teknik analisis fundamental lebih
cocok dalam membuat keputusan m milih saham perusahaan yang akan dibeli untuk
jangka panjang. Hasil dari analisis ndamental berupa informasi saham-saham mana
yang akan dibeli, sehingga investor apat membuat keputusan mengenai saham mana
yang akan dibelinya. Dengan melak kan analisis fundamental diharapkan saham yang
dibeli bisa menjadi mesin uang d n jika saham yang dibeli bagus maka hasil
pertumbuhan investasinya dapat dini ati.
Sementara analisis teknikal tidak memerlukan data kuantitatif yang diambil dari
laporan keuangan. Walaupun perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang
buruk, tetapi jika memiliki trend h rga yang naik, maka investor dapat melakukan
investasi dengan mengambil posisi j al instrumen investasi apabila memang harganya
sudah cukup tinggi. Sebaliknya, inv stor dapat mulai membeli, jika belum memiliki
instrumen investasi yang sedang na k harganya tersebut. Jadi analisis teknikal lebih
menitikberatkan pada pergerakan pa ar dengan memperhatikan perubahan harga dan
volume perdagangan saham. Pada rinsipnya, analisis teknikal adalah menemukan
informasi untuk pengambilan keputu an investasi sell or buy, berdasarkan pergerakan
harga dan volume. Oleh karena itu, hasil analisis teknikal berupa informasi untuk
menentukan sinyal membeli atau sinyal menjual, sehingga para investor dapat membuat
keputusan yang tepat mengenai kapan harus membeli dan kapan harus menjual saham
tersebut.
Dari analisis fundamental baOtak hal yang dapat dilihat. Pertimbangan yang
umumnya digunakan adalah analisis rasio perusahaan dari laporan keuangannya yang
dibandingkan dengan data historis, ata-rata industri, perusahaan sejenis dan lainnya.
Selain itu, pertimbangan dari keada n ekonomi, sosial, politik dan keamanan (berita
terkini) juga turut dianalisis. Sedan kan dalam analisis teknikal umumnya terbagi atas
dua indikator, yaitu indikator laggi g dan indikator leading. Pada umumnya, yang
dipergunakan dalam prakteknya a alah Moving Average (MA), Moving Average
Convergence Divergence (MACD) dan Relative Strenght Index (RSI).
Dalam penelitian ini, penulis memilih saham-saham yang termasuk kelompok
saham teraktif di bursa, karena memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang
besar di Bursa Efek Jakarta. Selain itu, penulis akan menggunakan analisis fundamental
dan analisis teknikal yang saling mendukung dalam memilih saham dan keputusan sell or
buy. Analisis fundamental ini lebih berfokus pada posisi perusahaan di lingkungan
industrinya dan ekonomi secara kesel ruhan. Sementara analisis teknikal lebih sempit, di
mana membahas lebih dalam menge ai pergerakan harga dan pembentukan pola trend,
yang selanjutnya akan dianalisis d ngan grafik MACD. Hasil kedua analisis pada
akhirnya akan digunakan untuk peng bilan keputusan.
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Memilih saham pada
sektor pertambangan logam dan mineral lainnya dengan menggunakan analisis
fundamental dalam melakukan investasi; (2) Menentukan waktu yang tepat dalam
melakukan transaksi sell or buy pa a saham sektor pertambangan logam dan mineral
lainnya dengan menggunakan anali is teknikal. Dalam melakukan penelitian, penulis
membatasi permasalahan-permasala an yang akan diteliti. Penelitian ini dilakukan
dengan pengambilan sampel dengan batasan-batasan sebagai berikut: (a) Penulis hanya
76
Dewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy...
membahas company analysis dalam analisis fundamental dan hanya akan menggunakan
teknik MACD dalam analisis teknikal.; (b) Emiten dari rektor pertambangan logam dan
mineral lainnya selalu masuk dalam LQ-45 pada periode Oktober 2005 hingga
September 2007.; (c) Emiten juga tidak melakukan corporate action, seperti stock split,
buy back, reverse stock split dan right issue.; (d) Penelitian ini hanya membahas dan
menganalisis sampai ditentukan keputusan sell or buy.
Adapun tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk menentukan saham perusahaan
mana yang harus dipilih dengan menggunakan analisis fundamental.; (2) Untuk
menentukan kapan dapat melakukan transaksi sell or buy pada tingkat harga tertentu agar
memberikan keuntungan maksimal dan meminimalkan risiko. Saham menurut Darmadji
dan Fakhruddin (2006: 5) adalah: "saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan
atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas."
Menurut Widoatmodjo (1996: 54): "saham sebagai tanda penyertaan atau pemilikan
seseorang atau badan dalam suatu perusahaan."
Sementara Husnan (1998: 30) mengemukakan bahwa saham adalah "bukti kepemilikan
atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (PT)." Dari beberapa definisi
tersebut, maka saham dapat disimpulkan sebagai bukti kepemilikan atau tanda
penyertaan seseorang/ badan atas suatu perusahaan tertentu.
Sebagai masyarakat modern, tentu saja tidak bijaksana apabila seorang investor
membiarkan harta atau kekayaan yang dimiliki hanya tertanam di lahan investasi yang
tidak memiliki return yang tertinggi, apalagi investor tersebut membiarkan harta atau
kekayaan itu tersimpan di tempat rahasia. Ini adalah salah satu cara kuno yang dilakukan
oleh masyarakat di masa lampau. Oleh karena itu, banyak masyarakat Indonesia
menginvestasikan harta atau kekayaan yang dimiliki. Dengan adanya investasi ini,
diharapkan dapat memperbaiki kesejahteraannya di masa yang akan datang. Namun,
pengertian investasi yang sangat luas perlu dibatasi.
Kamaruddin (2004: 3), mengemukakan bahwa "investasi adalah menempatkan
uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu
atas uang atau dana tersebut." Menurut Putra (2003: 1), pengertian investasi adalah
"suatu kegiatan yang menunda konsumsi atau penggunaan sejumlah dana pada masa
sekarang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang."
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa investasi adalah
pengelolaan dana yang dilakukan oleh investor di waktu sekarang untuk mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang dan hasilnya berupa aliran dana yang lebih besar
dari yang diinvestasikan sebelumnya. Dalam hal ini, keuntungan yang diperoleh investor
di masa datang dapat berupa dividend yield dan capital gain. Saham merupakan surat
berharga yang paling populer dan dikenal luas di masyarakat. Umumnya, saham yang
kita kenal sehari-hari merupakan saham biasa (common stock). Ada beberapa sudut
pandang untuk membedakan saham (Darmadji dan Fakhuruddin, 2006: 7), yaitu dari
kemampuan dalam hak tagih atau klaim, dari cara peralihan dan dari kinerja
perdagangan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan seseorang berinvestasi adalah untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang dengan berupa tingkat
pengembalian dari dana yang diinvestasikan yang lebih baik, serta meminimalkan risiko
inflasi dan penghematan pajak.
Jika sudah memutuskan untuk berinvestasi, dalam memilih investasi seorang investor
paling tidak harus mempertimbangkan empat faktor penting (Widoatmodjo, 2007: 42),
yaitu:
77
Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88
1) Modal. Modal adalah berapa banyak dana yang kita perlukan untuk bisa melakukan
investasi sampai kita dapat me peroleh keuntungan yang melebihi dari investasi
yang kita keluarkan. Prinsipnya, makin kecil modal yang diperlukan semakin baik
bagi investor.
Tingkat
Pengembalian. Tingkat p ngembalian adalah berapa persen keuntungan yang
2)
bisa diperoleh dari modal yang ikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Semakin
tinggi tingkat pengembalian dan emakin cepat jangka waktunya semakin baik bagi
investor.
Tingkat
Risiko. Risiko adalah bekapa besar kemungkinan terjadinya kerugian yang
3)
dapat mengurangi jumlah modal ita dan bahkan menghabiskan modal kita. Semakin
kecil tingkat risikonya, semakin b ik bagi investor.
Arus
Dana. Terakhir adalah arus ana yang berupa seberapa cepat dana dalam bentuk
4)
uang kas secara fisik dapat kita t ik dari modal yang telah kita setor. Semakin cepat
semakin baik bagi investor.
Selain keempat faktor tersebut ita juga harus memperhatikan faktor lain seperti
biaya investasi, informasi, waktu per agangan, likuiditas pasar dan aktivitas.
Pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya merupakan tempat bertemunya
penjual dan pembeli. Di sini yang diperjualbelikan adalah instrumen keuangan jangka
panjang atau lebih dari satu tahun, baik dalam modal sendiri (stock) maupun utang
(bond), baik yang diterbitkan ole pemerintah (public authorities) maupun oleh
perusahaan swasta (private sector). ( arvof, 2004: 17)
Dalam pasar modal juga di enal istilah pasar perdana yang menurut Surat
Keputusan Menteri Keuangan No.85 /KMK.01/1987 (Darmadji dan Fakhruddin, 2006:
118) adalah merupakan penawaran efek oleh emiten kepada pemodal atau investor
selama masa tertentu sebelum dica tkan di bursa efek (pasar sekunder). Sementara
berdasarkan Surat Keputusan BAP PAM pasar sekunder merupakan pasar dimana
penawaran efek kepada publik dilaktkan setelah masa penawaran di pasar perdana dan
telah dicatatkan di bursa efek.
Menurut Kamaruddin (2004: 81), analisis teknikal sebagai "analisis pasar atau
sekuritas yang memusatkan perhatian pada indeks saham, harga atau statistik pasar
lainnya dalam menemukan pola yang mungkin dapat memprediksikan dari gambaran
yang telah dibuat. Menurut Husnan (1998: 367): nalisis teknikal pada dasarnya
merupakan upaya untuk menentukan kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual
saham (keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis maupun
menggunakan analisis grafis.
Analisis teknikal mengamati pembentukan grafik harga dengan berbagai varian
yang mungkin terjadi dibandingkan dengan perilaku harga sebelumnya. Tujuan pokok
mengamati grafik adalah: (Widoatmodjo, dkk., 2005: 77): (1) Secepat mungkin
menemukan kecenderungan harga.; (2) Memperkirakan kemungkinan waktu dan jarak
kecenderungan itu.; (3) Memilih saat yang paling menguntungkan untuk masuk dan
keluar pasar. Dari beberapa definisi dan informasi tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa analisis teknikal adalah analisis yang menitikberatkan pada pergerakan pasar.
Analisis ini dijalankan dengan ca a memperhatikan perubahan harga dan volume
perdagangan saham di pasar. Analis s teknikal banyak digunakan sebagai pertimbangan
dalam menentukan kapan membeli a u menjual saham (sell or buy decision). Jadi pada
intinya, analisis teknikal merupaka analisis terhadap pola pergerakan harga di masa
lampau dengan tujuan untuk meramalkan pergerakan harga di masa yang akan datang.
78
T•
Dewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy...
Perbandingan Analisis Fundamental dengan Analisis Teknikal. Kedua
analisis ini, yaitu analisis fundamental dan teknikal mempunyai beberapa perbedaan.
Menurut Kamaruddin (2004: 83), ada enam poin yang membedakan antara kedua
analisis tersebut, lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan Analisis Fundamental dan Teknikal
Variabel
No
1. Fokus Perhatian
Harga
2. Horison investasi
Fundamental
(overvalued/undervalued)
Teknika1
Timing
(upward/downward)
Jangka Pendek
menengah
dan
Jangka
panjang
Psikologis investor
Perusahaan/ emiten
3. Informasi utama
Capital gain
Dividen dan pertumbuhan
4. Motif utama
Berpindah
Beli & simpan
5. Strategi utama
Pedagangdan instutional
6. Karakteristik investor Penabung dan investasi
Sumber: Kamaruddin (2004: 83)
Selain perbedaan, analisis fundamental dan teknikal masing-masing memiliki
keunggulan dan kelemahan. Di mana, analisis fundamental dan teknikal harus digunakan
secara bersamaan dan sating melengkapi.
Tabel 2. Keunggulan dan Kelemahan Alat Analisis Fundamental dan Teknikal
Keunggulan
Fundamental:
- Bisa meramalkan harga dengan tepat
(pada pasar yang sangat efisien atau
setidaknya semi efisien).
- Mampu memberikan dasar yang logis
dalam mengambil keputusan investasi.
- Mampu memberikan gambaran yang
sangat jelas tentang operasional
perusahaan.
Kelemalian
Fundamental:
- Memakan banyak waktu
- Cenderung subjektif karena banyaknya
asumsi
yang digunakan
- Sulitnya berfungsi pada pasar yang tidak
efisien.
- Umumnya dilakukan untuk mendukung
keputusan investasi jangka panjang
Teknikal:
- Waktu yang dibutuhkan sedikit.
- Bisa mengakomodasi kebutuhan
analisa yang sesuai dengan time horizon
dari masing-masing investor.
memberikan
gambaran
- Mampu
psikologis pasar.
- Memiliki daya fleksibilitas dalam
analisa sesuai dengan periode waktu
yang diinginkan.
Sumber: Syamsir (2005 : 6)
Teknikal:
Melibatkan banyak orang dengan ekspektasi
berbeda.
Membutuhkan banyak data time series.
Penulis melakukan penelitian ini berdasarkan penelitian terdahulu yang dibuat
oleh Stephanie pada tahun 2006 dengan judul "Aplikasi Analisis Fundamental dan
Teknikal dalam Pengambilan Keputusan Sell or Buy pada Saham PT Tambang Batubara
Bukit Asam Tbk." Pada penelitian yang terdahulu ini, PT Tambang Batubara Bukit
79
Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01,
ebruari 2009: 75-88
Asam Tbk (PTBA) dibandingkan dengan PT Bumi Resources Tbk berdasarkan analisis
fundamental dengan company analys dan kemudian diperoleh 25 nilai positif (+) dan
13 nilai negatif (-) untuk PTBA. Kesimpulan yang diperoleh dari analisis fundamental
dalam peneltian ini adalah perusahaa PTBA lebih baik dipilih untuk investasi karena
mempunyai nilai positif yang le ih banyak daripada pembandingnya. Setelah
menentukan perusahaan yang layak ntuk diinvestasikan, selanjutnya analisis teknikal
dilakukan terhadap harga penutupa PTBA dengan menggunakan Moving Average
Convergence Divergence (MACD). erdasarkan MACD, diperoleh delapan sinyal beli
dan sembilan sinyal jual selama perio e 1 September 2005 sampai dengan 30 September
2006. Penulis juga menggunakan jurn 1 penelitian yang dibuat oleh Budi Rusman Jauhari
dan Basuki Wibowo dengan judul " nalisis Fundamental Terhadap Return Saham pada
Periode Bullish dan Bearish Indeks Harga Saham Gabungan" untuk memperkokoh
landasan teori mengenai analisis fundamental.
METODE
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu penelitian
yang dilakukan dengan cara mengkaj dan menganalisis secara logis masalah yang telah
dirumuskan atau penelitian yang be juan untuk menguraikan karakteristik (sifat-sifat)
tentang suatu keadaan pada waktu to entu. Melalui penelitian deskriptif ini diharapkan
akan dapat menyajikan suatu peneliti n dengan gambaran yang jelas, aktual dan akurat
dari masalah yang diteliti.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang telah go public,
yaitu perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dalam penelitian
ini, subyek penelitiannya adalah perusahaan sektor pertambangan logam dan mineral
lainnya, sedangkan obyek penelitiannya adalah saham dari perusahaan tesebut.
Sementara itu, metode pemilihan sampel untuk penelitian ini adalah dengan
menggunakan pemilihan sampel se ara tak acak (nonprobability sampling) dengan
menggunakan teknik pemilihan sam el tak acak judgmental sampling di mana prosedur
untuk mendapatkan unit sampel ad lah berdasarkan batasan-batasan (asumsi-asumsi)
tertentu yang ditetapkan oleh pe ulis. Pertama, penulis menentukan perusahaanperusahaan yang termasuk dalam kel?mpok LQ-45 selama periode Oktober 2005 hingga
periode September 2007. Kemudiati, perusahaan-perusahaan tersebut dipilih apabila
perusahaan tersebut tidak melakukan corporate action, seperti stock split, reverse stock
split, buy back dan right issue sela a periode tersebut karena jika tidak, hal ini dapat
mempengaruhi pergerakan harga sah m sehingga menjadi bias dan tidak wajar.
Operasionalisasi variabel mer pakan langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh
peneliti untuk memperoleh data yan berkaitan dengan variabel yang diteliti. Data yang
diperoleh adalah dari Neraca dan La oran Laba-Rugi PT Aneka Tambang (Persero) Tbk
(ANTM), PT International Nickel IOdonesia Tbk (INCO) dan PT Timah Tbk (TINS)
serta data harian harga penutupan saham INCO. Dalam penelitian ini, akan diambil
keputusan sell or buy dengan mengg nakan analisis fundamental dan teknikal.
Dalam analisis ini yang digunakan dalah data harian harga penutupan saham INCO
untuk dua tahun terakhir yaitu dari 3 Oktober 2005 sampai dengan 28 September 2006
untuk memperoleh grafik MACD ( oving Average Convergence Divergence) di mana
dari grafik ini akan dapat menentuka sinyal jual dan beli.
Ada enam langkah dalam melakukan analisis fundamental:
80
bewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan
Sell or Buy...
a. Mencari Data (Searching). Dalam langkah yang pertama ini, penulis mencari laporan
keuangan yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu Neraca dan Laporan LabaRugi tahun 2005 dan 2006. Laporan keuangan ini dapat diperoleh dari BEJ.
b. Menghitung rasio keuangan (Counting). Dari laporan keuangan yang diperoleh,
dihitung rasio-rasio keuangannya. Rasio yang akan dihitung antara lain adalah rasio
likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan
dan rasio penilaian.
c. Membandingkan (Comparing). Dalam langkah ini, akan membandingkan rasio-rasio
keuangan tahun 2006 dari perusahaan yang diteliti, yaitu PT International Nickel
Indonesia Tbk (INCO) dengan pembandingnya.
d. Menghitung Nilai Positif dan Negatif (Calculating). Setelah memberikan penilaian
positif dan negatif pada langkah pembandingan, maka pada langkah ini
menjumlahkan masing-masing penilaian tersebut.
e. Memberikan Kesimpulan (Concluding). Menarik kesimpulan dari hasil penjumlahan
penilaian yang diperoleh pada langkah calculating.
f. Memberikan Rekomendasi (Recommending)
Dengan menyelesaikan analisis sampai pada kesimpulan, maka langkah terakhir
adalah memberikan rekomendasi apakah perusahaan yang diteliti, yaitu INCO layak
untuk diinvestasikan atau tidak.
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode pengumpulan data pengamatan (observation).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
telah tersedia dan diolah oleh pihak lain, antara lain laporan keuangan periode 2005 dan
2006 untuk perusahaan ANTM, INCO dan TINS serta harga penutupan saham INCO
untuk periode 3 Oktober 2005 hingga 28 September 2007. Data sekunder ini diperoleh
dari data yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang diperoleh langsung
dari Pusat Refensi Pasar Modal (PRPM) yang terdapat di Lantai III Gedung BEJ, Pojok
BEJ-UNTAR.
HASIL PEMBAHASAN
Tahap pertama dalam analisis fundamental adalah menghitung rasio keuangan
perusahaan untuk menilai dan mengukur seberapa kuat kondisi fundamental perusahaan
jika dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada periode sebelumnya (2005), rata-rata
industri dan perusahaan sejenis yang termasuk dalam kelompok LQ-45, yaitu ANTM.
Perhitungan rasio-rasio keuangan INCO tahun 2006 dan 2005 serta rasio-rasio keuangan
dari rata-rata industri dan perusahaan sejenis dapat dilihat di Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.
Setelah itu, dapat ditarik kesimpulan dari hasil perbandingan tersebut, sehingga
akan terlihat kondisi fundamental perusahaan INCO. Berikut adalah kesimpulan dari
company analysis, dilihat dari masing-masing rasio keuangan:
a. Liquidity Ratio
Current Ratio INCO tahun 2006 lebih baik dibandingkan dengan periode
sebelumnya (2005), average industry dan ANTM. Aktiva lancar INCO dapat memenuhi
kewajiban lancarnya sebesar 4,5987 kali. Angka ini lebih besar dibandingkan dengan
periode 2005, yaitu sebesar 3,6453 kali serta lebih baik daripada average industry, yaitu
sebesar 2,9972 kali dan ANTM, yaitu sebesar 2,8127 kali. Hal ini menunjukkan bahwa
INCO adalah perusahaan yang paling likuid dalam industrinya.
81
Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88
Quick Ratio INCO tahun 2006 juga lebih baik jika dibandingkan dengan periode
2005, average industry dan ANTM. CO dapat memenuhi kewajiban lancarnya dengan
menggunakan aktiva lancar tanpa me perhitungkan persediaan yang ada sebesar 3,9819
kali. Angka ini meningkat dibanding an dengan periode 2005, yaitu sebesar 2,9194 kali
dan lebih baik dibandingkan dengan verage industry dan ANTM, yaitu masing-masing
sebesar 2,1157 kali dan 2,0095 kali.
Net Working Capital atau mo al kerja bersih INCO tahun 2006 adalah sebesar
Rp6.390.282.140.000. Angka ini meningkat dari tahun 2005, yaitu sebesar
Rp3.002.090.520.000 dan lebih esar dari average industry, yaitu sebesar
Rp3.130.654.726.667 serta ANTM, y itu sebesar Rp2.138.087.040.000.
b. Leverage Ratio
Debt Ratio menunjukkan pen gunaan leverage INCO. Pada tahun 2006, INCO
menggunakan lebih sedikit hutang un uk membiayai aktiva dibandingkan dengan periode
2005. Rasio hutang INCO juga le ih kecil daripada average industry dan ANTM.
Hutang sebagai persentase dari total ktiva pada INCO pada tahun 2006 adalah sebesar
20,73%. Sementara, INCO pada tahu 2005 adalah sebesar 22,49% dan average industry
sebesar 37,86%, serta ANTM sebesar 4 1,27%.
Debt to Equity Ratio adalal# perbandingan penggunaan leverage dan modal
sendiri (ekuitas). Penggunaan leverage INCO pada tahun 2006 juga lebih sedikit
dibandingkan dengan periode 2005, average industry dan ANTM. INCO periode 2006
rasionya sebesar 0,2641. Angka ini l menurun dari periode sebelumnya, yaitu sebesar
0,2901 dan lebih kecil dari average industry, yaitu sebesar 0,6764 serta ANTM, yaitu
sebesar 0,7028.
c. Activity Ratio
0 periode 2006 sebesar 4,6933 kali. Angka ini
Inventory Turnover (ITO)
mengalami penurunan dibandingkan engan periode 2005, yaitu sebesar 4,8648 kali. Hal
ini menunjukkan bahwa pada tahu 2006 INCO kurang efisien dalam mengelola
persediaan. Akan tetapi, perputaran persediaan INCO dibandingkan dengan average
industry dan ANTM adalah lebih b ik. Perputaran persediaan rata-rata industri hanya
sebesar 3,2044 kali, sedangkan ANTM sebesar 3,0483 kali.
Average Collection Period (ACP), INCO periode 2006 mempunyai waktu yang
lebih panjang untuk menagih piutangnya dibandingkan dengan INCO periode 2005,
average industry dan ANTM. INCO ada tahun 2006 mempunyai waktu selama 74,2829
hari, sedangkan pembandingnya, yai u INCO pada tahun 2005 hanya selama 33,7366
hari, average industry selama 50,471 hari dan ANTM selama 57,6082 hari.
Fixed Assets Turnover (FAT ) INCO pada 2006 juga mempunyai rasio yang
lebih tinggi dibandingkan dengan I CO pada 2005, yaitu 1,1049 kali dibandingkan
dengan 0,7467 kali, sehingga INCO memiliki kemampuan menciptakan penjualan dan
mendapatkan laba yang semakin tin gi juga. Hal ini menunjukkan INCO cukup efisien
dalam mengelola aktiva tetapnya k rena pada tahun 2006 di mana untuk setiap Rpl
penggunaan aktiva tetapnya, INCO dapat menghasilkan penjualan sebesar Rp1,1049.
Namun, dibandingkan dengan average industry (3,7614 kali) dan ANTM (1,6823 kali),
INCO pada 2006 memiliki rasio yang lebih rendah. Ini berarti INCO kurang efisien
dalam menggunakan aktiva tetapnya.
Total Assets Turnover (TAT) INCO pada 2006 adalah 0,6302 kali. Rasio ini
lebih rendah dibandingkan dengan overage industry dan ANTM, yaitu masing-masing
sebesar 0,8599 kali dan 0,7721 kali. Dari perbandingan tersebut, dapat disimpulkan
82
Dewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy...
bahwa INCO pada periode 2006 tidak efisien dalam menggunakan aktivanya untuk
menghasilkan penjualan. Namun, rasio ini tetap lebih baik jika dibandingkan dengan
periode sebelumnya, yaitu sebesar 0,5365.
d. Profitability Ratio
Gross Profit Margin (GPM) INCO pada 2006 sebesar 57,40%. Hal ini
menunjukkan INCO memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba kotor yang lebih
tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya, average industry dan ANTM. Margin
laba kotor pada periode sebelumnya adalah sebesar 49,80%, average industry sebesar
40,80%, sedangkan ANTM sebesar 48,70%.
Operating Profit Margin (OPM) INCO pada 2006 juga lebih baik daripada
pembandingnya karena memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba operasi lebih
tinggi. INCO pada 2006 memiliki rasio sebesar 54,99%, sedangkan pembandingnya
INCO pada 2005 rasionya hanya sebesar 47,46%, average industry sebesar 35,68% dan
ANTM 42,70%.
Net Profit Margin (NPM) INCO pada 2006 adalah 38,38%. Ini berarti INCO
memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba bersih lebih tinggi dibandingkan dengan
yang lain. Pada periode sebelumnya, NPM INCO hanya sebesar 30,25%, sedangkan
NPM average industry sebesar 23,69% dan NPM ANTM adalah 27,58%.
Return on Assets (ROA) adalah kemampuan untuk menghasilkan laba dari aktiva
yang digunakan. INCO pada 2006 mempunyai ROA sebesar 24,18%. ROA ini lebih
tinggi dibandingkan dengan INCO pada 2005 yang hanya sebesar 16,23%. ROA INCO
pada 2006 juga lebih baik daripada average industry yang hanya sebesar 17,16% dan
dibandingkan dengan ANTM yang sebesar 21,30%, ROA INCO pada 2006 tetap lebih
baik.
Return on Equity (ROE) adalah laba yang tersedia bagi pemegang saham. ROE
INCO pada 2006 sebesar 30,51%. Angka ini lebih besar dari tahun 2005, yaitu sebesar
20,94% dan average industry yang hanya sebesar 26,40%. Namun, ROE perusahaan
sejenis, yaitu ANTM lebih tinggi daripada INCO 2006, yaitu sebesar 36,27%. Dalam hal
mencetak tingkat pengembalian pada ekuitas, ternyata ANTM lebih baik daripada INCO
pada periode yang sama.
e. Growth Ratio
Penjualan INCO pada 2006 memiliki pertumbuhan sebesar 51,14%. Angka ini
jauh lebih baik daripada INCO pada 2005 yang mengalami penurunan sebesar negatif (-)
11,74%. Sementara, average industry memiliki pertumbuhan penjualan yang hanya
sebesar 48,11%. Akan tetapi, ANTM mengalami pertumbuhan penjualan yang lebih
tinggi, yaitu sebesar 73,15%.
Earnings after Tax (EAT) INCO pada 2006 mengalami pertumbuhan dalam
jumlah yang signifikan, yaitu sebesar 91,73% dari periode sebelumnya yang malah
mengalami penurunan sebesar negatif (-) 5,86%. EAT average industry adalah sebesar
89,93% dan ANTM hanya sebesar 84,43%. Walaupun tingkat pertumbuhan penjualan
INCO tidak lebih baik dari tingkat pertumbuhan ANTM, tingkat pertumbuhan INCO
jauh lebih baik daripada ANTM.
Earnings per Share (EPS) untuk INCO pada 2006 mengalami pertumbuhan yang
sama dengan tingkat pertumbuhan EAT karena jumlah saham beredar INCO tidak
mengalami perubahan, begitupun dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor
yang sama. Oleh karena itu, kesimpulan yang diperoleh untuk tingkat pertumbuhan EPS
adalah sama dengan perbandingan EAT pada poin sebelumnya.
83
Jurnal Manojemen/Tohun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88
Tingkat pertumbuhan harga saham per lembar (Price per Share) untuk INCO
pada 2006 mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 138,46%.
Tingkat pertumbuhan ini lebih baik daripada pembandingnya di mana pada periode
sebelumnya mengalami penurunan se esar negatif (-) 1,14%, sedangkan untuk average
industry adalah sebesar 132,02% dan NTM hanya sebesar 122,22%.
f. Valuation Ratio
Price Earning Ratio (PER) I CO pada 2006 adalah sebesar 6,6092 kali. Angka
ini lebih baik daripada periode 2005 yang sebesar 4,8981 kali. Hal ini menunjukkan
indikasi penilaian pasar modal terhad p keuntungan potensial INCO di masa mendatang
adalah lebih baik dibandingkan denga periode sebelumnya atau dengan kata lain, harga
saham INCO lebih baik dibandingk dengan periode sebelumnya. Akan tetapi, PER
INCO pada 2006 tidak lebih baik d ripada average industry yang mencapai sebesar
9,0421 kali dan PER ANTM yang jug mencapai 9,8286 kali pada periode yang sama.
Dari hasil perbandingan dalarn company analysis ini, maka dapat dilihat bahwa
INCO pada 2006 memiliki performa yang lebih baik dalam berbagai aspek rasio
keuangan dibandingkan dengan periode 2005, average industry maupun perusahaan
sejenis (ANTM). Hal ini ditunjukan dari jumlah nilai positif (+) INCO yang mencapai 45
buah dibandingkan nilai negatif (-) yang hanya 12 buah.
PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) lebih baik dibandingkan dengan
pembandingnya terutama dalam aspe likuiditas dan leverage. Rasio profitabilitas dan
pertumbuhan perusahaan juga lebih b aik, kecuali untuk rasio keuangan individu Return
on Equity (ROE) yang lebih rendah d bandingkan dengan PT Aneka Tambang (Persero)
Tbk (ANTM). Pertumbuhan penjual n INCO juga kalah dari pertumbuhan penjualan
ANTM. Sementara dari aspek rasio a tivitas, INCO tidak lebih baik dari pembandingnya
karena manajemen aset INCO kura g efektif dalam perencanaan penggunaan asetasetnya sehingga menjadi kurang efislen. Hal ini tercermin dari rasio Average Collection
Periode, Fixed Assets Turnover dan Total Assets Turnover perusahaan yang lebih rendah
daripada pembandingnya. Namun, Inventory Turnover INCO pada 2006 lebih baik
daripada average industry dan ANTM, walaupun tidak sebaik periode 2005. Selain itu,
INCO perlu memperbaiki rasio penilaiannya karena aspek ini juga tidak lebih baik
daripada average industry dan ANTM.
Dari kesimpulan yang diperolh,
i penulis merekomendasikan bahwa INCO layak
untuk diinvestasikan karena kinerja p rusahaan yang membaik dari periode sebelumnya
dilihat dari berbagai macam rasio. Di amping itu, kinerja INCO lebih baik dibandingkan
dengan pembanding lainnya sehingga INCO menjadi yang terbaik di antara para
pesaingnya, yaitu ANTM dan TINS. Jadi, untuk investasi jangka panjang, INCO menjadi
pilihan yang utama.
Tabel 3. Frekuensi Hari Sinyal Beli/Jual
Hari
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sell
6
4
5
1
2
Total
19
18
Sumber: Data diolah oleh penulis
84
Frekuensi Signal
Buy
2
4
2
5
6
bewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy...
Tabel 4. Tanggal dan Hari Sin al Beli/Jual, Har a Penutu an Saham dan Gain/Loss
aa
22/11/05
26/12/05
27/12/05
24/01/06
25/01/06
06/02/06
23/02/06
22/03/06
12/04/06
01/05/06
11/05/06
16/05/06
22/06/06
19/07/06
11/08/06
29/08/06
08/09/06
11/09/06
03/10/06
11/10/06
17/10/06
20/11/06
04/12/06
18/12/06
18/01/07
02/02/07
09/02/07
28/02/07
08/03/07
27/03/07
30/03/07
18/04/07
15/06/07
12/07/07
23/07/07
03/08/07
24/08/07
SiT al
Hari
Tanggal
Buy
Buy
Selasa
Sell
Senin
Selasa
Sell
Buy
Selasa
Rabu
Sell
Buy
Senin
Kam is
_
Sell
Buy
Rabu
Rabu
Sell
Buy
Senin
Kamis
Sell
Buy
Selasa
Kamis
Sell
Buy
Rabu
Jumat
Sell
Buy
Selasa
Jumat
Sell
Buy
Senin
Selasa
Sell
Buy
Rabu
Selasa
Sell
Buy
Senin
Senin
Sell
Buy
Senin
Kamis
Sell
Buy
Jumat
Jumat
Sell
Buy
Rabu
Kam is
Sell
Buy
Selasa
Jumat
Sell
Buy
Rabu
Jumat
Sell
Buy
Kamis
Senin
Sell
Buy
Jumat
Jumat
Sell
Buy
Total Gain (Loss)
Harga Penutupan
Rp13,450
Rp12,800
Rp13,150
Rp14,150
Rp14,450
Rp14,200
Rp15,250
Rp17,800
Rp18,900
Rp20,100
Rp22,300
Rp19,500
Rp17,450
Rp19,450
Rp21,300
Rp22,250
Rp23,500
Rp22,600
Rp23,950
Rp23,150
Rp24,650
Rp26,950
Rp29,850
Rp30,800
Rp31,550
Rp32,800
Rp35,300
Rp38,800
Rp44,900
Rp48,100
Rp54,350
Rp60,000
Rp58,450
Rp54,850
Rp57,600
Rp55,650
Rp53,000
Gain(Loss)
-
_
(Rp650)
Rp1,000
(Rp250)
Rp2,550
Rp1,200
(Rp2,800)
Rp2,000
Rp950
(Rp900)
(Rp800)
Rp2,300
Rp950
Rp1,250
Rp3,500
Rp3,200
Rp5,650
(Rp3,600)
(Rp1,950)
Rp13,600
umber: Data diolah oleh penulis
PEMBAHASAN
PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) layak untuk dijadikan tujuan investasi
bagi calon investor baik untuk jangka panjang seperti yang ditunjukkan dalam analisis
perusahaan (company analysis). Hal ini tercermin dari kondisi fundamental INCO yang
85
Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88
lebih baik daripada pembandingnya di mana terdapat 45 nilai positif (+) dan 12 nilai
negatif (-) untuk INCO. Selain itu, dalam investasi jangka pendek, dengan memanfaatkan
volatilitas harga saham investor dapat memperoleh keuntungan secara keseluruhan
sebesar Rp13.600 per lembar saham dari 18 kali transaksi beli jual selama periode 3
Oktober 2005 hingga 28 September 20 7. Frekuensi pembelian paling sering terjadi pada
hari Jumat, yaitu enam kali, sedangkan hari Kamis sebanyak lima kali, Selasa empat kali
serta Senin dan Rabu masing-masing hanya sebanyak dua kali. Sementara, frekuensi
penjualan paling sering terjadi pada ha i Senin, yaitu sebanyak enam kali dan diikuti oleh
hari Rabu sebanyak lima kali serta h ri Selasa sebanyak empat kali. Pada hari Jumat,
frekuensi penjualan terjadi sebanyak d a kali dan hari Kamis sebanyak satu kali saja.
Hasil analisis data pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Dalam analisis fundamental, PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA)
memperoleh 25 nilai positif (+) dan 13 nilai negatif (-), sedangkan INCO memperoleh 45
nilai positif (+) dan 12 nilai negatif (-). Sementara dalam analisis teknikal, PTBA
memperoleh delapan sinyal beli dan sembilan sinyal jual dan INCO memperoleh 19
sinyal beli dan 18 sinyal jual.
Perbedaan yang timbul disebabkan karena subjek penelitian yang digunakan
berbeda dan jangka waktu untuk data yang digunakan dalam analisis teknikal pada
penelitian kali ini juga lebih panjang. Pada penelitian sebelumnya, pembanding yang
digunakan dalam analisis fundamental PTBA adalah hanya data historis dan perusahaan
sejenis, sedangkan dalam penelitian kali ini terdapat average industry sebagai tambahan
pembandingnya. Selain itu, pada penelitian sebelumnya, jangka waktu untuk data yang
digunakan dalam analisis teknikal hanya satu tahun, tetapi pada penelitian kali ini jangka
waktu untuk data adalah dua tahun.
PENUTUP
Investor dalam melakukan investasi di pasar modal menghendaki keuntungan.
Untuk memperoleh keuntungan tersebut, investor dapat menganalisis saham-saham yang
akan dibelinya, yaitu dengan menggunakan analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis fundamental berfungsi untuk menentukan saham mana yang akan dipilih,
sedangkan analisis teknikal berfungsi untuk menentukan kapan investor harus membeli
dan menjual saham tersebut. Kesimpulan yang ada dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Hasil dari analisis rasio-rasio keuangan tahun 2006 PT International Nickel
Indonesia Tbk (INCO) yang dibandingkan dengan average industry dan perusahaan
sejenis, yaitu PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM). Dalam Tabel 4.2 dapat dilihat
bahwa terdapat 45 nilai positif (+) dan 12 nilai negatif (-) untuk INCO sehingga dapat
disimpulkan bahwa kondisi INCO jauh lebih lebih baik, dilihat dari analisis rasio
keuangan perusahaan secara keseluruhan, dibandingkan dengan average industry dan
juga ANTM. Oleh karena itu, INCO layak untuk dipilih sebagai tujuan investasi karena
perusahaan tersebut memiliki kondisi fundamental perusahaan yang lebih kuat.
Analisis teknikal yang dilakukan dengan menggunakan Moving Average
Convergence Divergence (MACD) berfungsi untuk menentukan sinyal beli dan jual
saham INCO. Kesimpulan dari pembahasan analisis teknikal pada bab sebelumnya dapat
diuraikan sebagai berikut: (a) Selama pengamatan analisis Moving Average Convergence
Divergence (MACD), menghasilkan 19 sinyal beli dan 18 sinyal jual seperti yang
86
bewianti & Yusbardini: Pengambilan Keputusan Sell or Buy...
ditunjukkan pada Tabel 4.4.; (b) Dari hasil tersebut, dapat dilihat kapan waktu yang tepat
investor untuk membeli dan menjual saham INCO.
Dari hasil analisis fundamental, perusahaan yang baik untuk dipilih adalah PT
International Nickel Indonesia Tbk. Selanjutnya, harga saham PT International Nickel
Indonesia Tbk pada periode 3 Oktober 2005 sampai dengan 28 September 2007 yang
diproses dengan program Metastock Versi 10.0 berdasarkan Moving Average
Convergence Divergence (MACD) akan digunakan dalam pengambilan keputusan sell or
buy, di mana dalam pengambilan keputusan tersebut investor juga tetap harus
memperhatikan kondisi makroekonomi Indonesia dan informasi yang terkait dengan PT
International Nickel Indonesia Tbk.
Saran
Bagi Investor yang berminat melakukan investasi di pasar modal, dalam bentuk saham,
disarankan menanamkan dananya pada saham PT International Nickel Indonesia Tbk
karena memiliki fundamental perusahaan yang kuat dan baik, serta prospek yang cukup
menjanjikan pada masa yang akan datang.
Dalam penelitian ini, hanya menggunakan format MACD standar, yaitu terdiri
dari EMA-9 dan perbedaan rata-rata EMA-12 dan EMA-26, karena itu investor maupun
peneliti selanjutnya dapat menggunakan MACD dengan periode yang telah dimodifikasi
dari standar. Hal ini diharapkan penelitian selanjutnya dapat memperoleh hasil yang lebih
akurat dan optimal.
Setiap investasi mempunyai dua sisi yang tidak terpisahkan layaknya sebuah koin
yang mempunyai sisi gambar dan angka. Dalam hal berinvestasi, sisi-sisi tersebut adalah
tingkat pengembalian dan risiko. Sebaik apapun analisis yang telah dilakukan, risiko
tidak dapat dihapus/dihindari dan masih akan tetap dihadapi. Oleh karena itu, investor
sebaiknya berinvestasi secara sehat.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmad Kamaruddin, (2004). Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio, Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Brealey, Richard A., Myers, Stewart C., Marcus, Alan J., (2001). Fundamental of
Corporate Finance, .rd edition. New York: McGraw Hill.
Brigham, Eugene F., Gapenski, Louis C. and Daves, Phillip R., (1999). Intermediate
Financial Management. eh edition. Florida: The Dryden Press
Dahlan Siamat. (2004). Manajemen Lembaga Keuangan, edisi ke-4. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Darmadji Tjiptono dan Fakhruddin, Hendy M., (2006). Pasar Modal di Indonesia, edisi
kedua. Jakarta: Salemba Empat
Dedhy Sulistiawan dan Liliana, (2007). Analisis Teknikal Modern pada Perdagangan
Sekuritas, edisi pertama. Yogyakarta: Andi Offset
Dianata Eka Putra, (2003). Berburu Uang di Pasar Modal. Semarang: Effhar Offset
Hendra Syamsir, (2005). Solusi Investasi di Bursa Saham Indonesia. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia
Kusumarsono Hendarto, (2005). Belajar Trading: Pahami Trading Sebelum Anda
Memulainya, edisi pertama. Yogyakarta: Andi Offset
87
Jurnal Manajemen/Tahun XIII, No.01, Februari 2009: 75-88
8th
edition. New York:
Jones, Charles P., (2002). Investment: Analysis and Management,
John Willey and Sons
Karvof, Anatoli., (2004). Guide to vesting in Capital Market, Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti
Keown, Arthur J., Martin, John D., etty, J. Wiliam and Scott, JR., David F., (2006).
Financial Management, le e ition, International Edition.. New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Pinches, George. E., (1992). Essentials of Financial Management, 4th edition. New York:
HarperCollins Publisher
Putut Sesetyo Bagus W., (2007). The Secret's of the Equity Options Market. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo
Sharpe, William F., Alexander, Gordon J. and Bailey, Jeffrey V., (2005). Fundamentals
of Investment, 6th edition. New Jersey: Prentice Hall
Suad Husnan, (1998). Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, edisi ketiga.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN
Van Home, James C. and Wachowicz, John M., (1998). Fundamentals of Financial
Management, 10th edition. New Jersey: Prentice Hall
Weston, J. Fred and Copeland, Thomas E., (1995). Manajemen Keuangan, edisi ke-9,
Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara
Sawidji Widoatmodjo, (2007). Cara Benar Mencapai Puncak Kemakmuran Finansial Ala
Robert T. Kiyosaki, edisi pertama. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Kelompok Kompas-Gramedia Anggota IKAPI
, (1996). Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia Anggota IKAPI
Sawidji Widoatmodjo, dkk., (2005). Forex Online Trading Tren Investasi Masa Kini.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Kompas-Gramedia
http://www.financeroll.com (Edukasi)
88
Download