Pendidik Praksis - GKJ Nehemia Online

advertisement
Bahan PA Bulan Juli 2017 GKJ Nehemia
Matius 13: 18-23
Pendidik Praksis
Sebagai awal, mari seluruh umat peserta PA kali ini, membicarakan sejenak arti dan makna dari
ungkapan seorang pendidik Indonesia:
(semua peserta PA diberi waktu berbagi, mengemukakan pendapat, dan respons)
Matius 13: 18-23 berisi teks dan konteks saat Tuhan Yesus Kristus sedang mengpraksiskan pengajaran-Nya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata praksis
berarti: praktik (untuk bidang kehidupan dan kegiatan praktis manusia). tentang penabur, benih
dan tanah. Pengajaran praksis ditujukan-Nya bagi orang yang mendengar Firman Allah
khususnya tentang Kerajaan Surga. Tuhan Yesus menyebutkan rincian seperti di pinggir jalan,
tanah yang berbatu, dan bersemak duri. Penulis Injil Matius memakai penggunaan bentuk
"present tense" bahasa Yunani untuk menunjuk kepada orang (siapapun orangnya), yang mau
mendengar, menerima dan khususnya: melakukan Firman Allah.
Tentang pengajaran yang praksis ini, menarik karena Matius justru memperkenalkan kata
hati yaitu, "Datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu." (13:19).
Firman Allah menjangkau hati pendengar, tetapi sebelum Firman itu bisa mempengaruhinya, si
jahat (dalam versi Injil Matius), atau si setan (dalam versi Injil Markus), atau si Iblis (dalam versi
Injil Lukas) datang merampasnya. Kita mengenal ungkapan misalnya, "Masuk telinga kanan, ke
luar telinga kiri," atau, "Seperti itik yang meninggalkan bekas jejaknya di air." Beberapa orang
mendengarkan Firman dengan “santun”, tetapi hanya sebagai pendengar! Firman Allah itu tidak
lagi berharga bagi mereka, karena hati mereka sudah keras, mereka alpa melakukan perintah-Nya.
Tiga penjelasan tentang bentuk tanah sebelumnya (tanah pinggir jalan, tanah yang
berbatu-batu, tanah dengan semak duri), tidak membuat petani/sang penabur benih jadi berkecil
hati. Demikian juga kita orang yang memiliki iman, pengharapan dan kasih, seharusnya tidak
mengecilkan arti percaya yang sungguh-sungguh. Iman percaya yang diberlakukan dan
dilakukan sungguh-sungguh berguna bagi sesama dan membangun kehidupan bersama. Benih
yang ditanam di tanah yang baik akan menghasilkan panen yang berkelimpahan, hasil yang
melimpah ruah. Orang yang dengan iman praksis merespons Injil tanpa perhitungan, akan
berbuah berlipat-lipat tidak terhingga. "Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang
mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada
yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat" (Matius 13:23). Penulis Injil Markus
memberikan urutan yang meningkat tentang berbuah yaitu "tiga puluh, enam puluh, atau bahkan
seratus kali lipat." Sedangkan Injil Lukas hanya mendaftar "seratus kali lipat" di dalam
perumpamaan, tetapi dalam penafsirannya dia menulis, "Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah
orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan
mengeluarkan buah dalam ketekunan" (Lukas 8:15).
Di pinggir jalan melambangkan hati orang yang tidak mengerti firman yang dikabarkan
dan datanglah si jahat (iblis) yang merampas firman tersebut dari hatinya. Di tanah yang berbatubatu melambangkan hati orang yang mendengar firman tersebut dan menerimanya, namun ia
tidak tahan pencobaan, dan apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu,
orang itupun segera murtad. Di tengah semak duri melambangkan hati orang yang mendengar
firman tersebut tetapi terbuai oleh hal-hal duniawi (kekuatiran dunia ini, tipu daya kekayaan,
kenikmatan hidup) menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah.
Sedangkan di tanah yang baik melambangkan hati orang yang mendengar firman tersebut
dan mengerti (Injil Matius) atau menyambut (Injil Markus) firman tersebut dan menyimpannya
dalam hati (Injil Lukas), dan mengeluarkan buah. Buah dalam perupamaan-perumpamaan Yesus
melambangkan hasil praksis yang nyata dari kematangan dan kedewasaan spiritual. Tanah yang
baik adalah tanah yang tidak keras seperti jalan setapak atau tidak dangkal seperti lapisan tanah
yang berbatu-batu subur dan menyimpan udara yang lembab.
Siapakah orang yang memiliki hati yang baik dan mulia itu? Penulis Injil Matius
memberikan jawabannya, bahwa Dia mengatakan, "orang yang mendengar firman itu dan
mengerti." Ajaran praksis ini, tentu saja Matius mengingat lagi kutipan Kitab Yesaya, bahwa
orang-orang yang memiliki hati sempurna dan mulia adalah orang yang melakukan kehendak
Allah dan menjawab panggilan Allah "Siapa yang harus Aku utus?" jawablah dengan yakin, "Ini
aku, utuslah aku, Tuhan." Dia adalah pendengar dan pelaku Firman. Dia mengerti karena hatinya
mau menerima kebenaran Allah. Keberadaannya seluruhnya - kemauan, intelektual, dan
emosinya - disentuh oleh Firman itu. Orang percaya yang praksis mengalami pertumbuhan
rohani, dan menghasilkan buah; memengaruhi (baca: mengajar/mendidik) orang lain untuk
beresedia melakukan kehendak Allah.
Beberapa ahli menyebut perumpamaan penabur sebagai perumpamaan dari
perumpamaan-perumpamaan. Bukan berarti bahwa perumpamaan ini perumpamaan yang paling
terkenal di dalam Injil Sinoptik, tetapi karena berisi empat perumpamaan yang dijadikan satu.
Keempat perumpamaan ini hanyalah aspek dari satu kebenaran khusus: Firman Allah diberitakan
dan memberikan tugas kepada pendengamya; umat Allah menerima Firman, mengertinya, dan
dengan taat melakukan-membagikan Firman (Injil Keselamatan). Pemberitaan Injil yang penuh
iman tidak akan pernah gagal menghasilkan buah karena, "menghasilkan panen, tiga puluh, enam
puluh, atau bahkan seratus kali lipat dari yang ditabur."
Perumpamaan-perumpamaan Kristus selalu diambil dari kejadian-kejadian biasa di
keseharian, bukan dari gagasan atau dugaan-dugaan filsafat, atau peristiwa alam yang luar biasa,
walaupun semuanya itu dapat diterapkan; sebaliknya, perumpamaan-Nya berasal dari hal-hal
yang jelas-jelas bisa dilihat, yang bisa diamati dalam hidup sehari-hari, dapat dimengerti dan
memengaruhi orang-orang dengan pengetahuan alkitabiah yang sangat kurang sekalipun. Banyak
dari antara perumpamaan-perumpamaan itu diambil dari kehidupan petani, seperti perumpamaan
tentang seorang penabur kali ini.
Benih yang ditaburkan adalah firman Allah, yang di sini disebut dengan firman tentang
Kerajaan Sorga (ay. 19). Penabur yang menebarkan benih adalah Yesus Kristus Tuhan kita, dan
Ia melakukan-Nya sendiri atau melalui hamba-hamba-Nya (baca ayat 37). Orang-orang-Nya
adalah para petani yang bekerja di ladang Allah, begitulah yang dikatakan, dan hamba-hamba
Tuhan adalah kawan sekerja Allah (1Kor. 3:9). Berkhotbah kepada orang banyak adalah
menabur benih. Namun “khotbah yang terbaik” adalah perbuatan praksis di setiap hari, sikap dan
keteladanan mengasihi semua orang di sekitar kita tiap hari, sebab kita tidak tahu di mana benih
itu akan jatuh, hanya saja, pastikan dan berikanlah benih yang berdasarkan Firman-Nya
Nah, hal yang membedakan tanah yang baik ini dengan jenis tanah lainnya hanyalah satu
kata, yaitu berbuah. Praktik hidup yang nyata, berdasar iman setia dalam Tuhan Yesus Kristus
setiap hari menjadi “garam dan terang dunia.” Dalam hal inilah orang-orang Kristen dibedakan
dari orang-orang munafik, bahwa secara praksis mereka berbuah banyak dan layak masuk
kategori disebut “dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku” (Yoh. 15:8). Ia tidak berkata
bahwa tanah yang baik ini tidak berbatu-batu, atau tidak berduri, melainkan bahwa tidak ada satu
hal apa pun yang dapat menghambat tanah ini untuk berbuah.
Tuhan Yesus sendiri yang menjelaskan tentang perumpamaan ini kepada muridmuridNya. Penabur yang menaburkan benih adalah semua orang yang menaburkan Firman
Tuhan. Termasuk Anda dan saya, diutus Tuhan untuk menabur, mendidik dan mengajar orang
lain dengan perbuatan dan tingkah laku nyata sebagai buah dari iman kekristenan kita, agar benih
yang jatuh ke tanah adalah "firman tentang Kerajaan Sorga" bisa masuk ke hati manusia.
Firman Allah dapat ditaburkan kepada bermacam-macam orang. Kita diperintahkan
Tuhan Yesus untuk bersedia mengajarkan, mendidik orang lain, dengan setia mewartakan
Firman keselamatan sejati. Namun, hasilnya akan berbeda tergantung pada kualitas hati orangorang yang mendengarkan dan khususnya melakukan Firman itu. Ada orang yang menolaknya,
ada juga orang yang menerimanya namun segera murtad begitu terjadi penindasan. Ada orang
yang menerimanya namun menempatkan Firman itu pada posisi terakhir dalam hatinya serta
menggantikannya dengan hal-hal lain (kekhawatiran, kekayaan, dan keinginan lain), dan ada
orang-orang yang menyimpan Firman itu di dalam hati yang baik dan menghasilkan banyak buah.
Mari menjadi praksis dan berpraktik lewat perbuatan-perbuatan nyata kepada orang lain.
Setiap hari, mari lebih banyak “sung tuladha,” menebar keteladanan iman, pengharapan dan
kasih yang dari Tuhan Yesus Kristus, kepada keluarga, tetangga dan semua orang. Mari mau
dididik Tuhan, mendidik diri sendiri, agar siap untuk menjadi pendidik praksis: yang mengajar
sesama manusia bukan hanya dengan kata-kalimat, tetapi khususnya dengan perbuatan nyata
setia melakukan, benar-benar praksis mewartakan ajaran Kasih-Nya, yang membahagiakan
banyak orang lain dan membangun kehidupan bersama yang lebih baik dan benar. Berbuah-buah
nyata!
Kegiatan, Pertanyaan dan Sharing
1. Setiap peserta PA dipersilakan masuk ke dalam kelompok-kelompok kecil yang berisi 3
orang, mohon setiap orang menjawab pertanyaan ini: Sudahkan aku menjadi pendidik
praksis (mengajar dengan sikap dan perbuatan nyata berdasarkan Kasih dalam Tuhan
Yesus Kristus) untuk orang-orang di sekitarku? Mohon jelaskan.
2. Lalu setiap peserta PA dipersilakan bergabung ke dalam kelompk-kelompok lebih besar
(maksimal 8-10 orang), untuk merespons dan berbagai /sharing ajakan menjadi pendidik
praksis ini: Bagaimana cara agar kita menjadi dan semakin menjadi pendidik praksis
iman, pengharapan dan kasih kepada keluarga, tetangga, dan semua orang?
3. Umat berkomitmen menjadi pendidik praksis, berbuah nyata, dengan mempelajari dan
menyanyikan bersama Pelengkap Kidung Jemaat no. 226 bait 4:
Pdt. Lusindo Tobing
Download