BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Definisi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Komunikasi
2.1.1. Definisi Komunikasi
Komunikasi merupakan unsur paling penting dan menjadi
dasar
bagi
segala
aktivitas
kehidupan
manusia.
Dengan
berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain,
begitu juga halnya bagi suatu lembaga atau organisasi. Istilah
komunikasi dalam bahasa Inggris disebut dengan communication,
berasal dari kata communication atau communis yang berarti sama
maknanya atau pengertian yang sama dengan maksud untuk
mengubah pikiran, sikap, perilaku penerima dan melaksanakan apa
yang diinginkan oleh komunikator.1
Menurut Carl I. Hovland, “The Process by which an
individual (the communicator) transmits stimuli (usually
verbal symbols) to modify the behavior of other individuals
(communicates).”2Dengan kata lain, komunikasi adalah
proses individu dalam mengirim stimulus yang biasanya
dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang
lain.
Definisi Hovland menunjukkan bahwa yang dijadikan objek
studi
IlmuKomunikasi
bukan
saja
penyampaian
informasi,
melainkan juga pembentukkan pendapat umum (public opinion) dan
sikap publik (public attitude).
1
2
Widjaja, A.W. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, Hal. 8. Ibid. 9 10 Menurut pakar ilmu komunikasi, Scott M. Cutlip, Allen H.
Center dan Glen H. Broom, pengertian komunikasi
adalah:“Communication as intercourse by words, letters or
message, interchange of thoughts or opinion”3.
Komunikasi menurut Katz & Robert Khan, dua ahli psikologi
sosial dari Pusat Riset Survei Universitas Michigan, adalah
pertukaran informasi dan penyampaian makna yang
merupakan hal utama dari suatu sistem sosial atau organisasi.
Jadi komunikasi sebagai suatu “proses penyampaian
informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain dan
satu-satunya cara mengelola aktivitas dalam suatu organisasi
adalah melalui proses komunikasi.”4
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat
dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam
karyanya, The Structure and Functin of Communication in Society.
Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says
What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan
itu, yakni:
1. Komunikator (communicator, source, sender).
2. Pesan (Message).
3. Media (Channel, Media).
4. Komunikan (Communicant, communicatee, receiver, recipient).
3
Cutlip, Scott M., Allen H. Center and Glen H. Broom, Effective Public Relations, International
Edition (8th Edition), Prentice Hall, New Jersey, 2000, Page. 260.
4
Ruslan, Rosady, Manajemen Public Relations& Media Komunikasi, Raja Grafindo, Jakarta,
2003, Hal. 83. 11 5. Efek (Effect, impact, influence).
Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.5
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana
komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar
manusia (human communication) bahwa:
“Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan:
1. membangun hubungan antarsesama manusia.
2. melalui pertukaran informasi.
3. untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain.
4. berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”.6
Everett M. Rogers, seorang pakar Sosiologi Pedesaan
Amerika yang telah banyak memberi perhatian pada studi riset
komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat
definisi bahwa, “Komunikasi adalah proses di mana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.”7
5
Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2007, Hal. 10. 6
Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2010, Hal. 20.
7
Ibid. 12 2.1.2. Tujuan Komunikasi
Kegiatan komunikasi yang manusia lakukan sehari-hari
tentu memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda-beda yang
nantinya diharapkan dapat tercipta saling pengertian. Berikut tujuan
komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy:
1. Perubahan sikap (Attitude change)
2. Perubahan pendapat (Opinion change)
3. Perubahan prilaku (Behavior change)
4. Perubahan sosial (Social change)8
Dari empat poin yang dikemukakan oleh Onong Uchjana
effendy, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk
merubah sikap, pendapat, perilaku, dan pada perubahan sosial
masyarakat. Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah sebagai
penyampai informasi yang utama, mendidik, menghibur dan yang
terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap dan bertindak.
2.1.3. Fungsi komunikasi
Dalam suatu organisasi komunikasi mempunyai beberapa
fungsi. Hal ini sebagaimana menurut Effendy bahwa fungsi
komunikasi adalah :
1. Fungsi Informatif adalah komunikasi yang berfungsi memberi
keterangan, memberi data atau fakta yang berguna bagi segala
8
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan kesembilan belas. PT
Remaja Rosdakarya. Bandung. 2003.
13 aspek kehidupan manusia. Dengan melalui komunikasi maka
apa yang ingin disampaikan oleh guru kepada muridnya dapat
diberikan dalam bentuk lisan ataupun tertulis.
2. Fungsi Edukatif adalah komunikasi yang berfungsi mendidik
masyarakat, mendidik setiap orang dalam menuju pencapaian
kedewasaan bermandiri. Seseorang bisa banyak tahu karena
banyak
mendengar,
banyak
membaca
dan
banyak
berkomunikasi.
3. Fungsi Persuasif adalah komunikasi yang sanggup “membujuk”
orang untuk berperilaku sesuai dengan kehendak yang
diinginkan oleh komunikator. Membangkitkan pengertian dan
kesadaran
komunikan,
baik
bersifat
motivasi
maupun
bimbingan, bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan
perubahan sikap, tetapi berubahnya adalah atas kehendak
sendiri(bukan dipaksakan). Perubahan tersebut diterima atas
kesadaran sendiri.
4. Fungsi Rekreatif adalah komunikasi yang dapat menghibur
orang pada saat yang memungkinkan. Seperti, mendengarkan
dongeng, membaca bacaan ringan.9
9
Ibid.
14 2.1.4. Komunikasi Efektif
Berkomunikasi efektif bahwa komunikator dan komunikan
sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian, dapat
menimbulkan kesenangan mempengaruhi sikap meningkatkan
hubungan sosial yang baik dan pada akhirnya menimbulkan suatu
tindakan.
Komunikasi efektif dipandang sebagai suatu hal yang penting
dan kompleks, dianggap penting karena ragam dinamika yang terjadi
biasanya menghadirkan situasi kritis yang periu penanganan secara
tepat, munculnya kecenderungan untuk tergantung pada komunikasi,
serta beragam kepentingan yang ikut muncul. Komunikasi efektif
terjadi apabila sesuatu pesan yang diberitahukan komunikator dapat
diterima dengan baik atau sama oleh komunikan, sehingga tidak
terjadi salah persepsi.
Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target(kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh
manajemen, yang mana targettersebut sudah ditentukan terlebih
dahulu. Berdasarkan hal tersebut maka jikadikaitkan dengan
komunikasi
maka
dapat
diartikan
bahwa
seberapa
jauh
pencapaiantarget untuk menyampaikan suatu pernyataan atau pesan
olehseseorang kepada orang lain, adapun menurut para ahli
efektivitas komunikasi:
15 Menurut Hendrix merangkum dari berbagai sumber, dimensi
efektivitas komunikasi dapat dilihat berdasarakan:10
1. Source credibility (kredibiltas komunikator), trustworthiness
(kepercayaan), competence (kemampuan), expertise (keahlian),
dynamism (dinamisme), physical attractiveness (daya tarik
fisik), similarities beetwen the source and receiver (kesamaan
sumber dengan audien), proximity (kedekatan).
2. Message :
a. Salient information (penonjolan pesan;sejauh mana isi pesan
dapat memotivasi perhatian audiens).
b. Effevtive non verbal cues (jumlah dan jenis pesan non verbal
yang dipersepsi, keseluruhanpersepsi audiens akan pesanpesan non verbal).
c. Effective verbal cues (jumlah dan jenis pesan verbal yang
dipersepsi, keseluruhan persepsiaudiens akan pesan-pesan
verbal).
d. Two-way communication (isi pesan dari audiens sebagai
respon melalui bergai media atau even).
3. Receivers:
a. Opinion leaders (pertama; posisi opinion leader, posisi
formal/non formal, dan pengaruh opinion leaderpada audien
lain. Kedua; terpaan pesan langsung/satu tahap , dua tahap
atau banyak tahap).
b. Group
influence
(kedekatan
antar
anggota/
members
cohesiveness, kebersamaan, keuntungan bersama, interaksi
tatap muka dan pengaruhnya pada anggota lain, nilai dan
10
https://statistika21.wordpress.com/x-base/metodologi-penelitian/
16 norma bersama, tingkat konformitas antar anggota/ degree of
conformity by each member).
c. Selective exposure (sejauhmana sikap atau perilaku audien
sulit untuk dirubah).
4. Audience participation (feedback; partisipasi audiens pada
event, pertayaan audien, pengiriman e-mail, telepon, sebagai
member organisasi).11
Unsur-unsur komunikasi efektif antara lain:
1. Sumber
Adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan
digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber
dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.
2. Komunikator
Dalam
komunikasi
setiap
orang
atau
kelompok
dapat
menyampaikan pesan-pesan komunikasi itu sebagai suatu proses
dimana komunikator dapat menjadi komunikan, sebaliknya
komunikan dapat menjadi komunikator.
a. Penampilan
ini
sesuai
dengan
tata
krama
dengan
memperhatikan keadaan, waktu dan tempat.
b. Penguasaan
masalah,
seseorang
yang
tampil
atau
ditampilkan sebagai komunikator haruslah betul-betul
menguasai masalahnya dalam suatu proses komunikasi
11
http://statistika21.wordpress.com 17 timbal balik, yang lebih menguasai masalah akan cendetrung
memenangkan tujuan komunikasi.
c. Penguasaan bahasa, komunikator harus menguasai bahasa
dengan baik. Penguasaan bahasa akan membatu menjelaskan
pesan-pesan apa yang ingin disampaikan kepada audiens itu.
3. Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh
komunikator. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas
berbagai segi namun inti pesan dari komunikasi akan selalu
mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.
a. Penyampaian pesan melalui lisan, tatap muka, langsung
menggunakan media, saluran,dan sebagainya.
b. Bentuk pesan
1) Informatif
Berifat memberikan keterangan-keterangan/fakta-fakta,
kemudian komunikan mengambil keputusan.
2) Persuasif
Berisi bujukan, yaitu membangkitkan pengertian dan
kesadaran manusia bahwa apa yang kita sampaikan akan
memberikan perubahan sikap tetapi berubahnya adalah
atas kehendak sendiri.Perubahan tersebut diterima atas
kesadaran sendiri.
18 3) Koersif
Penyampian pesan yang bersifat memaksa dan dengan
menggunakan sangsi-sangsi apabila tidak dilaksanakan.
Pesan yang disampaikan harus tepat, pesan yang
diterima komunikan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut adlah umum, jelas, bahasa yang jelas,
positif, seimbang dan penyesuaian dengan keinginan
komunikasi.
Beberapa hambatan-hambatan dalam pesan yaitu:
a) Hambatan bahasa
Pesan akan disalah artikan sehingga tidak mencapai
apa yang diinginkan, apabiila bahasa yang digunakan
tidak dipahami oleh komunikan.
b) Hambatan teknis
Pesan dapat tidak utuh diterima komunikan karena
gangguan teknis.
4. Channel/saluran
Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut
dengan media.Media komunikasi dapat dikatagorikan dalam dua
bagian yaitu media umum dan media massa. Media umum
adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk
komunikasi, contohnya radio dan sebagainya. Media massa
adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa, disebut
19 demikian karena sifatnya yang masal contoh misalnya, televisi
dan sebagainya.
5. Komunikasi
Komunikasi dapat digolongkan dalam tiga jenis yaitu: personal,
kelompok dan massa. Dari segi sasarannya maka komunikasi
ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal,
komunikasi kelompok dan komunikasi massa.
a. Komunikasi personal
Komunikasi yang ditujukan kepada sasaran yang tunggal.
b. Komunikasi kelompok
Komunikasi yang ditujukan kepada komunikasi tertentu.
c. Komunikasi massa
Komunikasi yang ditujukan kepada massa atau komunikasi
yang menggunakan media massa. Komunikasi massa sangat
efesien karena dapat menjangkau daerah yang luasdan
audiens yang praktis tak terbatas, namun komunkasi massa
kurang efektif dalampembentukan sifat personal karena
komunikasi massa tidak kemudian dapt langsung diiterima
oleh massa, tetapi melalui opinion leader iyalah yang
kemudian menterjemahkan apa yang disampaikan dalam
komunikasi massa itu kepada komunikan.
20 6. Efek
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi,yaitu sikapdan
tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita
inginkan.efek ini sesungguhnya dapat dilihat dari opini personal,
opini public, mayoritas opini.
a. Opini Personal
Personal opini adalah sikap dan pendapat seseorang terhadap
suatu masalah tertuntu.
b. Opini Publik
Penilaian sosial mengenai susuatu yang penting dan
berartiatas dasar pertukaran pikiran yang dilakuakan
individu secara sadar dan rasional.
c. Mayoritas opini
Pendapat sebagian terbedar dari publik atau masyarakat.
7. Faktor yang diperhatikan dalam proses komnunikasi
a. Komunikasi yang efektif harus dilalui dengan empat tahap
yaitu:
a). Pengumpulan fakta
Mengumpulkan
data
dan
fakta
melakukan kegiatan komunikasi.
sebelum
seseorang
21 b). Perencanaan
Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang
apa
yang
akan
dikemukakan
dan
bagaimana
mengemukakannya.
c). Komunikasi
Setelah rencana disusun maka tahap selanjutnya adalah
berkomunikasi.
b. Prosedur mencapai efek yang dikehendaki
Untuk mendapatkan efek yangbaik dari komunikasi maka
prosedur yang ditempuh adalah apa yang disebut sebagai
proses dari perhatian ketindakan. Lebih jelasnya proses
tersebut
dapat
dilihat
sebagai
berikut:
perhatian,
kepentingan, keinginan, keputusan, dan tindakan. Ada lima
aspek yang harus dipahami dalam membangun komunikasi
yang efektif yaitu:
a). Kejelasan
Bahasa maupun informasi yang disampaikan dari atasan ke
bawahan harus jelas jika informasi yang diberikan tidak ada
kejelasannya maka akan menimbulkan persepsi yang
berbeda.
b). Ketepatan
Bahasa dan informasi yang disampaikan harus benar-benar
akurat dan tepat. Bahasa yang digunakan harus sesuai dan
22 informasi yang disampaikan harus benar artinya sesuai
dengan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan.
c). Konteks
Bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan
kondisi dan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi. Bisa
saja menggunakan bahasa dan informasi yang jelas dan tepat
tetapi karena konteksnya tidak tepat maka reaksi yang kita
terima tidak sesuai yang diharapkan.
d). Alur
Urutan alur bahasa dan informasi akan sangat penting dalam
menjalin komunikasi yang efektif.
e). Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi,
tetapi juga tata krama atau etika jadi dalam penyampaian
informasi kepada seseorang harus dengan sopan santun.
2.1.5. komunikasi Antarpribadi
Berkomunikasi merupakan suatu keharusan bagi manusia.
Manusia tidak dapat hidup sendiri, pasti membutuhkan orang lain.
Sejak lahir manusia selalu berkomunikasi dengan orang lain, hal itu
membuktikan bahwa manusia membutuhkan orang lain.
Aktivitas kita sehari-hari selalu mengandung komunikasi,
komunikasi sangat dominan dalam kehidupan kita, terutama
23 komunikasi antarpribadi sangat sering dilakukan. Komunikasi
berawal dari gagasan yang ada pada diri seseorang yang diolah
menjadi pesan kemudian pesan tersebut disampaikan dan mendapat
tanggapan.
Dari
proses
komunikasi
itu,
secara
teknis
pelaksanaannya, komunikasi dapat dirumuskan sebagai kegiatan
dimana seseorang menyampaikan pesan melalui media tertentu
kepada orang lain.12 Komunikasi yang paling dominan adalah
komunikasi antarpribadi. Komunikasi ini merupakan kegiatan yang
sangat
dominan
dalam
kehidupan sehari-hari. Komunikasi
antarpribadi mempunyai banyak definisi sesuai persepsi para ahli
komunikasi. Trenholm dan Jensen, mendifinisikan komunikasi
antarpribadi sebagai komunikasi antar dua orang yang berlangsung
secara tatap muka. Sifat komunikasi ini adalah spontan dan informal,
saling menerima feedback secara maksimal.
Little john memberikan definisi komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi antar individu-individu. Agus M. Hardjana
mengatakan, komunikasi antarpribadi adalah interaksi tatap muka
antar
dua
atau
beberapa
orang,
dimana
pengirim
dapat
menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat
menerima dan dapat menanggapai secara langsung. Arni Muhammad
mengatakan komunikasi antarpribadi adalah proses pertukaran
12
Agus M.Hardjana, Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Kanisius Media. Yogyakarta
2003. Hal 11
24 informasi diantara seseorang dengan orang lain yang dapat langsung
diketahui balikannya. Berbeda dengan Deddy Mulyana bahwa
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antar orang-orang secara
tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap
reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non
verbal.13
Dari definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa
pakar komunikasi, penulis menyimpulkan komunikasi antarpribadi
adalah proses penyampaian pesan dan penerimaan pesan antara
pengirim (sender) dengan penerima (receiver) baik secara langsung
maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi secara
langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi
dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan
komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya
penggunaan media tertentu.
Komunikasi antarpribadi pada hakikatnya adalah suatu proses
atau transaksi dan interaksi. Transaksi mengenai gagasan ide, pesan,
simbol, informasi, atau messege. Sedangkan istilah interaksi
mengesankan adanya suatu tindakan yang berbalaskan.
13
Suranto Aw. Konsep Dasar Komunikasi Intrepersonal. Graha Ilmu. Yogyakarta Hal 3
25 Terdapat tiga pendekatan utama mengenai pemikiran
komunikasi antarpribadi:14
a. Pemikiran Komunikasi Antarpribadi Berdasarkan KomponenKomponen utamanya. Pemikiran ini diawali oleh Bittner yang
menerangkan bahwa komunikasi antarpribadi berlangsung
apabila
pengirim
menyampaikan
informasi
berupa kata-
kata kepada penerima, dengan menggunakan medium suara
manusia (human voice). Sementara Barnlund mendifinisikan
komunikasi antrapribadi sebagai pertemuan antara dua, tiga
orang, atau beberapa orang yang terjadi secara spontan dan tidak
berstruktur. Barnlund sebagaimana dikutip oleh Alo Liliweri
mengemukakan beberapa ciri untuk mengenali komunikasi
antarpribadi:15 (1) bersifat spontan, (2) tidak mempunyai
struktur, (3) terjadi secara kebetulan, (4) tidak mengejar tujuan
yang telah direncanakan, (5) identitas keanggotaan tidak jelas,
(6) dapat terjadi hanya samba lalu.
b. Komunikasi
Antarpribadi
Berdasarkan
Hubungan
Diadik
Hubungan diadik dimaksudkan sebagai komunikasi yang
berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang
mantap dan jelas. Pemikiran mengenai bentuk hubungan diadik
dikemukakan
oleh
Laing,
Phillipson,
dan
Lee,
mereka
14
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi , PT.Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. 2004 Hal
32-35
15
Ibid. 26 menyatakan bahwa untuk memahami prilaku seseorang, harus
mengikutsertakan paling tidak dua orang peserta dalam situasi
bersama. Hubungan diadik ini harus menggambarkan interaksi
dan pengalaman bersama mereka. Thenholm dan Jensen
mendifinisikan komunikasi antarpribadi sebagai komunikasi
antara dua orang yang berlanngsung secara tatap muka, kata lain
dari komunikasi ini adalah diadik.16
c. Komunikasi
Antarpribadi
Berdasarkan
Pengembangannya.
Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai perkembangan dari
komunikasi interpersonal pada satu sisi, menjadi komunikasi
pribadi atau intim disisi lain. Oleh karena itu derajat hubungan
antarpribadi turut berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman
informasi
yang
dikomunikasikan,
sehingga
memudahkan
perubahan sikap.
1. Komponen – Komponen Komunikasi Antarpribadi
Secara sederhana proses komunikasi akan berjalan lancar apabila
adanya pengirim atau komunikator yang menyampaikan informasi berupa
lambang verbal maupun nonverbal kepada penerima atau komunikan
dengan menggunakan medium suara manusia atau tulisan. Dalam hal ini
dapat di asumsikan bahwa proses komunikasi antarpribadi terdapat
16
Ibid 27 komponen-komponen komunikasi yang saling berkesinambungan. Antara
lain:17
a. Sumber / komunikator
Sumber
adalah
orang
yang
mempunyai
kebutuhan
untuk
berkomunikasi. Yakni orang yang menyampaikan pesan, baik secara
emosional maupun informasional kepada orang lain.
b. Encoding
Suatu aktifitas seorang komunikator dalam menciptakan pesan melalui
simbol-simbol verbal atau non verbal yang disusun berdasarkan aturan
tata bahasa, dan karakteristik komunikan.
c. Pesan
Merupakan
hasil
encoding.
Pesan
adalah
seperangkat simbol-
simbol baik verbal maupun nonverbal yang mewakili keadaan khusus
komunikator untuk disampaikan kepada komunikan.
d. Saluran
Merupakan sarana fisik penyampaian pesan dari sumber kepada
penerima. Dalam komunikasi antarpribadi penggunaan saluran atau
media Karena situasi dan kondisi tidak memungkinkan dilakukan
secara tatap muka.
e. Penerima / komunikan
Adalah seseorang yang menerima, dan menginterpretasi pesan. Dalam
komunikasi antarpribadi komunikan bersifat aktif, selain menerima
17
Ibid 28 komunikan juga menginterpretasi dan memberikan umpan balik
kepada komunikator.
f. Decoding
Kegiatan menerima pesan. Melalui indera, penerima dapat bermacam
macam data dalam bentuk kata-kata atau simbol-simbol yang harus
diubah
berdasarkan pengalaman-pengalaman yang
mengandung
makan.
g. Respon
Merupakan suatu tanggapan yang dilakukan oleh penerima atau
komunikan setelah menerima pesan dari pengirim atau komunikator.
h. Gangguan (Noise)
Merupakan apa saja yang mengganggu atau membuat kacau
penyampaian atau penerimaan pesan. Noise dapat terjadi di komponenkomponen manapun dari sistem komunikasi.
i. Konteks komunikasi
Konteks komunikasi terbagi menjadi 3 dimensi yaitu: ruang, waktu,
dan nilai. Konteks ruang menunjukkan pada lingkungan tempat
terjadinya komunikasi. Waktu, menunjukkan pada waktu kapan
komunikasi terjadi. Dan nilai meliputi nilai sosial dan nilai budaya
yang mempengaruhi suasana komunikasi.
29 2. Proses Komunikasi Antarpribadi
Proses komunikasi ialah langkah-langkah yang menggambarkan
terjadinya kegiatan komunikasi. Secara sederhana proses komunikasi
digambarkan sebagai proses yang menghubungkan pengirim dengan
penerima pesan. Proses tersebut terdiri dari 6 langkah, sebagai berikut:
a. Keinginan berkomunikasi. Seorang komunikator mempunyai
keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain.
b. Encoding oleh komunikator. Encoding merupakan tindakan
memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam simbolsimbol, kata-kata, dan sebagainya.
c. Pengiriman pesan. Untuk menyampaikan pesan kepada komunikan
seorang komunikator memilih saluran komunikasi seperti telepon,
SMS, Surat, E-Mail dan lain-lain.
d. Decoding oleh komunikan, merupakan kegiatan internal dalam diri
penerima. Dalam hal ini decoding adalah proses memahami pesan.
e. Umpan balik. Setelah menerima pesan dan memahaminya,
komunikan memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan
balik ini seorang komunikator dapat mengevaluasi keefektifitasan
komunikasi.
Dalam proses komunikasi akan ada teknik berkomunikasi adalah
cara atau seni penyampaian pesan yang dilakukan seorang komunikator
kepada komunikan. Pesan yang disampaikan komunikator adalah
pertanyaan sebagai panduan pikiran dan perasaan. Dalam komunikasi,
30 proses komunikasi dibagi menjadi dua yaitu proses komunikasi primer dan
proses komunikasi sekunder. Proses komunikasi primer adalah proses
penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media.18 Biasanya proses
ini dilakukan dalam bentuk komunikasi antarpribadi yang melibatkan dua
orang dalam situasi interaksi, komunikator mengirim pesan kepada
komunikan.
Disini komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi
decoder. Namun dalam komunikasi antrapribadi dapat bersifat dealogisme
yakni pertukaran antar komunikator yang menjadi decoder dan komunikan
menjadi encoder. Hal ini dapat terjadi karena situasinya tatap muka (face
to face communication), tanggapan komunikan dapat diketahui secara
langsung (immediate feed back) berbeda dengan yang menggunakan
media, dimana umpan balik tertunda (delayed feed back).19
Sedangkan komunikasi sekunder merupakan bagian kedua dari
proses komunikasi yakni proses penyampaian pesan oleh komunikator
kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media
kedua setelah menggunakan lambang sebagai media pertama. Berikut
gambar proses komunikasi antarpribadi.
Hal yang paling penting dari proses komunikasi adalah bagaimana
caranya agar suatu pesan yang disampaikan dapat menimbulkan dampak
18
Erliana Hasan, Komunikasi Pemerintahan. PT. Refika Aditama. Bandung. 2005 hal 20
Onong uchjayana, Ilmu komunikasi teori dan praktek. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2001
hal 15
19
31 atau efek tertentu pada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat di
klasifikasikan menurut kadarnya,20 yakni:
a. Dampak Kognitif
Dampak yang ditimbulkan pada komunikan yang menyebabkan dia
menjadi tahu atau meningkat intelektualnya.
b. Dampak Afektif
Disini tujuan komunikator tidak hanya sekedar supaya komunikan
tahu, namun tergerak hati komunikan tersebut, seperti rasa iba, terharu,
sedih, gembira, marah dan lain-lain.
c. Dampak Behavioral
Dampak yang paling tinggi kadarnya. Yakni dampak yang timbul pada
komunikan dalam bentuk, prilaku, tindakan atau kegiatan.
3. Macam-Macam Bentuk Komunikasi Antarpribadi
Ada beberapa bentuk komunikasi antarpribadi yang bisa dilakukan
dalam melakukan proses komunikasi antarpribadi. Diantaranya21:
a. Dialog
Dialog berasal dari kata Yunani yaitu Dia yang artinya antara,
bersama. Sedangkan legein artinya berbicara, menukar pikiran, dan
gagasan bersama. Dialog sendiri merupakan percakapan yang memiliki
maksud untuk saling mengerti, memahami, dan mampu menciptakan
20
Onong Uchjanaya Effendy, Dinamika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. 2004. Agus M. Hardjana, Komunikasi Interpersonal & intrapersonal, Kanisus. Yogyakarta. 2007 hal
104-120
21
32 kedamaian dalam bekerjasama untuk memenuhi kebutuhannya. Dialog
yang dilakukan dengan baik akan membuahkan hasil yang banyak,
baik pada tingkat pribadi, yang dapat meningkatkan sikap saling
memahami, dan menerima, serta mengembangkan kebersamaan dan
hidup yang damai serta saling menghormati.
b. Sharing
Sharing
merupakan
bertukar
pendapat,
berbagi
pengalaman,
merupakan pembicaraan antara dua orang atau lebih, dimana pelaku
komunikasi saling menyampaikan apa yang pernah dialaminya dan hal
itu menjadi bahan pembicaraannya. Dan berakibat saling tukar
pengalaman. Dengan bentuk sharing dalam komunikasi antarpribadi
dapat memanfaatkan untuk memperkaya pengalaman diri dengan
berbagai masukan yang bisa diambil.
c. Wawancara
Dalam komunikasi wawancara merupakan bentuk komunikasi yang
bertujuan mencapai sesuatu. Pihak yang mengikuti komunikasi dalam
bentuk wawancara ini saling berperan aktif dalam pertukaran
informasi. Dalam wawancara berlangsung baik yang mewawancarai
atau yang diwawancarai keduanya terlibat dalam proses komunikasi
dengan saling berbicara, mendengar, dan menjawab.
d. Konseling
Bentuk komunikasi antarpribadi yang satu ini lebih banyak di
pergunakan di dunia pendidikan, perusahaan untuk masyarakat. Bentuk
33 ini biasanya digunakan untuk menjernihkan masalah orang yang
meminta bantuan (counsellee) dengan mendampinginya dalam melihat
masalah, memutuskan masalah, menemukan cara-cara memecahkan
masalah yang tepat, dan memungkinkan untuk mencari cara yang tepat
untuk pelaksanaan keputusan tersebut.
4. Pesan Komunikasi Antarpribadi
Dalam terjadinya sebuah proses komunikasi, pesan yang
disampaikan oleh seorang komunikator dapat berupa pesan verbal yakni
dengan menggunakan kata-kata atau ucapan sedangkan pesan nonverbal
yakni dengan tanpa kata-kata atau bahasa tubuh, isyarat, simbul. Pesan
yang dikemas secara verbal disebut komunikasi verbal, sedangkan
komunikasi yang pesannya dikemas secara nonverbal disebut komunikasi
nonverbal.
a. Komunikasi verbal
Semua simbol yang meggunakan satu kata atau lebih. Pengertian
verbal sendiri adalah lisan antar manusia lewat kata-kata dan simbol
umum yang sudah disepakati antara individu, kelompok, dan Negara.
Jadi
komunikasi
verbal
adalah
komunikasi
manusia
yang
menggunakan kata-kata secara lisan dan dilakukan oleh manusia lain.
Sehingga menjadi sarana utama menyatukan pikiran, pesan dan
maksud
kita. Komponen-komponen komunikasi
verbal
suara, kata-kata, berbicara, bahasa.22
22
Fajar marhaeni, ilmu komunikasi teori dan praktek, Graha ilmu. Jakarta. 2009 hal 110
adalah
34 Suatu sistem kode disebut bahasa. Bahasa adalah suatu system dari
lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai
oleh masyarakat. Tata bahasa meliputi tiga unsur, fonologi, sintaksis,
dan semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyibunyi dalam bahasa. Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara
pembentukan kalimat. Semantik merupakan pengetahuan tentang
arti kata atau gabungan kata-kata.
b. Komunikasi nonverbal
Komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan
disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non
verbal adalah menggunakan bahasa isyarat, bahasa tubuh, ekspresi
wajah dan kontak mata. Menurut Larry A.Samovar dan Richard
A.Porter, komunikasi nonverbal mencakup perilaku yang disengaja
dan tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa komunikasi secara
keseluruan, kita mengirimkan banyak pesan nonverbal tanpa
menyadari bahwa pesan- pesan tersebut bermakna bagi orang lain.23
Komunikasi nonverbal merupakan jenis komunikasi yang lebih tua
dari komunikasi verbal. Komunikasi nonverbal lebih banyak di
gunakan oleh manusia dari pada komunikasi verbal, karena secara
otomatis orang yang berkomunikasi verbal pasti menggunakan
23
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi suatu pengantar, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung. 2007
hal.343
35 komunikasi nonverbal. Komunikasi nonverbal dapat berbentuk bahasa
tubuh, tanda (sign), tindakan /action, objek.24
Bahasa tubuh dapat berupa gerak kepala, raut wajah, gerak tangan,
gerak-gerik tubuh mengungkapkan berbagai perasaan, isi hati, isi
pikiran, kehendak dan sikap orang. Tindakan / action merupakan
penghantar makna, misalnya menggerakkan meja dalam berbicara,
menutup pintu keras-keras saat meninggalkan rumah, menekan gas
mobil keras-keras. Semua
itu
mengandung
makna
tersendiri.
Sedangkan yang dimaksud objek yakni menggantikan kata, tetapi
dapat menyampaikan arti tertentu. Misalnya pakaian, rumah, perabotan
rumah, harta benda, kendaraan dan hadiah.
2.1.6. Komunikasi Persuasif
Persuasif merupakan usaha untuk mengubah sikap melalui
penggunaan pesan, berfokus terutama pada karakteristik komunikator dan
pendengar. Sehingga komunikasi persuasif lebih jelasnya merupakan
komunikasi yang berusaha untuk mengubah sikap receiver melalui
penggunaan pesan yang dilakukan sender.
De
Komunikasi
Vito
menjelaskan
Antarmanusia
komunikasi
sebagai
berikut:
persuasif
dalam
Pembicaraan
buku
persuasif
mengetengahkan pembicaraan yang sifatnya memperkuat, memberikan
24
Agus M.hardjana, Komunikasi intrapersonal & interpersonal, Kanisiun, Yogyakarta. 2003 hal.
22
36 ilustrasi, dan menyodorkan informasi kepada khalayak. Akan tetapi tujuan
pokoknya adalah menguatkan atau mengubah sikap dan perilaku, sehingga
penggunaan fakta, pendapat, dan himbauan motivasional harus bersifat
memperkuat tujuan persuasifnya.25 Dari penjelasan tersebut, De Vito
mengemukakan terdapat dua macam tujuan atau tindakan yang ingin kita
capai dalam melakukan pembicaraan persuasif. Tujuan tersebut dapat
berupa untuk mengubah sikap atau perilaku receiver atau untuk memotivasi
perilaku receiver.
Agar dapat mengubah sikap, perilaku, dan pendapat sasaran
persuasi, seorang persuader harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
berikut:
a. Kejelasan tujuan
Tujuan komunikasi persuasif adalah untuk mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku. Apabila bertujuan untuk mengubah sikap maka berkaitan
dengan aspek afektif, mengubah pendapat maka berkaitan dengan aspek
kognitif, sedangkan mengubah perilaku maka berkaitan dengan aspek
motorik.
b. Memikirkan secara cermat orang yang dihadapi
Sasaran
persuasi
memiliki keragaman
yang
cukup
kompleks.
Keragaman tersebut dapat dilihat dari karakteristik demografis, jenis
kelamin, level pekerjaan, suku bangsa, hingga gaya hidup. Sehingga,
sebelum
melakukan
komunikasi
persuasif
sebaiknya
persuader
25
Devito, A. Joseph. Komunikasi Antarmanusia. Karisma Publishing Group. Tangerang. 2011.
37 mempelajari dan menelusuri aspek-aspek keragaman sasaran persuasi
terlebih dahulu.
c. Memilih strategi komunikasi yang tepat
Strategi komunikasi persuasif merupakan perpaduan antara perencanaan
komunikasi persuasif dengan manajemen komunikasi. Hal yang perlu
diperhatikan seperti siapa sasaran persuasi, tempat dan waktu
pelaksanaan komunikasi persuasi, apa yang harus disampaikan, hingga
mengapa harus disampaikan.
1. LANDASAN KONSEP KOMUNIKASI PERSUASIF
Ketika melakukan persuasi, perhatian kita dapat terpusat pada
upaya mengubah atau memperkuat sikap atau kepercayaan sasaran
persuasi, atau pada upaya mengajak mereka untuk bertindak dengan cara
tertentu. Dari penjelasan tersebut, terdapat tiga konsep yang perlu kita
uraikan yaitu:
1) Sikap
Sikap adalah suatu kecenderungan untuk berperilaku dengan cara
tertentu. Melalui komunikasi persuasif, seorang receiver (penerima
pesan) dapat berubah sikap karena paparan informasi dari sender
(pengirim pesan). Menurut Martin Fishbein, sikap adalah suatu
kecenderungan untuk memberi reaksi yang menyenangkan, tidak
menyenangkan, atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan
objek. Sasaran perubahan sikap tersebut meliputi aspek dasar sikap
manusia yaitu aspek afektif (kesukaan atau perasaan terhadap suatu
38 objek), kognitif (keyakinan terhadap sebuah objek), dan motorik /
perilaku (tindakan terhadap objek) dengan uraian sebagai berikut:
a. Sasaran aspek kognitif dalam komunikasi persuasive
Dalam proses ini, pesan yang berkaitan dengan objek sikap
disampaikan kepada individu, agar ia bersedia menyetujui ide-ide
yang termuat dalam pesan tersebut. Proses kognitif berjalan saat
proses persuasif terjadi, sampai akhirnya individu memutuskan
setuju atau tidak setuju terhadap objek sikap.
b. Sasaran aspek afektif dalam komunikasi persuasive
Pada bagian ini proses afektif atau emosi yang akan dijadikan
pokok bahasan. Ketika pesan persuasi disampaikan, pesan tersebut
akan menyentuh dan mempengaruhi aspek emosi individu yang
dijadikan sasaran persuasi. Pavlov dalam prinsip classical atau
respondent conditioning mengemukakan bahwa seseorang akan
bersikap positif terhadap objek yang sering disajikan bersamaan
dengan stimulus positif, begitupun sebaliknya, seseorang akan
bersikap negative terhadap objek yang disajikan bersamaan dengan
stimulus negatif. Prinsip tersebut berkaitan dengan proses afektif
seseorang ketika menerima pesan.
c. Sasaran aspek motorik/perilaku dalam komunikasi persuasive
Tensi disonansi memotivasi kita untuk berubah, baik perilaku kita
atau keyakinan kita, dalam upaya untuk menghindari perasaan
tertekan. Semakin penting isu (pesan) untuk kita dan semakin besar
39 perbedaan di antara perilaku dan keyakinan kita, maka semakin
tinggi besarnya disonansi yang akan kita rasakan. Perubahan sikap
dapat
terjadi
karena
adanya
keinginan
seseorang
untuk
menghilangkan keadaan ketidakcocokan/ketidaknyamanan.
2) Kepercayaan
Kepercayaan adalah rasa yakin akan adanya sesuatu atau akan
kebenaran sesuatu. Kepercayaan timbul akibat dari percampuran
observasi pengalaman, bukti dari pihak kedua, juga motivasi yang
kompleks. Martin Fishbein mengatakan bahwa kepercayaan adalah
hipotesis bahwa suatu objek itu ada dan bahwa hubungan yang terjadi
diantara objek dengan pertimbangan objek-objek yang lainnya.
Sehingga menurut definisi tersebut, terdapat dua kepercayaan yaitu
kepercayaan
kepada
objek
dan
kepercayaan
tentang
objek.
Kepercayaan kepada objek seperti Fulan sedang mengalami cedera.
Kepercayaan tentang objek seperti cedera yang dialami Fulan tidak
akan berlangsung lama.
3) Perilaku
Perilaku dalam persuasi mengacu pada tindakan yang jelas atau dapat
diamati. Perilaku merupakan tindakan dari sikap kita terhadap sesuatu.
Seperti perilaku membuang sampah pada tempatnya merupakan salah
satu tindakan yang terlihat dari orang yang memiliki sikap sadar akan
kebersihan.
40 Manusia pada dasarnya cenderung untuk berkelompok. Manusia
tidak bisa hidup secara individual. Ia selalu membutuhkan kehadiran orang
lain. Ada beberapa teori yang dapat dikemukakan berkaitan dengan
pembentukan kelompok yaitu:
a. Teori Kedekatan (Propinquity)
Teori yang sangat dasar tentang terbentuknya kelompok ini adalah
menjelaskan adanya afiliasi di antara orang – orang tertentu.
b. Teori Interaksi (Geome Homans)
Teori pembentukan kelompok yang lebih komprehensif adalah suatu
teori yang berasal dari George Homans. Teorinya berdasarkan pada
aktivitas-aktivitas,
interaksi-interaksi,
dan
sentimen-sentimen
(perasaan atau emosi).
c. Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb)
Salah satu teori yang agak menyeluruh penjelasannya tentang
pembentukan kelompok ialah teori keseimbangan yang dikembangkan
oleh Theodore Newcomb. Teori ini menyatakan bahwa seseorang
tertarik pada yang lain adalah didasarkan atas kesamaan sikap di dalam
menanggapi suatu tujuan.
d. Teori Pertukaran
Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja.
Teori propinquity, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan
peranan di dalam teori pertukaran ini.
41 2. PRINSIP – PRINSIP KOMUNIKASI PERSUASIF
Prinsip dapat digunakan sebagai landasan untuk keberhasilan
mengubah sikap, kepercayaan, dan mengajak sasaran persuasi untuk
berbuat sesuatu. De Vito menerangkan prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:26
a. Prinsip Pemaparan Selektif
Prinsip ini menerangkan bahwa: (1) pendengar akan secara aktif
mencari informasi yang mendukung opini, nilai, keputusan, perilaku,
dan motivasi mereka (2) pendengar akan secara aktif menghindari
informasi yang bertentangan dengan opini, nilai, keputusan, perilaku,
dan motivasi mereka. Ketika proses meyakinkan sasaran persuasi akan
dilangsungkan, maka pemaparan selektif akan terjadi.
b. Prinsip Partisipasi Khalayak
Khalayak
yang
dimaksudkan
disini
adalah
sasaran
persuasi.
Komunikasi persuasif akan lebih efektif apabila khalayak turut
berpartisipasi dalam proses komunikasi. Persuasi bersifat transaksional
dimana pembicara dan pendengar saling terlibat. Persuasi dapat
dikatakan berhasil apabila khalayak berpartisipasi secara aktif.
c. Prinsip Inokulasi
Prinsip ini berbicara tentang menghadapi sasaran persuasi yang
terinokulasi – sasaran yang telah mengetahui posisi persuader dan telah
menyiapkan senjata berupa argumen untuk menentangnya (persuader).
26
Ibid 42 Sehingga seorang persuader perlu persiapan seperti beberapa argumen
dalam komunikasi yang akan dilakukan.
d. Prinsip Besaran Perubahan
Prinsip ini mengatakan bahwa semakin besar dan semakin penting
perubahan yang diinginkan persuader, maka semakin besar tantangan
dan tugas untuk mencapai tujuan persuasi. Sehingga, persuasi
diarahkan untuk melakukan perubahan kecil atau sedikit demi sedikit
terlebih dahulu dan diperlukan untuk periode yang cukup lama.
3. TEORI – TEORI EFEK KOMUNIKASI PERSUASIF
1) The Bullet Theory atau Teori Peluru
Merupakan konsepsi pertama yang muncul, berkenaan dengan efek
komunikasi persuasif. Ia disebut pula dengan hypodermic – needle
theory atau teori jarum hipodermik. Kadang -kadang di sebut
pula transmision belt theory atau teori lajur transmisi. Dalam teori ini
dibahas mengenai pengaruh pesan yang disalurkan melalui media
massa, dan mengatakan bahwa media massa itu ampuh untuk
mengubah prilaku massa.
2) The Limited – Effects Model
Menurut
model
pengaruh
terbatas,
komunikasi
massa
hanya
mempunyai pengaruh yang kecil saja terhadap khalayaknya. Hal ini
dibuktikan melalui penelitian Hovland terhadap tentara. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa efek film hanya dapat
43 mentransmisikan informasi, ketimbang mengubah sikap khalayak,
demikian pula penelitian Azarsfeld tentang pemilihan umum,
menunjukkan
bahwa
kampanye
melalui
TV
hanya
sedikit
mempengaruhi khalayak sasaran.
3) Cultivation Theory
Gebner dan kawan – kawannya mengembangkan theori ini dengan
mengemukakan argumennya bahwa televisi telah menjadi tangan
central kebudayaan di AS ia mengemukakan TV telah menjadi bagian
dari anggota keluarga yang terpenting yang selalu mengisi sebagian
besar waktu yang ada.
4) The Effects of Synthetic Experience
Teori ini berawal dari hasil peneliatian Funkhouser dan Shaw, Mereka
mengatakan bahwa gambar bergerak, televisi, dan komputer dapat
membentuk
persepsi
khalayak
tentang
realitas,
yaitu
dapat
memanipulasi dan merencanakan kembali, tidak hanya isi, tetapi juga
proses dari pengalaman berkomunikasi. Kesimpulannya adalah bahwa
media elaktronik menampilkan jenis pengalaman tiruan. Pengalaman
tiruan tersebut apakah dalam hal warna, tentang hal – hal yang
menyimpang, dan lainnya telah menurunkan martabat manusia dalam
hal cara memandang terhadap kebudayaan.
5) The Spiral of Silence
Dikembangkan oleh Elizabeth Noelle Neumann mereka berargumen
bahwa media massa mempunyai efek yang kuat dalam opini publik,
44 karena merupakan sumber bagi seseorang dalam memperoleh
informasi.
Spiral kebisuan yang ditimbulkan media massa dapat terjdi melalui hal
– hal seperti audience yang membentuk pesan opini itu.
a. Dominan
b. Mengalami peningkatan
c. Dapat dikeluarkan seseorang dalam publik tanpa membuatnya
terisolasi
6) Media Hegemony
Menurut teori ini ide – ide dari golongan yang berkuasa dalam suatu
masyarakat merupakan ide – ide yang berlaku dalam masyarakat itu
sendiri. Menurut teori ini media massa merupakan alat pengontrol oleh
golongan yang dominan dalam suatu masyarakat, dan di pandang
sebagai pembantu dalam menggunakan kontrol dari golongan tersebut
pada seluruh masyarakat.
7) Effects of Television Violence
Kajian dan penelitian tentang efek kekerasan di yang ditimbulkan oleh
TV berangkat oleh teory belajar sosial yang dikemukakan oleh
Bandura. Teori belajar sosial berargumen bahwa orang cendrung untuk
meniru prilaku yang diamatinya, stimuli menjadi teladan untuk prilaku.
45 8) The Powerful Effects Model
Dikemukakan oleh Elizabet Noele Nouman, teori ini memperkuat teori
sebelumnya, spiral of silence. Teori ini berpendapat bahwa media
massa dapat mempengaruhi prilaku khalayak.
2.1.7. Komunikasi Pendidikan
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berkomunikasi,
karena sebagai makhluk sosial manusia memiliki kebutuhan untuk
saling berhubungan satu sama lainnya, dan ini dilakukan melalui
komunikasi. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris
communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai
arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan
sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan
aktifitas komunikasi tersebut.
Komunikasi dimaksudkan untuk menyampaikan pesan,
pengetahuan,
(penerima)
perasaan,
dan
pengalaman
dari komunikator(sumber)
kepada
komunikan
melalui saluran-saluran
tertentu baik secara langsung/tidak langsung, dan komunikasi dapat
dikatakan efektif bila ada kesamaan makna dan bahasa yang dipakai
oleh komunikator kepada komunikan sehingga apa yang di inginkan
oleh komunikator dapat di mengerti oleh komunikan, serta
memberikan dampak/efek kepada komunikan sesuai dengan yang
diingikan komunikator. Komunikasi merupakan suatu kebutuhan
46 dalam kehidupan manusia, seperti yang di kemukakan oleh
Waltzlawick, Beavin, dan Jackson “You cannot not communicate”
yang artinya ”anda tidak dapat tidak berkomunikasi”27
Sedangkan makna komunikasi pendidikan secara sederhana
adalah komunikasi yang terjadi dalam suasana pendidikan. Disini
komunikasi tidak lagi bebas tetapi dikendalikan dan dikondisikan
untuk tujuan-tujuan pendidikan.
2.2. Trust (Kepercayaan)
2.2.1. Definisi Trust (Kepercayaan)
Menurut Bad an Pavlou mendefinisikan kepercayaan sebagai
penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan
melakukan transaksi tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah
lingkungan yang penuh ketidakpastian. Kepercayaan terjadi ketika
seseorang yakin dengan reliabilitas dan integritas orang yang
dipercaya.28
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepercayaan konsumen
adalah kesediaan satu pihak menerima resiko dari pihak lain
berdasarkan keyakinan dan harapan bahwa pihak lain akan
27
Mulyana, Dedy “ Ilmu Komunikasi, Pengantar” Remaja Rosadakarya. Bandung. 2000.
Ba, S. and Pavlou, P.A. “Evidence of effect of trust building technology in electronic markets:
price premiums and buyer behaviour”. MIS Quarterly, Vol. 26, No. 3, 2002. pp243-268.
28
47 melakukan tindakan sesuai yang diharapkan, meskipun kedua belah
pihak belum mengenai satu sama lain.
2.2.2. Dimensi Kepercayaan
Kepercayaan dibangun antara pihak-pihak yang belum saling
mengenal baik dalam interaksi maupun transaksi. McKnight et al
menyatakan bahwa ada dua dimensi kepercayaan pelanggan, yaitu:
1. Trusting Believe
Trusting believe adalah sejauh mana seseorang percaya dan
merasa yakin terhadap orang lain dalam suatu situasi. Trusting
believe adalah persepsi pihak yang percaya terhadap pihak yang
dipercaya yang mana penjual memiliki karakteristik yang akan
menguntungkan pelanggan. McKnight et almenyatakan bahwa
ada tiga elemen yang membangun Trusting believe, yaitu
benevelonce, integrity, competence.
a.
Benevelonce
Benevelonce (niat baik) berarti seberapa besar
seseorang percaya kepada penjual untuk berperilaku baik
kepada
pelanggan.Benevelonce
merupakan
penjual untuk melayani kepentingan pelanggan.
kesediaan
48 b.
Integrity
Integrity
(integritas)
adalah
seberapa
besar
keyakinan seseorang terhadap kejujuran penjual untuk
menjaga dan memenuhi kesepakatan yang telah dibuat
kepada pelanggan.
c.
Competence
Competence
(kompetensi)
adalah
keyakinan
seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki penjual
untuk membantu pelanggan dalam melakukan sesuatu
sesuai dengan yang dibutuhkan pelanggan tersebut.Esensi
dar kompetensi adalah seberapa besar keberhasilan penjual
untuk
menghasilkan
hal
yang
diinginkan
oleh
pelanggan.Inti dari kompetensi adalah kemampuan penjual
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
2. Trusting Intention
Trusting intention adalah suatu hal yang disengaja dimana
seseorang siap bergantung pada orang lain dalam suatu situasi,
ini terjadi secara pribadi dan mengarah langsung kepada orang
lain. Trusting intention didasarkan pada kepercayaan kognitif
seseorang kepada orang lain. Menyatakan bahwa ada dua
elemen yang membangun Trusting intention yaitu willingness to
depend dan subjective probability of depending.
49 a. Willingness To Depend
Willingness to depend adalah kesediaan pelanggan
untuk bergantung kepada penjual berupa penerimaan resiko
atau konsekuensi negatif yang mungkin terjadi.
b. Subjective Probability Of Depending
Subjective
probability
of
depending
adalah
kesediaan pelanggan secara subjectif berupa pemberian
informasi pribadi ke penjual, melakukan transaksi, serta
bersedia untuk mengikuti saran atau permintaan dari
penjual.29
2.3. Pelanggan
2.3.1. Definisi Pelanggan
Pelanggan menurut Cambridge International Dictionaries
dalam Lupiyoadi adalah “a person who buys good or a services”
atau pelanggan adalah seseorang yang membeli barang dan jasa.30
Sementara menurut Webster’s 1928 Dictionary dalam
Lupiyoadi pelanggan adalah “one who frequents any place of sale
for producing what he wants…”. (pelanggan adalah seseorang yang
29
Mc Knight, D.Harison, et al.,” The Impact of initial consumer trust on intentions to transact with
a web site: a trust building model”, Journal of strategic information systems, 2002. 11, 297-323.
30
Lupiyoadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta. 2001.
50 beberapa kali datang ke tempat yang sama untuk memenuhi apa
yang diinginkan..).31
Pelanggan merupakan seseorang yang secara berulang kali
datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya
dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan jasa dengan
membayar produk atau jasa tersebut.
2.3.2. Nilai Pelanggan
1. Pengertian Nilai Pelanggan
Menurut Slywotzky dalam Tjiptono, nilai pelanggan
didasarkan
pada
bersangkutan,
perspektif
dengan
pelanggan
mempertimbangkan
atau
organisasi
keinginan
dan
keyakinan pelanggan dari pembelian dan penggunaan suatu
produk atau jasa.32
Zeithaml dalam Tjiptono mendefinisikan nilai pelanggan
sebagai penilaian keseluruhan konsumen terhadap utilitas
sebuah produk berdasarkan persepsinya terhadap apa yang
diterima dan apa yang diberikan.33
Pencarian nilai oleh pelanggan terhadap produk dan jasa
perusahaan, kemudian menimbulkan teori yang disebut dengan
customer delivered value, yaitu besarnya selisih nilai yang
31
Lupiyoadi, Rambat, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta. 2001.
Tjiptono, Fandy. Pemasaran Jasa, Edisi pertama, Bayu Media Publishing, Malang. 2005.
33
Ibid.
32
51 diberikan oleh pelanggan terhadap produk dan jasa perusahaan
kepadanya
(customer
value)
dengan
biaya yang
harus
dikeluarkan oleh pelanggan untuk memperoleh produk dan jasa
tersebut.34
Pelanggan secara langsung atau tidak langsung akan
memberikan penilaian terhadap produk dan jasa yang akan
dibeli atau yang pernah dikonsumsinya. Evaluasi dilakukan
berdasarkan penilaian keseluruhan antara apa yang diterima dan
dialami dibandingkan dengan yang diharapkan. Terdapat dua
faktor utama yang dijadikan pedoman oleh pelanggan, yaitu:
layanan yang diterima dan layanan yang diharapkan. Layanan
yang pernah dialami ini akan menjadi standar perbandingan
akan layanan yang diterima sekarang.35
Kinerja produk yang dirasakan pelanggan sama atau lebih
besar dari yang diharapkan, yang dianggap bernilai dapat
memberikan kepuasan.36Nilai atribut adalah karakteristikkarakteristik yang ada dibenak dan dijelaskan oleh pelanggan.
Nilai konsekuensi adalah penilaian subyektif pelanggan sebagai
konsekuensi dari penggunaan dan pemanfaatan produk dan jasa.
34
Kotler, Philip “Manajemen Pemasaran”, Buku I, Jakarta. 2000. Suryani, Tatik. Perilaku Konsumen: Implikasi Pada Strategi Pemasaran, Graha Ilmu.
Yogyakarta. 2008. 36
Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Edisi Kesebelas. PT Indeks Kelompok Gramedia,
Jakarta. 2005. 35
52 2. Hirarki Nilai Pelanggan
Menurut Woodruff, hirarki nilai pelanggan terdiri dari tiga
tingkatan yaitu:
a. Atribut produk atau jasa, dasar hirarki yaitu pelanggan
berfikir mengenai produk atau jasa sebagai rangkaian dari
atribut dan kinerja atribut.
b. Konsekuensi produk atau jasa, konsekuensi yang diinginkan
oleh pelanggan ketika informan membeli dan menggunakan
produk atau jasa.
c. Maksud dan tujuan pelanggan, maksud dan tujuan
pelanggan yang dicapai melalui konsekuensi tertentu dari
penggunaan produk dan jasa.37
3. Dimensi Faktor Nilai Pelanggan
Menurut Kotler dan Armstrong, nilai pelanggan adalah
selisih nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total dimana
nilai pelanggan total adalah sekumpulan manfaat yang
diharapkan oleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu dan
biaya pelanggan total adalah sekumpulan biaya yang diharapkan
oleh
konsumen
yang
dikeluarkan
untuk
mengevaluasi,
mendapatkan, menggunakan, dan membuang produk atau jasa.38
37
Woodruff, R B, The next source for advantages. Journal of the academy of marketing science,
25, (2): 142.
38
Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2, edisi ke-8, Penerbit
Erlangga, Jakarta. 2001. 53 Tingkat
persepsi
tentang
nilai
yang
tinggi
akan
menghasilkan kepuasaan dan loyalitas pelanggan. Semakin
tinggi persepsi nilai yang dirasakan oleh pelanggan maka
semakin
besar
kemungkinan
terjadinya
hubungan
(transaksi).Persepsi tentyang nilai pelanggan dapat diukur dari
nilai produk, nilai layanan, nilai personil, dan nilai citra.39
Menurut Sweeny dkk dalam Tjiptono, nilai pelanggan
terdiri dari empat dimensi, yaitu:
a. Emotional Value, utilitas yang berasal dari perasaan atau
afektif/ emosi positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi
produk.
b. Social Value, utilitas yang didapat dari kemampuan produk
untuk meningkatkan konsep diri sosial pelanggan.
c. Quality/ Performance value, utilitas yang didapat dari produk
karena reduksi biaya jangka pendek.
d. Price/ Value Of Money, utilitas yang diperoleh dari dari
persepsi terhadap kinerja yang diharapkan dari suatu produk
atau jasa.40
2.3.3. Tipe Pelanggan
Sheth dan Mittal dalam Tjiptono, mengelompokan tipe
pelanggan kedalam tiga kategori yaitu: user, buyer dan
39
Kotler, Phillip dan Gary Amstrong. Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid 2, edisi ke-8, Penerbit
Erlangga, Jakarta. 2001.
40
Tjiptono, Fandy. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publishing. 2005.
54 payer.Kemudian tiga kategori ini diturunkan menjadi sembilan tipe
nilai pelanggan yaitu:
a. Perfomence Value, adalah kualitas hasil fisik dari suatu
penggunaan suatu produk atau jasa. Dengan kata lain, tipe ini
mencerminkan produk atau jasa melaksanakan fungsi dan fisik
utamanya secara konsisten. Perfomance value terletak pada
dan berasal dari komponen fisik atau jasa.
b. Social Value, manfaat produk atau jasa yang bertujuan untuk
memuaskan
pengakuan
keinginan
atau
seseorang
kebanggaan
dalam
sosial.
mendapatkan
Pelanggan
yang
mengutamakan social value akan memilih produk atau jasa
yang mengkomunikasikan citra yang selaras dengan temantemannyaatau
menyampaikan
citra
sosial
yang
ingin
ditampilkan.
c. Emotional Value, kesenangan dan kepuasan emosional yang
didapatkan user dari produk atau jasa.
d. Price Value, harga yang fairdan biaya-biaya finansial lainnya
yang berkaitan dengan upaya mendapatkan produk atau jasa.
e. Credit Value, berupa situasi terbebas dari keharusan membayar
kas pada saat membeli atau membayar dalam waktu dekat.
Pada prinsipnya, nilai ini menawarkan kenyamanan berkenaan
dengan pembayaran.
55 f. Financing Value, penawaran syarat dan finansial skedul
pembayaran yang lebih longgar dan terjangkau.
g. Service Value, berupa bantuan yang diharapkan pelanggan
berakitan dengan pembelian produk atau jasa.
h. Convenience Value, berupa penghematan waktu dan usaha
yang dibutuhkan untuk memperoleh produk atau jasa.
i. Personalization Value, menerima produk atau jasa disesuaikan
dengan kondisi pelanggan dan memberikan pengalaman positif
dari pelanggan.41
2.3.4. Kepuasan Pelanggan
Seperti telah dikemukakan di awal pembahasan, bahwa
penerapan pemasaran dalam dunia pendidikan adalah untuk
menciptakan kepuasan bagi pelanggan pendidikan.Ketika berbicara
tentang kepuasan maka kita harus menyadari bahwa kepuasan
antara satu orang dengan yang lainnya berbeda, artinya kepuasan
berurusan dengan beberapa hal.
Kata kepuasan berasal dari bahasa Latin ”satis” (artinya
cukup baik, memadai) dan ”facio” (melakukan atau membuat),
sehingga kepuasan bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan
sesuatu atau membuat sesuatu memadai. Menyatakan.“Satisfaction
is the consumer’s fulfillment response. It is a judgement that a
41
Tjiptono, Fandy. Pemasaran Jasa. Malang: Bayumedia Publishing. 2005.
56 product pleasurable level of consumption related fulfillment”.42Jadi
dapat ditegaskan bahwa kepuasan merupakan respons konsumen
yang sudah terpenuhi keinginannya tentang penggunaan barang
atau jasa yang mereka pakai.
Pembelian atau pemakaian ulang serta mengajak temannya
untuk menggunakan produk dan jasa yang dihasilkan pendidikan
terjadi karena customer delivered value (nilai yang diterima
pelanggan), secara matematis merupakan selisih dari total
customer value – total customer cost (jumlah segala pengorbanan
yang dikeluarkan seseorang). Dalam arti bahwa dia mengorbankan
waktu, tenaga, uang yang kemudian dibandingkan dengan nilai,
manfaat hasil yang ia terima.
Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kepuasan
pelanggan sesungguhnya dapat ditelusuri berdasarkan;
1. Contrast Theory yang berasumsi bahwa konsumen akan
membandingkan kinerja produk aktual dengan ekspektasi parapembelian, dimana apabila kinerja aktual lebih besar atau sama
dengan ekspektasi, maka pelanggan akan puas, dan sebaliknya
apabila kinerja actual lebih rendah dari ekspektasi maka
komsumen akan mengalami ketidakpuasan.
2. Assimilation Theory menyatakan bahwa evaluasi purnabeli
merupakan fungsi positif dari ekspektasi konsumen para 42
Zeithaml, Bitner and Gremler, Service Marketing, Fourth edition, Prentice Hall; exclusive right
by Mc Graw-Hill. 2006.
57 pembelian, karena proses diskonfirmasi secara psikologis tidak
enak dilakukan, konsumen cenderung secara perseptual
mendistorsi perbedaan antara ekspektasi dan kinerjanya ke
arah ekspektasi awal sehingga penyimpangan ekspektasinya
cenderung akan diterima oleh konsumen yang bersangkutan.
3. Assimilation-Contras Theory yang berpegang bahwa terjadinya
efek asimilasi (assimilation effect) atau efek kontras (contrast
effect) merupakan fungsi dari tingkat kesenjangan antara
kinerja
yang
diharapkan
dan
kinerja
actual.
Apabila
kesenjangannya besar, konsumen akan memperbesar gap
tersebut, dengan kata lain rentang wakrtu yang diterima
(acceptable deviations) dilewati, maka kesenjangan antara
ekspektasi dan kinerja akan menjadi signifikan sehingga
disitulah efek kontras berlaku.
Neuhaus membedakan lima tipe kepuasan dan dua tipe
ketidakpuasan berdasarkan kombinasi antara emosi spesifik
terhadap penyedia jasa, ekspektasi menyangkut kapabilitas kinerja
masa depan pemasok jasa, dan minat berperilaku untuk memilih
lagi penyedia jasa bersangkutan, tipe tersebut adalah:
1. Demanding Customer Satisfaction, merupakan tipe kepuasan
yang aktif, relasi dengan penyedia jasa diwarnai emosi positif,
terutama
optimisme
dan
kepercayaan.
Berdasarkan
pengalaman positif dimasa lalu, pelanggan dengan tipe
58 kepuasan ini berharap bahwa penyedia jasa bakal mampu
memuaskan ekspektasi mereka yang semakin meningkat di
masa depan, selain itu mereka bersedia meneruskan relasi yang
memuaskan dengan penyedia jasa sehingga loyalitas akan
tergantung
pada
kemampuan
penyedia
jasa
dalam
meningkatkan kinerjanya seiring dengan tuntutan pelanggan.
2. Stable Customer Satisfaction yaitu pelanggan yang memiliki
tingkat aspirasi pasif dan perilaku yang demanding. Emosi
positifnya terhadap penyedia jasa bercirikan steadiness dan
trust dalam relasi yang terbina saat ini, dima mereka
menginginkan segala sesuatunya tetap sama. Berdasarkan
pengalaman positif yang telah terbentuk, mereka bersedia
melanjutkan relasi dengan penyedia jasa
3. Resigned Customer Satisfaction, pelanggan pada tipe ini
merasa
puas
Namur
bukan
diakibatkan
pemenuhan
ekspektasinya, Namur lebih didasarkan pada kesan tidak
realistis, perilakunya cenderung pasif cenderung tidak bersedia
melakukan berbagai upaya dalam menuntut perbaikan.
4. Stable Customer Dissatisfaction, pelanggan tidak puas
terhadap kinerja penyedia jasa namun cenderung tidak
melakukan apa-apa. Relasi dengan penyedia jasa diwarnai
emosi negatif dan asumís ekspektasi mereka di masa datang
59 tidak akan terpenuhi, dan tidak melihat adanya peluang untuk
perubahan dan perbaikan.
5. Demanding Customer Dissatisfaction
bercirikan
tingkat
aspirasi aktif dan perilaku demanding, pada tingkat emosi
ketidakpuasan menimbulkan protes dan oposisi, mereka aktif
menuntut perbaikan.43
Dalam
melakukan
pengukuran
kepuasan
pelanggan,
Kotlermengemukakan beberapa cara diantaranya adalah:
1. Complaint and Suggestion System (sistem keluhan dan saran),
informasi dari saran dan keluhan ini akan dijadikan data dalam
melakukan antisipasi dan pengembangan perusahaan.
2. Customer Satisfaction Surveys (survey kepuasan pelanggan),
tingkat keluhan konsumen dijadikan data dalam mengukur
tentang kepuasan, hal itu bias melalui survey, pos, telpon, atau
angket.
3. Ghost Shopping (pembeli bayangan), dengan mengirimkan
orang untuk melakukan pembelian di perusahaan orang lain
maupun diperusahaan sendiri untuk melihat secara jelas
keunggulan dan kelemahan pelayanannya.
4. Lost Customer Analysis (analisis pelanggan yang beralih),
yaitu kontak yang dilakukan kepada pelanggan yang telah
43
Fandy Tjiptono, Gregorius Chandra. Service, Quality, Satisfaction edisi 3, Andi. Jakarta. 2011.
60 beralih pada perusahaan lain untuk dijadikan perbaikan kinerja
dalam meningkatkan kepuasan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa timbulnya ketidakpuasan
dari konsumen dikarenakan oleh:
1. Tidak sesuai harapan dengan kenyataan yang dialaminya.
2. Ketidakpuasan dalam pelayanan selama proses menikmati jasa.
3. Perilaku personil kurang memuaskan.
4. Suasana dan kondisi fisik lingkungan tidak menunjang.
5. Ongkos terlalu tinggi, karena jarak, waktu dan harga terlalu
tinggi.
6. Promosi tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebenarnya, ada beberapa cara untuk mengantisipasi faktorfaktor yang dapat menimbulkan ketidakpuasan diantaranya adalah
penerapan teknik penelitian pasardalam Total Quality Management
(TQM), yang mengharuskan adanya suatu pendekatan secara
menyeluruh dalam meningkatkan kualitas produk, mulai dari
proses pembuatan, hasil jadi, pengiriman, dan pelayanan yang terus
menerus.44
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian diartikan sebagai jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang
44
Kotler, Philip “Manajemen Pemasaran”, Buku I, Jakarta. 2000.
61 diberikan harus didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada
fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.45 Adapun
rumusan hipotesis yang di uji dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya
pengaruh komunikasi efektif terhadap trust pelanggan di Universitas Mercu
Buana Meruya Jakarta.
Hipotesis penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh komunikasi efektif terhadap trust pelanggan di
Universitas Mercu Buana Meruya Jakarta.
H1 : Ada pengaruh komunikasi efektif terhadap trust pelanggan di
Universitas Mercu Buana Meruya Jakarta.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2009. hal: 64 
Download