di pdam klaten - Universitas Sebelas Maret

advertisement
ANALISIS PENETAPAN TARIF AIR
DI PDAM KLATEN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan semakin meningkatnya kepadatan penduduk di Indonesia saat
sekarang ini, kebutuhan akan air bersih semakin meningkat pula. Jika kita lihat di
perkotaan, untuk mendapatkan air bersih sangat sulit, bahkan lama kelamaan, kita
tidak akan bisa mendapatkan air bersih dengan mengandalkan sumur yang kita
bangun sendiri. Hal ini dikarenakan sumber air hampir mengering dan bahkan jika
ada air yang keluar dari sumbernya keadaan air tidak layak untuk dikonsumsi,
karena air tersebut tercemar oleh limbah, sehingga air akan berwarna dan berbau.
Padahal, untuk menunjang hidup yang sehat, manusia memerlukan air bersih.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih terutama di perkotaan, maka pemerintah
mendirikan perusahaan yang menangani masalah pengadaan air bersih.
Pengelolaan air bersih ini pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada
Pemerintah Daerah yaitu Tingkat Kabupaten. Oleh karena itu, sarana penyediaan
air bersih yang dibangun oleh pemerintah harus dikelola dan dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya, agar dapat diperoleh hasil guna dan daya guna yang optimal.
Dalam hal ini, tugas yang dibebankan tidak hanya diserahkan kepada pegawai
Pemerintah Daerah, akan tetapi kita sebagai masyarakat umum harus mendukung
dan berperan serta.
Sebagai BUMD, dalam menjalani tugas ganda, yaitu social oriented dan
profit oriented, maka fenomena yang harus dihadapi oleh PDAM yaitu :
-1-
dalam melayani kebutuhan masyarakat, PDAM dituntut untuk memberikan
pelayanan air bersih secara layak dengan mengenakan jasa tarif yang serendahrendahnya sesuai dengan kemampuan masyarakat. Namun sebaliknya, sebagai
perusahaan, PDAM dituntut untuk menghasilkan laba yang maksimal untuk
meningkatkan kontribusi terhadap Pendapatan Pemerintah Daerah. Oleh
karenanya,
PDAM
dituntut
untuk
menjalankan
fungsi
sosial
dan
komersialnya.Kedua kepentingan ini membawa konsekwensi terhadap eksistensi
PDAM, terutama dalam melakukan kewajiban membayar hutang jangka panjang.
PDAM sebagai BUMD mempunyai visi dan misi. Visinya adalah
“Terwujudnya pelayanan air bersih yang prima serta kondisi perusahaan
yang sehat dan mandiri”. Sedangkan misi PDAM adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas.
2. Meningkatkan pelayanan air bersih kepada masyarakat secara tepat kualitas,
kuantitas dan kontinuitas.
3. Mewujudkan tingkat pendapatan perusahaan secara optimal serta tingkat
kesejahteraan pegawai yang memadai.
4. Meningkatkan kontribusi kepada Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk
mendukung pelaksanaan otonomi daerah.
5. Mengembangkan hubungan kerjasama dengan pihak ketiga dalam menangani
masalah sumber air, pendanaan, ketrampilan pegawai, maupun yang lain.
Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai Analisis Penerapan Tarip Air yang
telah dibuat oleh PDAM. Sebagai langkah awal kita perlu tahu tentang pengertian
tarip itu sendiri. Pengertian tarip air minum, sesuai dengan Peraturan Mendagri
-233
-2-
Nomor 2 Tahun 1998, dan Instruksi Mendagri Nomor 8 Tahun 1998 dan Perda
Nomor 8 Tahun 2000, adalah harga dalam rupiah yang harus dibayar oleh
pelanggan, setiap pemakaian M3 air bersih yang disalurkan oleh PDAM. Dalam
pengenaan tarip ini, sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2
Tahun 1998 tentang pedoman penetapan
tarip pada PDAM serta Peraturan
Daerah No. 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Penetapan Tarip Air Minum PDAM
Kabupaten Klaten, maka penetapan air minum Kabupaten Klaten didasarkan
pada:
a.
Pemulihan biaya.
b.
Keterjangkauan dan subsidi silang
c.
Efisiensi pemakaian air.
d.
Kesederhanaan dan Transparansi
Untuk mewujudkan sistim tarif yang sederhana :
-
Pelanggan PDAM dikelompokkan menjadi 5 kelompok
-
Blok konsumsi dibagi menadi tiga, yaitu 0-10m3, 10m3-20m3 dan lebih
dari 20m3
-
Biaya pengusahaan PDAM digolongkan menjadi 3, yaitu : biaya rendah,
biaya dasar dan biaya penuh
Alasan penulis memilih judul skripsi “Analisis Penerapan Tarif Air Minum
Di PDAM Klaten yaitu untuk menyampaikan informasi kepada semua lapisan
masyarakat, pelanggan dan pihak yang berkepentingan mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan perhitungan dan penetapan tarif. Karena selama ini PDAM
dinilai oleh masyarakat kurang bagus kinerjanya. Tanda tanya besar yang muncul
-333
-3-
dalam benak masyarakat yaitu kenapa tarif air yang dipungut oleh PDAM relatif
besar, padahal air bersih yang disalurkan kepada masyarakat berasal dari sumber
mata air sendiri dan tidak membeli dari pihak lain. Dalam skripsi ini, penulis akan
menganalisis dasar penetapan tarip air di Kabupaten Klaten, apakah sudah sesuai
dengan harapan semua pihak atau belum, dan apakah PDAM selama ini dalam
menjalankan fungsinya sudah terpenuhi atau belum.
B.
Perumusan Masalah
Mengingat studi ini difokuskan pada masalah tarif, maka pertanyaan yang
muncul dari uraian di atas adalah:
1.
Bagaimana cara perhitungan tarif pada PDAM Klaten ?
2.
Apakah cara penetapan tarif tersebut wajar ?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari adanya penelitian yang dilakukan adalah :
1.
Untuk mengetahui cara dan dasar penetapan tarif dan elemen-elemen apa saja
yang diperhitungkan dalam perhitungn tarif.
2.
Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan tentang penetapan tarif yang
berlaku sekarang apakah masih wajar, sehingga dapat dipertimbangkan untuk
penetapan tarif yang akan datang.
D.
Landasan Teori
Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini manfaat yang dapat diperoleh :
-433
-4-
1. Bagi PDAM
Sebagai sumbangan pemikiran dalam penentuan tarif untuk tahun-tahun
yang akan datang, agar PDAM bisa mencapai tujuannya secara
maksimal.
2. Bagi penelitian lain : sebagai bahan acuan dan dasar pertimbangan
penelitian sejenis lainnya.
E.
Metodologi Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan obyek
penelitian di PDAM Klaten dengan lokasi di JL. Tentara Pelajar, Kaloran,
Gayamprit, Klaten Selatan, Klaten.
2. Jenis dan sumber data
Penelitian ini menggunakan data primer, yang diperoleh langsung dari
PDAM Klaten.
3. Tehnik pengumpulan data
a) Wawancara
Metode pengumpulan data dengan tanya jawab secara langsung
dengan pihak-pihak perusahaan terkait.
b) Studi Pustaka
Metode pengumpulan data dengan mengumpulkan dan mempelajari
catatan-catatan perusahaan yang berkaitan dengan pengadaan air
-533
-5-
bersih, serta mempelajari buku-buku pendukung yang berkaitan
dengan masalah tersebut.
F.
Sistematika Pembahasan
Penelitian ini disusun dalam lima bab yang saling berhubungan, dengan
sistematika pembahasan sebagai berikut :
Bab I
Pendahuluan
Berisi uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika
pembahasan, dengan maksud untuk memudahkan pembaca dalam
memahami isi pokok skripsi ini.
Bab II Landasan Teori
Bab ini menguraikan tentang pengertian harga pokok, tujuan perhitungan
harga pokok, elemen-elemen biaya produksi, metode pengumpulan harga
pokokdan metode penetapan harga jual.
Bab III Gambaran Umum Perusahaan
Berisi uraian mengenai hasil penelitian di PDAM Klaten yang meliputi :
sejarah dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan
Bab IV Analisa Data
Pada bagian ini akan dibahas analisis penetapan tarif PDAM Klaten,
yang dibagi atas : usulan penentuan tarif, prinsip pemulihan biaya,
prinsip keterjangkauan tarif dan subsidi silang, efisiensi pemakaian air
dan kebocoran air.Data yang diperoleh dari temuan-temuan baik dari
-633
-6-
studi pustaka, wawancara maupun peninjauan lapangan dan evaluasi
terhadap pengenaan tarif air di PDAM Klaten.
Bab V Kesimpulan
Dalam bab terakhir ini berisi kesimpulan dari pembahasan secara
keseluruhan dan memberikan saran-saran kepada perusahaan sesuai
dengan hasil analisis data.
-733
-7-
Daftar Pustaka
Adikoesoemah, Soemita. (1982). Biaya dan Harga Pokok I, Tarsito, Bandung,
Adikoesoemah, Soemitra. (1973). Biaya dan Hrga Pokok II, Tarsito, Bandung,
Chasin, James A andRalph S. Polimeni, (1981). Akuntansi Biaya, Jakarta :
Erlangga
Djarwanto,PS. (1984). Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Penulisan
Skripsi. Yogyakarta : Liberty.
Harnanto, (1994), Akuntansi Biaya , Yogyakarta : Andi Ofset
Mardismo. (1984). Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Andi Offset.
Mulyadi. (1998). Akuntansi Biaya. Yogyakarta : Bagian Penerbit STIE YKPN.
Sekaran, Uma. (2000). Research Methods For Business, John Wiley & Sons Inc.
Supriyono. Akuntansi Biaya. (1994) Yogyakarta : BPFE.
Supriyono. (1983). Pengumpulan Biaya dan Harga Pokok Penentunya,
Yogyakarta: BPFE.
Susanto, Bambang. (1995). Akuntansi Manajemen, Jakarta: PT Sansu Moto.
Swastha, Basu. (1979) Penjualan Merupakan Kunci Utama Untuk Mencapai
Sukses Bagi Perusahaan, Yogyakarta: BPFE.
-833
-8-
SKRIPSI
ANALISIS TERHADAP PENGENAAN TARIF AIR
DI PDAM KLATEN
Diajukan oleh :
Nanik Dwi Wahyuningsih
F. 1301097
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
`SURAKARTA
2003
-933
-9-
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Harga Pokok
Tujuan pokok dari perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang
maksimal, baik untuk perusahaan perdagangan, perusahaan jasa maupun
perusahaan industri. Laba yang maksimal akan dicapai, apabila pelaksanaan kerja
dilaksanakn dengan efisien dan seefekti mungkin. Agar tujuan tersebut tercapai
dengan baik, maka perlu perhitungan harga pokok dari barang yang diproduksi
dengan teliti dan cermat, karena dengan demikian perusahaan akan mendapatkan
gambaran dan informasi yang jelas dari barang yang akan dijual serta tingkat laba
yang mereka peroleh. Kesalahan dalam perhitungan harga pokok akan
menyebabkan kegagalan dalam berusaha dan perusahan tidak akan dapat bersaing
di pasar.
Harga pokok merupakan dasar dari pembentukan harga, karena harga
pokok memberikan tingginya
kontra prestasi yang diperoleh produsen bagi
pengorbanan yang telah dilakukannya. Sebaliknya, prestasi yang dikorbankan
oleh produsen yaitu nilai dari dari barang yang dihasilkan yaitu jumlah peralatan
produksi yang telah dikorbankan untuk menghasilkan barang itu.
Pengertian harga pokok menurut Mulyadi [1992:8-10] adalah sebagai
berikut:
“Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu. Dalam arti sempit, biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber
- 10 33
- 10
ekonomi untuk memperoleh aktiva. Untuk membedakan pengertian biaya dalam
arti luas, pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva ini disebut
dengan istilah harga pokok.”
Sedangkan harga pokok menurut Supriyono [1994:16] adalah jumlah yang
dapat diukur oleh satuan uang dalam bentuk kas yang dibayarkan, nilai aktiva lain
yang diserahkan/nilai jasa yang diserahkan, hutang yang timbul atau tambahan
modal dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik
pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi) maupun pasa masa yang akan
datang (harga perolehsn yang akan terjadi).
Dalam akuntansi biaya, dikenal dua istilah, yaitu cost (harga pokok /harga
perolehan) dan expense (biaya atau beban). Harga pokok adalah pengorbanan
yang diukur dalam satuan uang berupa pengurangan aktiva atau terjadinya
kewajiban untuk mendapatkan barang atau jasa yang akan memberikan manfaat
dimasa yang akan datang. Hubungan antara biaya dan harga pokok adalah biaya
dari satuan barang yang dihasilkan merupakan harga pokok dari barang itu
sendiri. Sedangkan harga pokok merupakan biaya dari satuan prestasi, yang
dibawa oleh produsen ke pasar penjualan.Harga pokok tersebut dihubungkan
dengan biaya karena keduanya merupakan obyek dari pembentukan harga.
Atas dasar rekapitulasi biaya pada buku pembantu biaya, dihitung untuk setiap
unit produk yang dihasilkan pada departemen tertentu. Hrga pokok produk
dihitung pada setiap akhir periode. Harga pokok produk dapat ditentukan atas
dasar (1) harga pokok sesungguhnya atau (2) harga pokok standard
- 11 33
- 11
2.2. Tujuan Perhitungan Harga Pokok
Apabila barang dibawa ke pasar, maka harga pokoknya merupakan dasar
utama dalam penentuan harga jualnya. Perhitungan harga pokok yang dilakukan
oleh perusahaan bertujuan untuk menentukan besarnya harga pokok dari barang
yang diproduksi. Perhitungan harga pokok dapat dijadikan dasar dalam
pengambilan keputusan misalnya: penetapan harga jual, peencanaan laba,
pengawasan biaya, penyususnan anggaran, penghentian atau melanjutkan usaha
dan sebagainya.
Perhitungan harga pokok juga bertujuan untuk menentukan penilaian
persedian, baik untuk produk yang sudah jadi ataupun produk yang masih dalam
proses pengerjaan serta untuk kegiatan perusahaan lain yang ada hubungannnya
dengan masalah biaya, misalnya untuk analisis biaya.
Perhitungan
harga
pokok
dapat
dijadikan
sebagai
dasar
dalam
kebijaksanaan penjualan, apakah perusahaan akan menggunakan seluruh saluran
distribusi yang pendek atau saluran distribusi yang panjang.
2.3. Tujuan Harga Pokok Produksi
Tujuan harga pokok produksi menurut Mulyadi dalam buku akuntansi biaya
adalah :
a. Biaya produksi merupakan salah satu data yang dipertimbangkan selain data
non produksi dalam penentuan harga jual produk yang dipasarkan
b. Untuk memantau realisasi biaya produksi
a. Menghitung laba rugi bruto perusahaan pada periode tertentu
- 12 33
- 12
b. Menentukan harga pokok produk dalam proses dan produk selesai yang
disajikan dalam neraca.
2.4. Metode Pengumpulan Harga Pokok
Secara ekstrim pola pengumpulan harga pokok menurut Supriyono [1994:36]
dapat dikelompokkan menjadi dua metode yaitu:
a. Metode Harga Pokok Pesanan
b. Metode Harga Pokok Proses
Penerapan metode tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau
karakteristik pengolahan bahan menjadi produk selesai yang akan mempengaruhi
metode pengumpulan harga pokok yang digunakan.
2.4.1. Metode Harga Pokok Pesanan [Job Order Cost Method]
Metode harga pokok pesanan menurut Supriyono [1994:36] adalah metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap
pesanan atau kontrak secara terpisah dan setiap pesanan atau kontrak dapat
dipisahkan identitasnya. Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya
pesanan dari pembeli melalui dokumen pesanan penjualan [sales order], yang
memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan, tanggal
pesanan diterima dan harus diserahkan. Atas dasar pesanan penjualan akan
dibuatkan perintah produksi untuk melaksanakan kegiatan produksi sesuai
dengan pesan pembel. Pada harga pokok pesanan, harga pokok dikumpulkan
untuk setiap pesanan sesuai dengan biaya yang dinikmati oleh setiap pesanan.
- 13 33
- 13
Untuk menghitung biaya satuan, jumlah biaya produksi pesanan tertentu dibagi
dengan jumlah produksi pesanan yqang bersangkutan.
2.4.2. Metode Harga Pokok Proses [Process Cost Method]
Metode harga pokok proses menurut Supriyono [1994:37] adalah metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan
waktu tertentu, misalnya bulan, triwulan ataupun tahun. Pada metode harga
pokok proses perusahaan menghasilkan produk yang homogen, bentuk produk
bersifat standar dan tidak tergantung spesifikasi yang diminya oleh pembeli.
Kegiatan produksi perusahaan ditentukan oleh butged produksi atau skedul
produksi untuk satuan waktu tertentu yang sekaligus dipakai sebagai dasar oleh
bagian produksi untuk melaksanakan peoduksi.
Jumlah total biaya pada harga pokok proses dihitung setiap akhir periode
dengan menjumlahkan semua elemen biaya yang dinikmati produk dalam satuan
waktu yang bersangkutan. Untuk menghitung biaya, jumlah total biaya produksi
pada satuan waktu tertentu dibagi jumlah produk yang dihasilkan pada satuan
waktu yang sama
2.5. Pengertian Harga Jual
Harga jual menurut Supriyono (1989:331) didefinisikan sebagai : jumlah
moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan
atas barang atau jasa yang diserahkan. Perubahan harga jual bertujuan agar harga
jual yang baru dapat mencerminkan biaya saat ini (current cost) atau malah biaya
masa depan (future cost), kondisi pasar, reaksi pesaing, laba atau return yang
- 14 33
- 14
diinginkan, dan sebagainya. Dalam jangka panjang harga jual yang ditentukan
harus dapat menghasilkan pendapatn masa depan yang cukup untuk menutup
semua biaya masa depan dan laba yang diinginkan.
Menurut Hilton (1991:607) ada beberapa alasan penggunaan data biaya
untuk penentuan harga jual, yaitu sebagai berikut :
1.
Di dalam pembuatan keputusan penentuan harga jual, manajemen
dihadapkan pada banyak sekali ketidakpastian, sehingga harga jual
berdasarkan target cost plus dapat merupakan titik awal ke arah harga
jual yang dapat diterima sesuai dengan kendala-kendala tertentu yang
ada.
2.
Biaya dapat dipandang sebagai suatu batas bawah perlindungan agar
harga jual tidak ditentukan terlalu rendah sehingga menimbulkan
kerugian.
3.
Formil target harga jual berdasarkan cost plus dapat digunakan untuk
mempelajari secara mendalam biaya pesaingnya atau dapat membantu
manajemen untuk memprediksi keputusan harga yang akan dibuat
oleh para pesaing.
4.
Suatu perusahaan mempunyai berbagai kelompok produsen dan tidak
mempunyai waktu untuk menyusun analisis hubungan biaya-volumelaba secara rinci untuk setiap kelompok produsen.
Alasan-alasan tersebut sekaligus merupakan keunggulan penggunaan data
biaya sebagai dasar penentuan harga jual. Di samping itu ada beberapa kelemahan
- 15 33
- 15
dari penggunaan data biaya sebagai dasar penentuan harga jual, yaitu sebagai
berikut :
1. Sistem harga pokok sesungguhnya
Penentuan harga jual berdasarkan atas biaya yang sesungguhnya terjadi
dalam periode tertentu. Tetapi penggunaan biaya sesungguhnya sebagai
dasar penentuan harga jual mempunyai dua kelemahan yang sangat
penting :
a) Harga jual produk baru dapat ditentukan pada akhir periode, padahal
sebagian besar produk yang sudah selesai diproduksi segera dijual
tanpa menunggu sampai dengan akhir periode, dan
b) Ketidak efisienan kegiatan meningkatkan besarnya harga pokok
sehingga harga jualnya relatif tinggi.
2. Sistem harga pokok standard
Kelemahan mendasar sistem harga pokok sesungguhnya yang digunakan
sebagai dasar penentuan harga jual mendorong manajer menggunakan
sistem harga pokok standard sebgai dasar penentuan harga jual.
Penentuan harga jual berdasarkan harga pokok standard hanya
mempertimbangkan harga pokok standar yang dianggarkan sebagai
dasar penentuan harga jual. Dengan sistem ini harga jual dapat dengan
cepat
ditentukan
tanpa
menunggu
akhir
periode
dan
dapat
mengeliminasi ketidakefisienan kegiatan dalam penentuan harga jual.
Prinsip dasar dalam penentuan harga jual standar adalah bahwa harga
jual standar tersebut harus cukup untuk menutup semua biaya dan
- 16 33
- 16
menghasilkan laba dalam jangka panjang, sehingga dapat memberikan
return yang wajarbagi investor serta dapat mempertahankan dan
mengembangkan perusahaan.
2.6. Penentuan Harga Jual
Di dalam menentukan harga jual, diperlukan adanya informasi akuntansi
penuh oleh manajemen. Inormasi akuntansi penuh menurut Mulyadi (1999:547)
didefinisikan sebagai seluruh aktiva, seluruh sumber yang dikorbankan, dan
seluruh pendapatan yang diperoleh suatu obyek informasi. Obyek informasi
tersebut dapat berupa produk, keluarga produk, departemen, divisi, atau
perusahaan sebagai suatu keseluruhan.
Informasi akuntansi penuh dapat mencakup informasi masa lalu maupun
informasi yang akan datang, yang berisi tentang informasi aktiva, biaya, maupun
pendapatan. Manfaat informasi akuntansi penuh bagi manajemen adalah sebagai
berikut :
a)
Pelaporan informasi keuangan
Dalam neraca, manajemen puncak menyajikan informasi aktiva penuhdan
berbagai sumber asal aktiva tersebut. Sedangkan dalam laporan laba-rugi,
manajemen menyajikan kepada pemakai luar informasi pendapatan penuh
dan informasi biaya penuh.
b)
Analisis kemampuan menghasilkan laba
- 17 33
- 17
Untuk menganalisis kemampuan menghasilkam laba suatu obyek informasi
diperlukan informasi laba dan aktiva yang digunakan oleh obyek informasi
tersebut untuk menghasilan laba.
c)
Menjawab pertanyaan “Berapa biaya sesuatu?”
Manajemen secara rutin memerlukan informasi biaya yang telah dikeluarkan
oleh perusahaan untuk suatu obyek biaya seperti produk, pusat biaya, atau
perusahaan secara keseluruhan.
d)
Penentuan haga jual dalam cost-type contract
Cost- type contract adalah kontrak pembuatan produk atau jasa pada harga
yang didasarkan pada biaya yang sesungguhnya dikeluarkan oleh produsen
dan penjual jasa.
e)
Penentuan harga jual normal
Metode penentuan harga jual normal sering disebut dengan istilah cost plus
pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya biaya masa
yang akan datang dengan suatu persentase mark-up (tambahan diatas jumlah
biaya) yang dihitung dengan formula tertentu. Hrga jual produk atau jasa
dalam keadaan normal ditentukan dengan formula sebagai berikut :
Harga jual = Taksiran biaya penuh + Laba yang diharapkan
Biasanya biaya tidak menentukan harga jual produk atau jasa. Umumnya
harga jual suatu produk terbentuk di pasar sebagai interaksi antara jumlah
permintaan dan penawaran di pasar. Namun manajemen puncak
memerlukan informasi biaya penuh untuk memperhitungkan konsekuensi
laba dari setiap alternatif harga jual yang terbentuk di pasar. Oleh karena itu
- 18 33
- 18
dalam keadaan normal, manajemen puncak harus memperoleh jaminan
bahwa harga jual produk atau jasa yang dijual ke pasar dapat menutup biaya
penuh untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut.
f)
Penentuan harga jual produk atau jasa yang diatur dengan peraturan
pemerintah
Produk atau jasa yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat luas seperti listrik, air, telepon dan telegraf, dan pos diatur
dengan peraturan pemerintah.Informasi akuntansi penuh yang bermanfaat
untuk penetapan harga jual produk atau jasa yang diatur dengan Peraturan
Pemerintah terdiri dari biaya penuh masa yang akan datang yang akan
dikeluarkan untuk menghasilakn produk atau jasa dan aktiva penuh yang
akan digunakan untuk menghasilkan produk atau jasa tersebut.
g)
Penyusunan program
Keputusan pemilihan berbagai program yang akan dilaksanakan dimasa
yang akan datang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dan strategi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Pemilihan program yang akan
dilaksanakan dimasa yang akan datang didasarkan pada informasi akuntansi
penuh, pendapatan penuh, dan biaya penuh.
Biaya penuh seperti yang disebutkan di atas merupakan total pengorbanan
sumberdaya untuk menghasilkan produk atau jasa sehingga semua pengorbanan
ini harus dapat ditutup oleh pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk atau
jasa. Disamping itu, harga jual harus dapat menghasilkan laba yang memadai,
sepadan dengan investasi yang ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa.
- 19 33
- 19
Manfaat yang diperoleh manajer penentu harga jual dengan adanya
informasi biaya penuh adalah sebagai berikut ini (Mulyadi, 2000:348);
a. Mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh pengambil keputusan.
Penentuan harga jual umumnya merupakan pengambilan keputusan yang
menyangkut masa yang akan datang. Satu-satunya informasi
yang
memberikan kepastian yang relatif tinggi yang ada di tangan manajer penentu
hatga jual adalah biaya, yang digunakan sebagai titik awal untuk mengurangi
ketidakpastian dalam menentukan harga jual produk atau jasa yang akan
dibebankan kepada konsumen di masa yang akan datang. Dengan informasi
biaya penuh produk atau jasa yang akurat, manajer penentu harga jual
mempunyai dasar untuk menetapkan kebijakan penentuan harga jual dengan
aman.
b. Memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan kerugian.
Kerugian merupakan keadaaan dari suatu usaha saat total pendapatan yang
dipakai tidak cukup untuk menutup total biaya. Adalah merupakan tanggung
jawab manajer penentu harga jual untuk menetapkan harga jual produk atau
jasa yang dapat memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan
kerugian. Untuk memungkinkan manajer melakukan penentuan harga jual,
diperlukan informasi biaya penuh masa yang akan datang yang bersangkutan
dengan produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan.
c. Memberikan informas yang memungkinkan manajer penentu harga jual
melihat struktur biaya perusahaan pesaing.
- 20 33
- 20
Dengan informasi biaya penuh yang diketahuinya, manajer penentu harga jual
akan memahmi atau paling tidak menduga tindakan yang dilakukan oleh
perusahaan pesaing, manakala perusahaan pesaing malakukan perubahan pada
harga jual produk atau jasanya. Manajer penentu harga jual perlu memahami
struktur biaya yang membentuk harga pokok peoduk atau jasa yang
dipasarkan, karena berdasarkan informasi ini ia akan memiliki data
pembanding struktur biaya produk saingannya, sehingga berdasarkan
informasi biaya penuh tersebut ia akan mampu memperkirakan tindakan yang
dilakukan perusahaan pesaing.
d. Sebagai dasar untuk pengambilan keputusan perusahaan untuk memasuki
pasar.
Umumnya harga jual sudah terbentuk di pasar karena perimbangan permintaan
dan penawaran di pasar tersebut. Oleh karena itu untuk memasuki pasar
tertentu, faktor yang harus dipertimbangkan adalah apakah biaya penuh
produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan memungkinkan perusahaa
memasuki pasar tersebut dengan harga jual yang sudah terbentuk.
Proses penentuan harga jual produk yang dihasilakan oleh perusahaan
berhubungan dengan hal-hal berikut ini :
 Kebijakan penentuan harga jual (Pricing Policy)
Kebijakan penentuan harga jual merupakan pernyataan sikap manajemen
terhadap penentuan harga jual produk dan jasa. Kebijakan ini tidak
menentukan harga jual tetapi menetapkan faktor-faktor yang dipertimbangkan
dan aturan dasar yang perlu diikuti dalam penentuan harga jual.
- 21 33
- 21
 Keputusan penentuan harga jual (Pricing Decision)
Keputusan penentuan harga jual adalah penentuan harga jual produk atau jasa
suatu organisasi yang umumnya dibuat utuk jangka pendek. Keputusan ini
dipengaruhi oleh Pricing Policy, pemanfaatan kapasitas dan tujuan organisasi
(Supriyono, 1989:322)
2.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual Produk
Menurut Machfoedz (1985:102), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
penentuan harga jual suatu produk, yaitu sebagai berikut ini :
1. Faktor laba yang diinginkan
Laba pada umumnya merupakan tujuan utama perusahaan, dan perusahaan
berusaha memaksimalkan laba dengan berusaha meraih hasil penjualan yang
tinggi dan biaya yang rendah. Tetapi terkadang perusahaan tidak hanya
bertujuan mencari laba semata, melainkan juga menyediakan lapangan kerja,
menggalang hubungan dengan pihak tertentu, dan lain-lain. Faktor lain selain
laba yng perlu diperhitungkan juga untuk menentukan harga yang tepat adalah
bagian pasar (market share), yaitu berapa laba yang seharusnya bisa diraih
dibandingkan pasar (industri).
2. Faktor biaya produksi dan operasi
Ada dua hal yang perlu diperhatikan perusahaan mengenai kebijakan
penentuan harga jual yang berhubungan dengan biaya produksi dan operasi,
sebagai berikut ini :
 Struktur biaya
- 22 33
- 22
Struktur biaya adalah komposisi antara biaya variabel dan biaya tetap.
Pada perusahaan dengan proporsi biaya tetap lebih besar dari biaya
variabel, perusahaan tersebut akan berorientasi pada pasar, artinya, usaha
perusahaan akan ditekankan
pada perlusan pasar untuk produknya,
sehingga akan meningkatkan volume penjualan, karena dalam hal ini biaya
tetap akan tertutup dengan volume penjualan yang besar. Sebaliknya, jika
biaya tetap lebih kecil dari biaya variabel, maka perusahaan akan
berorientasi pada biaya.
 Kebijakan terhadap struktur biaya
Kebijakan terhadap struktur biaya merupakan faktor yang dominan dalam
penentuan harga jual. Dengan berdasarkan perhitungan akuntansi yang
berkenaan dengan biaya, perusahaan bisa mengambil kebijaksanaan
mengenai tarif harga pada produknya.
3. Faktor situasi pasar
Ada tiga situasi pasar yang berpengaruh terhadap penentuan harga jual,
yaitu sebagai berikut ;
1) Situasi persaingan
Dalam persaingan yang sangat tajamyaknisaas penjual begitu banyak
dan jumlah pembeli seimbang denan penjual, maka perubahan sedikit saja
dari harga akan merubah komposisi permintaan dan penawaran yang ada.
Dalam situasi oligopoli yang mana beberapa penjual menawarkan produk
yang sama, biasanya ada satu perusahaan besar dan beberapa perusahaan
- 23 33
- 23
kecil yang akan mengikuti harga yang telah ditentukan oleh perusahaan
besar. Harga dari perusahaan besar tersebut kemudian disebut sebagai
harga pemimpin (price leadership).
Ada tiga persaingan yang bisa diidentifikasi dari suatu pasar, yaitu:
 Persaingan harga
Yang dimaksud dengan persaingan harga adalah persaingan yang
dilakukan terhadap produk yang sama dengan kualitas yang relatif
sama.
 Persaingan produk
Persaingn produk adalah persaingan yang mana penjual sukar
mempengaruhi
harga.
Yang
bisa
dilakukan
penjual
adalah
mempengaruhi pembeli dari produk yang dijual.
 Persaingan pelayanan
Dalam persaingan ini sulit untuk menentukan harga sendiri dan
perusahaan memerlukan pemberian pelayanan yang baik untuk
menarik pembeli. Biasanya persaingan ini terjadi antar perusahaan
jasa.
2) Elastisitas permintaan
Yang dimaksud dengan elastisitas permintaan adalah teori yang
mengemukakan kepekaan permintaan terhadap perubahan harga. Permintaan
elastis adalah dengan perubahan harga yang sedikit saja akan sangat berpengaruh
terhadp volume permintaan.
3) Sifat dari produk
- 24 33
- 24
Untuk produk dari perusahaan yang konsumennya pada pasar homogen,
harga pada umumnya ditentukan oleh mekanisme pasar, sedangkan pada pasar
heterogen perusahaan lebih bebas menentukan harga jual.
2.8. Metode Penentuan Harga Jual Produk
Dalam penentuan harga jual ada beberapa metode yang bisa digunakan :
2.8.1. Gross Margin Pricing
Metode ini pada umumnya tepat digunakan oleh perusahaan perdagangan
yang mana jenis perusahaan ini tidak membuat sendiri produk yang dijual
sehingga tidak banyak aktiva tetap yang digunakan. Caranya dengan menentukan
presentase tertentu di atas harga (cost) produk yang dibeli. Presentase ini disebut
“Mark On Precentage “ atau “Mark Up”.
Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi besarnya mark up,
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Musiman tidak produksinya.
b. Tinggi rendahnya biaya operasi.
c. Besar kecilbya aktiva (modal) yang digunakan.
d. Tajam tidaknya persaingan, dan lain-lain.
2.8.2. Direct Cost Pricing / Marginal Income Pricing
Umumnya metode ini diterapkan pada produk yang diproduksi tetapi melebihi
daya serap pasar (produk dari kapastas yang menganggur) yang kemudian
- 25 33
- 25
dipasarkan pada pasar yang berbeda. Biaya-biaya yang masuk dalam Direct Cost
Pricing adalah biaya-biaya yang sifatnya variabel, yaitu biya bahan baku (BB),
biaya tenaga kerja (BTK) variabel, dam biya overhead pabrik (BOP) variabel.
1. Full Cost Pricing
Penentuan harga jual in hampir sama dengan metode Direct Cost Pricing.
Peredaannya terletak pada dasar pembebanan costnya. Kalau dalam Direct
Cost Pricing, hanya biaya-biaya variabel saja yang digunakan sebgai dasar
penentuan harga jual. Sedangkan dalam metode ini semua jenis biaya dipakai
sebagai dasar untuk menentukan harga jual. Jadi semua baya untuk membuat
produk tersebut dihitung ditambah persentase laba yang diinginkan untuk
menutup biaya operasi. Biaya-biaya yang dimaksud di sin adalah biaya bahan
baku (BB), biaya tenaga kerja langsung (BTKL), overhead pabrik (BOP)
tetap dan overhead variabel.
2. Time and Material Pricing
Yang dimaksud “time” dalam metode ini ditunjukkan oleh tarif per jam
dari tenaga kerja. Tarif tenaga kerja ini merupakan jumlah dari upah langsung dan
premi-premi pada karyawan, bagian yang berhubungan dengan upah tenaga kerja
dan bagian untuk laba.
Yang dimaksud “material” adalah semua beban yang dimasukkan dalam
faktur pembelian material yang digunakan untuk pekerjaan tertentu ditambah
penanganan dari material tersebut serta laba dari penggunaan material.
- 26 33
- 26
Beban-beban material ini biasanya ditentukan dengan persentase tertentu dari
cost material.
Dalam metode ini tarif tertentu ditentukan dari upah langsung dan tarif
lainnya dari bahan baku masing-masing. Tarif ini dijadikan satu ditambah
jumlah tertentu dari biaya tak langsung serta laba yang diinginkan.
3.
Return On Capital
Metode ini prosedurnya dengan menentukan persentase mark up tertentu
dari capital employed, yaitu modal yang dianggap mempunyai peranan dalam
memproduksi barang. Dalam penerapannya, metode ini biasanya digunakan
untuk mengukur kemampuan sub unit perusahaan/departemen, produk atau
cabang yang dipisah-pisahkan dan merupakan pusat biaya dan pusat
pendapatan.
Ada pula beberapa metode penentuan harga jual yang berdasarkan pada
biaya. Biaya sendiri oleh Mulyadi (1999:548) didefinisikan senaga pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau
kemungkinan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Beberapa metode penentuan
harga jual yang didasarkan pada biaya adalah sebagai berikut :
1. Cost Plus Pricing
Cost Plus Pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambahkan
laba yang diharapkan di atas biaya penuh masa yang akan datang untuk
- 27 33
- 27
memprodukasi dan memasarkan produk. (Mulydi, 1997:351). Harga jual
berdasarkan cost plus pricing ini dihitung dengan rumus :
Harga jual = taksiran biaya penuh +laba yang diharapkan
Dengan demikian ada dua unsur yang diperhitungkan dalam penentuan harga
jual ini, yaitu taksiran biaya penuh dan laba yang diharapkan.
Taksiran biaya penuh dapat dihitung dengan menggunakan dua pendekatan,
yaitu full costing dan variable costing. Dalam full costing,
perusahaan
membebankan seluruh biaya produksi baik tetap maupun variabel, sehingga
metode penentuan harga jualnya terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, biaya overhead tetap dan variabel. Rumus harga jual dengan
metode full costing adalah :
Harga jual
=
biaya produksi + mark up
Mark up
=
biaya non produksi + return atas investasi
Biaya produksi
Sedangkan dalam variable costing, perusahaan hanya membebankan
seluruh biaya produksi yang bersifat variabel saja ke dalam penentuan
harga jual,sehingga metode penentuan harga jualnya terdiri dari biaya
bahan bak, biaya tenaga kerja variabel dan biaya overhead variabel.
Rumus harga jual dengan variabel costing adalah :
Harga jual
=
biaya variabel + mark up
- 28 33
- 28
Mark up
=
biaya tetap + return atas investasi
Biaya produksi
2. Mark Up Pricing
Mark up pricing
adalah menentukan harga jual dengan cara
menambahkan sejumlah mark up pada harga beli per satuan. Mark up
merupakan jumlah rupiah atau persentase tertentu yang ditambahkan pada
biaya dari suatu produk untuk menghasilkan harga jual (Swastha & Irawan,
1990:256). Rumus perhitungan mark up dengan pendekatan harga pokok
produk penuh ditambah mark up menurut Mulyadi (1993:265) adalah sebagai
berikut ini :
Persentase Mark up
=Laba yang diharapkan + biaya non produksi
Volume penjualan x biaya produksi
Sedangkan rumus untuk menghitung mark up dengan pendekatan harga pokok
variabel adalah sebagai berikut ini :
Persentase mark up =
Laba yang diharapkan + biaya tetap
Volume penjualan x biaya variabel per unit
Yang disebut dengan biaya produksi adalah semua biaya yang dipengaruhi
secara langsung oleh volume produksi. Sedangkan biaya non produksi adalah
semua biaya yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh volume produksi.
- 29 33
- 29
3. Target Profit Pricing
Target Prifit Pricing adalah perusahaan berusaha menetapkan harga jual yang
akan menghasilkan laba seperti yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode
inidisebut
uga
meruode
penentuan
harga
rate
of
return,
karena
perusahaanberpedoman pada suatu target return tertentu. Metode ini biasanya
digunakan oleh perusahaan besar yang faktor utama pertimbangannya selain
biaya adalah estimasi permintaan dan penggunaan fasilitas.
Penentuan harga jual produk untuk produk yang sudah ada sebelumnya
tidaklah sesulit penentuan harga jual produk bu. Sedangkan dalam penentuan
harga ual produk baru, timbul banyak masalah yang dihadapi oleh manajemen.
Hal ini disebabkan karena keputusan tersebut mengandung ketidakpastian yang
besar, antara lain sebagai berikut :
1. Jika di pasar tidak ada produk serupa dengan produk baru tersebut, perusahaan
menghadapai ketidakpastian permintaan produk baru tersebut.
2. Jika di pasar terdapat produk yang serupa dengan produk baru tersebut,
perusahaan menghadapi ketidakpastian tingkat subtitusi produk baru
dibandingkan dengan produk yang serupa tersebut.
3. Jika di pasar juga dijual produk yang sama dengan produk baru tersebut,
perusahaan menghadapi ketidakpastian mengenai bagian pasar dan tingkat
harga jual yang tepat.
- 30 33
- 30
4. Perusahaan juga menghadapi ketidakpastian mengenai usaha pemasaran yang
maksimal yang sebaiknya dilakukan untuk produk baru tersebut.
2.6.
Biaya
2.6.1. Pengertian Biaya
Biaya adalah harga pokok yang telah memberikan manfaat dan telah habis
dimanfaatkan. Dalam menentukan harga pokok produksi, biaya produksi perlu
diklasifikasikan menurut jenis atau obyek pengeluarannya. Hal ini dimaksudkan
agar dalam pengumpulan data biaya dan alokasinya dapat dilakukan dengan teliti.
Unsur-unsur harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik.
2.6.2. Klasifikasi Biaya
Unsur-unsur harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik.
Bahan dibedakan menjadi bahan baku dan bahan penolong. Bahan baku
adalah semua bahan yang dapat diidentifikasikan dengan produk jadi, yang dapat
ditelusur ke produk jadi, dan yang merupakan bagian terbesar dari biaya produksi.
Bahan penolong addalah semua bahan yang bukan termasuk bahan baku.
Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tenaga kerja langsungdan tenaga kerja
tidak langsung. Tenaga kerja langsung adalah semua tenaga kerja yang
melaksanakan proses
produksi yang dapat ditelusur ke produk jadi dan
merupakan dan merupakan bagian terbesar dari biaya tenaga kerja. Tenaga kerja
tidak alngsung adalah semua tenaga kerja yang tidak dapat dipertimbangkan
sebagai tenaga kerja langsung.
- 31 33
- 31
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik terdiri
atas biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya produksi
tidak langsung lainnya.
2.6.3. Elemen-elemen Biaya produksi
Sebelum kita membahas elemen biaya produksi, maka perlu diketahui
terlebih dahulu klasifikasi biaya sebagaaimana yang dikemukakan oleh Cashin
[1986:24] adalah sebagai berikut:
Unsur biaya produk merupakan suatu komponen yang utuh yang terdiri
dari bahan-bahan, buruh langsung dan biaya overhead pabrik. Penggolongan ini
menyediakan manajemen dengan keperluan informasi untuk mengukur suatu
pendapatan dan menetapkan harga pokok.
Biaya produksi pada perusahaan manufaktur terdiri dari elemen-elemen
biaya sebagai berikut: Bahan baku, Tenaga kerja langsung dan Overhead pabrik.
Bahan baku dapat diidentifikasikan ke produk dan merupakan bagian integral dari
produk tersebut. PAM dalam hal ini yang menjadi bahan baku adalah air,
sedangkan tambahan bahan lainnya merupakan bahan tidak langsung dalam
proses produksi, dan merupakan elemen biaya overhead tenaga kerja langsung.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga yang langsung menangani proses
produksi. Biaya tenaga kerja dapat dibedakan menjadi biaya tenaga kerja langsung
dan biaya tenaga kerja tidak langsung yang merupakan elemen biaya overhead
pabrik. Hubungan biaya overhead terhadap roduk adalah hubungan tidak
langsung. Oleh karena itu, biaya ini disebut juga biaya tidak langsung produk.
- 32 33
- 32
- 33 33
- 33
Download