Chapter 5

advertisement
BAB
6
Streptococci
Streptokoki merupakan salah satu agen penyebab utama infeksi intramamari
pada sapi dan biasanya menyebabkan infeksi yang bersifat kronis (mastitis
subklinis) dan kadang-kadang kasusnya bisa menjadi bersifat akut.
1. Pola Hemolisis
Streptokoki mempunyai tiga pola hemolisis. Tapi sangat susah untuk
mengidentifikasi dari pola hemolisis jika dibandingkan dengan Staphylokoki. Tapi
secara umum, Strep Agalactiae yang diisolasi dari susu yang terkena mastitis
subklinis memiliki pola hemolisis yang komplit.
Hijau (alpha)
Sempurna (beta)
Tidak ada hemolisis (gamma)
2. Identifikasi Streptokokus
Pengujian untuk diferensiasi SAG (Strep Agalactiae)
lainnya) adalah melalui uji CAMP-Eskulin.
CAMP Test
+
ー
Esculin Hydrolysis Test
OS
+
ー
OS
SAG
21
dengan OS (Strep
Untuk identifikasi Streptokoki, sangat perlu dilakukan pengujian CAMP terhadap
semua koloni Streptokoki. Jika hasil uji CAMP positif, letakkan cakram eskulin
pada daerah koloni, kemudian 30 menit kemudian amati hasilnya. Jika cakram
menjadi berwarna coklat/hitam, ini berarti hasilnya positif.
Uji CAMP positif dan hidrolisis eskulin negative, menunjukkan sampel yang diuji
merupakan koloni SAG dan jika hasilnya berbeda maka bukan SAG tapi OS.
Metode ini sangat mudah dilakukan dan ekonomis.
3. Streptococcus canis (SC)
Pola hemolisis dari SC adalah sempurna dan luas pola hemolisisnya.
Pada pengujian CAMP, SC menghasilkan koloni yang hemolisis sempurna dan
membentuk pola pentul korek api, hal ini yang menjadi hal untuk membedakan
SAG dengan SC.
SC
22
SAG
Bab
7
Staphylococci
1. Pola Hemolisis
Pada agar darah, Staphylokoki menghasilkan koloni yang kekuningan, putih
dengan ukuran kecil sampai sedang dengan pola / zona hemolisis yang khas.
Staphylokoki mempunyai 4 jenis pola hemolisis : A. adalah hemolisis sempurna
(alfa), B. adalah Hemolisis tidak sempurna (beta), C. zona ganda (alfa-beta) dan
tidak ada hemolisis.
Pada pola hemolisis yang tdak sempurna dan zona ganda adalah
Staphylococcus aureus (SA).
Pada kasus hemolisis sempurna, perlu dilakukan pengujian Koagulase hanya
pada koloni ukuran sedang dan hemolisis sempurna. Koloni yang hemolisisnya
sempurna, ukuran koloni kecil dengan atau zona hemolisis yang sempit,
diidentifikasi sebagai Staph non SA (CNS).
Uji Koagulase positif : SA, Negatif : CNS
Pada kasus koloni tidak ada hemolisis, ini diidentifikasi sebagi CNS.
Pola Hemolisis dan uji lainnya
Sempurna
(Alpha)
ukuran
sedang
dan
hemolisis sempurna
Uji Koagulase
Ukuran kecil dengan zona hemolisis sempit
Species
+
SA
-
CNS
CNS
Tidak sempurna (Beta)
SA
campuraj (Double zone: Alpha-Beta)
SA
Tidak ada hemolisis
CNS
23
Bab
8
Coliforms (CO)
CO merupakan bakteri yang termasuk genera Escherichia coli dan Klebsiella
pneumonia. Tapi CO sangat jarang terdapat pada susu segar (1%). Identifikasi
CO berdasarkan pada ukuran koloni dan warna koloni.
Jika tidak bisa membedakan antara CO dengan CNS, maka dilakukan uji KOH.
Escherichia coli
Klebsiella pneumoniae
Species
Karakteristik Koloni
E. coli
Abu, lembab, bau feses, hemolisis kurang dari 15%
Klebsiella pneumoniae
Mengkilap, putih, mukoid, tidak hemolisis
24
BAB
9
Corynebacterium bovis (CB)
Koloni dengan karakteristik Abu, kering, datar, seperti serbuk dan kecil serta
tidak ada hemolisis pada agar darah. Tidak ada pertumbuhan pada inkubasi 37
C selama 24 jam, tapi koloni biasanya akan terlihat pada waktu inkubasi setelah
24 jam. Uji katalase positif.
25
BAB
10
Uji Sensitivitas Antibiotika
1. Tujuan
Untuk pemilihan jenis antibiotic yang akan digunakan untuk pengobatan mastitis
2. Disk diffusion sensitivity test (Modified)
Menggunakan agar Muller-Hinton dan menggunkan metode internasional yang
direkomendasikan oleh NCCLS (National Committee for Clinical Laboratory
Standard).
1. Pilih dua buah koloni
2. Sentuh koloni dengan cotton swab steril
3. Lakukan inokulasi ke seluruh permukaan agar Mueller Hinton dengan
cotton swab tadi secara merata pada seluruh permukaan agar
4. Setelah 18 – 24 jam inkubasi, amati dan ukur diameter zona inhibisi yang
timbul di sekitar cakram antibiotika sampai dengan mm terdekat.
5. Sesuaikan dengan standar yang ada dan tentukan hasilnya.
3. Catatan
Uji Kualitatif
Mengetahui antibiotika mana yang resisten
Pembacaan hasil dari uji sensitivitas
Susceptible: meskipun obat tersebut digunakan, tidak selalu mempunyai efek
penyembuhan
Resistant: Jika digunakan, obat tidak mempunyai daya penyembuhan.
26
Bab
11
Biakan Susu dari Bulk Tank
1. Prosedur Pembiakan
Ambil contoh dari Bulk (milk can) setelah diagitasi dari bagian atas bulk.
Teteskan 0,1 ml dengan pipet steril dan gunakan batang penyebab untuk
menyebarkan susu pada permukaan agar (agar darah domba 5%). Kemudian
koloni yang tumbuh yang diinkubasikan pada suhu 37C selama 24 jam diamati.
2. Hasil Pengujian Susu Bulk
(1) Rangking 1 sampai 6 berdasarkan pada jumlah koloni pada plate agar
(2) Cek keberadaan koloni SA dan SAG berdasar pola hemolisis
(3) Jika ragu/ mencurigakan SA (hemolisis sempurna dan ukuran sedang), perlu
dilakukan pengujian uji Koagulase.
(4) Jika diduga koloni SAG (hemolisis sempurna), perlu dilakukan pengujian
CAMP.
(5) Lakukan uji lanjutan untuk identifikasi spesies.
2
1
4
3
5
6
27
X 10,000/ml
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
1
2
3
4
5
6
Ranking
3. Perhatian
(1) Biakan Bulk tidak berguna untuk mengukur prevalensi dari kejadian mastitis
di suatu kelompok ternak.
(2) Biakan Bulk bisa digunakan untuk pengganti/ pelengkap contoh susu kuartir,
tapi tidak bisa digunakan untuk menentukan akan insiden dan prevalensi
berdasar pada sampel susu per kuartir.
28
Bab
12
Klasifikasi dan Karakteristik dari Agen Penyebab
Mastitis Subklinis
1. Klasifikasi
Klasifikasi
Major pathogen
Infeksius
S. aureus (SA)
S. agalactiae (SAG)
Lingkungan
Minor pathogen
C. bovis (CB)
Other Streptococci *(OS) Coagulase
Coliforms (CO)
(CNS)
Negative
Staph
* Streptococci lainnya: Streptococci lingkungan (Strep. selain SAG)
Streptococcus canis (SC) diklasifikasikan sebagi agen infeksius
2. Karakteristik dan Pengendalian
Mastitis infeksius kadang-kadang dihubungkan dengan mastitis yang menular
dari sapi ke sapi, karena menyebar pada saat proses pemerahan 9dari mesin
maupun pemerah). Habitat utama dari bakteri penyebab mastitis infeksius
adalah pada lesi yang ada pada putting ambing. Bakteri ini biasanya tidak bisa
tahan lama hidup di lingkungan. Mastitis infeksius merupakan tipe mastitis
dalam bentuk kronis atau subklinis. Infeksi bisa menular pada saat proses
pemerahan (alat atau mesin serta orang yang memerah susu). Bakteri utama
penyebab mastitis infeksius adalah SAG dan SA.
Mastitis lingkungan diartikan hubungan antara lingkungan dengan sapi yang
mastitis. Pada kasus ini bakteri yang menyebabkan mastitis ditemukan di
lingkungan sekitar sapi. Kejadian mastitis lingkungan memilki trend yang
meningkat terus seiring dengan penggunaan celup putting yang efektif dan
pengobatan antibiotika pada masa kering kandang. Habitat utama bakteri
penyebab mastitis lingkungan adalah feses, tanah, bedding atau air. Kejadian ini
bisa terjadi pada saat putting berkontak langsung dengan lingkungan pada
saat pemerahan atau waktu antara pemerahan. Bakteri utama penyebab ini
adalah streptokoki lingkungan, koliform dll.
29
3. Agen Penyebab Mastitis yang Infeksius
Staphylococcus aureus (SA)
Sumber Infeksi
Sumber utama adalah ambing yang terinfeksi. SA biasanya membentuk koloni/
berkolonisasi di sekitar lubang putting, saluran putting dan sel-sel epitel yang
rusak (luka di bagian dalam putting). Tapi bagaimanapun juga, SA tidak bisa
hidup (berkolonisasi) pada kulit yang sehat.
Cara Penularan/ Penyebaran
Bakteri SA merupakan agen penyakit yang bersifat infeksius dan disebarkan dari
ambing yang terinfeksi ke ambing yang tidak terinfeksi atau putting selama
proses pemerahan.
Pencegahan dan Pengendalian dasar
Untuk mengurangi jumlah kuartir terinfeksi SA sampai kurang dari 1% dari suatu
kelompok ternak sangat mungkin dilaksanakan melalui proses identifikasi,
pemisahan, penerapan kesehatan pemerahan yang benar, pengobatn efektif
dan culling. Pencelupan putting setelah pemerahan menggunakan desinfektan
dan pengobatan masa kering kandang pada semua sapi yang kering kandang
merupakan factor utama yang bisa mengendalikan penyebaran agen penyakit.
Kesehatan putting yang buruk sangat mempengaruhi efektivitas pencelupan
putting. Identifikasi dan pemisahan sapi yang terinfeksi SA dan mengakhirkan
mereka pada saat pemerahan akan mengurangi penyebaran penyakit ke sapi
yang sehat.
Reaksi dari pengobatan gejala klinis pada masa laktasi akan bervariasi, dan
biasanya infeksi yang kronis kurang berespon baik terhadap pengobatan
menggunakan antibiotika pada masa laktasi. Culling pada sapi yang terinfeksi
SA kronis merupakan cara yang paling ampuh untuk mengurangi prevalensi
infeksi SA pada kelompok ternak.
Infeksi SA biasanya bersifat kronis dan subklinis dengan gejala klinis yang
sedang yang timbul secara periodic, SA bisa menyebabkan mastitis gangrenus.
Vaksinasi SA tidak bisa mengendalikan penyakit ini, tapi bisa mengurangi
keparahan pada kasus baru dan meningkatkan penyembuhan secara spontan
pada kelompok ternak dimana pernah terjadi mastitis gangrenous.
30
Proses backflushing otomatis atau pasteurisasi pada mesin perah antara sapi
secara signifikan dapat mengurangi kontaminasi. Tapi, dampak dari pasteurisasi
teat cup pada infeksi yang baru sangat kecil dibandingkan dengan celup putting
dan pengobatan kering kandang. Celup putting sebelum pemerahan hanya
berpengaruh kecil pada pengendalian infeksi SA.
Beberapa Informasi Bermanfaat
SA bisa berada pada bagian badan lain seperti vagina, tapi ini merupakan
sumber yang minor bagi infeksi. Meskipun prevalensi SA bisa direduksi sampai
tingkat rendah pada kelompok sapi laktasi, SA sudah bisa diisolasi dari ambing/
kelenjar sapi dara pada semua umur. Beberapa peneliti menerangkan bahwa
penularan SA pada sapi dara melalui lalat, terutama jika lalat sering hinggap di
luka pada putting.
Sapi dara bisa menjadi sumber infeksi SA pada kelompok ternak laktasi dengan
tingkat prevalensi rendah. Perbedaan geografis pada prevalensi SA pada sapi
daratelah dilaporkan; kisaran 0 s.d >10% kelenjar telah diamati. SA tidak bisa
hidup dalam periode yang lama di lingkungan (tidak bisa hidup di lingkungan).
31
Streptococcus agalactiae (SAG)
Sumber
Sumber utama SAG adalah ambing yang terinfeksi. SAG merupakan parasit
obligat pada ambing sapi perah. Tapi, SAG telah diisolasi dari alat kelamin
manusia dan saluran pencernaan.
Cara Penyebaran
SAG merupakan agen penyebab utama Mastitis dan tersebar dari sapi ke sapi
terutama pada saat pemerahan.
Pencegahan dan Pengendalian
Pemusnahan SAG dari kelompok ternak perah sangat mungkin dilakukan. SAG
merupakan masalah utama pada peternakan sapi perah terutama di Negara
yang kurang memperhatikan program pengendalian mastitis. SAG bisa
dikendalikan dengan efektif melalui prosedur yang bisa mencegah penyebaran
bakteri pada saat pemerahan, meliputi pencucian dan pengeringan putting
menggunakan kertas tisu dan penerapan hygiene pemerahan, celup putting
setelah pemerahan menggunakan desinfektan efektif, dan pengobatan masa
kering kandang dengan antibiotika. Direkomendasikan juga untuk menguji
terhadap SAG pada sapi baru sebelum masuk ke kandang.
Streptococcus canis (SC)
Karena ptevalensinya rendah, infeksi SC sangat sulit untuk memperkirakan
kejadian infeksi SC. Mungkin infeksi SC sama seperti SAG.
32
Corynebacterium bovis (CB)
Sumber
Sumber infeksi CB adalah ambing terinfeksi dan saluran puitng.
Cara Penyebaran
Menyebar dari sapi ke sapi pada saat proses pemerahan.
Pencegahan dan Pengendalian Dasar
Celup putting setelah pemerahan menggunakan desinfektan yang efektif dapat
mengendalikan penyebaran dari sapi ke sapi. Pengecualian jika menggunakan
desinfektan linear dodecylbenzene sulfonic acid. Bahan aktif ini tidak efektif
dalam mengendalikan CB dan CNS.
Beberapa Informasi Tambahan
CB biasanya berkolonisasi pada saluran putting dan merupakan organisme
dengan tingkat patogenik sedang. CB bisa menyebabkan infeksi ambing dengan
peningkatan jumlah sel somatic (SCC) yang sedang dan penurunan produksi
susu. Meskipun jarang menyebabkan kasus klinis, CB kadang-kadang
ditemukan sebagai satu-satunya bakteri yang ditemukan pada kasusu mastitis
klinis. Pengobatan dengan antibiotika tidak disarankan. Pengobatan yang paling
efektif adalah dengan pengobatan mastitis pada masa kering kandang untuk
infeksi CB dalam ambing.
Biakan murni dari CB dapat diperoleh dari contoh susu dari sapi yang menderita
mastitis klinis atau subklinis. Biakan murni CB dapat diperoleh dari sampel susu
yang menderita mastitis subklinis dan klinis. Masih belum pasti apakah bakteri
ini berkembang biak setelah atau sebelum bakteri penyebab utama hilang.
Angka prevalensi CB sangat rendah pada kelompok ternak yang sudah
menerapkan program celup putting menggunakan desinfektan yang efektif.
33
Kesimpulan
1. Siapkan putting dan ambing dengan baik sebelum pemerahan. Ambing
harus kering, dan putting harus dibersihkan dan dikeringkan
menggunakan kertas tisu/ lap individu yang bersih.
2. Gunakan mesin perah yang masih berfungsi dengan baik dan praktek
pemerahan yang baik.
3. Desinfeksi putting menggunakan desinfektan yang efektif.
4. Evaluasi kasus-kasus klinis untuk pemilihan pengobatan. Sebagian besar
kasus klinis yang disebabkan selain oleh SAG hasil pengobatan antibiotic
pada masa laktasi kurang efektif. Kerja sama dengan dokter hewan untuk
menyusun suatu program managemen untuk penanganan kasus mastitis
ringan , sedang dan berat.
5. Terapkan pengobatan pada masa kering kandang. Obati setiap putting
pada saat kering kandang menggunakan antibiotik yang efektif.
6. Pertimbangkan untuk mengafkir sapi yang menderita infeksi kronis
terutama SA dan SAG untuk menghindari penularan ke sapi yang sehat
lainnya.
7. Terapkan biosekuriti dengan cara pengujian (identifikasi bakteri) sampel
susu dari sapi yang baru masuk ke kandang
8. Buatlah suatu program pemantauan kualitas susu dengan dokter hewan.
Tujuan utama dari pengendalian mastitis infeksius termasuk: sapi yang
terinfeksi SAG 0% dan kurang dari 5% yang terinfeksi SAG.
34
4. Penyebab Mastitis dari Lingkungan
Sumber utama dari pathogen lingkungan adalah lingkungan sekitar dimana sapi
hidup. Sumber penyebab mastitis infeksius, bagaimanapun juga adalah sapi
yang terinfeksi yang bisa menularkan dari sapi sakit ke sapi yang sehat. Oleh
karena itu, cara pengendalian untuk pathogen yang infeksius kurang terlalu
efektif bagi pathogen asal lingkungan.
Other Streptococci (OS)/ Streptokokus yang lainnnya
Rataan Infeksi Intramammari
Angka rata-rata dari infeksi intramamari yang baru (angka infeksi baru per
sapi/hari) sangat tinggi pada saat masa kering kandang dibanding pada saat
laktasi. Tanpa pengobatan masa kering kandang, angka infeksi akan meningkat
pada 2 minggu pertama masa kering kandang dan 2 minggu sebelum waktu
melahirkan.
Pada 75 hari post partus, angka infeksi sangat tinggi dibanding pada masa
laktasi lainnya. Angka infeksi oleh Streptokokus meningkat secara progresif
seiring dengan bertambahnya hari/ masa laktasi.
Durasi
sekitar 60% infeski intramamari oleh streptokokus terjadi kurang dari 30 hari,
tapi 18% dari angka tersebut akan menjadi infeksi kronis dan bertahan dalam
100 hari. Sekitar 40% angka infeksi pada masa laktasi akan sembuh sendiri
secara spontan.
Prevalensi
persentase dari kuartir yang terinfeksi oleh streptokokus pada satu titik dalam
satu waktu secara umum sangat sedikit dengan angka 10% dari kuartir.
Metode Pengawasan Kelompok Ternak
akibat dari mastitis lingkungan bisa dievaluasi dengan baik melalui pembiakan
bakteri dari sampel susu sapi yang baru melahirkan, yang akan dikering
kandangkan, dan kuartir yang terinfeksi klinis. Monitoring pada jumlah SCC dan
seluruh biakan tidak terlalu efektif untuk skema pengawasan.
Penghitungan jumlah kuman dari tangki penampungan dan jumlah SCC dapat
meningkat apabila terjadi infeksi intramamari akibat streptokokus lingkungan.
35
Tapi, pengaruh dari infeksi akibat streptokokus lingkungan ini pada satu
kelompok ternak tidak bisa dievaluasi dengan cara pengukutran tersebut.
Coagulase Negative Staphylococci (CNS)
Sumber
CNS yang sering terisolasi merupakan bagian dari flora normal kulit yang bisa
ditemukan di lingkungan
Cara Penyebaran
CNS bersifat oportunis dan dapat menginfeksi saluran putting dan kelenjar yang
berasal dari kulit. Kebanyakan infeski CNS hanya bersifat sementara. Penularan
dari sapi ke sapi sangat kecil kemungkinannya.
Pencegahan dan Pengendalian
Celup putting setelah pemerahan menggunakan desinfektan dan pengobatan
kering kandang pada semua kuartir menggunakan antibiotika pada saat
pemerahan terakhir sebelum di keringkan. Penerapan kesehatan pemerahan
bisa menurunkan angka kontaminasi susu dari bakteri yang ada di kulit atau
dinding permukaan putting. Pengobatan kering kandang bisa mengeliminasi
sekitar 90% infeksi CNS. Tapi, infeksi baru akan terjadi pada saat kering
kandang karena adanya flora normal pada kulit putting.
Informasi Tambahan
CNS secara umum merupakan bakteri yang sering terisolasi dari sampel susu
dari peternakan yang menerapkan manajemen yang baik. Angka prevalensi
10-15% dari seluruh kuartir merupakan hal yang biasa. Beberapa dari infeksi ini
akibat adanya infeksi pada saluran putting. Ketika angka prevalensi CNS cukup
tinggi, kemungkinan hal ini disebabkan penggunaan desinfektan untuk celup
putting kurang baik/ tidak efektif.
Infeksi Subklinis
Infeksi subklinis menyebabkan peningkatan angka SCC sampai 2-3 kali lipat
dibanding kelenjar yang tidak terinfeksi. Sekitar 10% infeksi CNS dihubungkan
dengan angka CNS di atas 500.000 sel/ml. CNS dapat diisolasi dari sekitar 10%
sampel mastitis klinis.
36
Jumlah Kelahiran dan Tahapan Laktasi
Sapi pada laktasi pertama akan memiliki angka prevalensi infeksi CNS yang
cukup tinggi dibanding dengan sapi yang lebih tua. Semua sapi pada saat
melahirkan akan memilki angka prevalensi infeksi CNS yang tinggi, dimana
angka ini akan menurun setelah minggu pertama atau kedua masa laktasi
dengan pemakaian desinfektan untuk celup putting yang efektif. Penurunan
angka prevalensi ini pada masa awal laktasi di asumsikan dengan terjadinya
eliminasi infeski CNS pada saluran putting.
37
Coliforms (CO)
Bakteri koliform yang menyebabkan mastitis termasuk Escherichia coli dan
Klebsiella pneumonia.
Angka rataan infeksi intramamari
Angka Infeksi intramamari oleh koliform kurang lebih 4 kali lipat lebih besar
terjadi pada masa kering kandang dibanding masa laktasi. Terutama pada
menggu kesatu dan kedua masa kering kandang, begitu juga pada 2 minggu
sebelum waktu melahirkan.
Infeksi intramamari angkanya akan meningkat pada masa awal laktasi dan akan
menurun seiring bertambahnya masa periode laktasi.
Durasi Infeksi
Infeksi Koliform biasanya berdurasi pendek. Lebih dari 50% bertahan kurang
dari 10 hari dan hampir 70% kurang dari 30 hari. Infeksi koliform bisa bersifat
kronis. 13% kasus ditemukan berdurasi lebih dari 100 hari. Tapi bagaimanapun
juga, hanya 1,5% infeksi E. Coli yang berdurasi melebihi 100 hari.
Prevalensi
Biasanya angka persentase dari kuartir yang terinfeksi sangat rendah. Biasanya
1% atau kurang dari kuartir yang menunjukkan gejala terinfeksi, tapi bakteri
koliform biasanya bisa menyebabkan kasus mastitis klinis sebanyak 30-40%.
Metode Pengawasan kelompok ternak
Catatan akurat tentang kasus klinis baru, bersama dengan pembiakan susu dari
ambing terinfeksi, hal ini akan mempermudah untuk penilaian dari akibat
mastitis akibat koliform. Akibat infeksi ini tidak bisa dinilai dengan jumlah SCC
kandang, SCC individu, Biakan dari seluruh ternak, biakan subpopulasi ternak,
atau biakan dari cooling unit.
38
Pengendalian Mastitis lingkungan
Pengendalian mastitis lingkungan bisa berhasil melalui cara pengurangan
keterpaparan putting pada pathogen yang potensial atau meningkatkan
resistensi ternak pada pathogen penyebab mastitis.
Celup putting
Celup putting antibakterial:
Celup putting setelah pemerahan menggunakan bahan germisidal di sarankan.
Dry cow therapy
Pengobatan kering kandang pada semua kuartir semua sapi disarankan.
Pengobatan kering kandang secara signifikan dapat mengurangi infeksi baru
akibat pathogen streptokokus lingkungan pada saat masa awal kering kandang,
tapi bukan pada saat melahirkan atau 1-2 minggu sebelum melahirkan.
Pengobatan kering kandang tidak bisa mengendalikan infeski koliform.
Pengobatan antibiotika intramamari pada periode pertengahan kering kadang
tidak efektif untuk mencegah infeksi baru.
Pengobatan masa laktasi
Angka kesembuhan akibat pengobatan pada masa laktasi untuk streptokokus
lingkungan secara umum adalah 50-60%. Antibiotika yang telah teruji yang
digunakan untuk obat masa laktasi secara umum kurang efektif terhadap infeksi
koliform, tapi angka kesembuhan biasanya cukup tinggi (50%), hal ini
diakibatkan pendeknya durasu infeksi oleh koliform.
Pembilasan
Pembilasan mesin perah tidak bisa mengendalikan mastitis lingkungan.
39
Fungsi Mesin Perah
Mesin perah yang sudah rusak/ berfungsi tidak baik yang menyebabkan
terjadinya liner slip dan kerusakan lainnya akan menyebabkan peningkatan
kasus mastitis lingkungan.
Penyiapan ambing pra pemerahan
Pemerahan sapi dengan ambing dan putting masih basah akan menyebabkan
kenaikan kejadian mastitis lingkungan. Putting harus bersih dan kering sebelum
dilakukan pemerahan. Pencucian/ pengelapan putting disarankan dibanding
pencucian ambing sebelum pemerahan.
Predipping
Predipping bisa digunakan untuk mengurangi kasus baru mastitis lingkungan.
Tapi harus diingat jangan lupa untuk membersihkan bahan predip sebelum
diperah agar tidak mengkontaminasi susu.
Imunisasi/ vaksinasi
Vaksinasi sapi pada saat kering kandang dengan E. coli J-5 bacterin akan
menyebabkan penurunan derajat keparahan dari kasus klinis akibat koliform
pada masa awal laktasi.
Manajemen pemberian pakan
Defisiensi pakan terhadap vitamin A atau E, beta karoten atau mineral selenium,
tembaga dan zinc akan menyebabkan meningkatnya angka insidensi dari
mastitis lingkungan.
Manajemen lingkungan
Usahakan lingkungan kandang harus bersih dan sekring mungkin termasuk
kandang untuk anak, dara dan kering kandang serta melahirkan.
Kesimpulan
Pada intinya pengendalian mastitis lingkungan bisa dilakukan dengan cara
menyediakan kandang yang bersih, kering, dan nyaman bagi ternak. Selain itu
lakukan suatu program untuk pencegahan dan pengendalian terhadap pathogen
yang berasal dari lingkungan.
40
Download